Anda di halaman 1dari 8

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S2 Rekayasa

Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikomersialkan”


SNI 8460:2017

Semua letak titik-titik instrumentasi harus mendapat persetujuan konsultan perencana


dan/atau pengawas ahli.

6.6 Jet grouting

6.6.1 Ruang lingkup pekerjaan jet grouting

Subpasal ini menetapkan prinsip-prinsip perancangan pekerjaan jet grouting. Proses jet
grouting harus dibedakan dari proses grouting lainnya yang tercantum dalam 6.5.

6.6.2 Metode jet grouting

Jet grouting merupakan metode grouting saat bahan grout diinjeksikan dengan tekanan
tinggi (300--600 bar atau 30.000--60.000 kPa) melalui mata jet dengan kecepatan semprot
yang tinggi (180--300 m/detik). Dengan demikian bahan grout yang disemprotkan akan
memotong dan mengerosi tanah asli, lalu mengakibatkan tanah asli tersebut bercampur
dan/atau tergantikan dengan bahan grout sehingga terbentuklah kolom-kolom tanah-semen
yang relatif seragam juga berkekuatan tinggi.
Jet grouting dapat pula dikategorikan sebagai salah satu bentuk perbaikan tanah dengan
sistem pencampuran dalam (deep mixing method). Pelaksanaannya dilakukan dengan
melakukan pengeboran hingga mencapai kedalaman rencana, lalu diikuti dengan injeksi
grout (terkadang dicampur dengan cairan lain, dan/atau udara) yang dipompakan sambil
memutar setang bor dengan kecepatan 10--20 rpm, dan secara bersamaaan setang bor
ditarik secara perlahan-lahan ke atas untuk membentuk kolom tanah-semen yang relatif
seragam.
Mata bor jet grouting biasa berukuran lebih besar daripada batang tempat mata jetting (jet
nozzle) terletak. Batang alat jet dipasang di atas mata bor. Mata bor juga lebih besar dari
setang bor yang digunakan sehingga di dalam lubang bor akan terbentuk anulus (ruang
antara lubang bor dengan setang bor) tempat kotoran bor tanah dapat keluar ke permukaan.
Setang bor jet grouting dapat berupa:
- pipa tunggal untuk mengalirkan atau memompakan air dan bahan grout saja;
- pipa ganda konsentrik, dapat mengalirkan dua jenis material berbeda pada saat
bersamaan; dan
- pipa rangkap tiga konsentrik, dapat mengalirkan tiga jenis material berbeda pada saat
bersamaan.
Sesuai dengan setang dan mata jet yang digunakan, ada tiga sistem pengaliran jet grouting
yang dapat digunakan, yang dijelaskan sebagai berikut.

6.6.2.1 Sistem jet tunggal

Mata jet dipasang di atas mata bor (Gambar 4a) dan memiliki pipa semprot (nozzle) tunggal.
Pengaliran dilakukan hanya dengan memompakan satu jenis material, yaitu bahan grout.
Tergantung jenis dan keteguhan tanah yang diperbaiki, biasanya menghasilkan kolom
semen berukuran hingga 50 cm untuk tanah lempung dan hingga 75 cm untuk tanah
pasiran.

© BSN 2017 74 dari 303


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8460:2017

6.6.2.2 Sistem jet ganda

Mata jet ganda (Gambar 4b), memiliki satu pipa semprot yang dikelilingi oleh lubang pipa
semprot lain. Pipa semprot terdalam memompakan semen cair, dan pipa semprot keliling
memompakan udara. Sistem ini menghasilkan kolom tanah semen yang berdiameter lebih
besar.

6.6.2.3 Sistem jet rangkap tiga

Mata jet rangkap tiga (Gambar 4c), memiliki tiga pipa semprot, yang terdalam
menyemprotkan bahan grout, dan dua yang mengelilingi mata jet terdalam menyemprotkan
air dan udara. Sistem ini menghasilkan diameter kolom yang lebih besar lagi.

© BSN 2017 75 dari 303


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8460:2017

(a) Sistem jet tunggal

(b) Sistem jet ganda

(c) Sistem jet rangkap tiga


Gambar 4 - Sistem pengaliran jet grouting (BS EN 12716:2001)

6.6.3 Struktur hasil jet grouting

Tergantung pada cara pelaksanaan jet grouting, akan dapat dihasilkan struktur kolom-kolom
semen sebagai berikut (Gambar 5).
a) Kolom semen tunggal (Gambar 5a).
b) Barisan kolom-kolom semen yang saling bertampalan (overlapped) hingga membentuk
dinding sebidang (Gambar 5b dan c).

© BSN 2017 76 dari 303


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8460:2017

c) Blok kolom-kolom semen yang saling bertampalan membentuk struktur blok tiga dimensi
(Gambar 5d).
d) Kanopi jet grouting, yaitu struktur yang dibentuk oleh jet grouting horizontal atau
subhorizontal dengan sudut ± 20° dari bidang horizontal. (Gambar 5e).

Gambar 5 – Struktur hasil jet grouting (BS EN 12716:2001)

6.6.4 Parameter jet grouting

Parameter jet grouting yang perlu dinyatakan di dalam perancangan dan pelaksanaan
adalah sebagai berikut.
- tekanan cairan grout di dalam pipa atau setang bor jet grouting;
- laju aliran fluida dalam setang bor jet grouting;
- komposisi bahan grout;
- kecepatan rotasi setang bor jet grouting;
- kecepatan penetrasi dan kecepatan penarikan setang bor jet grouting.

6.6.5 Data khusus

Data berikut harus diselidiki dan diketahui sebelum merancang pelaksanaan pekerjaan jet
grouting:
- penyelidikan tanah: perincian profil tanah dan sifat-sifat geoteknik tanah asli tempat akan
dilakukan perbaikan tanah;
- kondisi geologi;
- kondisi air tanah;

© BSN 2017 77 dari 303


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8460:2017

- kondisi lingkungan sekitar, di antaranya: keberadaaan dan kondisi struktur yang


berdekatan, struktur dan fasilitas yang tertanam dalam tanah, tiang listrik, dan
kemungkinan rintangan-rintangan yang ada, juga rintangan jalan kerja;
- persyaratan lingkungan, khususnya dampak lingkungan, misalnya pembuangan material
grout yang berlebih;
- deformasi yang dapat diterima dari struktur yang akan disangga atau struktur yang
berdekatan.

6.6.6 Perancangan

Karena sifat pekerjaan jet grouting yang memerlukan spesialisasi, maka perancangan
pekerjaan jet grouting harus dilakukan oleh konsultan dan/atau kontraktor spesialis yang
berpengalaman dalam pekerjaan tersebut. Alokasi perancangan, pelaksanaan, dan
pengawasan serta tanggung jawab dari semua pihak yang terkait harus secara jelas
ditentukan di dalam dokumen kontrak.
Perancangan harus mencakup hal-hal yang ditabulasikan dalam Tabel 12 (tidak perlu
berurutan).

Tabel 12 - Rekomendasi daftar aktivitas perancangan jet grouting


No. Kegiatan
1 Penyediaan data penyelidikan tanah, kondisi lapangan dan kondisi sekitar, untuk
pelaksanaan pekerjaan jet grouting.
2 Dasar keputusan untuk menggunakan jet grouting dan spesifikasi yang akan
dicapai.
3 Perancangan menyeluruh struktur jet grouting dan penentuan target geoteknik yang
akan dicapai.
4 Evaluasi kelayakan konstruksi dari perancangan.
5 Pemilihan sistem jet grouting.
6 Penentuan dimensi, lokasi, dan orientasi elemen jet grouting.
7 Melakukan uji coba lapangan.
8 Evaluasi sistem jet grouting dan pembuatan prosedur kerja.
9 Evaluasi hasil uji coba awal dan pengujian yang dilakukan.
10 Penentuan kriteria perancangan dan pengujian yang harus diberikan perhatian
khusus.
11 Spesifikasi instrumentasi yang diperlukan untuk memantau dampak jet grouting
pada struktur yang berdekatan (jenis, akurasi, dan frekuensi pengukuran).
12 Interpretasi instrumentasi yang dipasang.
13 Penentuan batas toleransi dampak jet grouting terhadap struktur yang berdekatan.
14 Hal-hal lain yang dirasa perlu mendapatkan pertimbangan.

Penyelidikan geoteknik untuk pekerjaan jet grouting

6.6.7 Penyelidikan geoteknik untuk pekerjaan jet grouting

Kesuksesan jet grouting sangat tergantung dari keakuratan data penyelidikan tanah, karena
itu sangat penting dilakukan penyelidikan geoteknik yang akurat. Semua penyelidikan
geoteknik harus dilakukan sesuai dengan persyaratan penyelidikan tanah dalam Pasal 5.
Apabila memungkinkan, penyelidikan geoteknik harus menjangkau batas-batas daerah yang
akan diperbaiki sehingga profil tanah dapat diinterpretasikan dengan cara interpolasi dari
titik-titik yang diselidiki dan bukan berdasarkan ekstrapolasi.

© BSN 2017 78 dari 303


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8460:2017

Penyelidikan secara khusus harus dapat mengidentifikasi keberadaan kondisi-kondisi


geoteknik berikut.
a) Lapisan tanah kohesif lunak atau kaku atau keberadaan lensa tanah lempung.
b) Kandungan organik.
c) Potensi kembang susut tanah.
d) Lempung sensitif.
e) Lapisan lensa tersementasi (cemented layers).
f) Posisi muka air tanah.
g) Tekanan artesis atau kondisi akuifer terkekang (confined aquifer).
h) Gradien hidraulik.
i) Sifat kimia tanah dan air.
j) Kepadatan lapisan berbutir.
k) Keberadaan kerakal dan batu bongkah.
l) Keberadaan rongga atau tanah/area yang memiliki permeabilitas tinggi.
m) Limbah kimiawi.

Parameter-parameter berikut juga harus diteliti, baik melalui uji laboratorium dan/atau dari uji
lapangan.
a) Ukuran butiran tanah (gradasi butiran tanah), kadar air, batas-batas Atterberg.
b) Kepadatan, dengan pengukuran langsung atau tidak langsung.
c) Kuat geser.
d) Uji lapangan (CPT, SPT, atau lainnya) untuk mengindentifikasi variasi tingkat kepadatan
tanah.
e) Standar tata cara pengujian lapangan dan laboratorium seperti ditentukan dalam 5.6 dan
5.7.

6.6.8 Persyaratan material dan produk

Kecuali ditentukan lain, sifat-sifat bahan yang digunakan harus memenuhi SNI untuk material
konstruksi. Berikut adalah persyaratan-persyaratan untuk material dan produk untuk
grouting.
a) Bahan dasar jet grouting merupakan campuran semen dengan air, namun dapat pula
digunakan bahan pengikat hidraulik selain semen. Rasio perbandingan berat air terhadap
berat semen yang digunakan berkisar antara 0,5 dan 1,5, tergantung dari kuat tekan
yang ingin dicapai.
b) Bahan tambah untuk pengurang air, penstabil, pemlastis atau pelunak (plasticizer), anti
air (waterproofing) atau antiwashing dapat ditambahkan ke dalam campuran air/semen.
c) Bahan lain, seperti bentonit, bahan pengisi, abu terbang (fly-ash), juga dapat
ditambahkan ke dalam campuran.
d) Ketika bentonit yang digunakan dalam campuran, campuran air bentonit harus
dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pencampuran dengan semen dilakukan.
e) Semua air tawar yang dapat diminum dapat digunakan untuk campuran bahan jet
grouting.

© BSN 2017 79 dari 303


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8460:2017

f) Air dari sumber selain pemasok air minum yang diakui harus dianalisis untuk memastikan
bahwa air tersebut tidak memiliki efek negatif pada waktu setting, pengerasan, dan daya
tahan campuran. Juga tidak akan mengakibatkan korosi pada tulangan (bila ada).
g) Jika semen yang digunakan tidak sesuai SNI, harus dilakukan uji material semen untuk
memastikan bahwa waktu setting, pengerasan, kekuatan, dan daya tahan yang
disyaratkan dalam spesifikasi perancangan terpenuhi.
h) Harus dipastikan bahwa tidak ada butiran berukuran relatif besar yang masuk ke dalam
material jet grouting yang dapat memblokir pipa semprot jet grouting.
i) Bilamana digunakan baja sebagai penulangan, maka material baja harus memenuhi SNI
material konstruksi.

6.6.9 Pertimbangan lain dalam perancangan

6.6.9.1 Aplikasi

Jet grouting dapat diterapkan baik dalam konstruksi yang bersifat sementara ataupun
bersifat permanen, di antaranya:
 untuk fondasi struktur yang akan dibangun (Gambar 6a),
 penyokong fondasi eksisting atau penopang (underpinning) (Gambar 6b),
 membangun penghalang berpermeabilitas rendah (Gambar 6c),
 dinding penahan tanah (Gambar 6d),
 pelindung erosi (Gambar 6e), dan
 memperkuat massa tanah (Gambar 6f).

© BSN 2017 80 dari 303


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Sub Komite Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8460:2017

Gambar 6 – Beberapa aplikasi jet grouting (BS EN 12716:2001 dan lainnya)

Perancangan pekerjaan jet grouting perlu memperhatikan persyaratan-persyaratan berikut.


a) Mulut (ujung atas) lubang bor harus terletak di atas permukaan air. Bilamana mulut
lubang bor di bawah permukaan air, maka harus digunakan penutup atau selubung
(casing) dan bibir penutup berada di atas permukaan air. Bilamana ada tekanan air
artesis, maka harus diambil langkah-langkah pencegahan agar tidak terjadi efek
tererosinya tanah dasar (piping) akibat tekanan air artesis.
b) Tujuan pekerjaan jet grouting harus secara jelas dinyatakan dalam perancangan.
Formasi titik-titik jet grouting yang direncanakan harus sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
c) Urutan pengerjaan titik-titik jet grouting harus ditentukan dalam perancangan. Perincian
urutan pelaksanaan sebaiknya ditampilkan pada gambar pelaksanaan pekerjaan.
d) Jika data penyelidikan tanah kurang memadai, dan/atau tidak ada pengalaman pekerjaan
jet grouting dalam kondisi tanah yang serupa, perancangan pekerjaan jet grouting harus
ditentukan melalui uji coba pekerjaan secara langsung di lapangan.
e) Untuk memastikan hasil yang konsisten, prosedur yang ditetapkan dalam perancangan
harus dilakukan dan diuji dengan baik. Dalam kondisi tanah yang beragam, maka perlu
dilakukan beberapa titik percobaan pelaksanaan jet grouting.
f) Dalam hal bahan jet grouting akan mengalami kondisi berat, seperti tekanan tinggi atau
ketahanan terhadap lingkungan agresif, uji coba lapangan sebaiknya didahului dengan
pengujian laboratorium pada contoh campuran tanah asli dengan bahan grout dengan

© BSN 2017 81 dari 303

Anda mungkin juga menyukai