Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN
A      
A.    Pengertian
1.      Diabetes Melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. (Dinkes Sulsel, 2015)
2.      Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa darah diatas
normal. Dimana kadar diatur tingkatan-nya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas (Shadine,
2013).
3.      Diabetes Mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis dan multifaktorial yang dicirikan dengan dengan
hiperglikemia dengan hiper lipidemia (Baradero, 2014).
4.      Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom defisiensi sekresi insulin atau pengurangan efektifitas kerja
insulin atau keduanya yang menyebabkan hiperglekimia (Marrelli, 2016).
5.      Penyakit Kencing Manis (Diabetes Mellitus) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah secara terus-menerus (kronis) akibat
kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif (Tapan, 2015).
6.      Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal (Kemenkes, 2013).

B.     Penyebab
Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus yakni sebagai berikut :
1.      Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi,
dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut
menimbulkan destruksi sel beta.
a.       Faktor  Genetik
Penderita  Diabetes   Mellitus  tidak   mewarisi  Diabetes  Tipe  I  itu  sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya Diabetes Tipe I. Kecenderungan genetik ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b.      Faktor Imunologi
Pada Diabetes Tipe I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon ini merupakan respon
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya saolah-olah sebagai jaringan asing. autoantibodi terhadap sel-sel pulau
langerhans dan insulin endogen (interna) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa
tahun
sebelum timbulnya tanda-tanda klinis Diabetes Tipe I.
c.       Faktor Lingkungan
Infeksi virus misalnya Coxsackie B4, gondongan (mumps), rubella, sitomegalovirus dan toksin tertentu
misalnya golongan nitrosamin yang terdapat pada daging yang diawetkan dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta pankreas.

2.      Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada Diabetes Tipe II  masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula
faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Tipe II.
Faktor-faktor ini adalah:
a.       Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b.      Obesitas
c.       Riwayat keluarga
d.      Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya Diabetes Tipe II dibandingkan
dengan golongan Afro-Amerika).

C.    Insiden
Penyakit degeneratif telah menjadi epidemi yang meluas di berbagai negara di seluruh dunia.
Akibatnya hampir 17 juta orang meninggal lebih awal setiap tahun. Indonesia sebagai negara
berkembang, merupakan salah satu negara dengan prevalensi penyakit degeneratif meningkat paling
cepat, khususnya penyakit diabetes. Jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia bertambah 150-200
orang setiap hari. Itu artinya, setiap enam menit, jumlah penderita diabetes bertambah satu orang. Pada
tahun-tahun mendatang jumlah ini akan terus meningkat dengan prevalensi penderita yaitu orang-orang
usia
produktif di perkotaan (http://digilib.itb.ac.id di akses 26 April 2015)

D.    Patofisiologi
1.      Diabetes Tipe I
Pada Diabetes Melitus Tipe I terdapat kekurangan insulin absolut sehingga pasien membutuhkan
suplai insulin dari luar.keadaan ini disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas karena mekanisme
autoimun yang pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas diinfiltrasi oleh limfosit T
dan dapat ditemukan autoantibodi terhadap jaringan pulau (antibodi sel langerhans) dan insulin. Setelah
merusak sel beta, antibodi sel langerhans menghilang. Namun saat sel beta pankreas telah dirusak maka
produksi insulin juga akan mengalami gangguan. Dimana sel beta pankreas tidak akan dapat
memproduksi insulin sehingga akan terjadi defisiensi insulin. Maka akan terjadi hiperglikemia dimana
glukosa akan meningkat di dalam darah sebab tidak ada yang membawa masuk glukosa ke dalam sel
(Silbernalg, 2014).
2.      Tipe II
Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM), sebelumnya disebut dengan DM tipe
dewasa) hingga saat ini merupakan diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini, disposisi genetik
juga berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin relatif; pasien tidak mutlak bergantung pada
suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan meningkat, tetapi organ target
memiliki sensitifitas yang berkurang terhadap insulin. Sebagian besar pasien DM tipe II memiliki berat
badan berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi genetik, asupan makanan yang terlalu banyak, dan
aktifitas fisik yang terlalu sedikit. Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran energi meningkatkan
konsentrasi asam lemak di dalam darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di
otot dan jaringan lemak. Akibatnya, terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk meningkatan
pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun pada reseptor, resistensi insulin semakin meningkat. Obesitas
merupakan pemicu yang penting, namun bukan merupakan penyebab tunggal Diabetes Tipe II.
Penyebab yang lebih penting adalah adanya disposisi genetik yang menurunkan sensitifitas
insulin. Sering kali, pelepasan insulin selalu tidak pernah normal. Beberapa gen telah di identifikasi
sebagai gen yang menigkatkan terjadinya obesitas dan DM tipe II. Diantara beberapa faktor, kelaian
genetik pada protein yang memisahkan rangkaian di mitokondria membatasi penggunaan substrat. Jika
terdapat disposisi genetik yang kuat, Diabetes Tipe II dapat terjadi pada usia muda. Penurunan
sensitifitas insulin terutama mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan
pengaruhnya pada metabolisme lemak dan protein dapat dipertahankan dengan baik. Jadi, Diabetes Tipe
II cenderung  menyebabkan  hiperglikemia  berat  tanpa  disertai gangguan metabolisme lemak
(Silbernalg, 2014).

E.     Tanda dan Gejala


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu
dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah
mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung
gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak
semua dialami oleh penderita :
1.      Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2.      Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3.      Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4.      Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5.      Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6.      Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7.      Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8.      Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9.      Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10.  Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri
bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke
waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes
mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II, umumnya mereka tidak mengalami
berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis
(Shadine, 2013).

F.     Komplikasi
Komplikasi penyakit diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu komplikasi bersifat akut
dan kronis (menahun). Kompliasi akut merupakan kompliasi yang harus ditindak cepat atau memerlukan
pertolongan dengan segera.  Kompliasi  kronis  merupakan  kompliasi  yang timbul setelah
penderita mengidap diabetes mellitus selama 5-10tahun atau lebih.
Komplikasi akut meliputi Diabetic Ketoacidosis (DKA), koma non-ketosis hiperosmolar (koma
hiperglikemia), hiperglikemia. Sementara komlipkasi kronis meliputi komplikasi mikrovaskuler (komplikasi
dimana pembuluh-pembuluh rambut kaku atau menyempit sehingga organ yang seharusnya
mendapatkan suplai darah dari pembuluh-pembuluh tersebut menjadi kekurangan suplai) dan  dan
komplikasi makrovaskuler (komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih besar sehingga
terjadi aterosklerosis) (Tobing, 2016).

G.    Test  Diagnostik
1. Glukosa darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih.
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
5. Elektrolit
a.       Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
b.      Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjut-nya akan menurun.
c.       Fosfor : Lebih sering menurun.
6. Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari normal yang mencerminkan
control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) karenanya sangat bermanfaat dalam
membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden (mis.
ISK baru).
7. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis etabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan
respons terhadap stres atau infeksi.
9. Ureum/kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi / penurunan fungsi ginjal).
10. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai
penyebab dari DKA.
11. Insulin darah : Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai
tinggi (tipe II) uang mengindikasikan insufisiensi insulin / gangguan dalam penggunaannya
(endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody
(autoantibody).
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urine : Gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
14. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan
dan infeksi pada luka (Doengoes, 2000).

H.    Pencegahan
Upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.      Pencegahan Primer
Cara ini adalah cara yang paling sulit karena sasarannya orang sehat. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk mencegah agar DM tidak terjadi pada orang atau populasi yang rentan (risiko tinggi), yang
dilakukan sebelum timbul tanda-tanda klinis dengan cara :
a.       Makan seimbang artinya yang dimakan dan yang dikeluarkan seimbang disesuiakan dengan aktifitas
fisik dan kondisi tubuh, dengan menghindari makanan yang mengandung tinggi lemak karena bisa
menyebabkan penyusutan konsumsi energi. Mengkonsusmsi makanan
dengan kandungan karbohidrat yang berserat tinggi dan bukan olahan.
b.      Meningkatkan kegiatan olah raga yang berpengaruh pada sensitifitas insulin dan menjaga berat badan
agar tetap ideal.
c.       Kerjasama dan tanggung jawab antara instansi kesehatan, masyarakat, swasta dan pemerintah, untuk
melakukan penyuluhan kepada masyarakat
2.      Pencegahan Sekunder
a.       Ditujukan pada pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif, sehingga komplikasi dapat
dicegah.
b.      Hal ini dapat dilakukan dengan skrining, untuk menemukan penderita sedini mungkin terutama
individu/populasi.
c.       Kalaupun ada komplikasi masih reversible / kembali seperti semula.
d.      Penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan materi penyuluhan seperti : apakah itu
DM, bagaimana penatalaksanaan DM, obat-obatan untuk mengontrol glukosa darah, perencanaan
makan, dan olah raga.
3.      Pencegahan Tersier
a.       Upaya dilakukan untuk semua penderita DM untuk mencegah komplikasi.
b.      Mencegah progresi dari komplikasi supaya tidak terjadi kegagalan organ.
c.       Mencegah kecacatan akibat komplikasi yang ditimbulkan.
Strategi yang bisa dilakukan untuk pencegahan DM adalah :
1.      Population/Community Approach (Pendekatan Komunitas) :
Mendidik masyarakat menjalankan gaya hidup sehat dengan cara
a.       Mengendalikan berat badan, glukosa darah, lipid, tekanan darah, asam urat.
b.      Menghindari gaya hidup berisiko.
c.       Kerjasama dengan semua lapisan masyarakat.

2.      Individual High Risk Approach (Pendekatan Individu) :


a.       Umur > 40th
b.      Obesitas
c.       Hipertensi
d.      Riwayat keluarga / keturunan
e.       Dislipidemia / timbunan lemak dalam darah yang berlebihan
f.       Riwayat melahirkan > 4 kg
g.      Riwayat DM pada saat kehamilan

I.       Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin  dan  kadar
glukosa darah dalam  upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
1.      Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes.
Penatalaksaan nutrisi pada penderita Diabetes Mellitus diarahkan untuk mencapai tujuan berikut:
a.       Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya, vitamin, mineral)
b.      Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c.       Memenuhi kebutuhan energi
d.      Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah
mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
e.       Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
2.      Latihan (olah raga)
Latihan  sangat  penting dalam penatalaksanaan diabetik karena efeknya dapat menurunkan
kadar glukosa darah dan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa
oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan otot juga diperbaiki
dengan berolahraga.
3.      Pemantauan Kadar Glukosa dan Keton
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri memungkinkan deteksi
dan pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah
normal yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang. Pemantauan kadar
glukosa darah merupakan prosedur yang berguna bagi semua penderita diabetes. Pemantauan ini
merupakan dasar untuk melaksanakan terapi insulin yang intensif dan untuk menangani kehamilan yang
dipersulit oleh penyakit diabetes. Pemeriksaan ini juga sangat dianjurkan bagi pasien-pasien dengan:
a.       Penyakit diabetes yang tidak stabil
b.      Kecenderungan untuk mengalami ketosis berat atau hipoglikemia
c.       Hipoglikemia tanpa gejala peringatan
d.      Ambang glukosa renal yang abnormal
Bagi penderita yang tidak menggunakan insulin, pemantauan mandiri glukosa darah sangat
membantu dalam melakukan pemantauan terhadap efektivitas latihan, diet, dan obat hipoglikemia oral.
Metode ini juga dapat membantu memotivasi pasien untuk melanjutkan terapinya. Bagi penderita
Diabetes Mellitus tipe II, pemantauan mandiri glukosa darah harus dianjurkan dalam kondisi yang juga
dapat menyebabkan hiperglikemia (misalnya, keadaan sakit) atau  hipoglikemia  (misalnya, peningkatan
aktifias berlebihan)
4.      Terapi Insulin
Pada Diabetes Mellitus  tipe II insulin mungkin diperlukan seabgai terapi jangka panjang untuk
mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.
Disamping itu, sebagian pasien Diabetes Mellitus tipe II yang biasanya mengendalikan kadar glukosa
darah dengan diet dan obat oral kadang membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit,
kehamilan, pembedahan, atau beberapa kejadian stress lainnya. Preparat insulin dapat dikelompokkan
kedalam tiga kategori  utama, yaitu:
a.       Insulin regular (R) / Short acting Insulin
b.      NPH Insulin / Intermediate acting Insulin, Lente Insulin (L)
c.       Ultralente Insulin (UL) / Long acting Insulin.
5.      Pendidikan / Penyuluhan
Pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan bagi pasien diabetes bertujuan untuk
menunjang perilaku meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk
mencapai keadaan sehat optimal dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih
baik. Sasaran penyuluhan adalah pasien diabetes beserta keluarganya, orang-orang yang beraktivitas
bersama-sama dengan pasien sehari-hari baik di lingkungan rumah maupun lingkungan lain. Pada
pasien Diabetes Mellitus tipe II yang beru terdeteksi, pendidikan dasar tentang diabetes harus mencakup
informasi tentang ketrampilan preventif, antara lain:
a.       Perawatan kaki
b.      Perawatan mata
c.       Higiene umum (misalnya, perawatan kulit, kebersihan mulut)
d.      Penanganan faktor resiko (mengendalikan tekanan darah dan kadar lemak darah, menormalkan kadar
glukosa darah).

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1. Diabetes Melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal.
2. Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus yakni : Faktor  Genetik, Faktor Imunologi, Faktor
Lingkungan, Usia, Obesitas dan Riwayat keluarga
3. Insiden  Diabetes Mellitus di Indonesia bertambah 150-200 orang setiap hari. Itu artinya, setiap
enam menit, jumlah penderita diabetes bertambah satu orang. Pada tahun-tahun mendatang jumlah ini
akan terus meningkat dengan prevalensi penderita yaitu orang-orang usia produktif di perkotaan
4. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu
dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah
mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung
gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
5. Komplikasi penyakit diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu komplikasi bersifat akut
dan kronis (menahun).
6.      Upaya pencegahan penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan dengan cara: Pencegahan
Primer,  Pencegahan Sekunder dan Pencegahan Tersier.
7. Penatalaksanaan diabetes mellitus bisa dilakukan dengan cara : Diet, Latihan (olah
raga), Pemantauan Kadar Glukosa dan Keton, Terapi Insulin dan Pendidikan / Penyuluhan.

B.       Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.         Selalu berhati-hatilah dalam menjaga pola  hidup. Sering berolah raga dan
istirahat yang cukup.
2.         Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang terlalu
manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, 2014. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.

Christmastuti Nur, 2016. Sarana Deteksi Penyakit Diabetes Dengan Sampel Saliva (Studi Kasus Di Bandung
Indah Plaza) http://digilib.itb.ac.id (Online) Diakses 01Agustus 2016.

Dinkes Sulsel, 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014. Dinkes Sulsel.
Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan :
Jakarta.

Liputan6, 2016. Diabetes Melitus, Indonesia Duduki Peringkat ke-4


Dunia.http://health.liputan6.com (Online) Diakses 01Agustus 2016.

Marrelli, 2016. Buku  Saku Dokumentasi Keperawatan.  Jakarta : EGC

Shadine, 2013. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke, dan Serangan Jantung.  Jakarta : Keenbooks.

Silbernalg, 2014. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Tapan, 2015. Penyakit Degeneratif. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Tobing, 2016. Care Yourself, Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Plus.

Anda mungkin juga menyukai