Anda di halaman 1dari 179

LAPORAN

PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN 1

ANALISIS SITUASI KESEHATAN MASYARAKAT

DI DESA SUMBERPAKEM KECAMATAN SUMBERJAMBE


KABUPATEN JEMBER

Oleh:
KELOMPOK 7

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2022
LAPORAN
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN 1
ANALISIS SITUASI KESEHATAN MASYARAKAT

DI DESA SUMBERPAKEM KECAMATAN SUMBERJAMBE

KABUPATEN JEMBER

Oleh:
KELOMPOK 7
Ketua : Rafi Indra Rahmaddani (192110101179)
Sekretaris : Riham Fatima (192110101076)
Anggota : 1. Meyhilda Putri Dwi L. (192110101030)
2. Etania Febry Kirana Putri (192110101052)
3. Qonitatillah (192110101081)
4. Dwi Yuli Astiningsih (192110101080)
5. Fikri Naziha (192110101105)
6. Shofiyah Nur Rosydah (192110101133)
7. Aninda Dyah Hayu Pinasti P. (192110101149)
8. Novita Sari (192110102021)
9. Fani Khairunnisa R. (192110102031)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN 1

ANALISIS SITUASI KESEHATAN MASYARAKAT DI DESA


SUMBERPAKEM KECAMATAN SUMBERJAMBE KABUPATEN JEMBER

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Globila Nurika, S.KM., M.KL. Sylvia Mustafa, S.ST.


NIP. 199306142019032022 NIP. -

Mengetahui :
Wakil Dekan I
Fakultas Kesehatan Masyarakat

Dr. Anita Dewi Prahastuti Sujoso, S.KM., M.Sc.


NIP. 197807102003122001

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Pengalaman Belajar Lapangan 1 dengan
judul Analisis Situasi Kesehatan Masyarakat di Desa Sumberpakem Kecamatan
Sumberjambe Kabupaten Jember sebagai salah satu persyaratan penilaian tugas mata
kuliah PBL Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember.

Dalam laporan ini dijabarkan bagaimana karakteristik dan gambaran kesehatan


masyarakat Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Ibu Globila Nurika, S.KM., M.KL., selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta saran hingga terwujudnya
laporan ini.

Terimakasih dan penghargaan kami sampaikan pula kepada yang terhormat :

1. Dr. Farida Wahyu Ningtyias, S.KM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
2. Dr. Anita Dewi Prahastuti Sujoso, S.KM., M.Sc., selaku Wakil Dekan I
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
3. Drg. Ade Kusmaningsih selaku Kepala Puskesmas Sumberpakem
4. Sofyan Efendi selaku Kepala Desa Sumberpakem

Laporan ini telah kami susun dengan optimal, namun tidak menutup kemungkinan
adanya kekurangan, oleh karena itu kami dengan tangan terbuka menerima masukan
yang membangun. Semoga tulisan ini berguna bagi semua pihak yang
memanfaatkannya.

Jember, 3 Juni 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.3 Manfaat 5
1.3.1 Manfaat Teoritis 5
1.3.2 Manfaat Praktis 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Analisis Situasi 6
2.1.1 Pengertian 6
2.1.2 Tujuan 6
2.1.3 Manfaat 6
2.1.4 Alur Kerangka Analisis Situasi 7
2.2 Stunting 7
2.2.1 Pengertian 7
2.2.2 Determinan Stunting 8
2.2.3 Dampak Stunting 11
2.3 Status Kesehatan Masyarakat 11
2.3.1 Aspek Kependudukan 11
2.3.2 Aspek Pelayanan Kesehatan 12
2.3.3 Aspek Gizi Masyarakat 12
2.3.4 Aspek Perilaku Kesehatan 12
2.3.5 Aspek Kesehatan Lingkungan 12
2.4 Kerangka Teori 14
2.5 Kerangka Konsep Analisis Situasi 15
BAB 3. METODE KEGIATAN 17
3.1 Jenis Kegiatan 17
3.2 Sumber Data 18
3.2.1 Data Primer 18
3.2.2 Data Sekunder 18

iv
3.3 Tempat dan Waktu Kegiatan 18
3.3.1 Tempat Kegiatan 18
3.3.2 Waktu Kegiatan 18
3.4 Populasi dan Sampel 19
3.4.1 Populasi 19
3.4.2 Sampel 19
3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel 20
3.5 Definisi Operasional 23
3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 38
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data 38
3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data 39
3.7 Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data 40
3.7.1 Teknik Pengolahan Data 40
3.7.2 Teknik Analisis Data 41
3.7.3 Teknik Penyajian Data 41
BAB 4. HASIL ANALISIS SITUASI 43
4.1 Profil Desa Sumberpakem 43
4.1.1 Gambaran Administratif Desa 43
4.1.2 Gambaran Geografis Desa 45
4.1.3 Gambaran Demografis Desa 46
4.1.4 Gambaran Sarana dan Prasarana Desa 48
4.2 Gambaran Kesehatan Masyarakat Desa Sumberpakem 50
4.2.1 Karakteristik Responden 50
4.2.2 Status Kesehatan 52
4.2.3 Pelayanan Kesehatan 54
4.2.4 Asupan Zat Gizi 56
4.2.5 Akses Pangan 58
4.2.6 Pola Asuh 60
4.2.7 Sanitasi Lingkungan 63
4.2.8 Ekonomi 65
4.2.9 Budaya 66
BAB 5. PEMBAHASAN 68

v
5.1 Gambaran Umum Wilayah Desa 68
5.2 Aspek Status Kesehatan 68
5.3 Aspek Pelayanan Kesehatan 69
5.4 Aspek Asupan Zat Gizi 72
5.5 Aspek Akses Pangan 73
5.6 Aspek Pola Asuh 75
5.7 Aspek Sanitasi Lingkungan 78
5.8 Aspek Ekonomi 81
5.9 Aspek Budaya 82
5.10 Identifikasi Masalah dan Penyebab Masalah 83
BAB 6. PENUTUP 88
6.1 Kesimpulan 88
6.2 Saran 89
DAFTAR PUSTAKA 90
LAMPIRAN 95

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah KK per Dusun 25


Tabel 3.2 Definisi Operasional 29
Tabel 4.1 Dusun, RT/RW Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe 48
Tabel 4.2 Pembagian Kerja Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe 49
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia 51
Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan 51
Tabel 4.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan 52
Tabel 4.6 Distribusi Penduduk per Dusun 52
Tabel 4.7 Karakteristik Responden berdasarkan Usia 55
Tabel 4.8 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan 56
Tabel 4.9 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan 56
Tabel 4.10 Karakteristik Responden berdasarkan Pendapatan Keluarga 57
Tabel 4.11 Karakteristik Responden berdasarkan Pengeluaran Keluarga 58
Tabel 4.12 Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 58
Tabel 4.13 Karakteristik Responden berdasarkan Status Penerimaan Bantuan Sosial
59
Tabel 4.14 Karakteristik Responden berdasarkan Kelompok Responden 59

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Kerangka Analisis Situasi 7


Gambar 2.2 Kerangka Teori UNICEF Conceptual Framework on Maternal and
Child Nutrition 2020 21
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Analisis Situasi Berdasarkan Modifikasi UNICEF
Framework 22
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe 49
Gambar 4.2 Peta Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe 50
Gambar 5.1 Bagan Pendekatan Fishbone Diagram 111

viii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sehat menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu keadaan


sempurna secara fisik, mental, sosial, dan tidak hanya terbebas dari penyakit serta
kecacatan. Sehat adalah hak yang paling mendasar dari setiap manusia tanpa
membeda – bedakan ras, agama, politik, dan kondisi sosial ekonominya. Kata sehat
menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan atau kondisi seluruh badan
serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Sedangkan pengertian sehat menurut
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, sehat adalah keadaan
sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak
asasi setiap manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan
sesuai dengan cita–cita bangsa Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam
Pancasila dan Undang – Undang Dasar Indonesia tahun 1945. Pembangunan
kesehatan adalah bagian upaya pembangunan nasional. Oleh karena itu, kesehatan
merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan dipantau karena hal ini
menjadi dasar peningkatan kualitas dan kuantitas hidup masyarakat.

Dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup masyarakat diperlukan


adanya upaya peningkatan kesehatan. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat
mencakup upaya – upaya promosi kesehatan, pencegahan dan pemeliharaan
kesehatan pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular
penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,
kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat-alat kesehatan, pengamanan
penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika,
psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya lainnya, serta penanggulangan
bencana dan bantuan kemanusiaan (Nafisadilah, 2016). Tercapainya tujuan dari
upaya kesehatan ditandai oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dengan
perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan

1
fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik
Indonesia serta dapat mewujudkan bangsa yang sejahtera, maju dan mandiri. Upaya
kesehatan secara preventif (pencegahan) dan promotive (promosi) dapat
diwujudkan salah satunya melalui menyelenggarakan berbagai program-program
kesehatan di masyarakat baik secara formal maupun informal. Perencanaan
program kesehatan dibuat dan dilaksanakan sesuai dengan permasalahan kesehatan
yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, sebelum merumuskan program kesehatan
yang akan diimplementasikan, ada baiknya untuk melakukan langkah analisis
situasi terlebih dahulu.

Analisis situasi merupakan langkah terpenting dalam mengawali proses


perencanaan dimana hasil analisis situasi yang diperoleh sangat menentukan
langkah selanjutnya. Langkah ini bermanfaat untuk mengkaji kejadian
permasalahan dan penyebab dari permasalahan kesehatan yang terjadi. Selain itu,
analisis situasi diperlukan untuk merumuskan masalah program dan masalah
kesehatan masyarakat sebagai landasan penyusunan perencanaan sebuah program
intervensi (Muninjaya, 2004). Analisis situasi berhubungan dengan penggalian
informasi dimana hal ini mencerminkan permasalahan yang ada di lapangan,
sehingga harus dilakukan sebaik mungkin agar dapat diperoleh gambaran tentang
masalah kesehatan yang merupakan tujuan dari dilakukannya analisis. Hasil
analisis yang diperoleh nantinya dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah
dan merupakan titik tolak perencanaan kesehatan terpadu.

Kegiatan analisis situasi perlu dilakukan oleh mahasiswa secara langsung


melalui kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL). Kegiatan Pengalaman
Belajar Lapangan ini perlu dilakukan sebagai bekal bagi mahasiswa kelak agar
dapat menjadi sarjana yang bermutu, berkompeten, dan unggul, sehingga pada
akhirnya mampu bersaing dalam lingkungan kerja. Pada Pengalaman Belajar
Lapangan I, mahasiswa telah mengikuti serangkaian kegiatan kunjungan belajar ke
beberapa instansi, dan pada serangkaian Pengalaman Belajar Lapangan II,
mahasiswa telah berkunjung ke puskesmas untuk mencari tahu masalah apa saja
yang berhubungan dengan kesehatan pada masyarakat setempat. Desa yang

2
menjadi tujuan kegiatan Kelompok 7 adalah Desa Sumberpakem yang termasuk
dalam kawasan Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember.

Pertumbuhan pada manusia mulai dari fisik, mental maupun intelektual


ditentukan oleh pertumbuhan pada masa anak-anak. Pada masa ini orangtua harus
memperhatikan apa saja yang dapat dilakukan untuk mendukung tumbuh kembang
anak kedepannya sebab, masa anak anak ini adalah saat dimana proses untuk
tumbuh kembang manusia saat dewasa nanti (Mansur, 2019).

Berdasarkan informasi sementara yang telah diperoleh dari Puskesmas


Sumberjambe, permasalahan kesehatan tertinggi yang terjadi adalah Stunting.
Stunting menjadi salah satu permasalahan di dunia, menurut World Health
Organization (WHO) di tahun 2020 sebanyak 149,2 juta balita atau sekitar 22%
balita di dunia mengalami stunting (World Health Organization, 2021). Kondisi
stunting di Indonesia berdasarkan data Studi Status Gizi Balita di Indonesia
(SSGBI) 2019 masih relatif tinggi, dimana prevalensi stunting sebesar 27,67%
(Kementerian Kesehatan, 2020). Berdasarkan data yang tercatat pada profil
kesehatan kabupaten Jember tahun 2020, sejumlah 3.155 atau sebesar 3,92% dari
seluruh balita yang ditmbang tercatat BGM (Balita dibawah Garis Merah) atau gizi
buruk. Dibandingkan dengan tahun 2019 pada tahun 2020 mengalami peningkatan
kasus sebesar 1,36% (Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, 2020).

Permasalahan gizi adalah permasalahan dalam siklus kehidupan yang dimulai


dari masa kehamilan, bayi, balita, remaja, sampai dengan lansia. Masalah
kekurangan gizi diawali dengan keterlambatan atau retardasi pertumbuhan janin.
Ibu pada masa pra-hamil dan hamil yang kekurangan gizi akan mengalami
kehamilan IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) hingga terjadi masalah anak
pendek intergenerasi (Mitra, 2015). Anak bertubuh pendek dapat disebabkan oleh
faktor langsung dan faktor tidak langsung.

Faktor penyebab tidak langsung salah satunya pengetahuan keluarga tetapi


pengetahuan yang baik tidak menjadi indikator penentu gizi anak juga baik. Kondisi
tersebut dapat disebabkan karena pengetahuan tentang stunting tidak diketahui

3
secara mendalam oleh keluarga. Rendahnya pengetahuan keluarga tentang stunting
menyebabkan pola asuh pemberian makanan dalam keluarga kurang baik
(Syabandini et al., 2018). Pengetahuan gizi dibutuhkan keluarga untuk memberikan
gizi yang baik bagi anak. Pengetahuan gizi bertujuan untuk menyediakan menu dan
pemilihan makanan yang seimbang.

Pola pengasuhan atau perawatan anak bergantung pada nilai-nilai yang


diterapkan pada lingkungan keluarga (Supartini & Ester, 2004). Perilaku dan
kebiasaan makan orang tua dipengaruhi oleh faktor budaya yang akan
mempengaruhi suka dan tidak suka anak untuk makan. Orang tua memiliki
pengaruh terbesar pada perilaku anak mengenai makanan dan pilihan makanan di
usia prasekolah. Orang tua selalu berperan penting sebagai panutan atau role model
bagi anaknya tentang perilaku makan yang sehat (Sulistyoningsih, 2011).

Dalam kegiatan analisis situasi, mahasiswa mengidentifikasi karakteristik


masyarakat dan penyebab stunting yang ada, serta sumber daya yang dimiliki
melalui pengumpulan data dari masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui
interview yang meliputi wawancara dan pemberian kuesioner kepada masyarakat
sasaran. Selain itu, kegiatan yang perlu dilakukan selanjutnya adalah observasi,
dokumentasi, serta pengumpulan data-data penting. Setelah pengumpulan data –
data telah dilakukan, maka dilanjutkan dengan tahap pengolahan dan analisis data
dengan teori yang telah dipilih oleh kelompok 7. Analisis ini dilakukan guna
memudahkan mahasiswa dalam menyusun sebuah perencanaan program kesehatan,
yang kemudian akan diimplementasikan pada kegiatan Pengalaman Belajar
Lapangan II sebagai bentuk intervensi kesehatan kepada masyarakat setempat
nantinya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisis faktor penyebab kejadian stunting di Desa
Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe, Kabupaten Jember.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus PBL I meliputi:

4
a. Mengetahui Profil desa Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe,
Kabupaten Jember meliputi kondisi geografis dan kondisi demografis

b. Menganalisis karakteristik responden, status kesehatan masyarakat,


aspek kependudukan, aspek kesehatan lingkungan, aspek perilaku
kesehatan, dan aspek pelayanan kesehatan

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Analisis dan survei yang telah dilakukan ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian tingginya kejadian stunting di Desa Sumberpakem, Kecamatan
Sumberjambe, Jember. Serta juga diharapkan sebagai sarana pengembangan
ilmu pengetahuan secara teoritis yang dipelajari di bangku perkuliahan.

1.3.2 Manfaat Praktis


a. Bagi penulis
Hasil analisis situasi ini diharapkan dapat menjadi sarana yang
bermanfaat dalam mengimplementasikan pengetahuan kami tentang
faktor - faktor yang terlibat dalam kejadian stunting di Desa
Sumberpakem.
b. Bagi peneliti
Selanjutnya analisis ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian stunting di Desa Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe. Baik
faktor penyebab yang secara langsung maupun yang tidak langsung.

5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Situasi
2.1.1 Pengertian
Analisis situasi merupakan suatu langkah awal dalam perencanaan
yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dengan cara
mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat.
Dalam analisis situasi memuat lima aspek yakni status kesehatan
masyarakat, aspek kependudukan, aspek pelayanan kesehatan, aspek
perilaku kesehatan, dan aspek lingkungan.
2.1.2 Tujuan
1. Memahami masalah secara spesifik dan jelas
Masalah adalah kesenjangan yang dapat diamati antara kondisi yang
sebenarnya (diamati) dengan kondisi yang diharapkan dengan menggunakan
berbagai jenis batasan masalah yang dapat dirumuskan (Muninjaya, 2004).
2. Mempermudah menentukan prioritas masalah
Menentukan prioritas masalah dapat dilakukan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan kritis pada masyarakat, sehingga dapat diketahui
tingkatan kegawatan (mortalitas dan morbiditas) masalah yang terjadi dan
memerlukan tindakan yang segera (Muninjaya, 2004).
3. Mempermudah penentuan alternatif pemecahan masalah
Dalam melakukan analisis situasi kita mendapatkan gambaran tentang suatu
permasalahan yang terdapat dalam masyarakat, di mana masalah tersebut dapat
terpecahkan dengan sebuah rencana kerja operasional.
2.1.3 Manfaat
Manfaat dari analisis situasi adalah mengetahui masalah kesehatan yang ada
dalam masyarakat, faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan, upaya yang telah
dilakukan, sumber daya, hambatan, dan faktor pendukung dalam upaya tersebut.

6
2.1.4 Alur Kerangka Analisis Situasi

Meninjau unit- unit


Koordinasi dengan
puskesmas, &
Dosen Pembimbing dan
pengumpulan data
Kelompok terkait dalam
sekunder terakit profil
penyusunan instrumen
kesehatan

Pengumpulan,
Pengenalan Kepala Desa pengolahan, dan
dan perangkat serta penyajian data di
pengenalan masyarakat masyarakat bersama
di lokasi PBL POKJA yang dibentuk
masyarakat

Penentuan Program Menetapkan Prioritas


Kegiatan Program Kegiatan

Gambar 2.1 Alur Kerangka Analisis Situasi SEQ


Gambar 2.1 Alur kerangka analisis
Gambar_2.4_Kerangka_Konsep \* alphabetic a
situasi
2.2 Stunting
2.2.1 Pengertian
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Balita stunting termasuk
masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial
ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada
bayi (Kemenkes RI, 2018). Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan
sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat
banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal
seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling
kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial,
ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan (P2PTM Kemenkes RI, 2018).

7
2.2.2 Determinan Stunting
1. Asupan pangan dan gizi
Asupan pangan dan gizi merupakan hal yang tidak pernah lepas dalam
kaitannya dengan kejadian stunting (Suharjo, 1999). Pemenuhan asupan pangan
dan gizi yang berkualitas serta memperhatikan dari segi kecukupan jumlahnya
menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemenuhan asupan anak
terutama pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Buruknya asupan
pangan dan zat gizi dalam waktu yang lama pada anak akan meningkatkan
kejadian stunting. Tingkat kecukupan zat gizi mikro dan zat gizi makro
merupakan hal yang penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan
anak. Zat gizi makro yang dimaksud adalah energi, protein, karbohidrat, dan
lemak. Sedangkan yang termasuk dalam zat gizi mikro adalah vitamin dan
mineral.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat infeksi
Selain asupan zat gizi yang tidak adekuat, terjadinya penyakit infeksi juga
merupakan faktor yang menjadi penyebab utama terhambatnya pertumbuhan
pada anak. Infeksi yang terjadi pada ibu hamil akan menyebabkan
terganggunya proses penyerapan zat gizi dalam tubuh dan menurunnya nafsu
makan sehingga mempengaruhi dalam pemenuhan nutrisi bagi janin dalam
kandungan. Pada anak, terjadinya infeksi akan menjadikan anak rentan terjadi
status gizi kurang dan jika dibiarkan dalam waktu lama akan menyebabkan
terjadinya stunting.
b. Riwayat penyakit ibu
Kesehatan ibu pada sebelum dan sesudah kehamilan menjadi salah satu hal
yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada anak.
Gangguan pemenuhan nutrisi pada ibu hamil akan mengganggu jumlah volume
darah dan menyebabkan tidak adekuatnya cardiac output dan menurunkan
aliran darah menuju plasenta sehingga menjadikan ukuran plasenta lebih kecil.
Plasenta yang lebih kecil akan mengganggu transfer suplai zat gizi dari ibu ke

8
janin sehingga menghambat pertumbuhan janin (Setyaningsih dan Ranuh,
2013).
3. Pola asuh
a. MPASI
Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah makanan atau minuman selain
ASI yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi selama periode
penyapihan yaitu pada saat makanan atau minuman lain diberikan bersama
dengan pemberian ASI. MPASI diberikan kepada bayi yang telah menginjak
usia enam bulan. Diketahui bahwa pemberian Makanan Pendamping ASI
(MPASI) yang buruk pada anak akan berisiko menjadikan anak menjadi
stunting (Rahmad dan Miko, 2016).
b. ASI eksklusif
ASI diberikan selama enam bulan dan dianjurkan untuk dilanjutkan sampai
anak berusia 2 tahun dengan disertai pemberian makanan pendamping yang
disesuaikan dengan usia. Zat gizi yang terkandung dalam ASI sangat ideal
untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan otak bayi. ASI
mengandung karbohidrat, lemak, dan protein. Jenis utama karbohidrat dalam
ASI adalah laktosa yang bermanfaat dalam perkembangan otak bayi.
Kandungan Imunoglobulin M yang terkandung dalam kolostrum pada ASI
berguna untuk daya tahan tubuh bayi sehingga terhindar dari penyakit infeksi.
Lama pemberian ASI berpengaruh terhadap kejadian stunting pada anak.
c. IMD
Berdasarkan anjuran Kementerian Kesehatan (2010) bahwa pelaksanaan
IMD dilakukan selama 30-60 menit karena sebagian besar bayi akan berhasil
mendapatkan puting ibu dalam waktu 30-60 menit. Keberhasilan bayi dalam
mendapatkan puting ibu akan memungkinkan bayi mendapatkan kolostrum
pada ASI ibu. Sehingga bayi yang mendapatkan IMD dan memperoleh
kolostrum akan mengurangi risiko untuk mengalami stunting karena kolostrum
mengandung zat gizi dan protein immunoglobulin A yang berfungsi untuk
perlindungan bagi bayi hingga usia 6 bulan. Pelaksanaan IMD yang kurang
tepat atau tidak dilakukannya IMD pada anak dapat menyebabkan tidak

9
tercukupinya nutrisi pada awal kehidupannya dan mengakibatkan kejadian
gagal tumbuh (stunting) pada anak.
4. Air minum, sanitasi, dan pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi guna memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Depkes RI, 2009).
Akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk didalamnya adalah akses sanitasi
dan air bersih dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi pada anak.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Suhartatik, Suriani (2019)
menyatakan bahwa akses ke pelayanan kesehatan yang jauh menjadi proporsi
tertinggi kejadian stunting.
Faktor sanitasi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stunting pada
anak. Penggunaan fasilitas jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan,
praktek open defecation dan pembuangan feses balita tidak pada jamban
menyebabkan anak-anak terkontaminasi dengan pencemaran lingkungan,
sehingga memudahkan penularan patogen yang berasal dari tinja dan
meningkatkan kejadian stunting pada balita. Berdasarkan permenkes RI No.
32/2017, kualitas fisik air minum harus memenuhi syarat kesehatan yaitu tidak
keruh/ jernih, tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak kontaminasi dengan zat
kimia serta bebas dari berbagai mikroorganisme.
5. Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu
menempatkan diri dalam lingkungannya, sehingga dapat menentukan sikap
berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan
menjalankan usaha dan berhasil mencukupinya. Tingkat pengetahuan pada
orang tua berpengaruh terhadap pola asuh orang tua pada anak. Tingkat
pendidikan mempengaruhi status ekonomi keluarga, status ekonomi keluarga
berkaitan dengan kejadian stunting pada anak.

10
6. Budaya (food taboo dan food belief)
Food taboo adalah suatu larangan dalam mengkonsumsi makanan tertentu
yang berkaitan dengan kepercayaan dan budaya setempat karena terdapat
beberapa ancaman atau hukuman kepada orang yang mengkonsumsinya
(Susanto, 1997). Adanya makanan tabu tersebut menyebabkan ibu hamil, ibu
menyusui, bayi dan anak-anak tidak berani untuk mengkonsumsi makanan
tertentu sehingga mempengaruhi asupan makanan dan menurunkan status gizi
mereka. Food belief atau kepercayaan pada makanan adalah keyakinan atau
kepercayaan individu terhadap makanan atau minuman yang dianggap
bermanfaat ataupun dianggap membahayakan bagi kesehatan berdasarkan
agama/kepercayaan. Adanya kepercayaan tertentu pada makanan dapat
mempengaruhi pemilihan makanan (Food Choice) pada individu.
2.2.3 Dampak Stunting
Berdasarkan Kemenkes RI (2018) dampak yang ditimbulkan stunting dapat
dibagi menjadi dua yakni dampak jangka pendek misal peningkatan kejadian
kesakitan dan kematian, perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak
tidak optimal, dan peningkatan biaya kesehatan. Kemudian dampak jangka panjang
misal postur tubuh yang lebih pendek dibandingkan pada umumnya, meningkatnya
risiko obesitas dan penyakit lainnya, menurunnya kesehatan reproduksi, kapasitas
belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah, dan produktivitas dan
kapasitas kerja yang tidak optimal.

2.3 Status Kesehatan Masyarakat


2.3.1 Aspek Kependudukan
Kependudukan adalah hal yang berhubungan dengan jumlah, struktur, umur,
jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran,
mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomis,
sosial, dan budaya. Sedangkan penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang
asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Data kependudukan dapat diperoleh dari
sensus penduduk, registrasi penduduk, dan survei penduduk.

11
2.3.2 Aspek Pelayanan Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) menyatakan bahwa
pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-
sama oleh suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat.

2.3.3 Aspek Gizi Masyarakat


1. Air Susu Ibu (ASI)
ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi
sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. ASI dalam jumlah
cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan
gizi bayi selama 6 bulan pertama. Beberapa manfaat penting ASI antara lain
sebagai sumber gizi yang lengkap, meningkatkan daya tahan tubuh,
meningkatkan kecerdasan, dan sebagainya.
2. Makanan Tambahan
Makanan tambahan ialah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol,
sebagai penambah kekurangan dari ASI atau susu pengganti ASI (PASI).
Makanan tambahan berguna sebagai asupan nutrisi selain susu yang biasa di
minum oleh bayi. Umumnya makanan tambahan diberikan karena dalam
kondisi ini bayi telah mampu mencerna makanannya namun dalam tekstur
yang lembut. Pemberian MPASI baik jenis, porsi dan frekuensinya tergantung
dari usia dan kemampuan bayi.
2.3.4 Aspek Perilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003),
perilaku kesehatan yang akan dikaji dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok,
yaitu perilaku pemeliharaan kesehatan, perilaku pencarian pengobatan, perilaku
terhadap makanan, perilaku kesehatan lingkungan.
2.3.5 Aspek Kesehatan Lingkungan
Berdasarkan Undang-undang No. 23 tahun 1992, kesehatan lingkungan
diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat. Kesehatan

12
lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah
cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor penyakit, dan
penyehatan atau pengamanan lainnya

13
2.4 Kerangka Teori

Gambar 2.2 UNICEF Conceptual Framework on Maternal and Child Nutrition 2020

14
2.5 Kerangka Konsep Analisis Situasi

Faktor Ekonomi
Keluarga:
1. Pendapatan
Keluarga

Ketahanan Lingkungan Lingkungan


Pangan: Lingkungan Kesehatan: Pemukiman:
Sosial: 1. Sanitasi
1. Ketersediaan 1. Pemeriksaan
Indikator 1. Food Taboo Kehamilan Lingkungan
Pangan 2. IMD Keluarga
2. Imunisasi
2.Ketersediaan
3. Akses tablet Fe Sarana Sanitasi
4. IDL

Status Kesehatan:
1. Riwayat Kesehatan 13. BB Baduta lahir
2. Alergi 14. KEK
3. Umur Kehamilan 15. Tekanan Darah
4. Perkiraan Kelahiran 16. Kadar Hb
5. Tinggi Badan 17. Anemia Bumil
6. Berat Badan 18. Status Imunisasi
7. Taksiran Berat Janin 19. Keluhan Bumil
8. Tinggi Fundus Utero 20. Prematur
10. Obesitas 21. Panjang Badan/Umur
11. perubahan Berat Badan Bumil
12. BB saat lahir

Keterangan :
= Variabel diteliti
= Variabel tidak diteliti

Gambar 2.2
Gambar 2.3 Kerangka
KerangkaKonsep
KonsepAnalisis
AnalisisSituasi
SituasiBerdasarkan
BerdasarkanModifikasi
ModifikasiUNICEF
UNICEFFramework
Framework SEQ
Gambar_2.4_Kerangka_Konsep \* alphabetic b
2020
15
Berdasarakan teori UNICEF Conceptual Framework on Maternal and Child
Nutrition 2020, kejadian masalah gizi stunting dapat dipengaruhi oleh berbagi
faktor yang terbagi menjadi akar masalah, penyebab tidak langsung dan penyebab
langsung. Adapun akar masalah yang berdampak pada kejadian stunting pada balita
dan ingin dikaji dalam penelitian ini adalah faktor ekonomi. Semakin rendah tingkat
pendapatan keluarga maka potensi kejadian stunting pada balita juga akan
meningkat. Sedangkan untuk faktor penyebab tidak langsung antara lain ketahanan
pangan rumah tangga, lingkungan sosial, lingkungan kesehatan, serta lingkungan
pemukiman. Adapun faktor penyebab langsung yang mempengaruhi kejadian
stunting pada balita yakni asupan gizi dan status kesehatan ibu dan anak khusunya
terkait dengan penyakit infeksi. Seluruh komponen teori UNICEF tersebut diteliti
lebih lanjut untuk mengetahui gambaran penyebab masalah kesehatan gizi stunting
pada balita Desa Sumberpakem.

16
BAB 3. METODE KEGIATAN
3.1 Jenis Kegiatan
Kegiatan ini berupa analisis situasi sehingga peneliti hanya melakukan
observasi tanpa adanya intervensi apapun. Dalam pelaksanaannya, didasarkan pada
penggabungan metode penelitian deskriptif dan metode penelitian analitik, dimana
metode penelitian deskriptif merupakan salah satu metode dalam penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui gambaran, keadaan, suatu hal dengan cara
mendeskripsikannya sedetail mungkin berdasarkan fakta yang ada serta metode
penelitian analitik juga menjelaskan mengapa suatu masalah kesehatan timbul di
masyarakat dan bermaksud membuktikan hipotesis. Metode deskriptif analitik
menurut Sugiono (2009) didefinisikan sebagai suatu metode yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data
atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis
dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dengan kata lain penelitian
deskriptif analitik mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-
masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, hasil penelitian yang
kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya, maka dari itu
kegiatan ini merupakan jenis kegiatan deskriptif analitik karena dalam
pelaksanaannya, kegiatan PBL I mengamati subjek atau sasaran kegiatan dan
mencari data yang berkaitan dengan kesehatan tertentu.

Penggunaan metode deskriptif analitik didasarkan pada sifat masing-masing


metode. Bersifat deskriptif yakni untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki. Bersifat analitik yakni ditujukan untuk
menguji hipotesis - hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih dalam tentang
hubungan-hubungan (Nazir, 2005). Metode deskriptif analitik merupakan suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan membuat gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara objektif, digunakan untuk memecahkan atau
menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang
(Notoatmodjo, 2010). Bentuk kegiatan yang akan dilakukan yakni analisis situasi
dan pengumpulan data.

17
3.2 Sumber Data
3.2.1 Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang didapatkan atau dikumpulkan
oleh peneliti itu sendiri secara langsung terhadap objek penelitiannya (Siyoto and
Sodik, 2015). Sumber data primer yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
kuesioner dan wawancara terkait stunting sesuai dengan sampel yang menjadi
sasaran kegiatan di Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe. Data yang
diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara, antara lain: asupan gizi, kesehatan,
akses pangan, pola asuh, sanitasi, pelayanan kesehatan, sosial ekonomi, dan
budaya. Selain itu disertai juga dengan observasi langsung mengenai sanitasi
lingkungan, meliputi, sarana air bersih, jamban sehat, dan sarana pembuangan air
limbah masyarakat di Desa Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe, Kabupaten
Jember.

3.2.2 Data Sekunder


Data sekunder merupakan sumber data yang didapatkan atau dikumpulkan
dari sumber-sumber lain yang telah ada. Sumber sekunder dapat diperoleh dari
laporan, jurnal, buku, hasil survei dinas/instansi terkait, dan lain-lain (Siyoto and
Sodik, 2015). Sumber data sekunder yang digunakan dalam kegiatan ini, antara
lain: Profil Desa Sumberpakem, bidan Desa Sumberpakem, maupun data-data dari
tenaga kesehatan lainnya berupa angka kejadian stunting, angka kematian akibat
stunting, angka kelahiran, data KLB, data keadaan geografis, jumlah penduduk,
jumlah KK, dan program kesehatan yang sedang dilaksanakan di Desa
Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe, Kabupaten Jember.

3.3 Tempat dan Waktu Kegiatan


3.3.1 Tempat Kegiatan
Tempat pelaksanaan kegiatan PBL 1 Analisis Situasi yaitu di Desa
Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe, Kabupaten Jember.

3.3.2 Waktu Kegiatan


Waktu pelaksanaan kegiatan PBL 1 Analisis Situasi yaitu pada tanggal 23
Mei 2022 sampai dengan 21 Juni 2022.

18
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi menurut (Sugiyono, 2019) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian dilakukan penarikan
kesimpulan. Populasi yang ditetapkan dalam analisis situasi ini adalah keluarga
yang memiliki ibu hamil atau balita di Desa Sumberpakem, Kecamatan
Sumberjambe, Kabupaten Jember. Adapun populasi ini terdiri dari pembagian
titik wilayah berupa dusun-dusun yang ada di Desa Sumberpakem Pemberian titik
ini digunakan untuk memudahkan proses pengumpulan data.

Berdasarkan Laporan Kependudukan Desa Sumberpakem, Kecamatan


Sumberjambe, Kabupaten Jember Tahun 2022 dan Laporan Kohort Bayi Desa
Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe, Kabupaten Jember Tahun 2022,
Jumlah total kepala keluarga di Desa Sumberpakem adalah 2292, dan kepala
keluarga yang teridentifikasi memiliki balita, baduta dan ibu hamil sebanyak 355
KK yang tersebar di enam dusun yakni Dusun Krajan I, Dusun Krajan II, Dusun
Karangduren, Dusun Karangtengah, Dusun Karangsono, dan Dusun Pandian.
Perincian jumlah rumah tangga yang memiliki balita per dusun disajikan pada
tabel berikut ini :
Tabel 3.1 Jumlah KK per Dusun1

Nama Dusun Jumlah KK


Krajan 1 70
Krajan 2 50
Karangduren 45
Karangtengah 83
Karangsono 46
Pandian 61
Jumlah 355

3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel
merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

19
tersebut, atau sebagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur
tertentu sehingga dapat mewakili populasi tersebut. Apabila populasi besar, dan
menyebabkan peneliti tidak mampu mempelajari semua yang ada di populasi, hal
seperti ini dikarenakan adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu,
maka oleh karena itu peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi dan apa yang dipelajari dari sampel kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk seluruh populasi.

Sampel dalam kegiatan ini adalah warga yang berdomisili di Desa


Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe, Kabupaten Jember dan memenuhi
kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain:

1. Tercatat dan masih tinggal/berdomisili sebagai warga Desa


Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe, Kabupaten Jember.
2. Dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
3. Bersedia menjadi responden.
4. Keluarga yang memiliki salah satu indikator sebagai berikut:
a. Ibu Hamil.
b. Ibu yang memiliki anak usia dibawah dua tahun.
c. Ibu yang memiliki anak usia dibawah lima tahun.

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel


Dalam menentukan sampel diperlukan teknik pengambilan sampel agar
sampel yang diambil sesuai dengan tujuan peneliti dan dapat mewakili populasi
yang diteliti. Teknik pengambilan sampel menurut Margono (2004) adalah cara
untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang
akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.

Untuk menentukan sampel pada kegiatan, digunakan teknik probability


sampling berupa proportional random sampling. Pengambilan sampel secara
proporsi dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap
wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subjek dalam masing-masing

20
strata atau wilayah. Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara
acak sederhana, teknik ini dibedakan menjadi dua cara yaitu dengan mengundi
(lottery technique) atau dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak
(random number) (Notoatmodjo, 2010). Sampel yang telah ditentukan nantinya
akan diklasifikasi sesuai dengan titik wilayah yang telah ditetapkan berupa dusun-
dusun yang ada di Desa Sumberpakem yakni Dusun Krajan I, Dusun Krajan II,
Dusun Karangduren, Dusun Karangtengah, Dusun Karangsono, dan Dusun
Pandian.

3.4.4 Besaran Sampel

Untuk penentuan besar sampel dalam penelitian ini didapat melalui


perhitungan rumus di bawah ini:

2
𝑧1−𝛼/2 𝑃(1 − 𝑃)𝑁
𝑛= 2
𝑑2 (𝑁 − 1) + 𝑧1−𝛼/2 𝑃(1 − 𝑃)

Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Presisi absolut kesalahan (0,1)
P = Proporsi kejadian (0,5)
2
𝑧1−𝛼/2 = Nilai distribusi normal baku (Tabel z) pada 𝛼 tertentu (1,96)

Penghitungan sampel:

(1,96)2 𝑥 0,5(1 − 0,5)355


𝑛=
(0,1)2 (355 − 1) + (1,96)2 𝑥0,5(1 − 0,5)
n = 75,73 + 10% n
n = 75,73 + 7,57
n = 83,3 ~ 84 sampel

Pengambilan sampel selanjutnya dilakukan pada tingkat dusun secara


proporsional dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

21
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝐷𝑢𝑠𝑢𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝐷𝑢𝑠𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝐵𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝐵𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎
× 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
Tabel 3.2 Perhitungan Sampel per Dusun
Nama Dusun Jumlah KK Jumlah KK n
Seluruhnya
Krajan 1 70 355 16
Krajan 2 50 355 12
Karangduren 45 355 11
Karangtengah 83 355 20
Karangsono 46 355 11
Pandian 61 355 14
Jumlah total 84

Tabel 3.3 Distribusi Sampel yang Dibutuhkan dari Desa Sumberpakem


Nama Dusun Jumlah Sampel yang
Dibutuhkan (KK)
Krajan 1 16
Krajan 2 12
Karangduren 11
Karangtengah 20
Karangsono 11
Pandian 14
Jumlah 84

22
3.5 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional 2

VARIABEL/ CARA
DEFINISI SKALA
SUB PENGUMPULAN INSTRUMEN KRITERIA PENILAIAN
OPERASIONAL DATA
VARIABEL DATA
1.1 Asupan Gizi
1.1.1 Asupan Zat Gizi Zat gizi yang masuk Ordinal Wawancara dan Kuesioner Jumlah pertanyaan 7. Setiap
melalui konsumsi studi pustaka jawaban tertinggi diberi skor 3
makanan sehari – dan terendah diberi skor 1
hari. Baik : skor ≥75% total skor.
Tidak baik : skor <75% total skor
1.2 Status Kesehatan
1.2.1 Riwayat Riwayat kesehatan Nominal Wawancara dan Kuesioner
Kesehatan dari seorang pasien studi pustaka Kategori penyajian hasil:
atau sering disebut a. Ya
anamnesa adalah
informasi yang b. Tidak
diperoleh dengan
prosedur menanyakan Skor 1 apabila menjawab “Ya”
Skor 0 apabila menjawab
pertanyaan tertentu, “Tidak”
dan pasien bisa
memberikan jawaban
yang sesuai

23
CARA
VARIABEL/ DEFINISI SKALA
PENGUMPULAN INSTRUMEN KRITERIA PENILAIAN
SUB VARIABEL OPERASIONAL DATA
DATA
1.2.2 Alergi Alergi adalah reaksi Nominal Wawancara dan Kuesioner
dari sistem kekebalan studi Pustaka Kategori penyajian hasil:
tubuh manusia
a. Ya
(sistem imun)
terhadap zat tertentu b. Tidak
yang seharusnya
tidak berbahaya. Skor 1 apabila menjawab “Ya”
Reaksi tersebut dapat
menimbulkan Skor 0 apabila menjawab
berbagai gejala, “Tidak”
seperti pilek, ruam
kulit yang gatal, atau
bahkan sesak napas.

1.2.3 Pemeriksaan Pemeriksaan Nominal Wawancara dan Kuesioner


Kehamilan kehamilan atau yang studi pustaka Kategori penyajian hasil
juga biasa disebut
a. Ya
antenatal care
dilakukan untuk b. Tidak
memastikan
kesehatan yang Skor 1 apabila menjawab “Ya”
optimal bagi ibu
hamil dan bayi di Skor 0 apabila menjawab
dalam kandungan. “Tidak”
Idealnya dilakukan

24
CARA
VARIABEL/ DEFINISI SKALA
PENGUMPULAN INSTRUMEN KRITERIA PENILAIAN
SUB VARIABEL OPERASIONAL DATA
DATA
sekali setiap bulannya
atau minimal 8 kali
selama masa
kehamilan.

1.2.4 Imunisasi Imunisasi adalah Nominal Wawancara dan Kuesioner


proses ketika sistem studi Pustaka Kategori penyajian hasil:
imun seorang
a. Ya
individu diperkuat
untuk melawan suatu b. Tidak
agen infeksi dengan
memasukkan vaksin Skor 1 apabila menjawab “Ya”
yakni virus atau
bakteri yang sudah Skor 0 apabila menjawab
dilemahkan, dibunuh, “Tidak”
atau bagian-bagian
dari bakteri (virus)
tersebut telah
dimodifikasi.

25
CARA
VARIABEL/ DEFINISI SKALA
PENGUMPULAN INSTRUMEN KRITERIA PENILAIAN
SUB VARIABEL OPERASIONAL DATA
DATA
1.3 Pola Asuh
1.3.1 Pola Asuh Praktik perilaku Ordinal Wawancara Kuesioner
orang tua yang Kategori penyajian hasil:
memiliki anak usia 0-
a. Pertanyaan favorable (nomor
23 bulan (baduta) dan
1,2,3,4,5,7,8)
usia 24-59 bulan Penilaian dilakukan dengan
(balita) dalam memberi nilai 1 jika jawaban
mengasuh anak, “Ya” dan 0 jika jawaban
meliputi, pemberian “Tidak”.
ASI dan MP-ASI, b. Pertanyaan unfavorable
(nomor 6)
pemberian makan,
Penilaian dilakukan dengan
keterlibatan pihak memberi nilai 0 jika jawaban
lain dalam mengasuh “Ya” dan 1 jika jawaban
anak, dan perawatan “Tidak”.
kesehatan. Dapat dikategorikan pola asuh
baik dan tidak baik dengan
penilaian sebagai berikut:
1. Pola asuh baik, apabila hasil
dari IMD, pemberian ASI dan
MP-ASI, pemberian makan,
keterlibatan pihak lain dalam
mengasuh anak, dan
perawatan kesehatan
diperoleh nilai >=5
2. Pola asuh kurang baik apabila
hasil dari IMD, pemberian
ASI dan MP-ASI, pemberian

26
CARA
VARIABEL/ DEFINISI SKALA KRITERIA
PENGUMPULAN INSTRUMEN
SUB VARIABEL OPERASIONAL DATA PENILAIAN
DATA
makan, keterlibatan pihak lain
dalam mengasuh anak, dan
perawatan kesehatan
diperoleh nilai <5
1.4 Sanitasi Lingkungan
1.4.1 Sanitasi Keadaan kebersihan Ordinal Wawancara dan Kuesioner
lingkungan keluarga lingkungan sekitar studi pustaka Jumlah pertanyaan 6. Setiap
keluarga meliputi : jawaban tertinggi diberi skor 3
sarana air dan terendah diberi skor 1.
bersih, jamban sehat,
Kategori penyajian hasil:Baik
Saluran Pembuangan
jika persentase : skor ≥75% total
Air Limbah (SPAL),
skor.
sarana pembuangan
Tidak baik jika persentase :
sampah, sarana Cuci
<75% total skor
Tangan Pakai Sabun
(CTPS)
1.4.2 Ketersediaan Pengawasan Ordinal Wawancara dan Lembar Observasi
sarana sanitasi ketersediaan sarana Observasi Kategori penilaian:
lingkungan sanitasi lingkungan
Kurang : < 6
meliputi sarana air
bersih, jamban sehat, Cukup : 6 - 11
Saluran Pembuangan
Air Limbah (SPAL), Baik : 12 - 17
sarana pembuangan
sampah, sarana Cuci

27
CARA
VARIABEL/ DEFINISI SKALA
PENGUMPULAN INSTRUMEN KRITERIA PENILAIAN
SUB VARIABEL OPERASIONAL DATA
DATA
Tangan Pakai Sabun
(CTPS)
1.5 Pelayanan Kesehatan
1.5.1 Akses Pelayanan Usaha dari Ordinal Wawancara dan Kuesioner
Kesehatan masyarakat untuk Studi Pustaka Jumlah pertanyaan 5. Setiap
menjangkau dan jawaban tertinggi diberi skor 3
mengakses upaya dan terendah diberi skor 1.
kesehatan untuk
Kategori penyajian hasil:
mengembanhkan dan
Baik jika persentase hasil
mempertahankan
keseluruhan skor = ≥75% total
kesehatan mereka,
skor.
yang meliputi: waktu
Tidak baik jika persentase hasil
tempuh menuju
keseluruhan skor = <75% total
pelayanan kesehatan,
skor.
frekuensi kunjungan
ke pelayanan
kesehatan, jenis
pelayanan yang
sering diakses,
penilaian sarana dan
prasarana yang ada,
serta kualitas
pelayanan yang
diberikan.

28
CARA
VARIABEL/ DEFINISI SKALA
PENGUMPULAN INSTRUMEN KRITERIA PENILAIAN
SUB VARIABEL OPERASIONAL DATA
DATA
1.6 Ekonomi
1.6.1 Ekonomi Status ekonomi Ordinal Wawancara dan Kuesioner Instrumen terkait indikator
merupakan studi pustaka ekonomi diukur melalui
kedudukan orangtua kuesioner dengan 4 variabel yang
di masyarakat yang disusun ke dalam 5 pertanyaan.
dapat diukur dari Setiap jawaban tertinggi diberi
tingkat pendidikan, skor 4 atau 2 dan terendah diberi
penghasilan, skor 1
kepemilikan barang
berharga, dan Pengkategoriannya adalah
kekuasaan atau sebagai berikut :
jabatan sosial di Atas : ≥ 10
masyarakat. Menengah : 6 - 9
Bawah : ≤ 5
1.7 Budaya
1.7.1 Food taboo Pengetahuan, Ordinal Wawancara dan Kuesioner Penilaian dilakukan dengan
perilaku, serta sikap studi pustaka memberi nilai 1 jika jawaban
responden terhadap “Ya” dan 0 jika jawaban
food taboo atau “Tidak”.
pantangan terhadap
beberapa jenis Pengkategoriannya adalah
makanan pada sebagai berikut :
kondisi tertentu. Atas : ≥ 15
Menengah : 8-14
Bawah : ≤ 7

29
CARA
VARIABEL/ DEFINISI
NO. SKALA DATA PENGUMPULAN INSTRUMEN KRITERIA PENILAIAN
SUB VARIABEL OPERASIONAL
DATA
1.2 Data Umum Kehamilan
Ukuran lama
waktu janin dalam
1.2.1 Umur kehamilan rahim dalam Nominal Angket Kuesioner
-
satuan minggu

Perkiraan tanggal
kelahiran bayi
berdasarkan -
1.2.2 Perkiraan kelahiran Nominal Angket Kuesioner
perhitungan
HPHT ibu

Hasil pengukuran
ruas ruas tulang
tubuh meliputi
tungkai bawah,
tulang panggul,
1.2.3 Tinggi badan Nominal Angket Kuesioner
tulang belakang, -
tulang leher, dan
kepala diukur
dengan microtoise

30
VARIABEL/ CARA
DEFINISI
NO. SUB SKALA DATA PENGUMPULAN INSTRUMEN KRITERIA PENILAIAN
OPERASIONAL
VARIABEL DATA
Hasil pengukuran
massa tubuh
meliputi otot,
tulang, lemak,
1.2.4 Berat badan cairan tubuh, Nominal Angket Kuesioner -
organ, dll diukur
dengan
menggunakan
timbangan
Perkiraan berat
1.2.5 Taksiran berat janin badan lahir janin Nominal Angket Kuisioner -
saat ia dilahirkan
Indikator pada
proses kehamilan
yang diukur untuk
mengetahui
perkiraan ukuran
1.2.6 Tinggi Fundus Penilaian didasarkan pada
tubuh bayi, Nominal Angket Kuisioner
Uteri PMK No. 4 Tahun 2019
kecepatan
perkembangan
janin, dan posisi
janin dalam rahim,

31
CARA
VARIABEL/ DEFINISI
NO. SKALA DATA PENGUMPULAN INSTRUMEN
SUB VARIABEL OPERASIONAL
DATA
Kenaikan berat
1.2.7 Pertambahan BB badan ibu selama
Nominal Angket Kuisioner -
ibu saat hamil periode kehamilan

Kenaikan berat
badan yang
dihitung Penilaian dilakukan dengan
berdasarakan memberi nilai 1 jika jawaban
1.2.8 Obesitas Nominal Angket Kuisioner
perhitungan IMT “Ya” dan 0 jika jawaban
dengan IMT > 25 “Tidak”.
kg/m2

Estimasi
perhitungan berat
badan yang
dihitung
berdasarkan Penilaian didasarkan pada
Pengukuran Kemenkes RI, 2015 :
1.2.9 LiLA Ordinal Angket Kuisioner
lingkar lengan • Normal : ≥ 23,5 cm
bagian atas • KEK : < 23,5 cm

32
CARA
VARIABEL/ DEFINISI
NO. SKALA DATA PENGUMPULAN INSTRUMEN
SUB VARIABEL OPERASIONAL
DATA
Keadaan
penampilan fisik Penilaian dilakukan dengan
pada ibu hamil memberi nilai 1 jika jawaban
1.2.10 KEK (Kekurangan akibat pola
Nominal Angket Kuisioner “Ya” dan 0 jika jawaban
energi Kronik) konsumsi yang
kurang dengan “Tidak”.
cara pengukuran
LiLA
Penilaian didasarkan pada
P2PTM Kemenkes RI :
Hasil pengukuran
• Normal : <120/ < 80
darah sistolik dan
mmHg
diastolik yang
• Pra-hipertensi : 120-139/
Tekanan Darah diukur dengan Ordinal Angket Kuisioner
80-89 mmHg
menggunakan
• Hipertensi 1 : 140-159/
tensimeter
90-99 mmHg
• Hipertensi 2 : >160/
>100 mmHg
Penilaian didasarkan pada SK
Kadar Hb sampel
Menkes RI Nomor 736a/
yang diperoleh
Menkes/XI/1989 :
dengan cara
• Anemia Wanita dewasa :
Kadar Hemoglobin pengukuran darah Ordinal Angket Kuisioner
< 12,0 g/dL
pada sampel dan
• Anemia ibu hamil : 11,0
dinyatakan dalam
g/dL
gr/dL
• Normal : > 13,0 g/dL

33
CARA
VARIABEL/ DEFINISI
NO. SKALA DATA PENGUMPULAN INSTRUMEN
SUB VARIABEL OPERASIONAL
DATA
Status anemia
Penilaian dilakukan dengan
yang ditetapkan
memberi nilai 1 jika jawaban
Anemia pada ibu hamil pada ibu hamil Nominal Angket Kuisioner
“Ya” dan 0 jika jawaban
apabila kadar Hb
“Tidak”.
< 11 gr/dL
Status pemberian Penilaian dilakukan dengan
vaksin tetanus dan memberi nilai 1 jika jawaban
Status imunisasi TT/Td Nominal Angket Kuisioner
difteri pada ibu “Ya” dan 0 jika jawaban
hamil “Tidak”.
Riwayat kesakitan Penilaian dilakukan dengan
yang dialami ibu memberi nilai 1 jika jawaban
Keluhan pada ibu hamil Nominal Angket Kuisioner
selama masa “Ya” dan 0 jika jawaban
kehamilan “Tidak”.
Makanan
tambahan yang
Penilaian dilakukan dengan
diberikan kepada
memberi nilai 1 jika jawaban
PMT ibu hamil untuk Nominal Angket Kuisioner
“Ya” dan 0 jika jawaban
pencegahan
“Tidak”.
terjadinya masalah
gizi
Tablet mineral Penilaian dilakukan dengan
yang diperlukan memberi nilai 1 jika jawaban
Tablet Fe Nominal Angket Kuisioner
oleh tubuh untuk “Ya” dan 0 jika jawaban
pembentukan sel “Tidak”.

34
darah merah atau
hemoglobin

35
CARA
VARIABEL/ DEFINISI
NO. SKALA DATA PENGUMPULAN INSTRUMEN KRITERIA PENILAIAN
SUB VARIABEL OPERASIONAL
DATA
1.3 Data Antropometri Baduta (0-23 bulan)
Hasil Penilaian didasarkan pada
penimbangan Depkes RI, 2011 bayi
1.3.1 Berat badan saat berat badan bayi dikategorikan BBLR apabila BB
Nominal Angket Kuesioner
lahir baru lahir yang kurang dari sama dengan 2500
ditimbang dalam gram
24 jam pertama
Penilaian didasarkan pada PMK
Indikator yang No. 2 Tahun 2020 :
digunakan untuk • Sangat pendek : <-3 SD
mengukur
1.3.2 PB/U Nominal Angket Kuisioner • Pendek : - 3 SD sd <- 2 SD
panjang badan
• Normal : -2 SD sd +3 SD
pada bayi sesuai
dengan usianya • Tinggi : > +3 SD

Kelahiran yang Penilaian dilakukan dengan


terajdi sebelum memberi nilai 1 jika jawaban
1.3.3 Prematur minggu ke 37 Nominal Angket Kuisioner “Ya” dan 0 jika jawaban
kehamilan “Tidak”.

Proses menyusui
bayi dengan cara
Penilaian dilakukan dengan
bayi mencari
memberi nilai 1 jika jawaban
puting susu ibu
“Ya” dan 0 jika jawaban
1.3.4 IMD yang dilakukan Nominal Angket Kuisioner
“Tidak”.
sesaat setelah
bayi dilahirkan

36
CARA
VARIABEL/ DEFINISI
NO. SKALA DATA PENGUMPULAN INSTRUMEN KRITERIA PENILAIAN
SUB VARIABEL OPERASIONAL
DATA
Pemberian ASI
Penilaian dilakukan dengan
pada bayi yang
memberi nilai 1 jika jawaban
dilaksanakan
1.3.5 ASI Eksklusif Nominal Angket Kuisioner “Ya” dan 0 jika jawaban
sejak bayi
“Tidak”.
dilahirkan selama
6 bulan
Pemberian Penilaian dilakukan dengan
imunisasi dasar memberi nilai 1 jika jawaban
1.3.6 IDL lengkap pada “Ya” dan 0 jika jawaban
anak usia 0-12 “Tidak”.
bulan

37
3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam
penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2016). Teknik pengumpulan data adalah teknik atau metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data yang akan diteliti. Artinya, teknik
pengumpulan data memerlukan langkah yang strategis dan juga sistematis untuk
mendapatkan data yang valid dan juga sesuai dengan kenyataannya. Pada kegiatan
ini, terdapat 2 jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data tersebut
diperoleh dengan cara sebagai berikut:

1. Wawancara (interview)
Wawancara atau interview merupakan suatu proses pengumpulan data
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara. (Bungin 2017).
2. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang
mana data-data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. Peneliti
melakukan pengamatan langsung ke tempat lokasi penelitian untuk
mendapatkan hasil dan informasi yang lebih akurat dan jelas terkait masalah
yang diteliti dengan menggunakan lembar observasi. Observasi yang
dilakukan dalam kegiatan analisis situasi ini antara lain:
a. Sarana air bersih
b. Jamban Sehat
c. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
d. Sarana Pembuangan Sampah
e. Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun
3. Studi Pustaka
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang

38
berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan. Dengan kata lain, studi
pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada
pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat
mendukung dalam proses penulisan (Sugiyono,2005).
3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data, diperlukan alat untuk
mempermudah dan menjadi akses memperoleh data. Instrumen pengumpulan
data adalah alat ukur atau pedoman yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, instrumen
pengumpulan data yang sesuai dengan teknik pengumpulan data tersebut sebagai
berikut:

1. Kuesioner
Berupa lembaran berisi daftar pertanyaan yang telah disusun secara
terperinci dan lengkap untuk ditujukan kepada responden. Daftar
pertanyaan berhubungan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian
dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna
dalam menguji hipotesis. Isi dari kuesioner dapat berupa pertanyaan
tentang fakta, pendapat (opini) dan tentang persepsi diri. Pertanyaan dalam
kuesioner nantinya akan disesuaikan dengan sampel yang menjadi sasaran
penelitian.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah suatu daftar yang sudah disusun secara
logis dan lengkap berdasarkan kondisi yang ingin diteliti oleh peneliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2016: 329) adalah suatu cara yang
digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku,
arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta
keterangan yang dapat mendukung penelitian. Instrumen dokumentasi
merupakan suatu bentuk pengarsipan instrumentasi penelitian. Bentuk

39
instrumen dokumentasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pedoman
dokumentasi yang memuat kategori data yang dicari dan check-list yang
berisi daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.

3.7 Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data


3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan merupakan data mentah yang harus diolah
sedemikian rupa agar dapat disajikan hingga mudah dianalisis dan ditarik
kesimpulan. Kegiatan pengolahan data meliputi:
1. Pemeriksaan Data (editing)
Pemeriksaan data merupakan proses memeriksa data yang telah
dikumpulkan dari kuesioner dan hasil studi pustaka dengan dibaca kembali
dan diperbaiki, apabila terdapat kesalahan serta melihat konsistensi data.
Editing merupakan tahapan awalan yang dilakukan sebelum mengolah
data.
2. Pemberian Kode (coding)
Mengkode jawaban adalah menaruh angka pada setiap jawaban.
Pemberian kode pada setiap kategori dari variabel yang diteliti, untuk
mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisis. Coding
dilakukan dengan pemberian kode-kode pada data yang termasuk dalam
kategori yang sama untuk memberikan identitas atau informasi dari data
yang akan dianalisis.
3. Pemberian Nilai (scoring)
Pemberian nilai bertujuan untuk menentukan skor atau nilai dari
jawaban responden, dengan nilai tertinggi sampai nilai terendah dari
kuesioner yang diajukan.
4. Tabulasi (tabulating)
Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Kegiatan
ini dilakukan dengan cara memasukkan data yang diperoleh ke dalam
tabel-tabel sesuai dengan variabel yang diteliti.

40
3.7.2 Teknik Analisis Data
Analisis Data (Identifikasi Masalah) merupakan suatu proses untuk
menghasilkan suatu rumusan masalah dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan data yang telah terkumpul. Untuk dapat mengidentifikasi masalah
program atau masalah kesehatan masyarakat, hasil analisis pada umumnya
dibandingkan dengan target atau ukuran keberhasilan program yang telah
ditentukan sebelumnya.
Semua data yang diperoleh dari hasil analisis situasi diolah dan dijadikan
informasi. Berbagai jenis informasi yang sudah dihimpun dibahas bersama
dengan program terkait, dikoordinasikan (sharing), diintegrasikan (integrating),
dan ditukar dengan program lainnya (interacting) sehingga semua informasi yang
terkait akan menjadi pengetahuan bersama (knowledge) yang sangat berharga
untuk menyusun perencanaan kesehatan terpadu (Muninjaya, 2004). Analisa data
dilakukan dengan cara menghitung prosentase dari masing-masing variabel yang
telah ditentukan untuk dapat diambil kesimpulan dari kegiatan penelitian. Analisis
univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian.

Setelah data dianalisis, dilakukan penentuan penyebab masalah


menggunakan diagram fishbone. Diagram fishbone merupakan diagram sebab
akibat yang memberikan gambaran dari semua kemungkinan faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya suatu masalah tersebut. Seperti namanya fishbone yang
berarti tulang ikan, pada bagian kepala ikan menggambarkan masalah dan duri-
duri ikan menggambarkan penyebab dari masalah (M.Merrill and C.Timmreck,
2006). Untuk memudahkan dalam mengklasifikasi penyebab masalah digunakan
klasifikasi 6M, yaitu materials, method, measurement, manpower, machine, dan
mother nature (lingkungan) (Godoy and Bessas, 2020).

3.7.3 Teknik Penyajian Data


Setelah data direduksi, langkah yang selanjutnya adalah penyajian data.
Menurut Miles dan Huberman (1992:17) penyajian data merupakan sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan

41
kesimpulan dan pengambilan tindakan.Penyajian data merupakan salah satu
kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar
dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Bentuk
penyajian data bermacam-macam dan disesuaikan dengan data yang tersedia dan
tujuan yang hendak dicapai. Penyajian data dapat berupa tulisan, tabel maupun
grafik (Budiarto 2001). Teknik penyajian data dalam kegiatan ini menggunakan
gambar dan tabel beserta narasi atau text. Tujuan dalam penyajian data bentuk
tabel yaitu agar mempermudah pembaca dalam memahami isi data. Pada langkah
ini tersebut peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga informasi
yang didapatkan disimpulkan dan memiliki makna tertentu untuk menjawab
masalah penelitian.

42
BAB 4. HASIL ANALISIS SITUASI

4.1 Profil Desa Sumberpakem


4.1.1 Gambaran Administratif Desa
Kecamatan Sumberjambe merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur. Kecamatan sumberjambe memiliki 9 desa,
diantaranya desa Randuagung, desa Cumedak, desa Gunungmalang, desa
Rowosari, desa Sumberjambe, desa Sumberpakem, desa Plereyan, desa
Pringgondani, dan desa Jambearum. Gambaran Administratif Desa Sumberpakem
Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember sebagai berikut:
a. Letak Kantor Desa Sumberpakem
Letak Kantor Desa Sumberpakem yaitu berada di Jl. Raung No 70 Dusun
Krajan II, Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember
b. Jumlah Dusun dan RT
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember memiliki
6 Dusun yang tertera pada tabel dibawah ini

Tabel 4.1 Dusun, RT/RW Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe 3

Jumlah
No. Nama Dusun
RT RW
1. Krajan 1 3 1
2. Krajan 2 3 1
3. Karang Duren 2 1
4. Karang Tengah 3 1
5. Karang Suno 3 1
6. Pandean 3 1
Total 17 6

43
c. Struktur Organisasi dan Kelembagaan

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe c

Tabel 4.2 Pembagian Kerja Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe 4

No. Nama Jabatan


1. Sofyan Efendi Kepala Desa
2. Jumratul Rofikah Sekretaris Desa
3. Hasanuddin Kepala Seksi Pemerintahan
4. Mashuri Kepala Seksi Kesejahteraan
5. Paosi Kepala Seksi Pelayanan
6. Samhaji Kepala Urusan Perencanaan
7. Mohamad Fadli Kepala Urusan Umum dan
Tata Usaha
8. Fathorroji Kepala Urusan Keuangan
9. Burawi Kepala Dusun Krajan I
10. Saiful Kepala Dusun Krajan II
11. Slamet Aryadi Kepala Dusun Karangduren
12. Suparto Kepala Dusun Karangtengah
13. Mahmud Jamiluddin Kepala Dusun Karangsuno
14. Fauzi Kepala Dusun Pandian

44
4.1.2 Gambaran Geografis Desa

Gambar 4.2 Peta Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe d

a. Topografi
Topografi Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten
Jember adalah daerah dataran tinggi/ pegunungan dengan ketinggian
300.00 m (BPS, 2019). Luas wilayah Desa Sumberpakem 6,66 km2.
b. Batas Wilayah
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember
memiliki koordinat Bujur 113.875038 dan koordinat Lintang -
8.054136 dengan batas wilayah utara adalah Desa Plerean, batas
wilayah selatan Desa Cumedak dan Desa Randuagung, batas wilayah
timur adalah Desa Sumberjambe, batas wilayah barat adalah Desa
Sumberdanti dan Arjasa Kecamatan Sukowono.
c. Curah Hujan
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember
memiliki curah hujan 2.323 mm2.
d. Tata Guna Lahan

45
Desa Sumberpakem Kecamatan sumberjambe Kabupaten Jember
memiliki luas lahan perkampungan 65 ha, lahan sawah 311 ha, padang
rumput 10 ha, tanah tegalan 270 ha, dan lahan lain-lain 10 ha.

4.1.3 Gambaran Demografis Desa


a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe
Kabupaten Jember adalah 6.130 jiwa.
b. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe
Kabupaten Jember yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3.012
jiwa dan perempuan sebanyak 3.118 jiwa
c. Penduduk Berdasarkan Usia

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia 5

No. Rentang Usia Jumlah


1. <1 tahun 908
2. 1-4 tahun 510
3. 5-14 tahun 1039
4. 15-39 tahun 914
5. 40-64 tahun 835
6. 65 tahun ke atas 1555

Total 5.758

d. Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan 6

Tingkat Pendidikan Yang


No. Jumlah
Ditamatkan
1. Tidak tamat SD 1.494
2. Tamat SD 604
3. SLTP Sederajat 398

46
4. SLTA Sederajat 158
5. Diploma 10
6. Sarjana (S1) 50
7. Pasca Sarjana 17
Total 2.731

e. Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan 7

No. Jenis Pekerjaan Jumlah


1. Petani 954
2. Buruh tani/Buruh nelayan 1209
3. Buruh pabrik 1
4. PNS 9
5. Pegawai swasta 6
6. Wiraswasta/pedagang 146
7. TNI 1
Total 2.326

f. Penduduk Berdasarkan Agama


Jumlah penduduk Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe
Kabupaten Jember yang beragama islam sebanyak 6.116 jiwa dan
agama protestan sebanyak 14 jiwa.
g. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk diperoleh dari Jiwa/km2 = 6.130/6.66 adalah
920,42. Jadi kepadatan penduduk Desa Sumberpakem Kecamatan
Sumberjambe Kabupaten Jember adalah 920,42 jiwa/km2.
h. Distribusi Penduduk per Dusun

47
Tabel 4.6 Distribusi Penduduk per Dusun 8

No. Nama Dusun Jumlah KK


1. Krajan 1 486
2. Krajan 2 462
3. Karang Duren 268
4. Karang Tengah 504
5. Karang Suno 712
6. Pandean 383
Total 2.815

4.1.4 Gambaran Sarana dan Prasarana Desa


Sarana Desa adalah aset milik desa baik berupa barang bergerak maupun tidak
bergerak yang berasal dari hasil kegiatan pembangunan yang sudah
diserahterimakan kepada Pemerintah Desa. Prasarana Desa adalah aset milik desa
yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses pemerintahan,
pembangunan, pelayanan publik, atau proyek. Sarana dan prasarana milik desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 adalah sarana dan prasarana desa meliputi:
1. Sarana dan prasarana yang dibangun dengan pola pemberdayaan
masyarakat
2. Sarana dan prasarana yang dibangun dengan anggaran yang bersumber
dari APB Desa yang menjadi milik Pemerintah Desa
3. Sarana dan prasarana yang dibangun dengan anggaran yang bersumber
dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten dan sumber lainnya yang
telah diserahkan kepada pemerintah desa.

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Sumberpakem berdasarkan


data dari hasil Pengukuran Status Desa Berdasarkan Indeks Desa Membangun
Tahun 2022, yaitu berupa:

1. Sarana dan prasarana sanitasi dan air bersih


Sarana prasarana sanitasi dan air bersih di Desa Sumberpakem sendiri
yaitu terdapat 1 sumber air PAM/PDAM, 1 sumber air ledeng tanpa

48
meteran, 1 sumur bor/pompa, 1 air sumur, dan 1 sumber mata air.
Sedangkan untuk sanitasi di Desa Sumberpakem yaitu untuk penggunaan
jamban sendiri terdapat sebanyak 1200 Kepala Keluarga, untuk
penggunaan jamban Bersama terdapat 25 Kepala Keluarga, untuk
penggunaan jamban umum terdapat 125 Kepala Keluarga, dan untuk
penggunaan tempat bukan jamban terdapat sebanyak 50 Kepala Keluarga.
Sedangkan jumlah TPS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara) di Desa
Sumberpakem yaitu sebanyak 1 unit.
2. Sarana dan prasarana Pendidikan
Untuk sarana dan prasarana Pendidikan yang terdapat di Desa
Sumberpakem yaitu terdapat sebanyak 4 unit untuk jumlah SD/MI, jumlah
SMP/MTs di Desa Sumberpakem yaitu sebanyak 2 unit, jumlah
SMA/MA/SMK di Desa Sumberpakem yaitu sebanyak 1 unit, dan jumlah
TK/PAUD pemerintah yaitu sebanyak 5 unit serta tidak terdapat
TK/PAUD non pemerintah di Desa Sumberpakem. Sehingga jumlah
sarana dan prasarana Pendidikan di Desa Sumberpakem berjumlah 12 unit.
3. Sarana dan prasarana Kesehatan
Di Desa Sumberpakem sendiri diketahui terdapat sebanyak 1 unit
Puskesmas Pembantu (Pustu) dengan total 8 Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) yang tersebar pada 6 dusun yang terdapat di Desa
Sumberpakem.
4. Sarana dan prasarana Ekonomi
Pada sarana dan prasarana perekonomian di Desa Sumberpakem diketahui
bahwa terdapat 18 unit peralatan Teknologi Tepat Guna Pertanian di Desa,
lalu terdapat pula 113 unit peralatan Teknologi Tepat Guna Peternakan di
Desa dan terdapat sejumlah 38 unit peralatan Teknologi Tepat Guna
Perikanan di Desa.
5. Sarana dan prasarana tempat ibadah
Pada sarana dan prasarana tempat ibadah yang terdapat di Desa
Sumberpakem yaitu terdapat 1 unit masjid di Desa Sumberpakem dan 1
unit gereja kristen di Desa Sumberpakem.

49
6. Sarana dan prasarana pemerintahan desa
Terdapat 1 unit fasilitas internet di kantor kepala desa.
7. Sarana dan prasarana lainnya.
Total fasilitas/lapangan olahraga di Desa yaitu sebanyak 3 unit. Jumlah
fasilitas/lapangan sepak bola sebanyak 1 unit. Jumlah fasilitas/lapangan
Bulu tangkis sebanyak 1 unit. Jumlah fasilitas/lapangan lainnya sebanyak
1 unit yaitu dipergunakan untuk lapangan olahraga sodor.

4.2 Gambaran Kesehatan Masyarakat Desa Sumberpakem


4.2.1 Karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data bahwa distribusi penduduk berdasarkan usia dari 84 responden
sebagian besar adalah kelompok usia 21-25 tahun (33,3%) dan diikuti
dengan kelompok usia 26-30 tahun (30,9%).

b. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data bahwa 84 responden mayoritas tidak bekerja atau ibu rumah tangga
sebanyak 73 responden (86,9%). Sedangkan paling sedikit bekerja sebagai
guru dan penjahit masing-masing sebanyak 1 responden (1,2%).

c. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data distribusi responden menurut pendidikan diketahui bahwa 84
responden memiliki tingkat pendidikan SD/sederajat sebanyak 36
responden (42,9%), SMP/MTs sederajat sebanyak 22 responden (26,2%),
SMA/MA sederajat sebanyak 15 responden (17,9%), tidak tamat
SD/sederajat sebanyak 9 responden (10,7%), dan Diploma/Sarjana
sebanyak 2 responden (persentase 2,4%).

50
d. Karakteristik Responden berdasarkan Pendapatan Keluarga
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data bahwa dari 84 responden sebagian besar memiliki pendapatan keluarga
kurang dari UMK Jawa Timur (Rp 1.892.000) sebanyak 69 responden
(82,1%).

e. Karakteristik Responden berdasarkan Pengeluaran Keluarga


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data distribusi responden menurut pengeluaran keluarga bahwa dari 84
responden sebagian besar memiliki pengeluaran keluarga kurang dari UMK
Jawa Timur (Rp 1.892.000) sebanyak 82 responden (97,6%).

f. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga bahwa dari 84
responden sebagian besar memiliki jumlah anggota keluarga 3 sampai 4
orang dalam satu KK, yang mana masing-masing sebanyak 34 responden
(40,5%), jumlah anggota keluarga 5 orang sebanyak 8 responden dengan
(9,5%), jumlah anggota keluarga 2 orang sebanyak 6 responden (7,1%), dan
jumlah anggota keluarga 6 orang sebanyak 2 responden (2,4%).

g. Karakteristik Responden berdasarkan Status Penerimaan Bantuan Sosial


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data distribusi responden menurut status penerimaan bantuan sosial
diketahui bahwa dari 84 responden sebagian besar tidak menerima bantuan
sosial sebanyak 65 responden (77,4%).

51
h. Karakteristik Responden berdasarkan Kelompok Responden
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data distribusi responden menurut kelompok responden diketahui bahwa
dari 84 responden merupakan ibu yang memiliki balita sebanyak 33
responden (39,3%), ibu yang memiliki baduta sebanyak 32 responden
(38,1%), dan ibu hamil sebanyak 19 responden (22,6%).

4.2.2 Status Kesehatan


a. Riwayat Penyakit
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data distribusi responden menurut riwayat penyakit dapat diketahui bahwa
dari 84 responden sebagian besar tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak
62 responden (73,8%). Sedangkan responden yang memiliki riwayat
penyakit sebanyak 22 responden (26,2%).

b. Masalah Kesehatan
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data distribusi responden menurut masalah kesehatan dapat diketahui bahwa
dari 84 responden sebagian besar tidak memiliki masalah kesehatan
sebanyak 62 responden (73,8%). Kemudian diikuti masalah kesehatan
anemia sebanyak 11 responden (13%), hipotensi dan hipertensi masing-
masing sebanyak 3 responden dengan persentase 3,6%, TBC paru sebanyak
2 responden (2,4%), serta hepatitis, penyakit jantung, dan penyakit kulit
masing-masing 1 responden (1,2%).

c. Riwayat Alergi
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data distribusi responden menurut riwayat alergi dapat diketahui bahwa dari
84 responden sebagian besar tidak memiliki riwayat alergi sebanyak 74

52
responden (88%). Sedangkan responden yang memiliki riwayat alergi
sebanyak 10 responden (12%).

d. Sumber Alergi
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data distribusi responden menurut sumber alergi dapat diketahui bahwa dari
84 responden yang memiliki riwayat alergi sebagian besar disebabkan
karena konsumsi udang sebanyak 4 responden (4,8%), daging kambing
sebanyak 2 responden (2,4%), serta tempe, kacang, seafood (kecuali ikan),
dan telur masing-masing sebanyak 1 responden (1,2%).

e. Alergi Obat
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data distribusi responden menurut alergi obat dapat diketahui bahwa dari 84
responden sebagian besar tidak memiliki alergi obat, yaitu sebanyak 82
responden (97,6%). Sedangkan responden yang memiliki alergi obat
sebanyak 2 responden (2,4%).

f. Pemeriksaan Kehamilan
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data responden yang melakukan pemeriksaan kehamilan dapat diketahui
bahwa dari 84 responden sebagian besar memeriksakan kehamilan, yaitu
sebanyak 82 responden (97,6%). Sedangkan responden yang tidak
memeriksakan kehamilan sebanyak 2 responden (2,4%).

g. Riwayat Keguguran
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data responden yang memiliki riwayat keguguran dapat diketahui bahwa
dari 84 responden sebagian besar tidak pernah mengalami keguguran, yaitu

53
sebanyak 75 responden (89,3%). Sedangkan responden yang pernah
mengalami keguguran sebanyak 9 responden (10,7%).

h. Catatan Imunisasi
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data catatan imunisasi responden dapat diketahui bahwa dari 84 responden
sebagian besar memiliki catatan imunisasi, yaitu sebanyak 80 responden
(95,2%). Sedangkan responden yang tidak memiliki catatan imunisasi
sebanyak 4 responden (4,8%).

i. Imunisasi Saat Bayi


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember,
diperoleh data imunisasi responden saat bayi dapat diketahui bahwa dari 84
responden sebagian besar melakukan imunisasi saat bayi, yaitu sebanyak 80
responden (95,2%). Sedangkan responden yang tidak melakukan imunisasi
saat bayi sebanyak 4 responden (4,8%).

j. Kategori Status Kesehatan


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
kategori status kesehatan responden dapat diketahui bahwa dari 84
responden termasuk dalam kategori status kesehatan tidak baik sebanyak 52
responden (61,9%). Sedangkan responden yang termasuk dalam kategori
status kesehatan baik sebanyak 32 responden (38,1%).

4.2.3 Pelayanan Kesehatan

a. Waktu Perjalanan ke Fasilitas Kesehatan


Berdasarkan hasil kuesioner mengenai waktu perjalanan menuju pelayanan
kesehatan, jawaban terbanyak responden adalah <10 menit yakni 51
responden (60,7%). 29 responden (34,5%) membutuhkan waktu 10 - 20

54
menit menuju pelayanan kesehatan, dan 4 responden (4,8%) membutuhkan
waktu >20 menit untuk menuju pelayanan kesehatan.
b. Pemahaman Bahasa yang Disampaikan oleh Petugas Kesehatan
Berdasarkan hasil kuesioner mengenai pemahaman bahasa yang
disampaikan oleh petugas kesehatan di pelayanan kesehatan dari 84
responden, sebanyak 83 responden (98,8%) menjawab mengerti dengan
bahasa yang disampaikan oleh petugas kesehatan ketika memperoleh
pelayanan kesehatan, hal ini dikarenakan petugas memiliki kemampuan
untuk berbahasa madura yang merupakan bahasa sehari-hari dari responden
1 responden (1,2%) menjawab terkadang kurang mengerti dengan bahasa
yang disampaikan oleh petugas kesehatan.
c. Jenis Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan hasil kuesioner paling banyak jenis pelayanan yang sering
dikunjungi responden adalah Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga
Berencana (KIA/KB) yakni 66 responden (78,7%). Sebanyak 1 responden
(1,2%) jenis pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi adalah cek darah,
15 responden (17,7%) paling sering mengunjungi jenis pelayanan
pemeriksaan umum, dan 2 responden (2,4%) sering mengunjungi pelayanan
kesehatan gizi.
d. Kualitas Fasilitas Kesehatan
Berdasarkan hasil kuesioner mengenai kualitas pelayanan kesehatan dari 84
responden, sebanyak 70 responden (83,3%) menilai kualitas fasilitas
kesehatan yang dikunjungi sudah baik, 13 responden (15,5%) menilai
kualitas fasilitas kesehatan yang dikunjungi sudah cukup dan 1 respon
menilai kualitas pelayanan masih kurang.
e. Keterjangkauan Biaya Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan hasil kuesioner tentang keterjangkauan biaya pelayanan
kesehatan di atas sebanyak 77 responden (91,7%) merasa biaya yang
ditetapkan sudah terjangkau, hal ini juga dipengaruhi oleh penggunaan
BPJS yang mana responden dapat mengakses pelayanan kesehatan tanpa
membayar biaya apapun. Sebanyak 7 responden (8,3%) merasa biaya yang

55
ditetapkan oleh pelayanan kesehatan sudah cukup, dan tidak ada responden
yang merasa biaya yang ditetapkan pelayanan kesehatan tidak terjangkau.
f. Skoring Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan hasil kuesioner skoring pelayanan kesehatan diperoleh hasil 83
responden (98,8%) memiliki skor baik, dan 1 responden memiliki nilai tidak
baik. Hal ini berarti pelayanan kesehatan yang diakses oleh responden sudah
optimal dari segi jarak tempuh, kualitas pelayanan dan keterjangkauan
biaya.

4.2.4 Asupan Zat Gizi


a. Pengetahuan “Isi Piringku”
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data penerapan gizi seimbang pada keluarga diketahui bahwa dari 84
responden di sebagian besar masih belum mengetahui terkait susunan menu
" Isi Piringku" yaitu sebanyak 39 responden (46,5%) yang memilih jawaban
2-3 porsi makanan pokok dan sayur, dan buah. Sedangkan untuk responden
yang memilih jawaban 3-4 porsi makanan pokok dan sayur, 2-3 porsi lauk
dan buah hanya 25 responden (29,7%)

b. Konsumsi Protein Nabati


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data konsumsi protein nabati pada keluarga diketahui bahwa dari 84
responden sebagian besar keluarga mengonsumsi protein nabati setiap hari
sebanyak 55 responden (65,5%). Sedangkan keluarga yang mengonsumsi
protein nabati 2-3 kali seminggu sebanyak 25 responden (29,7%) dan
keluarga yang tidak pernah mengonsumsi protein nabati sebanyak 4
responden (4,8%).

c. Konsumsi Protein Hewani

56
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data konsumsi protein hewani pada keluarga diketahui bahwa dari 84
responden sebagian besar keluarga mengonsumsi protein hewani 2-3 kali
seminggu sebanyak 56 responden (66,6%). Sedangkan keluarga yang
mengonsumsi protein hewani setiap hari sebanyak 25 responden (29,8%)
dan keluarga yang tidak pernah mengonsumsi protein hewani sebanyak 3
responden dengan persentase 3,6%.

d. Konsumsi Lemak
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data konsumsi lemak pada keluarga diketahui bahwa dari 84 responden
sebagian besar keluarga mengonsumsi lemak setiap hari sebanyak 76
responden (90,5%). Sedangkan keluarga yang mengonsumsi lemak 2-3 kali
seminggu sebanyak 7 responden (8,3%) dan keluarga yang tidak pernah
mengonsumsi lemak sebanyak 3 responden (1,2%).

e. Konsumsi Karbohidrat
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data konsumsi karbohidrat pada keluarga diketahui bahwa dari 84
responden sebagian besar mengonsumsi karbohidrat setiap hari sebanyak 83
responden (98,8%). Sedangkan keluarga yang mengonsumsi karbohidrat 2-
3 kali seminggu sebanyak 1 responden (1,2%).

f. Konsumsi Sayur
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data konsumsi sayur pada keluarga diketahui bahwa dari 84 responden
sebagian besar mengonsumsi sayur setiap hari sebanyak 67 responden
(79,8%). Sedangkan keluarga yang mengonsumsi sayur 2-3 kali seminggu

57
sebanyak 14 responden (16,6%) dan keluarga yang tidak pernah
mengonsumsi sayur sebanyak 3 responden (3,6%).

g. Konsumsi Buah
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data konsumsi buah pada keluarga diketahui bahwa dari 84 responden
sebagian besar mengonsumsi buah 2-3 kali seminggu sebanyak 73
responden (86,9%). Sedangkan keluarga yang mengonsumsi buah setiap
hari sebanyak 10 responden (11,9%) dan keluarga yang tidak pernah
mengonsumsi buah sebanyak 1 responden (1,2%).

h. Kategori Asupan Gizi


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data kategori asupan gizi diketahui bahwa dari 84 responden yang termasuk
ke dalam kategori asupan gizi baik sebanyak 78 responden (92,9%).
Sedangkan keluarga termasuk dalam kategori asupan gizi tidak baik
sebanyak 6 responden (7,1%).

4.2.5 Akses Pangan


a. Keterbatasan Jenis Makanan
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data bahwa dari 84 responden sebagian besar tidak terjadi keterbatasan
makanan dalam keluarga karena kesulitan dalam mengakses makanan, yaitu
sebanyak 81 responden (96,4%). Sedangkan keluarga yang mengalami
keterbatasan makanan karena kesulitan dalam mengakses makanan
sebanyak 3 responden (3,6%).

b. Konsumsi Makanan Yang Tidak Disukai


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data bahwa dari 84 responden sebagian besar tidak mengonsumsi makanan

58
yang tidak disukai dalam keluarga karena kesulitan membeli bahan
makanan, yaitu sebanyak 81 responden (96,4%). Sedangkan keluarga yang
mengonsumsi makanan tidak disukai karena kesulitan membeli bahan
makanan sebanyak 3 responden (3,6%).

c. Konsumsi Makanan Lebih Sedikit


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data bahwa dari 84 responden sebagian besar tidak mengonsumsi makanan
dengan porsi yang lebih sedikit dari yang seharusnya dalam keluarga karena
kekurangan bahan makanan untuk dimakan, yaitu sebanyak 80 responden
(95,2%). Sedangkan keluarga yang mengonsumsi makanan dengan porsi
yang lebih sedikit dari yang seharusnya karena kekurangan bahan makanan
untuk dimakan sebanyak 4 responden (4,8%).

d. Tidak Ada Makanan di Dalam Rumah


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data bahwa dari 84 responden sebagian besar tidak mengalami tidak ada
makanan dalam rumah karena kesusahan untuk membeli bahan makanan,
yaitu sebanyak 80 responden (95,2%). Sedangkan keluarga yang mengalami
tidak ada makanan dalam rumah karena kesusahan untuk membeli bahan
makanan sebanyak 4 responden (4,8%).

e. Tidak Makan Seharian


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data dapat bahwa dari 84 responden sebagian besar tidak mengalami tidak
makan seharian dalam keluarga karena tidak ada cukup makanan untuk
dimakan, yaitu sebanyak 80 responden (95,2%). Sedangkan keluarga yang
mengalami tidak makan seharian karena tidak ada cukup makanan untuk
dimakan sebanyak 2 responden (2,4%).

59
f. Kategori Akses Pangan
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data kategori akses pangan responden dalam keluarga diketahui bahwa dari
84 responden sebagian besar memiliki akses pangan yang baik dalam
keluarga, yaitu sebanyak 82 responden (97,6%). Sedangkan keluarga yang
memiliki akses pangan tidak baik sebanyak 2 responden (2,4%).

4.2.6 Pola Asuh


a. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data responden terkait Inisiasi Menyusui Dini (IMD) diketahui bahwa dari
84 responden sebagian besar melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
sesaat setelah anak lahir, yaitu sebanyak 67 responden (79,8%). Sedangkan
responden yang tidak melakukan IMD sesaat setelah anak lahir sebanyak 8
responden (9,5%) dan sisanya sebanyak 9 responden (10,7%) belum
memiliki balita/baduta karena masih berada di fase kehamilan.

b. ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data responden terkait pemberian ASI eksklusif diketahui bahwa dari 84
responden sebagian besar memberikan ASI eksklusif kepada anak sampai
dengan usia 6 bulan, yaitu sebanyak 54 responden (64,3%). Sedangkan
responden yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada anak sampai
dengan usia 6 bulan sebanyak 20 responden (23,8%) dan sisanya sebanyak
10 responden (11,9%) belum memiliki balita/baduta karena masih berada di
fase kehamilan atau anak belum berusia 6 bulan.

c. MP-ASI
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh

60
data responden terkait pemberian MP-ASI diketahui bahwa dari 84
responden sebagian besar memberikan makanan tambahan (MP-ASI)
setelah anak berusia 6 bulan, yaitu sebanyak 69 responden (82,1%).
Sedangkan responden yang tidak memberikan makanan tambahan (MP-
ASI) setelah anak berusia 6 bulan sebanyak 4 responden (4,8%) dan sisanya
sebanyak 11 responden (13,1%) belum memiliki balita/baduta karena masih
berada di fase kehamilan atau anak belum berusia 6 bulan.

d. Makanan Gizi Seimbang


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data responden terkait pemberian makanan dengan gizi seimbang diketahui
bahwa dari 84 responden sebagian besar memberikan makanan sesuai
dengan gizi seimbang kepada anak, yaitu sebanyak 58 responden (69,1%).
Makanan sesuai dengan gizi seimbang merupakan makanan yang terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah. Sedangkan responden yang
tidak memberikan makanan sesuai dengan gizi seimbang kepada anak
sebanyak 17 responden (20,2%) dan sisanya sebanyak 9 responden (10,7%)
belum memiliki balita/baduta karena masih berada di fase kehamilan atau
anak belum berusia 6 bulan.

e. Makanan Selingan (Snack)


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data responden terkait pemberian makanan selingan (snack) diketahui
bahwa dari 84 responden sebagian besar memberikan makanan selingan
(snack) kepada anak, yaitu sebanyak 69 responden (82,1%). Sedangkan
responden yang tidak memberikan makanan selingan (snack) kepada anak
sebanyak 5 responden (6%) dan sisanya sebanyak 10 responden (11,9%)
belum memiliki balita/baduta karena masih berada di fase kehamilan atau
anak belum berusia 6 bulan.

f. Keterlibatan Pihak Lain

61
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data responden terkait keterlibatan pihak lain dalam mengasuh anak
diketahui bahwa dari 84 responden sebagian besar melibatkan pihak lain
(kakek, nenek, paman, bibi, dan lain sebagainya) dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan anak (mengasuh anak), yaitu sebanyak 56 responden
(66,6%). Sedangkan responden yang tidak melibatkan pihak lain (kakek,
nenek, paman, bibi, dan lain sebagainya) dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan anak (mengasuh anak) sebanyak 19 responden (22,7%) dan
sisanya sebanyak 9 responden (10,7%) belum memiliki balita/baduta karena
masih berada di fase kehamilan.

g. Penimbangan Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data responden terkait penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan anak diketahui bahwa dari 84 responden sebagian besar melakukan
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan anak setiap
bulannya, yaitu sebanyak 72 responden (85,7%). Sedangkan responden
yang tidak melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan anak setiap bulannya sebanyak 3 responden (3,6%) dan sisanya
sebanyak 9 responden (10,7%) belum memiliki balita/baduta karena masih
berada di fase kehamilan.

h. Imunisasi
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data responden terkait pemberian imunisasi dasar lengkap pada anak
diketahui bahwa dari 84 responden sebagian besar anak dari responden telah
mendapatkan imunisasi secara lengkap, yaitu sebanyak 70 responden
(83,3%). Sedangkan anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap

62
sebanyak 5 responden (6%) dan sisanya sebanyak 9 responden (10,7%)
belum memiliki balita/baduta karena masih berada di fase kehamilan.

i. Kategori Pola Asuh


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember diperoleh
data kategori pola asuh responden diketahui bahwa dari 84 responden
sebagian besar responden termasuk dalam pola asuh anak yang baik, yaitu
sebanyak 72 responden (85,7%). Sedangkan responden yang tidak termasuk
dalam pola asuh tidak baik sebanyak 3 responden (3,6%) dan sisanya
sebanyak 9 responden (10,7%) belum memiliki balita/baduta karena masih
berada di fase kehamilan.

4.2.7 Sanitasi Lingkungan


a. Sumber Air
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember,
diperoleh data terkait sumber air yang digunakan responden diketahui
bahwa dari 84 responden di Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe
Kabupaten Jember menggunakan sumber air dari air sumur, yaitu sebanyak
44 responden dengan persentase 52,4%, air PAM sebanyak 35 responden
dengan persentase 41,6%, dan air sungai sebanyak 5 responden dengan
persentase 6%.

b. Sampah Rumah Tangga


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember,
diperoleh data terkait penanganan sampah rumah tangga diketahui bahwa
dari 84 responden di Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe
Kabupaten Jember menggunakan cara utama dibakar/dibuang sembarangan
(sungai atau kebun) untuk penanganan sampah rumah tangga, yaitu
sebanyak 66 responden dengan persentase 78,6%. Sedangkan penanganan

63
sampah rumah tangga dengan cara dibuang sendiri ke TPS sebanyak 18
responden dengan persentase 21,4%.

c. Limbah Kamar Mandi atau Dapur


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember,
diperoleh data terkait saluran pembuangan air limbah dari kamar
mandi/dapur diketahui bahwa dari 84 responden di Desa Sumberpakem
Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember menggunakan got/selokan
sebagai saluran pembuangan limbah dari kamar mandi/dapur, yaitu
sebanyak 38 responden dengan persentase 45,2%. Kemudian diikuti,
pembuangan limbah kamar mandi/dapur ke sungai sebanyak 37 responden
dengan persentase 44,1% dan saluran pembuangan limbah kamar
mandi/dapur ke pekarangan rumah sebanyak 9 responden dengan persentase
10,7%.

d. Perilaku Cuci Tangan


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember,
diperoleh data terkait perilaku cuci tangan responden diketahui bahwa dari
84 responden di Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten
Jember sebagian besar telah menerapkan perilaku mencuci tangan
menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan serta keluar rumah, yaitu
sebanyak 75 responden dengan persentase 89,3%. Perilaku mencuci tangan
menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan serta keluar rumah masih
jarang dilakukan oleh 9 responden lainnya dengan persentase 10,7%.

e. Tempat Penampungan Tinja


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember,
diketahui bahwa dari 84 responden di Desa Sumberpakem Kecamatan
Sumberjambe Kabupaten Jember menggunakan tempat penampungan tinja
keluarga berupa septic tank, yaitu sebanyak 45 responden dengan persentase

64
53,5%. Kemudian, tempat penampungan tinja keluarga menggunakan parit
sungai digunakan oleh 37 responden dengan persentase 44,1% dan
penampungan tinja dengan cara ditanam/dibuang sembarang tempat
dilakukan oleh 3 responden dengan persentase 3,6%.

f. Jenis Jamban atau WC


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember,
diketahui bahwa dari 84 responden di Desa Sumberpakem Kecamatan
Sumberjambe Kabupaten Jember menggunakan jenis jamban/WC leher
angsa, yaitu sebanyak 43 responden dengan persentase 51,2%. Sedangkan
keluarga yang menggunakan jenis jamban/WC cemplung/cubluk sebanyak
3 responden dengan persentase 3,6%. Cara lain responden dalam membuang
air besar maupun kecil adalah dengan pergi ke kebun/parit/sungai, yaitu
terdapat sebanyak 38 responden dengan persentase 45,2%.

g. Kategori Sanitasi Lingkungan


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember,
diketahui bahwa dari 84 responden di Desa Sumberpakem Kecamatan
Sumberjambe Kabupaten Jember sebagian besar responden termasuk dalam
kategori sanitasi lingkungan yang tidak baik, yaitu sebanyak 43 responden
dengan persentase 51,2%. Sedangkan responden yang termasuk dalam
kategori sanitasi lingkungan yang baik sebanyak 41 responden dengan
persentase 48,8%.

4.2.8 Ekonomi
a. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil kuesioner dari 84 responden yang diwawancarai terdapat
2 responden (2,4%) mengaku memiliki pendidikan tamat Diploma/Sarjana,
13 responden (15,5%) mengaku tamat SMA/SMK/MA/sederajat, 25
responden (52,3%) mengaku memiliki pendidikan tamat

65
SMP/MTS/sederajat dan paling banyak yakni 44 responden (52,3%)
mengaku memiliki pendidikan tamat SD atau tidak bersekolah.
b. Tingkat Pendidikan Pasangan
Berdasarkan hasil kuesioner dari 84 responden yang diwawancarai terdapat
2 responden (2,4%) mengaku memiliki pasangan dengan pendidikan tamat
Diploma/Sarjana, 13 responden (15,5%) mengaku memiliki pasangan
dengan pendidikan tamat SMA/SMK/MA/sederajat, 25 responden (52,3%)
mengaku memiliki pasangan dengan pendidikan tamat SMP/MTS/sederajat
dan paling banyak yakni 44 responden (52,3%) mengaku memiliki
pasangan dengan pendidikan tamat SD atau tidak bersekolah.
c. Penghasilan per Bulan
Berdasarkan hasil kuesioner penghasilan responden dalam satu bulan,
sebanyak 69 responden (82,1%) mengaku berpenghasilan kurang dari UMK
dan 15 responden (17,9%) mengaku berpenghasilan lebih dari UMK.
d. Kepemilikan Aset (Tanah, Sawah, Perhiasan, dan lain-lain)
Berdasarkan hasil kuesioner mengenai kepemilikan aset, jawaban terbanyak
dari responden adalah tidak memiliki yakni 56 responden (66,7%) dan yang
menjawab memiliki aset sebanyak 28 responden (33,3%).
e. Kepemilikan Jabatan dalam Masyarakat
Berdasarkan hasil kuesioner 4.57 hampir seluruh responden menjawab tidak
memiliki kepemilikan jabatan dalam masyarakat yaitu 77 responden
(91,7%) dan sebanyak 7 responden (8,3%) memiliki jabatan dalam
masyarakat seperti menjabat sebagai kader, RT atau RW.
f. Skoring Ekonomi
Berdasarkan hasil kuesioner 4.58 skoring aspek ekonomi responden
diperoleh hasil yakni sebanyak 11 responden (13,1%) memiliki tingkat
ekonomi atas, 47 responden (56%) memiliki tingkat ekonomi menengah dan
26 responden (30,9%) memiliki tingkat ekonomi kebawah.

4.2.9 Budaya

a. Pantangan Makanan

66
Berdasarkan hasil kuesioner mengenai adanya pantangan makanan, paling
banyak responden menjawab tidak yakni 49 responden (58,3%) dan 35
responden menjawab melakukan pantangan makanan dan paling banyak
dianjurkan oleh orang tua, tetangga, dan suami.

b. Mengetahui Pantangan Makanan


Berdasarkan hasil kuesioner mengenai waktu mengetahui pantangan
makanan, paling banyak responden mengetahui pada kurun waktu > 5 tahun
yang lalu yakni 45 responden (56,6%) dan paling banyak melakukan
pantangan makanan ketika hamil dan menyusui. Sebanyak 39 responden
(54,4%) mengetahui pantangan makanan < 5 tahun yang lalu.
c. Merasa Aman Ketika Menerapkan Pantangan Makanan
Berdasarkan hasil kuesioner mengenai apakah responden merasa aman
ketika melakukan pantangan makanan memperoleh hasil yaitu hampir
separuh dari responden tidak merasa aman ketika menerapkan pantangan
makanan yakni 40 responden (47,6%) dan lebih dari separuh responden
yakni 44 responden (52,4%) merasa aman ketika menerapkan pantangan
makanan.
d. Orang Sekitar Menerapkan Pantangan Makanan
Berdasarkan hasil kuesioner mengenai apakah orang disekitar responden
khususnya keluarga melakukan pantangan makanan tertentu diperoleh hasil
yakni sebanyak 38 responden (45,2%) menjawab tidak dan 46 responden
(54,8%) menjawab ya.
e. Skoring Budaya
Berdasarkan hasil skoring dari aspek budaya yang berkaitan dengan
pantangan makanan diperoleh hasil yakni semua responden memiliki skor
yang baik.

67
BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Wilayah Desa


Berdasarkan hasil analisis situasi di Desa Sumberpakem Kecamatan
Sumberjambe diketahui bahwa administrasi Desa Sumberpakem yaitu terdiri atas 6
(enam) dusun, yaitu Dusun Krajan I, Dusun Kran II, Dusun Karangduren, Dusun
Karangtengah, Dusun Pandean dan Dusun Karangsono. Letak kantor Desa
Sumberpakem berada di Dusun Karangtengah. Desa Sumberpakem memiliki batas
– batas wilayah diantaranya yaitu batas wilayah sebelah utara adalah Desa Plerean,
batas wilayah selatan adalah Desa Cumedak dan Desa Randuangung, batas wilayah
timur adalah Desa Sumberjambe, batas wilayah barat adalah Desa Sumberdanti dan
Arjasa Kecamatan Sukowono. Jumlah penduduk Desa Sumberpakem Kecamatan
Sumberjambe Kabupaten Jember adalah 6.130 jiwa dengan jumlah penduduk laki
– laki sebesar 3.012 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 3.118 Jiwa. Desa
Sumberpakem memiliki sarana dan prasarana seperti masjid dan mushola yang
tersebar di setiap dusunnya, selain itu juga terdapat gereja bagi penduduk yang
memeluk agama kristen. Organisasi yang terdapat di Desa Sumberpakem
diantaranya terdapat organisasi kepemudaan seperti Karang Taruna, PKK desa,
organisasi keagamaan, organisasi petani, organisasi pengrajin, lembaga khusus
Wanita dan arisan desa. Selain itu terdapat kelompok tahlilan yang dilakukan setiap
bulan selama setahun sehingga kegiatan ini dilakukan sebanyak 12 kali dalam
setahun. Transportasi yang digunakan dalam kehidupan sehari-harinya maupun
untuk bekerja menggunakan alat transportasi sepeda, sepeda motor, mobil, dan pick
up. Di Desa Sumberpakem tidak memiliki pasar permanen namun terdapat
kelompok pertokoan. Di Desa Sumberpakem tidak ada akses lembaga keuangan
yang berupa bank baik bank milik swasta maupun bank milik pemerintah, namun
terdapat beberapa lembaga keuangan seperti BPR, KUK, KKPE, dan KUR yang
diharapkan dapat menghasilkan output berupa lumbung desa.

5.2 Aspek Status Kesehatan


Stunting merupakan salah satu penyakit kronik yang dipengaruhi oleh kondisi
ibu, masa dalam kandungan, dan masa bayi atau balita. Faktor risiko yang
menyebabkan stunting secara mekanisme terbagi menjadi 2, yaitu langsung dan

68
tidak langsung. Faktor risiko langsung yang bisa menyebabkan stunting yaitu
asupan nutrisi dan kejadian sakit (UNICEF, 2013). Kaitan antara stunting dengan
sakit, baik sakit akibat infeksi maupun non infeksi mempengaruhi pertumbuhan
melalui penurunan nafsu makan, gangguan penyerapan dalam saluran cerna, serta
peningkatan kebutuhan energi untuk penyembuhan penyakit (Supariasa et al.,
2014). Indikator yang digunakan untuk menilai aspek kesehatan terdiri dari riwayat
penyakit, alergi, pemeriksaan kehamilan, dan imunisasi.

Berdasarkan hasil analisis situasi di Desa Sumberpakem Kecamatan


Sumberjambe, mayoritas responden tidak memiliki riwayat penyakit dengan
persentase sebesar 73,8%. Masalah kesehatan yang banyak diderita oleh responden
yakni anemia, hipertensi, hipotensi, TBC paru, hepatitis, penyakit jantung, dan
penyakit kulit dengan persentase masing-masing 13%, 3,6%, 3,6%, 2,4%, 1,2%,
1,2%, dan 1,2%. Saat hamil, kebutuhan zat besi pada ibu hamil semakin meningkat
seiring bertambahnya usia kehamilan. Peningkatan volume darah dimulai sejak
trimester I sebanyak 15% dibandingkan dengan keadaan sebelum hamil. Kemudian
akan terjadi peningkatan yang sangat pesat pada trimester II. Pada setiap 1000 mg
zat besi yang dibutuhkan saat kehamilan, sekitar 300 mg zat besi akan dikirim
secara aktif ke janin dan plasenta (Cunningham et al., 2013). Oleh karena itu,
anemia berisiko tinggi menyebabkan stunting.

Mayoritas responden tidak memiliki alergi terhadap makanan maupun obat-


obatan dengan persentase masing-masing 88% dan 97,6%. Responden juga tidak
pernah mengalami keguguran dengan persentase sebesar 89,3% dan melakukan
imunisasi lengkap ketika bayi dengan persentase 95,2%. Catatan imunisasi selama
masa kehamilan serta pertumbuhan anak juga dimiliki dan disimpan oleh responden
dengan persentase sebesar 95,2%. Secara garis besar status kesehatan masyarakat
Desa Sumberpakem masih dalam kategori tidak baik dengan persentase 61,9%.

5.3 Aspek Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36,
2009 dijelaskan sebagai tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif.

69
Pelayanan kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup pelayanan
kesehatan A (rumah sakit, puskesmas, pustu, bidan praktik, dokter praktik) serta
pelayanan kesehatan B (posyandu, polindes, dan poskesdes). Pelayanan kesehatan
menjadi salah satu aspek penilaian dalam analisis situasi masalah gizi stunting yang
dilakukan di Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember
karena menurut konsep analisis masalah gizi yang dikeluarkan oleh UNICEF,
pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung yang
dapat mempengaruhi kejadian stunting. Penilaian terhadap pelayanan kesehatan
tersebut dinilai dari keterjangkauan (akses) pelayanan kesehatan oleh masyarakat
Desa Sumberpakem. Berdasarkan indikator penilaian akses pelayanan kesehatan
menurut (Laksono & Pranata, 2017), kriteria penilaian akses pelayanan kesehatan
dalam kegiatan analisis situasi di Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe
Kabupaten Jember, antara lain:
a) Akses geografis
Akses geografis deskripsikan sebagai kemudahan dalam menjangkau
pelayanan kesehatan yang dapat diukur dari jarak dan lama perjalanan menuju
pelayanan kesehatan, jenis transportasi yang bisa digunakan, serta
infrastruktur jalan.
b) Akses Sosial
Penilaian akses sosial berkaitan dengan masalah komunikasi, kepuasan
kualitas pelayanan, keramahan, serta budaya.
c) Akses Ekonomi
Penilaian terhadap akses ekonomi ditekankan pada kemampuan individu
masyarakat dalam mengalokasikan finansialnya untuk menjangkau tempat
pelayanan kesehatan.
Ketiga kriteria tersebut direpresentasikan dalam 5 bentuk pertanyaan meliputi
jarak perjalanan responden ke fasilitas pelayanan kesehatan, penilaian kualitas
pelayanan kesehatan, keterjangkauan biaya dalam menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan, dan kelancaran komunikasi antara responden dengan petugas pelayanan
kesehatan terkait dengan penggunaan bahasa. Berdasarkan hasil survei yang
dilakukan melalui kegiatan analisis situasi didapatkan bahwa jenis pelayanan

70
kesehatan yang paling sering dikunjungi oleh masyarakat Desa Sumberpakem
adalah jenis pelayanan KIA/KB yakni sebesar 78,7%. Dari sejumlah 84 responden
yang diteliti, sebanyak 60,7% menjawab pelayanan kesehatan di Desa
Sumberpakem dapat dijangkau dalam waktu <10 menit. Hal tersebut menunjukkan
bahwa penilaian aspek pelayanan kesehatan dari segi akses geografis dapat
dikategorikan baik. Jenis fasilitas pelayan kesehatan yang paling sering dikunjungi
oleh masyarakat Desa Sumberpakem tersebut adalah posyandu. Setiap dusun di
Desa Sumberpakem memiliki 1-2 posyandu yang letaknya ditengah padat
pemukiman. Hal tersebut menjadikan akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan
menjadi sangat mudah dijangkau oleh masyarakat Desa Sumberpakem.
Aspek akses sosial dalam penggunaan pelayanan kesehatan disampaikan dalam
bentuk pertanyaan penilaian terhadap kualitas pelayanan kesehatan dan
penggunaan bahasa tenaga kesehatan yang mudah dimengerti oleh responden.
Hasilnya didapatkan bahwa mayoritas masyarakat (83,3%) puas dengan kualitas
pelayanan kesehatan yang ada di Sumberpakem dan hampir seluruh masyarakat
(98,8%) dapat memahami informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan Desa Sumberpakem. Hasil tersebut juga tidak lepas
dari peran para kader di Desa Sumberjambe yang secara proaktif mengajak
masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan serta secara rutin dan rajin
mendata para ibu dan anak untuk mendapat hak pelayanan kesehatan. Mayoritas
masyarakat Desa Sumberpakem yang merupakan etnis madura terbiasa
menggunakan bahasa madura dalam kegiatan sehari-hari. Bidan desa serta para
kader tidak menemui hambatan yang berarti terkait kendala bahasa karena para
tenaga kesehatan tersebut telah menguasai bahasa madura dengan baik.
Terkait dengan akses ekonomi, mayoritas masyarakat (91,7%) juga setuju
bahwa biaya untuk fasilitas pelayanan kesehatan di Desa Sumberpakem masih bisa
dijangkau oleh kalangan menengah kebawah. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
penilaian aspek pelayanan kesehatan dari segi akses ekonomi memiliki kategori
yang baik pula. Seluruh pelayanan kesehatan di Desa Sumberpakem dapat diakses
secara gratis sehingga hal tersebut memudahkan masyarakat untuk memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada,

71
Keterjangkauan, ketersediaan, dan ketepatan akses pelayanan kesehatan
merupakan dasar yang fundamental bagi sistem kesehatan untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan kesehatan di masyarakat. Penelitian oleh (Ma’rifat, 2010)
mengenai analisis hubungan pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan status gizi
anak balita menyatakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap gizi balita dengan indikator TB/U. Penelitian ini
sejalan dengan yang dilakukan oleh (Dewi et al., 2019) di wilayah kerja Puskesmas
Lakudo yang menyebutkan bahwa balita yang kurang mendapat manfaat pelayanan
kesehatan memiliki proporsi yang tinggi untuk mengalami kejadian stunting.
Kemampuan masyarakat dalam menjangkau dan memanfaatkan pelayanan
kesehatan dapat mendorong pemantauan pertumbuhan serta mencegah
keterlambatan deteksi gangguan pertumbuhan pada anak sehingga potensi kejadian
stunting dapat dikurangi.

5.4 Aspek Asupan Zat Gizi


Berdasarkan kerangka masalah gizi UNICEF (2013) penyebab langsung
terjadinya gizi kurang salah satunya dipengaruhi oleh asupan zat gizi. Asupan zat
gizi merupakan jumlah zat gizi yang masuk melalui konsumsi makanan sehari-hari
untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari menurut
Suharjo (1999) dalam (Sudaryono, 2017). Masalah stunting dipengaruhi oleh
buruknya akses pangan dari segi kuantitas dan kualitas gizi dan seringkali tidak
beragam. Aspek asupan zat gizi ini dinilai menggunakan indikator pengetahuan
terkait “Isi Piringku” dan frekuensi konsumsi sehari-hari.
Berdasarkan hasil analisis situasi di Desa Sumberpakem Kecamatan
Sumberjambe hanya 29,7% yang mengetahui porsi makan yang tepat berdasarkan
“Isi Piringku”. Dalam satu porsi, setengah piring diisi dengan sayuran dan buah-
buahan, dan setengah lainnya diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun
hewani) dengan porsi lebih banyak daripada karbohidrat. Istilah “Isi Piringku”
dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-
hari (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Hasil analisis situasi menunjukkan bahwa sebanyak 92,9% responden telah
memiliki asupan gizi yang baik. Konsumsi zat gizi makro seperti protein (nabati

72
maupun hewani), lemak, dan karbohidrat memiliki tingkat yang cukup, mayoritas
mengkonsumsinya setiap hari hingga 2-3 kali seminggu. Sebagian besar
masyarakat Desa Sumberpakem mengonsumsi protein nabati setiap hari dengan
persentase 65,5% sedangkan konsumsi protein hewani 2-3 kali seminggu dengan
persentase 66,6%. Kemudian lemak dan karbohidrat dikonsumsi setiap hari dengan
persentase masing-masing 90,5% dan 98,8%.
Penelitian yang dilakukan Azmy & Mundiastuti (2018) menunjukkan bahwa
protein, lemak, dan karbohidrat berhubungan dengan status gizi (TB/U). Protein
biasanya digunakan untuk pertumbuhan, pembentukan komponen struktural, dan
pembentukan antibodi. Selain protein, lemak juga berhubungan dengan status gizi
TB/U, karena lemak mengandung asam lemak esensial yang berperan dalam
mengatur kesehatan. Simpanan energi juga dapat berasal dari konsumsi lemak dan
lemak sebagai alat transportasi dan pelarut vitamin larut lemak dalam tubuh yang
fungsinya sangat mempengaruhi pertumbuhan. Karbohidrat antara lain berperan
sebagai sumber energi bagi otak dan saraf serta mengatur metabolisme. Selain itu,
karbohidrat merupakan nutrisi utama yang memberikan energi bagi tubuh untuk
melakukan aktivitasnya.
Masyarakat Desa Sumberpakem juga terbiasa mengkonsumsi sayuran dan
buah-buahan. Konsumsi sayuran dilakukan setiap hari dengan persentase 79,8%
dan untuk konsumsi buah-buahan yakni 2-3 kali seminggu dengan persentase
11,9%. Sayuran dan buah-buahan umumnya merupakan sumber dari zat gizi mikro
seperti vitamin, mineral dan serat. Beberapa vitamin dan mineral yang terdapat pada
sayuran dan buah-buahan berperan dalam mendukung proses metabolisme dalam
tubuh, sedangkan antioksidan mampu menangkal senyawa-senyawa hasil oksidasi,
radikal bebas, yang mampu menurunkan kondisi kesehatan tubuh (Kementerian
Kesehatan RI, 2017).

5.5 Aspek Akses Pangan


Akses pangan diartikan sebagai kemampuan semua rumah tangga dan individu
dengan sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh pangan yang cukup untuk
kebutuhan gizinya baik yang berasal dari produksi sendiri, pembelian, ataupun
bantuan pangan (Nurfaradila, 2021). Akses pangan dipengaruhi oleh status

73
ekonomi, kesejahteraan, pendapatan yang rendah dan harga pangan yang tinggi.
Akses pangan pada tingkat rumah tangga menjadi salah satu aspek yang
berkontribusi pada terjadinya stunting. Hal ini dikarenakan akses pangan memiliki
keterkaitan dengan kemiskinan dan kelaparan. Akses pangan rumah tangga
dikatakan baik jika rumah tangga dapat mengakses pangan yang tersedia baik
secara fisik, sosial, dan ekonomi. Selain itu, akses pangan berpengaruh pada
kecukupan gizi pada balita yang menjadi bekal pada kualitas sumber daya manusia
di masa mendatang (Ningrum, 2019). Hal ini dikarenakan kurangnya akses pangan
dalam keluarga berakibat pada kesulitan untuk memenuhi kecukupan zat gizi
masing-masing individu (Faiqoh & Suyatno, 2018). Dalam penelitian ini akses
pangan dinilai menggunakan beberapa indikator, antara lain keterbatasan jenis
makanan, konsumsi makanan yang tidak disukai, konsumsi makanan lebih sedikit,
tidak ada makanan di dalam rumah, dan tidak makan seharian.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dari 84 KK yang menjadi sampel


penelitian di Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe sebanyak 81 KK
dengan persentase 96,4% tidak pernah mengalami keterbatasan makanan dalam
keluarga. Dalam jumlah dan persentase yang sama mereka juga tidak pernah
mengonsumsi makanan yang tidak disukai akibat kesulitan membeli bahan
makanan. Sebanyak 80 KK dengan persentase 95,2% tidak mengalami kondisi di
mana mereka mengonsumsi makanan dengan porsi yang lebih sedikit serta kondisi
di mana tidak ada makanan apapun di dalam rumahnya akibat kesusahan untuk
mengakses pangan. Selain itu sebanyak 80 KK dengan persentase 97,6% juga tidak
mengalami kondisi di mana mereka tidak makan seharian akibat tidak bisa
mengakses pangan. Sehingga dapat disimpulkan dari hasil kuesioner tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki akses pangan yang
tergolong baik. Dari total 84 KK, terdapat 82 KK dengan persentase 97,6% yang
menunjukkan akses pangan dalam kategori baik, sedangkan 2 KK lainnya masuk
kategori akses pangan yang tidak baik.

74
5.6 Aspek Pola Asuh
Menurut Tarmudji (2002) dalam (Hardianty, 2019) pola asuh merupakan
pengasuhan yang berlaku dalam keluarga, interaksi antara orang tua dan anak
selama dalam masa pengasuhan. Pola asuh merupakan kemampuan ibu atau
pengasuh untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik secara fisik, mental dan sosial
(Hardianty, 2019). Menurut Soekirman (2000) definisi pola asuh adalah sikap dan
perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberi makan, kebersihan, memberi
kasih sayang dan sebagainya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan
(Hardianty, 2019). Fungsi pengasuhan meliputi pemenuhan kebutuhan dasar anak
seperti pemberian makan, mandi, menyediakan dan memakaikan pakaian anak.
Selain itu di dalamnya pula termasuk kegiatan monitoring kesehatan anak,
menyediakan obat serta merawat dan membawanya ke pelayanan kesehatan
(Hardianty, 2019). Peran keluarga terutama ibu sangat penting dalam mengasuh
anak karena menentukan tumbuh kembang anak. Menurut UNICEF (2013), pola
asuh menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian stunting. Karena anak-
anak yang masih membutuhkan orang tua sebagai pengasuh atau yang merawat
mereka, maka pola asuh terkait nutrisi yang diberikan orang tua kepada anak sangat
menentukan asupan nutrisi mereka. Menurut Rahmayana (2015) Jika gizi anak
mengalami kekurangan maka akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan otak, penurunan imunitas serta rendahnya imunitas melawan
infeksi yang rentan terjadi pada anak stunting (Noorhasanah & Tauhadiah, 2021).

Dalam penelitian ini aspek pola asuh dinilai menggunakan beberapa indikator
antara lain, inisiasi menyusui dini (IMD), ASI eksklusif, MP-ASI, makanan gizi
seimbang, makanan selingan, keterlibatan pihak lain dalam pengasuhan,
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, dan imunisasi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dari 84 KK yang menjadi sampel


penelitian di Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe sebanyak 67 KK
dengan persentase 79,8% melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sesaat setelah
anak lahir. 8 KK lainnya dengan persentase 9,5% tidak melakukan Inisiasi

75
Menyusui Dini, dan sisanya sebanyak 9 KK dengan persentase 10,7% belum
memiliki balita atau baduta. Pada indikator ASI Eksklusif menunjukkan bahwa 54
KK dengan persentase 64,3% memberikan ASI Eksklusif kepada anak mereka
sampai dengan usia 6 bulan. Sedangkan 20 KK dengan persentase 23,8% tidak
memberikan ASI Eksklusif sampai dengan usia 6 bulan, dan sisanya sebanyak 10
KK dengan persentase 11,9% belum memiliki balita atau baduta.

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif (0-6 bulan) penting
diberikan kepada bayi, hal ini dikarenakan komponen nutrisi yang terkandung pada
ASI sangat diperlukan oleh bayi terutama hingga usia 2 tahun. Pada periode ini
pertumbuhan dan perkembangan bayi berlangsung pesat, seperti pertumbuhan fisik,
fungsi otak, dan saraf. Pada penelitian yang dilakukan di pedesaan Rwanda
membuktikan bahwa pemberian ASI eksklusif meningkatkan pertumbuhan linier
pada anak-anak dan mengurangi risiko stunting (Annisa, Sumiaty, & Tondong,
2019).

Pada indikator MP-ASI, berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada 84 KK


di Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe menunjukkan bahwa 69 KK
dengan persentase 82,1% memberikan MP-ASI setelah usia 6 bulan. Sedangkan
responden yang tidak memberikan MP-ASI sebanyak 4 KK dengan persentase
4,8% dan sisanya sebanyak 11 KK dengan persentase 13,1% belum memiliki balita
atau baduta. Pemberian MP-ASI berguna untuk memenuhi kebutuhan energi tiap
individu guna menunjang proses pertumbuhan linear, pembentukan fungsi organ
yang normal, dan perkembangan neuorologis serta fungsi kognitif (Nurkomala,
Nuryanti, & Panunggal, 2018). Pemberian MP-ASI yang tepat adalah yang
memenuhi persyaratan, antara lain tepat waktu, adekuat, aman, dan diberikan
dengan cara yang benar. Berdasarkan kenyataan yang ditemui dilapangan ternyata
masih ada beberapa ibu yang memberikan MP-ASI kurang dari enam bulan.
Penelitian di Aceh membuktikan bahwa anak yang diberikan MP-ASI terlalu dini
memiliki risiko menjadi stunting 6,54 kali dibandingkan dengan anak yang
diberikan MP-ASI sesuai dengan usia yang dianjurkan. Bayi dan anak yang
mendapat MP-ASI kurang dari enam bulan seringkali memiliki kecukupan asupan

76
energi, protein dan zat gizi mikro yang rendah seperti zat besi dan seng. Defisiensi
zat besi dan seng yang rendah dikaitkan dengan terhambatnya perkembangan
motorik dan kegagalan pertumbuhan serta meningkatkan risiko morbiditas dan
mortalitas akibat diare dan infeksi pernafasan (Nurkomala et al., 2018).

Pada indikator makanan gizi seimbang sebanyak 58 KK dengan persentase


69,1% telah memberikan makanan sesuai dengan gizi seimbang kepada anak.
Makanan dengan gizi seimbang sangat dibutuhkan anak-anak guna menunjang
pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan gizi seimbang dalam hal ini
diartikan sebagai makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan
buah. Sedangkan 17 KK dengan persentase 20,2% tidak memberikan makanan gizi
seimbang kepada anak, 9 KK lainnya belum memiliki balita dan baduta.

Pada indikator makanan selingan, sebanyak 69 KK dengan persentase 82,1%


memberikan makanan selingan kepada anak mereka. Dan sebanyak 5 KK dengan
persentase 6% tidak memberikan makanan selingan, serta sisanya sebanyak 10 KK
belum memiliki balita dan baduta. Kemudian pada indikator keterlibatan pihak lain
dalam proses pengasuhan diperoleh hasil bahwa 56 KK dengan persentase 66,6%
melibatkan pihak lain seperti kakek, nenek, paman, dan saudara dalam proses
pengasuhan (mengasuh anak).

Pada indikator penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan


diperoleh hasil bahwa 72 KK dengan persentase 85,7% telah melakukan
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan anak setiap bulannya.
Kegiatan ini sangat penting untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan
anak, sehingga apabila mengalami masalah atau kelainan dalam pertumbuhan dan
perkembangan dapat secara cepat mendapat penanganan. Selain itu pada indikator
imunisasi diperoleh hasil bahwa 70 KK dengan persentase 83,3% telah
mendapatkan imunisasi secara lengkap. Imunisasi merupakan salah satu upaya
dalam meningkatkan kekebalan tubuh seseorang. Bayi yang tidak mendapat
imunisasi secara lengkap berisiko terserang penyakit infeksi. Balita yang
mengalami infeksi jika tidak mendapatkan penanganan dan dibiarkan dapat berisiko
terjadinya stunting. Balita yang memiliki penyakit infeksi biasanya akan memiliki

77
gejala berupa tidak merasa lapar, tidak mau makan, mulut terasa pahit sehingga
mengganggu nafsu makannya dan menyebabkan asupan gizi pada anak berkurang,
tentu hal ini akan mempengaruhi tumbuh dan kembang anak (Intan, Wadjaudje,
Habibah, Rahayuwati, & Solehati, n.d.).

Namun jika dilihat secara keseluruhan dari 84 KK, pola asuh masyarakat Desa
Sumberpakem masih tergolong kategori baik. Hal ini dikarenakan 72 KK dengan
persentase 85,7% telah melakukan pola asuh yang baik bagi anaknya. Sedangkan
yang tidak termasuk pada pola asuh kategori baik hanya sebesar 3 KK dengan
persentase 3,6 %, dan sisanya sebanyak 9 responden belum memiliki balita atau
baduta.

5.7 Aspek Sanitasi Lingkungan


Faktor lingkungan memiliki peran yang cukup besar dalam menentukan status
kesehatan di masyarakat. Kondisi lingkungan yang optimum akan dapat
menciptakan pengaruh positif terhadap perwujudan status kesehatan yang optimum
pula. Penilaian lingkungan dapat dilihat dari aspek sanitasinya. Sanitasi lingkungan
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan maupun
mempertahankan kondisi lingkungan yang standar serta mendasar yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan manusia (Notoatmodjo, 2012). Kegiatan analisis
situasi di Desa Sumberpakem Kecamatan sumberjambe Kabupaten Jember juga
menilai aspek sanitasi lingkungan untuk melihat status kesehatan masyarakat
kaitannya dengan masalah gizi stunting. Penilaian dalam aspek ini dilakukan
dengan 2 metode yakni menggunakan lembar kuesioner dan observasi. Indikator
penilaian dalam kegiatan analisis situasi tersebut didasari oleh pendapat
(Kasnodihardjo & Elsi, 2013) yang mengemukakan bahwa terdapat 5 faktor penting
yang perlu diperhatikan dalam penilaian sanitasi lingkungan, yaitu: 1) Sarana air
bersih, 2) Ketersediaan jamban, 3) Pengelolaan air limbah, 4) Pembuangan sampah,
dan 5) Pencemaran tanah. Penilaian dilakukan dengan membandingkan jawaban
responden melalui lembar kuesioner dengan hasil observasi peneliti terhadap
sanitasi lingkungan disekitar responden.

78
Indikator penilaian sarana air bersih ditunjukkan dengan pertanyaan terkait
sumber air yang digunakan masyarakat Desa Sumberpakem untuk minum dan
keperluan sehari-hari. Berdasarkan hasil survei melalui kuesioner, sebagian besar
responden (52,4%) menjawab sumber air yang digunakan berasal dari sumur,
41,6% menjawab air PAM, dan 6% masyarakat masih bergantung pada air sungai.
Berdasarkan lembar observasi terkait sarana air bersih, terdapat sebanyak 58%
responden yang memiliki sumber air bersih baik sumur maupun PAM secara
pribadi. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat masyarakat Desa
Sumberpakem yang menggunakan sumber air secara bersama-sama antar rumah
tangga satu dengan rumah tangga yang lain. Penggunaan secara bersama-sama
tersebut akan berpotensi menimbulkan masalah terkait dengan ketersediaan sumber
air bersih yang terbatas serta kualitas air bersih yang kurang dapat terjaga dengan
baik. Rumah tangga yang masih menggunakan air sungai sebagai sumber air utama
untuk kegiatan sehari-hari juga dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan
kesehatan seperti penyakit kulit, diare, serta penyakit infeksi lainnya akibat mutu
air yang berada dalam kualitas rendah.

Indikator penilaian terkait ketersediaan jamban ditunjukkan dengan pertanyaan


tentang kepemilikan jenis jamban dan tempat penampungan tinja dialirkan.
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang disebar ke 84 responden, kebiasaan
Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Desa Sumberpakem masih tergolong
cukup tinggi. Kebiasaan BABS tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kepemilikan jamban, budaya yang sulit diubah, perasaan nyaman ketika BAB di
sungai, pemahaman yang rendah terkait pola hidup bersih dan sehat, serta faktor
ekonomi. Sebagian responden bahkan mengaku bahwa meskipun mereka memiliki
kamar mandi sendiri di rumahnya tapi tidak jarang mereka memilih untuk
melakukan BAB di sungai baik karena alasan kamar mandi tidak dilengkapi dengan
jamban maupun karena merasa lebih nyaman BAB di sungai. Kebiasaan BABS
dikhawatirkan akan menimbulkan kerugian sendiri bagi masyarakat karena masih
banyak pula masyarakat Desa Sumberpakem yang bergantung pada sungai untuk
keperluan hidup lainnya seperti mandi, mencuci baju, piring dan sebagainya

79
(Astriani, 2019). Hal tersebut berpotensi membuka peluang infeksi food borne
disease, penyakit kulit, dan infeksi lainnya.

Indikator penilaian terkait pengelolaan air limbah ditunjukkan dengan


pertanyaan mengenai aliran limbah cair dari kamar mandi dan dapur sebagian besar
masyarakat Desa Sumberpakem masih mengalirkan limbah hasil buangan kamar
mandi dan dapur ke sungai dan selokan/kali kecil disekitar rumah. Berdasarkan
hasil observasi, aliran selokan tempat pembuangan air limbah dibiarkan terbuka dan
tidak jarang memiliki jarak <10 meter, sehingga dapat mencemari sumber air yang
ada disekitarnya. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa hampir tidak ada rumah
tangga yang mengalirkan limbah cairnya ke selokan tertutup untuk diolah lebih
lanjut. Kontaminasi ini tentu dapat mempengaruhi kualitas air dan tanah di
pemukiman tersebut sehingga risiko kesehatan dapat dengan mudah menyerang
masyarakat Desa Sumberpakem.

Indikator penilaian terkait sampah rumah tangga pada masyarakat Desa


Sumberpakem ditunjukkan dengan pertanyaan terkait penanganan sampah.
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner dapat diketahui bahwa Desa Sumberpakem
masih belum memiliki sistem pengolahan sampah terpadu. Hal tersebut dibuktikan
dengan tidak adanya responden yang mengaku membuang sampah dengan cara
diangkut oleh petugas sampah. Sebagian besar masyarakat masih mengolah sampah
secara swadaya dengan cara ditumpuk secara komunal di suatu pekarangan kosong
kemudian setelah beberapa hari di bakar. Kondisi ini tentu dapat menimbulkan
masalah baru seperti gangguan pernapasan yang timbul akibat asap pembakaran
baik bagi orang dewasa maupun anak-anak yang tinggal disekitar tempat
pembakaran sampah dilakukan. Sarana pembuangan sampah secara bersama-sama
oleh masyarakat dalam satu lingkungan tersebut dilakukan secara terbuka tanpa
tutup. Potensi akan adanya lindi yang menimbulkan bau juga dapat mengundang
berbagai vektor dan rodent yang membawa bibit penyakit dan menginfeksi
masyarakat sewaktu membuang sampah di tempat tersebut.

80
5.8 Aspek Ekonomi
Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi oleh banyak faktor
ketika faktor-faktor ini terlibat, seperti faktor ekonomi, sosial budaya, pendidikan,
dll. Karena sosial ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan
jumlah makanan yang tersedia bagi keluarga, maka hal tersebut juga menentukan
status gizi keluarga, termasuk mempengaruhi tumbuh kembang anak (Ibrahim &
Faramita, 2015). Salah satu penyebab tidak langsung dari masalah stunting adalah
status sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
kepemilikan aset, dan posisi dalam organisasi. Stunting pada anak di bawah usia 5
tahun memberikan gambaran tentang status sosial ekonomi secara keseluruhan di
masa lalu dan merupakan kondisi gizi kronis yang dapat memiliki efek yang sulit
untuk pulih dalam dua tahun pertama kehidupan (Doloksaribu, 2021).

Terkait dengan tingkat Pendidikan sebanyak 52,3% responden hanya tamat


sekolah dasar atau tidak bersekolah. Begitu juga dengan tingkat Pendidikan
pasangan yaitu sebesar 54,8% Pendidikan pasangan responden hanya sampai di
sekolah dasar atau tidak bersekolah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
(Ibrahim & Faramita, 2015) terdapat hubungan yang signifikan terhadap tingkat
pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan di wilayah
kerja puskesmas barombong kota Makassar sedangkan, untuk tingkat Pendidikan
ayah tidak terdapat hubungan yang cukup signifikan terhadap kejadian stunting.
Orang tua yang memiliki tingkat Pendidikan lebih tinggi cenderung akan memilih
bahan makanan yang lebih baik dalam hal kualitas maupun kuantitas hidangan
dibandingkan yang memiliki tingkat Pendidikan rendah (Oktavia, 2021). Semakin
tinggi tingkat Pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula status gizi anak.

Pendapatan keluarga berpengaruh cukup signifikan terhadap status gizi anak


khususnya pada anak stunting. Pada hasil analisis situasi yang dilakukan sebanyak
82,1% responden memiliki pendapatan kurang dari UMK yang ada. Status ekonomi
yang kurang akan berdampak terhadap status gizi anak , anak bisa menjadi kurus
maupun pendek (UNICEF, 2013). Pelayanan umum yang baik seperti Pendidikan,
pelayanan kesehatan serta akses jalan yang baik akan lebih mudah didapatkan

81
ketika status ekonomi keluarga tergolong dalam kategori yang baik. Keluarga yang
memiliki status gizi yang baik dapat meningkatkan akses pangan keluarga sehingga
status gizi keluarga dapat meningkat menjadi lebih baik.

Tingkat kemiskinan sebuah keluarga dapat dinilai oleh beberapa indikator,


yaitu kemampuan keluarga memperoleh kepemilikan pakaian (sandang),
mendapatkan pangan, kondisi tempat tinggal (papan) yang layak, terjangkaunya
akses pendidikan dan kesehatan, pendapatan, serta kepemilikan aset. Berdasarkan
hasil analisis situasi hanya 33,3% responden saja yang memiliki aset. Pendapatan
maupun kepemilikan aset merupakan faktor internal yang mempengaruhi tingkat
kesejahteraan. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan merupakan faktor penting
dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Keluarga yang memiliki penghasilan
tinggi lebih mungkin untuk sejahtera dibandingkan dengan keluarga berpenghasilan
rendah.

Pada indikator kepemilikan jabatan atau tokoh penting pada masyarakat hanya
8,3% responden saja yang anggota keluarganya memiliki jabatan tertemtu atau
menjadi tokoh yang penting dalam masayarakat. Berdasarkan hasil analisis situasi
di desa Sumberpakem responden yang tergolong dalam tingkat ekonomi bawah
sebesar 30,9%, tingkat ekonomi menengah 56% dan tingkat ekonomi atas 13,1%.

5.9 Aspek Budaya


Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi anak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Budaya merupakan salah satu faktor tidak langsung yang
mempengaruhi status gizi anak. Budaya merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi sikap seorang ibu selama kehamilan, persalinan serta dalam
merawat balita. Budaya, tradisi atau kebiasaan yang ada di masyarakat, seperti
pembatasan makanan dan kebiasaan makan yang buruk, dapat memicu munculnya
masalah gizi terutama pada balita. Ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan balita (Adriani & Wirjatmadi, 2014).

Berdasarkan hasil data analisis situasi desa Sumberpakem Kecamatan


Sumberjambe sebesar 41,7% yang mempercayai adanya larangan dalam
mengkonsumsi makanan tertentu. Sebanyak 53,6% responden telah mengetahui

82
informasi terkait pantangan makanan tertentu selama lebih dari 5 tahun.
Kebanyakan informasi tentang pantangan makanan pada saat kehamilan.
Kehamilan sendiri membuat ibu hamil rentan terhadap malnutrisi karena kebutuhan
fisiologis yang meningkat, kebutuhan nutrisi mungkin tidak terpenuhi sepenuhnya
dalam makanan, sehingga membatasi pemberian makan karena pantangan akan
meningkatkan kejadian stunting pada anak. Masalah yang sering muncul pada ibu
hamil adalah membatasi jenis dan jumlah makanan yang dimakan. Salah satunya
karena food taboo (Kavle & Landry, 2018). Salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku pantang makan adalah riwayat gangguan kesehatan yang mempengaruhi
pantang makan karena ibu hamil sering tidak makan makanan bergizi, menurunkan
status gizi dan mempengaruhi kesehatannya (Kristya et al., 2021).

Penelitian yang dilakukan di desa Sumberpakem menunjukan bahwa sebagian


besar responden yang memberi informasi terkait perilaku food taboo yaitu dukun,
mantri, ,masyarakat sekitar, mertua, orang tua, tokoh adata, social media, suami dan
tetangga sering memberi pantangan makanan untuk ibu hamil untuk menghindari
suatu makanan seperti menghindari cumi, nanas, ketan, durian, talas dan ikan.
Tidak hanya pada saat kehamilan tetapi pada saat nifas, menyusui, maupun dalam
kehidupan sehari-hari terdapat beberapa larangan atau pantangan terhadap makanan
tertentu. Lingkungan sosial budaya yang menyebabkan perilaku food taboo terjadi
karena seringnya responden berinteraksi dengan lingkungannya sehingga
memberikan informasi baru untuk responden. Namun informasi terkait food
taboo yang diterima bisa saja tidak semuanya benar, ibu hamil juga dapat menerima
informasi yang salah dari orang lain sehingga mempengaruhi perilakunya.

5.10 Identifikasi Masalah dan Penyebab Masalah


Berdasarkan analisis situasi yang telah diperoleh dan dijabarkan pada sub bab
diatas, permasalahan kesehatan yang paling tinggi dan menjadi prioritas adalah
permasalahan stunting. Dilihat dari aspek yang tercantum dalam kuesioner, dapat
diperoleh analisis identifikasi masalah sebagai berikut:

a) Gambaran Umum Desa

83
1. Mayoritas penduduk Desa Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe,
Kabupaten Jember memiliki tingkat pendidikan terakhir berupa Sekolah
Dasar sebanyak 36 responden yang dibuktikan dengan persentase 42,9%
dan terdapat 9 responden yang tidak tamat/lulus Sekolah Dasar dengan
persentase 10,7%.
2. Mayoritas masyarakat Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe
Kabupaten Jember memiliki penghasilan di bawah UMK Jawa Timur
sebanyak 69 responden yang dibuktikan dengan persentase 82,1%
b) Asupan Gizi dan Kesehatan
1. Berdasarkan hasil analisis situasi di Desa Sumberpakem Kecamatan
Sumberjambe hanya 29,7% yang mengetahui porsi makan yang tepat
berdasarkan “Isi Piringku”.
2. Hasil analisis situasi menunjukkan bahwa sebanyak 92,9% responden
telah memiliki asupan gizi yang baik
3. Sebagian besar masyarakat Desa Sumberpakem mengonsumsi protein
nabati setiap hari dengan persentase 65,5% sedangkan konsumsi
protein hewani 2-3 kali seminggu dengan persentase 66,6%. Kemudian
lemak dan karbohidrat dikonsumsi setiap hari dengan persentase
masing-masing 90,5% dan 98,8%.
4. Konsumsi sayuran dilakukan setiap hari dengan persentase 79,8% dan
untuk konsumsi buah-buahan yakni 2-3 kali seminggu dengan
persentase 11,9%.
c) Akses Pangan dan Pola Asuh
1. Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas terdapat kolostrum
berwarna kekuningan pada saat pertama kali ASI keluar dengan jumlah
responden sebesar 67 orang dengan persentase 79,8%
2. Mayoritas responden memberikan ASI Eksklusif dengan persentase
sebesar 64,3% dan MPASI dengan persentase 82,1% pada balita dan
baduta

84
3. Mayoritas responden memberikan makanan sesuai dengan gizi
seimbang sebanyak 69,1% dan memberikan makanan selingan pada
balita dan baduta dengan persentase 82,1%
4. Berdasarkan hasil analisis, sebanyak 56 responden atau 66,6%
mengaku bahwa terdapat pihak lain (seperti kakek dan nenek) yang
mengasuh anaknya.
5. Hasil analisis menunjukkan 85,7% responden melakukan penimbangan
terhadap anaknya dan 83,3% imunisasi lengkap
6. Mayoritas masyarakat Desa Sumberpakem tidak pernah makan dengan
jenis makanan yang terbatas (96,4%), selalu ada makanan untuk
dimakan dirumahnya (95,2%) dan tidak pernah tidak makan seharian
(97,6%)
7. Berdasarkan hasil analisis, mayoritas masyarakat Desa Sumberpakem
dapat makan semua yang disukai (96,4%) dan tidak pernah makan
dengan keadaan porsi lebih sedikit akibat akses pangan yang tidak
terjangkau (95,2%)
d) Sanitasi Lingkungan dan Pelayanan Kesehatan
1. Berdasarkan hasil analisis situasi, mayoritas sumber air masyarakat
Desa Sumberpakem adalah Air sumur (52,4%)
2. Sebagian besar masyarakat Desa Sumberpakem, 78,6% responden
membuang sampah rumah tangga secara sembarangan ke sungai/kebun
(45,2%) serta limbah air bekas kamar mandi dan dapur dibuang melalui
selokan/got dan dialirkan ke sungai (44,1%)
3. Penampungan tinja responden mayoritas menggunakan septic tank
(53,5%) dan sebagian besar menggunakan WC berbentuk leher angsa
(51,2%) serta membuang tinja langsung ke sungai/parit/kebon sebesar
45,2%
4. Budaya cuci tangan di Desa Sumberpakem masih termasuk kategori
tinggi dengan persentase sebesar 89,3%
5. Pelayanan kesehatan di Desa Sumberpakem masih dapat terjangkau
oleh masyarakat mulai dari waktu perjalanannya terjangkau (60,7%),

85
bahasa yang digunakan di fasyankes menggunakan bahasa yang
dimengerti (98,8%), kualitas fasyankes yang baik (83,3%), dan biaya
yang dapat dijangkau (91,7%). Pelayanan paling sering diberikan
adalah KIA/KB dengan persentase 78,7%
e) Ekonomi dan Budaya
1. Berdasarkan hasil analisis situasi, didapatkan hasil sebagian besar
masyarakat Desa Sumberpakem termasuk ke dalam kategori
masyarakat perekonomian menengah dengan persentase 56%
2. Di Desa Sumberpakem masih terdapat kepercayaan terhadap larangan
makanan (food taboo) yang juga dilakukan oleh masyarakat lainnya
dengan persentase 100%

Pendekatan Fishbone diagram

86
Gambar 5.1 Bagan Pendekatan Fishbone Diagram SEQ
Gambar_2.4_Kerangka_Konsep \* alphabetic e

87
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Desa Sumberpakem sebagai salah satu desa di Kecamatan Sumberjambe
terletak di daerah dataran tinggi/ pegunungan dengan ketinggian 300.00 m
(BPS, 2019). Luas wilayah Desa Sumberpakem 6,66 km2.Desa yang
memiliki 6 Dusun antara lain Krajan I, Krajan 2, Karang Duren, Karang
Tengah, Karang Suno, dan Pandean ini tergolong dalam wilayah dengan
curah hujan cukup tinggi yaitu 2.323 mm2. Jumlah penduduk Desa
Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember adalah 6.130
jiwa. Sebagian besar penduduk memiliki tingkat pendidikan tidak tamat SD
sebanyak 1.494. Sedangkan pekerjaan utama masyarakat Desa
Sumberpakem yaitu sebagai Buruh tani/Buruh nelayan dengan rata-rata
pendapatan keluarga yaitu di bawah UMK Jawa Timur atau kurang dari Rp
1.892.000.
2. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan pada 84 responden di
Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember pada
aspek asupan gizi Desa Sumberpakem tergolong kategori baik (92,9%).
Pada aspek Kesehatan masyarakat tergolong tidak baik yaitu 61,9% dan
kategori baik 38,1%. Pada aspek akses pangan tergolong kedalam kategori
baik 97,6% dan tidak baik 2,4%. Pada aspek pola asuh seperti Inisiasi
Menyusui Dini (IMD), ASI eksklusif, pemberian MP-ASI, pemberian
makanan dengan gizi seimbang, pemberian makanan selingan (snack),
keterlibatan pihak lain dalam mengasuh anak, penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan anak, dan kelengkapan imunisasi anak tergolong
pada kategori baik yaitu sebesar 85,7%, Tidak Baik 3,6%, dan Belum
memiliki balita/baduta (karena masih berada di fase kehamilan) 10,7%.
Pada aspek sanitasi lingkungan antara lain sumber air, penanganan sampah
rumah tangga, saluran pembuangan air limbah, perilaku cuci tangan, tempat
penampungan tinja, jenis jamban atau WC tergolong pada kategori baik
sebanyak 48,8% dan Tidak Baik sebanyak 51,2%. Identifikasi masalah
Kesehatan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan

88
menggunakan pendekatan diagram fishbone, secara garis besar penyebab
stunting di Desa Sumberpakem terdiri dari lima aspek yaitu asupan gizi,
sanitasi lingkungan, status Kesehatan, ekonomi, dan budaya.

6.2 Saran
Permasalahan Kesehatan Desa Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe,
Kabupaten Jember disebabkan utamanya oleh asupan gizi masyarakat, sanitasi
lingkungan, status Kesehatan, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat.
Perangkat desa setempat diharapkan memberikan intervensi baik berupa
penyuluhan maupun kegiatan pemberdayaan masyarakat terkait gizi, perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS), dan sanitasi lingkungan kepada masyarakat Desa
Sumberpakem. Selain itu, pihak perangkat desa juga diharapkan selalu
memperbarui data kependudukan baik terkait data umum masyarakat maupun data
posyandu dan puskesmas.

89
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2014). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta


Kencana Prenada Media Group.
Andani, A., 2016. Ketersediaan Pangan di Pedalaman Amfoang Timur-NTT: Potret
manajemen Gizi Dan Pangan Yang Belum Merata Di Negeri Ini.
PENINGKATAN KESEHATAN DI NEGARA TROPIS MELALUI ONE
HEALTH SISTEM, p.1. Aritonang, E.A., Margawati, A. and Dieny, F.F.,
2020. Analisis pengeluaran pangan, ketahanan pangan dan asupan zat gizi
anak bawah dua tahun (BADUTA) sebagai faktor risiko stunting. Journal of
nutrition college, 9(1), pp.71-80.
Annisa, N., Sumiaty, S., & Tondong, H. I. (2019). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini
dan ASI Eksklusif dengan Stunting pada Baduta Usia 7-24 Bulan. Jurnal
Bidan Cerdas (JBC), 2(2), 92. https://doi.org/10.33860/jbc.v2i2.198
Astriani, E. (2019). Pelaksanaan Odf (Open Defecation Free) Di Desa Besuki
Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek. Publiciana, 24–39.
https://journal.unita.ac.id/index.php/publiciana/article/download/195/182
Azmy, U., & Mundiastuti, L. (2018). Konsumsi Zat Gizi pada Balita Stunting dan
Non- Stunting di Kabupaten Bangkalan. Amerta Nutrition, 292–298.
https://doi.org/10.20473/amnt.v2.i3.2018.292-298
Budiarto, E. (2001). Biostatistik untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Jakarta: EGC
Bungin Burhan. (2017). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup
Cahyono, T. (2018) Statistika Terapan dan Indikator Kesehatan. Yogyakarta:
Deepublish CV Budi Utama.
Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., Spong,
C. Y., & C.Y. (2013). Obstetri William (23rd ed.). EGC.
Dewi, I., Suhartatik, & Suriani. (2019). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
stunting pada Balita 24-60 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lakudo
kKabupaten Buton Tengah. 14.
Doloksaribu, L. G. (2021). Gambaran Sosial Ekonomi Keluarga Balita Stunting Di
Wilayah Kerja Puskesmas Silangit. Wahana Inovasi : Jurnal Penelitian Dan
Pengabdian Masyarakat UISU, 10(1), 21–25.
https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/wahana/article/view/4281
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. (2020). Profil Kesehatan Kabupaten Jember
Tahun 2020. Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. (2020). Profil Kesehatan
Kabupaten Jember Tahun 2020.
Faiqoh, R. B. Al, & Suyatno, A. K. (2018). Hubungan Ketehanan Pangan Keluarga
Dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia
24-59 Bulan Di Daerah Pesisir (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-Journal),
6(5), 413–421.
Fedriansyah, D., Paramashanti, B.A. and Paratmanitya, Y., 2020. Faktor Sosial
Ekonomi Dan Stunting Pada Anak Usia 6-23 Bulan. Media Gizi Pangan,
27(1), pp.22-29.

90
Godoy, R. and Bessas, C. (2020) Plan, Do, Check, Act. Australia: Aquila Institute
Pty Ltd.
Hardianty, R. (2019). Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kejadian Stunting Anak
Usia 24-59 Bulan Di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. In
Repository.Unej.Ac.Id. Retrieved from
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/92181
Hermawan, Y. and Ikhsan, K.N., 2013. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
Lingkungan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Pelaksanaan Kesehatan
Lingkungan SMP Negeri Tambaksari Kecamatan Tambaksari Kabupaten
Ciamis. Jurnal Bumi Lestari, 13(1), pp.166-173.
Intan, N., Wadjaudje, P., Habibah, N., Rahayuwati, L., & Solehati, T. (n.d.). THE
SOCIO-CULTURAL ENVIRONMENT , PARENTAL PERCEPTION ,
ADOLESCENT KNOWLEDGE , AND ATTITUDE TOWARD EARLY-AGE
MARRIAGE DECISION. 2(3), 195–201.
Ibrahim, I. A., & Faramita, R. (2015). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Keluarga
dengan Kejadian Stunting Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Barombong Kota Makassar Tahun 2014. Al-Sihah : Public Health
Science Journal, 7(1), 63–75. http://103.55.216.55/index.php/Al-
Sihah/article/view/1978
Kavle, J. A., & Landry, M. (2018). Addressing barriers to maternal nutrition in low-
and middle-income countries: A review of the evidence and programme
implications. Maternal and Child Nutrition, 14(1), 1–13.
https://doi.org/10.1111/mcn.12508
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Tingkatkan Konsumsi Sayur dan Buah
Nusantara Menuju Masyarakat Hidup Sehat. Redaksi Sehat Negeriku.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola
Makan, Pola Asuh dan Sanitasi. Redaksi Sehat Negeriku.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id
Kasnodihardjo, K., & Elsi, E. (2013). Deskripsi Sanitasi Lingkungan, Perilaku Ibu,
dan Kesehatan Anak. Kesmas: National Public Health Journal, 7(9), 415.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v7i9.14
Kementerian Kesehatan. (2020). Situasi Stunting di Indonesia. In Jendela data dan
informasi kesehatan (Vol. 208, Issue 5).
Kementerian Kesehatan. (2020). Situasi Stunting di Indonesia. In Jendela data dan
informasi kesehatan (Vol. 208, Issue 5).
Kristya, A. M., Sitoayu, L., Nuzrina, R., Ronitawati, P., & Sapang, M. (2021).
PERILAKU FOOD TABOO PADA IBU HAMIL DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA DI PUSKESMAS PAMARAYAN KABUPATEN
SERANG, BANTEN. Jurnal Ekologi Kesehatan, 20(2), 139–151.
https://doi.org/https://doi.org/10.22435/jek.v20i2.4669
Laksono, A. D., & Pranata, S. (2017). Akses Pelayanan Kesehatan Ibu & Anak di
Kepulauan. January 2013.
Ma’rifat. (2010). ANALISIS HUBUNGAN PEMANFAATAN PELAYANAN
KESEHATAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BATITA. INSTITUT
PERTANIAN BOGOR.

91
Mansur, A. R. (2019). Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah (M. Neherta & I.
M. Sari (eds.); 1st ed.). Andalas University Press.
Mitra. (2015). Analisis Permasalahan Status Gizi Kurang Pada Balita di Puskesmas
Teupah Selatan Kabupaten Simeuleu. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(6),
261. https://doi.org/10.33085/jkg.v1i3.3952
Muninjaya, G. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC
M.Merrill, R. and C.Timmreck, T. (2006) Inroduction to Epidemiology:Fourth
Edition. Canada: Jones and Bartlett Publishers.
Margono, S. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Miles dan Huberman. (1992). Analisis data Kualitatif. (diterjemahkan Ole: Tjetjep
Rohedi Rosidi). Jakarta: Universitas Indonesia.
Nafisadilah, A. (2016). Upaya Kesehatan (pp. 1–48).
Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ningrum, V. (2019). Akses Pangan Dan Kejadian Balita Stunting: Kasus Pedesaan
Pertanian Di Klaten. Jurnal Pangan, 28(1), 73–82.
https://doi.org/10.33964/jp.v28i1.424
Noorhasanah, E., & Tauhadiah, N. I. (2021). Hubungan Pola Asuh Ibu dengan
Kejadian Stunting Anak Usia 12-59 Bulan. Jurnal Ilmu Keperawatan Anak,
4(1), 37–42. https://doi.org/10.32584/jika.v4i1.959
Nurfaradila, T. (2021). Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga dan Pola Asuh
Sebagai Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59.
Nurkomala, S., Nuryanti, & Panunggal, B. (2018). PRAKTIK PEMBERIAN
MPASI (MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU) PADA ANAK
STUNTING DAN TIDAK STUNTING USIA 6-24 BULAN. Journal of
Nutrition College, 7.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Sanitasi lingkungan. Sanitasi Lingkungan, 1, 45–54.
Nur, A. and Marissa, N., 2014. Riwayat pemberian air susu ibu dengan penyakit
infeksi pada balita. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National
Public Health Journal), 9(2), pp.144-149.
Nurdin, S.S.I., Katili, D.N.O. and Ahmad, Z.F., 2019. Faktor ibu, pola asuh anak,
dan MPASI terhadap kejadian stunting di kabupaten Gorontalo. Jurnal Riset
Kebidanan Indonesia, 3(2), pp.74-81.
Oktavia, R. (2021). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Keluarga dengan Kejadian
Stunting. Jurnal Medika Hutama, 03(01), 1616–1620.
Olo, A., Mediani, H.S. and Rakhmawati, W., 2021. Hubungan Faktor Air dan
Sanitasi dengan Kejadian Stunting pada Balita di Indonesia. Jurnal Obsesi:
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), p.11131126.
P2PTM Kemenkes RI. (2018). Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan,
Pola Asuh dan Sanitasi. Kementerian Kesehatan RI.
http://p2ptm.kemkes.go.id
Rayhana, R. and Amalia, C.N., 2021. Pengaruh Pemberian ASI, Imunisasi, MP-
ASI, Penyakit Ibu dan Anak terhadap Kejadian Stunting pada Balita.

92
Muhammadiyah Journal of Nutrition and Food Science (MJNF), 1(2), pp.60-
69.https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/inf
odatin/infodatin-gizi.pdf
Ruswati, R., Leksono, A.W., Prameswary, D.K., Pembajeng, G.S., Inayah, I., Felix,
J., Dini, M.S.A., Rahmadina, N., Hadayna, S., Aprilia, T.R. and Hermawati,
E., 2021. Risiko Penyebab Kejadian Stunting pada Anak. Jurnal Pengabdian
Kesehatan Masyarakat (Pengmaskesmas), 1(2).
Sudaryono, T. (2017). Rancang Bangun Alat Pengukur Kalori Makanan Pintar
Berbasis Smartphone Android. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Supariasa, I. D. N., Bakri, B., & Fajar, I. (2014). Penilaian Status Gizi. EGC.
UNICEF. (2013). Improving Child Nutrition : The Achievable Imperative for
Global Progress.
Supartini, Y., & Ester, M. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Buku
Kedokteran EGC.
Suhardjo dan Kusnanto, C.M. 1992. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Kanisius.
Yogyakarta.
Soemirat, J., 2011. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta, Gamapress.
Sulistyorini, N., Ngalim, A. and Hum, M.M.M., 2014. Kemampuan Berbahasa
Indonesia Lisan Dan Tingkat Sosial Ekonomi Pada Masyarakat Sangkrah,
Surakarta: Tinjauan Sosiolinguistik (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Susanto D. 1991. Fungsi-fungsi sosio-budaya makanan. Majalah Pangan, 9, 51-56.
Sukandar, D., 2006. Makanan tabu di banjar jawa barat. Jurnal Gizi dan Pangan,
1(1), pp.51-56.
Sundari, E. and Nuryanto, N., 2016. Hubungan asupan protein, seng, zat besi, dan
riwayat penyakit infeksi dengan z-score tb/u pada balita. Journal of Nutrition
College, 5(4), pp.520-529.
Siyoto, S. and Sodik, M. A. (2015) Dasar Metodologi Penelitian. Kediri: Literasi
Media Publishing.
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono (2019). Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet.
Syabandini, I. P., Pradigdo, S. F., Suyatno, S., & Pangestuti, D. R. (2018).
FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 6-24
BULAN DI DAERAH NELAYAN (Studi Case-Control di Kampung
Tambak Lorok, Kecamatan Tanjung Mas, Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Undip), 6(1), 496–507.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/19953
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, 2 255 (2009).
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38778/uu-no-36-tahun-2009
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003. Ketenagakerjaan. 25
Maret 2003. Jakarta

93
UNICEF. (2013). Improving Child Nutrition The Achieveable Imperative for
Global Progress. In NCSL legisbrief (Vol. 18, Issue 8).

World Health Organization. (2021). Stunting Prevalence Among Children Under 5


Years of Age. World Health Organization, 35.
https://www.who.int/data/gho/data/indicators/indicator-details/GHO/gho-
jme-country-children-aged-5-years-stunted-(-height-for-age--2-sd)

94
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner

KUESIONER PERTAMA

Nomor Responden : Tanggal :


IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Pekerjaan :

NO PERNYATAAN/PERTANYAAN JAWABAN
.
ASUPAN ZAT GIZI
1. Bagaimana susunan menu makan . 3-4 porsi makanan pokok
yang seimbang dalam piring dan sayur, 2-3 porsi lauk
makanku? dan buah
a. 2-3 porsi makanan pokok
dan sayur, 3-4 porsi lauk
dan buah
b. 2-3 porsi makanan
pokok, sayur, lauk, dan
buah
2. Berapa kali anda mengonsumsi . setiap hari
asupan protein nabati? a. 2-3 kali
(seperti: tahu, tempe, kacang hijau dan seminggu
kacang-kacangan) b. tidak pernah
3. Berapa kali anda mengonsumsi . setiap hari
asupan protein hewani? a. 2-3 kali seminggu
(seperti: ayam, daging, ikan dan telur) b. tidak pernah
4. Berapa kali anda mengonsumsi . setiap hari
asupan zat gizi lemak? a. 2-3 kali seminggu
(seperti: minyak , margarine , susu b. tidak pernah
dan keju)
5. Berapa kali anda mengonsumsi . setiap hari
asupan karbohidrat a. 2-3 kali seminggu
b. tidak pernah

95
(seperti: nasi , roti, mie, kentang dan
singkong)
6. Berapa kali anda mengonsumsi . setiap hari
asupan sayur a. 2-3 kali seminggu
b. tidak pernah
7. Berapa kali anda mengonsumsi a. setiap hari
asupan buah b. 2-3 kali seminggu
c. tidak pernah
KESEHATAN
1. Selama ini, apakah ibu memiliki . Ya
riwayat penyakit yang pernah a. Tidak
diderita?
2.
Apakah pernah mengalami masalah
kesehatan seperti di bawah ini? jika
ya, tuliskan saat usia berapa Anda
mulai mengalami masalah kesehatan
tersebut! a Ya b. Tidak
a.Ya b. Tidak
. Anemia/Kurang darah a.Ya b. Tidak
a. Asma/sesak nafas a.Ya b. Tidak
b. Tekanan Darah a.Ya b. Tidak
Tinggi/Hipertensi a.Ya b. Tidak
c. Tekanan Darah a.Ya b. Tidak
Rendah/Hipotensi a.Ya b. Tidak
d. Batuk lama dan berulang a.Ya b. Tidak
e. Kanker a.Ya b. Tidak
f. Diabetes Mellitus/Kencing a.Ya b. Tidak
manis a.Ya b. Tidak
g. Hepatitis/sakit kuning a.Ya b. Tidak
h. Penyakit kulit
i. Penyakit Jantung Usia: …………………
j. Penyakit Ginjal
k. TBC Paru
l. Obesitas/Kelebihan BB

3. Apakah Ibu memiliki alergi terhadap . Ya


makanan tertentu? Sebutkan! a. Tidak

Alergi Terhadap:

96
………………………..
4. Apakah Ibu memiliki alergi terhadap . Ya
obat – obatan tertentu? Sebutkan! a. Tidak

Alergi Terhadap:
………………………
5. Apakah penting bagi ibu – ibu hamil . Ya
dalam melakukan pemeriksaan a. Tidak
kehamilan?
6. Apakah Ibu pernah mengalami . Ya
keguguran? a. Tidak
7. Apakah Ibu memiliki catatan . Ya
imunisasi? a. Tidak
8.. Apakah Ibu mendapatkan imunisasi . Ya
pada saat bayi? a. Tidak
AKSES PANGAN
1 apakah pernah terjadi di keluarga anda . Ya
harus makan jenis makanan yang a. Tidak
terbatas karena kesulitan dalam
mengakses makanan?
2 apakah pernah terjadi di keluarga anda . Ya
harus makan makanan yang tidak a. Tidak
disukai karena kesulitan membeli
bahan makanan?
3 apakah pernah di keluarga anda harus . Ya
makan dengan porsi yang lebih sedikit a. Tidak
dari yang anda pikir seharusnya
dimakan karena kekurangan bahan
makanan untuk dimakan?
4 apakah anda pernah mengalami tidak . Ya
ada makanan apa pun di dalam rumah a. Tidak
karena kesusahan untuk membeli
bahan makanan?
5 apakah pernah terjadi di keluarga anda . Ya
tidak makan seharian karena tidak ada a. Tidak
cukup makanan untuk dimakan?
POLA ASUH
1. Apakah ibu memberikan ASI yang a. Ya
pertama keluar, biasanya berwarna b. Tidak

97
jernih kekuningan (kolostrum) sesaat
setelah anak ibu lahir?
2. Apakah ibu memberikan ASI saja a. Ya
sampai anak ibu berusia 6 bulan? b. Tidak
3. Apakah ibu memberikan anak a. Ya
makanan tambahan (MP-ASI) setelah b. Tidak
usia 6 bulan?
4. Apakah makanan yang selalu ibu a. Ya, apabila poin
berikan kepada anak ibu sesuai sampai d selalu
dengan gizi seimbang? diberikan
. Makanan pokok: nasi, jagung, b. Tidak, apabila
ubi, talas, dna olahan tepung terdapat minimal 1
a. Lauk pauk: daging, ayam, antara poina sampai d
ikan, tempe, tahu, telur, hati, dan yang tidak diberikan
kerang
b. Sayur: bayam, kangkung,
wortel, dan sebagainya
c. Buah: papaya, pisang, jeruk,
mangga, dan sebagainya
5. Apakah ibu memberikan makanan a. Ya, (<2 kali /
selingan kepada anak? >=2kali)
b. Tidak
6. Apakah ada pihak lain (misal, kakek, a. Ya
nenek, paman, bibi, dst) yang terlibat b. Tidak
dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan anak (mengasuh
anak)?
7. Apakah anak ditimbang berat badan a. Ya
dan diukur tinggi badannya setiap b. Tidak
bulannya?
8. Apakah anak mendapatkan imunisasi a. Ya
balita secara lengkap? b. Tidak
9. Apakah ada peran nenek dan kakek a. Ya
dalam orangtua mengasuh anak? b. Tidak
SANITASI LINGKUNGAN
1. Sumber air yang digunakan ? . Air PAM
a. Air sumur
b. Air sungai

98
2. Bagaimana cara utama dalam . Diangkut petugas
menangani sampah rumah tangga? sampah
a. Dibuang sendiri ke
TPS
b. Dibakar/dibuang
sembarangan (sungai atau
kebun)
3. Bagaimana saluran pembuangan . Got/selokan
limbah dari kamar mandi/dapur? a. Sungai
b. Pekarangan rumah
4. Apakah keluarga selalu mencuci . Ya
tangan menggunakan sabun sebelum a. Jarang
dan sesudah makan dan setelah keluar b. Tidak
rumah?
5. Bagaimana cara . Septic tank
pembuangan/penampungan tinja a. Parit sungai
keluarga? b. Ditanam/dibuang
sembarang tempat
6. Apa jenis kloset/WC yang digunakan . Leher angsa
keluarga? a. Cemplung/cubluk
b. Dll
(kebun/parit/sungai)
PELAYANAN KESEHATAN
1. Berapa lama perjalanan dari rumah a. < 10 menit
anda menuju ke pelayanan kesehatan b. 10 – 20 menit
(bidan desa atau ke puskesmas)? c. > 20 menit
2. Apakah petugas kesehatan yang ada di a. Sering
pelayanan kesehatan tersebut b. Kadang-kadang
menggunakan Bahasa yang dapat anda c. Tidak pernah
mengerti?
3. Jenis pelayanan kesehatan apa yang a. KIA/KB
sering anda dapatkan? b. Poli Gizi
c. Lain-lain ……………
4. Bagaimana kualitas pelayanan a. Baik
kesehatan yang anda kunjungi? b. Cukup
c. Kurang
5. Apakah biaya pelayanan dapat a. Baik
dijangkau oleh masyarakat? b. Cukup
c. Kurang

99
SOSIAL EKONOMI
1. Apa pendidikan terakhir Anda? a. a. Tamat Diploma/ Sarjana
b. b. Tamat SMA/ SMK/ MA/
sederajat
c. c. Tamat SMP/ MTs/
sederajat
d. d. Tamat SD dan atau tidak
sekolah atau lainnya
2. Apa pendidikan terakhir pasangan a. a. Tamat Diploma/ Sarjana
Anda? b. b. Tamat SMA/ SMK/ MA/
(Opsional jika ada) sederajat
c. c. Tamat SMP/ MTs/
sederajat
d. d. Tamat SD dan atau tidak
sekolah atau lainnya
3. Berapakah rata-rata penghasilan a. ≥ Rp. 1.892.000
keluarga Anda (Termasuk gaji pokok b. < Rp. 1.892.000
dan penghasilan sampingan)?
4. Apakah Anda memiliki aset misalnya a. a. Ya
tanah, sawah, perhiasan, dll) b. b. Tidak
5. Apakah Anda memiliki jabatan a. a. Ya
tertentu di masyarakat? b. b. Tidak
BUDAYA
1. Apakah Anda memiliki pantangan . Iya
terhadap bahan makanan tertentu? . Tidak
2. Dari siapa anda mengetahui tentang a. Orang tua
food taboo atau pantangan makanan ? b. Suami
(jawaban dapat memilih lebih dari c. Mertua
satu) d. Nenek/Kakek
e. Tokoh agama
f. Tokoh adat
g. Mantri
h. Lain-lain (.......................)
3. Kapan Anda mengetahui dan . > 5 tahun yang lalu
mendengar tentang pantangan a. < 5 tahun yang lalu
terhadap makanan?

100
4. Saat kapan anda melakukan pantangan . Hamil
makanan atau food taboo ? a. Nifas
b. Menyusui
c. Hamil dan nifas
d. Lain-lain
(.........................)
5. Apakah anda merasa lebih aman dan . Iya
sehat ketika melakukan pantangan a. Tidak
makanan ?
6. Apakah perilaku pantangan makanan . Iya
juga dilakukan oleh orang sekitar anda a. Tidak
(baik keluarga maupun masyarakat) ?

LEMBAR OBSERVASI KEADAAN SANITASI LINGKUNGAN

Nomor Responden: Tanggal:

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Pekerjaan :
6.

No Komponen Kriteria Skor

1. Sarana air bersih a. Tidak Ada 0

b. Ada, bukan milik sendiri, berbau, 1


berwarna dan berasa

c. Ada, milik sendiri, berbau, berwarna 2


dan berasa

101
d. Ada, bukan milik sendiri, tidak berbau, 3
tidak berwarna, tidak berasa

e. Ada, milik sendiri, tidak berbau, tidak 4


berwarna, tidak berasa

2. Jamban sehat a. Tidak ada 0

b. Ada, bukan leher angsa, tidak 1


ditutup, disalurkan ke sungai
atau kolam

c. Ada, bukan leher angsa, ada 2


ditutup, disalurkan ke sungai
atau kolam

d. Ada, bukan leher angsa, ada 3


ditutup, Septik tank

e. Ada, ada leher angsa, septik 4


tank

3. Sarana Pembuangan a. Tidak ada, sehingga tergenang 0


Air Limbah (SPAL) tidak teratur dihalaman

b. Ada, diresapkan tetapi 1


mencemari sumber air (jarak
dengan sumber air

c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2


Ada, dialirkan ke selokan terbuka

102
d. Ada, diresapkan dan tidak 3
mencemari sumber air (jarak
dengan sumber air >10 meter)

e. Ada, dialirkan ke selokan 4


tertutup (saluran kota) untuk
diolah lebih lanjut

4. Sarana Pembuangan a. Tidak ada 0


Sampah
b. Ada, tetapi tidak kedap air dan 1
tidak ada tutup

c. Ada, kedap air dan tidak ada 2


tutup

d. Ada, kedap air dan bertutup 3

5, Sarana Cuci Tangan a. Tidak ada 0


Pakai Sabun

b. Ada, tetapi tidak ada sabun 1

c. Ada, terdapat sabun 2

Total Hasil Penilaian

103
KUESIONER KEDUA

104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
3

128
129
130
131
132
133
134
135
136
Lampiran 2. Tabel Hasil Kuesioner
GAMBARAN ASPEK STATUS KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Terdapat riwayat penyakit 22 26,2%
2 Tidak ada riwayat penyakit 62 73,8%
Jumlah Total 84 100%

2. Masalah Kesehatan
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Anemia 11 13%
2 Hipotensi 3 3,6%
3 Hepatitis 1 1,2%
4 Hipertensi 3 3,6%
5 Penyakit Jantung 1 1,2%
6 Penyakit Kulit 1 1,2%
7 TBC Paru 2 2,4%
8 Tidak ada masalah kesehatan 62 73,8%
Jumlah Total 84 100%

3. Riwayat Alergi
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tidak 74 88%
2 Ya 10 12%
Jumlah Total 84 100%

4. Sumber Alergi
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tempe 1 1,2%
2 Daging Kambing 2 2,4%

137
3 Kacang 1 1,2%
4 Seafood (kecuali ikan) 1 1,2%
5 Telur 1 1,2%
6 Udang 4 4,8%
7 Tidak ada alergi 74 88%
Jumlah Total 84 100%

5. Alergi Obat
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Alergi 2 2,4%
2 Tidak alergi 82 97,6%
Jumlah Total 84 100%

6. Pemeriksaan Kehamilan
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tidak 2 2,4%
2 Ya 82 97,6%
Jumlah Total 84 100%

7. Riwayat Keguguran
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 9 10,7%
2 Tidak 75 89,3%
Jumlah Total 84 100%

8. Catatan Imunisasi
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 80 95,2%
2 Tidak 4 4,8%
Jumlah Total 84 100%

138
9. Imunisasi saat Bayi
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 80 95,2%
2 Tidak 4 4,8%
Jumlah Total 84 100%

10. Kategori Status Kesehatan


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Baik 32 38,1%
2 Tidak Baik 52 61,9%
Jumlah Total 84 100%

139
GAMBARAN ASPEK PELAYANAN KESEHATAN
1. Waktu Tempuh Menuju Pelayanan Kesehatan1
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 <10 menit 51 60,7%
2 10-20 menit 29 34,5%
3 >20 menit 4 4,8%
Jumlah Total 84 100%

2. Pemahaman Bahasa yang Disampaikan oleh Petugas Kesehatan


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Sering 83 98,8%
2 Kadang-kadang 1 1,2%
3 Tidak pernah - -
Jumlah Total 84 100%

3. Jenis Pelayanan yang Paling Sering Diakses


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Cek darah 1 1,2%
2 KIA/KB 66 78,7%
3 Pemeriksaan Umum 15 17,7%
4 Poli Gizi 2 2,4%
Jumlah Total 84 100%

4. Kualitas Fasilitas Pelayanan Kesehatan


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Baik 70 83,3%
2 Cukup 13 15,5%
3 Kurang 1 1,2%
Jumlah Total 84 100%

140
5. Keterjangkauan Biaya Pelayanan Kesehatan
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Baik 77 91,7%
2 Cukup 7 8,3%
3 Kurang - -
Jumlah Total 84 100%

6. Skoring Pelayanan Kesehatan


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Baik 83 98,8%
2 Tidak Baik 1 1,2%
Jumlah Total 84 100%

141
GAMBARAN ASPEK ASUPAN ZAT GIZI
1. Pengetahuan “Isi Piringku”
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 2-3 porsi makanan pokok dan 20 23,8%
sayur, 3-4 porsi lauk dan buah
2 2-3 porsi makanan pokok, sayur, 39 46,5%
lauk, dan buah
3 3-4 porsi makanan pokok dan 25 29,7%
sayur, 2-3 porsi lauk dan buah
Jumlah Total 84 100%

2. Konsumsi Protein Nabati


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tidak pernah 4 4,8%
2 2-3 kali seminggu 25 29,7%
3 Setiap hari 55 65,5%
Jumlah Total 84 100%

3. Konsumsi Protein Hewani


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tidak pernah 3 3,6%
2 2-3 kali seminggu 56 66,6%
3 Setiap hari 25 29,8%
Jumlah Total 84 100%

4. Konsumsi Lemak
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tidak pernah 1 1,2%
2 2-3 kali seminggu 7 8,3%
3 Setiap hari 76 90,5%

142
Jumlah Total 84 100%

5. Konsumsi Karbohidrat
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tidak pernah - -
2 2-3 kali seminggu 1 1,2%
3 Setiap hari 83 98,8%
Jumlah Total 84 100%

6. Konsumsi Sayur
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tidak pernah 3 3,6%
2 2-3 kali seminggu 14 16,6%
3 Setiap hari 67 79,8%
Jumlah Total 84 100%

7. Konsumsi Buah
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tidak pernah 1 1,2%
2 2-3 kali seminggu 73 86,9%
3 Setiap hari 10 11,9%
Jumlah Total 84 100%

8. Skoring Asupan Gizi


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Baik 78 92,9%
2 Tidak Baik 6 7,1%
Jumlah Total 84 100%

143
GAMBARAN ASPEK AKSES PANGAN
1. Keterbatasan Jenis Makanan
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 3 3,6%
2 Tidak 81 96,4%
Jumlah Total 84 100%

2. Konsumsi Makanan Yang Tidak Disukai


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 3 3,6%
2 Tidak 81 96,4%
Jumlah Total 84 100%

3. Konsumsi Makanan Lebih Sedikit


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 4 4,8%
2 Tidak 80 95,2%
Jumlah Total 84 100%

4. Tidak Ada Makanan di Dalam Rumah


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 4 4,8%
2 Tidak 80 95,2%
Jumlah Total 84 100%

5. Tidak Makan Seharian


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 2 2,4%
2 Tidak 82 97,6%
Jumlah Total 84 100%

6. Skoring Akses Pangan


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Baik 82 97,6%
2 Tidak Baik 2 2,4%
Jumlah Total 84 100%

144
GAMBARAN ASPEK POLA ASUH
1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 67 79,8%
2 Tidak 8 9,5%
3 Belum memiliki 9 10,7%
balita/baduta (karena
masih berada di fase
kehamilan)
Jumlah Total 84 100%

2. Pemberian ASI ekslusif


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 54 64,3%
2 Tidak 20 23,8%
3 Belum memiliki 10 11,9%
balita/baduta (karena
masih berada di fase
kehamilan) atau bayi
belum berusia 6 bulan
Jumlah Total 84 100%

3. MP-ASI
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 69 82,1%
2 Tidak 4 4,8%
3 Belum memiliki 11 13,1%
balita/baduta (karena
masih berada di fase
kehamilan) atau bayi
belum berusia 6 bulan
Jumlah Total 84 100%

4. Makanan Sesuai Gizi Seimbang


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya, apabila poin A-D 58 69,1%
selalu diberikan

145
2 Tidak, apabila terdapat 17 20,2%
minimal 1 antara poin A-D
yang tidak diberikan
3 Belum memiliki 9 10,7%
balita/baduta (karena
masih berada di fase
kehamilan)
Jumlah Total 84 100%

5. Makanan Selingan (snack)


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya (< 2 kali / >= 2 kali) 69 82,1%
2 Tidak 5 6%
3 Belum memiliki 10 11,9%
balita/baduta (karena
masih berada di fase
kehamilan) atau bayi
belum berusia 6 bulan
Jumlah Total 84 100%

6. Keterlibatan Pihak Lain


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 56 66,6%
2 Tidak 19 22,7%
3 Belum memiliki 9 10,7%
balita/baduta (karena
masih berada di fase
kehamilan)
Jumlah Total 84 100%

7. Penimbangan Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 72 85,7%
2 Tidak 3 3,6%
3 Belum memiliki 9 10,7%
balita/baduta (karena
masih berada di fase
kehamilan)
Jumlah Total 84 100%

146
8. Imunisasi Lengkap
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 70 83,3%
2 Tidak 5 6%
3 Belum memiliki 9 10,7%
balita/baduta (karena
masih berada di fase
kehamilan)
Jumlah Total 84 100%

9. Skoring Pola Asuh


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Baik 72 85,7%
2 Tidak Baik 3 3,6%
3 Belum memiliki 9 10,7%
balita/baduta (karena
masih berada di fase
kehamilan)
Jumlah Total 84 100%

147
GAMBARAN ASPEK SANITASI LINGKUNGAN
1. Pertanyaan 1 (Sumber air)
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Air Sungai 5 6%
2 Air Sumur 44 52,4%
3 Air PAM 35 41,6%
Jumlah Total 84 100%

2. Pertanyaan 2 (sampah rumah tangga)


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Diangkut petugas sampah - -
2 Dibuang sendiri ke TPS 18 21,4%
3 Dibakar/dibuang 66 78,6%
sembarangan (sungai atau
kebun)
Jumlah Total 84 100%

3. Pertanyaan 3 (limbah km/dapur)


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Got/selokan 38 45,2%
2 Sungai 37 44,1%
3 Pekarangan rumah 9 10,7%
Jumlah Total 84 100%

4. Pertanyaan 4 (cuci tangan)


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 75 89,3%
2 Jarang 9 10,7%
3 Tidak - -
Jumlah Total 84 100%

5. Pertanyaan 5 (penampungan tinja)


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Septic tank 45 53,5%
2 Parit sungai 36 42,9%
3 Ditanam/dibuang 3 3,6%
sembarang tempat
Jumlah Total 84 100%

148
6. Pertanyaan 6 (jenis WC)
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Leher angsa 43 51,2%
2 Cemplung/cubluk 3 3,6%
3 Lainnya 38 45,2%
(kebon/parit/sungai)
Jumlah Total 84 100%

7. Skoring Sanitasi Lingkungan


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Baik 41 48,8%
2 Tidak Baik 43 51,2%
Jumlah Total 84 100%

149
GAMBARAN ASPEK EKONOMI
1. Pertanyaan 1(pendidikan)
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tamat Diploma/ Sarjana 2 2,4%
2 Tamat SMA/ SMK/ MA/ 13 15,5%
sederajat
3 Tamat SMP/ MTs/ 25 29,8%
sederajat
4 Tamat SD dan atau tidak 44 52,3%
sekolah atau lainnya
Jumlah Total 84 100%

2. Pertanyaan 2 (pendidikan pasangan)


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tamat Diploma/ Sarjana 2 2,4%
2 Tamat SMA/ SMK/ MA/ 18 21,4%
sederajat
3 Tamat SMP/ MTs/ 18 21,4%
sederajat
4 Tamat SD dan atau tidak 46 54,8%
sekolah atau lainnya
Jumlah Total 84 100%

3. Pertanyaan 3 (penghasilan)
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 < UMR 69 82,1%
2 ≥ UMR 15 17,9%
Jumlah Total 84 100%

4. Pertanyaa 4 (Kepemilikan aset)


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 28 33,3%
2 Tidak 56 66,7%
Jumlah Total 84 100%

5. Pertanyaan 5 (jabatan)
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 7 8,3%
2 Tidak 77 91,7%

150
Jumlah Total 84 100%

6. Skoring Ekonomi
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Atas 11 13,1%
2 Menengah 47 56%
3 Bawah 26 30,9%
Jumlah Total 84 100%

151
GAMBARAN ASPEK BUDAYA
1. Pertanyaan 1 (Pantangan makanan)
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tidak 49 58,3%
2 Ya 35 41,7%
Jumlah Total 84 100%

Sumber informasi pantangan food taboo

No. Sumber
1. Dukun
2. Mantri
3. Masyarakat sekitar
4. Mertua/Nenek/Kakek
5. Orang Tua
6. Tokoh adat
7. Sosial Media
8. Suami
9. Tetangga

2. Pertanyaan 2 (Kapan tahu food taboo)


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 <5 tahun yang lalu 39 56,4%
2 >5 tahun yang lalu 45 53,6%
Jumlah Total 84 100%

Waktu pantangan food taboo

No. Sumber
1. Hamil
2. Nifas
3. Menyusui
4. Setiap Hari

3. Pertanyaan 3 (aman)
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tidak 40 47,6%
2 Ya 44 52,4%
Jumlah Total 84 100%

152
4. Pertanyaan 4 (orang sekitar)
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tidak 38 45,2%
2 Ya 46 54,8%
Jumlah Total 84 100%

5. Skoring Budaya
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Baik 84 100%
2 Tidak Baik - -
Jumlah Total 84 100%

153
GAMBARAN KELOMPOK RISIKO STUNTING
1. Ibu Hamil
1. Usia kehamilan ibu (dibagi per trimester)
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Trimester I 2 10,6%
2 Trimester II 10 52,5%
3 Trimester III 7 36,9%
Jumlah Total 19 100%

Keterangan: Trimester I = 1-13 minggu


Trimester II = 14-26 minggu
Trimester III = 27-40 minggu
2. TB Ibu Hamil
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 ≤150 cm 9 47.5%
2 > 150 cm 10 52,5%
Jumlah Total 19 100%

3. BB Ibu Hamil
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 ≤50 Kg 9 47,3%
2 51-60 Kg 6 31,6%
3 >60 Kg 4 21,1%
Jumlah Total 19 100%

4. Pertambahan BB saat hamil


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 0-5 Kg 14 73,6%
2 6-10 Kg 4 21,1%
3 11-15 Kg 0 0%

154
4 16-20 Kg 1 5,3%
Jumlah Total 19 100%

5. Ibu hamil Obesitas


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 2 10,5%
2 Tidak 17 89,5%
Jumlah Total 19 100%

6. LILA
● Trimester I
No. Keterangan Jumlah
1 20 cm 0
2 21 cm 1
3 22 cm 0
4 23 cm 0
5 24 cm 1
6 25 cm 0
7 26 cm 0
8 27 cm 0
9 28 cm 0
10 31 cm 0
Jumlah Total 2

● Trimester II
No. Keterangan Jumlah
1 20 cm 2
2 21 cm 0
3 22 cm 1
4 23 cm 2

155
5 24 cm 0
6 25 cm 0
7 26 cm 2
8 27 cm 1
9 28 cm 1
10 31 cm 1
Jumlah Total 10

● Trimester III
No. Keterangan Jumlah
1 20 cm 0
2 21 cm 0
3 22 cm 0
4 23 cm 0
5 24 cm 1
6 25 cm 3
7 26 cm 2
8 27 cm 0
9 28 cm 0
10 31 cm 1
Jumlah Total 7

7. Ibu hamil KEK


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 6 31,6%
2 Tidak 13 68,4%
Jumlah Total 19 100%

156
8. Pemeriksaan kadar Hb
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 18 94,7%
2 Tidak 1 5,3%
Jumlah Total 19 100%

9. Ibu hamil anemia


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 1 5,3%
2 Tidak 18 94,7%
Jumlah Total 19 100%

10. Status Imunisasi TT/Td


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Sudah 14 73,7%
2 Belum 5 26,3%
Jumlah Total 19 100%

11. Penyakit ibu hamil


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tidak ada penyakit 17 89,5%
2 Hepatitis B 1 5,3%
3 TB (tuberkolosis) 1 5,3%
Jumlah Total 19 100%

12. Pemberian PMT


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Mendapat PMT 3 15,8%
2 Tidak mendapat PMT 16 84,2%
Jumlah Total 19 100%

157
13. Konsumsi PMT
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 3 15,8%
2 Tidak 16 84,2%
Jumlah Total 19 100%

14. Tablet Fe
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Mendapat Tablet Fe 18 94,7%
2 Tidak mendapat Tablet Fe 1 5,3%
Jumlah Total 19 100%

15. Konsumsi Tablet Fe


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 16 84,2%
2 Tidak 3 15,8%
Jumlah Total 19 100%

16. Merokok
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tidak 19 100%
Jumlah Total 19 100%

17. Anggota keluarga yang merokok


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 15 78,9%
2 Tidak 4 21,1%
Jumlah Total 19 100%

158
18. Penyuluhan ibu hamil
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 12 63,2%
2 Tidak 7 36,8%
Jumlah Total 19 100%

Bentuk penyuluhan:
No. Keterangan
1 Pola asuh
2 Pola makan
3 Pemberian Tablet Fe
4 Posyandu
5 Konsultasi kehamilan
6 Penyuluhan gizi
7 Stunting dan BGM
8 USG

2. Bayi di bawah Dua Tahun (BADUTA)


1. Usia Baduta
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 1-8 bulan 5 15,6%
2 9-16 bulan 10 31,2%
3 17-23 bulan 17 53,1%
Jumlah Total 32 100%
2. Jenis Kelamin
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Laki-Laki 19 59,4%
2 Perempuan 13 40,6%
Jumlah Total 32 100%

159
3. BB Lahir
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 <3 Kg 22 78,2%
2 3-4 Kg 9 18,7%
3 >4 1 3,1%
Jumlah Total 32 100%

4. BB Sekarang
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 0-5 Kg 2 6,2%
2 6-10 Kg 29 89,9%
3 >11 Kg 1 3,1%
Jumlah Total 32 100%

5. PB Lahir
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 40-45 cm 2 6,2%
2 46-50 cm 27 84,5%
3 >50 cm 3 9,3%
Jumlah Total 32 100%

6. PB Sekarang
No. Keterangan Jumlah Presentase
1. 40-45 cm 1 3,1
2. 46-50 cm 1 3,1
3. 51-55 cm 1 3,1
4. 56-60 cm 0 -
5. 61-65 cm 0

160
6. 66-70 cm 6 18,7
7. 71-75 cm 10 31,3
8. 76-80 cm 12 37,6
9. >80 1 3,1
Jumlah Total 32 100%

7. Kategori IMT
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Kurus 30 93,8%
2 Normal 2 6,2%
3 Gemuk 0 0%
Jumlah Total 32 100%

8. Prematur
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 2 6,3%
2 Tidak 30 93,8%
Jumlah Total 32 100%

9. IMD
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 28 87,5%
2 Tidak 4 12,5%
Jumlah Total 32 100%

10. ASI Eksklusif


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 23 71,9%

161
2 Tidak 9 28,1%
Jumlah Total 32 100%

11. Susu Formula


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 9 28,1%
2 Tidak 23 71,9%
Jumlah Total 32 100%

12. MPASI
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 30 93,8%
2 Tidak 2 6,3%
Jumlah Total 32 100%

13. Usia MPASI


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 0-5 4 12,5%
2 6-10 28 87,6%
Jumlah Total 32 100%

14. IDL
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 28 87,5%
2 Tidak 4 12,5%
Jumlah Total 32 100%

162
15. Pengasuhan sesuai Usia
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Diare 3 9,4%
2 Demam 1 3,1%
3. ISPA 1 3,1%
4. Tidak Ada 27 84,4%
Jumlah Total 32 100%

16. BB Sesuai
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 25 78,1%
2 Tidak 7 21,9%
Jumlah Total 32 100%

17. TB Sesuai
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 22 68,8%
2 Tidak 10 31,3%
Jumlah Total 32 100%

18. Perkembangan
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 25 78,1%
2 Tidak 7 21,9%
Jumlah Total 32 100%

19. Pengasuhan
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 32 100%

163
Jumlah Total 32 100%

20. Stimulasi
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 32 100%
Jumlah Total 32 100%

21. Gizi Buruk


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 5 15,6%
2 Tidak 27 84,4%
Jumlah Total 32 100%

22. Stunting
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 6 18,8%
2 Tidak 26 81,3%
Jumlah Total 32 100%

23. Obesitas
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Tidak 32 100%
Jumlah Total 32 100%

C. Bayi di bawah Lima Tahun (BALITA)


1. Usia balita
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 24 – 29 Bulan 6 18,1%
2 30 – 35 Bulan 9 27,4%

164
3 36 – 39 Bulan 5 15,2%
4 40 – 45 Bulan 6 18,2%
5 46 – 59 Bulan 7 21,1%
Jumlah Total 33 100%

2. Jenis Kelamin Balita


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Laki – Laki 20 39,4%
2 Perempuan 13 60,6%
Jumlah Total 33 100%

3. BB Balita saat Lahir


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 ≤ 2,5 Kg 6 18,2%
2 2,5 – 3 Kg 18 54,5%
3 > 3 Kg 9 27,3%
Jumlah Total 33 100%

4. BB Balita saat ini


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 ≤ 11 kg 13 39,2%
2 11,1 - 13 Kg 13 39,3%
3 > 13 Kg 7 21,5 %
Jumlah Total 33 100%

5. PB Balita saat Lahir


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 ≤ 40 cm 1 3%

165
2 41 - 50 cm 24 72,8%
3 > 50 cm 8 24,2%
Jumlah Total 33 100%

6. PB Balita saat ini


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 ≤ 85 cm 8 25,2%
2 86 - 95 cm 18 52,7%
3 > 95 cm 7 22,1%
Jumlah Total 33 100%

7. Kategori IMT
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Kurus 32 97%
2 Normal 0 0%
3 Gemuk 1 3%
Jumlah Total 33 100%

8. IMD
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 29 87,9%
2 Tidak 4 12,1%
Jumlah Total 33 100%

9. ASI Eksklusif
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 25 75.8%
2 Tidak 8 24.2%

166
Jumlah Total 33 100%

10. Susu Formula


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 15 45,5%
2 Tidak 18 54,5%
Jumlah Total 33 100%

11. Usia Pemberian Susu Formula


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 ≤ 1 bulan 23 75,7%
3 > 1 bulan 10 24,3%
Jumlah Total 33 100%

12. BB sesuai Usia


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 22 66,7%
2 Tidak 11 33,3%
Jumlah Total 33 100%

13. PB sesuai Usia


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 20 60,6%
2 Tidak 13 39,4%
Jumlah Total 33 100%

14. Perkembangan sesuai Usia


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 24 72,7%

167
2 Tidak 9 27,3%
Jumlah Total 33 100%

15. Pengasuhan sesuai Usia


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 29 87,9%
2 Tidak 4 12,1%
Jumlah Total 33 100%

16. Gizi Kurang


No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 10 30,3%
2 Tidak 23 69,7%
Jumlah Total 33 100%

17. Stunting
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 13 39,4%
2 Tidak 20 60,6%
Jumlah Total 33 100%

18. Obesitas
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Ya 1 3%
2 Tidak 32 97%
Jumlah Total 33 100%

168
Lampiran 3. Dokumentasi
DOKUMENTASI ANALISIS SITUASI

Gambaran Jamban Masyarakat Gambaran MCK Masyarakat Desa Sumberpakem


Desa Sumberpakem

Gambaran Saluran Pembuangan Limbah Gambaran Sumber Air Sumur


Kamar Mandi dan Dapur

169
Pengenalan Kelompok dengan Perangkat Desa Pengenalan Kelompok dan Diskusi dengan
Kader Posyandu

Kegiatan Wawancara Responden bersama Kader Posyandu

Kegiatan Imunisasi di Posyandu Puskesmas Kegiatan Pendampingan Imunisasi di


Pembantu (Pustu) Bersama Bidan Desa Posyandu bersama Kader

170

Anda mungkin juga menyukai