Anda di halaman 1dari 45

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. EVALUASI
PEMBELAJARAN
PRODI PEMDIDIKAN BISNIS

Skor Nilai

DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN


(Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, 2016)

DI SUSUN OLEH :

NAMA : BADTY SILAEN


NIM : 7213343001
KELAS : PENDIDIKAN BISNIS A
MATA KULIAH : EVALUASI PEMBELAJARAN
DOSEN PENGAMPU : TAUDA SILALAHI

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BISNIS


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang
maha esa sumber segala kekuatan yang telah mencurahkan berkat dan nikmatnya
serta dengan ridha-Nya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report dimana
penulis membandingkan antara 2 buku evaluasi pembelajaran Dasar – Dasar Evaluasi
Pendidikan Oleh Arikunto Suharsimi dan Evaluasi Pembelajaran Oleh Dra. Asrul,
M.Si., Dkk.

Dalam penyelesaian book report ini saya banyak mendapatkan dorongan serta
bimbingan dari berbagai pihak, saya juga menyadari bahwa kelancaran penyusunan
tugas ini tidak lain berkat bantuan semua rekan sehingga kendala dan hambatan dapat
saya hadapi dengan baik.
Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang selalu memberi motivasi kepada saya. Saya menyadari
bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penyusun memohon
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan pembuatan tugas
selanjutnya. Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih semoga bermanfaat dan dapat
menambah wawasan/pengetahuan bagi pembaca.

Medan, September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
1. 1 Rasionalisasi Pentingnya CBR...............................................................................4
1. 2 Tujuan Penulisan CBR...........................................................................................4
1. 3 Manfaat Penulisan CBR.........................................................................................4
1. 4 Identitas Buku yang Direview................................................................................5
BAB II RINGKASAN BUKU................................................................................................6
2. 1 Buku Utama.............................................................................................................6
Bab 1. Pendahuluan.......................................................................................................6
Bab 2. Subjek Dan Sasaran Evaluasi............................................................................8
Bab 3. Prinsip Dan Alat Evaluasi..................................................................................9
Bab 4. Masalah Tes......................................................................................................11
Bab 5 . Validitas............................................................................................................12
Bab 6. Realibilitas.........................................................................................................13
Bab 7 . Taksonomi........................................................................................................15
Bab 8 . Tujuan Intruksional........................................................................................17
Bab 9. Tes Standar Dan Tes Buatan Guru.................................................................19
Bab 10 . Penyususnan Tes............................................................................................20
Bab 11 . Tes Tertulis Untuk Prestasi Belajar.............................................................21
Bab 12 . Tabel Spesifikasi............................................................................................22
Bab 13 .Menganalisis Hasil Tes...................................................................................23
Bab 14. Model Penelitian Kelas...................................................................................24
Bab 15. Menskor Dan Menilai.....................................................................................25
Bab 16. Mengolah Nilai................................................................................................27
Bab 17 . Kedudukan Siswa Dalam Kelompok............................................................28
Bab 18 . Mencari Nilai Akhir......................................................................................29
Bab 19 . Membuat Laporan.........................................................................................30
Bab 20. Evaluasi Program Pengajaran......................................................................32
2.2 Buku Pembanding......................................................................................................33
Bab 1. Hakikat Evaluasi Pembelajaran......................................................................33
Bab 2. Evaluasi Pemebelajaran Dalam Perspektif Kurikulum 2013 (Peniliaian
Otentik).........................................................................................................................35
BAB 3. INSTRUMEN EVALUASI BENTUK TES...................................................36
BAB 4. INSTRUMEN EVALUASI BENTUK NON-TES.........................................36

3
BAB 5. PENILAIAN BERBASIS KELAS..................................................................38
BAB 6. PENGUKURAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK..........39
BAB 7. ANALISIS INSTRUMEN PENILAIAN........................................................39
BAB 8. PENILAIAN ACUAN PATOKAN DAN PENILAIAN ACUAN NORMA 40
BAB IV..................................................................................................................................42
PENUTUP.............................................................................................................................42
1.1 Kesimpulan...........................................................................................................42
1.2 Saran.....................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................43

4
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Rasionalisasi Pentingnya CBR


Sering kali pembaca terutama mahasiswa bingung memilih buku
referensi untuk dibaca dan pahami. Terkadang kita memilih satu buku, namun
kurang merasa puas. Misalnya dari segi bahasa ataupun pembahasan tentang
materi yang di butuhkan.

Oleh karena itu, saya membuat Critical Book Report ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi, terkhusus pada bahasa
tentang bagaimana menelaah kurikulum dan buku teks dalam buku yang
dikritik. Sehingga Critical Book Review itu sangat bagus dan penting karena
selain menumbuhkan minat baca para mahasiswa juga dapat melatih mahasiswa
agar dapat memahami didalam mengerjakan tugas perkuliahan dengan cara
mengkritik buku.

1. 2 Tujuan Penulisan CBR


a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran semester
III prodi Pendidikan Bisnis Universitas Negeri Medan.
b. Mengkritisi dan membandingkan satu topik materi kuliah Evaluasi
Pembelajaran dalam dua buku yang berbeda.

1. 3 Manfaat Penulisan CBR


c. Menambah wawasan tentang Evaluasi Pembelajaran
d. Untuk mengetahui teori-teori pembelajaran.
e. Melatih diri untuk menkritisi buku, ketepatan membaca dan meringkas isi
buku.

5
1. 4 Identitas Buku yang Direview

Buku 1
1. Judul : Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan, edisi 2
2. Pengarang : Prof. Dr. Suharsimi Arikunto
3. Editor : Restu Damayanti
4. Penerbit : PT. Bumi Aksara
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tahun terbit : 2016
7. Halaman : x, 344 hlm ; 23 cm
8. ISBN : 978-602-217-257-4

Buku 2
1. Judul : EVALUASI PEMBELAJARAN
2. Pengarang : Drs. Asrul, M.Si, Rusydi Ananda, M.Pd, Dra. Rosnita, M
3. Penerbit : Citapustaka Media
4. Desainer Sampul :
5. Tahun terbit : 2015
6. Halaman : 245 hlm.
7. ISBN : 978-602-1317-49-5

6
BAB II
RINGKASAN BUKU
2. 1 Buku Utama
Bab 1. Pendahuluan
1. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dalam bukunya dasar-dasar
evaluasi pendidikan, yang menyatakan : kita tidak dapat mengadakan penilain
sebelum kita mengadakan pengukuran.

 Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.


Pengukuran bersifat kuantitatif.
 Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kuantitatif.
 Mengadakan Evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan
menilai

Jadi  evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang


bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan, yang dimaksudkan
untuk membantu para guru dalam pengambil keputusan  dalam usaha menjawab
pertanyaan  atau permasalahan yang ada. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini
adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker
untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah
dilakukan.

2. Penilaian Pendidikan
Dalam pendidikan, ada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu
dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan
oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah
proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan

7
bagian mana tujuan tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa
sebabnya. Definisi ini diperluaskan oleh dua ahli lain, yakni Cronbach dan
Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan
sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, digunakan untuk membuat
keputusan.

3. Mengapa Menilai?
Menurut suharsimi arikunto ada beberapa makna dari proses penilaian antara
lain sebagai berikut:
a.       Makna Bagi siswa
b.      Makna bagi guru
c.       Makna Bagi Sekolah

4. Tujuan atau Fungsi Penilaian


Dengan diketahuinya makna dari penilaian, maka dapat dikatakan bahwa
fungsi penilaian adalah sebagai berikut:
 Penilaian berfungsi selektif.
 Penilaian berfungsi diagnostik.
 Penilaian berfungsi sebagai penempatan
 Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.

5. Ciri-Ciri Penilaian dalam Pendidikan


Untuk dapat menentukan kepandaian seseorang, bukan kepandaian yang
diukur. Namun kita dapat melihat dari gejala-gejala yang tampak atau memancar
dari kepandaianya. Salah satu contohnya adalah bahwa anak yang pandai
biasanya dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh gurunya.

8
Bab 2. Subjek Dan Sasaran Evaluasi

1. Subjek Evaluasi
Dalam keterangan ini yang di maksud dengan subjek evaluasi adalah
orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat di sebut sebagai
subjek evaluasi untuk setiap tes, di tentukan oleh suatu aturan pembagian tugas
atau ketentuan yang berlaku. Ada pandangan lain yang mengatakan subjek
evaluasi adalah siswa, yakni orang yang di evaluasi, dalam hal ini yang di
pandang sebagai objek evaluasi adalah mata pelajarannya. Pandangan lain
mengatakan siswa sebagai objek evaluasi dan guru sebagai subjek evaluasi.

2. Sasaran Evaluasi

Adapun sasaran evaluasi di sini mencakup beberapa sasaran penilaian


untuk unsure-unsurnya, meliputi : Input, Transformasi dan Out put.

a.       In Put

· Kemampuan
· Kepribadian
· Sikap
· Intelegensi

b.      Transformasi

· Kurikulum/materi
· Metode dan cara penilaian
· Media
· Sistem administrasi
· Pendidik dan anggotahnya.

c.       Out Put

9
Bab 3. Prinsip Dan Alat Evaluasi
1. Prinsip Evaluasi
 Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya
triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu:

· Hubungan antara tujuan dengan KBM


· Hubungan antara tujuan dengan evaluasi
· Hubungan antara KBM dengan evaluasi

2. Alat Evaluasi
Secara garis besar, maka alat-alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci
macam-macam tes dan non tes.

a.       Teknik Non Tes


Ada beberapa teknik non-tes yaitu:
· Skala Bertingkat
· Kuesioner
· Daftar cocok (check list).
· Wawancara.
· Pengamatan.
· Riwayat hidup.

b.      Teknik Tes

Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan


dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-
batasan Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas
adanya tiga macam tes, yaitu: 

10
a. Tes Diagnostic. Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

b. Tes Formatif. Dari kata “form” yang merupakan dasar dari istilah “formatif”
maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam
kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes
diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif mempunyai manfaat baik
bagi siswa, guru, maupun bagi program itu sendiri.

c. Tes Sumatif

Evaluasi sumatif atau tes sumatif merupakan tes yang dilaksanakan setelah
berakhirnya sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.

3. Perbandingan antara Tes Diagnostik, Formatif, dan Sumatif


Dalam membandingkan, akan ditinjau dari 9 aspek, yaitu :

· Ditinjau dari fungsinya


· Ditinjau dari waktu
· Ditinjau dari titik berat penilaian
· Ditinjau dari alat evaluasi
· Ditinjau dari cara memilih tujuan yang dievaluasi
· Ditinjau dari tingkat kesulitan tes
· Ditinjau dari scoring (cara menyekor)
· Ditinjau dari tingkat pencapaian
· Ditinjau dari cara pencatatan hasil

11
 Bab 4. Masalah Tes
1. Pengertian

Istilah tes berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu  “testum” yang berarti piring
untuk menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa Indonesia tes diterjemahkan sebagai
ujian atau percobaan. Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,
dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

2. Ciri-Ciri Tes yang Baik

Suharsismi Arikunto (2008: 57-62) menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan
baik apabila memenuhi lima syarat yaitu:

a) Validitas merupakan ketepatan,  tes yang sebagai alat ukur dikatakan


valid jika tes itu tepat pada hasil belajar dan akan menghasilkan yang
valid pula.
b) Reliabilitas, jika memberikan hasil yang tetap dari suatu tes, tidak
terpengaruh oleh apapun.
c) Objektifitas berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhinya, tidak
ada unsur subjektifitas yang mempengaruhi tes tersebut.
d) Praktikabilitas, tes ini merupakan tes yang praktis, mudah dan tidak
mengecoh. Mudah pelaksanaannya, mudah diperiksa, dan dilengkapi
dengan petunjuk sehingga dapat diberikan kepada orang lain.
e) Ekonomis, bahwa pelaksanaan tes tidak membutuh biaya yang mahal dan
tidak membuang waktu.

12
Bab 5 . Validitas
1. Pengertian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi, sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah (Suharsimi Arikunto 2006).

2. Macam- Macam Validitas

Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas
empiris. Sementara validitas itu terbagi menjadi beberapa4 yaitu validitas isi,
validitas konstrak, validitas “ada sekarang” dan validitas predictive.

a.       Validitas isi (content validity)


b.      Validitas Konstruksi (Contruct validity)
c.       Pengujian Validitas Tes secara Empiris
d.      Validitas Ramalan (Predictive Validity)
e.      Validitas Bandingan (concurrent validity)

13
Bab 6. Realibilitas
1. Arti Reabilitas Bagi Sebuah Tes

a. hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri, yaitu Panjang tes dan kualitas
butir- butir soalnya.
b. hal yang berhubungan dengan tercoba
c. hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes

2. Cara-Cara Mencari Besarnya Realibilitas.

Sekali lagi reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada
subyek yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran
hasil. Kriterium yang digunakan untuk mengetahui ketetapan ada yang berada diluar
tes (consistency external) dan pada tes itu sendiri (consistency internal).

a.       Metode bentuk Paralel (equivalen)

Tes parallel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai
kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir
soalnya berbeda. Dalam istilah bahasa inggris disebut alternate-forms
method (parallel forms). Dengan metode bentuk parallel ini, dua uah tes
yang paralel, misalnya Matematika Seri A yang akan dicari
reliailitasnya dan Seri B di teskan pada sekelompok siswa yang sama,
kemudian hasilnya dikorelasikan. Koefisien korelasi dari kedua hasil tes
inilah yang menunjukan koefisien reliabilitas tes Seri A. jika oefisiennya
tinggi maka tes tersebut sudah reliable dan dapat digunakan sebagai alat
pengetes yang terandalkan.

Dalam menggunakan metode paralel ini pengetes harus menyiapkan


dua buah tes, dan masing-masing dicobakan pada kelompok siswa yang
sama. Oleh karena itu, ada orang yang menyebutkan sebagai double tes-
daubel-trial method.

14
b.      Metode tes ulang (test-retest method)

Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua


seri tes. Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya
memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya
hanya satu dan dicobakan dua kali, maka metode ini dapat disebut
dengan single-test-double-trial method. Kemudian hasil dari kedua tes
tersebut dihitung korelasinya.

Untuk tes yang banyak mengungkap pengetahuan (ingatan) dan


pemahaman, cara ini kurang mengena karena tercoba akan masih ingat
akan butir-butir soalnya. Oleh karena tenggang waktu akan pemberian
tes pertama dengan kedua menjadi permasalahan tersendiri. jika
tenggang waktu terlalu sempit, siswa masih banyak ingat materi.
Sebaliknya kalau tenggang waktu terlalu lama, maka faktor-faktor atau
kondisi tes sudah akan berbeda, dan siswa senddiri barangkali sudah
mempelajari sesuatu. Tentu saja faktor-faktor ini akan berpengaruh pula
terhadap reliabilitas.

c.       Metode belah dua atau split-half method

Kelemahan penggunaan metode dua tes dua kali percobaan dan satu
tes dua kali percobaandiatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode
belah dua. Dalam menggunakan metode ini pengetes hanya
menggunakan sebuah tes yang dicobakan satu kali. Oleh karena itu,
disebut juga single-test-single-trial method. Berbeda dengan metode
pertama dan kedua yang setelah diketemukan koefisien korelasi
langsung ditafsirkan itulah koefisien reliabilitas, maka dengan metode
ketiga ini tidak dapat demikian. Pada waktu membelah dua dan
mengkorelasikan dua belahan, baru diketahui reliabilitas separo tes.

15
16
Bab 7 . Taksonomi
1. Arti dan Letak Taksonomi dalam Pendidikan

Guru harus menyadari bahwa tujuan pembelajaran harus diberitahukan kepada


siswa. Apabila dalam pengajaran tidak disebutkan tujuannya, siswa tidak akan tahu
mana pelajaran yang penting dan mana yang tidak.

2. Taksonomi Bloom

Menurut taksonomi Bloom ini tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa


domain (ranah, kawasan),  dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam
pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkhinya. Domain-domain tersebut antara
lain:

b) Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku


yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir. Dalam ranah ini hirarkinya
adalah pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan
evaluasi (evaluation).
c) Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap,
apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Dalam ranah ini hirarkinya
adalah pandangan atau pendapat (opinion) dan sikap atau nilai
(attitude, value)
d) Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Ranah ini
tersusun atas keterampilan (skill) dan kemampuan ( abilities)

Taksonomi lain-lainnya:

a.       Mc Guire dan Klickmann (1963) telah menyusun taksonomi untuk bidang

17
biologi, Wood (1968) untuk matematika, Leuis (1965) untuk IPA.
b.      Guilford telah menciptakan pola yang menggambarkan struktur intelek
dalam bentuk kubus
c.       Gagne dan Merrill menyebutkan ada 8 hierarki tingkah laku, antara lain:

 Signal learning
 Stimulus-response learning
 Chaining
 Verbal associating
 Discrimination learning
 Concept learning
 Rule learning
 Problem solving.

d.      Garlach dan Sullivan mencoba mengganti gambaran tentang proses dalam
rumusan yang umum menjadi tingkah laku siswa yang dapat diamati.
Kategori yang diajukan adalah:

 Identify
 Name
 Describe
 Construct
 Order
 Demonstrate.

e.     De Block mengemukakan model yang didasarkan pada tujuan-tujuan


mengajar. Dia mejukan 3 arah dalam kegiatan mengajar:

 From partial to more integral learning


 From limited to fundamental learning
 From special to eneral learning.

18
Bab 8 . Tujuan Intruksional
1. Bermacam-Macam Tujuan Pendidikan.

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-
lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemrintah ini, maka
usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat Universitas.

2. Tujuan Instruksional(Intructional Objectives)

Suharsimi Arikunto menyatakan dalam tujuan instruksional umum


menggunakan kata kerja yang masih umum dan tidak dapat diukur, maka dibutuhkan
tujuan instruksional khusus. Jadi ada 2 macam tujuan instruksional:
  tujuan instruksional umum ( TIU)
  tujuan instruksional khusus (TIK) 

3. Merumuskan Tujuan Intruksional.

Bagaimana cara merumuskan tujuan pembelajaran atau indikator hasil belajar


itu ? ada empat komponen pokok yang harus nampak dalam rumusan indikator hasil
belajar seperti yang digambarkan dalam pertanyaan berikut:

a) Siapa yang belajar atau yang diharapkan dapat mencapai tujuan atau
mencapai hasil belajar itu?
b) Tingkah laku atau hasil belajar yang bagaimana yang diharapkan dapat
dicapai itu?.
c) Dalam kondisi yang bagaimana hasil belajar itu dapat ditampilkan?
d) Seberapa jauh hasil belajar itu bisa diperoleh.

19
4. Langkah-Langkah yang Dilakukan dalam Merumuskan Tujuan
Intruksioanal Khusus.

Membuat sejumlah TIU (Tujuan Instruksional Umum) untuk setiap mata


pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan dalam kurikulum 1975 maupun 1984, TIU
sudah ada tercantum dalam buku garis-garis besar program pengajaran. Dalam
merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya masih umum dan tidak dapat di
ukur karena perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia. Dari
masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya jelas,
khusus, dapat dimengerti, terukur, dan menunjukkan perubahan tingkah laku.

5. Tingkah Laku Akhir

Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah peserta didik
mengalami proses belajar. Di sini tingkah laku ini harus menampakkan diri dalam
suatu perbuatan yang dapat diamati dan diukur (observable and measurable).

6. Kata-Kata Operasioanal

a. Kognitif meliputi Pengetahuan (knowledge), Pemahaman


(comprehension), Aplikasi., Analisis, Sintesis, Evaluasi.
b. Afektif meliputi Reesiving, Responding, Valuing, Organization.,
Characterization by value or value complex..
c. Psikomotorik meliputi Musclar or motor skills, Manipulation of
materials or objects, Neuromusclar coordination.

7.      Kondisi Demonstrasi

Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi


atau situasi yang dikenakan kepadapeserta didik pada saat pendidik
mendemonstrasikan tingkah laku akhir.

20
Bab 9. Tes Standar Dan Tes Buatan Guru
1. Pengertian Tes Standar.
Dalam menilai, baik tes terstandar maupun tes buatan guru ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan validitas dan reliabilitas.
Tes kemampuan pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Aptitude test
b. Achievement tes

2. Tes Prestasi Standar

Istilah “standar” dalam tes dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab


pertanyaan-pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan dengan
menggunakan petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula. Dengan
demikian maka seolah-olah ada suatu standar atau ukuran sehingga diperoleh suatu
standar penampilan (performance) dan penampilan kelompok lain dapat
dibandingkan dengan penampilan kelompok standar tersebut.

3. Perbandingan Antara Tes Standar dengan Tes Buatan Guru


Tes Standar Tes Buatan Guru
a. Didasarkan atas bahan dan tujuan
a. Didasarkan atas bahan dan tujuan umum
khusus yang dirumuskan oleh guru
dari sekolah-sekolah di seluruh Negara.
untuk kelasnya sendiri.
Mencakup aspek yang luas dan
b. Dapat terjadi hanya mencakup
pengetahuan atau keterampilan dengan
pengetahuan atau keterampilan yang
hanya sedikit butir tes untuk setiap
sempit.
keterampilan atau topik.
c. Biasanya disusun sendiri oleh guru
c. Disusun dengan kelengkapan staf
dengan sedikit atau tanpa bantuan
profesor, pembahas, dan editor butir tes.
orang lain/tenaga ahli.
d. Menggunakan butir tes yang sudah
d. Jarang menggunakan butir tes yang
diujicobakan (try out), dianalisis dan
sudah diujicobakan, dianalisis dan
direvisi sebelum menjadi sebuah tes.
direvisi.
e. Mempunyai reliabilitas yang tinggi.
e. Mempunyai reliabilitas sedang atau
rendah.
f. Dimungkinkan menggunakan norma untuk
seluruh Negara.
f. Norma kelompok terbatas kelas tertentu.

21
Bab 10 . Penyususnan Tes
1. Fungsi Tes
Fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal :

a.       fungsi untuk kelas


b.      fungsi untuk bimbingan.
c.       fungsi untuk administrasi

2. Langkah-Langkah dalam Penyusunan Tes

 Menentukan tujuan mengadakan tes


 Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
 Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dari tiap bagian bahan.
 Menderetkan semua TIK  dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek
tingkah laku dalam terkandung TIK itu, tabel digunakan untuk
identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati.
 Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir
yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut.  (Uraian
penjelasan tentang tabel spesifikasi i akan kami jelaskan di sub bab
berikutnya)
 Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK yang sudah
dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup

3. Komponen-Komponen Tes

Komponen Test terdiri dari:

 Buku tes,
 Lembar jawaban tes,
 Kunci  jawaban tes,
 Pedoman penilaian,

22
Bab 11 . Tes Tertulis Untuk Prestasi Belajar
1.      Bentuk-Bentuk Tes
 Tes subyektif. Secara umum soal subyektif adalah pertanyaan yang
menuntut peserta didik menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang
sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata
dan bahasa sendiri.
 Tes objektif. Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat
dilakukan secara objektif (Arikunto, 1995 : 165).

2. Macam-Macam Tes Objektif

a. Bentuk Tes Benar Salah (True-False Test). Tes benar salah adalah bentuk
tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar atau salah.
b. Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test). Tes pilihan ganda
merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum
lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari
beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan.
c. Menjodohkan (Matching Test). Menjodohkan terdiri atas satu sisi
pertanyaan dan satu sisi jawaban, setiap pertanyaan mempunyai jawaban
pada sisi sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk memasangkan atau
mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan mempunyai jawaban yang benar.
d. Tes Isian (Complementary Test). Tes isian terdiri dari kalimat yang
dihilangkan (diberi titik-titik).

3. Pengukuran Ranah Afektif

Pengukuran ranah afktif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,
karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah, Menerima
(memperhatikan), merespon, menghargai, mengorganisasi, dan karakteristik suatu
nilai.Sedangkan tujuan penilaian afektif adalah :

4. Pengkuran Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerjaan otot sehingga


menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Meliputi skills dan abilities.

23
Bab 12 . Tabel Spesifikasi
1. Fungsi Tabel Spesifikasi

Fungsi dari tabel spesifikasi ialah untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak
menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan
dicakup dalam tes.

Contoh table spesifikasi:

Aspek yang Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah


diungkap
(I) (P) (A)
Pokok Materi
Bagian I ………… ……………. …………. ………….

Bagian II ………… …………….. …………. …………

Bagian (terakhir) ………… …………….. …………. …………


Jumlah ……….. ……………. ………….. …………

2. Tidak Lanjut Sesudah Penyususnan Tabel Spesifikasi

Terdapat dua langkah lagi sebagai tindak lanjut sesudah penyususnan tabel
spesifikasi untuk memperoleh seperangkat soal tes yaitu:

a.     Menentukan bentuk soal. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan bentuk soal yaitu waktu yang tersedia dan sifat materi yang diteskan.

b.     Menuliskan soal-soal. Langkah terakhir dalam penyusunan tes adalah penulisan


soal-soal tes (item writing). Langkah ini merupakan langkah penting karena
kegagalan dalam hal ini dapat berakibat fatal. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam menuliskan soal-soal tes yaitu:

 Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami.


 Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda/membingungkan.
 Cara mengenal kalimat atau meletakkan/menata kata-kata perlu
diperhatikan agar tidak ditafsirkan salah.
 Petunjuk mengerjakan. Petunjuk ini harus dituliskan sedemikian rupa
sehingga jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang dri yang dikehendaki
guru.

24
Bab 13 .Menganalisis Hasil Tes

1. Menilai Tes yang Dibuat Sendiri

Guru yang sudah banyak berpengalaman, mengajar dan menyusun soal-soal tes,
juga masih sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena itu
cara yang paling baik adalah secara jujur melihat hasil yang diperoleh oleh siswa.

Ada 4 cara untuk menilai tes, yaitu:

a.       Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun,


b.      Mengadakan analisis soal (item analysis).
c.       Mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes buatan
Guru adalah validitas kurikuler.
d.     Mengadakan checking reliabilita. Salah satu indikator untuk tes yang
Mempunyai realibilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal tes
itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.

2.      Analisis Butir Soal (Item Analysis)

Analisis butir soal yang dalam bahasa inggris disebut item analiysis dilakukan
terhadap empirik.Maksudnya, analisis itu baru dapat dilakukan apabila suatu tes telah
dilaksanakan dan hasil jawaban terhadap butir-butir soal telah kita peroleh. Untuk
mengetahui kapan soal dikatakan baik, kurang baik, dan soal yang jelek sangat
berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola
jawaban soal.

a)      Taraf Kesukaran

b)      Daya Pembeda.

c)      Pola Jawaban Soal

25
Bab 14. Model Penelitian Kelas

1. Pengertian umum penilaian kelas


Penilaian kelas merupakan suatu tindakan untul melacak kemampuan peserta
didik, mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik, mendeteksi kesalahan ketika
siswa belajar, menyimpulkan beberapa hal yang terkait dengan pembelajaran

2. Jenis penilaian
Kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ujian
praktik, portfolio.

3. Bentuk – bentuk penilaian


Penilaian melalui tes tertulis, tes lisan, kerja, produk, proyek, portfolio, dan
penilaian diri
a. Penilain untuk kerja
b. Penilaian produk
c. Penilaian proyek
d. Penilaianportofolio
e. Penilaian diri

26
Bab 15. Menskor Dan Menilai
1. Menskor

Sementara orang berpendapat bahwa bagian yang paling penting dari pekerjaan
pengukuran dengan tes adalah penyusunan tes. Jika alat tesnya sudah disusun sebaik-baiknya
maka anggapannya sudah tercapailah sebagian besar dari maksudnya. Tentu saja anggapan itu
tidak benar sama sekali. Penyusunan tes baru merupakan satu bagian dari serentetan pekerjaan
mengetes. Di samping penyusunan dan pelaksanaan tes itu sendiri, menskor dan menilai
merupakan pekerjaan yang menuntut ketekunan yang luar biasa dari penilai, ditambah dengan
kebijaksanan-kebijaksanaan tertentu. Nama lain menskor adalah memberi angka.

Dalam hal pekerjaan menskor atau menentukan angka, dapat digunakan 3 macam alat
bantu yaitu:

a. Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban.


b. Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci
scoring.
c. Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian., Keterangan dan
pengunaannya dalam berbagai bentuk tes.

 Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah.
 Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan ganda (multiple
choice)
 Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawab singkat (sort answer
test)
 Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan (matching)
 Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (essay test)
 Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas

2. Perbedaan Antara Skor dan Nilai

Perbedaan antara skor yang diperoleh dengan skor yang sebenarnya, disebut dengan
istilah kesalahan dalam pengukuran atau kesalahan skor, atau dibalik skor kesalahan. Hubungan

27
antara ketiga macam skor tersebut adalah sebagai berikut: Skor yang diperoleh = skor
sebenarnya = skor kesalahan

3. Norm Referenced dan Criterion Referenced

Dalam penggunaan Norm – Referenced, prestasi belajar seorang siswa dibandingkan


dengan siswalain dalam kelompoknya. Kualitas seseorang sangat dipengaruhi oleh kualitas
kelompoknya. Dasar pikiran dari penggunaan standar ini adalah adanya asumsi bahwa disetiap
populasi yang heterogen tentu terdapat kelomouk baik, kelompok sedang, dan kelompok kurang.
Apabila standar mutlak dan standar relatif ini dihubungkan dengan pengubahab skor menjadi
nilai, maka akan terlihat demikian.

a. Dengan standar mutlak

(1)   Pemberian skor terhadap siswa, didasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan
yang ditentukan.
(2)   Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung dari skor asal (skor
mentah). Contoh :
  dari ulangan ke-1, memperoleh skor 60 (mencapai 60 % tujuan)

  dari ulangan ke-2, memperoleh skor 80 (mencapai 80 % tujuan)

  dari ulangan ke-3, memperoleh skor 50 (mencapai 50 % tujuan)

maka nilai siswa tersebut : 60 + 80 + 50 = 63,3. Dibulatkan 63.

b. Dengan standar relatif

(1)   pemberian skor terhadap siswa juga didasakan atas pencapaian siswa terhadap
tujuan yang ditentukan

(2)   nilai diperoleh dengan 2 cara :

  mengubah skor dari tiap-tiap ulangan lalu diambil rata-ratanya

  menjumlah skor tiap-tiap ulangan, baru diubah ke nilai

28
Bab 16. Mengolah Nilai
1. Beberapa Skala Penilaian

a.       Skala Bebas

b.      Skala 1-10

c.       Skala 1-100

d.      Skala huruf

2. Distribusi Nilai

a.      Distribusi nilai berdasarkan standar mutlak

b.      Distribusi nilai berdasarkan standar relative

3. Standar Nilai

a.       Nilai standar berskala Sembilan (stannine), yaitu rentangan atau skala nilai yang
bergerak mulai dari 1 sampai dengan  9,[7] seperti berikut ini:

Staines Interpretasi
9  (4%) Tinggi (4%)
8  (7%) Diatas rata-rata (19%)

7  (12%)
6  (17%) Rata-rata  (54%)

5  (20%)

4  (17%)
3  (12%) Dibawah rata-rata (19%)

2  (7%)
1  (4%) Rendah (4%)

b.      Nilai standar berskala sebelas (standar eleven/ stanel= eleven points scale), yaitu
skala nilai yang bergerak mulai  dari nilai 0 sampai dengan nilai 10,[9] yang

29
dikembangkan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan UGM disesuaikan dengan system
penilaian di Indonesia. Dengan stanel ini, system penilaian membagi skala menjadi
11 golongan, yaitu angka-angka  0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, yang satu sama lain
berjarak sama. Tiap-tiap angka menempati  jarak antara

c.       Standar sepuluh. Didalam Buku Pedoman Penilaian (Buku III B Seri Kurikulum
SMA Tahun 1975) ditentukan bahwa untuk mengolah hasil tes, digunakan standar
relative, dengan nilai berskala 1 – 10. Untuk mengubah skor menjadi nilai,
diperlukan dahulu:

  Mean (rata-rata skor)

  Deviasi Standar (Simpangan Baku)

  Tabel Konversi angka ke dalam nilai berskala 1 – 10

Tahap-tahap yang dilalui dalam mengubah skor mentah menjadi nilai berskala 1 – 10
adalah sebagai berikut:

  Menyusun distribusi frekuensi dari angka-angka atau skor-skor mentah

  Menghitung rata-rata skor (mean)

  Menghitung deviasi standar

  Mentransformasi (mengubah) angka-angka mentah ke dalam nilai berskala 1 –


10

Bab 17 . Kedudukan Siswa Dalam Kelompok


1. Pengertian

Pengertian yang dimaksud kedudukan siswa dalam kelompoknya adalah letak seorang
siswa di dalam urutan tingkatan, dalam istilah disebut rangking. Untuk dapat diketahui rangking
dari siswa  di suatu kelas maka harus diadakan pengurutan nilai siswa tersebut dari yang paling

30
atas sampai ke nilai yang paling bawah.

2. Cara-cara menentukan kedudukan siswa:

 Dengan rangking sederhana( simple rank) adalah urutan yang menunjukkan letak
atau kedudukan seseorang dalam kelompoknya dan dinyatakan dengan nomor
atau angka biasa.
 Dengan rangking presentase (percentile rank) adalah kedudukan seseorang dalam
kelompok, yang menunjukkan banyaknya persentase yang berada di bawahnya
 Standar Deviasi adalah penentuan kedudukan dengan membagi kelas atas
kelompok-kelompok. Tiap kelompok dibatasi oleh suatu standar deviasi tertentu.
 Standard score atau z-score adalah angka yang menunjukkan perbandingan
perbedaan score seseorang dari mean dengan standar deviasinya untuk
menentukan z-score,

Kedudukan seseorang dalam sebuah kelas sangat penting karena dengan begitu
peserta didik akan tahu berapa rangking yang telah dicapainya, jika mendapat rangking
yang bagus maka dia akan merasa bangga dengan hasil yang diperoleh atas usaha yang
telah dilakukan selama ini dalam proses belajar mengajar, sedang apabila rangkingnya
jelek maka peserta didik akan lebih termotivasi untuk memperbaiki dirinya. Dalam bab
ini telah dijelaskan bagaimana cara menentukan kedudukan siswa melalui beberapa
standar yang lazim digunakan.

Bab 18 . Mencari Nilai Akhir


1. Fungsi Nilai Akhir

a. Fungsi intruksional bertujuan untuk memberikan suatu balikan yang mencerminkan


seberapa jauh seorang siswa telah mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pengajaran
atau system intruksional.
b. Fungsi informatif bertujuan untuk memberikan nilai siswa kepada orang tuanya
mempunyai arti bahwa orang tua siswa tersebut menjadi tahu akan kemajuan dan
prestasi putranya di sekolah.
c. Fungsi bimbingan bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian mana dari usaha siswa di
sekolah yang masih memerlukan bantuan.

31
d. Fungsi administratif:
 Menentukan kenaikan dan kelulusan siswa
 Memindahkan atau menempatkan siswa
 Memberikan beasiswa
 Memberikan rekomendasi untuk melanjutkan belajar
 Memberi gambaran tentang prestasi siswa atau lulusan kepada calon pemakai
tenaga kerja.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian:

a. Prestasi/ pencapaian (achievement)


b. Usaha (effort)
c. Aspek pribadi dan social (personal and social characteristics)
d. Kebiasaan bekerja (working habits).

3.      Cara menentukan nilai akhir:

a. Untuk memperoleh nilai akhir, perlu diperhitungkan nilai tes formatif dan tes
sumatif.
b. Nilai akhir diperoleh dari nilai tugas, nilai ulangan harian, dan nilai ulangan umum
dengan bobot 2,3,dan 5.
c. Nilai akhir untuk STTB diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian (diberi bobot
satu) dan nilai EBTA (diberi bobot dua), kemudian dibagi 3.

Bab 19 . Membuat Laporan


1. Pentingnya Laporan

Laporan biasanya dibuat oleh seorang guru dibuat pada akhir semester, dibuatnya laporan
ini diperlukan untuk mengetahui hasil akhir dari apa yang dilakukan oleh siswa-siswi serta
diperlukan agar guru dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mengajar sudah berhasil
atau belum jika belum maka guru akan meninjau kembali metodenya dalam mengajar.Secara
sistematis dapat dikemukakan disini bahwa laporan tentang siswa bermanfaat bagi beberapa
pihak yaitu sebagai berikut:

a) Siswa sendiri, secara alamiah setiap orang selalu ingin tahu akibat dari apa yang
telah mereka lakukan, dengan mengetahui hasil yang positif dari perbuatannya, maka

32
pengetahuan yang diperoleh akan dikuatkan dan jika siswa mendapat informasi
bahwa jawwabannya salah, maka lain kali ia tidak akan menjawab seperti itu lagi.
b) Guru yang mengajar akan mengetahui catatan laporan kemajuan siswa.
c) Guru lain, maka guru yang akan mengganti mengajar akan tahu bagaimana meladeni
atau memperlakukan siswa.
d) Petugas lain disekolah.
e) Orang tua akan mengetahui kemajuan anak dari hari ke hari.
f) Pemakai lulusan, laporan pendidikan menunjukkan bahwa seseorang telah memiliki
pengetahuan dan ketrampilan tertentu. Digunakan untuk mencari pekerjaan dan
mencari kelanjutan studi.

2. Macam dan Cara Membuat Laporan


  Catatan lengkap.

  Catatan tidak lengkap.

  Lulus-belum lulus.

  Nilai siswa.

33
Bab 20. Evaluasi Program Pengajaran
1.       Apakah Evaluasi Program Itu?

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menentukan apakah target
progam yang disusun sudah tercapai dengan begitu maka akan diketahui bagaimana kualitas
mengajar seorang guru apakah sudah efektif atau belum berdasarkan tingkat pencapaian yang
sudah dicapai.

Evaluasi  progam merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja
untuk melihat tingkat keberhasilan progam. Untuk menentukan seberapa jauh target progam
sudah tercapai, yang dijadikan tolak ukur adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap
perencanaan kegiatan.

Pentingnya evaluasi progam yaitu agar guru mengetahui betul apa yang terjadi di dalam
proses belajar-mengajar, guru berkepentingan atas kualitas pengajaran. Untuk memperbaiki
proses pengajaran yang akan dilaksanakan lain waktu, guru perlu mengetahui seberapa tinggi
tingkat pencapaian dari tugas yang telah dikerjakan selama kurun waktu tertentu.

2. Objek atau sasaran evaluasi progam.

 Input(masukan)
 Materi atau kurikulum.
 Guru.
 Metode atau pendekatan dalam mengajar.
 Sarana: alat pelajaran atau media pendidikan.
 Lingkungan manusia.
 Lingkungan bukan manusia.

3.      Cara melaksanakan evaluasi progam.

            Apabila guru ingin melakukan evaluasi progam dengan lebih seksama, terlebih dahulu
harus menyusun rencana evaluasi sekaligus menyusun instrument pengumpulan data. Mengenai
bagaimana menyiapkan instrumen untuk angket, pedoman wawancar, pedoman pengamatan
dapat dipelajari dari buku-buku penelitian. Sebagai cara yang paling sederhana adalah
mengadakan pencatatan terhadap peristiwa yang dialami dari kegiatan sehari-hari di kelas.

34
2.2 Buku Pembanding
Bab 1. Hakikat Evaluasi Pembelajaran

Istilah Evaluasi disamaartikan dengan ujian. Meskipun saling berkaitan, akan tetapi tidak
mencakup keseluruhan makna yang sebenarnya. Ujian ulangan harian yang dilakukan guru di
kelas atau bahkan ujian akhir sekolah sekalipun, belum dapat menggambarkan esensi evaluasi
pembelajaran, terutama bila dikaitkan dengan penerapan kurikulum 2013. Secara skematis
hubungan tes, pengukuran (measurement), penilaian (assesment) dan evaluasi dapat
digambarkan sebagai berikut:

Proses Evaluasi Dalam Pendidikan Jika digambarkan dalam bentuk diagram akan terlihat
transformasi sebagai berikut :

Input : adalah bahan mentah yang dimasukkan kedalam transformasi.


Ouput: Adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi.
Transformasi: adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi.
Umpan Balik (feed back): adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun
transformasi.
Adapun Ciri-Ciri Evaluasi dalam Pendidikan yaitu :
1) Ciri pertama, penilaian dilakukan secara tidak langsung. Sebagai contoh mengetahui
tingkat inteligen seorang anak, akan mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan
menyelesaikan soal-soal.
2) Ciri kedua dari penilaian pendidikan yaitu penggunaan ukuran kuantitatif. Penilaian

35
pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan symbol bilangan sebagai hasil
pertama pengukuran.
3) Ciri ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan menggunakan,
unit-unit untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk anak normal.
4) Ciri kempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak sama atau tidak
selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain.
5) Ciri kelima dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian pendidikan itu
sering terjadi kesalahan-kesalahan.

Evaluasi yang dijalankan oleh seorang guru mungkin berjalan dengan baik. Tetapi
mungkin hasil penilaian yang mereka lakukan itu buruk mutunya. Sehubungan dengan itu, maka
untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan evaluasi yang baik perlu sebelumnya
ditentukan unsur-unsur apa dalam situasi belajar yang dianggap penting. Tujuan evaluasi
pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran secara
luas. Sistem pembelajaran dimaksud meliputi: tujuan, materi, metode, media, sumber belajar,
lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.

36
Bab 2. Evaluasi Pemebelajaran Dalam Perspektif Kurikulum 2013 (Peniliaian Otentik)

Untuk menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran menuntut adanya


perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran
konvensional. Terdapat sejumlah metode pembelajaran yang dipandang sejalan dengan prinsip-
prinsip pendekatan saintifik yang sudah popular, seperti metode problem based learning; project
based learning; inkuiri, group investigation dan lain-lain. Pendekatan saintifik dalam
pembelajaran sebagaimana dikonsepsikan oleh Kemendikbud (2013) meliputi komponen:
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk
semua mata pelajaran.

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi


komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta. Guna memperoleh penggambaran yang lebih objektif terhadap pencapaian peserta
didik terhadap berbagai kegiatan tersebut, maka dituntut diterapkannya peneilaian otentik. Guna
memperoleh penggambaran yang lebih objektif terhadap pencapaian peserta didik terhadap
berbagai kegiatan tersebut, maka dituntut diterapkannya penilaian otentik. Penilaian dengan
model seperti ini diperkirakan mampu memberikan gambaran mengenai hasil belajar peserta
didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
Istilah penilaian otentik (authentic assessment) mulai masyhur setelah disuarakan oleh Grant
Wiggins sekitar awal tahun 1990 sebagai reaksi terhadap penilaian berbasis sekolah yang
cenderung hanya mengisi titik-titik, tes tertulis, pilihan ganda, kuis jawaban singkat. Penamaan
terhadap penilaian otentik itu cukup beragam. Dalam kenyataan sehari-hari terdapat sejumlah
padanan nama bagi istilah penilaian otentik.
Dengan demikian, penilaian otentik dengan nama yang beragam itu merupakan proses
evaluasi pembelajaran untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik
pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran. pendekatan apa pun yang dipakai dalam
melakukan penilaian, tak pernah dari kelemahan dan kelebihan. Meskipun demikian, sudah
saatnya guru profesional pada semua satuan pendidikan memandu gerakan memadukan potensi
peserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui penilaian proses dan hasil belajar yang
sesungguhnya.
Untuk melaksanakan penilaian otentik yang baik harus menguasai jenis-jenis penilaian

37
otentik, yang antara lain terdiri atas: (1) penilaian kinerja, (2) penilaian proyek, (3) penilaian
portofolio, dan (4) penilaian tertulis.

BAB 3. INSTRUMEN EVALUASI BENTUK TES

Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban uraian, baik
uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas. Tes objektif disebut objektif karena cara
pemeriksaannya yang seragam terhadap semua murid yang mengikuti sebuah tes. Terdapat
beberapa jenis tes bentuk objektif, misalnya: bentuk melengkapi (completion test), pilihan ganda
(multifle chois), menjodohkan (matching), bentuk pilihan benar-salah (true false).
Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku,
tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi
penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang dihasilkannya atau
ditampikannya. es tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang telah
selesai dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan menyelesaikan
suatu pekerjaan, es tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang telah
selesai dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan menyelesaikan
suatu pekerjaan,

BAB 4. INSTRUMEN EVALUASI BENTUK NON-TES


Instrumen evaluasi jenis non-tes dapat digunakan jika kita ingin mengetahui kualitas
proses dan produk dari suatu pembelajaran yang berkenaan dengan domain afektif, seperti sikap,
minat, bakat, motivasi, dan lain-lain.
- Daftar Cek
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya - tidak).
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai
apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai.
- Skala Rentang
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi
nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di mana
pilihan kategori nilai lebih dari dua.
- Penilaian Sikap

38
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut
antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.
- Penilaian Proyek
Penilaian proyek dapat digunakan, diantaranya untuk mengetahui pemahaman dan
pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan
tersebut dalam penyelidikan tertentu. Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal
yang perlu dipertimbangkan yaitu: Kemampuan pengelolaan, Relevansi, Keaslian.
- Penilaian Produk
Penilaian produk meliputi penilaian terhadap kemampuan peserta didik membuat produk-
produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan,
gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
- Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat berupa karya peserta didik
(hasil pekerjaan) No Aspek Yang Dinilai Skor dari proses pembelajaran yang dianggap
terbaik oleh peserta didiknya, hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk
informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.
- Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang ingin
dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian
diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan dengan kompetensi
kognitif, afektif dan psikomotor.

39
BAB 5. PENILAIAN BERBASIS KELAS

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses pengumpulan pelaporan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian
berkelanjutan, otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan pembelajaran di bawah kewenangan
guru di kelas. PBK mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan
melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta
kemajuan belajar siswa dan pelaporan. Dapat dikatakan bahwa penilaian berbasis kelas
merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi mengenai hasil
belajar siswa pada tingkat kelas dengan menerapkan prinsipprinsip penilaian dengan pelaksanaan
yang berkelanjutan, dan disertai dengan bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai
akuntabilitas publik.
Sebagaimana evaluasi pendidikan pada umumnya, PBK juga bertujuan untuk
memberikan suatu penghargaan atas pencapaian hasil belajar siswa dan sekaligus sebagai umpan
balik untuk meneguhkan dan/ atau melakukan perbaikan program dan kegiatan pembelajaran.
Penilaian berbasis kelas harus memperlihatkan tiga ranah yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Ketiga ranah ini sebaiknya dinilai proporsional sesuai
dengan sifat mata pelajaran yang bersangkutan. Sebagai contoh pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (al-Qur’an, Aqidah-Akhlaq, Fiqh, dan Tarikh) penilaiannya harus menyeluruh
pada segenap aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, dengan mempertimbangkan tingkat
perkembangan siswa serta bobot setiap aspek dari setiap materi. Misalnya kognitif meliputi
seluruh mata pelajaran, aspek afektif sangat dominan pada materi pembelajaran Akhlak, PPKn,
Seni. Aspek psikomotorik sangat dominan pada mata pelajaran Fiqh, membaca al-Qur’an,
olahraga, dan sejenisnya. Begitu juga halnya dengan mata pelajaran yang lain, pada dasamya
ketiga aspek tersebut harus dinilai.

40
BAB 6. PENGUKURAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK

Penilaian otentik perlu dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari
siswa melalui kegiatan pembelajaran. Untuk mengukur kognitif dapat dilakukan dengan tes,
yaitu: tes lisan di kelas, pilihan berganda, uraian obyektif, uraian non obyektif, jawaban singkat,
menjodohkan, unjuk karya dan portofolio (Mardapi, 2004:35-40). Pengukuran ranah afektif
tidaklah semudah mengukur ranah Afektif karena tidak dapat dilakukan setiap selesai
menyajikan materi pelajaran. Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama,
demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai. Pengukuran afektif
berguna untuk mengetahui sikap dan minat siswa ataupun untuk mengetahui tingkat pencapaian
kompetensi afektif pada setiap tingkat (level). Pada mata pelajaran tertentu, misalnya seorang
siswa mendapatkan nilai tertinggi pada mata pelajaran tertentu belum tentu menyenangi mata
pelajaran tersebut. Ranah psikomosotorik menurut Dave’s adalah: (a) imitasi, (b) manipulasi, (c)
ketepatan, (d) artikulasi, dan (e) naturalisasi. Imitasi: mengamati dan menjadikan perilaku orang
lain sebagai pola. Apa yang ditampilkan mungkin kualitas rendah.

BAB 7. ANALISIS INSTRUMEN PENILAIAN

Analisis instrumen penilaian dikaji segi analisis logis/rasional dan analisis empirik.
Analisis logis/rasional meliputi ranah materi, ranah konstruksi dan ranah bahasa. Sedangkan
analisis empirik meliputi seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda tes.
- Analisis Logis/Rasional
Analisis logis/rasional meliputi analisis materi, konstruksi dan bahasa. Analisis materi
dimaksudkan sebagai penelaahan yang berkaitan dengan substansi keilmuan yang
ditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan soal.
- Analisis Empirik
Analisis empirik terhadap instrumen/soal dilakukan dengan melakukan menguji
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.

41
BAB 8. PENILAIAN ACUAN PATOKAN DAN PENILAIAN ACUAN NORMA

Tujuan penilaian acuan norma (PAN) adalah untuk membedakan peserta didik atas
kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai dengan tertinggi.
Secara ideal, pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu kelompok menggambarkan suatu
kurva normal.
Sedangkan penilaian acuan patokan (PAP) meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh
peserta didik, dan bukan membandingkan seorang peserta didik dengan teman sekelasnya,
melainkan dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik. Tujuan penilaian acuan patokan
adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan sebagai kriteria
keberhasilannya.
- Penilaian Acuan Patokan
Penilaian acuan patokan (PAP) atau dikenal dengan istilah Criterion Referenced
Test adalah penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya (Slameto, 1988).
Tujuan PAP adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang
ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. Penilaian acuan patokan bermanfaat dalam
upaya meningkatkan kualitas hasil belajar, sebab peserta didik diusahakan untuk
mencapai standar yang telah ditentukan dan hasil belajar peserta didik dapat diketahui
derajat pencapainya (Arifin, 2009).

- Penilaian Acuan Koma


Penilaian acuan norma (PAN) atau dikenal dengan istilah Norm Referenced Test
adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok. Nilai-nilai
yang diperoleh peserta didik diperbandingkan dengan nilai-nilai peserta didik lainnya
yang termasuk di dalam kelompoknya (Slameto, 1988)
Penilaian acuan norma dapat diilustrasikan sebagai berikut: hasil ujian nasional
(UN) dikenal adanya nilai UN murni yang berasl dari penilaian yang dilakukan secara
komputerisasi dengan menggunakan persentase yang menunjukkan tingkat kemampuan
atau penguasaan peserta didik tentang materi ajar yang diujikan. Dengan kata lain nilai
UN murni merupakan penilaian dengan cara PAP. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa
nilai-nilai UN murni ini pada umumnya rendah bahkan sangat rendah sehingga tidak

42
memenuhi syarat untuk dapat dinyatakan lulus, maka nilai UN murni itu kemudian
diolah ke dalam PAN dengan menggunakan rumus-rumus tertentu dengan maksud agar
nilai-nilai tersebut dapat diperbesar.
Penilaian dengan acuan norma dapat digunakan apabila guru menghadapi
kurikulum yang bersifat dinamis, artiya materi ajar yang dikembangkan selalu berubah
sesuai dengan tuntutan perkembangan kekinian, sehingga pendidik mengalami kesulitan
tersendiri menetapkan kriteria “benar” dan “salah” secara kaku. Tujuan pembelajaran
biasanya tidak ditekankan untuk penguasaan materinatau keterampilan tertentu,
melainkan untuk mengembangkan kreativitas individual, kemampuan apresiasi, serta
kemampuan berkompetensi antara sesama peserta didik. Dengan demikian pengukuran
hasil belajar ini dapat memberi informasi bagaimana kemampuan rata-rata
kelompoknya.
 Pengolahan Tes Acuan Norma
Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengolah nilai dengan menggunakan PAN
sebagai berikut: (1) memberi skor mentah, (2) mencari nilai rata-rata kelompok, (3)
mencari nilai simpangan baku, (4) menentukan pedoman konversi, dan (5) menentukan
nilai peserta didik.

43
BAB IV

PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Tolak ukur hasil Pendidikan dapat diketahui dengan adanya evaluasi. Evaluasi
Pendidikan sering diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil belajar mengajar, padahal
antara keduanya punya arti berbeda meskipun saling berhubungan. Mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan sat ukuran (kuantittatif), sedangkan menilai berarti mengambil
suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif). Adapun evaluasi
meliputi keduanya.

1.2 Saran
Tidak ada saran untuk penulisan bukunya, hanya saja bagi para mahasiswa dan calon uru
kedepannya lebih baik untuk banyak membaca buku evaluasi diantaranya dua buku yang kami
kritik ini, wajib untuk mengtahui keadaan dan kebutuhan siswa sehingga nantinya akan lebih
mudah penyampaian materi pembelajarannya. RPP sendiri termasuk perencaan di awal, dan
assasmen kelas dilakukan di akhir sebagai evaluasi

44
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2017). Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


Asrul, Ananda, R., & Rosinita. (2015). EVALUASI PEMBELAJARAN. Medan: Citapustaka Media.

45

Anda mungkin juga menyukai