ABSTRAK
Keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan memecahkan masalah merupakan salah satu kompetensi yang
harus dimiliki siswa di abad 21 , yang perlu dikembangkan melalui proses pembelajaran, dan masih menjadi
tantangan guru hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif,
keterampilan memecahkan masalah, dan hasil belajar siswa kelas VII melalui pembelajaran berbasis masalah
(PBL). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 18 Malang. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIE.
Penelitian dilakukan dua siklus (diulang tujuh kali). Setiap siklus mengacu pada Spiral Model oleh Kemmis,
McTaggart, dan Nixon. Data keterampilan pemecahan masalah diperoleh dari penilaian LKS, data keterampilan
berpikir kreatif diperoleh dari rubrik performance grading dan data hasil belajar diperoleh dari tes esai akhir
siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBL meningkat (1) rata-rata keterampilan pemecahan masalah
27% dengan tingkat penyelesaian 47%, (2) rata-rata keterampilan berpikir kreatif 11% dengan tingkat
penyelesaian 17,5%, dan (3) rata-rata hasil belajar 13% dengan tingkat ketuntasan 15%. Dapat disimpulkan
bahwa guru dapat menerapkan PBL untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif, keterampilan memecahkan
masalah, dan hasil belajar siswa.
Kutipan: Khoiriyah, AJ & Husamah, H. (2018). Pembelajaran berbasis masalah: Keterampilan berpikir
kreatif, keterampilan memecahkan masalah, dan hasil belajar siswa kelas tujuh. JPBI (Jurnal Pendidikan 151
Biologi Indonesia), 4(2), 151-160. https://doi.org/10.22219/jpbi.v4i2.5804
Machine Translated by Google
Khoiriyah & Husamah / JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia) / 4 (2) (2018) hlm. 151-160
Strategi dan model pembelajaran yang mendorong oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
pengembangan keterampilan pemecahan masalah sangat Indonesia (Arif, 2015; AT
bermanfaat bagi siswa pada aspek kognitif, psikomotor, dan Susanti, Prayitno, & Sudarisman, 2015). Inti dari PBL adalah
afektif (Chang et al., 2017; Scott, 2015). Dengan terbiasa menyajikan situasi problematik yang otentik dan bermakna
memecahkan masalah dalam pembelajaran IPA, siswa akan kepada siswa dan dapat digunakan sebagai batu loncatan
lebih terlatih dalam keterampilan berpikir dan keterampilan untuk penyelidikan (Arends, 2012). Tujuan PBL adalah untuk
memecahkan masalah. Selain itu, pembelajaran yang mempelajari isi, keterampilan proses, keterampilan
mendorong pengembangan keterampilan pemecahan pemecahan masalah, dan belajar dalam kehidupan yang
masalah dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan lebih luas di masa depan. Dalam menghadapi tantangan 21 -
berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa (Utaminingsih,
Abdurrahman, & Kadaryanto, 2015). Guru abad harus mempersiapkan siswa agar mampu
menjadi peneliti, kritis, dan kreatif (Barell, 2010; Firdaus,
Kailani, Bakar, & Bakry, 2015; Kassab et al., 2017).
Kegiatan pembelajaran harus dirancang untuk
memastikan bahwa siswa berada di garis depan kegiatan Tahapan pembelajaran PBL meliputi: (1)
pembelajaran atau berpusat pada siswa (Arif, 2015; Mengintegrasikan siswa ke masalah (2)
Husamah, 2015a), untuk lebih kreatif dalam menciptakan Mengorganisir siswa untuk belajar (3) Membimbing
kelas yang kondusif (Schettino, 2016; Yusof, Hassan, penyelidikan (4) Mengembangkan dan mempresentasikan
Jamaludin, & Harun, 2012), dan selanjutnya menghasilkan karya, dan (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses
pembelajaran yang bermakna (Chiang & Lee, 2016; Haridza pemecahan masalah (Arends, 2012; Strobel & Barneveld,
& Irving, 2017; Winarso, 2014), yang dalam hal ini adalah 2009). Tahapan tersebut memungkinkan siswa untuk mencari
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dan tahu, membaca banyak perpustakaan sehingga dapat
keterampilan memecahkan masalah. membangun pengetahuan siswa.
Berdasarkan observasi dan evaluasi yang dilakukan oleh Beberapa guru, peneliti, dan ahli telah mencoba
guru dan tim peneliti di kelas VIIE SMP Negeri 18 Kota menerapkan PBL dalam pembelajaran yang mereka lakukan
Malang (SJHS 18 Malang), ditemukan bahwa kondisi di kelas. Dalam konteks pembelajaran di Indonesia, di tingkat
pembelajaran adalah: (1) SMP telah dilakukan beberapa penelitian. Berdasarkan
berbagai hasil penelitian ditemukan bahwa PBL dapat
Siswa dengan mudah menguasai materi secara teori (2) meningkatkan kualitas pembelajaran di tingkat SMP (Andini,
Siswa memiliki kemampuan bekerjasama dengan teman (5) Susanto, & Hobri, 2017; Karyatin, 2016). PBL meningkatkan
Siswa memiliki kemampuan menggunakan peralatan keterampilan siswa dalam menempatkan peta pikiran pada
laboratorium dengan baik (6) Siswa memiliki kemampuan tingkat yang cukup baik dalam semua aspek ke tingkat yang
memahami bacaan tertulis yang diperoleh atau diberikan baik (Karyatin, 2016) dan meningkatkan kemampuan berpikir
oleh guru. Namun, kurangnya proses pembelajaran di kelas (Fatimah & Widiyatmoko, 2014; AT Susanti et al., 2015),
VIIE, yaitu (1) meningkatkan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Fatimah &
Siswa bingung ketika menghadapi masalah (2) Mereka Widiyatmoko, 2014; Fauzan et al., 2017; Mashinta et al.,
cenderung kesulitan dalam menemukan cara untuk 2015; Novika, 2014). PBL juga meningkatkan kemampuan
menyelesaikan masalah (3) Mereka membutuhkan waktu pemecahan masalah matematis (Amalia, Surya, & Syahputra,
lama untuk menentukan cara penyelesaian, dan (4) 2017; Saragih & Habeahan, 2014), meningkatkan kemampuan
kurangnya keterampilan dalam menentukan strategi penyelesaian. komunikasi matematis dan keterampilan sosial (Aufa,
Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut, dalam Saragih, & Minarni, 2016), dan kemampuan matematika
kaitannya dengan upaya peningkatan keterampilan berpikir siswa literasi (Indah, Mania, & Nursalam, 2016). PBL
kreatif, keterampilan memecahkan masalah, dan hasil belajar berkontribusi baik dalam meningkatkan aspek sikap literasi
perlu diterapkan pembelajaran berbasis masalah (PBL). PBL sains (Hartati, 2016).
merupakan pembelajaran aktif berbasis pada penggunaan
masalah yang tidak terstruktur sebagai stimulus untuk belajar
(Barell, 2010; Chuan et al., 2011; Phungsuk, Viriyavejakul,
& Ratanaolarn, 2017) yang mengutamakan pengajuan
masalah atau pertanyaan, berfokus pada hubungan antar Beberapa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan
disiplin, penyelidikan otentik, kolaborasi, dan menghasilkan eksperimen semu bertema PBL dan terkait dengan sains
karya atau menunjukkan hasil atau biologi telah dilakukan tetapi pada tingkat pendidikan
sekolah menengah dan perguruan tinggi.
(Arends, 2012; Saragih & Habeahan, 2014). Beberapa diantaranya adalah tentang PBL dan kaitannya
PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang dengan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar
disarankan untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA kognitif siswa (Fitri &
Khoiriyah & Husamah / JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia) / 4 (2) (2018) hlm. 151-160
Ramdiah, 2017; Noviar & Hastuti, 2015; Supiandi & semester tahun ajaran 2017-2018.
Julung, 2016), pengaruh PBL terhadap hasil belajar Ada tiga pengamat dalam PTK ini. Penelitian
materi sistem peredaran darah (Prilyta, Susanti, & dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan
Santoso, 2016), pengaruh PBL terhadap hasil belajar Desember 2017. Penelitian dilakukan dalam dua
konsep jamur (Rubiah, 2016), pengaruh model siklus, terdiri dari 14 kali pertemuan. Siklus pertama
pembelajaran berbasis masalah pada kemampuan mempelajari suhu, dan siklus kedua mempelajari
literasi siswa pada materi laju reaksi (Fitriani, Milama, energi. Setiap siklus terdiri dari tujuh
& Irwandi, 2017). pertemuan. Dalam setiap siklus, penelitian tindakan
kelas memiliki empat tahapan utama: perencanaan,
Beberapa peneliti telah mencoba melakukan pelaksanaan, observasi, dan terakhir, refleksi,
penelitian tentang PBL pada mata pelajaran IPS di mengacu pada Spiral Model Kemmis, McTaggart,
tingkat SMA yaitu terkait penerapan PBL untuk dan Nixon (2014).
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata Tahap perencanaan dilakukan sebelum
pelajaran sosiologi (Hajar, Darmono, & Budiati, penelitian tindakan dilakukan, yang meliputi: (1)
2016; D. Susanti, 2013). Merancang silabus;
pelaksanaan
(2) Penyusunan
pembelajaran
rencana
dengan
Sedangkan penelitian tentang PBL dan kaitannya penerapan model PBL; (3) Menyiapkan fenomena
dengan materi biologi dan matematika serta berupa gambar, video, atau eksperimen (4) membuat
kemampuan berpikir mahasiswa di perguruan tinggi, lembar kerja siswa; (5) Membuat lembar observasi
yaitu tentang pengaruh PBL terhadap kemampuan pelaksanaan PBL; (6) Merancang rubrik untuk
berpikir kritis dan berpikir kreatif mahasiswa mengukur keterampilan berpikir kreatif dan
matematika (Rosa & Pujiati, 2016), PBL pada keterampilan memecahkan masalah, dan (7)
metakognitif siswa (Danial, 2010), PBL terhadap Merancang petunjuk untuk tes esai dan rubrik
kompetensi biologi siswa (Apriana & Anwar, 2014; penilaian.
Miharja, Syamsuri, & Saptasari, 2015). Namun,
masih perlu dilakukan penelitian tentang PBL terkait Tahap kedua dan ketiga terdiri dari dua kegiatan
peningkatan keterampilan berpikir kreatif, utama yaitu pelaksanaan dan kegiatan observasi.
keterampilan memecahkan masalah, dan hasil Penerapan pembelajaran dilakukan sesuai dengan
belajar dalam konteks PTK. Sebagian besar RPP yang telah disusun. Kegiatan observasi
penelitian sebelumnya berbentuk quasi-experiment dilakukan oleh seorang guru dan tiga pengamat
dan tentunya memiliki karakteristik yang berbeda, lainnya. Rencana pembelajaran meliputi: (1)
diimplementasikan pada mata pelajaran matematika
dan sosial, serta memiliki fokus yang berbeda. Belum Kegiatan pendahuluan yang meliputi fenomena
ada PTK pada mata pelajaran IPA setingkat SMP dalam kehidupan sehari-hari, pertanyaan untuk
dan menitikberatkan pada tiga aspek yaitu menggali pengetahuan awal siswa, dan penyampaian
keterampilan berpikir kreatif, keterampilan tujuan pembelajaran; (2) Kegiatan inti meliputi
memecahkan masalah, dan hasil belajar. Oleh tahapan pembelajaran PBL; dan (3)
karena itu, berdasarkan berbagai alasan logis yang Kegiatan penutup yang terdiri dari review hasil
sejalan dengan berbagai literatur, penelitian/kajian kelompok dan kesimpulan pembelajaran.
ini perlu dilakukan dan memiliki nilai kebaruan dan Tahap keempat adalah refleksi oleh guru dan
manfaat. siswa-pengamat. Keduanya dianalisis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dan
bagaimana penerapan PBL dapat meningkatkan membahas kendala-kendala yang terjadi selama
keterampilan berpikir kreatif, keterampilan proses pembelajaran dan solusi yang potensial.
memecahkan masalah, dan hasil belajar siswa. Pengamat memberikan masukannya. Hasil analisis
Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan PTK dan pembahasan digunakan untuk perbaikan
untuk mengetahui apakah penerapan PBL dapat pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus
meningkatkan keterampilan tersebut, sekaligus berikutnya. Data yang diperoleh selama siklus I juga
menambah wawasan siswa kelas VII SJHS 18 dijadikan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan
Malang. pada siklus yang akan datang.
Instrumen dalam penelitian ini dijelaskan pada
METODE Tabel 1. Rubrik keterampilan berpikir kreatif dan
keterampilan memecahkan masalah dirujuk (Rhodes,
Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK. 2009). Aspek pengetahuan yang diukur adalah
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SJHS memori, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi,
18 Malang yang berjumlah 31 siswa kelas I dan kreasi.
Khoiriyah & Husamah / JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia) / 4 (2) (2018) hlm. 151-160
Tabel 1. Spesifikasi instrumen yang digunakan dalam penelitian dan dianalisis secara kualitatif. Oleh karena
itu, digunakan teknik deskriptif komparatif dan analisis
Data
kritis. Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk
Instrumen Variabel No teknik
data kuantitatif khususnya dengan membandingkan
pengambilan
hasil setiap siklus. Data berupa skor yang diperoleh
1 Rubrik Lembar
kerja siswa
dari siklus I dan II, disajikan dalam tabel dan dianalisis
(Rhodes,
Keterampilan berpikir kreatif menggunakan analisis deskriptif komparatif. Data
2009)
2 Keterampilan Rubrik Lembar dapat dibaca secara deskriptif; Oleh karena itu, analisis
memecahkan (Rhodes, kerja siswa kritis digunakan untuk mengungkap kelemahan dan
masalah 2009) kekuatan kinerja dalam proses pembelajaran
3 Hasil Uji Tes menulis (Husamah & Pantiwati, 2014).
pembelajaran
Mengembangkan
strategi pemecahan 94,73 100 100 100 6 0
masalah
Mengusulkan hal-
hal baru atau unik
88.07 87 97.31 100 10 15
(ide, klaim,
pertanyaan, dll.)
Menghubungkan,
79.23 87 86,78 100 10 15
mensintesis,
dan mengubah
Rata-rata 85.22 100 94.33 100 11 17.50
Siswa memerlukan pembiasaan agar memiliki keterampilan berpikir kreatif. Kreativitas adalah salah
kemampuan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. satu penanda kemanusiaan. Wulandari, Sjarkawi, dan
Pembiasaan tersebut diharapkan dapat membantu mereka Damris (2011) menyatakan bahwa keterampilan
meningkatkan keterampilannya. Keterampilan yang diperoleh berpikir diperlukan untuk pemecahan masalah. Lebih
diterapkan untuk menghadapi situasi kehidupan nyata. Salah lanjut, berpikir kreatif adalah proses mental yang
satu keterampilan yang penting dalam menyelesaikan masalah adalahdigunakan individu untuk menghasilkan ide-ide baru.
Khoiriyah & Husamah / JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia) / 4 (2) (2018) hlm. 151-160
Keterampilan berpikir kreatif dalam penelitian ini Selama ini diketahui bahwa tahapan-tahapan yang
diukur dengan kemampuan seseorang untuk menentukan tergabung dalam metode PBL mampu membantu siswa
strategi pemecahan masalah, mengembangkan desain meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya. Berpikir
pemecahan masalah, mengintegrasikan alternatif yang kreatif adalah proses berpikir yang ditandai dengan
berbeda, mengusulkan hal-hal baru atau unik (ide, klaim, kelancaran, keluwesan, orisinalitas, dan elaborasi.
pertanyaan, dll), dan menghubungkan, mensintesis dan Kefasihan adalah kemampuan untuk mengungkapkan ide
mengubah ide ide. Aspek-aspek ini diharapkan dapat dengan jelas. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk
memungkinkan siswa untuk berpikir kreatif. Guru memiliki menghasilkan berbagai ide dari sudut pandang yang
andil dalam penerapan PBL. Guru harus memotivasi berbeda. Orisinalitas adalah kemampuan untuk
dengan mengajukan pertanyaan dan membimbing menawarkan ide-ide yang unik atau tidak biasa, berbeda
penyelidikan. Kassab dkk. (2017) menyatakan bahwa guru dari yang ada di buku atau aneh dari pendapat orang lain.
dibutuhkan sebagai tutor yang dapat berperan untuk Elaborasi adalah kemampuan untuk menjelaskan faktor-
memfasilitasi proses pembelajaran dengan mengajukan faktor yang mempengaruhi dan menambahkan detail pada
pertanyaan dan memantau proses pemecahan masalah. ide-ide yang ada untuk membuatnya jauh lebih berharga
Oleh karena itu, Strobel dan Barneveld (2009) melihat PBL (Firdaus et al., 2015; Surya & Syahputra, 2017).
sebagai pendekatan pembelajaran yang ideal dimana guru
membantu siswa menentukan masalah. PBL pada keterampilan pemecahan masalah siswa
Rata-rata skor dan tingkat ketuntasan keterampilan
Data menunjukkan bahwa penerapan PBL dapat pemecahan masalah disajikan pada Tabel 3.
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Tingkat penyelesaian perbaikan adalah 0-73% (rata-rata
Kesimpulan tersebut dicapai antara lain melalui studi yang = 47%). Aspek sulit yang ditemukan siswa adalah
dilakukan oleh Ulger (2018) menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari upaya
menunjukkan bahwa PBL dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah (71,29% sampai 99,75%).
memecahkan masalah dan meningkatkan pemikiran
kreatif mereka.
Merumuskan
82.70 100 98.21 100 19 0
masalah
Mengembangkan
strategi pemecahan 77,83 48 87.69 83 13 73
masalah
Mengusulkan
hipotesis untuk
83.29 100 98.02 100 18 0
memecahkan
masalah
Menjelaskan
keuntungan dan
kerugian dari 71,29 81 91.46 100 28 23
mencoba
pemecahan masalah
Rata-rata 78,78 68 99,75 100 27 47
Pemecahan masalah adalah tahap di mana siswa Data menunjukkan bahwa PBL dapat meningkatkan
mengerahkan keterampilannya untuk menemukan pengetahuan siswa, baik dari segi keterampilan
jawaban atas masalah (Amalia et al., 2017; Lucenario et pemecahan masalah. Dalam Phungsuk dkk. (2017) studi,
al., 2016; Winarso, 2014). Fase ini akan; (1) PBL juga merupakan cara aktif bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan mempelajari keterampilan dasar pemecahan masalah dan
masalah (2) mengasah keterampilan siswa dalam memperoleh pengetahuan melalui interaksi dengan orang
memecahkan masalah; dan (3) meningkatkan kemampuan lain, keterampilan utama yang dituntut oleh hampir setiap
berpikir siswa. Metode PBL dapat melatih siswa untuk lingkungan kerja. Schettino (2016) menyatakan bahwa
mengembangkan dan mengeksplorasi masalah dengan metode PBL dapat menciptakan lingkungan belajar yang
meningkatkan kesadaran akan cara berpikir yang berbeda kondusif dan mendorong pembelajaran yang optimal.
dan menyelesaikan masalah (Baysal, 2017). Pandangan yang sama dianut oleh Supiandi dan
Khoiriyah & Husamah / JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia) / 4 (2) (2018) hlm. 151-160
Julung (2016) mengemukakan bahwa penerapan PBL untuk melakukan studi mendalam tentang materi dan
secara konsisten terbukti berhasil meningkatkan masalah, mengintegrasikan teori dan praktik, dan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang berbeda
PBL mendorong guru untuk senantiasa melatih siswa untuk mengembangkan solusi untuk masalah yang
dalam berpikir logis dan analitis untuk memecahkan diberikan oleh guru (Amalia et al., 2017; Andini et al., 2017;
masalah, sesuai dengan konstruksi mata pelajaran yang Hajar et al. , 2016; Horpyniuk, 2015).
diajarkan. Guru menciptakan situasi belajar yang menantang
dan memotivasi rasa ingin tahu siswa untuk menemukan PBL terhadap hasil belajar siswa
jawabannya sendiri (Karyatin, 2016). PBL memungkinkan Nilai rata-rata data dan pembelajaran
siswa tingkat penyelesaian dapat dilihat pada Tabel 4.
Skor Peningkatan
siklus Tingkat Penyelesaian (%) Skor peningkatan (%)
tingkat penyelesaian (%)
1 83,45 87
2 94,70 100 13 15
Ada peningkatan 13% dalam skor dan 15% proses berpikir. Masalah dirumuskan untuk membangun
peningkatan tingkat penyelesaian. Hal ini menunjukkan pengetahuan mereka, membangun tingkat penyelidikan
bahwa PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada dan keterampilan yang lebih tinggi, dan meningkatkan
mata pelajaran IPA. Ini berarti bahwa PBL memiliki kemandirian dan kepercayaan diri mereka.
prosedur yang memungkinkan siswa untuk meningkatkan Temuan PTK ini merupakan PBL sebagai bentuk
keterampilan dan pengetahuan mereka. Dalam implementasi dari teori konstruktivisme.
penelitiannya, Rosa dan Pujiati (2016) mengemukakan PBL mendorong siswa untuk mengkonstruksi
bahwa siswa yang diajar dengan metode PBL memiliki pengetahuannya sendiri melalui masalah nyata yang
kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang lebih baik. PBL memerlukan pemecahan masalah. Menurut teori
membantu siswa menumbuhkan kompetensi berpikir dan konstruktivisme, Hajar et al. (2016) menyatakan bahwa
keterampilan memecahkan masalah sehingga mereka ketika siswa melakukan kegiatan diskusi yang dilakukan
dapat menjadi pembelajar yang mandiri. pada setiap siklusnya, mereka akan saling bertukar
PBL secara konsisten meningkatkan hasil belajar pendapat dan informasi, sehingga konsep materi dapat
siswa (kognitif). Hasil belajar siswa meningkat karena PBL ditemukan oleh siswa. Penelitian ini juga menjadi “penguat”
mempromosikan siswa bagaimana menerapkan mereka bagi guru untuk menerapkan PBL di kelasnya karena sudah
sangat jelas bahwa hasil penelitian mendukung berbagai
pengetahuan dalam situasi kehidupan nyata (Supiandi & literatur yang telah banyak dijelaskan sebelumnya. PBL
Julung, 2016). Penerapan PBL secara konsisten akan secara positif mempengaruhi hasil belajar bersama dengan
mendorong peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik seperti
dikarenakan PBL memiliki langkah-langkah yang sistematis berpikir kreatif, pemecahan masalah, berpikir logis dan
dan terstruktur yaitu orientasi siswa pada masalah, pengambilan keputusan. PBL memberi siswa strategi yang
mengatur siswa untuk belajar, membimbing individu/ lebih baik untuk membantu mereka menghadapi situasi
kelompok yang sangat kompleks dalam hidup mereka.
pengalaman, mengembangkan dan mempresentasikan
karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah (Okeana, 2016). PBL hampir selalu
berpusat pada siswa. Jadi, prinsip-prinsip ini menawarkan KESIMPULAN
peluang untuk secara aktif memproses informasi, memicu
pengetahuan sebelumnya, memiliki konten yang bermakna, Kesimpulan menunjukkan bahwa penerapan PBL
dan meneliti serta mengatur informasi meningkatkan (1) rata-rata keterampilan berpikir kreatif
(Sendag & Odabasi, 2009). 11% dan tingkat ketuntasan
Tahap pertama dalam PBL adalah memperkenalkan sebesar 17,5%; (2) rata-rata pemecahan masalah
siswa pada masalah yang diberikan. Arends (2012) keterampilan pengetahuan 27% dan ketuntasan 47%; dan
menyatakan bahwa rumusan masalah dirancang oleh (3) rata-rata skor hasil belajar 3% dan tingkat ketuntasan
siswa sendiri, berdasarkan apa yang ingin mereka ketahui.
Hal ini berguna untuk mengeksplorasi rasa ingin tahu 15%. PBL dapat dilaksanakan oleh guru untuk meningkatkan
mereka sendiri, memotivasi mereka untuk menemukan keterampilan berpikir kreatif siswa, keterampilan
jawaban, dan mengembangkan kemampuan mereka memecahkan masalah, dan hasil belajar.
Khoiriyah & Husamah / JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia) / 4 (2) (2018) hlm. 151-160
Arends, RI (2012). Belajar mengajar (Edit Jurnal Obstetri & Ginekologi Taiwan, 56(3),
Kesembilan). New York, AS: Buku McGraw 325–330. https://doi.
Hill. https://doi.org/10.1017/CBO97811074153 org/10.1016/j.tjog.2017.04.011
24.004
Chiang, CL, & Lee, H. (2016). Pengaruh pembelajaran
Arif, M. (2015). Penerapan model pembelajaran berbasis proyek terhadap motivasi belajar dan
problem based learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMK.
aktivitas dan belajar siswa pada kompetensi sekolah
dasar Identifikasi dan hasil praktik membuat Jurnal Internasional Teknologi Informasi dan
komunikasi tulis di SMK Widya Praja Ungaran. Pendidikan, 6(9), 709–712. https://doi.org/
Universitas Negeri Semarang. 10.7763/IJIET.2016.V6.77
9
Chuan, TY, Rosly, NB, Zolkipli, MZ Bin, Wei, NW,
Arifin, Z. (2017). tambahkan instrumen pengukur Ahamed, MABB, Mustapha, NAB, … Zakaria,
keterampilan berpikir kritis siswa pada Z. (2011).
pembelajaran matematika abad 21. Pembelajaran berbasis masalah: Dengan atau
Jurnal TEOREMA (Penelitian Asli Matematika), tanpa fasilitator? Procedia-Sosial dan Ilmu
1(2), 92–100. Perilaku, 18, 394–399. https://
Armbruster, P., Patel, M., Johnson, E., & Weiss, M. doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.05.057
(2009). Pembelajaran aktif dan pedagogi yang Danial, M. (2010). Pengaruh strategi PBL terhadap
berpusat pada siswa meningkatkan sikap dan keterampilan metakognitif dan respon
kinerja siswa dalam pengantar biologi. CBE— mahasiswa. Jurnal Chemica, 8(2), 1–10. https://
Pendidikan Ilmu Hayati, 8(200), 203–213. doi.org/10.26858/chemicann
https://doi. n,n,n,.v11i2.487
org/10.1187/cbe.09 Fatimah, F., & Widiyatmoko, A. (2014).
Aufa, M., Saragih, S., & Minarni, A. (2016). Pengembangan science comic berbasis
Pengembangan perangkat pembelajaran problem based learning sebagai media
melalui model pembelajaran problem based pembelajaran pada tema bunyi dan
learning dalam konteks budaya Aceh untuk pendengaran untuk siswa SMP. Jurnal
meningkatkan keterampilan komunikasi
Pendidikan IPA Indonesia, 3(2), 146-153.
matematis dan keterampilan sosial siswa
https://doi.org/10.15294/jpii.v3i2.3114
SMPN 1 Muara Batu. Jurnal Pendidikan dan Fauzan, M., Gani, A., & Syukri, M. (2017).
Khoiriyah & Husamah / JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia) / 4 (2) (2018) hlm. 151-160
Penerapan model problem based learning Husamah, H. (2015b). Keterampilan berpikir perspektif
pada pembelajaran materi sistem tata surya kelestarian lingkungan mahasiswa baru
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Jurnal program studi pendidikan biologi melalui model
Pendidikan Sains Indonesia, 5(1), 27–35. pembelajaran blended project based. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 4(2), 110–119.
Firdaus, F., Kailani, I., Bakar, MN Bin, & Bakry, B. https://doi.org/
(2015). Mengembangkan kemampuan berpikir 10.15294/jpii.v4i2.3878
kritis siswa dalam pembelajaran matematika. Husamah, H., & Pantiwati, Y. (2014).
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 9(3), Pembelajaran kooperatif STAD-PJBL: Motivasi,
226–236. https://doi.org/ Keterampilan Berpikir, dan Pembelajaran
10.11591/edulearn.v9i3.1830 hasil akhir mahasiswa jurusan biologi.
Fitri, N., & Ramdiah, S. (2017). Pengaruh model Jurnal Internasional Pembelajaran dan
pembelajaran problem based learning (PBL) Pengembangan Pendidikan, 2(1), 77–94.
terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas XI Indah, N., Mania, S., & Nursalam, N. (2016).
SMA Negeri Kota Banjarmasin. Jurnal Kemampuan literasi matematika siswa melalui
Pendidikan Hayati, 3(4), 125–135. penerapan model pembelajaran problem based
learning di kelas VII SMP Negeri 5 Pallangga
Fitriani, D., Milama, B., & Irwandi, D. (2017). Kabupaten Gowa. MaPan : Jurnal Matematika
Pengaruh model pembelajaran berbasis Dan Pembelajaran, 4(2), 200–210. https://
masalah terhadap kemampuan literasi sains doi.org/10.24252/
siswa pada materi laju reaksi.
EDUSAINS, 9(2), 117–126. https://doi. mapan.2016v4n2a4
org/10.15408/es.v9i2.1402 Karyatin, K. (2016). Penerapan Modified Problem
Hajar, N.'Azmi, Darmono, AYD, & Budiati, AC (2016). Based Learning (PBL) dengan Gallery Walk
Penerapan model pembelajaran problem based (GW) untuk meningkatkan keterampilan.
learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar JPPIPA (Jurnal Penelitian Pendidikan IPA),
siswa kelas X-3 pada mata pelajaran sosiologi 1(2), 42–51.
SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran Kassab, SE, Hassan, N., El-araby, S., Salim, AH,
2015/2016. Surakarta. Alrebish, SA, Al-amro, AS, …
Hamdy, H. (2017). Pengembangan dan validasi
Haridza, R., & Irving, KE (2017). Mengembangkan angket motivasi bimbingan belajar dalam
berpikir kritis siswa sekolah menengah program pembelajaran berbasis masalah.
menggunakan model pembelajaran berbasis Pendidikan Profesi Kesehatan, 3(1), 50–58.
masalah 4 Core Area (PBL4C). Jurnal Fisika: Conf. https://doi.org/10.1016/j.hpe.
Seri, 812. https://doi.org/10.1088/1742- 2017.03.001
6596/812/1/012081 Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R.
Hartati, R. (2016). Peningkatan aspek sikap literasi (2014). Perencana penelitian tindakan:
sains siswa SMP melalui penerapan model Melakukan penelitian tindakan partisipatif kritis.
problem based learning pada pembelajaran Singapura: Springer. Diperoleh dari http://
IPA terpadu. www.springer.com/978-981-
EDUSAINS, 8(1), 90–97. https://doi.org 4560-66-5
/10.15408/es.v8i1.1796 Kurniawan, H. (2016). Efektifitas pembelajaran
Hidayah, R., Salimi, M., & Susiani, TS problem solving dan investigasi terhadap
(2017). Keterampilan berpikir kritis: Konsep keterampilan berpikir kritis berbantuan Google
dan indikator penilaian. Jurnal Taman Cendekia, Classroom. Jurnal Pendidikan Surya Edukasi
1(2), 127–133. (JPSE), 2(1), 56–67.
Horpyniuk, P. (2015). Menggunakan PBL dengan
siswa SMP. Universitas Victoria, Victoria, Lucenario, JLS, Yangco, RT, Punzalan, A.
Kanada. E., & Espinosa, AA (2016). Pelajaran pelajaran
Husamah. (2015a). Blended Project Based Learning: dipandu pengetahuan konten pedagogis: Efek
Kesadaran Metakognitif Pendidikan Biologi pada kompetensi guru dan prestasi siswa
Mahasiswa Baru. Jurnal Pendidikan dan dalam kimia.
Pembelajaran, 9 (94), 274– Education Research International, 2016, 1–
281. https://doi.org/10.11591/EDULEAR 9.https://doi.org/10.1155/2016/6068930
N.V9I4.2121 Mashinta, AS, Masykuri, M., & Sarwanto, S.
Khoiriyah & Husamah / JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia) / 4 (2) (2018) hlm. 151-160
Khoiriyah & Husamah / JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia) / 4 (2) (2018) hlm. 151-160