Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB CACAT PENGELASAN

PIPA API 5L Gr.B PADA PROYEK KONSTRUKSI PIPA


HARI MOEKTIWIBOWO, GALUH SURYA WIJAYANTO,
DAN BASUKI ARIANTO
Program Studi Teknik Industri, Universitas Suryadarma, Jakarta.

ABSTRACT
This study aim to analyze the factors that occur any defects of weld and determine
patterns and types of weld defects were found in the results of welding joint. in the
construction of the pipeline API 5L Grade B along 70 Km from Gresik - Surabaya by PT.
XYZ. In this study, the method that use is Seven Tools which is one of the tools in the
processing of data for quality improvement, to be good communication on team work, and to
decision making, and the results will be applied by the company, And the results of this
observation the cause of welding defect is 4M1E, that is Man, Machine, Method, Material
and Environment. And the welder does not carry out welding in accordance with WPS
(Welding Procedure Specification).

Keyword : Quality Control System

PENDAHULUAN Tools. Pada metode ini digunakan teknik-


Peningkatan upaya pencegahan teknik statistika dalam memantau dan
timbulnya bahaya dalam kaitannya proses meningkatkan kualitas proses hasil
konstruksi pergelaran pipa penyalur pada produksi, dalam hal ini hasil konstruksi
dunia industri pertambangan minyak dan yang berkualitas, efektif dan efisien.
gas bumi di Indonesia yang sesuai Kualitas merupakan suatu istilah
dengan Keputusan Direktur Jendral relatif yang sangat bergantung pada
Minyak dan Gas Bumi No. 84. K / 38 / situasi. Ditinjau dari pandangan
DJM / 1998 tentang Pedoman Tata Cara konsumen, secara subjektif orang
Pemeriksaan Keselamatan Kerja, atas mengatakan kualitas adalah sesuatu yang
Instalasi, Peralatan Teknik, yang cocok dengan selera (fitness for use).
Dipergunakan dalam Usaha Produk dikatakan berkualitas apabila
Pertambangan dan Minyak Bumi dan produk tersebut mempunyai kecocokan
Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi, penggunaan bagi dirinya. Pandangan lain
harus dapat memperhatikan beberapa hal mengatakan kualitas adalah barang atau
yang dapat meningkatkan hasil kualitas jasa yang dapat menaikkan status
konstruksi dan menghindari adanya faktor pemakai. Ada juga yang mengatakan
cacat dalam proses kontruksi, salah satu barang atau jasa yang memberikan
faktor pengendalian kualitas proses manfaat pada pemakai (measure of utility
konstruksi adalah hasil pengelasan. and usefulness). Kualitas barang atau jasa
Umumnya, kekuatan hasil las tidak dapat berkenaan dengan keandalan,
sesuai dengan yang ditargetkan karena ketahanan, waktu yang tepat,
rentan dengan cacat las yang terbentuk. penampilannya, integritasnya,
Walaupun, cacat las memang tidak kemurniannya, individualitasnya, atau
direncanakan dalam proses pengelasan, kombinasi dari berbagai faktor tersebut.
aktualnya sering terjadi ketika pengelasan. PT XYZ merupakan salah satu
Hasil survey lapangan di PT. XYZ perusahaan manufaktur dalam bidang
menunjukan bahwa, umumnya sering pembangunan kontruksi di Indonesia.
terjadi masalah dalam konstruksi pada Perusahaan ini didirikan pada tahun 2000
sambungan las. dan berkantor didaerah Pulogadung Kota
Salah satu metode dalam Jakarta Timur. Perusahaan ini berawal
pengendalian kualitas dan perbaikan dari perusahaan konstruksi pembangunan
berkesinambungan yang sering digunakan gedung di beberapa gedung
dalam perusahaan adalah metode Seven pemerintahan di Jakarta, pembangunan
109
konstruksi jalan raya, pembangunan konstruksi pergelaran pipa penyalur.
dermaga di beberapa pelabuhan di Adapun data yang diperoleh yang
Jakarta dan Banten, dan penyediaan jasa dirangkum oleh penuluis dari departemen
dan barang di beberapa perusahaan- QA/QC adalah waktu pengamatan yang
perusahaan terkemuka di Indonesia. dilakukan tiap minggu, jumlah dan jenis-
Seiring dengan perjalanan perkembangan jenis cacat pada hasil sambungan
perusahaan. Perusahaan ini memulai karir pengelasan pipa penyalur yang telah
di sektor industri Migas pada tahun 2007, dilaksanakan leh PT XYZ periode Januari
dengan memulai pengembangan memiliki sampai dengan Juni 2014 adalah sebagai
pengalaman dalam sektor migas yang berikut:
diantaranya melakukan pembangunan

Tabel 1. Data Hasil Produk Sambungan Las Pipa Dengan Kriteria CTQ Pada Periode
Januari – Juni 2013
Jumlah
Jum- Incom-
Penga- Jumlah Sambung- Slag Incom-
lah Poros- plete Under- Worm
matan Sambung an Las Inclu- plete Crack
Cacat ity Penetrat cut Hole
Minggu Ke -an Las yang sion Fusion
Las ion
Cacat

1 244 12 52 24 10 9 3 3 3 0

2 243 14 50 20 11 10 3 2 4 0

3 243 11 44 15 16 7 3 0 2 1

4 242 10 64 22 19 13 2 3 4 1
5 242 15 54 28 10 10 2 3 1 0
6 245 12 44 20 9 7 3 0 5 0
7 243 12 52 26 13 4 5 2 2 0

8 245 11 46 25 9 4 4 1 3 0

9 242 14 42 20 11 3 6 1 1 0
10 243 13 53 25 18 4 3 1 2 0
11 242 14 51 22 19 4 3 1 1 1
12 243 14 50 25 10 6 5 2 1 1
13 243 15 48 26 9 7 2 1 2 1
14 244 20 54 30 12 5 2 1 4 0
15 242 22 64 35 15 8 3 1 2 0
16 245 15 59 30 18 5 3 2 1 0
17 243 12 48 25 9 6 3 2 2 1
18 243 10 54 20 15 8 3 1 7 0
19 241 12 47 15 19 8 3 0 2 0
20 244 10 43 16 10 10 6 0 1 0
21 245 16 62 26 13 9 8 1 5 0
22 243 13 58 19 15 9 6 3 5 1
23 243 14 61 21 17 12 7 2 2 0
24 242 15 57 20 16 9 9 1 2 0
326 125
total 5835 555 323 177 97 34 64 7
7
Sumber : Departemen QA/QC PT XYZ, diolah.

110
METODE 4) Menghitung Batas Kendali Bawah /
Lower Control Limit (LCL)
Pengolahan data dilakukan
ഥ × (૚ − ࢖
࢖ ഥ)
dengan menggunakan alat bantu yang ഥ + ૜ × ቌඨ
ࢁ࡯ࡸ = ࢖ ቍ
terdapat pada metode Seven Tools. ࢔
Adapun langkah-langkahya sebagai
berikut: ഥ × (૚ − ࢖
࢖ ഥ)
ഥ − ૜ × ቌඨ
ࡸ࡯ࡸ = ࢖ ቍ
a. Lembar Pengamatan (Check Sheet) ࢔
Data yang diperoleh dari
perusahaan terutama data produksi dan catatan : Jika LCL < 0 maka LCL
data produk rusak kemudian diolah dianggap = 0
menjadi tabel secara rapi dan terstruktur.
Hal ini dilakukan agar memudahkan dalam d. Membuat Diagram Pareto
memahami data tersebut hingga bisa Pembuatan diagram pareto
dilakukan analisis lebih lanjut. dimaksudkan untuk mengidentifikasi tipe-
tipe cacat yang paling dominan sehingga
b. Membuat Run Chart dapat memperioritaskan masalah
Pembuatan run chart digunakan tersebut.
untuk menunjukan jumlah output atau
jumlah kerusakan pada hasil sambungan e. Mencari Faktor penyebab yang
pengelasan pada penelitian. paling dominan dengan diagram sebab
akibat.
c. Membuat Peta Kendali ࢖ ഥ (P-chart) Setelah diketahui masalah utama
Analisis data dalam penelitian ini yang paling dominan dengan
menggunakan peta kendali p (peta kendali menggunakan histogram, maka dilakukan
proporsi kerusakan) sebagai alat untuk analisa faktor kerusakan produk dengan
pengendalian proses secara statistik. menggunakan fishbone diagram, sehingga
Penggunaan peta kendali p ini adalah dapat menganalisis faktor-faktor apa saja
dikarenakan pengendalian kualitas yang yang menjadi penyebab kerusakan
dilakukan bersifat atribut, serta data yang produk.
diperoleh yang dijadikan sampel
pengamatan tidak tetap dan produk yang
mengalami kerusakan tersebut dapat
diperbaiki atau rewelding. Adapun f. Membuat Analisis 5W2H
langkah-langkah dalam membuat peta Setelah diketahui faktor/penyebab
kendali p sebagai berikut : terjadinya cacat dari diagram sebab
akibat, di analisis kembali dengan metode
1) Menghitung Presentase Kerusakan 5W2H. dengan metode ini, implementasi
࢔࢖ perbaikan akan lebih jelas dalam
࢖= pemberian gambaran-gambaran dalam

Di mana upaya perbaikan tersebut. 5W2H dibuat
p = proporsi kesalahan dalam pada perbaikan dimana tingkat kecacatan
setiap sampel yang paling dominan.
np = banyaknya jumlah cacat
dalam tiap minggu g. Membuat Rekomendasi/Usulan
n = banyaknya sambungan perbaikan kualitas
las yang dilakukan Setelah diketahui penyebab
terjadinya kerusakan produk hasil
2) Menghitung garis pusat / Centre sambungan lasan, maka dapat disusun
Line (CL) atau nilai rata-rata sebuah rekomendasi atau usulan tindakan
kerusakan produk. untuk melakukan perbaikan kualitas
∑ ࢔࢖ produk
࡯ࡸ = ࢖ ഥ=
∑࢔
3) Menghitung Batas Kendali Atas /
Upper Control Limit (UCL)

111
HASIL DAN PEMBAHASAN kecepatan pengelasan yang terlalu
tinggi sehingga
Langkah-langkah pengendalian ketidaksempurnaan menyatunya
kualitas dalam penelitian faktor-faktor material las yang satu dengan
penyebab cacat pengelasan adalah yang lain.
sebagai berikut: 5) Undercut yaitu cacat las yang
disebabkan karena termakannya
Check Sheet metal induk pada waktu proses
Karakteristik penentuan jenis pengelasan sehingga menjadi
kecacatan hasil sambungan las oleh PT lekukan pada kaki pinggiran metal
XYZ adalah sebagai berikut: induk.
1) Porosity, yaitu jenis cacat las yang 6) Worm hole yaitu cacat las yang
disebabkan oleh udara atau gas disebabkan karena tertangkapnya
yang terkurung oleh las, sehingga gas pada proses pengelasan,
dalam las terjadi rongga-rongga sehingga berbentuk rongga
besar ataupun kecil dan memanjang seperti tabung.
disebabkan oleh kecepatan las 7) Crack ( retak ) yaitu cacat las yang
yang terlalu tinggi dan kondisi disebabkan oleh goncangan pada
pengelasan yang kurang waktu proses pengelasan
mendukung. sehingga terjadi retak pada daerah
2) Slag Inclusion, yaitu cacat las yang las-lasan.
disebabkan karena tertinggalnya
slag atau material-material dari Jumlah CTQ yang berpengaruh
electrode las dan kotoran lain terhadap kualitas sebanyak 7 CTQ.
dalam las.
3) Incomplete penetration, yaitu cacat
las yang disebabkan karena Run Chart
ketidaksempurnaan pengisian las Pembuatan Run Chart ini
pada kaki las. digunakan untuk menentukan output
4) Incomplete Fusion, yaitu jenis (jumlah cacat) pada tiap minggu pada
cacat las yang disebabkan posisi periode Januari – Juni 2013, berdasarkan
saat pengelasan yang salah, tabel 1.
permukaan kampuh kotor dan

Run Chart Jumlah Cacat Las Tiap Minggunya


70
65
60
55
50
Jumlah Cacat

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 131415161718 192021222324
Pengamatan Minggu Ke Jumlah Cacat Las

Gambar 1 Grafik Run Chart Jumlah Cacat Periode Januari – Juni 2013

112
Gambar 1 Grafik Run Chart diatas kemudian menghitung CL (Central Line) /
menjelaskan bahwa kesalahan-kesalahan Garis Pusat.
yang sering terjadi pada proyek
pergelaran konstruksi pipa penyalur terjadi Menghitung Garis Pusat / Central Line
pada minggu ke-4 dan minggu ke-15 (CL)
sebanyak 64 cacat las, dan untuk Garis pusat / Central Line adalah
menyelidiki informasi lebih lanjutnya akan garis tengah yang berada diantar
dibuat peta kendali (Control Chart). bataskendaliatas (UCL) dan batas kendali
bawah (LCL). Garis Pusat ini merupakan
Peta Kendali p (Control Chart) garisyangmewakili rata-rata tingkat
Pembuatan peta kendali dilakukan kerusakan dalam suatu proses produksi.
apakah suatu proses yang stabil (berada Untuk menghitung garis pusat digunakan
dalam batas kendali statistik) atau proses rumus sesuai data tabel 2 :
yang tidak stabil. Peta kendali yang ∑ ࢔࢖
࡯ࡸ = ࢖ഥ=
digunakan adalah peta kendali p. ∑࢔
Menghitung Persentase Kerusakan ૜૛૟
Persentase kerusakan produk ࡯ࡸ = ࢖ഥ= = ૙. ૙૟
૞ૡ૜૞
digunakan untuk melihat persentase cacat ࡯ࡸ = ૙. ૙૟
pada tiap tiap proporsi cacat las. Rumus
untuk menghitung persentase kerusakan Menghitung Batas Kendali Atas (UCL)
adalah: dan Batas Kendali Bawah (LCL)
࢔࢖ Batas kendali atas dan batas
࢖=
࢔ kendali bawah merupakan indikator
Berikut hasil perhitungan persentase ukuran secara statistik sebuah proses bisa
kerusakan / cacat pada sambungan las dikatakan menyimpang atau tidak. Batas
pipa penyalur melalui tabel 2: Kendaliatas (UCL) dapat dihitung dengan
Pada tabel.2 diketahui hasil perhitungan p menggunakan rumus :
(proporsi cacat) pada tiap-tiap
pengamatan. Kemudian dari data tersebut

1) Menghitung UCL :
ഥ × (૚ − ࢖
࢖ ഥ)
ഥ + ૜ × ቌඨ
ࢁ࡯ࡸ = ࢖ ቍ

૙. ૙૟ × (૚ − ૙. ૙૟ )
ࢁ࡯ࡸ = ૙. ૙૟ + ૜ × ቌඨ ቍ = ૙. ૛૙૞
૛૝
2) Menghitung LCL :
ഥ × (૚ − ࢖
࢖ ഥ)
ഥ − ૜ × ቌඨ
ࡸ࡯ࡸ = ࢖ ቍ

૙. ૙૟ × (૚ − ૙. ૙૟ )
ࡸ࡯ࡸ = ૙. ૙૟ − ૜ × ቌඨ ቍ = − ૙. ૙ૡ૞ ~ ૙
૛૝

Setelah nilai CL, nilai UCLdan nilai selanjutnya adalah membuat peta kendali
LCL didapatkan, maka langkah pത (pത-chart).

113
Peta Kendali p Chart
0.220
0.200
0.180
0.160 Proporsi
Proporsi Cacat
0.140 Cacat
0.120 CL
0.100
0.080 UCL
0.060
0.040 LCL
0.020
0.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Pengamatan Minggu Ke-

ഥ Chart
Gambar 2 Grafik Peta Kendali ‫ܘ‬

Dari grafik peta kendali pada gambar 2, Proses Capability merupakan


dapat diketahui bahwa cacat hasil suatu ukuran kinerja kritis yang
sambungan las telah berada pada dalam menunjukan proses mampu menghasilkan
proses pengendalian statistikal, karena sesuai dengan spesifik produk yang
semua data pengamatan berada dalam diterapkan oleh manajemen berdasarkan
peta kendali p, akan tetapi persentase kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.
cacat yang terjadi masih ada dari total Untuk mengukur tingkat kapabilitas sigma,
sambungan. Hal itu juga menyatakan perusahaan dapat melakukan yang
bahwa pengendalian kualitas PT XYZ dilakukan oleh Gaspersz (2007:42),
memerlukan perbaikan untuk menurunkan dengan menghitung DPMO (Defect Per
tingkat kecacatan hingga 0%. Million Opportunity), yang menunjukan
ukuran kegagalan dari sambungan
Perhitungan Kapabilitas Sigma pengelasan per sejuta kesempatan.

ࢀ࢕࢚ࢇ࢒࡮ࢇ࢔࢟ࢇ࢑࢔࢟ࢇ ࡿࢇ࢓ ࢈࢛࢔ࢍࢇ࢔ ࡸࢇ࢙࢟ࢇ࢔ࢍ ࡯ࢇࢉࢇ࢚


ࡰࡼࡹ ࡻ = × ૚. ૙૙૙. ૙૙૙
ࡶ࢛࢓ ࢒ࢇࢎ ࡿࢇ࢓ ࢈࢛࢔ࢍࢇ࢔ ࡸࢇ࢙

Pada target kapabilitas six sigma sebesar sebuah kerugian yang sangat besar
3,4 unit output cacat dari sejuta unit output apabila tidak ditangani atau ditanggulangi
yang diproduksi, maka DPMO penting secepatnya dari banyaknya jumlah cacat
untuk diperhitungkan agar mengetahui yang dihasilkan. Semakin banyak produksi
seberapa besar keberhasilan dalam yang gagal dalam proses produksi
menghasilakn suatu produk. Dalam hal ini tentunya mengakibatkan banyak kerugian
adalah keberhasilan PT XYZ dalam pada semua aspek-aspek produksi
memproduksi sambungan las pipa lainnya.
penyalur.
Perhitungan konversi nilai DPMO Diagram Pareto
ke dalam nilai sigma dapat dilihat pada Pembuatan diagram pareto
tabel 3. Hasil produksi sambungan las PT dimaksudkan untuk mengidentifikasikan
XYZ, memiliki tingkat sigma 3.10 dengan tipe-tipe cacat yang paling dominan
kemungkinan kerusakan 55874 untuk sehingga dapat memprioritaskan masalah
sejuta produksi, yang artinya kapabilitas tersebut. Langkah-langkah dalam
rata-tata kerja sigma masih baik karena pembuatan diagram pareto adalah
masih dalam rata-rata kinerja industri di sebagai berikut:
Indonesia, namun tentunya akan menjadi

114
1) Urutkan data terbesar dari yang terbesar dan hitung dalam
frekuensi banyaknya ketidaksesuaian persentasenya (lihat tabel 4).
100.00%
1200 95.00%
96.74% 99.44% 100.00% 90.00%
1100 85.00%

Persentase Komulatif
91.65%
1000 80.00%

Frekuensi Cacat
83.93% 75.00%
900 70.00%
65.00%
800 60.00%
69.85%
700 55.00%
50.00%
600 45.00%
500 40.00%
44.15% 35.00%
400 30.00%
300 555
25.00%
20.00%
200 323 15.00%
100 177
10.00%
97 64 34
5.00%
0 7 0.00%

Frekuensi cacat Persentase Frekuensi Komulatif

Gambar 3 Diagram Pareto Hasil Sambungan Las

Berdasarkan tabel frekuensi Diagram Sebab Akibat (Cause and


cacat sambungan lasan, dapat dilihat Effect Diagram)
bahwa Porosity mempunyai Setelah kita mengetahui prioritas
persentase cacat terbesar, yaitu sebab utama dari timbulnya
43.12 % dari keseluruhan cacat hasil ketidaksesuaian dalam proses yang
sambungan pengelasan. Diikuti digambarkan dalam diagram pareto. Maka
dengan Slag Inclusion 25.10 %, langkah selanjutnya adalah menganalisis
Incomplete Penetration sebesar 13.75 dalam bentuk diagram sebab-akibat yang
%, Incomplete Fusion sebesar 7.54 bertujuan untuk mengetahui penyebab
%, Worm Hole sebesar 4.97 %, dan yang timbul akibat ketidaksesuaian
seterusnya. tersebut, dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa
2) Mengambil tindakan perbaikan atas persentase terbesar adalah Porosity
penyebab utama dari masalah pada (43.12 %) dan Slag Inclusion (25.10 %).
proses welding dengan cara Dari nilai persentase kedua cacat tersebut
mengetahui terlebih dahulu akar paling dominan atau diatas 25 % maka
penyebab dari suatu masalah akan dianalisis ke langkah selanjutnya
tersebut, maka digunakan Diagram dengan bentuk Diagram Sebab-Akibat.
Sebab Akibat. Diagram Sebab Akibat Cacat Porosity
Berikut diagram sebab akibat cacat
porosity.

115
Mesin Manusia
Penyetelan arus
terlalu rendah
Diagram 4.4 Diagram Sebab Akibat (fishbone) cacat Porosity
Metode kerja
Kurang Teliti
Perlakuan setelah Belum terkalibrasi Tidak membersihkan kotoran
pengelasaan Kurang
Tidak ada WPS Kurang Perawatan, Serius
kotor Lelah
Di lokasi kerja
Porosity
Kandungan belerang
Tidak ada pelindung
Diatas 0.05 %
cuaca Kualitas Elektroda
Kotor, lembab,
Basah

Lingkungan Kerja Material

Gambar 4 Diagram Sebab Akibat Cacat Porosity

Gambar 4 Diagram Sebab Akibat (fishbone) cacat Porosity

Dari diagram diatas, dapat dijelaskan berlaku sertifikat kalibrasi.


faktor-faktor Cacat Porsity, adalah sebagai Dimungkinkan dari alat ukur yang
berikut, terdapat dalam mesin tidak valid.
a. Manusia Tidak dirawatnya mesin pengelasan
Manusia merupakan salah yang mengakibatkan mesin tampak
satu faktor penyebab terjadinya kotor.
Porosity. Hal ini terjadi pada operator c. Metode Kerja
yang kelelahan bekerja terus menerus Tidak terdapatnya WPS dilokasi
melakukan pekerjaan secara berulang kerja, sehingga tidak dilakukan
- ulang akan merasakan kelelahan metode kerja atau langkah-langkah
baik lelah mata maupun lelah pada yang telah diatur sesuai dengan WPS
tangannya. Dari faktor kelelahan tersebut .
tersebut mengakibatkan kurang Metode kerja yang dilakukan tidak
telitinya operator ketika bekerja tepat, maksudnya adalah pada saat
menyebabkan penyetelan las kurang pendinginan las, seharusnya bahan
tepat yang terlalu rendah dan tidak yang telah dilas
sesuai WPS (Welding Procedure didinginkan/dikeringkan terlebih
Specification) / Standar Operasi dahulu, kemudian dilanjutkan dengan
Prosedur (SOP) pengelasan, pengelasan yang lain tetapi yang
kemudian operator yang tidak dilakukan oleh operator adalah
membersihkan daerah lasan dari sebaliknya.
debu, pasir dll sebelum pelaksanaan d. Lingkungan Kerja
pengelasan dapat menyebabkan Lingkungan kerja dengan
cacat porosity. Selain itu operator temperatur yang lembab dan basah
yang kurang serius dalam bekerja serta kotor dapat membuat hasil
dengan terbiasanya bekerja sambil pengelasan menjadi kurang bagus,
berbicara dengan rekan kerja lain, karena hasil pengelasan akan lebih
sehingga tidak fokus pada sempurna bila diberikan pelindung
pekerjaannya. cuaca khusus untuk operator juru las
b. Mesin agar terlindung dari angin, debu dan
Mesin yang digunakan belum kotoran lainnya.
terkalibrasi atau sudah habis masa e. Material

116
Material (bahan) yang kurang telitian operator dalam
digunakan tidak sesuai, maksudnya bekerja
adalah kandungan belerang dari 2) Tidak terdapat pelindung cuaca
bahan material induk lebih dari untuk operator juru las yang tidak
0.05%. Adanya kondisi elektroda terlindung dari adanya angin,
yang rusak yang mengakibatkan debu, kotoran dan hujan.
terciptanya gas hidrogen akbat panas 3) Tidak terdapatnya WPS dilokasi
las. kerja
Dari hasil analisis diagram sebab 4) Kualitas dan kondisi elektroda
akibat diatas, faktor utama akibat cacat
porosity adalah: Diagram Sebab Akibat Cacat Slag
1) Kelelahan dalam bekerja yang Incusion
membuat kurang seriusan dan Berikut diagram sebab akibat cacat slag
inclusion.

Manusia

Metoda kerja
Kurang Teliti
Posisi tidak tepat
Lelah
Cara Kerja

Slag
Tempat basah, kotor
Inclusion
Tidak terdapat Tidak memperhatikan
Pelindung cuaca suhu pada elektorda las

Lingkungan Kerja Material

Gambar 5 Diagram Sebab Akibat (fishbone) cacat Slag Inclusion

Dari diagram sebab akibat cacat las slag sempurna bila terdapat pelindung
inclusion, dapat dijelaskan faktor-faktor cuaca khusus untuk operator juru las
yang mempengaruhi cacat las slag agar terlindung dari angin, debu dan
inclusion adalah sebagai berikut: kotoran lainnya.
a. Manusia d. Material
Operator yang mengalami Material ini dimaksudkan pada
kelelahan membuat kurang teliti material electroda yang dalam
dalam bekerja, seperti operator yang keadaan lembab dan tidak diletakkan
tidak membersihkan slag/kerak antara pada alat pemanas pada suhu antara
bahan las dengan bahan induk yang 80°C - 120°C dan mengakibatkan
dilas. banyaknya partikel slag yang
b. Metode Kerja terperangkap dalam lasan.
Metode kerja yang dilakukan Dari hasil analisis diagram sebab akibat
tidak tepat, seperti posisi pada saat diatas, faktor utama akibat cacat slag
pengelasan yang sulit akan membuat inclusion adalah:
operator merasa kesulitan untuk 1) Slag/kerak yang tidak terbersihkan
mengelas. dengan baik sebelum dilakukan
c. Lingkungan Kerja pengelasan
Lingkungan kerja dengan 2) Posisi yang kurang nyaman dan
temperatur yang lembab dan basah tidak terlindung oleh pelindung
serta kotor dapat membuat hasil cuaca
pengelasan menjadi kurang bagus, 3) Tidak terdapat pelindung cuaca
karena hasil pengelasan akan lebih

117
4) Material elektroda yang tidak upaya perbaikan-perbaikan dari adanya
dipertahankan suhunya cacat las tersebut pada proyek selanjutya.
a. Analisis 5W2H Berikut analisis 5W2H:
Setelah dilakukannya analisis
penelitian dengan metode seven tools di a. Faktor manusia
atas, dan diketahui faktor cacat las yang Berikut analisis 5W2H dari faktor
terjadi, langkah selanjutnya melakukan manusia pada tabel 4.6 di halaman
analisis dengan metode 5W2H sebagai berikutnya.

Tabel 5 Perbaikan Metode 5W2H Faktor Manusia


5W-2H Deskripsi/Tindakan
What (Apa) Kelelahan pada operator juru las
Why (Mengapa) Melakukan pekerjaan yang berulang-ulang
Where (Dimana) Dilakukan pada lokasi proyek
When (Kapan) Pada proyek pengelasan periode Januari-Juni 2013
Who (Siapa) Operator juru las
How (Bagaimana) Memberikan waktu istirahat tambahan yang cukup kepada
operator juru las agar selalu dalam kondisi fit dalam
bekerja dan operator harus ditekankan kedisipinan dan
ketelitian dalam bekerja pada saat sebelum melakukan
pengelasan.

How Much (Berapa Waktu istirahat yang diberikan dalam mengatasi kelalahan
banyak waktu yang di berikan 2 kali waktu istirahat tambahan dalam total
dibutuhkan dalam waktu kerja diluar jam istirahat. Diberikan waktu istirahat
perbaikan) pada jam 10.00 dan jam 15.00 untuk pekerjaan siang hari,
dan paada jam 22.00 dan jam 03.00 untuk pekerjaan pada
waktu malam hari

Perbaikan menggunakan metode operator harus ditekankan kedisipinan dan


5W2H pada faktor manusia dengan tujuan ketelitian dalam bekerja pada saat
utamanya (What) faktor kelalahan yang sebelum melakukan pengelasan, Berapa
dialami operator las, (Why) pekerjaan banyak (How Much) Waktu istirahat yang
yang berulang-ulang dapat diberikan dalam mengatasi kelalahan di
mengakibatkan kondisi tubuh operator berikan 2 kali waktu istirahat tambahan
mengalami kelelahan, Lokasi (Where) dalam total waktu kerja diluar jam istirahat.
terjadi dilokasi kerja operator juru las, Diberikan waktu istirahat pada jam 10.00
Waktu (When) pada saat pelaksanaan dan jam 15.00 untuk pekerjaan siang hari,
proyek pembangunan pipa penyalur pada dan paada jam 22.00 dan jam 03.00 untuk
bulan Januari-Juni 2013, Siapa (Who) pekerjaan pada waktu malam hari.
Operator Juru Las, Cara Perbaikan (How)
memberikan waktu istirahat tambahan b. Faktor Mesin
yang cukup kepada operator juru las agar Berikut analisis 5W2H pada faktor
selalu dalam kondisi fit dalam bekerja dan mesin.

118
Tabel 6 Perbaikan Metode 5W2H Faktor Mesin
5W-1H Deskripsi/Tindakan
What (Apa) Tidak ada perawatan terhadap mesin pengelasan
Why (Mengapa) Kinerja peralatan lasan yang tidak maksimal
Where (Dimana) Di area lokasi kerja
When (Kapan) Pada pelaksanaan proyek pembangunan pipa
penyalur periode Januari-Juni 2013
Who (Siapa) Manajer Konstruksi dan Manajer QA/QC PT XYZ
How (Bagaimana) Dilakukan perawatan secara berkala oleh Divisi
Konstruksi dan diawasi oleh Divisi QA/QC
How much Perawatan peralatan lasan ini dilakukan
pemeriksaan minmal setiap 3 (tiga) bulan sekali.

Perbaikan menggunakan metode QA/QC PT XYZ, Cara (How) Dilakukan


5W2H pada faktor mesin dengan tujuan perawatan secara berkala oleh Divisi
utamanya (What) dilakukan upaya Konstruksi dan diawasi oleh Divisi QA/QC,
perawatan terhadap mesin, (Why) Berapa banyak (How much) dilakukan
Meningkatkan kinerja mesin las, Lokasi perawatan terhadap peralatan secara
(Where) di area lokasi kerja , Waktu berkala tiap 3 (tiga) bulan sekali.
(When) pada proyek pembangunan pipa
penyalur periode Januari-Juni 2013, Siapa c. Faktor Metode Kerja
(Who) yang bertanggung jawab dalam ini Berikut analisis 5W2H dari faktor
adalah Manajer Konstruksi dan Manajer Metode Kerja

Tabel 7 Perbaikan Metode 5W2H Faktor Metode Kerja


5W-2H Deskripsi/Tindakan
What (Apa) Tidak tersedianya WPS dilokasi Kerja
Why (Mengapa) Operator juru las yang tidak mengatur arus dan tegangan
pada saat pengelasan yang tidak sesuai dengan WPS
Where (Dimana) Di area kerja pengelasan
When (Kapan) Selama kegiatan pengelasan berlangsung periode Januari-
Juni 2013
Who (Siapa) Yang bertanggung jawab Manajer Konstruksi dan Manajer
QA/QC PT XYZ

How Tersedianya WPS dilokasi kerja agar dapat memberikan


(Bagaimana) informasi kepada operator juru las dalam melakukan
langkah-langkah pengelasan yang sesuai dengan WPS.
How Much WPS harus selalu diletakkan di area kerja dimana pada
saat pelaksanaan pekerjaan pengelasan, operator dapat
membaca langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat
proses pengelasan.

Perbaikan menggunakan metode berlangsung, Siapa (Who) yang


5W2H pada faktor metode kerja dengan bertanggung jawab dalam ini adalah
tujuan utamanya (What) Selalu Manajer Konstruksi dan Manajer QA/QC
tersedianya WPS dilokasi Kerja, (Why) PT XYZ, Cara (How) tersedianya WPS
Operator Juru las akan membaca dan dilokasi kerja agar dapat memberikan
melakukan langkah-langkah pengelasan informasi kepada operator juru las dalam
yang sesuai di dalam WPS, Lokasi melakukan langkah-langkah pengelasan
(Where) di area kerja pengelasan, Waktu yang sesuai dengan WPS dan (How
(When) Selama kegiatan pengelasan much) tersediannya WPS ini harus selalu

119
ditempatkan di area kerja, agar operator d. Faktor Lingkungan
juru las dapat membaca dan melakukan Berikut analisis 5W2H dari faktor
langkah-langkah kerja yang sesuai WPS. Lingkungan

Tabel 8 Perbaikan Metode 5W2H Faktor Lingkungan


5W-1H Deskripsi/Tindakan
What (Apa) Tidak terdapat Pelindung cuaca diarea kerja
operator juru las
Why (Mengapa) Menghindari adanya debu, angin, kotoran dan
terhindar dari temperatur lembab dan basah
Where (Dimana) Di area kerja pengelasan
When (Kapan) Selama kegiatan pengelasan berlangsung
Who (Siapa) Manajer Konstruksi, Manajer QA/QC & Manajer
HSE
How Memberikan pelindung cuaca diarea kerja agar
(Bagaimana) dapat memaksimalkan dalam pekerjaan operator
juru las dari adanya angin, debu, kotoran dan
terhindar dari temperatur lembab dan basah
How Much Dibutuhkan 10 alat pelindung cuaca yang diletakkan
di 10 area pengelasan dan bisa di pindah tempatkan
sesuai dengan kondisi di area kerja

Perbaikan menggunakan metode diarea kerja agar dapat memaksimalkan


5W2H pada faktor lingkungan dengan dalam pekerjaan operator juru las dari
tujuan utamanya (What) Tidak adanya angin, debu, kotoran dan terhindar
terdapatnya pelindung cuaca diarea kerja dari temperatur lembab dan basah, dan
operator juru las, alasan / kegunaan (Why) Berapa banyak (How much) Dibutuhkan
Menghindari adanya debu, angin, kotoran 10 alat pelindung cuaca yang diletakkan di
dll., Lokasi (Where) di area kerja 10 area pengelasan dan bisa di pindah
pengelasan, Waktu (When) Selama tempatkan sesuai dengan kondisi di area
kegiatan pengelasan berlangsung, Siapa kerja.
(Who) yang bertanggung jawab dalam ini e. Faktor Material
adalah Manajer Konstruksi, Manajer Berikut analisis 5W2H dari faktor
QA/QC & Manajer HSE PT XYZ, Cara material
(How) Memberikan pelindung cuaca

Tabel 9 Perbaikan Metode 5W2H Faktor Material


5W-2H Deskripsi/Tindakan
What (Apa) Tidak meletakkan elektroda pada suhu yang kering
antara 80°C-120°C pada alat pemanas
Why (Mengapa) Kurang ketelitian operator dan kurangnya alat pemanas
di lokasi area kerja yang menyebabkan operator malas
meletakkan ke alat pemanas.
Where (Dimana) Di area kerja pengelasan
When (Kapan) Selama kegiatan pengelasan berlangsung
Who (Siapa) Operator juru las
How Operator harus meletakkan elektroda pada suhu kering
(Bagaimana) antara 80°C-120°C pada alat pemanas sebelum atau
pada saat akan melakukan pengelasan
How Much Menambah alat pemanas di lokasi area kerja sebanyak
5 unit yang dapat diletakkan di tiap section area kerja.

120
Perbaikan menggunakan metode d. Faktor lingkungan kerja :
5W2H pada faktor material dengan tujuan pergunakan pelindung cuaca yang
utamanya (What) Tidak meletakkan memadai agar terhindar dari curah
elektroda pada suhu yang kering antara hujan, angin yang lembab dan
80°C-120°C pada alat pemanas, alasan basah.
(Why) Kurang ketelitian operator dan e. Faktor material : hendaknya
kurangnya alat pemanas di lokasi area dilakukan pengontrolan pada
kerja yang menyebabkan operator malas material elektroda yang memiliki
meletakkan ke alat pemanas, Lokasi kualitas dan kondisi yang sesuai
(Where) di area kerja pengelasan, Waktu dengan WPS. Meletakkan eletroda
(When) Selama kegiatan pengelasan ke tempat pemanas pada suhu
berlangsung, Siapa (Who) Operator juru 80°C - 120°C.
las, Cara (How) selalu meletakkan Usulan Perbaikan Untuk Cacat Slag
elektroda pada suhu kering antara 80°C- Inclusion
120°C pada alat pemanas dan Berapa Usulan Perbaikan Untuk Cacat
banyak (How much) menambah alat Slag Inclusion dilakukan pada seluruh
pemanas di lokasi area kerja sebanyak 5 faktor utama yang berpengaruh, yaitu:
unit yang dapat diletakkan di tiap section a. Faktor manusia : Harus ditanamkan
area kerja. kedisiplinan pada operator las agar
lebih fokus pada pekerjaannya dan
g. Usulan Perbaikan tidak lalai sewaktu bekerja.
Setelah dilakukan analisis dari b. Faktor metode kerja : Operator juru
metode Seven Tools dan adanya analisis las harus memperhatikan posisi
perbaikan dengan metode 5W2H, maka yang sesuai dengan kebutuhan
penulis melakukan upaya perbaikan untuk operator dalam melakukan
mengurangi jumlah kecacatan yang pekerjaan pengelasan.
timbul. Upaya perbaikan yang dilakukan c. Faktor lingkungan kerja :
dengan berusaha untuk memperbaiki pergunakan pelindung cuaca yang
segala faktor penyebab cacat dominan memadai agar terhindar dari curah
yaitu cacat porosity dan slag inclusion. hujan, angin yang lembab dan
basah.
Usulan Perbaikan Untuk Cacat Porosity d. Faktor material : hendaknya
Usulan Perbaikan Untuk Cacat dilakukan pengontrolan pada
Porosity dilakukan pada seluruh faktor material elektroda yang memiliki
utama yang berpengaruh yaitu: kualitas dan kondisi yang sesuai
a. Faktor manusia : Pada saat dengan WPS. Meletakkan eletroda
pengelasan harus dalam kondisi ke tempat pemanas dengan suhu
yang fit dan beristirahat sesuai yang terkontrol pada suhu 80°C -
jadwal yang telah diberikan oleh 120°C.
perusahaan, dan selalu fokus
dalam bekerja
b. Faktor mesin : Harus mengontrol
dan merawat kondisi mesin secara
berkala minimal tiap 3 (tiga) bulan
sekali dan selalu memperhatikan
sertifikat kalibrasi mesin yang harus
diperpanjang kembali masa
berlakunya jika sudah habis masa
berlaku sertifikat tersebut.

c. Faktor metode kerja : dilakukan


pengontrolan secara rutin dari
departemen Konstruksi dan
Departemen QA/QC dalam
ketersediaanya WPS di lokasi kerja

121
KESIMPULAN Gasperz, Vincent. 2007. Lean Six
Sigma. Jakarta : PT. Gramedia
a. Hasil analisis dari pengumpulan yang Pustaka Utama.
dilakukan oleh peneliti pada PT XYZ Heizer, Jay dan Barry Render.2006.
terdapat beberapa faktor yang “Manajemen Operasi ed7”.
mempengaruhinya, yaitu Jakarta: Salemba
1) Faktor Manusia, yaitu Empat.
dikarenakan dari tingkat J.M Juran. 1988. “Juran's Quality
kelelahan manusia (operator juru Control Handbook 1&2”, 4th
las) yang mengakibatkan juru las edition, McGrawHill, Inc.
kurang teliti yang tidak Krajewski and
membersihkan kotoran pada hasil Ritzman.1987.”Operation
lasan . Management, Strategy &
2) Faktor Mesin, yaitu kurangnya Analysis”, Wesley Publishing
perawatan terhadap peralatan Company, Inc.
pengelasan Latief, Y. & R. P. Utami. 2009.
3) Faktor Metode Kerja, yaitu tidak Penerapan Pendekatan Metode Six
terdapatnya WPS (Welding Sigma Dalam Penjagaan Kualitas
Procedure Specification) atau Pada Proyek Konstruksi. Makara
SOP pada pengelasan. Teknologi. Volume 13 No.2 67-72.
4) Faktor Lingkungan, yaitu tidak Universitas Indonesia, Depok.
terdapatnya alat pelindung cuaca MN. Nasution.2005.”Manajemen Mutu
pada area pengelasan Terpadu (Total Quality
5) Faktor Material, yaitu elektroda Management)”, Ghalia Indonesia,
yang digunakan tidak diletakkan Jakarta
pada alat pemanas / oven khusus Reksohadiprojo, Soekanto & Indriyo
dengan suhu antara 80°C- GitoSudarmo. 2000. Manajemen
120°C. Produksi. Edisi keempat. BPFE,
b. Dari hasil penelitian di lokasi Yogjakarta.
pengelasan, bahwa juru las tidak Sofjan Assauri. 1998. “Manajemen
melaksanakan pengelasan yang sesuai Operasi Dan Produksi”. LP FE UI,
dengan WPS, dimana dari penelitian yang Jakarta.
telah dilakukan, di mana masih terdapat Sugiyono. 2004. Metode Penelitian
sambungan las yang cacat sebanyak 326 Bisnis. Bandung : CV Alfabeta
titik sambungan dari total 5835 Suyadi Prawirosentoso. 2007. Filosofi
sambungan las. Baru Tentang Manajemen Mutu
Terpadu Abad 21 “ Kiat
Membangun Bisnis Kompetitif”.
DAFTAR PUSTAKA Bumi Aksara, Jakarta.
Arikunto, S., 2002, “Prosedur Widharto S, 2003. “Petunjuk Kerja
Penelitian Suatu Pendekatan Las”, Cetakan-5,Pradnya Paramita,
Praktek”, Edisi Revisi V. Jakarta.
Dieter, G. E., 1987, Metalurgi Zulian Yamit. 2003 .”Manajemen
Mekanik: Jilid 1, Penerbit Erlangga, Produksi dan Operasi Ed.2”.
Jakarta Ekonisia, Yogyakarta.
Gasperz, Vincent. 2005. “Total Quality
Manajemen. Jakarta” :
PT.Gramedia Pustaka Utama

122

Anda mungkin juga menyukai