P1337420515027 Indah Setiawati
P1337420515027 Indah Setiawati
KTI
Indah Setiawati
NIM. P1337420515027
MARET 2018
LAPORAN KASUS
KTI
Indah Setiawati
NIM. P1337420515027
MARET 2018
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P1337420515027
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
Indah Setiawati
KATA PENGANTAR
Dengan Fokus Studi Pengelolaan Nyeri Akut di RSUD Tidar Magelang sesuai
Dalam pembuatan laporan hasil studi kasus ini penulis menyadari bahwa
kegiatan penulisan ini dapat diselesaikan berkat adanya dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan
Kasus.
Kasus.
6. Tulus Puji Hastuti, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku dosen penguji Laporan Hasil
Studi Kasus.
7. Bapak dan ibu dosen beserta staf Program Studi Keperawatan Magelang.
8. Ibu Triisyunarwati serta keluarga tercinta yang selalu menjadi inspirasi dan
10. Sahabat – sahabat ku tercinta dan yang terkasih Fahri Rifqi Aditia yang
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
Penulis menyadari Laporan Hasil Studi Kasus ini masih jauh dari
berharap semoga Laporan Hasil Studi Kasus ini dapat berguna dan
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2. Tahapan Postpartum..................................................................4
6. Pathway .......................................................................................11
2. Farmakologi ................................................................................23
1. Pengkajian ...................................................................................24
5. Evaluasi ......................................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Hasil……………………………………………………………………...49
B. Pembahasan ……………………………………………………………..80
C. Keterbatasan …………………………………………………………….88
A. Kesimpulan………………………………………………………………89
B. Saran …………………………………………………………………….91
Lampiran-Lampiran……………………………………………………………....
BAB I
PENDAHULUAN
terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga terjadi
Indonesia adalah 67,2% pada tahun 2014, meningkat dari tahun sebelum nya
yaitu 60% pada tahun 2013. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia yaitu
Ruptur perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor maternal, faktor
janin, dan faktor penolong. Faktor maternal meliputi partus presipitatus yang
tidak dapat dikendalikan dan tidak ditolong, pasien tidak mampu berhenti
yang berlebihan, odema dan kerapuhan pada perineum, dan pinggul sempit.
Faktor janin antara lain bayi yang besar, posisi kepala yang abnormal (misalnya
presentasi muka), kelahiran bokong, ekstraksi forcep yang sulit, distosia bahu,
cara berkomunikasi dengan ibu, dan ketrampilan cara menahan perineum pada
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri
Desember 2017 di RSUD Tidar Magelang didapatkan data bahwa jumlah kasus
ruptur perineum pada tahun 2016 sebanyak 28,41 % yaitu 733 orang dari
ibu yang berasal dari tingkat pendidikan rendah. Tingkat pendidikan rendah
B. Rumusan Masalah
pada klien Postpartum Ruptur Perineum dengan Fokus Studi Nyeri Akut”.
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat penelitian
perineum dengan fokus studi nyeri akut, pada masa yang akan datang
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Postpartum
dan persalinan yang dimulai sejak setelah lahirnya plasenta dan berakhir
ketika alat-alat reproduksi kembali dalam kondisi wanita yang tidak hamil,
2. Tahapan Postpartum
untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau
tahunan.
melahirkan.
2) Early Puerperium merupakan masa setelah 24 jam sampai
1. Pengertian Perineum
a. Perineum adalah daerah yang terletak diantara vagina dan anus beserta
a. Perineum yang utuh berperan atau menjadi bagian penting dari proses
persalinan.
vagina maupun perineum dan cedera ini bila tidak ditangani dengan baik
seperti ini akan lebih nyata pada wanita primipara. Setiap wanita
abdominis.
cepat. Menghindari kejadian ini, ketika kepala janin sudah keluar pintu,
minta ibu supaya jangan mengejan terlalu kuat dengan irama yang pendek–
pendek. Sebaiknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau
kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalam
tengkorak janin dan melemahkan otot–otot serta fasia pada dasar panggul
luas apabila kepala janin terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari
biasa sehingga memaksa kepala janin lahir lebih ke belakang, kepala janin
melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari
pembedahan vaginal.
hari.
rusak, berdasarkan hal tersebut maka ruptur perineum dibagi menjadi empat
a) Ciri- cirinya :
otot.
2) Tingkat 2/Derajat 2 :
a) Ciri-cirinya :
(1) Dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang
penjahitan.
tinggi.
3) Tingkat 3/Derajat 3:
a) Ciri- cirinya :
b) Langkah-langkah tindakannya:
4) Tingkat 4/derajat 4:
a) Ciri-cirinya :
perineum yang luas dan dalam disertai pinggir yang tidak rata,
terganggu.
5. Patofisiologi
faktor maternal, faktor janin, dan faktor penolong. Dalam proses melahirkan
sehingga klien akan merasa nyeri. Sensasi nyeri akan berpengaruh besar bagi
klien. Beberapa klien akan mengalami nyeri ketika akan tidur atau selama tidur.
kesulitan ketika akan tidur kembali tergantung dari lokasi nyeri, beberapa klien
Semakin banyak aktivitas fisik yang dibutuhkan ketika bekerja, maka semakin
pergerakan tubuh.
6. Pathway
Faktor Maternal Faktor Janin Faktor Penolong
Ruptur Perineum
Trauma Jalan
Lahir
Nyeri AKUT
a. Episiotomi :
b. Posisi tubuh :
pada janin.
pada ibu dan keluarga berkaitan dengan luka perineum antara lain:
otot, namun semakin digerakkan, maka nyeri akan berkurang. Bila ibu
bersih, maka ibu tidak perlu cemas. (karena bengkak dan merah
kering dan baik dalam waktu sekitar satu minggu, bila tidak ada
infeksi.
dari jalan lahir, ibu panas, dan luka jahitan bengkak kemerahan, terasa
a. Faktor fisiologis
1) Keadaan umum
tinggi.
2) Usia
3) Ukuran janin
b. Faktor Psikologis
1) Ansietas
serius.
3. Skala nyeri
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Potter dan Perry, 2010).
alat pendiskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan
4. Fisiologi Nyeri
a. Respon fisiologis
b) Peningkatan nadi
e) Diaphoresis
g) Dilatasi pupil
a) Muka pucat
b) Otot mengeras
b. Respon perilaku
mendengkur).
bibir).
1. Non Farmakologis
terhadap dirinya.
b. Distraksi
Sistem aktivasi yang kompleks menghambat stimulus nyeri
yang lain dari nyeri. Distraksi berhasil dengan sangat baik untuk
c. Musik
d. Masase
e. Konseling
dideritanya.
2. Farmakologi
Nyeri Akut
1. Pengkajian
a. Fokus pengkajian
perubahan pola istirahat, waktu tidur siang dan tidur malam, adanya
2) Sirkulasi
pervaginam.
3) Integritas ego
terhadap keadaan saat ini, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
4) Eliminasi
ketiga, adanya mual, muntah, nyeri ulu hati, adanya penurunan BB.
Tanda : antropometri
A : BB: TB:
B : Hemoglobin : Hematokrit(HCT) :
C : mukosa bibir
D:-
P : Provokatif / paliatif
Q : Qualitas / Quantitas
R : Region / Radiasi
T : Timing
7) Higiene
8) Seksualitas
ruptur perineum.
b. Pemeriksan Fisik
1) Keadaan umum
2) Tingkat kesadaran
3) Tanda-tanda vital
hipotensi.
terjadi infeksi.
4) Kepala
5) Mata
6) Hidung
7) Telinga
gigi.
9) Leher
10) Dada
dada.
11) Mammae
12) Abdomen
memasukkan kedua jari kita yaitu jari telunjuk dan jari tengah ke
bagian dari diafragma dari perut ibu. Jika jari kita masuk dua jari
berarti diastasis rektus ibu normal. Jika lebih dari dua jari berarti
abnormal.
13) Ekstremitas
tekan atau panas pada betis. Adanya tanda Homan, caranya dengan
14) Genetalia
genitalianya karena pada masa nifas ini ibu sangat mudah sekali
c. Data penunjang
1) Penurunan hemoglobin.
2) Pemeriksaan hematokrit.
3) Pemeriksaan Hepatitis.
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma jalan lahir).
3. Intervensi keperawatan
Association for the Study of Pain), awitan yang tiba – tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi.
Batasan karakteristik:
1) Diaphoresis.
2) Dilatasi pupil.
meringis.
waspada.
olahraga berlebihan).
agenns mustard).
analgesik 12345
menimbulkan nyeri).
efek samping.
Batasan Karakteristik :
3) Kurang pengetahuan.
3) Kurang informasi.
matahari 12345
12345
12345
nyeri 12345
terhadap penyakit).
bertentangan).
masalah.
gumpalan.
nyeri.
memperberat nyeri.
pengetahuan).
menimbulkan nyeri).
penurunan nyeri.
nyeri.
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
direncanakan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode penulisan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode
B. Subyek Penelitian
C. Fokus Studi
Perubahan perilaku dalam manajemen nyeri pada klien postpartum
1. Tempat Penelitian
ini mudah dijangkau oleh peneliti, serta rumah sakit ini merupakan
2. Waktu Penelitian
F. Pengumpulan Data
1. Wawancara
2. Obsevasi langsung
Teknik observasi penulis gunakan dengan tujuan untuk
3. Studi Dokumentasi
4. Studi kepustakaan
5. Instrumen Penelitian
riwayat sosial.
perubahan pola istirahat, waktu tidur siang dan tidur malam, adanya
2. Sirkulasi
pervaginam.
3. Integritas ego
terhadap keadaan saat ini, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
4. Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima, adanya nyeri tekan abdomen,
ketiga, adanya mual, muntah, nyeri ulu hati, adanya penurunan BB.
Tanda : antropometri
A : BB: TB:
B : Hemoglobin : Hematokrit(HCT) :
C : mukosa bibir
D:-
P : Provokatif / paliatif
Q : Qualitas / Quantitas
R : Region / Radiasi
T : Timing
7. Higiene
8. Seksualitas
ruptur perineum.
analisis yang digunakan dengan membuat narasi yang diperoleh dari hasil
Lalu data disajikan secara narasi dan juga dengan ungkapan verbal dari
teori dan respon serta pelaksanaan pada klien postpartum ruptur perineum
dengan fokus studi nyeri akut yang telah dipilih menjadi objek penelitian.
I. Etika Penelitian
3. Confidentiality (kerahasiaan)
respon dan dijamin oleh peneliti dan hanya data-data tertentu yang
khusus.
apapun).
tidak akan dipergunakan dalam hal- hal yang dapat merugikan subjek
penelitian.
diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama dari
rahasia (Nursalam,2008).
BAB IV
19-21 Desember 2017 dan melakukan pengkajian pada tanggal 19 Desember 2017
pukul 16.30 WIB, pada klien Ny.A dengan postpartum ruptur perineum atas
21-23 Desember 2017 dan melakukan pengkajian pada tanggal 21 desember 2017
pukul 08.30 WIB, pada klien Ny.R G1P0A0 dengan postpartum ruptur perineum
atas indikasi PPI 35 minggu dengan no RM 378524 di Ruang Lili RSUD Tidar
Magelang.
keluarga, observasi secara langsung kondisi klien, serta melihat data penunjang
A. Hasil
1. Pengkajian (assessment)
a. Kasus 1 :
1) Biodata
perempuan, klien beragama islam dan tinggal di Wates Prontaan RT.04 RW.04
Magelang Utara. Pendidikan terakhir klien SMP. Klien berasal dari suku Jawa
dan berbangsa Indonesia. Klien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Klien
dirawat di RSUD Tidar Magelang, masuk pada 19 Desember 2017 pukul 11:00
13:00 WIB.
Penanggung jawab Ny. A adalah suami klien yang bernama Tn. T yang
berusia 28 tahun. Pendidikan terakhir suami klien D3. Suami klien beragama
islam, suami klien berasal dari suku Jawa dan berbangsa Indonesia dan saat ini
suami klien bekerja swasta serta tinggal bersama klien di Wates Prontaan
2) Alasan kunjungan
datang ke poli kebidanan RSUD Tidar Magelang pada hari Selasa tanggal 19
6 pada pukul 11:00 WIB. Air ketuban klien pecah pada tanggal 19 Desember
2017 pukul 12:00 WIB dan klien melahirkan spontan pada tanggal 19
3) Keluhan utama
Keluhan utama klien pada saat dilakukan pengkajian tanggal tanggal 19
Desember 2017 pukul 16:30 WIB yaitu nyeri pada ruptur perineum derajat 2
4) Riwayat Kesehatan
penyakit jiwa dan atau riwayat post partum sebelumnya yang menjadikan
Klien dengan keadaan umum nya yang baik, hanya masih lemas
keluarga tidak ada yang memiliki penyakit hipertensi, infeksi saluran kemih,
d) Riwayat pernikahan
suami klien menikah pada usia 23 tahun. Usia pernikahan klien sudah
5) Riwayat obstestri
a) Riwayat kehamilan.
dengan berat badan 3000 gram melalui persalinan normal. Sekarang anak
1 kali dan tidak ada keluhan selama kehamilan. Persalinan yang sekarang
perempuan dengan berat 3100 gram, panjang 48 cm, lingkar kepala 33 cm,
lingkar dada 33 cm. Bayi Ny. A lahir dengan APGAR Score 9,10,10 tanpa
b) Riwayat haid
hari, lamanya 7 hari, warna merah, tidak ada disminore. Hari pertama haid
c) Riwayat KB
Sirkulasi : Tekanan darah klien 120/80 mmHg, nadi 80 kali per menit,
pernapasan 20 kali per menit dan suhu 37o C. Klien tidak teramati oedema
maupun flebitis, akral teraba hangat, kuku tidak sianosis dan kapiler reffil kurang
Eliminasi : Genetalia klien tidak terpasang DC. Klien sudah BAK 3 kali
dengan warna kuning jernih. Klien mengatakan belum BAB. Klien tidak
nafsu makan selama dirawat di rumah sakit dan klien mampu menghabiskan
porsi makanan yang diberikan rumah sakit. Sedangkan untuk intake cairan, klien
D:-
seperti duduk atau berjalan terasa nyeri Provokatif: Ruptur perineum derajat 2,
timbul.
bercak kebiruan. Discharge : tidak ada sekresi dari luka jahitan. Aproximate :
baik. Payudara tidak terlihat tanda-tanda mastitis, puting susu menonjol dan
3. Pemeriksaan fisik
pernapasan 20 kali per menit dan suhu 37o C. Berat badan klien sebelum
Pemeriksaan kepala simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, rambut
tidak anemis, sklera tidak ikterik dan pupil isokor. Pemeriksaan hidung tidak
terdapat adanya pembesaran polip, bersih, tidak ada sekret, bentuk hidung
simetris kanan dan kiri, tidak ada cuping hidung. Pemeriksaan telinga klien,
telinga tampak simetris, bersih dan tidak terdapat serumen. Pemeriksaan mulut
mukosa bibir lembab, gigi bersih. Pemeriksaan leher tidak terdapat pembesaran
cordis tidak teraba, perkusi jantung dengan suara redup dan auskultasi S1 dan
puting susu menonjol dan areola berwarna hitam, pengeluaran kolostrum dalam
jumlah yang sedikit. Palpasi payudara tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba
keras.
dengan auskultasi bising usus 8 kali per menit, palpasi tidak terdapat nyeri tekan
dan tinggi fundus uteri setinggi pusat, diastasis rektus abdominis normal serta
perkusi tympani.
infus RL 20 tetes per menit, tidak terdapat varises maupun oedema. Ekstremitas
atas: kekuatan otot 5/5. Ekstremitas bawah: kekuatan otot 5/5. Ekstremitas
Pemeriksaan kulit klien didapatkan turgor kulit kembali kurang dari 2 detik.
Pemeriksaan homan sign didapatkan hasil negatif dan tidak terlihat tanda-tanda
Perineum : ruptur perineum derajat 2, tampak luka jahitan dan pengeluaran lokia
b. Kasus 2 :
1) Biodata
klien bekerja swasta. Klien berasal dari suku Jawa dan berbangsa Indonesia.
Klien dirawat di RSUD Tidar Magelang, masuk pada 21 Desember 2017 pukul
01:50 WIB dengan diagnosa medis G1P0A0 dengan indikasi PPI 35 minggu dan
Penanggung jawab Ny.R adalah suami klien yang bernama Tn. I yang
berusia 32 tahun. Pendidikan terakhir SMK, beragama islam, berasal dari suku
Jawa, berbangsa Indonesia. Suami klien bekerja swasta serta tinggal bersama
2) Alasan kunjungan
kurang lebih 2 jam dan keluar darah dari jalan lahir sebelum di bawa RSUD
3) Keluhan utama
Keluhan utama klien pada saat dilakukan pengkajian tanggal 21
Desember 2017 pukul 08.30 WIB yaitu nyeri pada ruptur perineum derajat 1
dengan skala 6.
4) Riwayat Kesehatan
Klien dengan keadaan umum nya yang baik, hanya masih lemas
penyakit hipertensi, infeksi saluran kemih, nyeri kepala kronis, asma atau
penyakit jiwa.
d) Riwayat pernikahan
Klien menikah saat berusia 24 tahun, dan suami klien usia 29 tahun.
Usia pernikahan klien sudah berjalan 3 tahun, dan klien menikah satu kali.
5) Riwayat obstestri
a) Riwayat kehamilan.
pukul 01.50 WIB. Klien mengalami ruptur perineum derajat 1. Bayi lahir
berjenis kelamin perempuan dengan berat 2460 gram, panjang 45 cm, lingkar
kepala 28 cm, lingkar dada 27 cm, APGAR Score 9,10,10 tanpa cacat serta
b) Riwayat haid
hari, lamanya 7 hari, warna merah, tidak ada disminore. Hari pertama haid
c) Riwayat KB
kontrasepsi KB.
Aktivitas dan latihan : Klien tampak masih lemas karena proses persalinan
namun klien masih dapat beraktivitas dengan sedikit bantuan karena masih ada
rasa nyeri skala 6 akibat ruptur perineum derajat 1. Klien mengatakan untuk
minimal.
Sirkulasi : Tekanan darah klien 120/80 mmHg, nadi 84 kali per menit,
pernapasan 20 kali per menit dan suhu 36,5o C. Klien tidak teramati oedema
maupun flebitis, akral teraba hangat, kuku tidak sianosis dan kapiler reffil kurang
pertamanya. Klien mengatakan berterima kasih kepada bidan dan dokter karena
telah membantu dalam proses persalinan nya. Klien tampak kooperatif saat
dilakukan tindakan keperawatan. Klien juga tidak mengalami tanda gejala baby
blues syndrome.
Eliminasi : Klien tidak terpasang DC, Klien belum BAB. Klien sudah
BAK 4 kali dengan warna kuning jernih. Klien tidak memiliki riwayat hemoroid.
nafsu makan selama dirawat di rumah sakit dan klien mampu menghabiskan
porsi makanan yang diberikan rumah sakit. Sedangkan untuk intake cairan, klien
D:-
Nyeri atau ketidaknyamanan : Klien mengatakan nyeri, terlihat meringis
ketika mau duduk atau berjalan. Provokatif: Ruptur perineum derajat 1, Qualitas:
tidak ada sekresi yang keluar. Aproximate : baik. Payudara tidak terlihat tanda-
tanda mastitis, puting susu menonjol dan areola berwarna hitam, pengeluaran
3. Pemeriksaan fisik
composmentis, Tekanan darah klien 120/80 mmHg, nadi 84 kali per menit,
pernapasan 20 kali per menit dan suhu 36,5o C. Berat badan klien sebelum
Pemeriksaan kepala simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, bentuk
sklera tidak ikterik dan pupil isokor. Pemeriksaan hidung tidak terdapat adanya
pembesaran polip, bersih, tidak ada sekret, tidak ada cuping hidung.
ictus cordis tidak teraba, perkusi jantung dengan suara redup dan auskultasi S1
puting susu menonjol dan areola berwarna hitam, pengeluaran kolostrum 48 jam
pertama dalam jumlah yang sedikit. Palpasi payudara tidak terdapat nyeri tekan
dengan auskultasi bising usus 7 kali per menit, palpasi tidak terdapat nyeri tekan
ulu hati dan tinggi fundus uteri setinggi pusat, serta perkusi tympani.
maupun oedema. kekuatan otot 5/5, turgor kulit kembali kurang dari 2 detik.
Pemeriksaan homan sign didapatkan hasil negatif dan tidak terlihat tanda-tanda
terdapat echimosis / memar / bercak kebiruan, Discharge tidak ada sekresi yang
Kasus 1 :
Terapi obat :
meredakan demam.
Kasus 2 :
Terapi obat :
Kasus 1 :
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma jalan lahir)
ditandai dengan DS: klien mengatakan kalau ingin bergerak seperti duduk atau
terlihat meringis ketika mau duduk atau berjalan dan klien belum bisa
Kasus 2 :
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma jalan lahir)
ditandai dengan DS: Klien Ny. R mengatakan masih nyeri, ketika mau duduk
tusuk, Region: perineum, Skala: 6, Timing: hilang timbul. DO: Klien terlihat
meringis ketika mau duduk atau berjalan dan klien belum bisa beradaptasi
6. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma jalan lahir)
7. Intervensi Keperawatan
Masalah nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (trauma jalan
lahir) pada Ny.A dan Ny. R diharapkan teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x8 jam dengan kriteria hasil klien melaporkan nyeri yang
terkontrol atau skala nyeri berkurang, klien dapat beradaptasi dengan nyeri,
menahan nyeri.
keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (trauma jalan
lahir) yaitu : Yang pertama dengan manajemen nyeri (1400) yaitu kaji reaksi
klien mengenai nyeri, gali bersama klien faktor yang dapat menurunkan atau
berapa lama nyeri akan dirasakan, kendalikan faktor lingkungan yang dapat
dalam).
pengobatan meliputi obat, dosis dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan,
cek adanya riwayat alergi, monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
8. Tindakan Keperawatan
akut berhubungan dengan agens cedera fisik (trauma jalan lahir) (00132),
seperti duduk atau berjalan terasa nyeri, Provokatif: Ruptur perineum derajat
timbul. Data obyektif yaitu Klien terlihat meringis ketika mau duduk atau
nyeri skala 5 pada perineum karena ada luka robekan dan dijahit. Data objektif
Tindakan ketiga pada pukul 16.45 WIB yaitu menggali pengetahuan dan
kalau rasa nyeri yang dirasakan klien setelah melahirkan itu wajar dan nyeri
tersebut di karenakan luka robekan dan dijahit. Data obyektif klien nampak
menahan nyeri.
Tindakan keempat pukul 16.50 WIB menggali bersama klien faktor yang
belum tahu cara mengatasi nyeri, data obyektif klien nampak bingung.
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan didapatkan data
subyektif klien mengatakan bersedia untuk diberikan informasi mengenai
umum didapatkan data objektif : KU baik, tekanan darah klien 120/80 mmHg,
nadi 80 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit dan suhu 37o C.
relaksasi nafas dalam, data obyektif klien memperhatikan dengan antusias, dan
minum obat.
secara komprehensif kepada klien, dan didapatkan data subyektif bahwa klien
timbul. Data obyektif klien nampak rileks, klien sudah bisa beraktivitas seperti
makan, duduk, berjalan karena untuk bergerak sudah tidak begitu nyeri.
Tindakan kedua pukul 08.10 WIB menggali pengetahuan dan
subyektif bahwa klien mengatakan kalau rasa nyeri yang dirasakan klien
setelah melahirkan itu wajar dan klien mengatakan nyeri akan berkurang
relaksasi nafas dalam kepada klien yang pada hari pertama tindakan
mempraktekan cara relaksasi nafas dalam yang telah diajarkan secara baik dan
benar. Data obyektif klien nampak dengan serius mempraktekan cara relaksasi
Tindakan keempat pukul 08.30 WIB yaitu memantau keadaan umum dan
TTV klien, responnya adalah keadaan umum baik, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 84 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit dan suhu 36,2oC.
minum obat.
yang dirasakan, didapatkan data subjektif yaitu klien mengatakan nyeri sudah
4, T: hilang timbul. Data objektif : klien nampak sudah bisa beradaptasi dengan
kunjungan kerumah.
Tindakan pertama pukul 10.30 WIB yaitu memantau keadaan umum dan
TTV klien, responnya adalah keadaan umum baik, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 80 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit dan suhu 36,2oC.
secara komprehensif kepada klien, dan didapatkan data subyektif bahwa klien
mengatakan sudah bisa beradaptasi dengan nyeri nya, klien mengatakan nyeri
beradaptasi dengan nyeri nya, klien nampak rileks, klien sudah bisa
beraktivitas seperti biasa karena untuk bergerak sudah tidak begitu nyeri.
farmakologi relaksasi nafas dalam kepada klien yang telah penulis ajarkan, data
yang telah diajarkan secara baik dan benar apabila klien merasakan nyeri. Data
obyektif klien mempraktekan cara relaksasi nafas dalam secara baik dan benar
setelah proses persalinan, respon klien adalah klien mengatakan bahagia dan
senang serta mengucapkan terima kasih karena telah diberikan informasi
Kasus 2 :
agens cedera fisik yaitu tindakan pertama pukul 08.30 WIB mengkaji
nyeri, ketika mau duduk atau berjalan. Provokatif: Ruptur perineum derajat 1,
timbul. Data obyektif Klien terlihat meringis ketika mau duduk atau berjalan
nyeri dengan skala 6 pada jalan lahir karena ada luka robekan. Data objektif
dan kepercayaan klien mengenai nyeri dengan data subyektif klien mengatakan
kalau rasa nyeri yang dirasakan klien setelah melahirkan itu wajar, klien
mengatakan nyeri ada luka robekan, sehingga timbul rasa nyeri. Data obyektif
mengatakan belum tahu cara mengatasi nyeri, data obyektif klien nampak
bingung.
Tindakan kelima pukul 08.55 WIB memberi informasi mengenai nyeri,
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan didapatkan data
nadi 84 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit, suhu 36,5o C.
nyeri secara komprehensif kepada klien, dan didapatkan data subyektif bahwa
klien mengatakan sudah bisa beradaptasi dengan nyeri nya, klien mengatakan
obyektif klien nampak sudah bisa beradaptasi dengan nyeri nya, klien nampak
rileks, klien sudah bisa beraktivitas seperti makan, duduk, berjalan karena
subyektif bahwa klien mengatakan kalau rasa nyeri yang dirasakan klien
farmakologi relaksasi nafas dalam kepada klien yang pada hari pertama
akan mempraktekan cara relaksasi nafas dalam yang telah diajarkan secara baik
dan benar. Data obyektif klien mempraktekan cara relaksasi nafas dalam secara
hati-hati dan masih agak mengingat-ingat tahap demi tahap prosedur relaksasi
nafas dalam.
dan TTV klien, responnya adalah keadaan umum baik, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 84 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit dan suhu 36,2oC.
minum obat.
nyeri yang dirasakan, didapatkan data subjektif yaitu klien mengatakan nyeri
proses persalinan, respon klien adalah bahagia atas kelahiran anak pertamanya
dan TTV klien, responnya adalah keadaan umum baik, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 82 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit dan suhu 36,2oC.
secara komprehensif kepada klien, dan didapatkan data subyektif bahwa klien
mengatakan sudah bisa beradaptasi dengan nyeri nya, klien mengatakan nyeri
obyektif klien nampak sudah bisa beradaptasi dengan nyeri nya, klien nampak
rileks, klien sudah bisa beraktivitas karena untuk bergerak sudah tidak begitu
nyeri.
farmakologi relaksasi nafas dalam kepada klien yang telah penulis ajarkan, data
yang telah diajarkan secara baik dan benar apabila klien merasakan nyeri. Data
obyektif klien mempraktekan cara relaksasi nafas dalam secara dengan baik
setelah proses persalinan, respon klien adalah bahagia dan klien mengatakan
senang dan mengucapkan terima kasih karena telah diberikan informasi tentang
9. Evaluasi
keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (trauma jalan
lahir) (00132).
Kasus 1 :
subyektif : Klien mengatakan kalau ingin bergerak seperti duduk atau berjalan
nyeri pada perineum karena ada luka robekan dan dijahit sehingga timbul rasa
nyeri, klien mengatakan belum tahu cara mengatasi nyeri, klien mengatakan
Evaluasi obyektif klien yaitu keadaan umum baik, tekanan darah klien
120/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit dan suhu
37o C, Klien terlihat meringis ketika mau duduk atau berjalan dan klien belum
bisa beradaptasi dengan nyeri nya, klien nampak menahan nyeri, klien nampak
nafas dalam di depan penulis. Masalah nyeri akut belum teratasi. Lanjutkan
kepercayaan pasien mengenai nyeri, Gali bersama klien faktor - faktor yang
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, Ajarkan teknik non
pemberian analgesik.
nafas dalam yang telah diajarkan secara baik dan benar, klien mengatakan
kalau rasa nyeri yang dirasakan klien setelah melahirkan itu wajar dan klien
mau minum obat, klien mengatakan bahagia dengan kelahiran anak keduanya
dengan nyeri nya, klien nampak rileks, keadaan umum baik, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 84 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit dan suhu
36,2oC, klien sudah bisa beraktivitas seperti makan, duduk, berjalan karena
untuk bergerak sudah tidak begitu nyeri, klien nampak dengan serius
mempraktekan cara relaksasi nafas dalam secara hati-hati setiap prosedur
kepercayaan pasien mengenai nyeri, Gali bersama klien faktor - faktor yang
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, Ajarkan teknik non
pemberian analgesik..
subyektif : klien mengatakan sudah bisa beradaptasi dengan nyeri nya, klien
yang telah diajarkan secara baik dan benar apabila klien merasakan nyeri, klien
mengatakan bahagia dan senang serta mengucapkan terima kasih karena telah
Evaluasi obyektif klien yaitu keadaan umum klien baik, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit dan suhu
36,2oC, klien nampak sudah bisa beradaptasi dengan nyeri nya, klien nampak
rileks, klien sudah bisa beraktivitas seperti biasa karena untuk bergerak sudah
tidak begitu nyeri, klien mempraktekan cara relaksasi nafas dalam secara
dengan baik dan benar sesuai dengan tahapan prosedur relaksasi nafas dalam.
Masalah nyeri akut teratasi. Pertahankan intervensi dan tetap memotivasi klien
untuk melakukan manajemen nyeri yang sudah diajarkan yaitu relaksasi nafas
Kasus 2 :
subyektif : Klien Ny. R mengatakan masih nyeri, ketika mau duduk atau
nyeri pada jalan lahir karena ada luka robekan, klien mengatakan kalau rasa
nyeri yang dirasakan klien setelah melahirkan itu wajar, klien mengatakan
belum tahu cara mengatasi nyeri, klien mengatakan mau diajari teknik
berjalan dan klien belum bisa beradaptasi dengan nyeri nya, klien nampak
menahan nyeri, klien nampak agak bingung, keadaan umum baik, tekanan
darah klien 120/80 mmHg, nadi 84 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit
dan suhu 36,5o C, klien memperhatikan dengan antusias, dan mencoba untuk
kepercayaan pasien mengenai nyeri, Gali bersama klien faktor - faktor yang
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, Ajarkan teknik non
pemberian analgesik..
Evaluasi tanggal 22 Desember 2017 pukul 11.40 WIB, dengan evaluasi
subyektif : klien mengatakan sudah bisa beradaptasi dengan nyeri nya, klien
timbul, klien mengatakan akan mempraktekan cara relaksasi nafas dalam yang
telah diajarkan secara baik dan benar, klien mengatakan kalau rasa nyeri yang
dirasakan klien setelah melahirkan itu wajar, klien mengatakan mau minum
obat, klien mengatakan bahagia atas kelahiran anak pertamanya dan klien
nya, klien nampak rileks, keadaan umum baik, tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 82 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit dan suhu 36,2oC, klien
mempraktekan cara relaksasi nafas dalam secara hati-hati dan masih agak
Gali bersama klien faktor - faktor yang dapat menurunkan atau memperberat
nyeri, beri informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
subyektif : klien mengatakan sudah bisa beradaptasi dengan nyeri nya, klien
yang telah diajarkan secara baik dan benar apabila klien merasakan nyeri.
nadi 82 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit dan suhu 36,2oC, klien
nampak sudah bisa beradaptasi dengan nyeri nya, klien nampak rileks, klien
sudah bisa beraktivitas karena untuk bergerak sudah tidak begitu nyeri, klien
mempraktekan cara relaksasi nafas dalam secara dengan baik dan benar sesuai
dengan tahapan prosedur relaksasi nafas dalam, klien mengatakan bahagia dan
B. Pembahasan
kepada Ny.A dan Ny. R dengan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik (trauma jalan lahir) di ruang Lili RSUD Tidar Kota
terkait dengan tindakan keperawatan yang telah diberikan sesuai dengan fokus
1. Pengkajian
Ruptur perineum biasanya terjadi pada saat kepala melakukan defleksi, luas
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari biasa
sehingga memaksa kepala janin lahir lebih ke belakang, kepala janin melewati
pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari sirkumferensia
mukosa vagina yang robek. Robekan tingkat dua dinding belakang vagina dan
dapat pula terjadi kerusakan dan keregangan muskulus puborektalis kanan dan
Robekan perineum yang melebihi tingkat satu harus dijahit. Hal ini dapat
harus dilakukan secara manual, tetapi lebih baik tindakan itu ditunda sampai
Robekan perineum tingkat dua, penyembuhan luka akan lebih baik bila
dilakukan penjahitan yaitu dengan cara setelah diberi anetesi lokal otot -otot
meningkatkan kebersihan dan asupan gizi dengan protein tinggi maka akan
robekan ini tidak perlu dijahit dengan menjaga kebersihan perineum seperti
segera ganti pembalut bila terasa penuh, cebok dengan air bersih, berpegang
pada prinsip perawatan luka terkini, yaitu konsep lembab, gizi yang bagus atau
banyak konsumsi protein, maka robekan atau perlukaan akan dapat segera
sembuh.
Pengkajian data fokus menurut Doengoes 2001, pada Ny.A dan Ny.R yang
pertama meliputi pengkajian suhu klien dengan suhu pada Ny. A yaitu 370C
dan Ny.R yaitu 36,50C. Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C.
Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari
keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu
Pada data penunjang Ny. A dan Ny. R terdapat perbedaan dimana Ny. A
dengan rentang waktu 1-2 hari namun tidak menutup kemungkinan pasien
2. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (trauma jalan lahir),
dalam hal ini arti nyeri dapat didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan
atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan, awitan yang tiba –
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
bergerak seperti duduk atau berjalan terasa nyeri, Provokatif: Ruptur perineum
hilang timbul. DO: Klien terlihat meringis ketika mau duduk atau berjalan dan
klien belum bisa beradaptasi dengan nyeri nya. Sedangkan pada kasus 2
ditandai dengan DS: Klien Ny. R mengatakan masih nyeri, ketika mau duduk
tusuk, Region: perineum, Skala: 6, Timing: hilang timbul. DO: Klien terlihat
meringis ketika mau duduk atau berjalan dan klien belum bisa beradaptasi
Data obyektif 2 klien, dapat penulis jabarkan dengan respon klien belum
bisa beradaptasi dengan nyeri nya, maka perlu adanya pengkajian khusus yang
cedera fisik harus segera tertangani dan ditangani, karena nyeri tersebut
dengan kebutuhan dasar manusia dengan perlunya rasa aman dan nyaman
(Abraham,Maslow,1976).
3. Intervensi
agens cedera fisik yang terjadi, penulis berpedoman pada NOC-NIC 2016.
nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik yaitu : Yang pertama dengan
manajemen nyeri (1400) yaitu kaji reaksi nyeri secara komprehensif PQRST,
gali pengetahuan dan kepercayaan klien mengenai nyeri, gali bersama klien
mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan,
pengobatan meliputi obat, dosis dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan,
cek adanya riwayat alergi, monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
4. Implementasi
(trauma jalan lahir), dengan intervensi manajemen nyeri (1400), dan pemberian
analgesic (2210).
tanggal 19-21 Desember 2017 dan 21-23 Desember 2017 untuk tindakan teknik
relaksasi yaitu sebanyak 1,192 dengan standar deviasi 0,749, sehingga dapat
Kasus 1 dan kasus 2 terdapat perbedaan dalam waktu durasi rawat inap
dikarenakan kondisi 2 klien berbeda di mana pada hari kedua perawatan, klien
pertama mengatakan skala nyeri 4 dan klien kedua mengatakan skala nyeri 5
setelah melahirkan terjadi peningkatan suhu hingga 37,6 oC dan klien kedua
suhu normal. Kenaikan suhu tubuh ini wajar pasca melahirkan, suhu tubuh
dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan
suhu ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun
paracetamol 500 mg dan asam mefenamat 500mg diberikan melalui oral tidak
efektifitas pemberian obat benar waktu dengan durasi onset waktu 8 jam selisih
waktu ketika sudah diberikan terapi obat dan akan diberikan terapi obat
hal meminum obat, klien dan keluarga mengatakan kadang jeda waktu minum
obat tidak mesti 8 jam dikarenakan klien atau keluarga lupa atau ketiduran dan
tidak patuh dengan aturan waktu minum obat. Penulis juga pernah
mendiskusikan hal ini dengan bidan dan perawat yang bertugas di bangsal Lili
RSUD Tidar Magelang, bahwa pemberian obat diberikan pada pagi, sore dan
malam saja. Dalam hal meminum obat diserahkan kepada masing-masing
meminum obat apakah klien sudah meminum obat dengan selisih waktu 8 jam
atau tidak, jika hal ini diteruskan secara berkelanjutan maka dapat mengurangi
efektifitas kerja obat tersebut, karena adanya onset waktu penumpukan kerja
obat, dan onset waktu kekurangan kerja obat (Ahmad Fuadi,2014). Hal ini,
tidak dianggap serius oleh tenaga kesehatan khususnya perawat dan bidan yang
5. Evaluasi
dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses keperawatan. Evaluasi mengacu
keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (trauma jalan
lahir), karena intervensi dan respon klien berjalan satu arah tanpa adanya
reaksi alergi dari obat yang diberikan pada klien di tahap implementasi
pemberian analgetik (2210), dan dalam tahap respon klien tehadap penulis di
nyeri berkurang, klien sudah bisa beradaptasi dengan nyerinya dan klien
nampak rileks. Data yang didapatkan menunjukkan bahwa masalah nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma jalan lahir) (00132) teratasi
sehingga dapat disimpulkan manajemen nyeri (1400) dan pemberian
C. Keterbatasan
diantaranya adalah durasi hari rawat inap untuk pasien postpartum spontan
A. Kesimpulan
oleh penulis dan dilakukan sejak 19-23 Desember 2017 pada 2 klien yaitu
Ny. A dan Ny. R dengan masalah nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisik (trauma jalan lahir) di bangsal Lili RSUD Tidar Magelang dapat
etik legal patient safety dan kearifan lokal meliputi proses keperawatan yang
keperawatan.
1. Pengkajian
nyeri ruptur perineum derajat 2 pada perineum dengan kualitas nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan intensitas skala nyeri berada pada angka 5, nyeri hilang
skala nyeri berada pada angka 6, nyeri hilang timbul, klien menunjukkan
ekspresi wajah meringis. Selain itu terdapat perbedaan terapi kedua klien
3. Intervensi
dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian, atau perubahan interval
4. Implementasi
obat melalui oral tidak benar waktu karena pasien terkadang tidak patuh dan
kurang disiplin dalam aturan minum obat. Oleh karena itu, memerlukan
onset waktu 8 jam selisih waktu ketika sudah diberikan terapi obat dan akan
adanya onset waktu penumpukan kerja obat, dan onset waktu kekurangan
5. Evaluasi
melaporkan nyeri yang terkontrol atau skala nyeri berkurang, klien dapat
B. Saran
Diharapkan hasil karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai acuan
3. Bagi pasien
Bulechek, G. M., Butcher, H. M., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). NIC
Edisi Kelima. United Kingdom: Elsevier.
Dewi, V.N.L & Sunarsih, T. (2011). Asuhan kebidanan pada ibu nifas. Jakarta :
Salemba Medika.
Handayani, Esti. (2016). Asuhan Holistik Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :
Transmedika.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). NOC. United
Kingdom: Elsevier.
Wagiyo & Putrono. (2016). Asuhan keperawatan antenatal, intranatal dan bayi
baru lahir fisiologis dan patologis. Yogyakarta : Andi.
WHO. (2014). Dunia Kesehatan Kedokteran dan Epidemilogi. (S. Aryani, & S.
Lazuardi, Penyunt) Jurnal Kesehatan Dunia, 32.
Lampiran 2
A. DATA PRIBADI
2. NIM : P1337420515027
b. Kelurahan : Mertoyudan
c. Kecamatan : Mertoyudan
d. Kabupaten : Magelang
f. Telepon HP : 085643070619
g. E-mail : indahsetiawati96@gmail.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
C. RIWAYAT ORGANISASI