E-Mail; rsusitiasiyah@gmail.Com
RUMAH SAKIT UMUM SITI ASIYAH BUMIAYU
KEPUTUSAN
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PENGORGANISASIAN TB DOTS
Direktur,
MEMUTUSKAN
Menetapk
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Komitmen politis
3. Pengobatan jangka pendek yang terstandar bagi semua kasus TB, dengan
penatalaksanaan kasus secara tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan.
Pada saat ini penanggulangan TB dengan strategi DOTS di rumah sakit baru
berkisar 20% dengan kualitas yang bervariasi. Ekspansi strategi DOTS di rumah sakit
masih merupakan tantangan besar bagi keberhasialn Indonesia dalam mengandalikan
tuberkulosis. Hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Tim TB External
Monitoring Mission pada tahun 2005 menunjukkan bahwa angka penemuan kasus TB di
rumah sakit cukup tinggi, tetapi angka keberhasilan pengobatan rendah dengan angka
putus berobat yang masih tinggi. Kondisi tersebut berpotensi untuk menciptakan
masalah besar yaitu peningkatan kemungkinan terjadi resistensi terhadap obat anti
tuberkulosis (MDR-TB).
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
RSU Siti Asiyah pada awal berdirinya merupakan balai pengobatan dan rumah
bersalin KHOERUNISA yang pada perkembangan selanjutnya ditingkatkan menjadi
rumah sakit, yaitu RSU Siti Asiyah. Kegiatan pelayanan kesehatan mulai dilaksanakan
pada tanggal 26 Oktober 1998, adapun pelayanannya meliputi poli klinik umum,dan
rawat inap.
RSU Siti Asiyah terletak dijalan bumiayu, Bantarkawung yang berdekatan
dengan pasar wage yang merupakan salah satu pusat perdagangan yang ada di
kecamatan bumiayu, dibangun pada tahun 1997, kemudian diresmikan sebagai RSU
pada tanggal 26 oktober 1998 dengan ijin operasional sementara, pertama kali dari
kepala dinas kesehatan provinsi jawa tengah. Kemudian setelah dua tahun berjalan
mendapat ijin tetap dari Menteri Kesehatan pertama kali pada tahun 2000 dan mendapat
perpanjangan lima tahun kedua sampai 2005.
RSU Siti Asiyah dalam konstelasi pelayanan jasa kesehatan di kecamatan
bumiayu mempunyai nilai strategis diantaranya merupakan rumah sakit yang
menyediakan pelayanan medis dasar, medis spesialis, serta proteksi lokasi yang sangat
menonjol untuk melayani wilayah brebes selatan termasuk pelayanan dari daerah
perbatasan kabupaten Tegal.
Dalam rangka memenuhi tuntutan peningkatan pelayanan kesehatan yang
didorong karena potensi yang dimiliki, kendala yang dihadapi maupun
mengakomodasikan peluang yang ada maka yayasan citra fastabiqul khoirot serta
pengelola rumah sakit selaku penyelenggara bermaksud melaksanakan program
pengembangan RSU Siti Asiyah secara komprehensif dan berkelanjutan serta tepat
sasaran sesuai dengan visi serta motto RSU Siti Asiyah Bumiayu.
BAB III
A. Visi
Menjadi pilihan pertama berobat orang sakit dan memberi kepuasan keluarganya”
B. Misi
1. Memberi pelayanan kesehatan yang professional
2. Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan kesejahteraan
3. Meningkatkan sarana dan prasarana yang tepat dan aman
4. Meningktkan sistem management yang efektif dan efisien
5. Menjadi faskes rujukan kasus maternal dan perinatal dari fasilitas kesehatan
tingkat pertama.
C. Tujuan
1. Untuk mendekatkan pelayanan kesehatan medis, spesialis kepada masyarakat di
Bumiayu dan sekitarnya
2. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai, mempunyai keunggulan dalam
bidang penyakit dalam dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan
pelayanan prima, yaitu dengan menggunakan pendekatan keluarga dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
3. Kehadiran Rumah sakit Umum Siti Asiyah Bumiayu yang mempunyai unggulan
bidang kandungan dengan metode pendekatan keluarga bias menjadikan
Bumiayu sebgai alternative kota wisata dan pengobatan
4. Meningkatkan derajat kesehatan, khususnya masyarakat Bumiayu dan
sekitarnya
D. Motto
“Pelayanan kami sahabat kesehatan anda
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM SITI ASIYAH BUMIAYU
BAB V
TIM DOTS TB
RSU SITI ASIYAH BUMIAYU
Kedudukan
No Nama
dalam Tim
4. M.Fauzi Anggota
BAB VI
URAIAN JABATAN
Pada dasarnya tugas tim DOTS RSU Siti Asiyah Bumiayu dalam penanggulangan
TB adalah melayani pasien yang datang mencari pengobatan dengan :
e. bertanggung jawab dalam pengisian kartu pengobatan pasien TB (TB01) dan kartu
identitas pasien (TB02) secara lengkap dan benar.
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA
Hubungan kerja unit DOTS dengan unit-unit lainnya dibentuk sebagai suatu jejaring
internal dalam menangani pasien TB di dalam rumah sakit. Koordinasi kegiatan
dilaksanakan oleh tim DOTS rumah sakit. Fungsi masing-masing unit dalam jejaring
internal RS adalah:
1. Unit DOTS berfungsi sebagai tempat penanganan seluruh pasien tuberculosis di rumah
sakit dan pusat informasi tentang tuberkulosis. Kegiatannya juga meliputi konseling,
penentuan klasifikasi dan tipe, kategori pengobatan, pemberian OAT, penentuan PMO,
follow up hasil pengobatan, dan pencatatan.
2. Poli umum, IGD, dan poli spesialis, berfungsi menjaring tersangka pasien TB,
menegakkan diagnosis, pengobatan serta menginformasikan dan atau mengirim pasien
ke unit DOTS RS.
3. Rawat inap berfungsi sebagai pendukung unit DOTS dalam melakukan penjaringan
tersangka pasien TB, di Rumah Sakit Allam Medica belum ada ruang isloaso hanya
terdapat 2 ruang kohorting TB, jika pasien dinyatakan positif TB dilakukan rujukan ke
fasilitas kesehatan yang lebih memadai.
4. Laboratorium (mikrobiologi dan patologi anatomi) berfungsi sebagai sarana penunjang
diagnostik.
5. Radiologi berfungsi sebagai sarana penunjang diagnostik.
6. Farmasi berfungsi sebagai unit yang bertanggung jawab terhadap manajemen OAT di
RS.
7. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh petugas administrasi TB di unit DOTS.
Petugas rekam medis berfungsi sebagai pendukung data TB di RS.
8. PKRS berfungsi berfungsi sebagai pelaksana penyuluhan TB DOTS di RS
TIM DOTS
Farmasi
Poli umum Laboratorium
Poli spesialis Radiologi
IGD Rekam medis
Rawat inap PKRS
Dalam upaya mempersiapkan tim DOTS yang handal, perlu kiranya melakukan
kegiatan menyediakan, mempertahankan sumber daya manusia yang tepat bagi organisasi.
Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, yaitu proses mengantisipasi dan
menyiapkan perputaran orang ke dalam, di dalam dan ke luar organisasi. Tujuannya adalah
mendayagunakan sumber-sumber tersebut seefektif mungkin sehingga pada waktu yang
tepat dapat disediakan sejumlah orang yang sesuai dengan persyaratan jabatan.
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Tim DOTS RSU Siti Asiyah Bumiayu
DOTS RS / D3 Keperawatan
Anggota tim Dokter umum / S1 keperawatan PPTS DOTS 3
DOTS / D3 keperawatan
Petugas laboratorium
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI
Pelatihan dapat dilakukan berupa aspek klinis maupun aspek manajemen program:
1. Pelatihan dasar program TB (initial training in basic DOTS implementation):
a. Pelatihan penuh, seluruh materi diberikan.
b. Pelatihan ulangan (retraining), yaitu pelatihan formal yang dilakukan terhadap
peserta yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya tetapi masih ditemukan banyak
masalah dalam kinerjanya, dan tidak cukup hanya dilakukan melalui supervisi.
Materi yang diberikan disesuikan dengan inkompetensi yang ditemukan, tidak
seluruh materi diberikan seperti pada pelatihan penuh.
c. Pelatihan penyegaran, yaitu pelatihan formal yang dilakukan terhadap peserta yang
telah mengikuti pelatihan sebelumnya minimal 5 tahun atau ada up-date materi,
seperti: pelatihan manajemen OAT, pelatihan advokasi, pelatihan TB- HIV,
pelatihan DOTS plus, surveilans.
d. Pelatihan di tempat tugas/refresher (on the job training) yaitu pelatihan yang
diberikan terhadap petugas yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya, tetapi
masih ditemukan masalah dalam kinerjanya pada waktu supervisi.
2. Pelatihan lanjutan (continued training/advanced training): pelatihan untuk
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan program yang lebih tinggi dimana materi
pelatihannya berbeda dengan pelatihan dasar.
BAB XI
PELAPORAN
Salah satu komponen penting dalam surveilans yaitu pencatatan dan pelaporan
dengan maksud mendapatkan data untuk diolah, dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan
disebarluaskan untuk dimanfaatkan. Data yang dikumpulkan pada kegiatan surveilans
harus valid (akurat, lengkap, dan tepat waktu) sehingga memudahkan dalam pengolahan
dan analisis.
6. Register TB 03 UPK.
1. Proporsi pasien TB BTA positif di antara suspek yang diperiksa dahaknya (target
515%).
2. Proporsi pasien paru TB BTA positif di antara semua pasien TB paru yang yang
ditemukan (≥ 65%).
PENUTUP
Hal-hal yang bersifat lebih teknis dan rinci akan disusun dalam bentuk panduan dan
SPO yang diperlukan sesuai dengan pokok kegiatan yang mendukung pelaksanaan
pelayanan pengobatan. Setiap petugas kesehatan di RS diwajibkan mengikuti pedoman
ini secara utuh.