Anda di halaman 1dari 253

PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN

HISTORICISM DI MALANG

TUGAS AKHIR

Oleh:
SOFIA RUSDIANA
NIM. 13660060

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2018
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN

HISTORICISM DI MALANG

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur (S.Ars.)

Oleh:
SOFIA RUSDIANA
NIM. 13660060

JURUSAN ARISTEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2018

i
ii
iii
iv
ABSTRAK

Rusdiana, Sofia, 2017, Perancangan Pasar Wisata dengan Pendekatan Historicism di


Malang . Dosen Pembimbing : Arief Rakhman Setyono, MT., Ernaning Setyowati, MT.,
Achmad Nashichuddin, MA.

Kata Kunci : Pasar Wisata, Historicism.

Malang merupakan kota besar kedua setelah Kota Surabaya. Malang memiliki beberapa
potensi menonjol, diantaranya yakni potensi dari bidang perdagangan, wisata, dan sejarah.
Namun, Malang belum memiliki sebuah tempat atau wadah yang menaungi dari ketiga
potensi tersebut. Sehingga dibutuhkanlah sebuah rancangan pasar wisata yang menerapkan
konsep sejarah. Oleh sebab itu, perancangan pasar wisata ini diharapkan mampu
melestarikan serta mengenalkan kepada pengunjung terhadap sejarah dan budaya-budaya
khas Malang. Sejarah yang diangkat pada perancangan pasar wisata ini yakni sejarah
perkembangan Kota Malang tahun 1914-1940. Sedangkan konsep yang diterapkan pada
perancangan pasar wisata ini yakni Colonial Contemporer yang diambil dari prinsip,
filosofis, dan aplikatif dari pendekatan historicism. Pendekatan historicism terdapat 2
prinsip mendasar, yakni pengambilan preseden sejarah di suatu daerah dan pemakaian
elemen klasik yang dimodernisasi. Perancangan pasar wisata ini terletak di Jalan Gempol-
Malang, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Tapak tersebut terdapat pada daerah
pengembangan sub sektor pariwisata, serta sektor perdagangan dan jasa. Tapak pada
perancangan pasar wisata termasuk wilayah pengembangan lingkar Kota Malang. Tapak
sangat strategis, dikarenakan tapak berada pada perbatasan gerbang jalan masuk menuju
Kota Malang. Disamping itu, tapak merupakan akses jalan menuju Kota Malang dan Kota
Batu.

v
ABSTRACT

Rusdiana, Sofia, 2017, Design of Travel Market with Historicism Approach in Malang.
Advisor: Arief Rakhman Setyono, MT., Ernaning Setyowati, MT., Achmad
Nashichuddin, MA.

Keywords: Travel Market, Historicism.

Malang is the second major city after Surabaya. Malang has some main potential, that
potentials are trade, travel, and history. However, Malang does not have design for that
potentials. So, Malang city need a travel design to apply of history concept. Therefore,
the design of the travel market is expected to preserve and introduce visitors to the history
and cultures of Malang. The history of travel market design was taken from historical of
Malang development by Ir. Thomas Karsten since 1914-1940. Meanwhile, the design
concept is applied to the travel market is the Local Contemporer drawn from principles,
philosophical, and applicable from Historicism approach. Historicism approach have two
fundamental principles. That principles was taken of historical precedent in a region and
the used of classical elements were modernized. The site of travel market was located on
Jl. Gempol-Malang, Singosari, Malang regency. The site was located in the area of
development of tourism sub-sector, as well as trade and services sectors. The site of
design travel market including the development of the circumference of Malang. The site
very strategic, because the site on the border of the gate in the entrance to the city of
Malang. In addition, the site is an access road to the city of Malang and Batu

vi
‫ملخص البحث‬
‫سسذ‪ٚ‬اَا‪ ،‬صف‪ٛ‬ت‪ ،2017 ،‬خطة السياحات بدراسة تاريخانية في ماالنج‪ .‬انًششف‪ :‬عش‪ٚ‬ف سحًٍ سخ‪َٕٕٛ‬‬
‫انًاخسخ‪ٛ‬ش‪ ،‬إ‪ًٚ‬اَُح سخ‪ٕٛ‬اح‪ ٙ‬انًاخسخ‪ٛ‬شة‪ ،‬احًذ َص‪ٛ‬ح انذ‪ ٍٚ‬انًاخسخ‪ٛ‬ش‪.‬‬

‫الكلمات الرئيسة ‪ :‬انس‪ٛ‬احاث‪ ،‬انخاس‪ٚ‬خاَ‪ٛ‬ت‪.‬‬

‫ياالَح أكبش يذ‪ُٚ‬ت انثاَ‪ٛ‬ت يٍ سٕسابا‪ٚ‬ا‪ .‬ظٓشث ف‪ٓٛ‬ا إَٔاع اإليخ‪ٛ‬اص يُٓا ف‪ ٙ‬انخداسة ٔانس‪ٛ‬احت ٔانخاس‪ٚ‬خ بم نى‬
‫‪ٚ‬كٌٕ نٓا انًشكض انخ‪ ٙ‬حذ‪ٚ‬شْا‪ .‬نزنك ححخاج ف‪ٓٛ‬ا خطت انس‪ٛ‬احت نخطب‪ٛ‬ق انفكشة انخاس‪ٚ‬خ‪ٛ‬ت‪ .‬يٍ أخم رنك أٌ ْزِ‬
‫انخطت سخكٌٕ س‪ٛ‬احت ف‪ ٙ‬حطٕس ٔاَخشاس إنٗ انضائش‪ ٍٚ‬عٍ انخاس‪ٚ‬خ ٔانثقافت ف‪ ٙ‬ياالَح‪ .‬انخاس‪ٚ‬خ انز٘ بحثخّ‬
‫انباحثت ف‪ْ ٙ‬زِ انخطت عٍ َشأة يذ‪ُٚ‬ت ياالَح انخاس‪ٚ‬خ‪ ٙ‬ف‪ ٙ‬انسُت ‪ 9111-9191‬ي‪ٛ‬الد‪ٚ‬ت‪ .‬أيا انفكشة ف‪ٙ‬‬
‫حطب‪ٛ‬قٓا ْ‪ Colonial Contemporer ٙ‬يٍ أساس‪ٛ‬ت ٔفهسف‪ٛ‬ت ٔحطب‪ٛ‬ق‪ٛ‬ت ف‪ ٙ‬دساست حاس‪ٚ‬خاَ‪ٛ‬ت‪ .‬كاَج ف‪ْ ٙ‬زِ‬
‫انذساست انفكشح‪ ٍٛ‬األساس‪ٛ‬ت يأخٕر انسابقت انخاس‪ٚ‬خ‪ٛ‬ت ف‪ ٙ‬يكاٌ ٔاسخعًال انعُاصش انكالس‪ٛ‬ك‪ٛ‬ت انعصش‪ٚ‬ت‪.‬حقع‬
‫ْزِ انخطت ف‪ ٙ‬انشاسع غايفٕل‪-‬ياالَح ٔانُاح‪ٛ‬ت س‪ُٛ‬داساس٘ ٔانًذ‪ُٚ‬ت ياالَح‪ .‬ف‪ ٙ‬حهك انٕال‪ٚ‬ت كاَج انخًُ‪ٛ‬ت‬
‫نُاح‪ٛ‬ت انس‪ٛ‬احت ٔانخداسة ٔانكفاءة‪ٔ .‬خطت انس‪ٛ‬احت ف‪ٓٛ‬ا ححخٕ٘ يٍ يُطقت يذ‪ُٚ‬ت ياالَح ٔيٕقعٓا اسخشاح‪ٛ‬د‪ٙ‬‬
‫ألَٓا حقٕو ب‪ ٍٛ‬ححذ‪ٚ‬ذ انبٕابت انذاخهت إنٗ يذ‪ُٚ‬ت ياالَح‪ .‬يٍ َاح‪ٛ‬ت أخشٖ أَٓا طش‪ٚ‬ق انٕصٕل إنٗ يذ‪ُٚ‬ت ياالَح‬
‫ٔيذ‪ُٚ‬ت باحٕ‪.‬‬

‫‪vii‬‬
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT atas kemurahan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pra tugas akhir ini sebagai persyaratan

pengajuan tugas akhir mahasiswa. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah diutus Allah sebagai penyempurna ahklak

manusia di dunia.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam proses

penyusunan laporan tugas akhir. Untuk itu iringan do’a dan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya penulis sampaikan, baik kepada pihak-pihak yang telah banyak

membantu berupa pikiran, waktu, dukungan, motivasi dan dalam bentuk bantuan lainya

demi terselesaikannya laporan tugas akhir ini. Adapun pihak-pihak tersebut antara lain:

1. Prof. Dr. Abdul Haris, M.Ag, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

Malik Ibrahim Malang.

2. Dr. Sri Harini, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik

Ibrahim.

3. Tarranita Kusumadewi, MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang sekaligus dosen wali penulis. Terima kasih atas segala pengarahan,

motivasi dan kebijakan yang diberikan .

4. Arief Rakhman Setyono, MT. selaku pembimbing I, Ernaning Setyowati, MT. selaku

pembimbing II, dan Achmad Nashichuddin, MA. selaku pembimbing agama.

Terimakasih telah memberikan banyak motivasi, inovasi, bimbingan, arahan, serta

viii
pengetahuan yang tak ternilai selama masa kuliah terutama dalam proses penyusunan

laporan pra tugas akhir.

5. Prima Kurniawaty, ST. M.Si dan Ana Ziyadatul Husna, ST. M.Ars selaku penguji

tugas akhir. Terimakasih atas masukan-masukan, saran, pengetahuan, dan bimbingan

mengenai laporan tugas akhir. Sehingga penulis mengetahui letak kesalahan dan

menambah wawasan penulis.

6. Seluruh praktisi, dosen dan karyawan Jurusan Arsitektur UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang.

7. Anton Prasetyo, M.Si selaku karyawan Jurusan Arsitektur. Terimakasih atas bantuan

dan dukungan selama penulis menyelesaikan tugas akhir.

8. Ayah dan ibu penulis, Bapak Supadi dan Ibu Machmida Susiati selaku kedua orang

tua penulis yang tiada pernah terputus do’a nya demi mendoakan kesuksesan

anaknya. Tiada hentinya dalam memberikan kasih sayang yang tulus disaat penulis

mengalami kesulitan dan masalah. Sang motivator penyemangat hidup penulis untuk

segera menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan tepat waktu. Dan tiada hentinya

limpahan seluruh materi dan kerja kerasnya pada penulis dalam menyelesaikan

penyusunan laporan tugas akhir hingga terselesaikan. Terimakasih sudah menjadi

orang tua yang baik, bijaksana, dan sabar bagi penulis yang belum bisa memberikan

sesuatu yang terbaik kepada ayah dan ibu.

9. Saudara-saudara penulis, Ika Fitriyah dan Anas Rosyidi yang tiada hentinya

memberikan semangat kepada sang penulis, dan terimakasih sudah menjadi contoh

kakak yang baik bagi penulis. Dan semua semangat untuk segera menyelesaikan

laporan tugas akhir tepat waktu.

ix
10. Teman-teman penulis, Fahmadia Muzayyanah, Alifa Pintara, Afifah Ulfah, Isma

Risqiyawati, Ade Fitriyanti, M. Dany Fikri Al Azka, M. Yusuf Effendi, Bahtiar

Mubarok, yang tiada hentinya memberikan solusi dan semangat disaat penulis

mendapatkan masalah dalam penyusunan laporan tugas akhir.

11.Seluruh teman-teman penulis Arsitektur UIN angkatan 13, selaku penyemangat dalam

penyusunan laporan tugas akhir penulis.

Penulis menyadari tentunya laporan tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu kritik yang konstruktif penulis harapkan dari semua pihak. Penulis berharap

semoga laporan tugas akhir ini bisa bermanfaat, serta dapat menambah wawasan

keilmuan, khususnya bagi penulis dan masyarakat pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Malang, 30 Desember 2017

Sofia Rusdiana
13660060

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ...i


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xxi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah ......................................................................... 5
1.3. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
1.4. Tujuan............................................................................................... 6
1.5. Batasan-Batasan ............................................................................... 6
1.6. Pendekatan Perancangan .................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 8
2.1. Definisi Objek .................................................................................. 8
2.1.1. Definisi Pasar ......................................................................... 8
2.1.2. Definisi Wisata ....................................................................... 8
2.1.3. Definisi Pasar Wisata Kota Malang ....................................... 8
2.2. Tinjauan Objek ................................................................................ 9
2.2.1. Sejarah dan Perkembangan Pasar di Indonesia ...................... 9
2.2.2. Fungsi dan Mekanisme Pasar ................................................. 10
2.2.3. Peranan Pasar ......................................................................... 12
2.2.4. Jenis-jenis Pasar ..................................................................... 14
2.2.5. Jenis-jenis Pasar Berdasarkan Dagangannya ......................... 15
2.2.5.1. Kriteria Pasar Umum Sesuai dengan Kelasnya ......... 15

xi
2.2.5.2. Kriteria Pasar Umum Sesuai dengan Dagangannya .. 16
2.2.6. Pasar Menurut Lokasi dan Pelayanan .................................... 18
2.2.7. Pola Perjalanan dalam Berbelanja .......................................... 19
2.2.8. Definisi Pasar Wisata dan Fasilitas Pasar Wisata .................. 20
2.2.9. Pemasaran Pasar Wisata ......................................................... 21
2.3. Tinjauan Pendekatan ........................................................................ 22
2.3.1. Teori Dasar Arsitektur Historicism ........................................ 22
2.3.2. Karakteristik Arsitektur Historicism ...................................... 23
2.3.3. Aspek-aspek Historicism........................................................ 24
2.3.4. Tahapan-tahapan pada Prinsip Historicism ............................ 24
2.3.5. Tahap Proses Penerapan Historicism ..................................... 25
2.3.6. Teori Pendekatan Historicism yang Digunakan pada Objek . 27
2.3.6.1. Sejarah Terbentuknya Kota Malang .......................... 27
2.3.7. Identifikasi atau Inventarisasi Langgam Arsitektur Kolonial
Tahun 1914-1940 di Malang .................................................. 43
2.3.8. Kesesuaian Pendekatan Historicism terhadap Objek Rancangan
..................................................................................................48
2.4. Tinjauan Arsitektural........................................................................ 48
2.4.1. Persyaratan Ruang .................................................................. 48
2.5. Integrasi Keislaman .......................................................................... 56
2.5.1. Kajian Islam Mengenai Pasar ................................................. 56
2.5.2. Kajian Islam Mengenai Pendekatan Historicism ................... 58
2.6. Studi Banding Objek ........................................................................ 59
2.6.1. Studi banding objek : Chatuchak Weekend Market, Bangkok.....
................................................................................................ 59
2.6.2. Studi Banding Tema: Museum Louvre .................................. 66
2.6.2.1 Penerapan Prinsip-prinsip Historicism pada
Bangunan...................................................................67
2.7. State of The Art dari Perancangan Pasar Wisata dengan Pendekatan
Historicism di Kota Malang.....................................................................70

xii
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................. 73
3.1. Metode Perancangan ........................................................................ 73
3.1.1. Perumusan Ide ........................................................................ 74
3.1.2. Penentuan Lokasi Perancangan .............................................. 75
3.2. Teknik Pengumpulan Pengolahan Data ....................................... 75
3.2.1. Data Primer ............................................................................ 75
3.2.2. Data Sekunder ........................................................................ 76
3.2.2.1. Studi Literatur ............................................................ 76
3.2.2.2. Studi Banding ............................................................ 77
3.2.2.3. Studi Integrasi Keislaman .......................................... 77
3.3. Teknik Analisis ................................................................................ 78
3.3.1. Analisis Fungsi ....................................................................... 78
3.3.2. Analisis Aktiviitas dan Pengguna .......................................... 78
3.3.3. Analisis Ruang ....................................................................... 79
3.3.4. Analisis Bentuk ...................................................................... 79
3.3.5. Analisis Tapak ........................................................................ 79
3.3.6. Analisis Struktur..................................................................... 80
3.3.7. Analisis Utilitas ...................................................................... 80
3.4. Sintesis/Konsep ................................................................................ 81
3.4.1. Konsep Kawasan dan Tapak .................................................. 81
3.4.2. Konsep Ruang ........................................................................ 81
3.4.3. Konsep Bentuk dan Tampilan ................................................ 82
3.4.4. Konsep Struktur dan Utilitas .................................................. 82
3.5. Diagram Alur Pola Pikir Metode Perancangan ................................ 83
BAB IV KAJIAN LOKASI RANCANGAN ................................................... 84
4.1. Gambaran Umum Lokasi ................................................................. 84
4.1.1. Karakteristik Lokasi Objek .................................................... 84
4.1.2. Wilayah Administrasi ............................................................. 85
4.1.3. Letak Geografis ...................................................................... 86

xiii
4.2. Data Fisik Lokasi ............................................................................. 86
4.2.1. Topografi ................................................................................ 86
4.2.2. Jenis Tanah ............................................................................. 88
4.2.3. Penggunaan Lahan ................................................................. 88
4.2.4. Hidrologi ................................................................................ 89
4.2.5. Geologi ................................................................................... 89
4.2.6. Iklim ....................................................................................... 90
4.2.7. Iklim (Kelembapan) ............................................................... 91
4.2.8. Iklim (Suhu) ........................................................................... 91
4.2.9. Iklim (Angin).......................................................................... 91
4.2.10. Iklim (Curah Hujan) ............................................................. 92
4.2.11. Orientasi Matahari ................................................................ 92
4.2.12. Arah Angin ........................................................................... 93
4.2.13. Vegetasi ................................................................................ 93
4.2.14. Utilitas .................................................................................. 94
4.2.15. Arahan Akses ....................................................................... 94
4.2.16. Zoning .................................................................................. 95
4.3. Data Non Fisik Lokasi...................................................................... 96
4.3.1. Jumalah Penduduk.................................................................. 97
4.4. Profil Tapak ...................................................................................... 97
4.4.1. Wilayah Kerja ........................................................................ 98
4.4.2 Arahan Akses .......................................................................... 99
4.4.3. Sikuen ..................................................................................... 99
4.4.4. Sirkulasi.................................................................................. 99
4.4.5. Peraturan.................................................................................100
BAB V PENDEKATAN & ANALISIS PERANCANGAN ...........................101
5.1 Ide Teknik Analisis ...........................................................................101
5.1.1. Ide Analisis Rancangan ..........................................................102
5.2. Analisis Rancangan ..........................................................................103

xiv
5.2.1. Analisis Fungsi .......................................................................103
5.2.2. Analisis Aktivitas & Pengguna ..............................................104
5.2.3. Analisis Ruang .......................................................................114
5.2.4. Analisis Bentuk ......................................................................127
5.2.5 Analisis Tapak .........................................................................129
A. Batas dan Bentuk Tapak ....................................................130
B. Analisis Sirkulasi & Aksesibilitas......................................132
C. Analisis View .....................................................................133
D. Analisis Matahari ...............................................................134
E. Analisis Vegetasi ................................................................135
F. Analisis Batas .....................................................................136
G. Analisis Struktur ................................................................137
H. Analisis Utilitas..................................................................138
BAB VI KONSEP PERANCANGAN .............................................................139
6.1. Ide Konsep Rancangan .....................................................................139
6.1.1. Konsep Perancangan ..............................................................139
6.1.2. Diagram Konsep Dasar ..........................................................140
6.1.3. Konsep Dasar .........................................................................141
6.2. Konsep Tapak ...................................................................................142
6.3. Konsep Bentuk .................................................................................143
6.4. Konsep Ruang ..................................................................................144
6.5. Konsep Struktur................................................................................145
6.6. Konsep Utilitas .................................................................................146
BAB VII PENUTUP..........................................................................................147
7.1. Dasar Perancangan ...........................................................................147
7.2. Hasil Rancangan Tapak ....................................................................148
7.2.1. Penzoningan............................................................................148
7.2.2. Penataan Masa.........................................................................150
7.2.3. Sirkulasi dan Aksesibilitas......................................................151

xv
7.3. Hasil Rancangan Ruang dan Bentuk.................................................151
7.3.1. View........................................................................................157
7.3.2. Fasad Bangunan......................................................................160
7.4. Hasil Rancangan Utilitas...................................................................162
7.4.1. Utilitas Elektrikal....................................................................164
7.4.2. Utilitas Plumbing....................................................................166
7.5. Hasil Rancangan Struktur.................................................................168
7.5.1. Struktur Pondasi.....................................................................168
7.5.2. Struktur Rangka Atap.............................................................171
7.6. Hasil Rancangan Ruang....................................................................174
7.7. Detil Arsitektural..............................................................................177
BAB VIII PENUTUP ........................................................................................178
7.1. Kesimpulan.......................................................................................178
7.2. Saran .................................................................................................180
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram Pendekatan Historicism ................................................ 26


Gambar 2.2. Situasi Alun-alun Malang dengan Bangunan Sekitarnya ............ 27
Gambar 2.3. Letak Geografis Kota Malang ..................................................... 30
Gambar 2.4. Daerah hunian Kota Malang tahun 1914 Berdasarkan
Pemisahan daerah masyarakat majemuk ..................................... 31
Gambar 2.5. Daerah Chineschestraat (Jl. Pasar Besar sekarang) ..................... 32
Gambar 2.6. Letak Alun-alun Kota Malang..................................................... 33
Gambar 2.7. Bangunan Kantor Asisten Residen Malang Selatan alun-alun
yang berlanggam Indische Empire (sekarang dibongkar) ........... 34
Gambar 2.8. Bangunan Kantor Asisten Residen Malang tahun 1910 an
Setelah terjadi perbaikan ............................................................. 34
Gambar 2.9. Gedung Societeit Concordia daerah Jl. Kayutangan
tahun 1900 an (sekarang Jl. Basuki Rachmat)............................. 35
Gambar 2.10. Gedung Societeit Concordia tahun 1930 an sudah
dibongkar dan didirikan gedung baru .......................................... 35
Gambar 2.11. Palace Hotel (sekarang Hotel Pelangi)
berlanggamkan arsitektur kolonial tahun 1900-1915 .................. 37
Gambar 2.12. Gedung Maconieke Lodge tahun 1935 oleh Ir. Herman Thomas
Karsten, berlanggamkan arsitektur kolonial modern dengan gaya
Nieuwe Bouwen ........................................................................... 37
Gambar 2.13 Jl. Kayutangan tahun 1930-1940 dengan
ciri Nieuwe Bouwen ..................................................................... 38
Gambar 2.14. Jl. Kayutangan oleh Ir. Herman Thomas Karsten
yang menggambarkan keindahan kota ........................................ 38
Gambar 2.15. Nilai aspek sosial budaya jalur Timur-Barat ............................... 40
Gambar 2.16. Nilai aspek sosial budaya jalur Utara-Selatan ............................. 42
Gambar 2.17. Ruang kantor dan tata ruangnya....................................................50
Gambar 2.18. Tempat makan pengunjung dengan
penataan perabotnya .................................................................... 50
Gambar 2.19. Toilet ........................................................................................... 51
Gambar 2.20. Tempat penyimpanan .................................................................. 52
Gambar 2.21. Parkir ........................................................................................... 52

xvii
Gambar 2.22. Ruang sholat ................................................................................ 53
Gambar 2.23. Bongkar muat barang menggunakan alat .................................... 54
Gambar 2.24. Zona pasar sebelum pembayaran ................................................ 55
Gambar 2.25. Zona pasar makanan segar .......................................................... 55
Gambar 2.26. Zona pasar Humburg ................................................................... 56
Gambar 2.27. Lokasi Chatuchak Weekend Market, Bangkok ........................... 60
Gambar 2.28. Pasar Chatuchak, Bangkok .......................................................... 61
Gambar 2.29 (1) Material kaca pada bangunan Museum Louvre (2) Elemen
tanah liat pada piramida Mesir .................................................... 68

Gambar 2.30. (1) Ukiran pada piramida Mesir (2) elemen estetika pada plafond
museum Louvre ........................................................................... 69

Gambar 2.31. Suasana interior Museum Louvre..................................................70


Gambar 3.1 Alur Pola Pikir Metode Perancangan ........................................... 83
Gambar 4.1. Peta Kabupaten Malang .............................................................. 85
Gambar 4.2. Grafik Iklim Singosari ................................................................. 90
Gambar 4.3. Grafik Iklim Singosari ................................................................. 90
Gambar 4.4. Grafik Suhu Singosari ................................................................. 91
Gambar 4.5. Orientasi Matahari ....................................................................... 92
Gambar 4.6. Arah Angin .................................................................................. 93
Gambar 4.7. Vegetasi ....................................................................................... 93
Gambar 4.8. Utilitas ......................................................................................... 94
Gambar 4.9. Arahan Akses .............................................................................. 95
Gambar 4.10. Zoning ......................................................................................... 96
Gambar 4.11. Peta Kecamatan Singosari ........................................................... 96
Gambar 4.12. Lokasi Tapak beserta Ukuran Tapak ........................................... 98
Gambar 5.1. Alur Desain .................................................................................102
Gambar 5.2. Ide Analisis Rancangan ...............................................................102
Gambar 5.3. Analisis Fungsi ............................................................................104
Gambar 5.4. Diagram Keterkaitan ...................................................................123
Gambar 5.5. Bubble Diagram ..........................................................................126

xviii
Gambar 5.6. Block Plan Kawasan Pasar Wisata ..............................................127
Gambar 5.7. Analisis Bentuk ...........................................................................128
Gambar 5.8 Analisis Bentuk ............................................................................129
Gambar 5.9. Eksisting Tapak ...........................................................................129
Gambar 5.10. Analisis Batas & Bentuk Tapak ..................................................131
Gambar 5.11. Analisis Sirkulasi dan Aksesibilitas ............................................132
Gambar 5.12. Analisis View ..............................................................................133
Gambar 5.13. Analisis Matahari ........................................................................134
Gambar 5.14. Analisis Vegetasi .........................................................................135
Gambar 5.15. Analisis Batas ..............................................................................136
Gambar 5.16. Analisis Struktur..........................................................................137
Gambar 5.17. Analisis Utilitas ...........................................................................138
Gambar 6.1. Diagram konsep dasar .................................................................140
Gambar 6.2. Konsep Tapak ..............................................................................142
Gambar 6.3. Konsep Bentuk ............................................................................143
Gambar 6.4. Konsep Ruang .............................................................................144
Gambar 6.5. Konsep Struktur...........................................................................145
Gambar 6.6. Konsep Utilitas ............................................................................146
Gambar 7.1. Diagram konsep dasar .................................................................148
Gambar 7.2. Layout Plan .................................................................................149
Gambar 7.3. Site Plan.......................................................................................150
Gambar 7.4. Layout Plan .................................................................................151
Gambar 7.5. Denah Pasar Wisata .....................................................................153
Gambar 7.6. Denah Galeri ...............................................................................155
Gambar 7.7. Denah Kantor ..............................................................................156
Gambar 7.8. Denah Masjid ..............................................................................157
Gambar 7.9. View Suasana pedestrian pengunjung .........................................158
Gambar 7.10. View dari Area Gazebo ...............................................................158
Gambar 7.11. View kawasan dari Arah Barat Tapak ........................................159

xix
Gambar 7.12. View Kawasan dari Arah timur Tapak .......................................159
Gambar 7.13. View Kawasan ............................................................................160
Gambar 7.14. Fasad Bangunan Galeri dan Bangunan Pasar Wisata ................161
Gambar 7.15. Fasad Bangunan Kantor dan Masjid ..........................................161
Gambar 7.16. Tampak Kawasan .......................................................................162
Gambar 7.17. Utilitas Kawasan ........................................................................163
Gambar 7.18. Elektrikal Galeri .........................................................................164
Gambar 7.19. Elektrikal Kantor ........................................................................165
Gambar 7.20. Elektrikal Masjid ........................................................................165
Gambar 7.21. Plumbing Kantor ........................................................................166
Gambar 7.22. Plumbing Masjid ........................................................................167
Gambar 7.23. Plumbing Pasar Wisata...............................................................167
Gambar 7.24. Rencana Pondasi Bangunan Kantor ...........................................169
Gambar 7.25. Rencana Pndasi Bangunan Galeri ..............................................169
Gambar 7.26. Rencana Pondasi Bangunan Pasar Wisata .................................170
Gambar 7.27. Rencana Pondasi Bangunan Masjid ...........................................170
Gambar 7.28. Detil Pondasi ..............................................................................171
Gambar 7.29. Rencana Atap Bangunan Kantor ................................................172
Gambar 7.30. Rencana Atap Bangunan Galeri .................................................172
Gambar 7.31. Rencana Atap Bangunan Pasar Wisata ......................................173
Gambar 7.32. Rencana Atap Bangunan Masjid ................................................173
Gambar 7.33. Detil Rangka Atap ......................................................................174
Gambar 7.34. Interior Lobby Kantor ................................................................175
Gambar 7.35. Interior Food Court .....................................................................176
Gambar 7.36. Interior Pasar Area Furniture.......................................................176
Gambar 7.37. Detil Arsitektural ........................................................................177

xx
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Identifikasi Langgam Arsitektur Kolonial Tahun 1914-1940 ..... 44


Tabel 2.2. Kesinambungan Pendekatan Perancangan Historicism dan Aspek
Arsitektural pada sejarah Perkembangan Kota Malang berdasarkan
Thomas Karsten ........................................................................... 48

Tabel 2.3. Kajian Arsitektural pada Chatuchak Market, Bangkok .............. 62


Tabel 2.4. Data bangunan Museum Lovre, Perancis ................................... 67
Tabel 2.5. State of the Art ............................................................................ 71
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk ........................................................................ 97
Tabel 5.1. Analisis Aktivitas ........................................................................107
Tabel 5.2. Analisis Pengguna .......................................................................113
Tabel 5.3. Analisis Ruang ............................................................................117
Tabel 5.4. Persyaratan Ruang.......................................................................119

xxi
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Malang merupakan kota besar kedua di Jawa Timur setelah Kota

Surabaya. Berdasarkan data pada buku laporan Pemerintahan Kota Malang, Kota

Malang memiliki wilayah seluas 110,06 km² yang terdiri dari 5 kecamatan dan 57

kelurahan. Secara letak geogragrafisnya, Kota Malang adalah salah satu kawasan

yang memiliki potensi dalam bidang perdagangan.

Sumber potensi perdagangan di Kota Malang dapat dilihat dari jumlah

pasar tiap kecamatan yang dimiliki secara merata. Potensi perdagangan Kota

Malang bersumber pada pasar-pasar yang sudah ada, baik dari pasar tradisional

maupun pasar modernnya. Tiap kecamatan di Kota Malang tersebar luas berbagai

pasar dengan skala yang berbeda. Pasar-pasar tersebut dibedakan menjadi

beberapa kelas dan golongan, perbedaan pasar-pasar tersebut dilihat pada jenis

dagangan yang ditawarkan, luasan lahan, dan fasilitas pasar yang tersedia. Kota

Malang merupakan sebuah kota yang berpotensi pada bidang pariwisata selain

dalam bidang perdagangan. Hal tersebut dikarenakan Kota Malang memiliki letak

topografi yang strategis, dan memiliki jumlah wisatawan yang terus meningkat.

Berdasarkan koran Kompas (12/12/2015) menyatakan bahwasannya jumlah

wisatawan Malang terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2013 jumlah

wisatawan mancanegara sebanyak 5.498 orang, dan 1,9 juta wisatawan Nusantara.

1
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Tahun 2015 wisatawan mancanegara naik menjadi 5.952 orang, dan wisatawan

Nusantara mencapai 2,49 juta orang.

Kota Malang juga merupakan salah satu primadona wisata yang kaya

dengan peninggalan sejarahnya. Salah satunya yakni sejarah warisan khas

kolonial yang tetap dilestarikan oleh Pemerintah Kota Malang. Keberadaan

bangunan kolonial Kota Malang ini dapat dijadikan sebuah potensi wisata

kolonial (Budiyono dan Djoko, 2010). Berdasarkan jurnal yang berjudul potensi

wisata kolonial di Kota Malang, salah satu potensi sejarah Kota Malang yang

menarik dan dapat dijumpai peninggalannya yakni penataan kota pada masa

perkembangan Kota Malang. Hal ini dikarenakan penataan Kota Malang

dilakukan oleh Ir. Herman Thomas Karsten yang sangat pesat perkembangannya.

Perkembangan Kota Malang pada saat itu, dimulai pada awal tahun 1900 yang

masih di bawah keresidenan Pasuruan. Pada 1 April 1914 Kota Malang resmi

berdiri sebagai Kotamadya Malang (Anonymous, 2009).

Data diatas menunjukkan potensi yang dimiliki oleh Kota Malang dalam

bidang perdagangan, sektor pariwisata dan kaya akan nilai sejarahnya. Namun,

Kota Malang masih belum mewadahi sebuah penggabungan dari ketiga potensi

tersebut, yakni dari sektor perdagangan, pariwisata, dan sejarah. Hal ini dapat

dilihat dari jenis pasar yang disediakan di Kota Malang hanya berupa pasar yang

menawarkan segala macam kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari saja.

Disamping itu, Kota Malang juga belum memiliki sebuah pasar yang berfungsi

untuk menarik wisatawan dengan mengenalkan produk-produk khas Malang. Jika

melihat potensi yang ada dengan melihat data-data diatas, maka Kota Malang

2
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

memerlukan adanya suatu rancangan yang dapat menunjang pariwisata dalam

bidang perdagangan berupa pasar wisata.

Pasar wisata biasanya dapat dijumpai di kota-kota yang memiliki potensi

pariwisata yang sering dikunjungi oleh para wisatawan. Seperti, Pasar Wisata

Tawangmangu, Pasar Bawah di Pekanbaru, dan Pasar Wisata Songgoriti Batu.

Pasar wisata ini biasanya lebih menawarkan hasil kekayaan alam di suatu

daerahnya saja. Seperti halnya di Pasar Wisata Songgoriti yang terletak di Kota

Batu. Pasar Wisata Soggoriti tersebut hanya menawarkan souvenir, tanaman hias,

makanan khas Kota Batu saja tanpa mengenalkan nilai sejarah dan budayanya.

Pasar wisata juga kurang dimanfaatkan sebagai tempat edukasi untuk

mengenalkan sebuah sejarah, budaya, dan ke khasan dari suatu daerah kepada

para wisatawan (konsumen pasar), khususnya di wilayah Kota Malang. Kota

Malang sendiri belum memilki sebuah pasar wisata yang berunsur edukasi yang

mengenalkan sejarah Malang. Hal tersebut disayangkan jika melihat Kota Malang

yang kaya akan unsur-unsur sejarahnya.

Kota Malang membutuhkan suatu perancangan pasar wisata yang

menawarkan konsep pengenalan terhadap perkembangan sejarah Kota Malang

dan pengenalan budaya yang dimiliki Kota Malang. Perancangan tersebut

diharapkan menjadi sasaran destinasi wisata yang menyenangkan dan beredukasi.

Sehingga, para wisatawan tidak hanya sekadar berbelanja oleh-oleh khas Kota

Malang saja, namun dapat lebih mengenalkan kepada wisatawan akan sejarah dan

budaya yang dimiliki Kota Malang. Disamping itu, perancangan pasar wisata ini

juga akan menampung hasil kreatifitas khas Kota Malang dari masyarakatnya

3
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

sendiri. Hal ini juga bertujuan untuk memberi lapangan kerja bagi masyarakat

Kota Malang.

Perancangan pasar wisata ini menggunakan pendekatan historicism.

Pendekatan ini dipilih untuk menyelesaikan permasalahan pada perancangan pasar

wisata, dimana pasar wisata yang sudah ada kurang memperhatikan unsur nilai

sejarah dan budaya. Sehingga, perancangan pasar wisata dengan pendekatan

historicism di Kota Malang ini diharapkan dapat menjadi identitas Kota Malang,

dan lebih mengenalkan wisatawan akan unsur sejarah dan budaya Kota Malang

dengan skala nasional. Sejarah yang akan ditawarkan kepada wisatawan yakni

sejarah perkembangan Kota Malang oleh Thomas Karsten.

Perancangan pasar wisata dengan pendekatan historicism di Kota Malang

ini tidak hanya berlandaskan pada pendekatan historicism saja. Akan tetapi,

perancangan ini juga mengintegrasikan nilai-nilai Islam. Seperti halnya mengolah

sirkulasi dalam pasar, pemberian utilitas, penzoningan yang islami, serta

menyediakan tempat-tempat ibadah para muslim yang bersih dan nyaman. Hal ini

bertujuan agar para muslim yang menjadi user dalam pasar wisata ini tidak

sampai melalaikan kewajiban sholat atupun enggan melaksanakannya. Penjelasan

tersebut sudah termaktub pada surat Al Jumuah ayat 9-10, Allah berfirman :

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at,


Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah
ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.

4
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

1.2 Identifikasi Masalah

Kota Malang merupakan sebuah kota yang memiliki potensi dalam bidang

perdagangan, sejarah perkembangan kota yang menarik, dan memiliki jumlah

wisatawan yang meningkat setiap tahun. Perancangan pasar wisata ini dirancang

dengan mengambil permasalahan-permasalahan yang ada dalam perancangan

maupun kondisi Kota Malang. Permasalahan yang diangkat yakni menghadirkan

sebuah perancangan pasar wisata yang dapat mengenalkan kepada wisatawan

akan sejarah serta budaya Kota Malang. Sehingga pasar wisata ini dapat menjadi

identitas Kota Malang yang menarik wisatawan, dan mengenalkan wisatawan

akan sejarah serta budaya khas Malang.

Permasalahan-permasalahan diatas dapat memunculkan sebuah gagasan

ide untuk membuat suatu perancangan pasar wisata yang menyuguhkan wisata

khas Kota Malang dengan dibalut inovasi baru yang islami tanpa mengurangi nilai

sejarah perkembangan Kota Malang. Diharapkan perancangan ini dapat

menjadikan Kota Malang sebagai kota yang memiliki sebuah identitas akan

sejarah Kota Malang yang tetap dipertahankan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan identifikasi masalah diatas maka didapatkan

beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah yang akan diterapkan pada

perancangan pasar wisata di Kota Malang antara lain sebagai berikut :

1. Bagaimana rancangan pasar wisata di Kota Malang yang inovatif dan dapat

menjadikan rancangan tersebut sebagai identitas Kota Malang?

5
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

2. Bagaimana rancangan pasar wisata di Kota Malang dengan mengintegrasikan

antara pendekatan historicism dengan keislaman?

1.4 Tujuan

Berdasarkan pemaparan rumusan masalah diatas maka didapatkan

beberapa tujuan perancangan. Tujuan yang akan diterapkan pada perancangan

pasar wisata di Kota Malang antara lain sebagai berikut :

1. Untuk menghasilkan sebuah rancangan pasar wisata di Kota Malang yang

inovatif dan dapat menjadikan rancangan tersebut sebagai identitas Kota

Malang.

2. Untuk menghasilkan rancangan pasar wisata di Kota Malang dengan

mengintegrasikan antara pendekatan historicism dengan keislaman.

1.5 Batasan-batasan

Perancangan Pasar wisata di Kota Malang melingkupi beberapa batasan-

batasan yang akan membatasi rancangan dalam segi objek dan lingkup pelayanan,

antara lain adalah :

 Objek

Perancangan pasar wisata di Kota Malang ini merupakan sebuah

rancangan yang akan menawarkan sebuah pasar wisata dengan konsep sejarah.

Dimana pasar wisata ini akan mengajak user untuk mengenal sejarah

perkembangan terbentuknya Kota Malang melalui fasilitas yang disediakan,

bentuk bangunan, dan suasana ruang yang ditawarkan di setiap bangunan pasar

wisata. Disamping itu, pada perancangan pasar wisata ini juga akan menampung

pertunjukan budaya khas Malang seperti wayang topeng Malangan dan tari topeng

6
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

yang mulai terkikis oleh budaya modern. Serta menampung hasil kerajinan

masyarakat Malang seperti topeng Malang, keramik dinoyo, kuliner khas Malang,

dan batik tulis Malang yang hampir jarang dijumpai. Pasar wisata ini juga

menawarkan suasana sejarah kolonial pada rancangan, dimana suasana ini akan

menjadi suatu inovatif dan pembeda dari pasar wisata yang lain.

 Lingkup Pelayanan

Perancangan pasar wisata di Kota Malang ini dapat melingkupi dalam

skala nasional. Hal ini bertujuan agar Kota Malang ini tidak hanya terkenal akan

identitas sejarahnya oleh masyarakat setempat saja, namun dapat mencakup skala

nasional.

1.6 Pendekatan Perancangan

Perancangan pasar wisata Kota Malang ini menggunakan metode

pendekatan historicism. Metode pendekatan ini digunakan karena sesuai dan

mampu memberikan solusi pada permasalahan yang telah dipaparkan di atas.

Dimana pendekatan historicism ini akan memunculkan unsur-unsur kesajarahan

dan budaya yang mulai terlupakan oleh masyarakat dengan penyelesaian yang

modern dan berinovasi pada perancangan. Sehingga, pasar wisata di Kota Malang

ini dapat menjadi sebuah perancangan wisata yang dapat mengajak para user

untuk mengenalkan sejarah perkembangan Kota Malang oleh Thomas Karsten

yang jarang diketahui oleh masyarakat Malang. Serta mempertahankan budaya

khas Malang yang mulai terkikis, dengan balutan inovasi baru yang harmonis.

Tentunya dengan mengintegrasikan nilai islam didalamnya.

7
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Objek

Objek rancangan adalah pasar wisata dengan pendekatan historicism di

Kota Malang. Berikut adalah definisi mengenai pasar wisata:

2.1.1 Definisi Pasar

Pasar merupakan suatu tempat dimana para penjual dan pembeli dapat

bertemu secara langsung untuk melakukan transaksi jual beli barang (Bintoro,

2010 : 362).

2.1.2 Definisi Wisata

Menurut A.J. Bukhart dan S. Medik (1987) dalam Salamah (2010 : 6)

mengatakan pariwisata atau wisata adalah berpindahnya orang dalam jangka

waktu sementara ke tujuan-tujuan diluar tempat selain tempat tinggal dan bekerja

dengan tujuan rekreasi.

2.1.3 Definisi Pasar Wisata Kota Malang

Definisi pasar wisata Kota Malang berdasarkan beberapa uraian definisi di

atas adalah suatu tempat bertransaksi jual beli dengan menawarkan produk atau

barang. Dimana tempat transaksi jual beli ini dikunjungi oleh masyarakat bukan

hanya bertujuan untuk jual beli saja, namun dengan tujuan untuk berekreasi dalam

jangka waktu sementara. Pasar wisata ini lebih mengarah pada pasar yang

melambangkan sejarah Kota Malang.

8
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

2.2 Tinjauan Objek

2.2.1 Sejarah dan Perkembangan Pasar di Indonesia

Pasar sebenarnya sudah ada sejak zaman pra sejarah, namun bedanya

hanya terletak pada sistemnya saja. Pada zaman dahulu sebelum ditemukannya

alat tukar yang sah yakni uang, orang-orang menggunakan sistem barter dalam

memenuhi kebutuhannya. Barter merupakan sebuah sistem tukar menukar barang

antara dua individu yang saling membutuhkan, dan sistem barter ini akhirnya

berkembang secara meluas. Namun, sistem barter ini menimbulkan masalah yang

berkaitan dengan tempat dan waktu, semakin jauh jarak pertukaran barang

semakin susah untuk memindahkan barang-barang tersebut. Sehingga,

terbentuklan sebuah tempat penukaran barang atau pengadaan sistem barter ini

yang tidak jauh dari lingkungan masyarakat tinggal.

Tempat tukar menukar barang tersebut kemudian dinamakan dengan pasar.

Seiring berkembangnya zaman, perkembangan penduduk yang selalu meningkat,

dan kemajuan teknologi, maka ditemukanlah alat tukar yang sah berupa mata

uang Indonesia. Sehingga, muncullah beberapa kelompok individu baru yang

membuat tempat-tempat permanen yang baru untuk berdagang. Setelah itu, pasar

mulai berkembang dari tahun ke tahun di beberapa daerah Indonesia lainnya.

Pada tahun 1596, Belanda tiba di daerah Banten, pada saat itu Banten

masih terdapat sebuah masjid. Di Banda Aceh sudah memiliki banyak tempat-tempat

peribadatan mulai dari masjid hingga masjid raya yang didirikan pada masa Iskandar

Muda. Sekitar abad ke-16 di Banten sudah terdapat pasar yang terletak di daerah

Pacinan dan Kangantu. Daerah Jakarta juga sudah terdapat pasar setelah

9
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

pemerintahan Pangeran Jayakarta Wijayakrama yang terletak di sebelah utara

alun-alun. Pasar mulai berkembang di berbagai daerah dan memiliki banyak jenis

setelah Kompeni Belanda berkuasa di Indonesia. Jenis pasar-pasar tersebut antara

lain pasar daging, pasar ikan, pasar pasar ayam, dan pasar beras. Banda Aceh

mulai terdapat pasar pada abad ke-17. Menurut Nicolaus de Graaf yang dikutip

dalam buku Sejarah Nasiona Indonesia III mengatakan, bahwasannya di Aceh

terdapat 2 buah pasar yang terletak di tengah kota dan luar kota. Pada akhirnya

pasar mulai tersebar di seluruh Indonesia, dan pasar juga mengalami

perkembangan seiring berjalannya waktu.

2.2.2 Fungsi dan Mekanisme Pasar

Fungsi pasar dalam segi ilmu ekonomi yakni sebagai suatu mekanisme

bertemunya antara pihak penjual dan pembeli di suatu tempat untuk melakukan

interaksi jual beli baik berupa jasa maupun produksi, dan penentuan harga.

Sedangkan dalam segi arsitektur, pasar memiliki fungsi sebagai penunjuk ciri khas

dimana pasar tersebut dapat menjadi sebagai artefak yang dimiliki suatu daerah.

Pasar merupakan elemen ekonomi dalam mewujudkan kesejahteraan dan

kemaslahatan manusia. Adapun di dalam pasar terdapat sebuah mekanisme pasar.

Fungsi pasar telah diuraikan dalam peraturan pemerintah. Berdasarkan

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 378/KPTS/1987 tentang pengesahan

33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, diuraikan sebagai berikut:

a) Pasar sebagai tempat distribusi barang industri

10
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Pasar yang berfungsi sebagai tempat distribusi barang-barang industri.

Pasar tersebut menyediakan peralatan rumah tangga sebagai pelengkap dapur

untuk kebutuhan sehari-hari.

b) Pasar sebagai tempat pengumpul hasil pertanian

Pasar yang berfungsi sebgai tempat penjualan hasil dari pertanian. Seperti

kool, ketela, beras, kentang, dan lain sebagainya yang sering dijumpai di pasar

pada umumnya.

c) Pasar sebagai tempat jual beli barang dan jasa

Pasar yang berdasarkan fungsi ekonomisnya merupakan tempat jual beli

barang dan jasa. Jasa disini tidak berupa barang, tetapi berupa pelayanan maupun

tenaga ahli.

d) Pasar sebagai tempat menukar barang kebutuhan

Pasar yang berdasarkan fungsinya sebagai tempat pertuakaran barang

dengan barang tanpa menggunakn uang, atau disebut dengan barter. Proses ini

terjadi secara langsung antara penjual dan pembeli, serta adanya faktor kebiasaan

penjual maupun budaya.

e) Pasar sebagai tempat informasi perdagangan

Pasar yang berfungsi sebagai tempat informasi perdagangan karena

terjadinya proses perputaran berbagai jenis barang uang, dan jasa dalam pasar.

Distribusi barang, jumlag barang, jenis barang yang diperlukan atau beredar dapat

diketahui pada informasi pasar.

Mekanisme pasar merupakan sebuah peran yang menggerakkan roda

perekonomian, khususnya dalam sistem kapitalisme. Pada konsep ekonomi klasik,

11
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

pasar dapat dikatan dapat merealisasikan tujuan yang ada jika pasar ini dalam

keadaan perfect competition. Keadaan ini dapat diraih apabila dalam mekanisme

pasar terdapat penjual dan pembeli dalam jumlah pasar dan melakukan transaksi

komoditas yang beragam serta adanya informasi dalam mekanisme pasar yang

sempurna. Disamping itu, pasar juga perlu adanya entry barrier (hambatan masuk

pasar) bagi penjual maupun pembeli. Hal ini dikarenakan kondisi tersebut akan

merefleksikan kesepakatan dan kemaslahatan pada dua pihak tersebut, dan pada

akhirnya dapat mewujudkan sebuah kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat

dalam memenuhi kebutuhan hidup masing-masing.

2.2.3 Peranan Pasar

Peranan terus meningkat sesuai dengan perkembangan pasar. Pasar

memilki peranan yang beragam pada pengertian mengenai pasar dan

berkembangnya kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam pasar. Berdasarkan

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 378/KPTS/1987 tentang Pengesahan

33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, peranan pasar dijabarkan sebagai

berikut:

a) Pasar sebagai tempat rekreasi

Pasar yang menyediakan beragam jenis barang untuk kebutuhan sehari-

hari maupun kebutuhan mendatang. Untuk menarik pengunjung, barang-barang

tersebut ditata dan disajikan sedemikian rupa dengan tujuan menarik perhatian

pengunjung. Hal ini dikarenakan orang-orang yang datang di pasar tidak sekadar

berjalan-jalan sambil melihat barang dagangan saja, namun untuk melepaskan

penat dari kesibukan aktifitas sehari-hari.

b) Pasar sebagai tempat pemenuhan kebutuhan

12
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Pasar yang berperan menyediakan kebutuhan pokok dalam kehidupan

sehari-hari, seperti sang dan pangan. Pasar ini dapat ditemukan kebutuhan pokok

sehari-hari maupun kebutuhan pada waktu-waktu tertentu.

c) Pasar sebagai tempat bekerja

Pasar yang berperan dalam pelayanan jasa. Hal ini dikarenakan kegiatan

dalam pasar tidak sekadar tempat jual beli saja, melainkan sebagai tempat bekerja

atau berdagang.

d) Pasar sebagai sumber pendapatan daerah/kota

Kegiatan dalam pasar mengakibatkan terjadinya perputaran uang dan

Pemerintah Kabupaten berhak untuk menarik retribusi dari kegiatan-kegiatan

tertentu yang terjadi. Hasi retribusi ini akan menambah pendapatan daerah, dan

besarnya hasil penarikan tersebut sangat bergantung pada kondisi pasar,

pengelolahan pasar, dan skala pelayanan yag disediakan dalam pasar tersebut.

e) Pasar sebagai tempat studi dan latihan

Pasar yang berperan sebagai tempat studi dan pendidikan, dimana pasar

tersebut dapat diketahui seluk belun kondisi pasar dan perkembangannya, tingkat

kebutuhan pasar suatu daerah/kota, tingkat pendapatan, tingkat pelayanan, serta

pola hubungan antara pasar dengan komponen pelayanan yang lain.

f) Pasar sebagai tempat komunikasi sosial

Pasar berperan sebagai tempat penjual dan pembeli saling berinteraksi jual

beli. Bentuk jual beli tersebut terjadi secara kontak langsung dan terjadi komunikasi

dan interaksi sosial. Pasar ini sering dijumpai pada pasar-pasar tradisional yang

13
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

menerapkan sifat kerukunan dan paguyuban tanpa membedakan status sosial atau

profesinya.

2.2.4 Jenis-jenis Pasar

Pasar dalam ilmu ekonomi terdapat pembagian jenis-jenis pasar

berdasarkan kegiatan. Ditinjau dari kegiatannya, pasar dibagi menjadi 2 jenis

yaini pasar modern dan pasar tradisional :

 Pasar modern

Pasar modern adalah sebuah tempat bertransaksinya jual beli secara tidak

langsung antara penjual dan pembeli. Pada pasar modern ini lebih menerapkan

sistem mandiri, dimana pembeli melayani kebutuhannya sendiri dengan

mengambil barang-barang yang sudah disediakan pada rak-rak barang sesuai

kebutuhan tiap pembeli. Pada rak-rak tersebut, barang sudah ditempelkan harga

yang sudah tidak bisa ditawar lagi oleh pembeli. Karena pada pasar modern ini

tidak menerapkan sistem tawar menawar layaknya pasar tradisional.

 Pasar tradisional

Pasar tradisional adalah sebuah tempat bertransaksinya jual beli secara

langsung antara penjual dan pembeli. Pada pasar tradisional ini lebih terdapat

beberapa kios-kios dan grosir-grosir yang menawarkan berbagai kebutuhan

sehari-hari pada tempat yang sudah disediakan dalam suatu area tertentu. Pasar

tradisional ini lebih menerapkan sistem tawar menawar, dimana harga tersebut sudah

disepakati antara penjual dan pembeli. Pembeli akan mendatangi stan-stan kios atau

grosir yang akan mereka butuhkan untuk membeli beberapa barang kebutuhan.

14
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

2.2.5 Jenis Pasar Berdasarkan Dagangannya

Pasar dibedakan menjadi 2 golongan pada segi dagangannya, yakni pasar khusus

dan pasar umum :

 Pasar khusus

Pasar khusus merupakan sebuah pasar yang menawarkan sebuah transaksi

jual beli dengan terdiri satu jenis dagangan beserta kelengkapannya. Pasar ini

tidak menjual berbagai jenis barang pada dagangannya.

 Pasar umum

Pasar umum merupakan sebuah pasar yang menawarkan jenis dagangan

yang diperjualbelikan terdiri lebih dari satu jenis. Biasanya pasar umum ini

menawarkan dagangan berupa kebutuhan sehari-hari. Pasar umum terdapat dua

kriteria berdasarkan kelas dan dagangannya, yaitu:

2.2.5.1 Kriteria Pasar Umum Sesuai dengan Kelasnya

Kriteria pasar umum ini terbagi menjadi 5 kelas, yakni dari kelas I sampai

dengan kelas V. Kelas-kelas ini terbagi berdasarkan kriteria luasan lahan dan

fasilitas yang wajib tersedia. Sehingga, setiap kelas memiliki ketentuan yang

berbeda-beda. Ketentuan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

 Kelas I

Luas lahan minimal 2000 m². Pada pasar umum ini tersedia fasilitas :

tempat parkir, tempat bongkar muat, tempat promosi, tempat pelayanan kesehatan,

tempat ibadah, kantor pengelola, KM/WC, sarana pengamanan, sarana

pengolahan kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik, dan penerangan umum.

15
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

 Kelas II

Luas lahan minimal 1500 m². Pasar umum menyediakan beberapa fasilitas

yang harus ada, seperti : tempat parkir, tempat promosi, tempat pelayanan

kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola, KM/WC, sarana pengamanan, sarana

pengolahan kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik, dan penerangan umum.

 Kelas III

Luas lahan minimal 1000 m². Fasilitas yang harus tersedia, yakni : tempat

promosi, tempat ibadah, kantor pengelola, KM/WC, sarana pengamanan, sarana

air bersih, instalasi listrik, dan penerangan umum.

 Kelas IV

Luas dasaran minimal 500 m². Fasilitas yang tersedia, yakni : tempat

promosi, kantor pengelola, KM/WC, sarana pengamanan, sarana air bersih,

instalasi listrik, dan penerangan umum.

 Kelas V

Pada kelas V ini luas dasaran minimal yakni 50 m². Fasilitas yang harus

tersedia pada kelas V ini berupa : sarana pengamanan dan sarana pengelola

kebersihan.

2.2.5.2 Kriteria Pasar Umum Sesuai dengan Dagangannya

Kriteria pasar umum jika digolongkan berdasarkan dagangannya yang

ditawarkan terbagi menjadi 4 golongan, yakni golongan A sampai dengan

golongan D. Setiap golongan akan menawarkan produk yang berbeda, barang-

barang yang akan ditawarkan disetiap golongannya yakni sebagai berikut :

16
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

 Golongan A

Barang-barang yang ditawarkan pada golongan A, yakni : logam mulia,

batu mulia, permata, tekstil, kendaraan bermotor, kebutuhan sehari-hari dan yang

dipersamakan. Jasa: penukaran uang (money changer), perbankan dan yang

dipersamakan.

 Golongan B

Barang-barang yang ditawarkan pada golongan B, yakni : pakaian atau

sandang, pakaian tradisional, pakaian pengantin, aksesoris pengantin, sepatu

sandal, tas, kacamata, arloji, aksesoris, souvenir, kelontong, barang pecah belah,

barang plastik, obatobatan, bahan kimia, bahan bangunan bekas/baru, dos, alat

tulis, daging, bumbu, ikan basah, ikan asin, dan yang dipersamakan. Jasa: wartel,

titipan kilat, salon, kemasan, agen tiket, koperasi, penitipan barang, jasa timbang,

dan yang dipersamakan.

 Golongan C

Barang-barang yang ditawarkan pada golongan C, yakni : beras, ketan,

palawija, jagung, ketela, terigu, gula, telur, minyak goreng, susu, garam, bumbu,

berbagai jenis maknan, melinjo, kripik emping, kering-keringan mentah, mie,

minuman, teh, kopi, buah-buahan, kolang kaling, sayur mayur, kentang, jajanan,

bahan jamu tradisonal, tembakau, bumbu rokok, kembang, daun, unggas hidup,

hewan peliharaan, makanan hewan, sangkar, obat-obatan hewan, tanaman hias,

pupuk, obat tanaman, pot, ikan hias, akuarium, elektronik baru/bekas, onderdil

baru/bekas, alat pertukangan baru/bekas, alat pertanian baru/bekas, kerajinan

anyaman,gerabah, ember, seng, kompor minyak, sepeda baru/bekas, goni, karung

17
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

gandum, majalah baru/bekas, koran, arang, dan yang dipersamakan. Jasa: penjahit,

tukang cukur, sablon, gilingan dan yang dipersamakan.

 Golongan D

Barang-barang yang ditawarkan pada golongan D, yakni : rombengan,

rongsokan, kertas bekas, koran bekas, dan yang dipersamakan. Jasa: sol sepatu,

jasa patri, dan yang dipersamakan.

2.2.6 Pasar Menurut Lokasi dan Pelayanan

Pasar digolongkan menjadi 5 jenis dalam skala lokasi dan pelayanannya,

diantara lain adalah pasar khusus, pasar lingkungan, pasar regional, pasar kota,

dan pasar wilayah (distrik) , yang akan dijelaskan sebagai berikut :

 Pasar Khusus

Pasar khusus merupakan sebuah pasar yang memperjual belikan satu

macam barang dagangan saja, seperti halnya pasar bunga, pasar burung, dan pasar

hewan. Pasar ini pada umumnya terletak pada lokasi yang strategis dan mampu

melayani dalam skala wilayah kota, serta bangunan pasar ini bersifat permanen

atau semi permanen.

 Pasar Lingkungan

Pasar lingkungan ini merupakan sebuah pasar yang hanya melayani

10.000-15.000 penduduk saja. Pasar ini biasanya memperjual belikan barang yang

tidak begitu lengkap layaknya pasar lainnya. Pasar ini terletak di lokasi strategis,

dan mampu melayani dalam skala permukiman saja. Bangunan pasar ini bersifat

permanen atau semi permananen.

18
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

 Pasar Regional

Pasar regional ini sangat lengkap dalam menawarkan barang yang

diperjual belikan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Pasar regional

ini terletak di lokasi yang strategis dan luas, bangunan pasar ini bersifat permanen

dimana pasar regional ini mampu melayani seluruh wilayah kota hingga ke luar

kota.

 Pasar Kota

Pasar kota merupakan sebuah pasar yang memperjual belikan barang yang

lengkap, sama halnya dengan pasar regional. Namun pasar kota ini hanya mampu

melayani dalam skala 200.000-220.000 penduduk saja. Bangunan pasar ini

bersifat permanen, serta terletak di lokasi yang strategis dan luas. Pasar induk dan

pasar grosir ini termasuk ke dalam jenis pasar kota.

 Pasar Wilayah (distrik)

Pasar wilayah atau distrik ini hampir sama dengan pasar regional dan pasar

kota, yang membedakannya hanyalah cakupan skala peyanannya saja. Pasar

wilayah ini hanya mampu melayani 10.000-15.000 penduduk. Bangunan pasar ini

bersifat permanen serta terletak di lokasi yang cukup strategis dan luas.

2.2.7 Pola Perjalanan dalam Berbelanja

Berbelanja merupakan sebuah aktifitas yang melibatkan pertimbangan

dalam hal pembelian suatu produk maupun jasa, baik mencari sebuah toko yang

menyediakan produk ataupun jasa yang terbaik, pencarian produk atau jasa yang

diinginkan (Huddleston dan Minahan, 2011:159). Berbelanja juga memiliki sebuah

pembagian pola yang dibagi menjadi 3 klasifikasi. Menurut Hartston dan Salamah

(2010:13) terdapat 3 pengklasifikasian berdasarkan pola perbelanjaan, yaitu:

19
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

a) Single purpose trip, yaitu pola perjalanan berbelanja yang diawali pada satu

titik dan kembali di titik yang sama. Umumnya rumah dijadikan sebagai titik

awal, sedangkan tempat perbelanjaan sebagai titik yang dituju. Pola beebelanja

ini sering dilakukan, dengan pertimbangan utamanya yakni jarak. Jarak

tersebut dijadikan titik tujuan yang terdekat sebgai pusat perbelanjaan.

b) Multi purpose trip, yaitu pola perjalanan berbelanja yang menjadikan rumah

sebagai titik awal, tetapi titik yang dituju lebih dari satu dan keragaman jenis

yang dibeli lebih banyak dari single purpose trip.

c) Combines purpose trip, yaitu pola perjalanan berbelanja yang sekaligus

melakukan kegiatan bepergian lain. Seperti halnya perjalanan kerja, baik

sebelum maupun sesudahnya.

2.2.8 Definisi Pasar Wisata dan Fasilitas Pasar Wisata

Pasar wisata adalah sebuah tempat dengan sekumpulan orang untuk

mengikuti berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh daya beli, dan

kemauan untuk membelanjakan dari layanan maupun fasilitas yang disediakan.

Pasar wisata ini juga berfungsi untuk memperluas pengetahuan konsumen

mengenai produk-produk khas yang dijual pada suatu daerah. Menikmati keindahan

pasar wisata ada beberapa unsur-unsur penunjang sebagai berikut, menurut surat

keputusan menteri Pariwisata, pos dan telekomunikasi N0. 37/WP.304/MPT/86,

salah satunya yakni akomodasi. Akomodasi adalah wahana yang menyiapkan

pelayanan jasa penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum

serta jasa lainnya. Selanjutnya yakni adanya restaurant yang bergerak di bidang

20
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

penyediaan makanan dan minuman (buku panduan Potensi Wisata Kabupaten

Karanganyar, 2001).

Transportasi juga merupakan unsur penunjang pasar wisata. Tujuan

diadakannya transportasi adalah untuk mempermudah pengunjung menuju pasar

wisata, seperti bus, mini bus, dan ojek motor. Adanya obyek wisata yang menarik,

dimana obyek Wisata adalah tempat-tempat disuatu daerah yang memiliki

keindahan dan memiliki daya tarik terrtentu sehingga dapat menarik wisatawan.

Atraksi wisata juga berpengaruh pada pasar wisata. Atraksi wisata ini dapat

berupa pertunjukan tari, musik, upacara adat maupun seni kebudayaan lain yang

sesuai dengan budaya setempat. Adanya atraksi wisata ini diadakan untuk

memperkenalkan daerah pasar wisata tersebut berada.

2.2.9 Pemasaran Pasar Wisata

Prof. Dr. Salah Wahab, L.J Crampon, Ma, dan LM Rothfield, Ma dalam

buku “Tourism Marketing” mendefinisikan pemasasaran pariwisata adalah suatu

proses manajemen yang dilakukan oleh sekelompok organisasi pariwisata

nasional maupun perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam industri pariwisata

untuk melakukan identifikasi terhadap wisatawan. Identikasi ini ditujukan kepada

wisatawan yang ingin melakukan perjalanan wisata dengan melakukan komunikasi,

mempengaruhi keinginan, kebutuhan, serta memotivasinya terhadap wisatawan

inginkan maupun yang tidak diinginkan. Untuk memperoleh kepuasan optimal

wisatawan, pada tingkat daerah lokal, regional, nasional, maupun internasional harus

menyediakan objek dan atraksi wisata yang dapat menarik wisatawan. Seperti

halnya sebuah kota yang ingin menarik banyak pengunjung melalui cara yang

21
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

kreatif dan efektif untuk mengembangkan suatu daerah, dan mempromosikannya

kepada para wisatawan. Promosi ini bertujuan untuk mengenalkan kepada para

wisatawan sesuatu yang menarik dari tempat wisata yang ditawarkan.

Pemasaran pariwisata ini berlaku untuk pasar wisata. Pemaran wisata yang

sukses pada pasar pasar wisata yakni menyediakan semua kebutuhan pengunjung

dengan cara yang kreatif dan dapat menarik perhatian para wisatawan. Tujuan dari

pemasaran pariwisata ini yakni mempromosikan suatu daerah yang ditawarkan,

dalam proses promosi ini sangatlah penting untuk berkata sejujurnya dalam

memberikan informasi kepada wisatawan. Hal tersebut bertujuan agar tidak

mengecewakan para wisatawan. Dampak dari kesuksesan pemasaran pariwisata

ini yakni akan memberikan keuntungan baik dari segi ekonomi maupun sosial.

Sehingga fasilitas yang disediakan kepada para wisatawan harus cermat, baik

dalam menentukan produk yang ditawarkan, harga sebuah produk, serta

pemberian fasilitas yang menarik pada pasar wisata.

2.3 Tinjauan Pendekatan

Pendekatan yang akan digunakan pada perancangan Pasar wisata ini

adalah Historicism. Pendekatan historicism ini memiliki beberapa teori ataupun

aspek-aspek yang wajib diperhatikan. Dari teori-teori ataupun aspek-aspek dari

historicism inilah yang nantinya akan dipilah dan kemudian diterapkan pada objek

perancangan Pasar wisata.

2.3.1 Teori Dasar Arsitektur Historicism

Historicism merupakan sebuah aliran arsitektur. Arsitektur historicism ini

muncul pertama kali pada abad ke-20, yakni pada akhir masa arsitektur modern.

22
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Menurut Colquhoun, arsitektur historicism merupakan sebuah gaya yang

memperhatikan bangunan masa lalu, membuat bentukan-bentukan lama dengan

menerapkan unsur sejarah yang pernah ada, dan membentuk suatu seni yang ingin

dicapai. Arsitektur historicism ini lebih menerapkan dalam pengambilan

bentukan-bentukan lama dalam arsitektur baru dengan dimensi, bahan, dan ukuran

yang berbeda.

Aliran arsitektur historicism terbentuk karena kerinduan pada bentukan

lama atau bentukan masa lalu dalam arsitektur baru. Robert Ventury (1925)

merupakan salah satu tokoh Modernisme yang menerapkan konsep historicism.

Hal ini dapat dilihat pada rancangannya yakni bangunan Allen Art Museum,

dimana museum ini secara tidak langsung menjelaskan, bahwasannya historicism

ini tidak hanya mengulang bentukan pada arsitektur kuno saja. Arsitektur

historicism ini lebih mengacu pada bentuk bangunan lama yang diharmonisasikan

dengan pengulangan sejarah arsitektur modern fungsionalisme.

2.3.2 Karakteristik Arsitektur Historicism

Karakteristik arsitektur historicism yang diterapkan pada bangunan yakni;

menggunakan ornamen, mengambil gaya bangunan lama dengan penyelesaian

yang modern, menitikberatkan pada proporsi serta komponen-komponen

bangunan, menggunakan design interior antik atau klasik, menggunakan bentukan

lama yang mencerminkan kerinduan masa lalu, dan unsur sejarah yang diterapkan

ke dalam perancangan seperti penerapan pada bentuk, material, komposisi, dan

warna yang kontras tetapi masih dalam komposisi yang harmonis.

23
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

2.3.3 Aspek-aspek Historicism

Historicism merupakan sebuah proses penerapan yang mengaju pada

pembabakan sejarah dan menjadi kesatuan cerita juga nilai-nilai yang terkandung

dijadikan sebagai preseden dalam sebuah perancangan.

Historicism merupakan sebuah cakupan dari aliran Post-Modern yang

muncul pada tahun 1960. Namun pada historicism lebih mengacu pada masa

lampau yang memperhatikan beberapa aspek sebagai berikut :

 Pengambilan bentukan dengan bahan dan skala yang berbeda.

 Pengambilan unsur-unsur nilai sejarah.

 Menampilkan komponen-komponen klasik yang dimodifikasi dengan

penyelesaian modern.

 Pengambilan bentukan khas dari suatu daerah atau negara berupa pembabakan

periode sejararah,tempat geografis, dan budaya lokal.

2.3.4 Tahapan-tahapan pada Prinsip Historicism

Historicism memerlukan sebuah tahapan-tapan dimana pendekatan ini akan

menghadirkan kembali pada aspek masa lampau atau kesejarahan yang

dimuatnya. Pada pendekatan Historicism ini akan melakukan 2 tahapan, yakni

tahapan berupa analisis dan tahapan berupa sintesis. Tahapan-tahapan ini akan

dijelaskan sebagai berikut:

A. Tahapan analisis

Tahapan analisis pada prinsip historicism meliputi:

 Studi metode secara struktural dan konstruktural.

24
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

 Studi dokumen deskriptif yang ada pada preseden (rencana, bagian, elevasi)

available melalui penelitian arkeologi, maupun gambar arsitektur yang

terukur.

 Konsep ruang, baik dari segi interior maupun eksterior.

 Studi karakteristik daerah baik secara iklim, bahan, dan keanehan regional.

 Sosiokultural farming dari pekerjaan dipelajari baik dari sejarah budaya, gaya

hidup, dan peradaban selama periode dan dibandingkan dengan artefak serupa

daerah lain dan periode.

 Kepedulian terhadap nilai-nilai yang tidak berwujud dari era ataupun

preseden tertentu berupa monumen.

B. Tahapan sintesis

Tahapan sintesis pada prinsip historicism meliputi:

 Tesis menunjukkan keabsahan penerapan preseden yang dipelajari sebagai

perpanjangan sejarah untuk solusi kebutuhan saat ini.

 Hipotesis saran tentang kesamaan maupun analogi antara periode yang

dipelajari.

 Interpretasi dari preseden yang dipelajari dimana yang berkaitan dengan

preseden serupa pada masa periodenya, dan bangunan yang sejenis ataupun

analog saat ini.

2.3.5 Tahap Proses Penerapan Historicism

Tahapan-tahapan diatas dapat disimpulkan, bahwasannya dalam

pendekatan historicism perlu melewati beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini

nantinya akan memecahkan masalah yang ada di dalam sebuah perancangan. Dalam

pendekatan historicism ini lebih menekankan akan kerinduan pasa masa lalu,

25
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

dengan cara menghadirkan bentukan-bentukan pada masa lampau. Dimana

bentukan-bentukan maasa lampau ini dengan dimodifikasi dengan cara yang

modern, seperti halnya dalam segi material bangunan, dimana dulu dibuat dengan

material kayu namun dihadirkan dengan material masa kini yakni beton atau

sejenisnya. Lebih menampilkan suasana yang membawa user kembali kepada

kondisi sejarah yang diangkat. Pendekatan historicism ini juga lebih

memperhatikan pada dasar sejarah lokal setempat, serta memperhatikan pula dasar

sejarah secara global yang berkaitan dengan sejarah daerah tersebut. Disamping

itu, mengumpulkan preseden-preseden sejarah yang pernah ada, serta kritis dalam

memilih preseden sejarah pada daerah tersebut. Sehingga pendekatan historicism

ini dapat dikelompokkan berdasarkan filosofis, prinsip, dan aplikatif sebagai

berikut :
FILOSOFI
Kerinduan akan bentukan lama ataupun
nilai kesejarahan

PRINSIP

 Mengambil preseden sejarah yang ada pada


suatu daerah dan menghadirkannya dalam cara
yang modern.
 Pemakaian elemen-elemen klasik (Ionic, Doric,
dan Corinthian) pada bangunan, yang
digabungkan dengan pola-pola modern.

APLIKATIF

 Pengambilan unsur nilai-nilai sejarah


 Pengambilan bentukan langgam arsitektur pada sejarah
 Menampilkan komponen-komponen klasik yang dimodifikasi dengan unsur
modern

(Sumber: Analisis Pribadi, 2016)


Gambar 2.1. Diagram Pendekatan Historicism

26
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

2.3.6 Teori Pendekatan Historicism yang Digunakan pada Objek

Teori pendekatan Historicism yang akan digunakan pada perancangan

Pasar wisata ini adalah pengambilan preseden dari sejarah terbentuknya Kota

Malang berdasarkan pembabakan periode berdasarkan tahapan alisis dan sintesis .

2.3.6.1 Sejarah Terbentuknya Kota Malang

A. Perkembangan Kota Malang 1914-1940

Kota Malang pada tahun 1914 dihuni oleh masyarakat majemuk seperti halnya di

semua kota-kota kolonial yang berada di Jawa pada umumnya. Masyarakat

majemuk yang ada di Kota Malang terdiri atas penduduk pribumi setempat,

penduduk timur asing (Cina, Arab, dan penduduk Timur Asing lainnya) serta

penduduk Belanda yang sedang memerintah pada saat itu.

Gambar 2.2. Situasi Alun-alun Malang dengan bangunan sekitarnya


Sumber: Handinoto, 1996

Tahun 1800-1900 kota-kota kolonial di Jawa mempunyai ciri khas

tersendiri, yakni alun-alun sebagai pusat perkotaan. Bentuk-bentuk kota pada saat

27
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

itu ditujukan untuk kepentingan ekonomi, dimana kepentingan produksi dalam

bidang pertanian serta distribusi memegang peran penting dalam perekonomian

kolonial. Semuanya memerlukan kontrol dalam sebuah sistem yang disebut

dengan sistem pemerintahan. Pada jaman kolonial di Jawa lebih ditempatkan

disekitar alun-alun kota. Pada area sekitar alun-alun kota lebih menempatkan

semua bangunan-bangunan pemerintahan, seperti halnya kantor Asisten Residen,

Penjara atau lapas, Kantor Bupati, dan bangunan keagamaan seperti masjid

maupun gereja. Sehingga alun-alun berfungsi sebagai “Civic Center”, sedangkan

area sekitar alun-alun terbetuk menurut pengelompokan dari masyarakat majemuk

yang menjadi penghuni pada perkotaan.

Berdasarkan pembagian area dalam perkotaan yang dibagi menurut

pengelompokan masyarakat majemuknya, maka masyarakat Belanda tinggal di

dekat pusat pemerintahan serta jalan-jalan yang memiliki nilai ekonomi yang

tinggi. Masyarakat Cina sebagian besar memilih profesi sebagai pedagang,

sehingga mereka lebih memilih tinggal disekitar pasar yang biasa disebut hingga

sekarang ssebagai daerah Pecinan. Sedangkan masyarakat pribumi tinggal di

gang-gang sekitar daerah alun-alun. Pola penyebaran pada permukiman Malang

sampai tahun 1914 adalah sebagai berikut (Staadgemeente Malang 1914-1939):

1. Area permukiman warga Eropa terletak disebelah Barat Daya dari area alun-

alun Taloon, Tongan, Sawahan dan sekitarnya. Disamping itu juga terdapat

disekitar Oro-oro Dowo, Klodjenlor, Kayoetangan, Rampal, dan Tjelaket.

2. Area permukiman warga Cina terdapat di sebelah Tenggara dari area alun-alun

(sekitar Pasar Besar).Sedangkan area orang Arab disekitar belakang masjid.

28
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

3. Area orang Pribumi mayoritas menempati daerah kampung sebelah Selatan

area alun-alun, yakni pada daerah kampung: Djodipan, Kabalen, Talon,

Klodjenlor, dan Penanggungan,.

4. Area Militer terletak di sebelah Timur daerah Rampal.

Berdasarkan pembagian pembagian area diatas, didapatkan hasil gambaran

kasar untuk bentuk kota Malang sampai pada tahun 1914, dengan alun-alun

sebagai pusat serta pola jaringan jalan yang berbentuk jejala (Grid) dan

penyebaran daerah permukiman yang ada disekitarnya.

 Letak Geografis dan Bentuk Kota Malang Tahun 1914

Berdasarkan pada buku Konsep Struktur dan Bentuk, kota-kota kolonial di

Jawa secara geografis selalu terbagi menjadi Kota Pesisir dan Kota Pedalaman.

Sedang Kota Malang merupakan termasuk kedalam Kota Pedalaman. Hal ini

dikatakan karena letaknya yang cukup tinggi yang berada pada 450 m di atas

permukaan laut, serta letaknya yang berada di daerah perkebunan yang

menjadikan Kota Malang ini lebih strategis dan tumbuh dengan cpat sebagai kota

kedua terbesar di Jawa Timur.

Tahun 1914 Malang masih sebuah kota kabupaten, bagian dari

Karesidenan Pasuruan. Namun, salah satu kendala tidak bisa berkembangnya

kota-kota pedalaman adalah masalah prasarana dan komunikasi. Pembangunan

prasarana secara besar-besaran di Jawa termasuk di Kota Malang baru dimulai setelah

tahun 1870. Jalan kereta api pertama antara Surabaya-Malang dibuat pada tahun

1876. Rel kereta api yang sejajar dengan jalan masuk ke kota Malang dan berhenti

di stasiun kota lama. Hal tersebut berpengaruh besar terhadap perkembangan Kota

29
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Malang pada saat itu. Karena dengan adanya rel kereta api ini, maka banyak

rumah-rumah orang Eropa yang dibangun di dekat rel kereta api tersebut.

Gambar 2.3. Letak geografis Kota Malang


Sumber: Majalah Locale Techniek

Gambar tersebut menggambarkan mengenai letak geografis Kota Malang,

bahwasannya sejak dulu Malang mempunyai letak geografis yang baik sekali.

Karena kotanya yang terletak di jalan raya Utara-Selatan dari kerajaan Jawa Kuno

deiman bertemu dengan 3 buah lembah yang masing-masing memiliki jalan dan

sungai sendiri-sendiri. Dilihat dari arah Barat Laut datang Sungai Berantas dan

dari arah Utara datang Kali Bongo, dan arah Timur datang Kali Ampurung yang

menjadi satu yakni Sungai Berantas sampai ke Selatan. Kota Malang juga

dikelilingi oleh banyak beberapa puncak gunung berapi seperti Arjuno, Semeru,

Tengger, dan Kawi, dimana memberikan view yang indah pada sebuah perkotaan.

30
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 2.4. Daerah hunian Kota Malang tahun 1914 berdasarkan


Pemisahan daerah masyarakat majemuk
Sumber: Handinoto, 1996

Berdasarkan gambar di atas menjelaskan bahwa sampai pada tahun 1914

pembagian daerah hunian masih dipisahkan menurut pola masyarakat majemuk

atau masyarakat yang menghuni Kota Malang pada saat itu. Jalan-jalan darat yang

menghubungkan antara Malang dengan daerah kawasan sekeliling perkebunan

juga mulai dibuat. Bahkan antara Malang dengan kota-kota lain seperti Blitar,

Batu dan Surabaya juga sudah dibuat. Sehingga, secara geografis setelah tahun

1900, Malang sudah bukan sebagai kota pedalaman yang terisolir.

Kota Malang juga dialiri oleh sungai, dimana masing-masing adalah

sungai Berantas yang mengalir dari Utara ke Selatan, sungai Bango dan Amprung,

akan tetapi yang berpengaruh besar terhadap pola bentuk dan kota Malang adalah

sungai Berantas. Tidak seperti kota-kota Pesisir yang biasanya merupakan muara dari

sungai-sungai besar seperti Surabaya, Semarang dan Batavia, sungai Berantas yang

melewati Kota Malang mempunyai lembah yang terjal sehingga sungai tersebut

31
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

lebih berfungsi sebagai batas kota daripada jalur utama untuk transportasi

perdagangan dalam kota. Namun, pada tahun 1920 an mulai dibentuk sebuah

pusat pemerintahan baru di kawasan lingkar alun-alun. Sehingga, Sungai Berantas

yang dulunya berfungsi sebagai batas kota, berubah menjadi sungai yang

membelah Kota Malang.

Gambar 2.5. Daerah Chineschestraat (Jl. Pasar Besar sekarang)


Sumber: Handinoto, 1996

Faktor dari keadaan geografis lain yang sangat menguntungkan Kota

Malang adalah letaknya yang berada di dataran tinggi (450 m diatas permukaan

laut). Sehingga Kota Malang ini menjadi salah satu kota yang berhawa dingin di

wilayah Jawa Timur. Disamping itu, Kota Malang juga dikelilingi oleh gunung-

gunung seperti: Kawi, Arjuna, Semeru dan Tengger yang memberikan suatu

pemandangan indah tersendiri pada kotanya. Kota Malang sampai tahun 1914

masih berbentuk konsentris dengan pola grid dan yang berpusat pada alun-alun

yang dihubungkan dengan jalan-jalan besar yang menuju ke luar kota. Hal ini

32
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

sekaligus potensi awal yang baik untuk perkembangan lebih lanjut pada abad ke-

20.

Gambar 2.6. Letak Alun-alun Kota Malang


Sumber: Handinoto, 1996

B. Perkembangan Arsitektur Kota Malang pada Tahun 1914-1940

Perkembangan arsitektur kolonial di Malang secara garis besar tidak jauh

berbeda dengan perkembangan arsitektur di Hindia Belanda pada kurun waktu

yang sama. Akhir abad ke 19 juga berkembang gaya arsitektur yang disebut

dengan “Indische Empire” di Kota Malang, terutama pada gedung-gedung

pemerintahan Asisten Residen yang terletak di alu-alun pusat Kota Malang.

Namun keberadaannya sekarang sudah tidak ditemui lagi, karena gedung tersebut

telah dihancurkan. Tahun 1900 an Kota Malang merupakan sebuah kota

kabupaten kecil, sehingga bangunan pemerintahan jarang ditemui pada saat itu.

Sehingga peninggalan arsitektur gaya ”IndischeEmpire” ini sekarang sangat jarang

ditemukan di Kota Malang. Daerah disekitar alun-alun sekarang justru merupakan

daerah yang mempunya nilai ekonomi yang tinggi, sehingga otomatis merupakan

suatu daerah yang cepat berkembang. Karena hal-hal tersebut, maka asitektur

33
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

dengan gaya ”Indische Empire” ini di Malang sekarang dikatakan sudah tidak

tersisa sama sekali.

Gambar 2.7. Bangunan Kantor Asisten Residen Malang Selatan alun-alun


yang berlanggam Indische Empire (sekarang dibongkar)
Sumber: Bogaers, 1983

Gambar 2.8. Bangunan Kantor Asisten Residen Malang tahun 1910 an


Setelah terjadi perbaikan
Sumber: Foto Studio Malang

34
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 2.9. Gedung Societeit Concordia daerah Jl. Kayutangan


tahun 1900 an (sekarang Jl. Basuki Rachmat)
Sumber: Foto Studio Malang

Gambar 2.10. Gedung Societeit Concordia tahun 1930 an sudah


dibongkar dan didirikan gedung baru
Sumber: Foto Studio Malang

Bangunan kolonial yang tersisa di Kota Malang sekarang dibangun setelah

tahun 1900 dan sebagian besar dibangun setelah tahun 1920 an seiring dengan

perkembangan kotanya, yang disebut sebagai arsitektur kolonial modern.

Banguanan yang memiliki gaya arsitektur kolonial yang cukup besar, dibangun

setelah tahun 1900, diantaranya yakni banguanan Gereja Hati Kudus Jesus di Jl.

Kayutangan (Basuki Rachmad), yang dibangun pada tahun 1905, yang dirancang

oleh seorang arsitek bernama Maruis J. Hulswit. Namun, pembangunan gereja gaya

35
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Neo Gothik di Kota Malang ini mayoritas tidak memiliki pengaruh terhadap

perkembangan arsitektur kolonial di Malang. Karena secara garis besar

perkembangan arsitektur kolonial di Malang yang dibangun setelah tahun 1914.

Dimana pembanguanan pada tahun 1914 dibagi menjadi 2 periode, yakni yang

dibangun antara tahun 1914-1920 dan yang dibangun sesudah tahun 1920 an

sampai tahun 1940 an. Arsitektur yang dibangun antara tahun 1914-1920 an yakni

sebagai berikut :

 Javasche Bank (sekarang Bank Indonesia) sebelah Utara alun-alun dibangun

tahun 1915, dan dirancang oleh arsitek bernama Hulswit, Fermont & Cuypers.

 Palace Hotel (sekarang Hoel Pelangi), dibangun antara tahun 1916, disebelah

Selatan alun-alun.

 Kantor Pos dan Tilgram (sekarang sudah dibongkar) terletak di Jalan

Kayutangan (Basuki Rachmad) dibangun antara tahun 1910, dan dirancang

oleh arsitek bernama BOW (Burgelijke Openbare Werken).

Sebagian besar sebelum tahun 1920 an mayoritas dibangun disekitar alun-

alun, hal ini disebabkan karena alun-alun merupakan pusat Kota Malang pada saat

itu. Namun, jumlahnya tidak terlalu banyak karena Kota Malang masih belum

mengalami perkembangan yang pesat.

Tahun 1920 an sebagian besar arsitektur kolonial sudah ditangani oleh

tenaga profesional. Meskipun gaya arsitekturnya masih menunjukkan banyak

dipengaruhi oleh arsitektur di Belanda. Pada umumnya, bentuk-bentuk bangunan

arsitekturnya sudah beradaptasi dengan iklim setempat yakni tropis.

Pengadaptasian iklim ini diplikasikan pada penggunaan jenis atap perisai dengan

36
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

kemiringan 30˚. Hal ini ditunjukkan supaya sinar matahari dan tampias air hujan

tidak langsung masuk melalui jendela atau pintu. Atap-atap susun dengan

ventilasi atap yang baik, serta penempatan shading di sekeliling bangunan.

Gambar 2.11. Palace Hotel (sekarang Hotel Pelangi)


berlanggamkan arsitektur kolonial tahun 1900-1915
Sumber: Foto Studio Malang

Gambar 2.12. Gedung Maconieke Lodge tahun 1935 oleh Ir. Herman Thomas Karsten,
berlanggamkan arsitektur kolonial modern dengan gaya Nieuwe Bouwen
Sumber: Staadsgemeente Malang 1914-1939

37
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 2.13. Jl. Kayutangan tahun 1930-1940 dengan


ciri Nieuwe Bouwen
Sumber: Staadsgemeente Malang

Gambar 2.14. Jl. Kayutangan oleh Ir. Herman Thomas Karsten


yang menggambarkan keindahan kota
Sumber : Majalah Locale Techniek

Bangunan-bangunan gaya arsitektur kolonial yang dibangun antara tahun 1920

sampai 1940 an yakni :

 Fraterschool (Jl. Tjelaket, dibangun antara tahun 1926, yang dirancang oleh

arsitek bernama Hulswit, Fermont & Ed.Cuypers).

 Komplek pertokoan di perempatan Jl. Kayutangan (dibangun tahun 1936,

yang dirancang oleh arsitek bernama Karel Bos).

38
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

 Zusterschool (Jl. Tjelaket, dibangun antara tahun 1926 yang dirancang oleh

arsitek bernama Hulswit, Fermont & Ed.Cuypers).

 Gedung HBS/AMS di J.P. Coen Plein (lingkar alun-alun, dibangun tahun

1931, dan dirancang oleh arsitek Ir. W. Lemei).

 Balai Kota Malang (dibangun tahun 1927-1929, dan dirancang oleh arsitek

H.F. Horn).

 Gedung Maconieke Lodge, di Tjerme plein (taman Cerme), dibangun tahun

1935, yang dirancang oleh arsitek Ir. W. Mulder.

 Theresiakerk (gereja Santa Theresia) di depan Boeringplein (taman Buring)

dibangun tahun 1936, dan dirancang oleh arsitek Rijksen en Estourgie.

 Pertokoan Jl.Kayutangan, dibangun tahun 1935an.

Bangunan gedung-gedung kolonial yang ada di Kota Malang dibangun

sesudah tahun 1920. Gaya arsitektur kolonial modern dibangun setelah tahun

1920 an di Hindia Belanda, dimana pada waktu itu sering disebut sebagai gaya

Nieuwe Bouwen, yang disesuaikan dengan iklim dan teknik bangunan di Hindia

Belanda saat itu.

Gaya Nieuwe Bouwen memiliki ciri-ciri gaya arsitektur pada volume

bangunan yang berbentuk kubus, atap datar atau dak, gevel horisontal, serta warna

putih seperti pada Gedung MoniekeLodge, pertokoan di perempatan Jl.

Kayutangan, dan pertokoan lainnya di sepanjang Jl. Kayutangan. Arsitektur

kolonial yang berkembang antara tahun 1920-1940 sering disebut sebagai arsitektur

yang lebih mengutaman segi fungsional. Gaya arsitektur tersebut pada Negara

Eropa lebih dikenal dengan International Style, sedangkan di Malang lebih dikenal

39
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

dengan sebutan Nieuwe Bouwen. Kemudian gaya tersebut diadaptasi dengan iklim

setempat, bahan material yang tersedia, dan teknologi yang ada.

C. Aspek Sosial Budaya pada Penataan Kota Malang Thomas Karsten

Perkembangan Kota Malang oleh Ir. Herman Thomas Karsten memberikan

nilai aspek sosial budaya, baik pada bentuk bangunan maupun kesan kawasan.

Kawasan ini dibedakan menjadi 2 jalur, yakni sebagai berikut:

1) Jalur Timur-Barat Kota Malang.

Jalur Timur-Barat Kota Malang terdapat 4 lokasi, yakni: kawasan Alun-alun,

Tugu, Jalan Kahuripan, Jalan Semeru, dan kawasan Ijen. Jalur tersebut memiliki

aspek sosial budaya yang berbeda, berikut tabel nilai aspek sosial budaya

berdasarkan pembagian kawasan pada jalur Timur-Barat:

Gambar 2.15. Nilai aspek sosial budaya jalur Timur-Barat


Sumber : Jurnal Potensi Wisata Bangunan Kolonial di Kota Malang Vol 10, 2010

Data diatas menunjukkan hasil penilaian yang menunjukkan adanya

keragaman nilai sosial budaya. Nilai sosial budaya ini memperlihatkan adanya

persepsi yang berbeda tiap masing-masing lokasi. Kawasan Alun-alun Tugu, Ijen,

dan Jalan Semeru memiliki nilai aspek sosial budaya yang tinggi. Hal ini

40
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

dikarenakan kawasan tersebut memperlihatkan identitas Kota Malang pada saat

memasuki jalan utama di Kota Malang. Kawasan tersebut juga terdapat beberapa

bangunan kolonial Belanda yang masih terjaga keberadaannya, seperti gedung

stasiun Kereta Api Kota Baru. Bangunan gedung stasiun memiliki langgam

arsitektural kolonial awal modern. Hal ini dapat dilihat pada denah bangunan yang

didominasi bidang datar,bentukan asimetris, ornamen yang sedikit,

memperhatikan keadaan iklim (tropis), dan warna dominasi putih.

Bangunan-bangunan peninggalan masa Pemerintahan Kolonial Belanda

mengelilingi kawasan Alun-alun Tugu Malang. Kawasan tersebut berfungsi

sebagai sarana pendidikan dan pemerintahan dari dulu hingga sekarang. Setelah

kawasan Alun-alun Tugu, yang meiliki nilai aspek sosial budaya tinggi yakni

jalan Semeru. Hal ini dikarenakan jalan Semeru merupakan bagian dari kawasan

Ijen dengan lingkungan yang khas kolonialnya yang masih dipertahankan dengan

bentuk aslinya membentuk koridor jalan pintu gerbang menuju arah Barat.

Memasuki jalan Semeru terdapat perempatan jalan yang dipertegas oleh bangunan

kembar. Gaya bangunan ini berlanggamkan Nieue Bouwen yang mengutamakan

segi fungsional dengan mengadaptasi iklim setempat, serta menggunakan

teknologi dan bahan material yang ada pada zaman itu.

Jalan Kahuripan nilai apek sosial budaya yang rendah, dikarenakan jalan

Kahuripan merupakan perhubungan lalu lintas yang ramai. Sehingga bangunan

peninggalan kolonial yang masih terjaga keasliannya terabaikan. Sedangkan

kawasan Ijen, memiliki nilai aspek sosial budaya tertinggi dari kawasan lainnya.

Hal ini disebabkan adanya kawasan peninggalan kolonial yang dirancang oleh

41
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Thomas Karsten berupa konsep lingkungan garden city, dan sampai saat ini masih

terjaga keasliannya.

2) Jalur Utara-Selatan

Jalur Utara-Selatan Kota Malang terdapat 4 lokasi, yakni: jalan jaksa

Agung Suprapto, kawasan Alun-alun Merdeka, permukiman Pecinan, dan jalan

Basuki Rahmat. Jalur tersebut memiliki aspek sosial budaya yang berbeda, berikut

tabel nilai aspek sosial budaya berdasarkan pembagian kawasan pada jalur Utara-

Selatan:

Gambar 2.16. Nilai aspek sosial budaya jalur Utara-Selatan


Sumber : Jurnal Potensi Wisata Bangunan Kolonial di Kota Malang Vol 10, 2010

Jalan Jaksa Agung Suprapto terdapat bangunan-bangunan kolonial dengan

bentuk bangunan lengkung dengan langgam arsitektur romantiek. Bentuk

bangunan yang melengkung menarik dengan menaragaya arsitektur modern awal

perpaduan art deco pada lampu-lampu, membuat pertokoan Avia memiliki

bentukan menarik.

Jalan Basuki Rakhmat atau lebih dikenal dengan daerah kayutangan

sekarang memiliki bangunan peninggalan kolonial yang masih terjaga keasliannya.

Bangunan-bangunan tersebut yakni Gereja Katolik Hati Kudus Yesus dan Toko Oen

(Anonymous, 2005). Bangunan-bangunan tersebut berlanggamkan Nieuwe


42
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Bouwen dengan mengutamakan fungsional, dengan ciri bangunan gevel

horizontal, beratap datar, bentukan kubus, dan dominasi warna putih. Sehingga

jalan Basuki Rakmat ini memiliki nilai aspek sosial budaya tertinggi setelah

kawasan Merdeka.

Kawasan Alun-alun Merdeka memiliki nilai sosial budaya paling tinggi

diantara lokasi lain pada jalur Utara-Selatan. Hal ini dikarenakan banyak

peninggalan bangunan kolonial Belanda dan merupakan bagian kepentingan

Belanda. Kawasan Alun-alun memiliki beberapa bangunan bernilai sejarah,

seperti Masjid Jamik, Gereja GPIB Imanuel, Holtel Pelangi, Bank Indonesia,

Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara, serta Kantor Pajak. Sedangkan kawasan

Pecinan memiliki nilai aspek sosial budaya yang paling rendah. Namun yang

menjadikannya menarik yakni keberadaan bangunan klenteng Eng An Kiong

dengan keaslian bangunan sejak zaman kolonial.

2.3.7 Identifikasi atau Inventarisasi Langgam Arsitektur Kolonial Tahun

1914-1940 di Malang

Malang merupakan salah satu primadona wisata yang kaya dengan

peninggalan sejarahnya. Salah satunya yakni sejarah warisan khas kolonial yang

tetap dilestarikan oleh Pemerintah Kota Malang. Keberadaan bangunan kolonial

Kota Malang ini dapat dijadikan sebuah potensi wisata kolonial (Budiyono dan

Djoko, 2010). Berdasarkan jurnal yang berjudul potensi wisata kolonial di Kota

Malang, salah satu potensi sejarah Kota Malang yang menarik dan dapat dijumpai

peninggalannya yakni penataan kota pada masa perkembangan Kota Malang. Hal

ini dikarenakan pada tahun tersebut merupakan masa kejayan Malang yang

tumbuh dengan pesat, dari sebuah kabupaten kecil menjadi Kota Madya. Adapun
43
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

karakteristik langgam arsitektur kolonial pada tahun 1914-1940 yang akan

dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Identifikasi Langgam Arsitektur Kolonial Tahun 1914-1940


Kepala Elemen Karakteristik Sampel (bukti) Sumber
Bangunan Atap  Jenis Atap Dikutip dari
Tahun 1914- berbagai
1940 jenis atap referensi
pada bangunan
menggunakan
atap perisai,
ataupun atap Bangunan Balai Kota Malang
pelana sebagai (menggunakan perpaduan atap
perisai dengan kemiringan 30°).
adaptasi iklim
tropis. Namun
ada beberapa
bangunan yang
menggunakan
atap dak.
 Kemiringan
Atap
Kemiringan
atap bangunan
Bangunan KPPN Malang
area alun-alun (menggunakan atap pelana dengan
menggunakan kemiringan curam).
derajat
kemiringan 30°
- 60°

 Warna Atap
Warna atap
merah bata. Gedung Societeit Concordia tahun
1930 (menggunakan atap dak).
 Material Atap
Material
penutup atap
menggunakan
genting.

Badan Dinding  Material Jurnal


Bangunan dinding Perkembangan
Material Kota Malang
dinding pada pada Jaman
bangunan Kolonial
kolonial tahun Bangunan pasar besar pada tahun (Hadinoto
1914.
1914-1940 volum 22 :
menggunakan 1996)
material semen.

44
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Bangunan hotel pelangi tahun 1915.

 Warna
dinding
Warna dinding
yang digunakan
pada langgan
arsitektur Bangunan KPPN Malang.
kolonial pada
masa tersebut
yakni dominan
warna putih.

Bangunan Bank Indonesia Malang.

Kolom  Jenis kolom


Bangunan
kolonial
enggunakan
jenis kolom
ionic, doric. Bangunan Societeit Concordia tahun
Kolom ini 1900.
berasal dari
pengadaptasian
kolom Yunani.
 Warna kolom
Warna kolom
yang digunakan
berwarna putih Bangunan Bank Indonesia Malang
tahun 1916.

Pintu  Tipologi
Menggunakan
pintu ganda.

 Material
Menggunakan
material kayu.

Bangunan gereja Santa Theresia


Malang dibanguna pada tahun 1936

45
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Bangunan Bank Indonesia Malang.

Sun  Perletakan
shading Perletakan sun
shading
diletakkan
mengitari
bangunan
dengan tujuan
agar cahaya Gedung Maconieke Lodge Malang
tahun 1935
matahari dan
tampias air
hujan tidak
langsung
masuk ke
jendela.
 Material
Material sun
shading Toko Petjinan Straat Malang (Pasar
menggunakan Besar) tahun 1936
material beton.
 Warna
Warna sun
shading
berwarna putih.
Jendela  Skala &
proporsi
Jendela pada
bangunan
arsitektur
kolonial
memiliki
bukaan lebar. Bangunan Balai Kota Malang tahun
1927 (jendela menggunakan
 Material material jalusi kayu)
Bangunan
kolonial
menggunakan
material kaca
ataupun jalusi
kayu sebagai
kisi.

Bangunan KPPN Malang (jendela


menggunakan material kaca)

46
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Fasade  Tipologi Dikutip dari


Tipologi berbagai
bangunan sumber
berbentuk
asimetri.
 Skala &
proporsi Gedung Societeit Concordia tahun
Skala bangunan 1930
monumental.
 Warna
Warna arsitektur
kolonial
didominasi
dengan warna
putih.
Toko Petjinan Straat Malang (Pasar
Besar) tahun 1936

Lanskap Hard  Site structure Jurnal


material - Lampu taman Lanskap
- Kolam Indonesia vo.4
No 1 2012
(Budiyono,
Nurlaelih, dan
Kawasan alun-alun Tugu Malang Djoko)
tahun 1914.

Soft  Pohon
material pengarah
- Palem putri
(Veithcia
merillii)
- Palem raja Boulevard kawasan ijen tahun 1930
(Roystonea dengan vegetasi penciri vegetasi
regia) Palem raja (Roystonea regia).

 Pohon perdu
- Pohon kenari
(Canarium
ovatum)
- Pohon beringin
(Ficus
benjamina)

47
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

2.3.8 Kesesuaian Pendekatan Historicism terhadap Objek Rancangan

Perancangan Pasar wisata di Kota Malang, menggunakan pendekatan

perancangan historicism berdasarkan pembabakan sejarah perkembangan Kota

Malang berdasarkan perencanaan kota oleh Ir. Herman Thomas Karsten. Kurun

waktu yang yang dipilih adalah antara tahun 1914-1940. Kurun waktu tersebut

dipilih berdasarkan perkembangan Kota malang yang sangat pesat, dengan

perencanaan kota yang sangat tertata dan menarik oleh Ir. Herman Thomas

Karsten pada masa itu.

Tabel 2.2 Kesinambungan Pendekatan Perancangan Historicism dan Aspek Arsitektural


pada sejarah Perkembangan Kota Malang berdasarkan Thomas Karsten
No. Periode Aspek Sejarah Aspek Aplikasi Aspek
Sejarah Historicism Perancangan Arsitektural
1. Perkembang Pembentukan pola Pengambilan Menampilkan Penzoningan
an Kota permukiman Kota bentukan khas pola grid pada dengan sistem
Malang Malang dari Perkem- sistem sirkulasi grid yang
sebelum berdasarkan bangan Kota rancangan dengan menarik dan
tahun 1914. masyarakat Malang pemanfaatan terpusat.
majemuk dengan berupa letak keadaan geografis
ciri khas alun-alun geografis-nya. sekitar.
sebagai pusatnya.
2. Perkembang Perencanaan dalam Pengambilan Menampilkan Menampilkan
an Kota perkemba-ngan unsur nilai desain dengan pola tatanan
Malang Kota Malang. sejarah pada pola massa massa
setelah tahun proses berdasarkan berdasarkan alur
1914-1940. perkemba- sejarah. sejarah setelah
ngan dan perkembangan
pengenda-lian Kota Malang
Kota Malang. tahun (1914-
1940)
(Sumber : Analisis Pribadi, 2016)

2.4 Tinjauan Arsitektural

2.4.1 Persyaratan Ruang

1. Standar Arsitektural Ruang untuk fasilitas pasar wisata

Pasar merupakan sebuah tempat untuk melakukan transaksi jual beli antara

penjual dan pembeli dalam memenuhi kebutuhan. Adapun standart-standart

fasilitas perancangan dalam pasar, seperti : kantor pengelola, kafataria (tempat


48
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

penjual kuliner), tempat/kios aksesoris, tempat/kios mainan anak, toilet, ruang

penyimpanan produksi, gudang, area parkir, musholla, bongkar muat barang,

zonasi pasar, area pertunjukan seni tari, dan area pembuangan sampah.

A. Kantor Pengelola

Kantor Pengelola merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk ruang

kerja direktur, karyawan, pegawai, dan pengelola. Ruanagan ini terdapat

beberapa ruang seperti ruang rapat, ruang sekretaris, ruang arsip, dapur, tempat

pustaka, dan ruang kerja para pegawai. Berikut gambar mengenai aturan standart

dan penataan ruang pada kantor pengelola :

49
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 2.17. Ruang kantor dan tata ruangnya


Sumber : Neufert Architect Data jilid 2

B. Kafetaria (tempat penjual kuliner)

Kafetaria merupakan sebuah area yang digunakan untuk jual beli makanan

dan tempat untuk makan. Berikut gambar mengenai aturan standart dan penataan

ruang pada kantor kafetaria :

Gambar 2.18. Tempat makan pengunjung dengan


penataan perabotnya
Sumber : Neufert Architect Data jilid 2

50
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

C. Toilet

Toilet merupakan sebuah tempat yang berfungsi sebagai tempat pembuangan

hadats besar dan kecil. Toilet dibedakan menjadi 2 jenis, yakni toilet basah dan

toilet kering. Berikut gambar mengenai aturan standart dan penataan ruang pada

toilet :

Gambar 2.19. Toilet


Sumber : Neufert Architect Data jilid 2

D. Gudang

Gudang merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk penyimpan barang-

barang. Gudang sangat memperhatikan penataan ruang, hal ini dikarenakan

gudang merupakan ruangan yang krusial untuk menempatkan barang sesuai jenis

barang yang akan disimpan. Gudang dibedakan menjadi 2 jenis, yakni gudang

statis dan gudang dinamis. Berikut gambar mengenai jenis gudang, aturan

standart dan penataan ruang pada gudang :

51
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 2.20. Tempat penyimpanan


Sumber : Neufert Architect Data jilid 2

E. Area Parkir

Area parkir merupakan tempat yang berfungsi sebagai tempat memarkir

kendaraan. Luasan area parkir bergantung pada dimensi kendaraan dan memiliki

derajat kemiringan tertentu. Berikut gambar aturan standart area parkir :

Gambar 2.21. Parkir


Sumber: Neufert Architect Data jilid 2

52
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

F. Musholla

Musholla merupakan area yang berfungsi sebagai tempat ibadah bagi kaum

muslim. Musholla sangan memperhatikan zona privasi, penataan ruang, dan

standart ruang. Berikut gambar mengenai aturan standart dan penataan ruang

musholla :

Gambar 2.22. Ruang sholat


Sumber : Neufert Architect Data jilid 2

G. Bongkar Muat Barang

Bongkar muat barang yakni sebuah area yang digunakan sebagai akses

memasukkan barang ke dalam penyimpanan. Ruangan ini biasa disebut dengan

area loading dock.. Ruangan ini sangat memperhatikan sirkulasi. Boangkar muat

barang dibedakan menjadi 2 jenis sistem, yakni sistem manual dan sistem

dinamis. Berikut gambar berdasarkan jenis, aturan standart dan penataan ruang

pada bongkar muat barang :

53
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 2.23. Bongkar muat barang menggunakan alat


Sumber : Neufert Architect Data jilid 3

H. Pasar

Pasar merupakan sebuah tempat jual beli dan tempat untuk berinteraksi antara

penjual dan pembeli. Area pasar sangat memperhatikan sirkulasi, penataan ruang,

dan penzoningan berdasarkan barang yang ditawarkan kepada penjual. Disamping

itu, pasar juga sangat memperhatikan aksesibilatas alur pengunjung dari entrance

hingga alur exit. Berikut gambar berdasarkan jenis, aturan standart dan penataan

ruang pada pasar :

54
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 2.24. Zona pasar sebelum pembayaran


Sumber : Neufert Architect Data jilid 2

Gambar 2.25. Zona pasar makanan segar


Sumber : Neufert Architect Data jilid 2

55
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 2.26. Zona pasar Humburg


Sumber : Neufert Architect Data jilid 2

I. Area Pembuangan Sampah

Area pembuangan sampah yakni sebuah tempat yang digunakan untuk

membuang atau mengelolah sampah. Area pembuangan sampah dibedakan

menjadi 2 jenis, yakni area pembuangan sampah sementara atau TPS yang

diletakkan pada area tapak, dan area tempat pembuangan akhir atau TPA yang

berada di luar tapak atau di suatu daerah tertentu.

2.5 Integrasi Keislaman

2.5.1 Kajian Islam Mengenai Pasar

Pasar merupakan sebuah tempat untuk mengapresiasikan kepemilikan

individu. Dimana pasar memiliki tujuan utama yakni dalam hal bertransaksi.

Namun tidak hanya itu saja, melainkan untuk mencapai ridha Allah demi

memenuhi kebutuhan dan kemaslahatan hidup bersama disamping kesejahteraan

individu.

Pasar juga merupakan sebuah tempat untuk merealisasikan suatu transaksi

jual beli antara penjual dan pembeli. Selain itu, untuk mendapatkan sebuah

keuntungan atau biasa disebut dengan profit. Profit merupakan sebuah faktor yang

56
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

dominan untuk terbentuknya suatu mekanisme pasar, seperti sebuah investasi

yang biasa dilakukan oleh pelaku ekonomi pada umunya untuk mewujudkan

kesejahteraan hidup manusia.

Pasar merupakan bagian penting bagi Muslim, karena pasar dapat

dijadikan sebagai katalisator hubungan transendental antarara Tuhan dan

hambanya. Sehingga, bertransaksi dalam pasar merubakan sebuah ibadah seorang

Muslim dalam memenuhi kehidupan perekonomian. Rasulullah SAW ketika

hijrah ke Madinah, beliau juga sering mendatangi pasar untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Fenoma ini mendatangkan pertanyaan Kaum Quraisy dalam

surat Al-Furqan ayat 7, Allah SWT berfirman:

“Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa


tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan
peringatan bersama-sama dengan dia?”

Menurut Kaum Quraisy hal tersebut dapat merendahkan martabat seorang

Rasul, ketika Rasul sering bepergian ke pasar untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Allah berfirman pada Surat Al-Furqan ayat 20 :

“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh


memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan Kami jadikan sebahagian
kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar? dan adalah
Tuhanmu Maha Melihat.”

Berdasarkan Tafsir Ibnu Katsir pada surat Al-Furqan ayat 20 yakni, Allah

SWT berfirman, memberitahukan para rasul terdahulu yang telah Dia utus.

Bahwasannya mereka memerlukan gizi dan memakan makanan, serta biasa berjalan

di pasar-pasar untuk berdagang dan mencari mata pencaharian. Sehingga tidak

bertentangan dengan keadaan dan kedudukan mereka. Karena sesungguhnya Allah

57
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

SWT telah menjadikan diri mereka tanda-tanda yang baik, amal perbuatan

sempurna, sifat-sifat yang terpuji, dan mukjizat-mukjizat yang cemerlang.

2.5.2 Kajian Islam Mengenai Pendekatan Historicism

Inti dari tema historicism ini yakni aliran arsitektur yang terbentuk karena

kerinduan pada bentukan lama atau bentukan masa lalu dalam arsitektur baru.

Dilihat dari penjelasan sebelumnya mengenai teori dasar tema historicism

bahwasannya dalam buku Arsitektur Modern, tertulis bahwasannya Robert

Ventury (1925) merupakan salah satu tokoh Modernisme yang menerapkan

konsep historicism pada rancangannya yakni Allen Art Museum. Pada bangunan

tersebut, Robert Ventury menunjukkan bahwa tema historicism ini tidak hanya

mengulang bentukan pada arsitektur kuno saja, namun lebih mengacu pada bentuk

bangunan lama yang diharmonisasikan dengan pengulangan sejarah arsitektur

modern fungsionalisme. Tujuan dari tema tersebut jika dikaitkan dengan integrasi

keislaman yakni perintah Allah dalam memaknai dan memahami pesan-pesan

sejarah yang terdahulu.

"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka (para nabi) itu terdapat pengajaran


bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman." (QS.Yusuf : 111)

Islam secara substansial menempatkan sejarah pada porsi dan posisi yang

sangat penting. Sejarah juga dapat memberikan hikmah pelajaran pada umat

manusia. Dengan memahami dan mempelajari sejarah, manusia dapat melihat

seolah atau bahkan mengalami berbagai peristiwa masa lalu dengan kurun waktu

lama yang dijalani dalam kurun singkat. Mempelajari sejarah juga dapat belajar

58
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

berbagai keutamaan dan kelebihan pada generasi sebelumnya. Sehingga kelebihan

dan keutamaan tersebut dapat diikuti, dilestarikan, dan ditingkatkan di masa kini

untuk mecapai sebuah kemaslahatan umat manusia. Manusia dengan mempelajari

sejarah juga dapat menghindari dari kesalahan serupa yang dialami pada masa

lampau. Karena dengan mengabaikan sejarah, manusia sangat memungkinkan

terjerumus melakukan kesalahan serupa yang pernah terjadi di masa sebelumnya

(Mashad Dhuroddin, 2001 : 28).

2.6 Studi Banding Objek

Studi banding yang dipakai untuk perancangan Pasar Wisata Tradisional

Malang ini menggunakan dua kajian. Untuk kajian pertama yaitu studi banding

objek pada Chatuchak Weekend Market, Bangkok. Sedangkan untuk kajian kedua

yaitu studi banding tema pada Museum Louvre, Paris.

2.6.1 Studi banding objek : Chatuchak Weekend Market, Bangkok

A. Deskripsi Objek

Chatuchak ataupun yang biasa dikenal dengan sebutan JJ Market

merupakan pasar wisata terbesar di Kota Bangkok. Chatuchak Weekend Market

ini memiliki luas sebesar 35 ha yang berlokasi di Kamphaeng Phet 2 Rd,

Chatuchak, Bangkok, Thailand. Pasar tersebut memiliki 8000 stand penjual

dengan menawarkan berbagai macam produk lokal dari Thailand.

59
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 2.27. Lokasi Chatuchak Weekend Market, Bangkok


(Sumber : google maps.com)

Produk yang dijual di Chatuchak Weekend Market antara lain aksesoris,

makanan dan minuman, pakaian, hewan peliharaan, produk-produk barang antik

khas Thailand, furnitur rumah, barang-barang yang terbuat dari keramik, makanan

kering, serta tanaman. Chatuchak Weekend Market ini hanya buka pada hari-hari

tertentu saja yakni akhir pekan dan di hari Rabu. Namun pada hari Rabu pasar ini

hanya menjual tumbuhan dan tanaman saja. Konsumen dari Pasar Chatuchak ini

tidak hanya warga lokal saja, akan tetapi turis dari luar Thailand juga menjadi

konsumen dari Chatuchak Weekend Market.

60
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 2.28. Pasar Chatuchak, Bangkok


(Sumber : Pinterest.com)

B. Kajian Arsitektural pada Chatuchak Market, Bangkok

Kajian arsitektural pada Chatuchak Market, Bangkok yakni kajian yang

berisi tentang pembagian zona, fasilitas objek, aksesibilitas dan sirkulasi, serta

utilitas yang diterapkan pada bangunan. Hal ini dijelaskan untuk mengetahui

penataan zona, macam-macam jenis barang yang ditawarkan, dan perletakan area

zona berdasarkan dagangan. Berikut tabel kajian arsitektural pada Chatuchak

Market, Bangkok berdasarkan tinjauan zona, gambar dan analaisis, serta

deskripsinya :

61
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Tabel 2.3.Kajain Arsitektural pada Chatuchak Market, Bangkok


No Tinja Gambar& Analisis Deskripsi
uan
1 Zona
Secara umum,
pembagian zonasi
Area pasar dibagi menjadi
parkir area parkir serta area
tempat untuk
transaksi jual beli.
Area  Terdapat tiga area
berjualan yang menjadi
tempat parkir yang
terletak pada utara
dan barat pasar.
 Area jual beli
tersebut
mempunyai
beberapa
pembagian zona di
dalamnya.
Pembagian tersebut
adalah sebagai
berikut:
a. Zona Furniture and
Decoration
 Zona ini berisi
gerai penjualan
keramik maupun
hiasan rumah
tangga
 Zona ini terletak
Furniture and berdekatan dengan
zona Handcraft
Decoration dan Pets.

b. Zona Pets
 Zona ini berisi area
tempat jual beli
hewan peliharaan
dan aksesorisnya
 Zona ini terletak
berdekatan dengan
zona Furniture and
Pets Decoration dan
Handcraft.

62
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

c. Zona Handcraft
 Zona ini berisi
gerai penjualan
berbagai macam
kerajinan tangan
 Zona initersebar di
berbagai area pada
pasar wisata ini.
Handcraft

d. Zona Books &


Antique
 Zona ini berisi
gerai penjualan
buku-buku maupun
barang barang antik
 Zona ini terletak
berdekatan dengan
Books & Antique zona Handcraft.

e. Clothing and
Accesoris
 Zona ini berisi
gerai penjualan
perhiasan, sepatu,
tas, dan lain-lain
 Zona ini terletak
berdekatan dengan
Clothing and zona Handcraft
dan berhadapan
Accesoris dengan zona plants
dan food.

f. Zona Use
Clothing
 Zona ini berisi
gerai penjualan
pakaian seperti
baju dan celana.
 Zona ini terletak
Use Clothing berhadapan
dengan zona
Handcraft.

63
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

g. Zona Plant and


Gardening Tool
 Zona ini berisi
tempat penjualan
tanaman hias dan
aksesorisnya.
 Zona ini terletak
berdekatan dengan
Plant and zona Food.

Gardening Tool

h. Zona food
 Zona ini berisi
gerai penjualan
makanan maupun
minuman ringan
kuliner khas
thailand.
 Zona ini terletak
Food berdekatan dengan
zona Plant dan
Clothing and
Accesoris.

2 Fasili
tas Terdapat fasilitas
Penu penunjang
njang seperti toilet,
bus stop, ATM,
Security, pusat
informasi,
telepon, kantor
pos.

Tugu Jam

64
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

3 Aksesi
bilitas  Panah biru:
Aksesibilitas
pejalan kaki
memasuki
pasar. Terdapat
tiga gerbang
yang dapat
diakses oleh
pejalan kaki
memasuki pasar
 Panah kuning :
Aksesibilitas
kendaraan
menuju tempat
Parkir.
4 Penca a) Penghawaan
haya-  Penghawaan
an buatan berupa
dan kipas angin
Peng masih terlihat
hawa pada kios
an yang berada
di dalam zona
 Penghawaan
alami terlihat
pada kios di
pinggir zona
serta terdapat
kisi kisi pada
setiap kios
b) Pencahayaan
 Pencahayaan
alami pada
pinggir kios
 Untuk
penerangan
area,
menggunakan
lampu TL
 Untuk
penerangan
display,
menggunakan
lampu task
lighting

65
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

5 Utili- Pada atap


tas Chatuchak Market
terdapat exhaust.
Hal tersebut
membuat panas
yang berkumul
dibawah atap
mampu tersalurkan
dengan baik keluar,
meskipun penataan
ruang dibawahnya
sangat berimpitan.

Exhaust

Sumber: Analisis Pribadi, 2016

2.6.2. Studi Banding Tema: Museum Louvre

Museum Louvre adalah sebuah museum seni dan monumen bersejarah.

Bangunan Museum Louvre merupakan gedung bekas sebuah istana bangsawan.

Bangunan Museum Louvre mulai didirikan pada tahun 1190 M, dan ditetapkan

sebagai museum pada tahun 1793.

66
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

A. Deskripsi Objek

Museum Louvre merupakan salah satu museum yang terletak di Paris,

Perancis. Berikut adalah data bangunan dari Museum Lovre.

Tabel 2.4. Data bangunan Museum Lovre, Perancis

Gambar Data Bangunan

Arsitek : I.M. Pei


Lokasi : Louvre Palace, 75001
Paris, France
Dibuka : 1793
Luas : 60,600sqm
Website : www.louvre.fr

Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Louvre

Museum Louvre berubah fungsi menjadi museum setelah Revolusi

Perancis. Bangunan museum terdiri dari 4 lantai, yaitu lower ground floor, ground

floor, first floor, dan second floor. Beberapa koleksi yang ada pada Museum

Louvre adalah koleksi pameran berupa benda dari zaman prasejarah benda budaya

Yunani 1940-1944.

2.6.2.1.Penerapan Prinsip-prinsip Historicism pada Bangunan

Bangunan museum Louvre terdiri dari dua bangunan, yaitu bangunan

kuno bekas istana dan monumen louvre yang merupkan bangunan modern

berbentuk piramida di tengah-tengah bangunan renaisanse. Perpaduan dua

bangunan ini merupakan wujud dari penggabungan antara bangunan renaisanse

yang unik dengan bentuk bangunan yang panjang linier dan bersejarah dengan

bangunan baru yang modern. Berikut adalah penerapan prinsip-prinsip

historicism pada Museum Louvre.

67
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

A. Pengambilan bentukan dengan bahan dan skala yang berbeda

Bentuk bangunan monumen Louvre mengambil dari bentuk bangunan

pada zaman Mesir kuno yaitu piramid dengan beberapa perbedaan. Perbedaan

tersebut terletak pada dimensi, bahan dan ukuran pada piramid ini. Piramid pada

monumen Louvre menggunakan bahan yang modern yaitu kaca berbeda dengan

bahan dari piramida Mesir yang terbuat dari material setempat pada masa

pembuatannya, yaitu tanah liat.

Gambar 2.29 (1) Material kaca pada bangunan Museum Louvre (2) Elemen tanah liat pada
piramida Mesir
Sumber: (1) http://www.louvre.fr/en (2)
https://www.google.com/search?safe=&imgrc=qL763ZEhkw1RTM%3A

68
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

B. Pengambilan Unsur-unsur Nilai Sejarah

Bangunan piramida Mesir terdapat ukiran-ukiran yang menggambarkan

cerita kehidupan pada masa itu. Hal ini terlihat pada interior pada monumen

Louvre dengan bentukan yang lebih disederhanakan. Bentukan tersebut

merupakan bentukan perulangan geometris dari piramida yang terletak pada

plafond ruangan.

Gambar 2.30. (1) Ukiran pada piramida Mesir (2) elemen estetika pada plafond museum Louvre
Sumber: (1) https://www.google.com/imgres?imgurl=&iact=mrc&uact=8
(2)http://www.archdaily.com/
C. Menampilkan Komponen-komponen Klasik yang Dimodifikasi dengan

Penyelesaian Modern

Pada interior museum Louvre masih mempertahankan langgam arsitektur

Yunani. Hal tersebut dapat terlihat dari suasana interior serta penataan dekorasi

ruangan. Namun interior tersebut dimodifikasi dengan penyelesaian modern,

terlihat dari ekspose material kaca pada atap bangunan.

69
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 2.31. Suasana interior museum Louvre


Sumber: http://travelhdwallpapers.com/tag/the-louvre/page/2/

D. Pengambilan Bentukan Khas dari Suatu Daerah atau Negara berupa

Pembabakan Periode Sejarah, Tempat Geografis, dan Budaya Lokal

Bentukanmonumen Louvremerupakan bentuk dari bangunan pada masa

periode sejarah fir’aun dan budaya lokal dari Mesir. Hal tersebut

dikarenakanakan aplikasi historicism pada museum ini mengambil dari periode

sejarah dan budaya Mesir.

2.7 State of The Art dari Perancangan Pasar Wisata dengan Pendekatan

Historicism di Kota Malang

Penerapan historicism pada objek perancangan Pasar wisata di Kota Malang

telah mempertimbangkan prinsip-prinsip yang telah dijelaskan sebelumnya.

Namun, prinsip-prinsip tersebut disesuaikan dengan integrasi keislaman. Berikut

adalah kerangka pendekatan perancangan mengenai solusi dari issue pada

perancangan Pasar wisata.

70
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Tabel 2.5. State of the art

Masalah Solusi Integrasi Islam Aplikasi

Potensi Membuat sebuah tempat QS. Al Furqaan Merancang sebuah pasar wisata
kepariwi- perdagangan dengan ayat 20. “Dan dengan menggunakan metode
sataan Kota mengaitkan unsur Kami tidak historicism dan dikaitkan dengan
Malang yang sejarah Kota Malang mengutus rasul- integrasi keislaman, dan sebagai
belum sebagai ciri khas rasul sebelummu, pembentuk identitas Kota
diberdayakan tersendiri. melainkan Malang.
secara optimal mereka sungguh
dari segi memakan
perdagangan makanan dan
untuk berjalan di
pengembangan pasar-pasar. Dan
potensi wisata. Kami jadikan
sebahagian kamu
cobaan bagi
sebahagian yang
lain. Maukah
kamu bersabar?
dan adalah
Tuhanmu Maha
Melihat”

Kota Malang Menerapkan unsur Q.S Yusuf ayat 111 Menerapkan metode pembabakan
memiliki nilai sejarah perkembangan menjelaskan sejarah berdasarkan
sejarah dan Kota Malang menge-nai perkembangan Kota Malang oleh
peninggalan berlandaskan ide pengambilan Thomas Karsten dengan memilih
sejarah berupa Thomas Karsten sebagai sejarah dan kurun waktu tertentu, yakni
perkembangan penguat metode memaknainya dari antara tahun 1914-1940. (Kurun
kota yang historicism dalam orang-orang terda- waktu berdasarkan perkembangan
tertata dan perancangan. hulu. Kota malang yang sangat pesat,
menarik oleh perencanaan kota yang tertata dan
Ir. Herma menarik oleh Thomas Karsten).
Thomas
Karsten.

Kualitas SDM Mengoptimalkan adanya Hadits mengenai Menggunakan metode penawaran


dan pasar wisata dengan kewajiban mencari produk hasil karya kreatifitas
perdagangan meliat pasar wisata yang ilmu. “Mencari warga lokal Malang yang
pasar wisata sudah ada di daerah lain. ilmu itu adalah dipasarkan pada pasar wisata.
yang perlu Serta meningkatkan wajib bagi setiap
diadakan di kualitas SDM Kota muslim laki-laki
Kota Malang. Malang kreatif. maupun muslim
perempuan”. (HR.
Ibnu Abdil Barr)

Fasilitas yang Memberikan sebuah Kata bijak dalam


Islam Memberikan fasilitas berupa hasil
ditawarkan fasilitas yang berbeda mengatakan kerajinan khas Malang,
pada dari pasar wisata yang bahwasannya menawarkan barang-barang khas
perancangan sudah ada di Indonesia, menjaga Malang yang jarang dijumpai
pasar wisata dengan cara sesuatu (topeng malangan, keramik

71
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

dengan menggabungkan konsep yang lama dan Dinoyo, dan batik tulis malang).
pendekatan pasar wisata yang sudah baik serta me- Serta menawarkan pertunjukan
historicism. dirangcang. Tentunya ngambil sesuatu kebudayaan Malang yang terkikis
dengan melihat potensi baru yang lebih keberadaannya berupa wayang
Kota Malang. baik lagi. topeng malangan. Dimana semua
fasilitas tersebut dikombinasikan
dengan suasana ruang arsitektur
modern Thomas Karsten (1914-
1940).

Penggunaan Pengambilan bentukan Menjaga Memberikan bentukan pada


langgam lama yang dimodifikasi sesuatu yang perancangan pasar wisata berupa
arsitektur dengan bentukan lama dan baik langgam arsitektur modern
yang sesuai modern, serta dan mengam- Karsten pada tahun 1914-1940.
untuk memperhatikan bentuk bil sesuatu baru
digunakan bangunan yg bernilai yang lebih baik
pada objek sosial budaya pada lagi.
rancangan. perkembangan Kota
Malang.
Sumber: Analisis Pribadi, 2016

72
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

BAB III

METODE PERANCANGAN

Proses dalam perancangan arsitektur membutuhkan alur pemikiran sebuah

metode yang sangat dalam dan terstruktur. Sebuah perancangan akan melalui

berbagai tahapan untuk mempermudah dalam proses merancang, serta membantu

dalam pengembangan ide gagasan. Metode perancangan pasar wisata ini dimulai

dari perumusan ide dasar hingga konsep rancangan tersebut. Tahap tersebut

diantaranya yakni melakukan pengumpulan dan pengolahan data, analisis data,

teknik analisis, serta sisntesis. Tahapan-tahapan ini dilakukan baik secara

kuntitatif maupun kalitatif.

Tahapan dalam proses perumusan ide dilakukan secara kualitatif yang

berdasarkan atas kebutuhan masyarakat akan keberadaan objek pasar wisata.

Sedangkan perumusan ide secara kuantitatif sebagai dasar pertimbangan akan

pentingnya keberadaan objek rancangan yang didasarkan atas data-data yang

sudah diperoleh. Metode kualitatif dan kuantitatif ini juga didasarkan pada asumsi

dan kebutuhan pengguna terhadap rancangan. Metode tersebut akan dikorelasikan

pada data-data yang sudah diperoleh. Adapun tahapan-tahapan pada perancangan

pasar wisata yang akan dijelaskan pada uraian berikut :

3.1. Metode Perancangan

Metode dalam sebuah perancangan merupakan strategi atau cara untuk

memudahkan perancang dalam mewujudkan rancangan yang diinginkan.

Sehingga, dalam proses merancang perlu diadakannya sebuah metode khusus

73
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

untuk mengembangkan ide dasar perancangan. Metode yang digunakan dalam

perancangan, yakni metode deskriptif analisis. Metode desktiptif analisis ini

merupakan salah satu metode yang berusaha mendeskripsikan suatu peristiwa atau

kejadian yang terjadi sekarang. Sehingga, tahapan pada metode ini yakni dengan

menjelaskan/memaparkan kondisi pada lapangan, kemudian memaparkan

permasalah yang diangkat dalam perancangan. Selanjutnya akan diperkuat melalui

tahapan analisis dengan bersumber pada data dan sumber literatur yang

didapatkan. Sehingga, dari tahapan analisis tersebut didapatkan sebuah

perencanaan/pola pikir dalam perancangan.

3.1.1. Perumusan Ide

Proses dan tahapan dalam kajian perumusan ide yang digunakan dalam perancangan

pasar wisata di Kota Malang, dijelaskan sebagai berikut:

 Pencarian ide gagasan perancangan pasar wisata di Kota Malang ini didasari pada

kondisi dan masalah yang timbul di lapangan dengan cara perumusan masalah,

menentukan tujuan, serta menentukan batasan-batasan pada objek perancangan.

 Pengembangan dalam ide gagasan perancangan berangkat dari permasalahan yang ada

di lapangan. Permasalahan tersebut akan dipecahkan dengan solusi-solusi yang

didapatkan dari sumber-sumber data informasi dengan teknik analisis.

 Penguat/pendukung ide perancangan didapatkan dari sumber -sumber literatur,

baik dari aspek arsitektural maupun non-arsitektural yang berkaitan dengan

judul objek yang ditentukan. Dimana data-data yang didapatkan, akan menjadi

74
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

dasar dan penguat/pendukung ide gagasan perancangan pasar wisata di Kota

Malang.

3.1.2. Penentuan Lokasi Perancangan

Lokasi pada perancangan harus mendukung fungsi dari objek pasar wisata di

Kota Malang. Objek tersebut akan difungsikan sebgai bangunan komersial yang ada di

Kota Malang. Adapun syarat-syarat dan ketentuan pada perancangan pasar wisata yang

akan dijelaskan pada bab selanjutnya secara rinci.

3.2. Teknik Pengumpulan Pengolahan Data

Sebuah perancangan membutuhkan penunjang yang dilakukan dengan cara

mencari data-data atau informasi yang terkait pada objek. Data-data tersebut

nantinya berguna dalam perumusan ide hingga analisis. Menurut sifatnya, proses

pencarian data dibagi menjadi dua, yakni data primer dan data sekunder.

3.2.1. Data Primer

Data Primer merupakan sebuah data penunjang yang digunakan pada objek

rancangan dengan cara pengamatan langsung di lapangan, dan suatu fenomena

yang sedang terjadi di kalangan masyarakat baik kuantitatif maupun kualitatif.

Data primer dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:

 Observasi

Observasi yang dilakukan yakni dengan datang langsung pada objek yang

serupa dengan pasar wisata. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan ruang

yang dibutuhkan pada objek perancangan pasar wisata. Disamping itu, observasi

juga dilakukan untuk menunjang pada tahap analisis tapak mengenaii kondisi

tapak di lapangan secara langsung. Observasi ini merupakan salah satu cara

75
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

penggalian data yang bersifat kuantitatif. Dimana data tersebut diukur secara

objektif berdasarkan fakta yang ada.

 Dokumentasi

Dokumentasi ini merupakan sebuah tahapan pencarian data dalam

perancangan pasar wisata, berupa: kondisi objek serupa dan kondisi eksisting

lahan. Dokumentasi ini juga akan direkam dalam bentuk gambar, dokumen,

maupun catatan, dimana menjelaskan data mengenai fakta atas fenomena yang

terjadi. Selanjutnya, hasil dokumentasi yang didapatkan akan dikaji untuk

dianalisis lebih lanjut secara terperinci.

3.2.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sebuah data yang dikumpulkan oleh perancang.

Data-data tersebut merupakan informasi-informasi yang dibutuhkan pada objek

perancangan pasar wisata untuk mempermudah proses merancang dan analisis.

Data sekunder ini memaparkan standarisasi perancangan yang terkait pada objek

rancangan. Data sekunder pada perancangan Pasar wisata di Kota Malang ini

dikumpulkan dari berbagai sumber, antara lain: e-book,buku, website, jurnal, dan

lain-lain.

3.2.2.1 . Studi Literatur

Studi literatur berisi mengenai informasi-informasi yang terkait pada objek

perancangan pasar wisata di Kota Malang. Informasi atau data-data tersebut akan

menjadi acuan dalam merancang, baik darii aspek objek maupun pendekatan tema

yang digunakan pada perancangan. Data-data yang didapatkan berupa data dari

aspek secara arsitektural, non-arsitektural, dan tema.

76
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

 Aspek arsitektural diperoleh dari data-data yang berkaitan dengan persyaratan

ruang, kebutuhan ruang, standarisasi ruang, utilitas, sirkulasi, penzoningan

dan lain-lain yang berkaitan dengan objek pasar wisata.

 Aspek non arsitektural diperoleh dari data yang berkaitan dengan definisi

objek, sejarah, dan kriteria pada objek perancangan pasar wisata, dan lain-

lain.

 Tema diperoleh dari data yang memaparkan prinsip-prinsip dan filosofi yang

terkadung pada pendekatan tema yang digunakan untuk diaplikasikan pada

objek perancangan.

3.2.2.2 . Studi Banding

Studi banding dilakukan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan

dengan objek dan tema yang sejenis. Hal ini dilakukan sebagai penunjang objek

rancangan dan pendekatan tema yang digunakan. Pada studi banding ini,

dilakukan dengan cara mengkaji dua studi banding, yakni: studi banding

berdasarkan objek sejenis, dan studi banding berdasarkan tema yang digunakan.

Sehingga, dengan adanya studi banding ini, kita dapat mengetahui dan dapat

menerapkan atau mengaplikasikannya pada perancangan pasar wisata dengan

pendekatan historicism di Kota Malang.

3.2.2.3 . Studi Integrasi Keislaman

Studi integrasi keislaman yakni tahapan dalam merancang yang dikaitkan

dengan nilai-nilai Islam. Integrasi Keislaman ini dikaitkan dengan objek

perancangan dengan bersumber Al Qur’an. Pada percangan pasar wisata ini lebih

77
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

mengaitkan nilai-nilai keislaman dengan cara mengaplikasikannya dengan sistem

utilitas persampahan yang baik pada rancangan, dan fasilitas ibadah yang nyaman.

3.3. Teknik Analisis

Analisis merupakan sebuah aternatif-alternatif yang dijadikan sebagai

pertimbangan dalam merancang. Proses analisis ini ini tidak hanya

mempertimbangkan objek yang akan dirancang saja, namun kondisi pada tapak

juga perlu diperhatikan sebagai pertimbangan dalam perancangan. Dalam

perancangan pasar wisata ini terdapat beberapa analisis, antara lain:

3.3.1 Analisis Fungsi

Analisis fungsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yakni fungsi primer, fungsi

sekunder, dan fungsi penunjang. Sehingga, akan didapatkan beberapa fungsi

objek rancangan pasar wisata sesuai dengan kebutuhan. Pasar wisata ini berfungsi

sebagai tempat perdagangan yang bersifat rekreatif. Disamping itu, pasar wisata

ini memberikan nilai edukatif historicism perkembangan Kota Malang sebagai

wujud identitas Kota, dan pengenalan sejarah terhadap user.

3.3.2 Analisis Aktivitas dan Pengguna

Tahapan analisis ini lebih menekankan pada kegiatan yang ada pada objek

rancangan pasar wisata. Analisis Aktivitas ini diperoleh setelah melakukan

analisis fungsi. Sehingga, dari analisis tersebut dapat disimpulkan pertimbangan

dari aspek aktivitas dan pengguna, seperti pengelola, pengunjung, dan lain-lain

pada pasar wisata. Aspek tersebut dapat menjadi dasar untuk penentuan ruang-

ruang yang terdapat pada pasar wisata. Pengguna diharapkan selain melakukan

78
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

transaksi jual beli pada pasar wisata, pengguna dapat belajar dari unsur

historicism yang diterapkan pada tema perancangan pasar wisata ini.

3.3.3 Analisis Ruang

Analisis ruang ini diperoleh dari pembagian klasifikasi berdasarkan

analisis fungsi pada objek rancangan. Analisis ruang ini bertujuan untuk

memunculkan ruang-ruang yang memfasilitasi atau menunjang pada pasar wisata.

Ruang-ruang utama yang wajib tersedia pada pasar wisata ini berdasarkan pada

klasifikasi pasar kelas I, tentunya ruang-ruang ini juga akan dikaitkan dengan

unsur historisicim yang diterapkan pada pasar wisata.

3.3.4 Analisis Bentuk

Analisis ini merupakan tahapan yang diperoleh setelah mendapatkan

kondisi eksisting pada tapak. Karena pada analisis bentuk ini diharapkan

bangunan objek yang dirancang dapat menyesuaikan dan dapat beradaptasi

dengan kondisi kawasan di tapak. Bentukan yang digunakan pada pasar wisata ini,

yakni menerapkan langgam arsitektur yang sesuai dengan unsur historicism

perkembangan Kota Malang.

3.3.5 Analisis Tapak

Analisis tapak merupakan tahapan analisis yang dilakukan pada kondisi

eksisting tapak pada perancangan pasar wisata. Analisis tapak ini meliputi

aksesibilitas bangunan pada tapak, orientasii bangunan, kebisingan, vegetasi pada

tapak, penzoningan pada tapak, topografi, dan lain sebagainya yang berkaitan

dengan tapak. Tapak pada perancangan pasar wisata ini juga akan dipilih

79
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

berdasarkan kondisi eksisting yang berunsur dengan nilai-nilai historicism

perkembangan Kota Malang.

 Analisis iklim

Analisis iklim merupakan tahapan analisis yang memaparkan mengenai

kondisi iklim yang ada pada tapak. Seperti halnya arah angin, curah hujan,

orientasi matahari, suhu, dan tingkat kelembapan yang ada pada tapak

perancangan. Dimana analisis ini akan berguna sebagai alternatif pada desain

bangunan objek pasar wisata.

3.3.6 Analisis Struktur

Tahapan pada analisis struktur ini lebih menekankan pada penggunaan

struktur yang digunakan pada objek rancangan. Analisis ini akan membantu

memunculkan beberapa alternatif yang sesuai dengan objek perancangan pasar

wisata. Analisis struktur ini dapat diperoleh dari hasi analisis bentuk yang sudah

dilakukan maupun analisis yang sudah dijelaskan di atas. Struktur yang digunakan

pada pasar wisata ini yakni menggunakan struktur pada zaman kolonial dengan

penyelesaian modern, dimana disesuaikan dengan tema pendekatan historicism.

3.3.7 Analisis Utilitas

Analisis utilitas ini memaparkan mengenai sistem utilitas yang akan

digunakan pada objek rancangan pasar wisata. Pada perancangan pasar wisata ini

lebih ditekankan sistem utilitas yang efisisen dan tidak mengganggu ekosistem

lingkungan sekitar (ramah lingkungan).

80
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

3.4 Sintesis/Konsep

Tahapan selanjutnya yakni pengolahan data secara sintesis, setelah

melakukan tahapan analisis yang menghasilkan berbagai alternatif. Berbagai

alternatif yang didapatkan akan dipilih salah satu yang sesuaii dengan objek

perancangan pasar wisata di Kota Malang, dengan cara menggabungkan beberapa

hasil aternatif yang didapatkan. Tahap sintesis ini memaparkan mengenai

penggunaan konsep rancangan yang akan diterapkan pada tapak, ruang, bentuk

bangunan, struktur, rencana utilitas, serta integrasi keislaman yang menkung

objek rancangan pasar wisata di kota malang. Adapun beberapa konsep

perancangan, antara lain:

3.4.1 Konsep Kawasan dan Tapak

Tahapan pada konsep kawasan dan tapak ini merupakan pengolahan data

yang berkaitan dengan kondisi tapak, dimana kondisi berkaitan dengan pola

sirkulasi, perletakan entrance, penzoningan masa bangunan, dengan

memperhatikan aspek-aspek kondisi eksisting pada tapak yang sudah didapatkan.

3.4.2 Konsep Ruang

Konsep ruang ini merupakan tahap dari hasil analisis fungsi, aktivitas,

pengguna, dan analisis ruang. Konsep ruang ini lebih menekankan dari hasil

alternatif-alternatif yang telah dipilih. Sehingga, akan menghasilkan suasana

ruang, penataan ruang, keterkaitan antar ruang, dan besaran ruang yang

dibutuhkan pada perancangan pasar wisata di Kota Malang.

81
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

3.4.3 Konsep Bentuk dan Tampilan

Konsep bentuk dan tampilan ini merupakan hasil dari analisis bentuk yang

mempertimbangkan kondisi eksisting dan analisis tapak serta iklim. Bentukan ini

nanti akan terkonsep melalui pendekatan tema yang didasarkan pada analisis-

analisis yang telah dilakukan pada sebelumnya.

3.4.4 Konsep Struktur dan Utilitas

Konsep struktur dan utilitas ini dapat diperoleh dari hasil pendekatan tema

yang digunakan pada objek rancangan, ataupun diperoleh dari bentuk bangunan

dan tampilan yang sudah digunakan. Tentunya setelah melaui tahapan-tahapan

analisis serta pemilihan dari berbagai alternatif yang sudah didapatkan. Sehingga,

nantinya akan menghasilkan konsep struktur maupun utilitas yang seduai dengan

perancangan pasar wisata di Kota Malang.

82
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

3.5 Diagram Alur Pola Pikir Metode Perancangan

Gambar 3.1 Alur Pola Pikir Metode Perancangan


Sumber: Analisis pribadi, 2016

83
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

BAB IV

KAJIAN LOKASI RANCANGAN

Perancangan membutuhkan sebuah lokasi yang sesuai dengan objek

perancangan. Kesesuaian dan karakteristik suatu lokasi berasal dari kesesuaian

secara fungsi maupun peraturan pemerintah tentang tata guna lahan. Sehingga,

dibutuhkan kajian yang membahas tentang lokasi rancangan pada perancangan

pasar wisata di Kota Malang.

4.1 Gambaran Umum Lokasi

Perancangan Pasar Wisata dengan Pendekatan Historicism ini terletak di

Kota Malang. Berikut penjelasan lebih datail mengenai gambaran lokasi mengenai

lokasi perancangan pasar wisata

4.1.1 Karakteristik Lokasi Objek

Karakteristik lokasi objek merupakan sebuah aspek yang harus diperhatikan

sebelum memulai sebuah perancangan. Karakteristik lokasi ini akan menjadi dasar

pertimbangan dalam menentukan lokasi tapak objek perancangan pasar wisata yang akan

dirancang di Kota Malang. Adapun beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam

peracangan pasar wisata di Kota Malang, berikut adalah ketentuan lokasi pada

perancangan:

- Lokasi sesuai dengan fungsi perancangan pasar wisata di Kota Malang.

Lokasi tapak sebaiknya ada di dekat pusat kota. Hal ini dikarenakan

aksesibilitas yang mudah dicapai/diakses. Disamping itu, dapat memudahkan

84
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

menarik pengunjung untuk berwisata sekaligus berbelanja pada perancangan pasar

wisata.

- Lokasi tapak strategis dengan melihat fungsi bangunan-bangunan lain disekitarnya

serta dapat menunjang fasilitas-fasilitas dalam tapak rancangan.

- Lokasi tapak harus mempertimbangkan masalah lingkungan yang berhubungan

antara tapak dengan kawasan sekitar.

Berdasarkan keriteria di atas nantinya akan digunakan untuk menentukan

beberapa alternatif tapak agar sesuai dengan fungsi objek rancangan pasar wisata di Kota

Malang. Disamping itu, diharapkan tidak memberikan dampak negatif terhadap

lingkungan sekitarnya akan keberadaan objek rancangan.

4.1.2 Wilayah Administrasi

Gambar 4.1. Peta Kabupaten Malang


Sumber: RPJMD Kabupaten Malang, 2010-2015
Kota Malang terdiri dari 5 kecamatan dan secara wilayah administratif

berbatasan langsung dengan Kabupaten Malang, yakni:

 Sebelah Utara : Kecamatan Lawang dan Kabupaten Pasuruan.

85
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

 Sebelah Timur : Kecamatan Jabung dan Kecamatan Pakis.

 Sebelah Selatan : Kecamatan Blimbing dan Kota Malang.

 Sebelah Barat : Kecamatan Karangploso.

4.1.3 Letak Geografis

Kabupaten Malang terletak di wilayah dataran tinggi dengan koordinat

antar 112º17’10,90’’ - 122º57’00,00’’ Bujur Timur, 7º44’55,11’’-8º26’35,45’’

Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Malang adalah 3.534,86 km2 atau

353.486 ha terletak pada urutan luas terbesar kedua setelah Kabupaten

Banyuwangi dari 38 Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa Timur, terdiri dari

33 Kecamatan 12 Kelurahan, 378 Desa, 3.217 Rukun Warga (RW) dan 14.718

Rukun Tetangga (RT), yang tersebar pada wilayah perkotaan dan perdesaan dan

terletak antara 0–2000 m dari permukaan laut.

Wilayah datar sebagian besar terletak di Kecamatan Bululawang,

Gondanglegi, Tajinan, Turen, Kepanjen, Pagelaran, Pakisaji sebagian Kecamatan

Singosari, Lawang, Karangploso, Dau, Pakis, Dampit, Sumberpucung,

Kromengan, Pagak, Kalipare, Donomulyo, Bantur, Ngajum, Gedangan. Wilayah

bergelombang terletak di wilayah Sumbermanjing Wetan, Wagir dan Wonosari.

Daerah terjal perbukitan sebagian besar di Kecamatan Pujon, Ngantang,

Kasembon, Poncokusumo, Jabung, Wajak, Ampelgading dan Tirtoyudo.

4.2 Data Fisik Lokasi

4.2.1 Topografi

Kondisi topografis Kabupaten Malang merupakan dataran tinggi yang

dikelilingi oleh beberapa gunung dan dataran rendah atau daerah lembah pada

86
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

ketinggian 250-500 meter dari permukaan laut yang terletak di bagian tengah

wilayah Kabupaten Malang. Daerah dataran tinggi merupakan daerah perbukitan

kapur (Gunung Kendeng) di bagian Selatan pada ketinggian 0-650 meter dari

permukaan laut. Daerah lereng Tengger Semeru di bagian Timur membujur dari

Utara ke Selatan pada ketinggian 500 - 3600 meter dari permukaan laut dan

daerah lereng Kawi Arjuno di bagian Barat pada ketinggian 500 - 3.300 meter dari

permukaan laut. Terdapat 9 gunung dan 1 pegunungan yang menyebar merata di

sebelah Utara, Timur, Selatan dan Barat wilayah Kabupaten Malang: Gunung

Kelud (1.731 m), Gunung Kawi (2.651 m), Gunung Panderman (2.040 m),

Gunung Anjasmoro (2.277 m), Gunung Welirang (2.156 m), Gunung Arjuno

(3.339 m), Gunung Bromo (2.329 m), Gunung Batok (2.868 m), Gunung Semeru

(3.676 m), Pegunungan Kendeng (600 m). Kondisi topografi seperti ini

mengindikasikan potensi hutan yang besar, memiliki sumber air yang cukup yang

mengalir sepanjang tahun melalui sungai-sungainya untuk mengaliri lahan

pertanian. Memiliki 18 sungai besar, diantaranya Sungai Brantas sungai terbesar

dan terpanjang di Jawa Timur.

Kondisi topografis pegunungan dan perbukitan menjadikan wilayah

Kabupaten Malang sebagai daerah yang sejuk dan banyak diminati sebagai tempat

tinggal dan tempat peristirahatan. Suhu udara rata-rata berkisar antara 19,1º C

hingga 26,6º C. Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 71º C hingga 89º C

dan curah hujan rata-rata berkisar antara 2 mm hingga 780 mm. Curah hujan rata-

rata terendah terjadi pada bulan Juni, dan tertinggi pada bulan Desember.

87
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

4.2.2 Jenis Tanah

Jenis tanah pada pada wilayah Kecamatan Singosari tredapat 4 macam,

yakni alluvial kelabu kehitaman dengan luas 6.930.267 Ha, asosiasi latosol coklat

kemerahan grey coklat dengan luas 1.942.160 Ha, mediteran coklat dengan luas

1.225.160 Ha, asosiasi andosol coklat dan grey humus dengan luas 1.765.160 Ha.

4.2.3 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan pada Kabupaten Malang memiliki beberapa fungsi

sesuai dengan kecamatan masing-masing. Untuk efektifitas dan efisiensi

percepatan dan pemerataan pembangunan Kabupaten Malang dibagi menjadi 6

wilayah pengembangan (WP). Kecamatan Singosari termasuk ke dalam WP

lingkar Kota malang. WP lingkar Kota Malang ini berorientasi ke Kota Malang

(meliputi Kecamatan Dau, Kecamatan Karangploso, Kecamatan Lawang,

Kecamatan Singosari, Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Wagir, Kecamatan

Tajinan, Kecamatan Bululawang, Kecamatan Pakis), memiliki potensi

pengembangan sub sektor perdagangan dan jasa, pertanian (tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan), industri, pariwisata serta transportasi udara, dengan

prioritas pengembangan infrastruktur; 1) Peningkatan akses jalan tembus terkait

Kota Malang, 2) Pengembangan jalan Malang–Batu, 3) Peningkatan konservasi

lingkungan, 4) Peningkatan kualitas koridor jalan Kota Malang-Bandara Abdul

Rahman Saleh; dan pengembangan permukiman.

88
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

4.2.4 Hidrologi

Kabupaten Malang memiliki sungai-sungai yang mengalir, dan memiliki

pengaruh yang besar bagi perekonomian. Adapun sungai-sungai yang mengalir

pada Kabupaten Malang, yakni :

 Kali Brantas

Kali Brantas memiliki sumber mata air di Dk. Sumber Brantas, Desa

Tulungrejo (Batu), dan membelah Kabupaten Malang menjadi dua dan di wilayah

ini berakhir di Bendungan Karangkates.

 Kali Konto

Kali Konto mengalir melintasi wilayah Kecamatan Pujon, Ngantang, dan

berakhir di Bendungan Selorejo (Ngantang).

 Kali Lesti

Kali Lesti mengalir di bagian timur. Tepatnya di wilayah Kecamatan Turen,

Dampit dan sekitarnya.

 Kali Amprong

Kali Amprong mengalir di bagian Timur. Tepatnya mengalir di wilayah

Kecamatan Poncokusumo dan Tumpang.

Sumber: https://mrday49.wordpress.com/2014/12/04/kondisi-geografis-malanag-raya/

4.2.5 Geologi

Kabupaten Daerah Tingkat II Malang merupakan daerah dataran tinggi,

wilayah ini dibatasi oleh:

 Utara Gunung Anjasmoro (2.277 m) dan Gunung Arjuno (3.399 m).

 Timur Gunung Bromo (2.392 m) dan Gunung Semeru (3.676 m).

89
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

 Barat Gunung Kelud (1.731 m).

 Selatan Pegunungan Kapur (650 m) dan Gunung Kawi (2.625 m).

Sumber: https://mrday49.wordpress.com/2014/12/04/kondisi-geografis-malang-

raya/

4.2.6 Iklim

Gambar 4.2. Grafik Iklim Singosari


Sumber: Sumber: http://id.climate-data.org/location/977147/

Gambar 4.3. Grafik Iklim Singosari


Sumber: Sumber: http://id.climate-data.org/location/977147/

klim pada kawasan Kecamatan Singosari adalah tropis. Sebagian besar

Kecamatan Singosari ditandai dengan curah hujan yang signifikan. Kecamatan

Singosari memiliki musim kemarau singkat dan memiliki dampak yang kecil.

90
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

4.2.7 Iklim (Kelembapan)

Kondisi iklim pada Kecamatan Singosari menunjukan nilai kelembaban

tertinggi yakni 90.74 % yang jatuh pada bulan Desember. Nilai kelembaban

terendah jatuh pada bulan Mei, dengan nilai kelembapan rata-rata berkisar pada

87.47 %.

4.2.8 Iklim (Suhu)

Gambar 4.4. Grafik Suhu Singosari


Sumber: http://id.climate-data.org/location/977147/

Kecamatan Singosari memiliki suhu rata-rata 26.1 – 28.3 °C. Suhu

maksimal pada kecamatan singosari berkisar 32.29 °C dan suhu minimum

berkisar 24.22 °C.

4.2.9 Iklim (Angin)

Kecepatan rata-rata angin pada Kecamatan Singosari berkisar antara 1,8

sampai dengan 4,7 km/jam. Kecepatan angin terendah pada kawasan Singosari

berkisar 0.55 km/jam. Umumnya terjadi pada bulan Nopember dan kecepatan

angin tertinggi yakni 2.16 km/jam pada bulan September.

91
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

4.2.10 Iklim (Curah Hujan)

Curah hujan pada Kecamatan Singosari rata-rata berkisar antara 1.800 –

3.000 mm/tahun, dengan hari hujan rata-rata antara 54 – 117 hari/tahun.

4.2.11 Orientasi Matahari

Orientasi matahari pada tapak mulai dari arah timur sampai barat tapak

tanpa terhalang apapun dikarenakan sebelah Timur dan Utara tapak merupakan

lahan kosong. Sebelah Barat tapak hanya berbatasan dengan bangunan warga dan

pertokoan, dengan ketinggihan yang rendah. Pukul 06.00 WIB – 09.00 WIB sinar

matahari tidak begitu panas. Sedangkan pukul 12.00 WIB sinar matahari mulai

terik pada tapak.

Gambar 4.5. Orientasi Matahari


Sumber: Hasil survei, 2016

92
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

4.2.12 Arah Angin

Arah angin berasal dari Utara tapak. Angin berhembus langsung pada

tapak tanpa terhalangi sesuatu apapun. Disamping itu, sebelah Utara Tapak

merupakan lahan koson. Sehingga angin berhembus kencang dari Utara.

Gambar 4.6. Arah Angin


Sumber: Hasil survei, 2016

4.2.13 Vegetasi

Vegetasi pada tapak di penuhi dengan pohon pisang, semak-semak,

bambu, dan pepohonan kecil. Hal ini dikarenakan tapak merupakan lahan kosong

dan berbatasan dengan area persawahan.

Gambar 4.7. Vegetasi


Sumber: Hasil survei, 2016

93
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

4.2.14 Utilitas

Utilitas pada tapak cukup memadai. Utilitas pada tapak meliputi saluran

listrik, saluran telepon, dan saluran air. Hal ini dikarenakan tapak langsung

berbatasan dengan jalan raya Gemol-Malang. Dimana kawasan tersebut

merupakan akses utama menuju Kota Malang. Sehingga utilitas yang tersedia

pada tapak terpenuhi dengan lengkap.

Gambar 4.8. Utilitas


Sumber: Hasil survei, 2016

4.2.15 Arahan Akses

Arahan akses pada tapak terdapat 2 jalur akses utama, yakni arahan akses

utama menuju Kota Malang dan Kota Batu. Dan arahan akses menuju Kota

Pasuruan dan Surabaya. Sehingga jalur masuk dan keluar pada tapak terdapat satu

lajur saja, yakni di sebelah Barat tapak yang lang langsung berbatasan dengan

jalan raya Gempol-Malang.

94
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 4.9. Arahan Akses


Sumber: Hasil survei, 2016

4.2.16 Zoning

Lokasi tapak memiliki beberapa keuntungan. Hal ini dikarenakan tapak

berada pada lokasi yang tidak jauh dari zona industri, zona perumahan & rumah

warga, serta zona bangunan umum. Hal ini dikarenakan letak tapak yang sangat

strategis keberadaannya. Dan lokasi tapak merupakan akses utama menuju Kota

Malang, Kota Batu, Pasuruan, dan Surabaya.

95
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 4.10. Zoning


Sumber: Hasil survei, 2016

4.3 Data Non Fisik Lokasi

Gambar 4.11. Peta Kecamatan Singosari


Sumber: Kecamatan Singosari (2010)

96
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

4.3.1 Jumlah Penduduk

Kecamatan Singosari memiliki jumlah penduduk tertinggi pada tahun

2015, dan jumlah penduduk terendah pada tahun 2011. Sehingga pertumbuhan

penduduk pada Kecamatan Singosari dapat disimpulkan terus meningkat. Jumlah

penduduk pada tahun 2011-2015 beserta jumlah KK dan tingkat pertumbuhannya

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

No. Tahun Jumlah Penduduk Nama Kecamatan


1. Tahun 2011 64.649
2. Tahun 2012 66.756
3. Tahun 2013 68.934 Kecamatan Singosari
4. Tahun 2014 71.185
5. Tahun 2015 73.505

No. Tahun Jumlah KK Nama Kecamatan


1. Tahun 2011 11.767
2. Tahun 2012 11.776 Kecamatan Singosari
3. Tahun 2013 11788
4. Tahun 2014 11.794
5. Tahun 2015 11.803

No. Tahun Tingkat Pertumbuhan Nama Kecamatan


1. Tahun 2011 0,61
2. Tahun 2012 0,03 Kecamatan Singosari
3. Tahun 2013 0,03
4. Tahun 2014 0,03
5. Tahun 2015 0,03
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk
Sumber: Gambaran Umum Kabupaten Malang, 2011-2015

4.4 Profil Tapak

Profil Tapak merupakan gambaran mengenai lokasi rancangan. Gambaran

lokasi ini akan menjelaskan beberapa aspek yang akan menjadi data sebelum

97
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

merancang. Berikut penjelasan aspek-aspek dari profil tapak perancangan pasar

wisata dengan pendekatan historicism di Kota Malang.

4.4.1 Wilayah Kerja

Gambar 4.12. Lokasi Tapak beserta Ukuran Tapak


Sumber: Google maps

98
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Lokasi tapak perancangan pasar wisata ini terletak di Jl. Raya Karanglo,

Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Lokasi tapak berada tepat di perbatasan

antara Kecamatan Blimbing dan Kecamatan Singosari. Lokasi ini dipilih

berdasarkan akses menuju gerbang Kota Malang yang dekat, dan tapak memiliki

lahan kosong dengan luas total area 76.437m² atau 7,6 ha. Tapak langsung

berbatasan dengan beberapa bangunan, yakni:

 Sebelah Utara : UMKM dan rumah warga.

 Sebelah Timur : Jalan raya.

 Sebelah Selatan : Lahan Kosong.

 Sebelah Barat : Ruko.

4.4.2 Arahan Akses

Akses menuju lokasi tapak dapat ditempuh menggunakan motor, mobil,

dan angkutan umum. Akses termudah menuju lokasi tapak yakni dari arah Jl.

Raya Mondoroko ataupun arah Jl. A Yani. Akses menuju tapak mudah dijangkau,

hal ini dikarenakan lokasi tapak dekat dengan jalan raya yang kerap dilintasi oleh

jasa angkutan umum atupun bus yang akan menuju terminal Arjosari.

4.4.3 Sikuen

Sikuen sebelum menuju tapak berupa kawasan pertokoan dan rumah-

rumah warga. Sikuen pada tapak berupa jalan raya dengan kepadatan kendaraan

sedang.

4.4.4 Sirkulasi

Sirkulasi pada lokasi tapak dapat diakses dari arah Utara dan Selatan,

yakni dari arah Jl. Raya Mondoroko (arah Utara) ataupun dari arah Jl. Malang-

99
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Surabaya/Jl. A. Yani (arah Selatan). Kondisi sirkulasi Timur tapak memiliki

jumlah kendaraan sedang, dengan sirkulasi yang mudah dicapai oleh pengguna

motor, mobil, bus, ataupun pejalan kaki.

4.4.5 Peraturan

Berdasarkan Buku RPJMD Kabupaten Malang tahun 2010-2015 menyatakan

bahwasannya, Kecamatan Singosari termasuk WP lingkar Kota Malang. WP

lingkar Kota Malang meliputi Kecamatan Dau, Kecamatan Karangploso,

Kecamatan Lawang, Kecamatan Singosari, Kecamatan Pakisaji, Kecamatan

Wagir, Kecamatan Tajinan, Kecamatan Bululawang, Kecamatan Pakis. Sehingga,

memiliki potensi pengembangan sub sektor perdagangan dan jasa, pertanian

(tanaman pangan, hortikultura, perkebunan), industri, pariwisata serta transportasi

udara, dengan prioritas pengembangan infrastruktur.

100
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

BAB V

PENDEKATAN & ANALISIS RANCANGAN

5.1 Ide Teknik Analisis

Pendekatan rancangan pasar wisata ini menggunakan pendekatan

historicism sebagai dasar dalam merancang. Dasar pendekatan diperoleh dari

analisis dan sintesis pada prinsip-prinsip historicim. Pendekatan historicism yang

digunakan yakni sejarah perkembangan Kota Malang oleh Ir. Herman Thomas

Karsten. Aspek-aspek yang diterapkan pada perancangan yakni runtutan

perkembangan dalam penataan Kota Malang dari tahun 1914-1940. Sehingga

perancangan pasar wisata dapat menghadirkan sebuah suasana perkembangan

Kota Malang pada tahun 1914-1940 kepada pengunjung. Hal ini bertujuan untuk

memberikan pengetahuan runtutan sejarah perkembangan penataan Kota Malang

kepada pengunjung melalui penzoningan, bentuk bangunan, dan pola sirkulasi.

Ide teknik analisis yang digunakan yakni divisions oleh J. Christopher

Jones (1970). Proses desain/teknik analisis divisions merupakan proses desain

yang memnentukan solusi terbaik dari beberapa pilihan alternatif solusi desain

yang ada. Sebelum proses desain dilakukan sebuah tahap briefing, tahap ini

merupakan tahap persiapan sebelum mendesain sebuah rancangan pasar wisata.

Tahap ini menyiapkan data berupa literatur yang terkait dengan rancangan pasar

wisata dan menemukan issue yang terkait, dimana issue ini merupakan sebuah

permasalahan yang terajadi, sehingga perlu diadakannya sebuah perancangan pasar

wisata. Setelah mendapatkan issue dan data-data yang terkait dengan objek rancangan

101
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

pasar wisata, maka dilakukanlah tahapan analisis yang kemudian memunculkan

beberapa alternatif desain yang akan diterapkan pada objek rancangan pasar

wisata.

Gambar 5.1. Alur Desain


Sumber: Jones Christopher, 1970

5.1.1 Ide Analisis Rancangan

Pasar Wisata
 Pasar
 Wisata
Edukasi
Sejarah
Perkem-
bangan Kota

Pasar

Wisat Integrasi Keislaman


Prinsip Historicism  Menjaga sesuatu yang
 Mengambil preseden lama dan baik, serta
sejarah yang ada pada mengambil sesuatu baru
suatu daerah dan yang lebih baik
menghadirkan-nya dalam  Q.S Yusuf ayat 111
cara yang modern menjelaskan mengenai
 Pemakaian elemen- pengambilan sejarah dan
elemen klasik (Ionic, memaknainya dari orang-
Doric, dan Corinthian) orang terdaahulu.
pada bangunan, yang  Surat Al Jumuah ayat 9-10

Gambar 5.2. Ide Analisis Rancangan


Sumber: Analisis Pribadi, 2016

Perancangan pasar wisata ini disamping menggunakan pendekatan

historicism. Pendekatan ini memilki prinsip dengan mengambil sebuah preseden

102
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

suatu sejarah yang dihadirkan ke dalam bentukan modern. Pasar wisata ini juga

mengintegrasikannya denga nilai-nilai keislaman. Nilai-nilai keislaman yang

diambil yakni menjaga serta mempertahankan sesuatu yang lama dan baik dari

orang-orang terdahulu, untuk dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih baik lagi

dari sebelumnya.

5.2 Analisis Rancangan

Analisis rancangan pada pasar wisata ini dimulai dari beberapa tahap

analisis secara runtut sesuai dengan objek rancangan. Perancangan pasar wisata

ini dimulai dari mengidentifikasi analisis fungsi, analisis aktivitas & pengguna,

analisis ruang, analisis bentuk, analisis struktur, dan analisis utilitas. Berikut

penjabaran analisis yang dilakukan pada perancangan pasar wisata.

5.2.1 Analisis Fungsi

Analisis fungsi merupakan sebuah analisis yang digunakan untuk

mengetahui fungsi-fungsi pada perancangan pasar wisata dengan pendekatan

historicism di Kota Malang. Fungsi-fungsi ini mencakup fungsi primer, fungsi

sekunder, dan fungsi penunjang. Analisis fungsi ini juga berfungsi untuk

mengidentifikasi kebutuhan ruang yang dibutuhkan pada perancangan pasar

wisata. Sehingga analisis fungsi dapat sesuai dengan objek pasar wisata yang akan

dirancang secara tepat. Berikut adalah bagan analisis fungsi pada perancangan pasar

wisata.

103
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 5.3. Analisis Fungsi


Sumber: Analisis Pribadi, 2016

5.2.2 Analisis Aktivitas & Pengguna

Analisis aktivitas dan pengguna merupakan sebuah analisis yang

digunakan untuk mengetahui jenis aktivitas yang ditampung pada perancangan

pasar wisata. Analisis aktivitas dan pengguna menjabarkan pengkalisifikasian

fungsi, jenis aktivitas, perilaku aktivitas, sifat aktivitas, dan pengguna pasar

wisata. Analisis ini adalah hasil penjabaran dari analisis fungsi. Berikut tabel

analisis fungsi dan pengguna pada perancangan pasar wisata.

104
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Klasifikasi Jenis Sifat Perilaku Durasi Pengguna Kebutuhan


Fungsi Aktivitas Aktivi- Ruang
tas
Primer Melakukan Tidak Membeli 3-5 jam  Pengunjung  Area furniture
aktivitas jual rutin barang-barang  Penjual  Area handy-
beli khas (Jumat- yang ditawarkan craft and
Malang Minggu) oleh objek handmade
(Publik) perancangan  Area clothing
pasar wisata  Area
Aksesoris
 Area Kuliner
Berwisata Tidak Melakukan 1 jam  Pengunjung  Gallery
pada gallery rutin wisata dengan  Penjual edukasi
berupa (Jumat- tujuan  Pengelola kolonial
sejarah Minggu) melepaskan  Karyawan wisata
perkembang (Publik) penat setelah
an Kota beraktivitas
Malang sehari-hari
(sejarah (refreshing) dan
kolonial) mengamati dan
sejarah
perkembangan
Kota Malang
Pertunjukan Tidak Melihat budaya 3 jam  Pengujung  Area sanggar
tarian khas rutin tari topeng (tiga  Karyawan pertunjukan
Malang (Minggu) Malang dan kali
(Publik) wayang topeng pertun-
Malangan jukan)
Sekunder Berwisata Tidak Mengamati dan 2-3 jam  Pengujung  Ruang
dengan rutin membeli hasil  Penjual pameran
melihat (Jumat- karya berupa  Pelajar
pameran Minggu) handmade atau
khas Malang (Publik) kerajinan
masyarakat
Malang
Penunjang Beribadah Tidak Melakukan 10-20  Pengujung  Masjid
rutin sholat 5 waktu menit  Penjual
(Jumat- sesuai dengan  Pelajar
Minggu waktu tertentu  Pengelola
saat hari  Direktur
buka  Pimpinan&
pasar staff
wisata)  Karyawan
(Publik)
Memarkir Tidak Memarkir 5-10  Pengunjung  Area parkir
kendaraan rutin kendaraan yang menit  Penjual
(Jumat- dibawa user ke  Pelajar
Minggu) tempat parkir  Pengelola
(Publik) yang disediakan  Direktur
pada pasar  Pimpinan &
wisata staff
Membuang Tidak Membuang 5-10  Pimpinan &  Toilet
hadas rutin hadas (BAB & menit staff
(Jumat- BAK)

105
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Minggu)  Pengelola
(Semi  Karyawan
privat)  Direktur
Memberikan Tidak Melayani 10-15  Pengelola  Ruang
pelayanan rutin pengunjung menit  Karyawan informasi
kepada para (Jumat- yang datang  Pengunjung  Lobby
pengunjung Minggu) pada pasar  Loket
(Publik) wisata  Pos
Keamanan
 Area drop off
penumpang
 Toilet
pengunjung
Melakukan Tidak Menyimpan 10-20  Pengelola  Gudang
aktivitas rutin barang-barang menit  Karyawan barang
penyimpana (Jumat- penting pada  Staff  Ruang Arsip
n barang- Minggu) pasar wisata dan  Ruang
barang (Privat) melakukan Dokumen-tasi
ataupun perawatan dan  Ruang
memperbaik perbaikan pada bongkar muat
i sistem sistem utilitas barang
utilitas pada (loading
pasar wisata dock)
 Ruang Genset
 Ruang
Tandon
 Ruang
Pembangkit
Listrik
 Ruang Pompa
Pembuangan Tidak Membuang dan 10-20  Pengelola  TPS dan TPA
sampah rutin memilah menit  Karyawan
(Jumat- sampah hasil
Minggu) sisa pengunjung
(Semi pasar wisata
privat) pada tahap
sementara dan
tahap akhir
Jual beli Tidak Melakukan 10-20  Pengunjung  Foodcourt
berupa rutin kegia-tan menit  Penjual  Cafetaria
makanan (Jumat- aktivitas  Direktur
khas Malang Minggu) makan/minum  Pimpinan &
dan aktivitas (Publik) dan membeli Staff
mengonsum jajanan khas  Karyawan
si makanan Malang disela-  Pengelola
yang sudah sela kegiatan
dipesan pada berwisata di
sebuah area pasar wisata
tertentu pada area yang
sudah
disediakan.

106
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Pengelolaan Tidak Mengelola 10 jam  Pengelola  Kantor


semua rutin kegia-tan, (Karya-  Karyawan pengelola
kegiatan (Jumat- sistem, wan)  Pimpinan &  Ruang
pada pasar Minggu) bertanggung ja- staff karyawan
wisata (Privat) wab, dan 3 jam  Direktur  Kantor
mengatur semua (Direk- pimpinan
aktivitas pada tur) (staff)
pasar wisata  Ruang staff
7 jam  Ruang
(Penge- Direktur
lola  Ruang Rapat
dan
 Ruang
Staff)
Workshop
 Ruang
Administrasi
 Ruang Tamu
 Lobby dan
waiting room
 Front Ofiice
Tabel 5.1. Analisis Aktivitas
Sumber: Analisis Pribadi, 2016

 Analisis Pengguna

Pengguna Keterangan

Pimpinan (Direktur) Pemilik pasar wisata atau owner

Sirkulasi Pengguna

Pimpinan Area Ruang Kantor Masjid Ruang

(Direktur) Parkir Direktur Administrasi Rapat


Cafetaria
Toilet Kantor

Pemasaran

Pulang Area Parkir

Pengguna Keterangan

Pimpinan (Staff) Pimpinan pegawai staff pada pasar wisata

Sirkulasi Pengguna

107
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Pimpinan Area Kantor Pimpi- Kantor Toilet Cafetaria

(Staff) Parkir nan & Staff Administrasi


Masjid
Kantor
Ruang
Pemasaran
Direktur

Pulang Area Parkir Kantor Pimpi- Ruang

nan & Staff Rapat

Pengguna Keterangan

Staff (Sekretaris) Pegawai yang membantu tugas direktur

Sirkulasi Pengguna

Staff Area Kantor Pimpi- Kantor Masjid Ruang

(sekretaris) Parkir nan & Staff Pengelola Rapat

Gudang Cafetaria
Toilet

Pulang Area Parkir Kantor Pimpi-

nan & Staff

Pengguna Keterangan

Staff (Administrasi) Pegawai yang membantu tugas direktur

Sirkulasi Pengguna

Staff Area Kantor Masjid Kantor Area Parkir

(Adminis- Parkir Administrasi Administrasi


Cafetaria
Toilet Ruang

Rapat

Pulang

108
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Pengguna Keterangan

Staff (Pemasaran) Pegawai yang memasarkan dan mengelola dalam


pendistribusian, pemromosin agar fasilitas pasar wisata
terus meningkat

Sirkulasi Pengguna

Staff Area Kantor Gudang Masjid Kantor

(Pemasa- Parkir Pemasaran barang & Pemasaran

Toilet Cafetaria

Pulang Area Parkir

Pengguna Keterangan

Staff (Informasi) Pegawai yang memberikan informasi kepada


pengunjung

Sirkulasi Pengguna

Staff Area Ruang Toilet Ruang Area Parkir

(Informasi) Parkir Informasi Informasi

Cafetaria Masjid

Pulang

Pengguna Keterangan

Staff (Dokumentasi) Pegawai yang bertugas mendokumentasikan data dan


membuat laporan

Sirkulasi Pengguna

Staff Area Kantor Pimpi- Ruang Arsip Toilet Ruang

(Dokume- Parkir nan & Staff Rapat

Ruang Dokumentasi

Cafetaria Masjid

Kantor Pimpi-
Pulang Area Parkir
nan & Staff

109
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Pengguna Keterangan

Staff (Pemasaran) Pegawai yang bertugas menseleksi dan menerima hasil


karya masyarakat Malang yang dikirim pada pasar
wisata

Sirkulasi Pengguna

Staff Area Kantor Ruang Gudang Cafetaria

(Pemasa- Parkir Pemasaran Informasi barang

Area bongkar

muat barang

Pulang Area Parkir Masjid Toilet

Pengguna Keterangan

Pengelola (Kawasan) Pegawai yang mengelola berlangsungnya kegiatan


pasar wisata, mulai dari tahap pengecekan barang dan
kesiapan sebelum jam buka sampai tutupnya pasar
wisata

Sirkulasi Pengguna

Pengelola Area Kantor Ruang Masjid Kawasan

Kawasan Parkir Pengelola Servis Pasar

Toilet Gudang Cafetaria

barang &

Pulang Area Parkir Kantor Ruang


Rapat
Pengelola

Pengguna Keterangan

Karyawan (Penjaga Loket) Pegawai yang menjaga loket dan bertugas menjual tiket
kepada pengunjung sebelum memasuki pasar wisata

Sirkulasi Pengguna

110
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Karyawan Area Lobby Loket Masjid Loket

(Penjaga Parkir
Ruang Toilet Foodcourt
Karyawan

Ruang
Pulang Area Parkir
Karyawan

Pengguna Keterangan

Karyawan (Cleaning Servis) Pegawai yang bertugas membersihkan ruang-ruang


pada pasar wisata

Sirkulasi Pengguna

Karyawan Area Ruang Gudang Ruangan Masjid Toilet

(Cleaning Parkir Karyawan kantor

Foodcourt
Kawasan

pasar wisata

Pulang Area Parkir Kawasan Ruang


Karyawan
pasar wisata

Pengguna Keterangan

Karyawan (Security) Pegawai yang bertugas menertibkan dan menjaga


keamanan kawasan pasar wisata

Sirkulasi Pengguna

Karyawan Area Ruang Pos Masjid Pos Keamanan

(Security) Parkir Karyawan Keama-

nan Toilet Foodcourt

Pulang Area Parkir Pos Keamanan Kawasan pasar


wisata

Pengguna Keterangan

Karyawan (Guide) Pegawai yang bertugas memandu pengunjung umum


maupun pelajar yang berkunjung di gallery edukasi
kolonial pada pasar wisata

111
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Sirkulasi Pengguna

Karyawan Area Ruang Ruang Ruang Gallery Ruang

(Guide) Parkir Karyawan Informasi Edukasi Pameran

Toilet

Pulang Area Parkir Ruang Masjid Foodcourt Kawasan pasar

Karyawan wisata

Pengguna Keterangan

Karyawan (Pengisi acara pertunjukan) Pegawai yang bertugas mengisi acara pertunjukan tari
budaya Malang (tari topeng malangan) dan wayang
topeng malangan serta event-event tertentu yang
diselenggarakan pada pasar wisata

Sirkulasi Pengguna

Karyawan Area Ruang Ruang Area Masjid

(Pengisi Parkir Karyawan Pengelola sanggar

acara Foodcourt Toilet

Pulang Area Ruang Area Sanggar Ruang Area Sanggar

Parkir Karyawan Karyawan

Toilet

Pengguna Keterangan

Penjual Orang yang berjualan pada pasar wisata

Sirkulasi Pengguna

Penjual Area Pos Lobby Ruang Kawasan pasar

Parkir Keama- Informasi wisata

Area Parkir Pos Area Masjid Toilet Area

Keamanan Berdagang Berdagang

Pulang

112
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Pengguna Keterangan

Pengunjung (Umum) Sekumpulan orang atau keluarga yang mengunjungi


pasar wisata dengan tujuan wisata

Sirkulasi Pengguna

Pengun- Area Lobby Loket Ruang Kawasan pasar

jung Parkir Informasi wisata

Area Parkir Zona Foodcourt Masjid Toilet Zona

Perdagangan Perdagangan

Pulang
Gallery edukasi Area Ruang
Pameran
kolonial Sanggar

Pengguna Keterangan

Pengunjung (Pelajar) Sekumpulan pelajar yang ingin mengamati atau


melakukan survey pada pasar wisata

Sirkulasi Pengguna

Pengun- Area Lobby Loket Ruang Kawasan pasar

jung Parkir Informasi wisata

Zona Area Foodcourt Toilet Zona Gallery


Perdagangan Sanggar Perdagangan edukasi

Ruang Masjid

Pameran

Area Parkir Pulang

Tabel 5.2. Analisis Pengguna


Sumber: Analisis Pribadi, 2016

113
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

5.2.3 Analisis Ruang

Analisis ruang merupakan analisis pendekatan ruang-ruang yang terbentuk

setelah analisis fungsi, aktivitas & pengguna dilakukan. Sehingga analisis ruang

ini dilakukan beberapa tahapan pendekatan berupa hubungan antar ruang, besaran

ruang, dan karakteristik ruang. Berikut tabel analisis ruang pada pasar wisata:

 Hubungan Aktivitas & Ruang

Kelompok Pengguna Kebutuhan Standard Jumlah Dimensi Luas Sum


Zoning Ruang Ruang Ruang Ruang -ber
 Pengun-  Area 0,65 5 100 orang 5 x 65 m² A
jung furniture m²/orang x 0,65 m² = 322 m²
 Penjual  Area 0,65 5 100 orang 5 x 65 m² A
handycraft m²/orang x 0,65 m² = 322 m²
Zona and
Berdagang handmade
 Area 0,65 5 100 orang 5 x 65 m² A
clothing m²/orang x 0,65 m² = 322 m²
 Area 0,65 5 80 orang x 5 x 52 m² A
Aksesoris m²/orang 0,65 m² = 260 m²
 Area 1,3 100 orang 5 x 130 A
Kuliner m²/orang x 1,3 m² m² = 650

Jumlah 1.876 m²
Sirkulasi 100 % 1.876

Total 3.752m²
 Pengunjun  Gallery 0,65 1 100 orang 65 m² A
g edukasi m²/orang x 0,65 m²
 Penjual kolonial
Zona  Pengelola wisata
Wisata  Karyawan  Area 0,65 1 50 orang x 32,5 m² A
Edukasi sanggar m²/orang 0,65 m²
pertunjukan
 Ruang 0,65 1 100 orang 65 m²
pameran m²/orang x 0,65 m²
 Direktur  Ruang kerja 0,65 1 4mx4m 16 m² A
 Pimpinan Direktur m²/orang
(Staff)  Ruang kerja 0,65 1 30 orang x 19,5 m² A
 Staff pimpinan& m²/orang 0,65 m²
(Sekre- staff
Zona taris)  Ruang tamu 0,65 1 4mx4m 16 m² A
Ruang m²/orang
Pimpinan
 Toilet 2,25 3 2,25 m² x 6,75 m² NAD
m²/unit 3 unit

114
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Pasar  Lobby dan 0,65 1 5mx5m 25 m² A


Wisata waiting m²/orang
room
 Ruang 0,65 1 3mx3m 9 m² A
Sekretaris m²/orang
 Ruang 0,65 1 0,65 m x 22,75 m² A
Rapat m²/orang 35 orang
Jumlah 115 m²
Sirkulasi 20 % 23 m²
Total 138 m²
 Pengelola  Front Office 0,65 1 20 orang x 13 m² A
 Staff m²/orang 0,65 m²
Adminis-  Ruang Kerja 1,5 1 15 orang x 22,5 m² A
trasi Pengelola m²/orang 1,5 m²
 Staff  Ruang Kerja 1,5 1 15 orang x 22,5 m² A
Pemasara Staff m²/orang 1,5 m²
Zona n  Ruang 10,5 1 15 orang x 157,5 m² NAD
Ruang  Staff Administrasi m²/orang 10,5 m²
Tata Usaha Pemasara
Pasar  Kantor 1,5 1 10 orang x 15 m² A
n Pemasaran m²/orang 1,5 m²
Wisata  Staff  Ruang Arsip 1 4mx4m 16 m² A
Informasi
 Ruang 1 4mx4m 16 m² A
Dokumentasi
 Ruang Rapat 0,65 1 60 orang x 39 m² A
m²/orang 0,65 m²
 Toilet 2,52 7 7 unit x 17,64 m² NAD
m²/orang 2,52 m²
Jumlah 319,14

Sirkulasi 50 % 159,57

Total 478,71

 Direktur  Ruang Sholat O,96 1 O,96 m² x 192 m² NAD
 Pimpinan m²/orang 200 orang
& Staff  Ruang 2 (3 m x 3 18 m² A
 Pengun- Penitipan m) x 2 unit
jung Barang
Masjid  Penjual  Tempat 0,9 2 (0,9 m² x 36 m² A
 Pengelola Wudhu m²/orang 20 orang)
 Karyawan x 2 unit
 Toilet 2,25 2 (2,25 m² x 90 m² NAD
m²/unit 20 unit) x
2 unit
 Gudang 1 3mx3m 9 m² A

Jumlah 345 m²
Sirkulasi 50 % 172,5 m²
Total 517,5 m²
 Ruang 1 8mx5m 40 m² A
 Staff informasi

115
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

(Informa-  Lobby 0,65 1 100 orang 65 m² NAD


si) m²/orang x 0,65 m²
Zona  Karyawan  Loket 1 5mx5m 25 m² A
Pelayanan  Karyawan
Umum (Security)  Pos 3mx3m 4 4 (3 m x 3 36 m² A
Keamanan m)
 Toilet 2,25 10 2,25 m² x 22,5 m² NAD
pengunjung m²/unit 10 unit
 Area drop off 2 8mx3m 24 m² A
penumpang
Jumlah 212,15

Sirkulasi 50 % 106,1 m²
Total 318,25

 Karyawan  Gudang 1 10 m x 15 150 m² A
 Pengelola Barang m
 Ruang 1 10 m x 10 100 m² A
bongkar muat m
barang
(loading
dock)
 Ruang Genset 1 5mx5m 25 m² A

 Ruang 1 5mx5m 25 m²
Tandon Air
Zona
Servis  Ruang 1 6mx7m 42 m² A
Pembangkit
Listrik
 Ruang Pompa 1 5mx5m 25 m² A

 TPS 1 10 m x 10 100 m² A
m
 TPA 1 10 m x 10 100 m² A
m
 Ruang 2 10 m x 8 160 m² A
Karyawan m
Jumlah 727 m²
Sirkulasi 30 % 218 m²
Total 945 m²
 Direktur  Area Makan 1,3 4 (1,3 m²x 520 m² NAD
 Pimpinan m²/orang 100
& Staff orang/unit)
 Pengun- x 4 unit
jung  Dapur 15 % area 1 15 % x 78 m² NAD
Zona  Penjual makan 520 m²
Cafetaria  Pengelola
dan  Ruang Kasir 4 m²/orang 2 (4 m²x 2 16 m² A
 Karyawan
Foodcourt orang) x 2
unit
 Ruang 2 5mx5m 50 m² A
Pendingin

116
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

 Gudang 2 10 m x 15 150 m² A
Barang m
 Gudang 4 10 m x 15 150 m² A
Basah m
 Gudang 4 10 m x 15 150 m² A
Kering m
Jumlah 1.114 m²
Sirkulasi 100 % 1.114 m²
Total 2.228 m²
 Direktur  Area Parkir 1 mobil 3 (mobil, Kendaraan 2500 m2
 Pimpinan Pengunjung =12,5 m2 sepeda mobil:
& Staff motor, 12,5 m2 x
Parkir  Pengun- 1 sepeda dan bus) 200 unit
jung motor =2 300 m2
 Penjual m2 Kendaraan
 Pengelola sepeda 2500 m2
 Karyawan 1 bus =50 motor:
m2 2 m2 x NAD
150 unit
Kendaraa
n bus:
50 m2 x 50
unit
 Area Parkir 2 (mobil Kendaraan 187,5 m2
Pengelola dan mobil:
Pasar Wisata sepeda 12,5 m2 x
motor) 15 unit
200 m2
Kendaraan
sepeda
motor:
2 m2 x
100 unit
Jumlah 5.687,5
m2
Sirkulasi 100 % 568,750
m2
Total 6.256,25

Tabel 5.3. Analisis Ruang
Sumber: Analisis Pribadi, 2016
 Persyaratan Ruang

Persyaratan ruang merupakan penganalisisan lebih lanjut mengenai

persyaratan kebutuhan yang dibutuhkan terhadap suatu ruangan. Persyaratan ruang

ini menganalisis mengenai kebutuhan dalam pencahayaan alami, pencahayaan

buatan, view, penghawaan alami, penghawaan buatan, akustik sebuah ruang,

117
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

kebutuhan utilitas, dan aksesibilitas. Adapun persyaratan ruang pada pasar wisata

yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Persyara-

Pencahayaan

Pencahayaan

Aksesibilitas
Penghawaan

Penghawaan
tan Ruang

Akustik

Utilitas
Buatan

Buatan
Alami

Alami

View
Sifat
Ruang
Ruang

ZONA BERDAGANG
 Area furniture Terbuka
 Area handycraft Terbuka
and handmade
 Area clothing Terbuka
 Area aksesoris Terbuka
ZONA WISATA EDUKASI
 Gallery edukasi Tertutup
kolonial wisata
 Area sanggar Terbuka
pertunjukan
 Ruang pameran Tertutup
ZONA RUANG PIMPINAN PASAR WISATA
 Ruang kerja Tertutup
direktur
 Ruang kerja Tertutup
pimpinan& staff
 Ruang tamu Tertutup
 Toilet Tertutup
 Lobby dan Tertutup
waiting room
 Ruang sekretaris Tertutup
ZONA RUANG TATA USAHA PASAR WISATA
 Front office Tertutup
 Ruang kerja Tertutup
pengelola
 Ruang kerja staff Tertutup
 Ruang administrasi Tertutup
 Kantor pemasaran Tertutup
 Ruang arsip Tertutup
 Ruang dokumentasi Tertutup
 Toilet Tertutup
MASJID
 Ruang sholat Tertutup
 Ruang penitipan Tertutup
barang
 Tempat wudhu Tertutup
 Toilet Tertutup

118
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

 Gudang Tertutup
ZONA PELAYANAN UMUM
 Ruang informasi Tertutup
 Lobby Tertutup
 Loket Tertutup
 Pos keamanan Terbuka
 Toilet pengunjung Tertutup
 Area drop Terbuka
off penumpang
ZONA SERVIS
 Gudang barang Tertutup
 Ruang bongkar muat Tertutup
barang (loading
dock)
 Ruang genset Tertutup
 Ruang tandon Tertutup

 Ruang pembangkit Tertutup


listrik
 Ruang pompa Tertutup
 TPS Tertutup
 TPA Tertutup
 Ruang karyawan Tertutup
ZONA CAFETARIA DAN FOODCOURT
 Area makan Tertutup
dan
terbuka
 Dapur Tertutup
 Ruang kasir Tertutup
 Ruang pendingin Tertutup
 Gudang barang Tertutup
 Gudang basah Tertutup
 Gudang kering Tertutup
PARKIR
 Area parkir Terbuka
pengunjung
 Area parkir Terbuka
pengelola pasar
wisata
Tabel 5.4. Persyaratan Ruang
Sumber: Analisis Pribadi, 2016
Keterangan:

Sangat membutuhkan

Kurang membutuhkan -

Tidak membutuhkan

119
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

 Hubungan Antar Ruang

Hubungan antar ruang merupakan tahap analisis yang berfungsi untuk

menunjukkan kedekatan hubungan antar ruang. Tahap analisis hubungan antar

ruang terbagi menjadi 3 sifat hubungan ruang, yakni hubungan langsung,

hubungan tidak langsung, dan tidak berhubungan. Penentuan hubungan antar

ruang ini berdasarkan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dalam suatu ruangan.

Adapun tabel hubungan antar ruang pasar wisata yang dapat dilihat di bawah ini:

 Diagram Keterkaitan Makro

 Diagram Keterkaitan Mikro

Zona Berdagang

120
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Zona Wisata

Zona Ruang Pimpinan dan Staff Pasar Wisata

Zona Ruang Tata Usaha Pasar Wisata

121
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Masjid

Zona Pelayanan Umum

Zona Servis

122
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Zona Caffetaria and Food court

Parkir
Keterangan:
Berhubungan langsung
Berhubungan tidak
Tidak

Gambar 5.4. Diagram Keterkaitan


Sumber: Analisis Pribadi, 2016
 Bubble Diagram Makro

123
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

 Bubble Diagram Mikro

Zona Berdagang

Zona Wisata Edukasi

Zona Ruang Pimpinan dan Staff Pasar Wisata

124
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Zona Ruang Tata Usaha Pasar Wisata

Zona Masjid

Zona Pelayanan Umum

125
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Zona Servis

Zona Caffetaria and Foodcourt

Zona Parkir

Gambar 5.5. Bubble Diagram


Sumber: Analisis Pribadi, 2016

126
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

 Block Plan Kawasan Pasar Wisata

Gambar 5.6. Block Plan Kawasan Pasar Wisata


Sumber: Analisis Pribadi, 2016

5.2.4 Analisis Bentuk

Alternatif 1

127
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Keterangan
Pengolahan bentuk diambil dari bentukan atap bangunan-bangunan di Malang pada
tahun 1914-1940 dan dikembangkan menjadi sebuah bentukan baru.

Sumber: google.com
Prinsip Tema

 Mengambil preseden sejarah yang ada pada suatu daerah dan


menghadirkannya dalam cara yang modern

Kelebihan Kekurangan
(+) Bentukan mengikuti pola bentuk (-) Bentukan simetris
bangunan di Malang pada tahun 1914-
1940.
(+) Bentukan klasik yang
dimodernisasi dengan mengambil
bentukan atap bangunan tahun 1914-
1940 yang ditransformasi.
(+) Memberikan kesan arsitektur
modern Karsten.
Gambar 5.7. Analisis Bentuk
Sumber: Analisis, 2016

Alternatif 2

128
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Keterangan

Bentukan yang kedua diambil dari karakteristik-karakteristik bangunan pada saat itu
dengan bentukan lengkung. Karakteristik bangunan-bangunan pada saat itu yakni
memiliki kolom-kolom dorik yang ditonjolkan pada fasad bangunan. Memiliki
bentuk curve dan atap datar (Jurnal Handinoto dimensi 20, 1994).
Prinsip Tema

 Pemakaian elemen-elemen klasik (misalnya Ionic, Doric, dan Corinthian) pada


bangunan, yang digabungkan dengan pola-pola modern.

Kelebihan Kekurangan

(+) Kesan megah disetiap bentukan (-) Kesan sejarah kurang menonjol
dengan menampilkan kolom ionic dan
doric.

Gambar 5.8 Analisis Bentuk


Sumber: Analisis, 2016

5.2.5 Analisis Tapak

 Eksisting Tapak

Gambar 5.9. Eksisting Tapak


Sumber: Analisis Pribadi, 2016

129
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

A. Batas dan Bentuk Tapak

Penzoningan pasar wisata ini didasarkan pada karakteristik penataan tata

ruang Kota Malang pada tahun 1914-1940 oleh Ir. Herman Thomas Karsten.

Alternatif 1

Keterangan

Penzoningan pada alternatif 1 ini menggunakan pola gridion menerus. Pola gridion
menerus diterapkan pada perancangan pasar wisata, karena Thomas Karsten
merancang Kota Malang dengani karakteristik pola grid yang menerus. Seperti hal
nya kawasan alun-alun Malang (Jurnal Handinoto dimensi 22, 1996). Pada
Alternatif 1 ini dibentuk dengan pola gridion yang menerus, dimana entrance jalan
raya utama langsung terpusat pada zoning kawasan pasar secara langsung.

Gambar pola perkembangan fisik kota


Sumber: Branch 1995

130
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Alternatif 2

Keterangan

Penzoningan pada alternatif 2 ini menggunakan pola pada kawasan alun-alun tugu
Malang. Dimana taman diletakkan pada tengan-tengan pasar wisata. Hal ini
didasarkan pada Thomas Karsten dalam merancang tata ruang Kota Malang dengan
melihat segi keindahan kota. Seperti penambahan elemen taman, jalan, ataupun
bangunannya (Jurnal Handinoto dimensi 22, 1996).

Gambar pola perkembangan fisik kota


Sumber: Branch 1995

Gambar 5.10. Analisis Batas & Bentuk Tapak


Sumber: Analisis, 2016

131
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

B. Analisis Sirkulasi dan Aksesibilitas

Gambar 5.11. Analisis Sirkulasi dan Aksesibilitas


Sumber: Analisis, 2016

132
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

C. Analisis View

Gambar 5.12. Analisis View


Sumber: Analisis, 2016

133
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

D. Analisis Matahari

Gambar 5.13. Analisis Matahari


Sumber: Analisis, 2016

134
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

E. Analisis Vegetasi

Gambar 5.14. Analisis Vegetasi


Sumber: Analisis, 2016

135
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

F. Analisis Batas

Gambar 5.15. Analisis Batas


Sumber: Analisis, 2016

136
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

G. Analisis Struktur

Gambar 5.16. Analisis Struktur


Sumber: Analisis, 2016

137
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

H. Analisis Utilitas

Gambar 5.17. Analisis Utilitas


Sumber: Analisis, 2016

138
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

BAB VI

KONSEP PERANCANGAN

6.1. Ide Konsep Rancangan

6.1.1. Konsep Perancangan

Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan pasar wisata ini

yakni berdasarkan pendekatan historicism. Historicism atau sejarah yang diambil

dan diterapkan pada perancangan yakni sejarah perkembangan Kota Malang oleh

Thomas Karsten pada tahun 1914-1940. Pemilihan sejarah dan tahun berdasarkan

masa kejayaan Kota Malang yang bermula dari residen Pasuruanhingga menjadi

sebuah Kota Madya.

Diagram konsep dasar yang akan diterapkan pada perancangan pasar

wisata. Dimana diagram konsep tersebut diambil berdasarkan filosofi, prinsip, dan

aplikatif dari pendekatan historicism dengan memadukan integrasi keislaman ke

dalam perancangan yang sesuai.

Diagram konsep dasar ini berfungsi sebagai dasar penerapan dalam

rancangan pasar wisata. Diagram ini akan diterapkan pada konsep tapak, konsep

struktur, konsep bentuk, konsep ruang, dan konsep utilitas. Sehingga rancangan

akan sesuai dengan pendekatan dan sejarah yang dipilih. Berikut penjelasan

diagram konsep dasar di bawah ini :

139
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

6.1.2. Diagram Konsep Dasar

Kerinduan akan bentukan


 Mengambil preseden Filosof
lama atau nilai kesejarahan.
sejarah yang ada
pada suatu daerah
dan HISTORICISM  Pengambilan unsur
menghadirkannya nilai-nilai sejarah.
dalam cara yang (Sejarah  Pengambilan
modern. bentukan langgam
Prinsi Perkembang Aplikati
 Pemakaian elemen- arsitektur pada
elemen klasik (Ionic, sejarah.
Doric, dan  Menampilkan
Corinthian) pada komponen-
bangunan, yang
komponen klasik
digabungkan dengan
yang dimodifikasi
pola-pola modern.
Integras dengan unsur
modern.

 Q.S Yusuf ayat 11:


Pengambilan sejarah dan
memaknainya dari orang-
orang terdahulu.
 Q.S Al Jumuah ayat 9-10 :
Mencari karunia Allah melalui
berdagang dan tidak
melupakan kewajiban Sholat
Jumat.

COLONIAL CONTEMPORER
KONSEP
DASAR

Konsep Tapak, Konsep Bentuk, Konsep Ruang, Konsep Struktur,

dan Konsep Utilitas

Gambar 6.1. Diagram konsep dasar


Sumber: Analisis, 2016

140
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

6.1.3 Konsep Dasar

Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan pasar wisata yakni

colonial contemporer. Konsep dasar ini didapatkan pada penggabungan antara

filosofi, prinsip, dan aplikatif pendekatan historicism. Colonial contemporer yakni

sebuah konsep yang mengambil dari sejarah kolonial perkembangan Kota

Malang. Penghadiran sejarah kolonial Kota Malang ini yakni dengan

menampilkan nilai-nilai sejarah dan komponen klasik yang dimodifikasi dengan

unsur modern. Berikut merupakan skema dari konsep dasar pasar wisata.

Konsep
Colonial Contemporer
Dasar

Colonial
Filosofi
Diambil dari sejarah Kota Malang

dengan mengambil prinsip dan filosofi

pendekatan historicism berupa nilai

Prinsip HISTORICISM pemakaian elemen-elemen klasik dan

Contemporer : Kontemporer

Kontemporer diambil dari prinsip

Aplikatif dan aplikatif pendekatan historicism

berupa pengambilan preseden

sejarah yang ada di suatu daerah

dan cara mengaplikasiannya yakni


Gambar 6.2. Diagram konsep dasar
Sumber: Analisis, 2016

141
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
6.2. Konsep Tapak SOFIA RUSDIANA - 13660060

6.2. Konsep Tapak

Gambar 6.3. Konsep Tapak


Sumber: Analisis, 2016

142
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
6.3. Konsep Bentuk SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 6.4. Konsep Bentuk


Sumber: Analisis, 2016

143
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
6.4. Konsep Ruang SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 6.5. Konsep Ruang


Sumber: Analisis, 2016

144
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
6.5. Konsep Struktur SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 6.6. Konsep Struktur


Sumber: Analisis, 2016

145
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
6.6. Konsep Utilitas SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 6.7. Konsep Utilitas


Sumber: Analisis, 2016

146
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

BAB VII

HASIL PERANCANGAN

7.1 Dasar Perancangan

Dasar perancangan yang digunakan pada pasar wisata ini berdasarkan

pendekatan historicism. Historicism yang diambil yakni sejarah perkembangan

Kota Malang pada tahun 1914-1940. Kurun waktu yang digunakan merupakan

masa kejayaan perkembangan Kota Malang. Dimana pada kurun waktu tersebut

Malang tumbuh dengan pesat, dari sebuah Kabupaten kecil menjadi sebuah Kota

Madya terbesar di Jawa Timur.

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai hasil perancangan pasar wisata

beserta penerapan konsep dalam rancangan. Meskipun terdapat hasil yang berbeda

antara analisis yang dilakukan dengan konsep perancangan. Perbedaan tersebut

tidak jauh berbeda dan masih mengacu pada prinsip-prinsip dan identifikasi

langgam arsitektur kolonial tahun 1914-1940 yang dipilih, walaupun dengan

bentukan yang berbeda.

Adapun diagram konsep dasar yang akan diterapkan pada perancangan

pasar wisata. Dimana diagram konsep tersebut diambil berdasarkan filosofi,

prinsip, dan aplikatif dari pendekatan historicism dengan memadukan integrasi

keislaman ke dalam perancangan yang sesuai. Berikut penjelasan diagram konsep

dasar di bawah ini :

147
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.1. Diagram konsep dasar

Sumber: Analisis, 2017

7.2. Hasil Rancangan Tapak

7.2.1. Penzoningan

Penzoningan pada rancangan pasar wisata ini didasarkan pada

pengelompokan zonasi dan fungsi bangunan, dimana pengelompokan zonasi

ini dibedakan menjadi dua bagian zona, yakni area zona privasi dan area zona

publik. Hal ini didasarkan pada pendekatan historicism yang diterapkan pada

148
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

tahun 1914-1940, dimana pada masa itu zona area perkotaan dibedakan

berdasarkan fungsi bangunan berdasarkan masyarakat majemuk.

Perancangan pasar wisata ini mewadahi 3 fasilitas dan 2 zona, yakni

fasilitas primer, sekunder, dan penunjang. Fasilitas tersebut terbentuk

penzoningan yang sesuai dengan fungsi bangunan dan kebutuhan pada tapak.

Fasilitas primer dan penunjang merupakan zona area publik, fasilitas yang bersifat

primer yakni pada area zona pasar wisata, dan fasilitas penunjang terdapat pada

area zona galeri, masjid, gazebo, drop off, toilet luar, dan area ATM center.

Sedangkan fasilitas sekunder merupakan zona area privasi. Zona privasi tersebut

yakni pada area kantor, loading dock, rumah pompa dan genset. Berikut adalah

gambar layout plan dari perancangan pasar wisata.

Gambar 7.2. Layout Plan


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

149
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

7.2.2. Penataan Massa

Penataan massa pada perancangan pasar wisata mengikuti pola gridion

menerus, dimana entrance jalan raya utama langsung terpusat pada massa pasar

wisata secara langsung. Penataan massa pada rancangan pasar wisata. Penataan

massa berkaitan dengan penzoningan dan fungsi bangunan.

Penataan massa pada tapak, terdapat aspek penting yang diperhatikan,

yaitu ruang terbangun dan ruang tidak terbangun atau RTH. Keduanya memiliki

rasio pada tapak yakni 60% ruang tidak terbangun dan 40% ruang terbangun. Hal

ini didasarkan pada historicism yang dipilih pada tahun 1914-1940, dimana

sebagian besar area perkotaan mengutamakan landscape sebagai keindahan kota.

Berikut merupakan gambar site plan kawasan pasar wisata.

Gambar 7.3. Site Plan


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

150
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

7.2.3. Sirkulasi dan Aksesibilitas

Akses utama berasal pada Jl. Raya Karanglo yang berada di timur tapak.

Sehingga perletakan entrance serta exit pengunjung dan dan jalur servis berada

pada di timur Tapak, namun akses antara pengunjung dan servis tetap dibedakan

dengan perletakan vegetasi sebagai pembatas. Hal ini dikarenakan hanya terdapat

satu akses saja pada tapak. Berikut merupakan gambar dengan Layout plan yang

menjelaskan aksesibilitas pada tapak.

Gambar 7.4. Layout Plan


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

7.3. Hasil Rancangan Ruang dan Bentuk

Hasil rancangan ruang dan bentuk didasarkan pada karakter bentukan

denah kolonial pada tahun 1914-1940. Denah pada rancangan pasar wisata

151
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

dirancang berbentuk simetris dan mengikuti pola grid, dan beberapa bangunan

terdapat taman dalam sebagai ciri khas ruang kolonial pada tahun tersebut.

Rancangan kawasan pasar wisata ini dibagi menjadi 4 massa, bangunan tersebut

yakni bangunan pasar wisata, bangunan galeri, bangunan kantor, dan bangunan

masjid.

Bangunan pasar wisata ini merupakan bangunan yang memiliki fungsi

utama atau primer. Fungsi dari bangunan ini yakni menjual barang-barang khas

Malang yang keberadaannya sudah jarang ditemukan, dengan suasana kolonial

pada tahun 1914-1940. Denah pasar wisata ini dibagi menjadi 5 area yang bersifat

publik, yakni area aksesoris pada pintu masuk pertama bangunan, area handycraft

dan handmade, area clothing, area furniture, dan area food court.

Area aksesoris merupakan area yang menawarkan produk souvenir klasik

khas Malang. Area handmade dan handycraft menawarkan produk topeng malang

yang merupakan ciri khas Malang dengan tari topengnya. Area clothing

menawarkan produk batik tulis Malang, dimana batik tulis Malang sudang jarang

ditemui keberadaannya. Area furniture menawarkan produk keramik dinoyo,

dimana kermik dinoyo merupakan salah satu kerajinan khas Malang. Area food

court menawarkan makanan-makanan khas Malang sekaligus tempat bersama

penggunan pasar wisata. Fungsi pada area-area pasar wisata ini ditujukan untuk

mengingatkan kembali sekaligus mengenalkan kepada pengunjung terhadap

budaya dan kerajinan khas Malang yang jarang ditemukan pada masa kini.

152
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Pasar wisata juga terdapat beberapa area privasi. Area privasi pada

bangunan pasar wisata yakni area toilet pengunjung, toilet penjual, dapur, gudang

basah, gudang kering, ruang pendingin, dan area loading dock. Berikut penjelasan

gambar mengenai denah pasar wisata beserta fasislitas ruang-ruang yang

ditawarkan di dalamnya :

Gambar 7.5. Denah Pasar Wisata


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

Bangunan Galeri merupakan fungsi penunjang. Fungsi dari bangunan

galeri ini yakni ruang pameran edukasi yang mengenalkan akan sejarah

perkembangan Kota Malang beserta budaya khas Malang. Ruang-ruang pada

galeri memberikan suasana kolonial dengan bukaan-bukaan lebar. Ruang galeri

terdapat ruangan lobby, loket tiket, ruang informasi, ruang galeri

153
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

sejarah perkembangan Kota Malang, ruang galeri kesenian, ruang galeri

kerajinan topeng Malang, ruang galeri macam-macam jenis kerajinan batik

Malang, ruang galeri keramik dinoyo, dan ruang galeri budaya tari topeng

Malang.

Ruangan galeri sejarah perkembangan Kota Malang merupakan ruang

pameran yang menjelaskan kepada pengunjung kondisi Kota Malang pada tahun

1914-1940. Ruang galeri sejarah ini terdapat diorama berupa foto-foto dan

miniatur yang menggambarkan keadaan geografis Kota Malang dan langgam

bangunan pada masa tersebut, serta menceritakan keadaan Malang yang masih

kabupaten samapai menjadi Kota Malang. Ruang galeri kesenian terdapat display

kostum yang digunakan tari tradisional topeng Malang dan menceritakan asal usul

kesenian tari topeng Malang. Ruang galeri kerajinan topeng Malang ini terdapat

tentang macam-macam display topeng Malang. Ruang galeri kerajinan batik

Malang terdapat aneka macam display motif batik Malang. Ruang galeri keramik

dinoyo terdapat tentang display tentang macam-macam bentuk keramik Dinoyo.

Ruang budaya tari topeng Malang terdapat display mengenai alat musik

tradisional yang digunakan pada pertunjukkan tari topeng Malang. Berikut

penjelasan gambar mengenai denah galeri beserta fasilitas ruang-ruang yang

ditawarkan di dalamnya :

154
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.6. Denah Galeri


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

Bangunan kantor merupakan fungsi sekunder. Fungsi dari bangunan

kantor yakni sebagai tempat beraktivitas para karyawan dan pegawai pasar

wisata. Pada denah kantor ini terdapat taman tengah, bentuk denah simetris,

penggunaan kolom dengan skala yang besar sebagai ciri khas ruangan kolonial.

Denah pada kantor terdapat ruangan lobby, ruang kerja staff, ruang

administrasi, ruang rapat, ruang pemasaran, ruang kerja pengelola, musholla,

toilet, pantry, ruang kerja pimpinan, ruang kerja direktur, ruang sekretaris,

ruang loker karyawan, serta ruang arsip dan dokumentasi. Berikut penjelasan

gambar mengenai denah kantor beserta fasilitas ruang-ruang yang ditawarkan

di dalamnya :

155
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.7. Denah Kantor


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

Bangunan masjid merupakan fungsi penunjang. Fungsi dari bangunan

masjid yakni sebagai tempat beribadah para user pasar wisata. Pada denah masjid

terdapat menggunakan kolom dengan skala yang besar dengan pembagian zonasi

di dalam denah sebagai ciri khas ruangan kolonial. Pada denah masjid ini terdapat

2 zona, yakni zona publik dan zona privasi. Zona publik pada bangunan masjid

yakni toilet, tempat wudhu, area sholat, serta tempat mukenah dan rak Al Quran.

Sedangkan zona privasi yakni kantor masjid dan gudang. Berikut penjelasan

gambar mengenai denah masjid beserta fasilitas ruang-ruang yang ditawarkan

di dalamnya :

156
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.8. Denah Masjid


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

7.3.1. View

View di sekitar tapak tidak terdapat view yang menarik, sehingga

diberikan view ke dalam tapak berupa susana kolonial pada tahun 1914-1940.

Suasana konial tersebut diwujudkan berupa pemberian taman hias yang

dominan di area lansekap dan disekitar bangunan kawasan pasar wisata.

Taman hias pada tapak terdapat site furniture berupa bench dan lighting klasik

di sekitar taman hias. Disamping itu, taman hias juga terdapat fountain sebagai

pemanis lansekap. View ini juga diperkuat dengan pemberian jenis pohon

palem yang dominan, dimana pohon tersebut merupakan jenis vegetasi yang

157
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

banyak tumbuh pada tahun 1914-1940. Berikut merupakan gambaran view pada

lansekap kawasan pasar wisata.

Gambar 7.9. View Suasana pedestrian pengunjung


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

Gambar 7.10. View dari Area Gazebo


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

158
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.11. View Kawasan dari Arah Barat Tapak


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

Gambar 7.12. View Kawasan dari Arah Timur Tapak


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

159
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.13. View Kawasan


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

View dari entrance kendaraan pengunjung langsung disambut dengan

kehadiran view taman boulevard. Dimana pada tahun 1914-1940 boulevard

merupakan pemanis lansekap pada jalan raya. Disamping itu, kehadiran boulevard

pada perancangan pasar wisata juga sebagai pengarah jalan.

7.3.2. Fasad Bangunan

Fasad bangunan kawasan pasar wisata dirancang dengan langgam

arsitektur kolonial pada tahun 1914-1940. Semua bangunan hanya terdiri 1 lantai

saja. Setiap fasad bangunan pada kawasan pasar wisata menggunakan kolom

ionic, doric, benangan pada dinding sebagai aksen, memberikan skala

monumental dengan ketinggian 1 lantai 10 meter. Bentuk bangunan yang

simetris, memberikan jendela dan pintu dengan bukaan lebar, pemberian gevel

pada atap bangunan galeri, dan memberikan warna monokrom di setiap

bangunan.

160
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.14. Fasad Bangunan Galeri dan Bangunan Pasar Wisata


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

Gambar 7.15. Fasad Bangunan Kantor dan Masjid


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

161
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.16. Tampak Kawasan


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

7.4. Hasil Rancangan Utilitas

Rancangan utilitas secara keseluruhan yang diterapkan pada rancangan

pasar wisata harus sesuai dengan kondisi tapak, baik utilitas listrik, plumbing,

maupun fire hydrant. Sehingga sistem utilitas yang ada berfungsi secara efisien

dan baik sebagaimana mestinya

Fire hidrant diletakkan di sekeliling tapak, hal ini dikarenakan akses

pemadam kebakaran terletak di jalur servis yang mengelilingi tapak. Jumlah

fire hidrant pada tapak yakni 35 buah. Sedangkan sumber listrik tapak berasal

dari PLN yang kemudian disambungkan kepada rumah travo yang berada di

tapak, dan kemudian dari rumah genset tersebut disebarkan ke MCB tiap

bangunan. Sumber air pada tapak berasal dari PDAM, dimana PDAM

disalurkan pada rumah pompa yang terletak di bagian belakan tapak dekat

162
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

dengan bangunan galeri dan pasar wisata. Setelah dari rumah pompa akan

disalukan pada roof tank. Jumlah roof tank pada tapak 7 buah. Bangunan

kantor terdapat 1 roof tank yang berisikan 500 liter. Bangunan pasar wisata

terdapat 3 roof tank yang berisikan 15.000 liter, dimana 1 tangkinya berisikan

5000 liter. Bangunan masjid terdapat 2 roof tank yang berisikan 10.000 liter,

dimana 1 tangkinya berisikan 5.000 liter. Sedangkan kamar mandi luar terdapat 1

roof tank yang berisikan 5000 lier. Berikut adalah utilitas kawasan rancangan

pasar wisata.

Gambar 7.17. Utilitas Kawasan


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

163
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

7.4.1. Utilitas Elektrikal

Sumber utama suplai energi listrik pada rancangan kawasan pasar wisata

berasal dari PLN dan dibantu dengan generator set sebagai sumber listrik

cadangan ketika terjadi pemadaman. Alur dari sistem elektrikal ini yaitu sumber

dari PLN diarahkan menuju rumah travo yang berada di belakang bangunan

galeri, kemudian di arahkan menuju MCB disetiap bangunan.

Perletakan titik lampu pada bangunan menggunakan rangkaian seri dan

pararel. Secara umum, jenis lampu yang digunakan yaitu lampu TL, lampu TL

dengan finishing acrylic, lampu gantung, lampu hias dan downlight. Berikut

adalah gambar rencana utilitas bangunan elektrikal yang diterapkan pada

bangunan.

Gambar 7.18. Elektrikal Galeri


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

164
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.19. Elektrikal Kantor


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

Gambar 7.20. Elektrikal Masjid


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

165
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

7.4.2. Utilitas Plumbing

Sumber utama suplai air bersih pada rancangan kawasan pasar wisata ada

dua, yaitu PDAM dan sumur. Sumber tersebut dikumpulkan pada ground tank

yang terletak di sebelah rumah travo di belakang bangunan galeri. Untuk

distribusi air pada bangunan, air yang sudah terkumpul didistribusikan lagi

menuju upper tank reservoir untuk memudahkan distribusi air pada bangunan

tersebut.

Penanganan air kotor dan air limbah dirancang dengan sistem yang

tersedia pada setiap bangunan. Pada setiap bangunan terdapat septic tank maupun

sumur resapan untuk menangani pembuangan tersebut. Berikut adalah gambar

rencana plumbing dalam bangunan.

Gambar 7.21. Plumbing Kantor


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

166
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.22. Plumbing Masjid


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

Gambar 7.23. Plumbing Pasar Wisata


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

167
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

7.5. Hasil Rancangan Struktur

Penerapan struktur pada rancangan pasar wisata berbeda-beda berdasarkan

bangunannya. Secara umum, struktur bangunan pasar wisata ini menggunakan

struktur bangunan konvensional yang diterapkan pada struktur pondasi, struktur

rangka kaku, dan struktur atap. Meskipun bangunan kolonial, penggunaan struktur

yang diterapkan pada rancangan menggunakan konvensional. Hal ini didasarkan

pada perwujudan konsep contemporer.

7.5.1. Struktur Pondasi

Sistem struktur pondasi pada bangunan rancangan pasar wisata

menggunakan pondasi foot plate di semua bangunan dengan ukuran yang berbeda,

tergantung pada ukuran kolom yang digunakan. Ukuran pondasi yang digunakan

ada dua jenis yakni ukuran 1,2 meter x 1.2 meter dan ukuran 1.5 meter x 1.5

meter. Ukuran sloop yang digunakan juga berbeda, yakni ukuran sloop 15/20

pada ukuran pondasi 1.2 meter x 1.2 meter, serta ukuran sloop 20/30 pada ukuran

pondasi 1.5 meter x 1.5 meter. Berikut gambar detil struktur pondasi bangunan

kantor, galeri, pasar wisata, dan masjid :

168
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.24. Rencana Pondasi Bangunan Kantor


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

Gambar 7.25. Rencana Pondasi Bangunan Galeri


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

169
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.26. Rencana Pondasi Bangunan Pasar Wisata


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

Gambar 7.27. Rencana Pondasi Bangunan Masjid


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

170
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.28. Detil Pondasi


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

7.5.2. Struktur Rangka Atap

Penerapan struktur rangka atap pada rancangan pasar wisata menggunakan

rangka galvalum C 70. Meskipun bangunan kolonial, namun penggunaan struktur

rangka atap yang diterapkan pada rancangan menggunakan konvensional. Hal ini

didasarkan pada perwujudan konsep contemporer.

Jenis atap yang digunakan yakni atap perisai dengan material penutup atap

berpa genting keramik. Berikut gambar rencana atap pada bangunan kantor,

galeri, pasar wisata, dan masjid :

171
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.29. Rencana Atap Bangunan Kantor


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

Gambar 7.30. Rencana Atap Bangunan Galeri


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

172
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.31. Rencana Atap Bangunan Pasar Wisata


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

Gambar 7.32. Rencana Atap Bangunan Masjid


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

173
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.33. Detil Rangka Atap

Sumber: Hasil Rancangan, 2017

7.6. Hasil Rancangan Ruang

Suasana kolonial pada ruangan bangunan perancangan pasar wisata

diterapkan pada jenis bukaan lebar, penggunaan perabot klasik, dan

penggunaan lantai marmer. Pada interior bangunan kantor diberikan perabot

klasik sebagai penambah suasana tempo dulu. Interior kantor juga

menggunakan lantai marmer dengan ukuran 1 meter x 1 meter. Hal ini

ditujukan agar interior ruang terkesan luas dan mewah. Jenis kolom yang

digunakan pada interior kantor yakni ionic dengan 2 jenis ukuran 60 meter x 60

meter dan 80 meter x 80 meter. Berikut interior bangunan kantor pada ruang

lobby :

174
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.34. Interior Lobby Kantor


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

Bangunan Pasar wisata disini memberikan interior yang terbuka pada

area food court. Area food court memberikan suasana lanskap era tahun 1914-

1940, dimana pengaplikasian ini terletak pada jenis vegetasi berupa palem raja

dengan kolam ikan yang dilengkapi dengan fountain. Area food court juga

dikelilingi dengan site furniture berupa lampu taman yang mengelilinginya.

Perabot yang digunakan pada area food court yakni klasik yang didesain

dengan material kayu. Jenis kolom yang digunakan yakni doric dengan ukuran

80 meter x 80 meter. Hal ini ditujukan agar area food court terlihat megah dan

monumental. Area food court ini didominasi dengan warna putih. Berikut

interior area area food court :

175
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Gambar 7.35. Interior Food Court


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

Area perbelanjaan pada bangunan pasar wisata di desain berupa stand-

stand. Interior pada bangunan perbelanjaan mengaplikasikan bukaan-bukaan lebar

di dalamnya. Hal ini ditujukan untuk mengekspos lanskap yang berada di luar

bangunan serta memberikan akses penghawaan di dalamnya. Jenis kolom yang

digunakan yakni ionic dengan ukuran yakni 80 meter x 80 meter.

Gambar 7.36. Interior Pasar Area Furniture


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

176
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

7.7. Detil Arsitektural

Detil arsitektural pada bangunan pasar wisata yakni terletak pada bentukan

dan ukuran kolom ionic doric dengan skala yang besar. Dimana kolom tersebut

memberikan kesan megah dan kolonial, serta kolom tersebut sering digunakan

pada bangunan-bangunan kolonial pada tahun 1914-1940. Disamping itu, yang

menjadi ciri khas selain kolom, yakni terdapat pada pola benangan pada dinding.

Berikut gambar detil arsitektur.

Gambar 7.37. Detil Arsitektural


Sumber: Hasil Rancangan, 2017

177
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

BAB VIII

PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Kota Malang merupakan kota besar kedua setelah Kota Surabaya. Kota

Malang memiliki beberapa potensi yang menonjol, yakni dari bidang

perdagangan, wisata, dan sejarah. Namun dari ketiga potensi tersebut, Kota

Malang belum memiliki sebuah tempat atau wadah yang menaungi dari ketiga

potensi tersebut. Dilihat dari sumber potensi perdagangan, Kota Malang memiliki

jumlah pasar yang merata di setiap kecamatan. Sedangkan dari bidang wisata dan

sejarah, Kota Malang merupakan salah satu kota wisata yang kaya akan

peninggalan sejarahnya.

Sejarah Kota Malang yang menarik dan keberadaannya dapat dijumpai

peninggalannya yakni penataan kota pada era masa perkembangan Kota Malang

oleh Ir. Herman Thomas Karsten. Disamping itu, Kota Malang juga berpotensi

sebagai wisata kolonial. Dari potensi yang telah dijabarkan di atas, didapatkanlah

sebuah ide gagasan berupa Perancangan Pasar Wisata dengan Pendekatan

Historicism di Kota Malang. Dimana rancangan ini merupakan sebuah tempat

perdagangan yang mengusung konsep sejarah perkembangan Kota malang.

Sehingga perancangan ini tidak hanya sebagai tempat perdagangan saja, namun

dapat mengenalkan kepada pengunjung akan sejarah dan budaya khas Kota

Malang.

Perancangan Pasar Wisata ini tidak seperti bangunan pasar wisata yang

sudah ada, baik dari segi fasilitas yang ditawarkan, bentuk bangunan yang

dirancang, dan konsep yang diterapkan. Pasar Wisata dengan Pendekatan

178
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

Historicism ini menaungi kebudayaan-kebudayaan khas Malang dan kerajinan

khas Malang yang hampir tidak dapat ditemukan keberadaannya. Fasilitas yang

ditawarkan yakni berupa kerajinan topeng Malangan, batik tulis Malang, Keramik

Dinoyo, kuliner khas Malang tempo dulu, dan menampilkan budaya khas Malang

yakni wayang topeng Malangan. Pasar wisata ini juga menawarkan suasana

sejarah kolonial pada rancangan, dimana suasana ini akan menjadi suatu inovatif

dan pembeda dari pasar wisata yang lain.

Perancangan pasar wisata ini menerapkan rancangan masa banyak, dimana

pasar wisata ini menaungi beberapa bangunan dalam satu kawasan pasar wisata.

Bangunan-bangunan tersebut yakni bangunan galeri, masjid, kantor, dan pasar

wisata. Bangunan galeri ini sebagai wisata edukasi pengunjung untuk mengetahui

sejarah perkembangna Kota Malang dari tahun 1914-1940, jenis budaya dan

kerajinan khas Malang yang jarang ditemukan. Bangunan masjid sebagai tempat

ibadah para pengunjung pasar wisata, Bangunan kantor sebagai tempat kerja

direktur, karyawan, pegawai, dan pengelola pasar wisata. Bangunan pasar wisata

sebagai tempat jual beli para pengunjung berupa aksesoris, keramik dinoyo,

topeng Malang, batik tulis Malang, dan makanan.

Konsep yang diterapkan pada perancangan pasar wisata ini menggunakan

pendekatan historicism. Sejarah yang diambil dan diterapkan dalam perancangan

yakni perkembangan Kota Malang oleh Ir. Herman Thomas Karsten tahun 1914-

1940. Konsep yang diterapkan pada perancangan yakni colonial contemporer.

Dimana konsep tersebut diambil dari prinsip, filosofis, aplikatif dari historicism

serta identifikasi langgam arsitektur kolonial tahun 1914-1940 di Malang. Konsep

179
PERANCANGAN PASAR WISATA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM DI MALANG
SOFIA RUSDIANA - 13660060

colonial historicism ini mengunakan langgam arsitektur kolonial tahun 1914-

1940. Konsep yang diterapkan pada tapak yakni penghadiran lanskap tahun 1914-

1940 berupa boulevard, taman hias yang dilengkapi dengan kolam bench dengan

material kayu, lampu taman, dan penggunaan jenis vegetasi palem raja, palem

putri, serta pohon kenari. Sedangkan pada bangunan, konsep yang diterapkan

yakni pada tipologi bangunan dengan volume asimetris, bentuk bukaan jendela

dan pintu yang lebar, penggunaan sun shading disekeliling bangunan, penggunaan

gewel pada atap, kolom ionic, doric, skala monumental, warna bangunan yang

dominan putih, serta menggunakan rangka atap galvalum dengan material penutup

berupa genting keramik.

8.2 Saran

Penulis menyadari bahwasannya dalam penulisan laporan tugas akhir ini

masih jauh dari kata sempurna. Saran dan kritik yang membangun demi perbaikan

laporan tugas akhir sangat dibutuhkan penulis untuk perbaikan dalam pembuatan

laporan ini.

Saran penulis bagi pembaca yakni, lestarikanlah sejarah dan budaya yang

terdahulu untuk dikembangkan menjadi lebih baik lagi, mengidentifikasi langgam

arsitektur kolonial terlebih dahulu bukan hanya sekadar membaca dari literatur-

literatur yang ada, serta melakukan perbandingan atau survei objek bangunan

kolonial yang masih terjaga keutuhannya berdasarkan tahun sejarah yang diambil,

yang kemudian diterapkan pada perancangan. Hal ini ditujukan agar mendapatkan

tipologi bangunan kolonial yang seirama.

180
DAFTAR PUSTAKA

Sumalyo, Yulianto. Arsitektur Modern. 1997. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press

Handinoto. 1996. Jurnal Perkembangan Kota Malang Pada Jaman Kolonial. Vol
22

Devi, Roosdiana. 2013. Pasar Umum Gubug Di Kabupaten Grobogan Dengan


Pengolahan Tata Ruang Luar Dan Dalam Melalui Pendekatan Ideologi
Fungsionalisme Utilitarian

Kotler Philip. 2004. Lateral Marketing. Jakarta : Erlangga

Neufert Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Neufert Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Budiyono dan Djoko. 2010. Jurnal Potensi Wisata Bangunan Kolonial di Kota
Malang. Vol 10

Pemerintah Kota Malang. 2015. LAKIP Pemerintahan Kota Malang.

Ummi, Salamah. 2010. Konsep Perencanaan dan Perancangan Pasar Wisata


Budaya di Solo

Handinoto. 1994. “Indische Empire Style”. Dimensi 20

Koran kompas 12/12/2015 (0nline). Diunduh pada tanggal 8 September 2016

Pemerintah Kabupaten Malang. Gambaran Umum Kabupaten Malang. 2011.


Kabupaten Malang

Pemerintah Kabupaten Malang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Daerah (RPJMD) Kabupaten Malang. 2010-2015. Kabupaten Malang

Budiyono Debora, Nurlaelih Elih Euis, Djoko Riyanto. Lanskap Kota Malang
Sebagai Obyek Wisata Sejarah Kolonial. Vol. 4 No1 2012

Mashad Dhurorudin. 2001. Kisah & Hikmah. Jakarta. Erlangga


Santoso Triwinarto Joko, Suryasari Noviani, Antariksa. Tradisionalisme dalam
Arsitektur Kolonial Belanda di Kota Malang. Vol.11 No.2, Desember 2013

http://e-journal.uajy.ac.id/3402/3/2TA13285.pdf. Diakses pada tanggal 3 Juli


2016

http://id.climate-data.org/location/977147/ (Online). Diakses pada tanggal 3


September 2016

https://books.google.co.id/books. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2016

https://www.scribd.com/doc/35333512/PASAR-TRADISIONAL. Diakses pada


tanggal 20 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai