Fadhillah Isnaini
fadhillahisnaini1417@gmail.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Sebagai generasi muda yang tinggal di Negara yang pluralis, sikap nasionalisme dan
toleransi merupakan hal yang wajib dimiliki oleh generasi muda. Sehingga, pendidikan di
Indonesia mulai dari tingkat MI/ SD hingga Perguruan Tinggi sudah sewajibnya dalam
Pembelajaran Kewarganegaraan mampu membekali generasi muda sikap nasionalisme dan
toleransi supaya dapat menjadi penyemangat persatuan generasi muda pada masa depan.
1
Banks, J.A. Diversity, Groups Identity and Citizenship Education in a Global Age. Dalam Educational Research. Hlm
132.
1
Membentuk sikap nasionalisme pada generasi muda diperlukan proses yang berkelanjutan
dan berkesinambungan pada setiap jenjang pendidikan. Melalui mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan akan dikembangkanlah sikap dan rasa nasionalisme. Pada saat ini, realisasi
kehidupan berbangsa dan bernegara dihadapi berbagai krisis. Oleh karena itu, sangat penting
untuk membentuk atau menumbuhkan sikap nasionalisme pada generasi muda. Pengetahuan dan
pemahaman dasar tentang nasianalisme penting ditanamkan melalui Pendidikan
Kewarganegaraan supaya terbentuknya bangsa Indonesia yang sejahtera dan rukun yang
senantiasa menjunjung tinggi nilai luhur Pancasila.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan ini ialah berupa penelitian studi literature menggunakan referensi
teori yang relevan dengan kasus ataupun permasalahan yang ditemukan. Melalui jalan penelitian
studi literature, diperoleh referensi teori yang dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan
teori konsep baru ketika praktek penelitian di lapangan.
Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan atau yang disingkat PKn merupakan salah satu muatan
kurikulum pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari MI/ SD hingga Perguruan Tingggi. Dalam
menuju masyarakat yang madani, Pendidikan Kewarganegaraan perlu melakukan penyesuaian
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang selalu berubah sejak Prokalamasi RI hingga saat ini.
Misi dari Pendidikan Kewarganegaraan ialah pembentukan karakter yang sesuai dengan nilai-
nilai luhur Pancasila dan UUD 1945. Cogan berpendapat bahwa: “education for citizenship is the
large overarching concept here while civic education is but one part, albeit a very important
part, of one’s development as citizen”. Pendidikan Kewarganegaraan ialah suatu konsep yang
menyeluruh yang besar yang sangat penting, dari perkembangan seseorang sebagai warga
Negara. 2
Terdapat tiga aspek penting yang harus dimiliki Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu
pengetahuan, keterampilan (skill) dan pembentukan karakter. Menurut Center for Civic
Education dalam National Standart of Civic and Government , ketiga komponen pokok yang
harus dimiliki Pendidikan Kewarganegaraan ialah civic knowledge (pengetahuan
kewarganegaraan), civic skill (keterampilan kewarganegaraan) dan civic disposition (karakter
kewarganegaraan).3
Secara klasik, tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan yaitu membentuk warga negara yang
baik (good citizen). Pendidikan Kewarganegaraan di era reformasi dituntut untuk memfasilisasi
diri agar dapat melaksanakan misi sesuai visinya. Dalam struktur kurikulum, Belinda Charles
2
Cogan. Citizenship Education of the 21st Century: Setting the Context. (London: Kogan Page Limited, 1998) hlm. 50
3
Margaret S. Belajar Civic Education dari Amerika. (Yogyakarta: Kerja sama LKIS dan Asia Foundation, 1999) hlm. 9
2
memiliki pendapat bahwa isi dari Pendidikan Kewarganegaraan dapat ditata dalam tiga model,
yaitu formal curriculum, informal curriculu dan hidden curriculum. Dalam model formal
kurikulum, pelaksanaan pembelajarannya dapat melebur beberapa mata pelajaran. Dalam model
informal kurikulum, pembelajarannya dapat dilaksanakan atau diterapkan pada kegiatan ekstra
kurikuler, seperti Pramuka, PMR, Olahraga, klup remaja dan sebagainya, sehinngga justru lebih
efektif dalam pembentukan karakter remaja sebagai generasi muda. Dalam model hidden
kurikulum, pembelajarannya dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
penerapan etika.
1. Berpikir kritis, kreatif dan juga rasional dalam menanggapi isu kewarganegaraan yang ada.
2. Bermutu dalam berpartisipasi, memiliki tanggung jawab dan juga cerdas dalam bertintdak di
segala kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Positif dalam berkemmbang dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama bangsa-bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa lain dalam percaaturan dunia secara langsung maupun tidak
langsung dengan memanfaatkan tegnologi informasi dan komunikasi. 4
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai falsafah bangsa
2. Mempunyai budi pekerti yang luhur, disiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Bersikap rasional, dinamis dan sadar atas hak dan kewajiban sebagai warga Negara
4. Bersikap professional yang sadar akan jiwa bela Negara.
5. Berperan aktif dalam memanfaatkan ilmu dan tegnologi serta seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan juga Negara.
Nasionalisme
Secara umum pengertian Nasionalisme merupakan suatu paham yang berpendapat bahwa
kesetiaan tertinggi individu harus haruslah diserahkan kepada Negara kebangsaan. Pengertian
4
Udin S. Civic Education. (Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, 2007) hlm. 26
3
Nasionalisme menurut Anderson, ialah ”it is an imagined political community that is imagined
as both inherenly limit and sovereign”, yang berarti bahwa nasionalisme merupakan sebuah
politik berbayang yang dibayangkan sebagai kesatuan terbatas dan kekuasaan tertinggi. Disebut
berbayang karena setiap anggota dari suatu bangsa bahkan bangsa yang kecil sekalipun tidak
mengenal seluruh anggota dari bangsa tersebut. Bayangan komunitas yang senantiasa hadir
dalam pikiran setiap anggota bangsa yang menjadi referensi identitas social akan timbul
nasionalisme.5
Saat ini, pada Pendidikan Kewarganegaraan terdapat misi sebagai pendidikan nasionalisme.
Diharapkan melalui pendidikan Kewarganegaraan dapat membentuk dan maningkatkan rasa atau
sikap nasionalisme ataupun rasa kebangsaan peserta didik sebagai generasi muda, supaya mereka
dapat lebih mencintai, memilii rasa kebanggaan serta mau berkorban untuk bangsa dan juga
negaranya.6
Rasa kebersamaan, sepenanggungan, senasib dan persamaan tujuan berbangsa dan bernegara
terkandungdalam nasionalisme. Tilaar mengemukakan bahwa kesetiaan terhadap nasionalisme
akan terlihat melalui beberapa faktor, yaitu bahasa, budaya dan faktor pendidikan. Bahasa
merupakan kesatuan pemersatu bangsa, keberagaman budaya merupakan awal perbedaan yang
selanjutnya akan menyatukan bangsa untuk mewujudkan nasionalisme, dan pendidikan yang
baik menjadi jembatan bagi warga Negara dan generasi muda untuk befikir lebih dewasa, cerdas
dan memiliki wawasan yang luas.
5
Hans Kohn. Arti Nasionalisme dan Sejarahnya, Terjemahan Sumantri Mertodipuro. (Jakarta: Erlangga, 1984)
hlm.11.
6
Maftuh Bunyamin. Internalisasi Nilai Nilai Pancasila dan Nasionalisme Melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
(Educationis, vol. II, No. 2, Juli 2008) hlm. 137
7
George Mc. Nasionalisme dan Revolusi Indonesia. (Jakarta: Sinar Harapan, 1995) hlm. 175.
4
konsep dan praksis pendidikan untuk membentuk civic intelligence, civic participation dan civic
responcibility.8
Contoh kasus yang sering terjadi pada kalangan generasi muda yaitu bullying, tidakn menaati
undang-undang, menghina Negara, tidak bangga menjadi warga Negara, menghina pemerintahan
dan lain-lain. Oleh karena itru, sangat diperlukan pengajaran pembelajaran civic education
menjadi strategi pembelajaran di kelas. Pendidikan moral diperlukan secara menyeluruh dan
mempertimbangkan bahwa pendidikan moral merupakan kebutuhan sosial budaya yang mutlak
bagi keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Menurut Lickona, dalam susdut pandang substansi dan prosesnya dibutuhkan pengembangan
nilai karakter yang baik. Nilai-niali yang dimaksud tersebut ialah moral knowing, moral feeling
dan moral action. Pengetahuang, perasaan dan tindakan moral merupakan tindakan yang
bersinergi atau memiliki keterkaitan dalam membentuk sikap nasionalisme generasi muda. 9
Indonesia merupakan Negara yang multicultural, yang memiliki keberagaman suku bangsa,
agama, etnis dan budaya. Sikap dan kompetensi haruslah dimiliki oleh generasi muda untuk
dapat mendengarkan kecakapan sosial, berpikir, berpendapat dan mengendalikan diri untuk
terhindar dari berbagai konflik yang timbul dari keberagaman bangsa yang ada di Indonesia.
Menurut Buchori (1994), strategi pembinaan sikap nasionalisme yaitu kenal akan lingkungan
fisik, lingkungan sosio cultural dan juga diri sendiri. Ketiga hal itu merupakan hal-hal dasar
dalam membentuk dan mengembangkan sikap yang menghargai antar satu dengan yang lainnya.
Kebaikan sikap dan menghargai sesama haruslah dicermin pada kehidupan generasi muda.
Menjunjung tinggi seluruh nilai kearifan lokal serta bersama untuk saling mendorong tujuan
nasional sangatlah diperlukan. Sikap dan prilaku toleransi keberagaman di Indonesia yaitu
menghargai perbedaan yang ada di Indonesia serna mengembangkan sikap yang saling
mengharggai untuk menghindari permasalahan atau konflik antar suku sehingga bangsa
Indonesia dapat hidup dengan damai. 10
SIMPULAN
8
Udin S, Op. Cit. hlm. 167
9
Thomas Lickona. Educating for Character: How Our School can Teach Respect and Responsibility. (New York:
Bantams Book, 1992) hlm. 63
10
Mochtar Buchori. Pendidikan Antisipatoris. (Yogyakarta: Kanisius, 1994) hlm. 97
5
cerdas serta menjunjung tinggi ideologi Negara dan akan terbentukkan generasi muda yang
memiliki sikap nasionalisme.
DAFTAR PUSTAKA
Banks, J.A. 2008. Diversity, Groups Identity and Citizenship Education in a Global Age. Dalam
Educational Researcher, 37 (3), hlm.129-139.
Buchori, Mochtar. 1994. Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Kanisius.
Bunyamin, Maftuh, . 2008. Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme Melalui
Pendidikan Kewarganegaraan. EDUCATIONIST Vol. II No. 2 Juli 2008.
Branson, Margaret S., dkk. 1999. Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta Kerja sama
LKIS dan Asia Foundation.
Cogan, J.J. 1998. Citizenship Education for the 21st Century: Setting The Context. London:
Kogan Page Limited.
George Mc Turnan Kahin, 1995. Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia. Jakarta: Sinar
Harapan
Hans Kohn, 1984, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya, Terj. Sumantri Mertodipuro, Jakarta:
Erlangga.
Lickona, Thomas. 1992. Educating for Character: How our School can Teach Respect an
Responsibility. New York : Bantams Books.
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Winataputra, Udin S, Dasim Budimansyah 2007. Civic Education. Bandung : Program Studi
Pendidikan Kewarganegaraan.