com
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Kesehatan,
volume 31
Prosiding 1st International Scientific Meeting on Public Health and Sports (ISMOPHS 2019)
tahun [6]. Para remaja menyatakan bahwa ada beberapa 3) Kompas.com, dan 4) Tempo.co. Pada awal identifikasi,
efek menarik dalam penggunaan rokok elektrik. peneliti melakukan pencarian terstruktur terhadap artikel di
Pertama, rokok elektrik bisa menghasilkan uap kental situs media terpilih dan Google
(63%). Kemudian dapat meningkatkan rasa (38,7%),
dan menghasilkan tiupan tenggorokan yang lebih kuat
bersamaan dengan munculnya perasaan menyenangkan
yang ditimbulkan uap saat tenggorokan berkontraksi
(27,7%) [7].
Indonesia merupakan negara dengan konsumsi
tembakau tertinggi di dunia, kini menghadapi tantangan
baru. Tren konsumsi rokok elektrik sebagai pengganti
rokok konvensional tidak menurunkan prevalensi
penyakit tidak menular akibat rokok [8]. Rokok elektrik
dipasarkan melalui berbagai media seperti televisi,
internet, dan media cetak lainnya. Ini menunjukkan
alternatif yang lebih sehat untuk merokok tembakau.
Rokok elektrik berguna untuk menghentikan kebiasaan
merokok dan mengurangi konsumsi rokok [9] Internet
merupakan media tercepat untuk menyebarkan
informasi tentang rokok elektrik. Emery dkk. (2014)
melaporkan bahwa internet merupakan media yang
paling banyak digunakan untuk mencari rokok elektrik,
yaitu sebesar 80%. Platform lainnya adalah media sosial
seperti Facebook (15%), sumber berita online (12%),
youtube (11%), dan Twitter (7%)
[10].
Rokok elektrik telah menjadi salah satu topik
diskusi publik yang paling kontroversial. Ini
menghasilkan perdebatan kebijakan dan tanggapan
regulasi yang bervariasi di seluruh dunia. Pendapat
tentang kebaikan rokok elektrik dapat mempengaruhi
sebagian orang untuk mendukungnya. Ini juga dapat
mempengaruhi orang-orang yang menentang rokok
elektrik. Menurut WHO, bahaya rokok elektrik sudah
jelas [5]. Namun, beberapa negara menyatakan bahwa
rokok elektrik legal. Beberapa negara lain percaya
bahwa itu ilegal. Regulasi ini tergantung pada berbagai
aturan dan kondisi di masing-masing negara.
Pernyataan WHO di atas dapat menjadi dasar suatu
negara dalam membuat regulasi dan mempertimbangkan
dampak jangka panjang dari rokok elektrik. Di
Indonesia, rokok elektrik telah banyak diperjualbelikan
dan dipromosikan tanpa kontrol yang tepat dari
pemerintah. Apakah opini-opini dari media arus utama
bisa menjadi dasar bagi Indonesia dalam membuat
regulasi? Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis lebih
lanjut mengenai konten rokok elektrik di media
mainstream untuk menjawab beberapa keraguan
masyarakat Indonesia.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode analisis isi
kuantitatif. Metodologi yang digunakan dalam
penelitian ini mirip dengan penelitian sebelumnya yang
menganalisis bagaimana isu rokok elektrik dibingkai
dalam media berita di AS dan Korea Selatan [11][12]
[13].
38
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Kesehatan,
volume 31
39
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Kesehatan,
volume 31
rokok elektrik dari masing-masing negara salah satunya mengkonsumsi rokok elektrik karena mereka dapat
Brazil. Brazil mengklasifikasikan rokok elektrik sebagai menggunakannya di tempat-tempat yang
produk tembakau yang dalam peraturannya melarang
penjualan, promosi dan periklanan, distribusi dan impor
rokok elektrik. Setidaknya jika regulasi itu ada, suatu
negara bisa menyaring kegiatan mana yang berdampak
negatif bagi kesehatan masyarakat. Sementara di
Indonesia, regulasi mengenai rokok elektrik belum ada
secara spesifik, dan hanya ada Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 146 Tahun 2017 tentang Tarif
Cukai Hasil Tembakau.
Pajak
Artikel yang membahas tentang peraturan pajak
rokok elektronik baru muncul antara tahun 2016 hingga
2017 sesuai dengan tinjauan literatur. Hal ini
disebabkan oleh berita dalam negeri yang
menginformasikan pembaruan kebijakan baru mengenai
pajak yang dikenakan pada e-liquid. Dalam dunia
perpajakan, beberapa negara ternyata telah
memberlakukan pajak rokok elektronik dengan tujuan
untuk mengendalikan prevalensi perokok elektronik.
Penelitian yang dilakukan oleh Raymond (2018)
melaporkan bahwa menyiarkan kenaikan pajak
membantu mempertahankan penghentian rokok
elektronik (AOR = 12,3, 95% CI 7,5-20,1). Hasil studi
menunjukkan bahwa kenaikan pajak yang signifikan
efektif dalam mendorong berhenti merokok bahkan jika
dibandingkan dengan langkah-langkah pengendalian
tembakau yang kuat, seperti melarang merokok di
dalam ruangan, kampanye media massa, dan akses
universal untuk dukungan penarikan [15].
Larangan Total
Larangan rokok elektrik juga merupakan trending
article yang selalu hadir pada masa penelitian dan
ditemukan di dalam negeri, internasional, atau
keduanya. Di sisi lain, organisasi nirlaba seperti WHO
dan FDA banyak ditemukan dalam artikel dengan
kerangka negatif. Organisasi-organisasi ini telah
mengenali rokok elektrik ini sejak periode awal ketika
produk-produk ini memasuki pasar secara berlebihan.
FDA telah menyatakan keprihatinan serius tentang
keamanan konsumsi rokok elektronik sejak 2010 [16].
Dapat disimpulkan bahwa ada kekhawatiran besar
tentang prevalensi rokok elektronik. WHO bahkan
mendukung larangan e-merokok di Asia Tenggara yang
mengakui efek buruk ENDS pada kesehatan manusia
yang mempertahankan dan melanggengkan kecanduan
nikotin dan memutuskan untuk mengambil tindakan
sesuai dengan kewajiban berdasarkan Pasal 5. 2 (b)
WHO FCTC untuk mencegah dan mengurangi
kecanduan nikotin dengan melarang ENDS [17].
Namun, di Indonesia, tidak ada larangan terhadap rokok
elektrik karena belum adanya regulasi hukum dari
pemerintah.
4. KESIMPULAN
Media berita online Indonesia sering
membicarakan regulasi ketika memaparkan berita
tentang rokok elektrik. Jenis regulasi yang paling
banyak disebutkan dalam pasal-pasal yang dikaji
hanyalah menyerukan regulasi terhadap rokok
elektrik. Diikuti dengan pajak rokok elektronik,
larangan total, zonasi bebas asap rokok, pembatasan
vaping di dalam ruangan dan/atau ruang publik dan
pembatasan akses remaja/anak-anak juga menjadi
trending topik di bawah artikel yang dipelajari. Hasil
penelitian ini merupakan tantangan baru dalam
memunculkan titik terang bagi masyarakat Indonesia
dalam mengambil tindakan terhadap rokok elektrik
untuk melindungi kesehatan masyarakat warganya.
Informasi ini juga dapat menjadi referensi bagi
media untuk memahami lebih dalam bagaimana
berita online mereproduksi cerita mereka.
REFERENSI
[1] S Food and Drug Administration, “Vaporizers,
E-Cigarettes, and Other Electronic Nicotine
Delivery Systems (ENDS)” dalam Laporan
oleh FDA, 2019 Juni 19,
41
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Kesehatan,
volume 31
darihttps://www.who.int/tobacco/global_report/en
/ pada 2019, 1 Agustus]
[6] Andrea C.Villanti, Amanda L. Johnson,
MHS,Bridget K.Ambrose, K Michael mani
muncrat, Cassandra A.Stanton, Syanika W.
Mawar, Syari P. Feirman, Cindy Tworek,
Allison
M. Glasser, Jennifer L.Pearson,PhD,Amy M.
Cohn, Kevin P.Conway, , Raymond S.Niaura,
Maansi Bansal-melintasi, ,danAndrew
.,
Hyland, “Penggunaan Produk Tembakau
Flavored pada Remaja dan Dewasa: Temuan Dari
Gelombang Pertama Studi PATH (2013–2014)”
dalam Sirkulasi 2017 1 Agustus; PMCID:
PMC5522636 NIHMSID:
NIHMS859968 PMID:28318902
[7] Institut Nasional Penyalahgunaan Narkoba,
“Rokok Elektronik (E-rokok)”, 2018 [Diambil
darihttps://www.drubuse.gov/publications/drugfac
ts
/rokok elektronik- rokok elektrik#ref pada 2019,
1 Agustus]
[8] Organisasi Kesehatan Dunia, Lembaga Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Nasional
Kementerian Kesehatan, dan Yayasan CDC,
“Global Adult Tobacco Survey: Indonesia Report
2011”, 2012 [ Diambil kembali
dariwww.searo.who.int/tobacco/data/gats_indone
sia_ 2011.pdf pada 20193 Agustus]
42
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Kesehatan,
volume 31
Stanton Glantz., "Elektronik rokok” di
Sirkulasi 2014 28 Jun; PMCID:
PMC4074376;
NIHMSID:NIHMS595094; PMID: 24821830
Jurnalberanda:www.elsevier.com/locate/addic
tbeh, 2018
[19] Fraser, D., Weier, M., Keane, H., Gartner, C.,
"Perspektif Vapers tentang regulasi rokok
elektronik di Australia", International Journal
of Drug Policy, 26, 589-594, 2015
43