Nomor : 02/SLF-PH/IX/2022
Lamp. : 1 (satu) gabung
Prihal. : Permohonan Pengayoman / Perlindungan Hukum
Kepada
Yth. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan RI.
Di –
Tempat
Dengan hormat,
Untuk dan atas nama klien kami, atas nama Anak Agung Ngurah Oka, sebagaimana
surat kuasa khusus tanggal 28 Desember 2021 (terlampir). Dengan ini hendak
mengajukan permohonan Pengayoman/ Perlindungan Hukum terhadap klien kami
dan seluruh keluarga besarnya atas nama keluarga besar Jro Gede Kepisah karena
mendapat tekanan dan dikriminalisasi dengan adanya laporan polisi dugaan
pemalsuan silsilah yang dilaporkan oleh Anak Agung Ngurah Eka Wijaya dari Jro
Jambe Suci Denpasar yang tidak ada hubungan darah atau saudara sama sekali.
Bahwa adanya dugaan kriminalisasi atas klien kami sejak tahun 2015 sampai saat
ini dengan bantuan oknum penyidik di Krimsus Polda Bali dengan cara memfasiltasi
Pelapor untuk menekan dan memanggil klien kami dan seluruh keluarganya serta
melakukan tindakan intimidasi kepada saksi dari apparat desa setempat untuk mau
mengakui dan membenarkan laporan dari Pelapor. Bahwa Pelapor sejak tahu 2014
pernah datang ke rumah keluarga besar klien kami untuk meminta bagian tanah dari
milik keluarga besar klien kami yang merupakan tanah warisan secara turun
temurun apabila tidak diberikan Pelapor pernah mengancam akan memenjarakan
klien kami, atas ancaman tersebut Pelapor pernah membuat laporan polisi di
Ditkrimum Polda Bali tahun 2015 dan berhasil membuat status hukum klien kami
sebagai tersangka namun akhirnya dapat dipatahkan tuduhan itu dengan
permohonan Pra Peradilan di Pengadilan Negeri Denpasar atas status tersangka
klien kami dinyatakan tidak sah dan akhirnya penyidik Ditkrimum Polda Bali
menghentikan laporan polisi Pelapor di tahun 2018;
Namun usaha Pelapor tidak berhenti disana, kembali pelapor melaporkan klien kami
di tahun 2018 dengan laporan polisi nomor : LP/245/VII/2018/Bali/SPKT. Namun
waktu itu klien kami tidak pernah dipanggil penyidik artinya laporan polisi itu tidak
pernah di proses, sehingga klien kami tidak tahu dan proses permohonan sertifkat
tanah warisan dari keluarga besar Klien kami dapat terlaksana. Namun klien kami
baru mengetahui adanya pelaporan dari pelapor di tahun 2018 sejak Klien kami
mengurus pensertifikatan tanah atas sebidang tanah yang belum selesai prosesnya
di BPN Kota Denpasar dimana permohonan klien kami tidak dapat dilanjutkan
karena adanya laporan polisi di Ditkrimum Polda Bali tahun 2018 dan adanya
laporan pengaduan masyarakat (dumas) di Ditkrimsus Polda Bali pelapor atas nama
Anak Agung Ngurah Eka Wijaya.
Adapun hal hal yang penting menjadi bahan pertimbangan atas telah terjadinya
tindakan kriminalisasi atas klien kami sebagai berikut :
2. Bahwa belum adanya sita pengadilan atas laporan polisi yang sudah
berstatus penyidikan atau gugatan perdata, BPN Kota Denpasar sudah
memblokir tanah klien kami karena alasan adanya laporan polisi nomor
LP/245/VII/2018/Bali/SPKT dan Dumas nomor LI/28/I/2021/Ditreskrimsus,
jelas membuktikan oknum Penyidik menggunakan kewenangannya untuk
menekan pejabat BPN Kota Denpasar untuk melakukan pemblokiran tanpa
adanya dasar hukum atau melakukan pemblokiran dengan melawan aturan
hukum yang ada;
5. Bahwa apabila pelapor merasa dirugikan oleh klien kami terkait masalah
tanah sebaiknya pelapor bisa membuktikan hak keperdataannya dahulu
melalui gugatan perdata di Pengadilan Negeri baru selanjutnya mengajukan
gugatan ke klien kami atau membuat laporan polisi melaporkan klien kami
apabila klien kami mengabaikan putusan pengadilan yang sudah berkekuatan
hukum. Kami hanya sangat meyayangkan Anak Agung Ngurah Eka Wijaya
2
menggunakan laporan polisi dengan data yang diambil dari dokumen negara
di BPN Kota Denpasar yang dahulu diajukan oleh klien kami karena
memohon sertifkat hak milik, digunakan oleh Anak Agung Ngurah Eka Wijaya
untuk membuat laporan polisi dengan dugaan pemalsuan silsilah sementara
Anak Agung Ngurah Eka Wijaya bukan bagian dari keluarga klien kami jadi
legal standing tidak ada untuk melaporkan adanya unsur kerugian, dimana
laporan polisi tersebut diproses oleh oknum penyidik dengan melakukan
penekanan penekanan secara psikologis sehingga keluarga klien kami
menjadi mengalami keresahan dan oknum pejabat di BPN Kota Denpasar jadi
takut memproses permohonan yang terkait tanah milik klien kami sampai saat
ini hanya karena ada laporan polisi dan dumas di Polda Bali.
6. Bahwa kami meminta segera laporan polisi dari Anak Agung Ngurah Eka
Wijaya dihentikan sebelum pelapor bisa membuktikan dengan adanya
putusan pengadilan tentang hak keperdataannya sebagai keturunan I Gusti
Raka Ampug (alm.) atau setidaknya team penyidik yang saat ini melakukan
penyidikan atas perkara yang dilaporkan oleh Anak Agung Ngurah Eka
Wijaya itu diganti karena kami merasa sudah tidak netral dan ada unsur
keberpihakan.