net/publication/349274116
CITATIONS READS
4 7,008
1 author:
Lucky Nugroho
Universitas Mercu Buana
165 PUBLICATIONS 1,570 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Lucky Nugroho on 13 February 2021.
Pedesaan identik dengan daerah terpencil atau dapat dikatakan sebagai daerah
yang akses terhadap informasi masih terbatas. Oleh kareanya, modal utama dalam
meningkatkan dan memberdayakan pedesaan menjadi desa yang berbasiskan
teknologi digital adalah ketersediaan jaringan internet. Menurut Fakhri (2019),
mengutip pernyataan dari Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo),
Rudiantara, bahwa terdapat 82,36% pedesaan di Indonesia telah terhubung internet,
atau terdapat 69.126 desa apabila dihubungkan dengan jumlah desa yang terdapat
pada tabel 2 di atas. Namun demikian, penggunaan internet dan teknologi digital
tersebut harus didasarkan oleh pengetahuan dan kemampuan sehingga hasil dari
penggunaan teknologi digital dan internet dapat tepat sasaran, yaitu meningkatkan
kesejaheraan masyarakat desa tersebut (Tømte dan Hatlevik, 2011; Nugroho dan
Chowdhury, 2015; Nugroho dan Ali, 2020).
Kendala yang dihadapi masyarakat desa untuk dapat mengoptimalkan
penggunaan jaringan internet dan teknologi digital adalah rendahnya pendidikan dari
masyarakat pedesaan di Indonesia (Vito dan Krisnani, 2015). Pada masa pandemi
covid-19 saat ini, pemerintah giat melakukan pemasangan jaringan internet ke seluruh
pedesaan di Indonesia untuk kebutuhan pendidikan yang tidak dapat dilakukan secara
offline karena mengikuti protokol kesehatan. Namun demikian, ketersediaan dari
internet dan teknologi digital belum dapat dipergunakan secara optimal. Oleh
karenanya untuk dapat mengoptimalkan penggunaan teknologi digital dan internet,
maka perlu upaya-upaya sebagai berikut:
▪ Sosialisasi dan pelatihan, pemerintah daerah perlu menunjuk agent of change,
yang bertugas untuk memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada masayarakat
desa bagaimana menggunakan teknologi digital dan internet untuk tujuan
produktif;
▪ Meningkat kesadaran dan kemampuan berinovasi masyarakat desa melalui
aktivitas perlombaan yang diadakan oleh pemerintah desa setempat, sehingga
inovasi yang mendapatkan juara dapat diimplementasikan untuk meningkatkan
produktivitas desa tersebut.
Sebagai contoh terkait dengan kendala dari produk-produk lokan di pedesaan
yang tidak dapat dipasarkan dengan baik karena keterbatasan pengetahuan adalah
bagaimana para penghasi kopi di Wonosalam, Jombang Jawa Timur dapat
memasarkan kopi ekselsa secara efektif. Keberadaan kopi ekselsa diawali dari
pendirian kebun-kebun kopi pada masa kolonial Belanda dan kopi tersebut memiliki
rasa yang unik. Kopi ekselsa memiliki kelebihan dibandingkan dengan kopi arabika
dan robusta dikarenakan rasanya yang khas dan aromanya yang kuat. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Setya Yunas (2019), terdapat persoalan untuk melakukan
branding dan pemasaran agar kopi tersebut dapat bersaing dengan jenis kopi lainnya.
Persoalan tersebut seharusnya dapat dicarikan solusinya dengan digital inovasi sosial
dari komunitas penghasil kopi ekselsa. Adapun salah satu caranya adalah membentuk
komunitas yang dihubungkan dengan teknologi digital untuk dapat memasarkan
produknya pada media sosial melalu jaringan internet. Selain, itu reputasi dari kopi
ekselsa yang memiliki rasa dan aroma yang khas dapat dilakukan melalui instagram
dari para konsumen yang telah mencicipi kopi tersebut sehingga terjadilah
pemasaraan getok tular (word of mouth marketing)
Lucky Nugroho, lahir di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1979. Pendidikan yang telah ditempuh
penulis adalah sebagai berikut:
▪ S1 Sarjana Ekonomi lulus pada tahun 2001 dari Fakultas Ekonomi pada jurusan Akuntansi
Universitas Islam Indonesia;
▪ S2 Magister Manajemen lulus pada tahun 2011 dari Universitas Trisakti;
▪ S2 Magister Akuntansi dengan konsentrasi Akuntansi Syariah dari Univesitas Padjadjaran
Bandung lulus pada tahun 2014;
▪ S2 Advance Master Microfinance lulus pada tahun 2015 dari Universite Libre de Bruxelles-Solvay
Brussels School of Economic and Management, Belgia;
▪ Post-Graduate dari Erasmus University Rotterdam pada tahun 2016 dengan konsentrasi
Sustainable Local Economics Development.
Saat ini penulis adalah staf pengajar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana,
Jakarta sejak tahun 2015. Selain itu penulis juga sebagai praktisi pada perbankan, yaitu Bank Rakyat
Indonesia dari tahun 2002-2009. Sejak tahun 2009 s.d saat ini penulis juga masih aktif sebagai
Learning Consultant di bank syariah yaitu pada Bank Mandiri Syariah (BSM). Selain itu penulis juga
aktif sebagai pengurus pada bidang kerjasama Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Komisariat
Universitas Mercu Buana dan sebagai pengurus Ikatan Dosen Republik Indonesia (IDRI) wilayah
Jakarta.