Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah

menemukan belahan jiwa, setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain,

berbagi cerita dan berusaha menyatukan ide-ide.  Hubungan akhirnya mencapai

titik tertinggi.  Tentulah persiapan yang matang untuk menjadikannya sebagai

saat-saat yang paling indah adalah layak untuk dilakukan. 

Yang membuat pernikahan bahagia bukan tingkat kecocokan kita dengan

pasangan, tetapi seberapa besar kemampuan dan kesediaan kita untuk mengatasi

ketidakcocokan. Cinta mungkin terlihat ideal, tetapi sesungguhnya pernikahanlah

yang benar-benar aktual. Ketidakjelasan antara yang ideal (apa seharusnya) dan

yang aktual (apa adanya) memang tak pernah berujung. Statistik memperlihatkan

perlunya menemukan kiat menempuh pernikahan yang sukses. Mengajukan

pertanyaan yang tepat kepada pasangan (sebelum menikah) bisa menjadi alternatif

solusi melanggengkan perkawinan yang sehat, serasi dan bahagia.

Banyak pasangan enggan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan penting

sebelum mulai menikah karena ia takut menemukan ketidakcocokan yang bisa

jadi menggagalkan rencana pernikahannya, keterbatasan pengetahuan dan rasa

canggung yang ada. Tetapi, mengetahui hal-hal tersebut sebelum menikah jelas

lebih baik daripada harus mengalami stres setelah menikah. Tiap pasangan

biasanya mempunyai banyak alasan untuk menikah, tapi konflik satu hal saja

1
2

dapat mengarahkan mereka untuk bercerai. Calon pengantin merupakan kelompok

sasaran yang startegis dalam upaya peningkatan kesehatan masa sebelum hamil.

Menjelang pernikahan, banyak calon pengantin yang tidak mempunyai cukup

pengetahuan dan informasi tentang kesehatan reproduksi dalam berkeluarga,

sehingga setelah menikah kehamilan sering tidak direncanakan dengan baik serta

tidak di dukung oleh status kesehatan yang optimal.

Hal ini tentu saja dapat menimbulkan dampak negatif seperti adanya resiko

penularan penyakit, komplikasi kehamilan, kecatatan bahkan kematian ibu dan

bayi. Pemberian komunikasi informasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi

kepada calon pengatin sangat diperlukan untuk memastikan setiap calon pengantin

mempunyai pengetahuan yang cukup dalam merencanakan kehamilan dan

mempersiapkan keluarga yang sehat (Kemenkes RI, 2018). Pada tahun 2009

Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) telah bekerjasama dengan

Kantor Urusan Agama (KUA) dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di

tiap Kecamatan, sehingga sudah dapat melaksanakan kursus pranikah bagi calon

pengantin selama 1-7 hari sebelum melakukan pernikahan.

Materi pemberian kursus pranikah antara lain program kesehatan reproduksi

tentang upaya menjaga kesehatan ibu hamil melahirkan, pentingnya program

keluarga berencana (KB), hukum syariah tentang perkawinan dalam islam, seperti

menyucikan hadas besar dan kecil serta 2 manajemen keuangan (BKKBN, 2009).

Calon pengantin perlu dibekali pengetahuan yang cukup tentang kesehatan

reproduksi dan hak-hak reproduksi sehingga calon pengantin siap menjadi

seorang ibu dan seorang ayah (Dita Hidayat, 2016). Dasar hukum kesehatan
3

reproduksi berasal dari pemenuhan hak reproduksi Menurut International

Conference for Population and Development (1994), siklus hidup dalam

pemenuhan kesehatan reproduksi termasuk pemberdayaan perempuan dan

kesetaraan gender. Terintegrasinya program komponen kesehatan reproduksi

melalui Pembekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dan Komunikasi

Informasi Edukasi (KIE) kesehatan Reproduksi (Mulinda, 2017).

Menurut data Kemenkes RI (2018) menyatakan keputusan tentang kesehatan

reproduksi dan seksual bagi calon pengantin. Perwujudan generasi tersebut

dimulai dari menyiapkan calon penganin (Catin) yang memiliki status tingkat

kesehatan yang baik terutama calon pengantin perempuan yang kelak akan hamil

dan melahirkan anak-anak bangsa dengan tingkat kecerdasan yang luar biasa

(BKKBN, 2018). Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 71-74 Dan PP No.

61 tahun 2014 dimana kesehatan reproduksi harus menjamin pemenuhan hak

kesehatan setiap individu melalui pelayanan kesehatan bermutu, aman dan dapat

dipertanggung jawabkan serta menjamin kesehatan ibu dalam usia reproduksi

sehingga melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi Angka

Kematian Ibu (AKI) (Depkes RI, 2010). Peraturan Bupati Pidie No. 54 Tahun

2018, mengemukakan tentang pemeriksaan kesehatan CATIN (Calon Pengantin)

ke seluruh pusat kesehatan masyarakat. Pemeriksaan tersebut mencakup

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, Komunikasi Informasi dan Edukasi

Pranikah serta Skrining Imunisasi TT (Laporan Catin Kabupaten Pidie, 2019).

Menurut data WHO (2010) prevalensi penderita HSV-1 pada penduduk usia 0-49

tahun di Asia Tenggara adalah sebanyak 432 juta orang perempuan (59%) dan

458 juta laki-laki (58%). Sekitar 140 juta orang pada usia 15-49 tahun terinfeksi
4

HVS-1 genital. Utamanya di Amerika, Eropa, dan Pasifik Barat WHO

memperkirakan sebanyak 417 juta orang mengidap HSV-2 pada usia 15-49 tahun

Proyeksi tersebut menyoroti pentingnya peningkatan data penderita kedua jenis

infeksi herpes dan penyakit menular seksual lainnya. Berdasarkan Data Laporan

Triwulan IV yang mengemukakan bahwa status kesehatan perempuan di

Indonesia masih tergolong dalam kategori rendah, hal tersebut ditandai dengan

tingginya angka persentase KEK (Kurang Energi Kronis) pada wanita usia subur

sebesar 14,8%, angka anemia pada remaja sebesar 23,9% dan anemia pada ibu

hamil sebesar 37,1%, 46.659 kasus HIV dilaporkan dari 514 kabupaten/kota di 34

provinsi dan kasus HIV/AIDS paling banyak ditemukan di kelompok umur 20-49

tahun (Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2019).

Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses

yang menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Idealnya tes

kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan pernikahan tetapi

tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama pernikahan belum

berlangsung. Upaya kesehatan terhadap pasangan pranikah yaitu upaya promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari studi kasus ini adalah untuk memahami dan

memperoleh gambaran dalam melakukan asuhan kebidanan pranikah

secara komprehensif pada Nn.A.


5

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengumpulkan data dasar pada Nn.A

2. Menginterpretasi data dasar pada Nn.A

3. Menentukan masalah potensial pada Nn.A

4. Menentukan tindakan segera pada Nn.A

5. Merencanakan asuhan yang akan dilakukan pada Nn.A

6. Melaksanakan asuhan yang akan diberikan pada Nn.A

7. Mengevaluasi

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Teoritis

Hasil study kasus ini dimanfaatkan sebagai pertimbangan masukan untuk

menambah wawasan tentang kasus yang di ambil.

1.3.2 Manfaat Praktis

a) Bagi Institusi

Hasil study kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam

memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada pranikah di

PMB Bdn. Neng Fitrawati, S.Tr.Keb di Batang Toman, Kecamatan

Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat.


6

b) Bagi klien dan masyarakat

Agar klien maupun masyarakat bisa melakukan deteksi yang

mungkin timbul pada pranikah sehingga memungkinkan segera

mencari pertolongan.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014

Tentang kesehatan Reproduksi

Pada peraturan pemerinta pun di jelaskan bahwa pada Pasal 13 telah diatur

tentang kesehatan reproduksi khususnya untk pra nikah.

1) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil bertujuan untuk

mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan

yang sehat dan selamat, serta memperoleh bayi yang sehat.

2) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) paling sedikit:

a. pemeriksaan fisik;

b. imunisasi; dan

c. konsultasi kesehatan.

3) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil berupa pemeriksaan fisik dan

imunisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan kompetensi dan

kewenangan.
7

4) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil berupa konsultasi kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dapat dilakukan oleh tenaga

kesehatan sesuai kompetensi dan kewenangannya dan/atau tenaga

nonkesehatan terlatih.

Melihat dari program atau peraturan pemerintah tentang kesehatan


6
reproduksi khususnya pra nikah, kita sebagai bidan atau tenaga kesehatan yang

terlatih mempunyai andil dalam melaksanakan program ini. Ada bebrapa program

atau kegiatan yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih khususnya

bidan yaitu:

2.2 Pendidikan Kesehatan dan Konseling

2.2.1 Pendidikan Kesehatan

Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar  yang berarti  di  dalam

pendidikan itu sendiri terjadi proses pertumbuhan  perkembangan atau perubahan

kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada individu, kelompok

atau masyarakat dari tidak  tahu  tentang  nilai-nilai   kesehatan   menjadi   tahu, 

dari   tidak mampu   menjadi menjadi   mampu   mengatasi   masalah-masalah 

kesehatannya sendiri. Selanjutnya dalam kegiatan    belajar  terdapat tiga

persoalan pokok yang saling  berkaitan yaitu: (Natoatmodjo, 2003) Persoalan  

masukan  (input)  yang   menyangkut   sasaran   belajar   itu sendiri dengan latar

belakangnya.

1. Proses(process)yaitu mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan

kemampuanpada  diri  subyek  belajar,dalam   proses   ini   terjadi  


8

pengaruh timbal   balik   antar berbagai faktor antara lain subjek belajar,

pengajar, metode dan teknik belajar, alat  bantu belajar dan materi yang

dipelajari,

2. Keluaran (out put) adalah merupakan hasil belajar. Pendidikan kesehatan

pada dasarnya     ialah suatu proses mendidik  individu/masyarakat supaya

mereka dapat memecahkan   masalah-masalah  kesehatan yang dihadapi.

Seperti halnya proses pendidikan lainya,   pendidikan kesehatan

mempunyai unsure masukan-masukan yang setelah diolah dengan    

teknik-teknik tertentu akan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan

harapan atau tujuan kegiatan tersebut. Dengan demikian pendidikan

kesehatan merupakan suatu proses yang dinamis. Tidak dapat disangkal

pendidikan bukanlah satu-satunya cara mengubah perilaku,    tetapi

pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam

perubahan      pengetahuan setiap individu (Sarwono, 2004).

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan

merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas. Menurut Green

& Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses yang menghubungkan

informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Cara penyampaian informasi

dalam kegiatan pendidikan kesehatan dilakukan dengan melibatkan ilmu lain

termasuk psikologi social yang diperlukan ketika melakukan promosi (Kemm and

Close, 1995).

2.2.2 Konseling

Konseling adalah suatu hubungan professional antara seorang konselor


9

terlatih dan seorang klien. Hubungan ini biasanya dilakukan orang per orang.

Hubungan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas

pandangan hidupnya, belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri melalui

pilihan – pilihan yang bermakna dan penyelesaian masalah emosional atau antar

pribadi (Yulifah, 2009: 82).

Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,

dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi

interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan

untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang

dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk mengatasi masalah tersebut

(Saifuddin, 2001: 39).

Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain

dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui

pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan klien (Saraswati,

2002: 15).

Tujuan Konseling 

Tujuan konseling dimaksudkan sebagai pemberian layanan untuk

membantu masalah klien, karena masalah klien yang benar – benar telah terjadi

akan merugikan diri sendiri dan orang lain, sehingga harus segera dicegah dan

jangan sampai timbul masalah baru (Yulifah, 2009: 84).

Tahapan Konseling 

Lima langkah/tahapan dalam konseling adalah sebagai berikut (YPKP,

Depkes RI & IBI, 2006).


10

1. Membina hubungan melalui membangun rapport-tahap awal.

a. Membina hubungan yang ramah, dapat dipercaya, dan menjamin

kerahasiaan.

b. Mengucapkan salam.

c. Mempersilakan klien duduk.

d. Menciptakan situasi yang membuat klien merasa nyaman.

2. Identifikasi masalah.

Beberapa klien mungkin akan menyampaikan secara langsung

permasalahannya saat konselor menanyakan maksud dan tujuan klien

mendatangi konselor. Namun tidak jarang, konselor harus menggunakan

keterampilannya untuk mampu menangkap permasalahan yang dihadapi

dari cerita/penjelasan klien. Selama identifikasi masalah konselor harus

menjadi pendengar yang baik dan mengamati tanda – tanda nonverbal.

3. Penyelesaian masalah.

Berikan informasi setepat dan sejelas mungkin sesuai dengan

persoalan yang diajukan, termasuk berbagai alternatif jalan keluar. Hindari

memberikan informasi yang tidak dibutuhkan klien.

4. Pengambilan keputusan.

Mendorong dan membantu klien untuk menentukan jalan keluar atas

persoalan yang dihadapinya.

5. Menutup/menunda konseling

Klien terlihat puas, ucapkan salam penutup. Bila diskusi dengan

klien belum selesai dan klien belum mampu mengambil keputusan,

tawarkan klien untuk mengaturr pertemuan selanjutnya.


11

Konseling pranikah (premarital counseling) merupakan upaya untuk

membantu calon suami dan calon istri oleh seorang konselor profesional, sehingga

mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya

melalui cara-cara yang menghargai,  toleransi dan dengan komunikasi yang penuh

pengertian,sehingga tercapai motivasi keluarga,  perkembangan, kemandirian, dan

kesejahteraan seluruh anggota keluarga.

Konseling pranikah ini dianggap penting karena banyak orang yang

merasa salah dalam menetapkan pilihannya, atau mengalami banyak kesulitan

dalam penyesuaian diri dalam kehidupan berkeluarga. Banyak orang yang

terburu-buru membuat keputusan tanpa mempertimbangkan banyak aspek

sehubungan dengan kehidupan berumah tangga. Konseling keluarga ini

diselenggarakan dengan maksud membantu calon pasangan membuat perencanaan

yang matang dengan cara melakukan asesmen terhadap dirinya yang dikaitkan

dengan perkawinan dan kehidupan berumah tangga.

Konseling pranikah merupakan prosedur pelatihan berbasis pengetahuan

dan keterampilan yang menyediakan informasi mengenai pernikahan yang dapat

bermanfaat untuk mempertahankan dan meningkatkan hubungan pasangan yang

akan menikah setelah mereka menikah. Konseling pranikah juga dikenal dengan

nama program persiapan pernikahan, pendidikan pranikah, konseling edukatif

pranikah, dan terapi pranikah. Konseling pranikah diberikan oleh psikolog atau

konselor pernikahan.
12

Konseling pranikah adalah suatu pola pemberian bantuan yang ditujukan

untuk membantu mahasiswa memahami dan mensikapi konsep pernikahan dan

hidup berkeluarga berdasarkan tugas-tugas perkembangan dan nilai-nilai

keagamaan sebagai rujukan dalam mempersiapkan pernikahan yang mereka

harapkan. Inti pelayanan konseling pranikah adalah wawancara konseling, melalui

wawancara konseling diharapkan mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, nilai-nilai dan keyakinan yang kokoh, serta membantu

menangani masalah-masalah yang mengganggu mereka menuju pernikahan yang

diharapkan.

Konseling pranikah yang dimaksud, dirancang dalam sebuah sistem

dengan komponen-komponen dari aspek-aspek konseling yang diidentifikasi

secara jelas dan diorganisasikan ke dalam suatu susunan yang dapat meningkatkan

keefektifan dan keefesienan suatu pelayanan. Konseling pra nikah dalam makalah

ini, akan direalisasikan melalui pendekatan kelompok yang akan dibahas pada

bagian berikut.

Konseling pra-nikah memiliki peranan penting di dalam menciptakan

keluarga bahagia. Karena itu dalam konseling pra-nikah haruslah mencapai tujuan

konseling pra-nikah yang hendak dicapai.

Konseling pra nikah sifatnya proses pemberi bantuan yang dilakukan oleh

orang yang ahli dalam bidang mengkonselingi yaitu konselor kepada pasangan

yang membutuhkan bantuan dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi

pada dirinya, pasangannya, dan masalah-masalah yang sedang diahadapi oleh


13

keduanya. Konseling pranikah biasanya dilaksanakan pada kedua belah pihak

yang sedang mengalami ketidak harmonisan dalam hubungannya. Dalam artian

klien disini belum mampu memecahkan masalahnya dengan sendiri sehingga

membutuhkan bantuan kepada konselor dalam penyelesaian masalah yang sedang

diahadapinya. Dengan bertujuan dari hsail konseling pranikah ini keduanya

mampu menjalankan hidupnya sebagaiman fitrah manusia sebagai khalifah di

muka bumi ini.

Tentunya dalam konseling pranikah ini mempunyai tujuan seperti yang

dikemukakan dalam bukunya (Latipun, 2010:154):

1. Brammer dan Shostrom (1982) bahwa konseling pranikah adalah membantu

patner pranikah (klien) untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang

dirinya, masing-masing pasangan, dan tuntutan-tuntutan perkawinan.

Dari pengertian yang pertama mempunyai pengertian yang sifatnya jangka

pendek, sedangkan yang jangka panjang sebagaimana yang diungkapkan oleh:

1. H.A otto (1965), yaiut membantu pasangan pranikah untuk membangun dasar-

dasar yang dibutuhkan untuk kehidupan pernikahan yang bahagia dan

produktif.

Dalam sebuah konseling tentunya mempunyai unsur-unsur atau runtutan

tentang konseling, seperti ada konselor yang ahli dalam bidang mengkonselingi,

klien, problem / masalah, media, metode direktif maupun non direktif dan yang
14

terakhir materi sebagai initi dari konseling yang akan diharapkan kedepannya oleh

para klien. Dalam proses konseling pranikah, konselor perlu menanamkan

beberapa faktor penting yang menjadi prasyarat memasuki perkawinan dan

berumah tangga. faktor-faktor tesebut adalah :

1. Faktor fiologis dalam perkawinan: kesehatan pada umumnya, kemampuan

mengadakan hubungan seksual. Faktor ini menjadi penting untuk dipahami

pasangan suami isteri, karena salah satu tujuan perkawinan adalah

menjalankan fungsi Regenerasi (meneruskan keturunan keluarga).

Pemahaman kondisi masing-masing akan memudahkan proses adaptasi dalam

hal pemenuhan kebutuhan ini.

2. Faktor psikologis dalam perkawinan: kematangan emosi dan pikiran, sikap

saling dapat menerima dan memberikan cara kasih antara suami isteri dan

saling pengertian antara suami isteri.

3. Faktor agama dalam perkawinan, Faktor agama merupakan hal yang penting

dalam membangun keluarga. Perkawinan beda agama akan cenderung lebih

tinggi menimbulkan masalah bila dibandingkan dengan perkawinan seagama.

4. Faktor komunikasi dalam perkawinan, Komunikasi menjadi hal sentral yang

harus diperhatikan oleh pasangan suami isteri. Membangun komunikasi yang

baik menjadi pintu untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat memicu

timbulnya konflik yang lebih besar dalam keluarga.

1. TUJUAN KONSELING PRA NIKAH


15

Brammer dan Shostrom (1982) mengemukakan tujuan konseling pranikah adalah

membantu partner pranikah (klien) untuk mencapai pemahaman yang lebih baim

tentang dirinya, masing-masing pasangan dan tuntutan-tuntutan perkawinan.

Tujuan tersebut tampaknya yang bersifat jangka pendek, sedangkan yang jangka

panjang sebagaimana yang dikemukakan H.A. Otto (1965), yaitu membantu

pasangan pranikah untuk membangun dasar-dasar yang dibutuhkan untuk

kehidupan yang bahagia dan produktif.

2.3 Promosi Kesehatan Pranikah   

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan

adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami

isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang

berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. Menikah merupakan

tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah menemukan belahan jiwa. 

Setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain, berbagi cerita dan berusaha

menyatukan ide-ide.  Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi.  Tentulah

persiapan yang matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang paling indah

adalah layak untuk dilakukan.  Waktu, tenaga dan dana yang besar diberikan

untuk melakukan persiapan pernikahan.  Kesibukan menjelang pernikahan tidak

hanya dirasakan oleh pasangan yang akan menikah namun pihak keluarga juga
16

dibuat pusing olehnya.

Namun seringkali ada yang luput dari list persiapan pra nikah. Selain

persiapan pesta pernikahan, sudah sewajarnya pasangan mempersiapkan diri

untuk menghadapi bahtera rumah tangga yang akan dijalaninya.  Pernikahan tidak

semudah apa yang diceritakan oleh cerita-cerita dongeng putri ketika masih kecil. 

Putri yang cantik dan baik hati yang bertemu dengan pangeran yang tampan 

akhirnya menikah dan bahagia selama hidupnya (“happily ever after”).

Jika dalam istilah menikah itu harus dipersiapkan lahir batin, yang juga

harus diperhatikan dan dimasukkan ke dalam list pra-nikah adalah persiapan

kesehatan pasangan.  Tidak hanya sehat secara fisik yang harus diperhatikan

namun juga sehat menurut definisi yang luas.  Berdasarkan definisi sehat menurut

Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan.  Jadi

kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk mendukung tercapainya

pernikahan yang langgeng sampai hari tua.  Pernikahan yang bisa saling mengisi

dan beradaptasi, bisa mengatasi masalah yang dihadapinya dengan bijaksana dan

dewasa.

Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan

pernikahan.  Tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama

pernikahan belum berlangsung.  Jika pada saat pengecekan ternyata ditemui ada

masalah maka pengobatan dapat dilakukan setelah menikah.

2.4 Tes Kesehatan bagi Pasangan yang akan Menikah

2.4.1 Program Pre-Marital Screening


17

Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa

kelompok tes yang dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah kesehatan

saat ini atau masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian hari saat pasangan

hamil dan memiliki anak. Rangkaian pemeriksaan kesehatan tersebut adalah

sebagai berikut

 Pertama, pemeriksaan kesehatan secara umum

Pemeriksaan kesehatan umum ini terdiri dari :

1. Pemeriksaan fisik / klinis lengkap

Di antara manfaat pemeriksaan fisik lengkap adalah untuk mengetahui

status tekanan darah seseorang.  Tekanan darah yang normal adalah salah satu

kunci kesehatan. Tekanan darah tinggi atau hipertensi berbahaya saat

perempuan hamil, karena dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.

Pemeriksaan fisik juga bisa mendeteksi gejala obesitas, karena

obesitas dapat mempengaruhi tingkat kesuburan. Obesitas selama kehamilan

dapat menyebabkan munculnya beberapa resiko seperti diabetes, pre-

eklampsia, infeksi saluran kemih, sulit untuk melahirkan tepat waktu, juga

meningkatkan resiko keguguran dan kesulitan saat melahirkan.

2. Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan darah rutin ini meliputi kadar hemoglobin (hb),

hematokrit, sel darah putih (leukosit) dan faktor pembekuan darah

(trombosit). Para calon ibu perlu mengetahui kadar hb-nya untuk mendeteksi
18

gejala anemia, juga perlu mengetahui adanya ganguan faktor pembekuan

darah.  Dari hasil pemeriksaan darah dapat diketahui kondisi kadar kolesterol

tinggi yang meningkatkan resiko penyakit jantung koroner dan stroke.

Pemeriksaan gula darah yang dilakukan sewaktu puasa dan tidak

puasa, dapat mengetahui adanya diabetes mellitus, atau adanya kelainan yang

dapat berkembang menjadi diabetes mellitus, seperti intoleransi glukosa. Ibu

hamil yang menderita diabetes tidak terkontrol dapat mengalami beberapa

masalah seperti  janin yang tidak sempurna atau cacat, hipertensi,

hydramnions atau meningkatnya cairan ketuban, meningkatkan resiko

kelahiran prematur, serta macrosomia –yaitu bayi menerima kadar glukosa

yang tinggi dari Ibu saat kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar.

3. Golongan darah dan rhesus

Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tiadanya substansi

antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D dalam

darah dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-D. Kebanyakan warga

bangsa Asia memiliki rhesus positif (+), sedangkan kebanyakan warga bangsa

Eropa memiliki negatif (-). Banyak pasangan suami istri tidak mengetahui

rhesus darah pasangan masing-masing. Padahal, jika rhesus mereka

bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas keturunan. Jika seorang perempuan

(rhesus negatif) menikah dengan laki-laki (rhesus positif), bayi pertamanya

memiliki kemungkinan untuk memiliki rhesus negatif atau positif.

Jika bayi mempunyai rhesus negatif, tidak ada masalah. Tetapi, jika
19

bayi memiliki rhesus positif, masalah mungkin timbul pada kehamilan

berikutnya. Bila ternyata kehamilan yang kedua merupakan janin yang

memiliki rhesus positif, kehamilan ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus

dari ibu dapat memasuki sel darah merah janin. Sebaliknya, tidak masalah

jika perempuan memiliki rhesus positif dan lelaki rhesus negatif.

Apabila ibu bergolongan darah O sedangkan bayi bukan bergolongan

darah O adalah salah satu faktor resiko jaundice atau kuning pada bayi (ABO

Incompatibility). Bila diketahui janin memiliki rhesus positif (+) sedangkan

ibu memiliki rhesus negatif (-), akan menimbulkan inkompatibilitas rhesus

yang bisa mengakibatkan kematian pada janin. Dengan mengatahui rhesus

sebelum hamil, dokter dapat segera mengatasinya.

4. Urinalisis lengkap

Pemeriksaan urin penting dilakukan agar bisa diketahui adanya infeksi

saluran kemih (ISK) dan adanya kondisi darah, protein, dan lain-lain yang

menunjukkan adanya penyakit tententu. Penyakit ISK saat kehamilan

beresiko baik bagi ibu maupun bayi, seperti kelahiran prematur, berat janin

yang rendah, bahkan resiko kematian saat persalinan.

 Kedua, pemeriksaan penyakit hereditas

Yang dimaksud dengan penyakit hereditas adalah yang diturunkan dari

orangtua. Calon pengantin harus memiliki pemahaman bahwa bila orangtua atau
20

garis keturunannya mengidap penyakit genetik, maka anak yang akan lahir nanti

bisa beresiko mengidap penyakit yang sama. Pemeriksaan ini meliputi:

1. Thalasemia

Thalasemia adalah salah satu penyakit kelainan darah. Penderita penyakit

ini tidak mampu memproduksi hemoglobin yang normal. Thalasemia telah

menjadi salah satu isu kesehatan di Indonesia karena 3 – 10 % populasi di

Indonesia adalah carrier atau pembawa gen thalasemia beta, dan 2,6 - 11 % adalah

pembawa gen thalasemia alfa.

Jika diasumsikan terdapat 5% saja carrier dan angka kelahiran 23 per mil

dari total populasi 240 juta jiwa di Indonesia, maka diperkirakan terdapat 3.000

bayi penderita thalassemia setiap tahunnya. Saat ini paling tidak tercatat 5.000

pasien thalasemia di Indonesia dan diperkirakan angka ini jauh lebih rendah

dibandingkan dengan jumlah penderita thalasemia di Indonesia yang tidak terdata.

Talasemia mayor merupakan jenis talasemia yang disebabkan “sifat” darah

yang dibawa kedua orang tua. Penyakit ini membuat seseorang menjadi

tergantung pada transfusi darah dan kesempatan hidupnya terbatas. Di sisi lain,

talasemia minor tidak menyebabkan gejala berat dan penderitanya dapat hidup

normal, tapi ia tetap membawa “sifat” penyakit talasemia dalam tubuhnya. Jika

kedua orang tua mengidap talasemia minor, 25 % kemungkinan anaknya akan

mengidap talasemia mayor, 50 % akan mengidap talasemia minor, dan 25 % akan

normal.

Jika hanya salah satu orang tua mengidap talasemia minor, 50 %


21

kemungkinan si anak akan mengidap talasemia minor dan 50 % akan normal.

Rumus penurunan talasemia berlaku juga pada penyakit hemofilia dan albino.

Dengan pengecekan darah, kita dapat memprediksi kemungkinan yang akan

muncul dan mencegah hal yang tidak kita inginkan.

2. Hemofilia

Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan

sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita

hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Penderita hemofilia

lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.

3. Sickle Cell Disease

Sickle Cell Disease (SCD) disebut juga penyakit sel sabit, merupakan

penyakit kelainan sel darah merah yang mudah pecah sehingga menyebabkan

anemia. Secara statistik penyakit ini lebih banyak ditemukan pada ras Afrika,

Timur Tengah dan beberapa kasus di Asia, terutama India.

 Ketiga, pemeriksaan penyakit menular

Beberapa penyakit menular bisa terdeteksi melalui pemeriksaan pranikah, di

antaranya adalah:

1. HIV, Hepatitis B (HBV) dan Hepatitis C (HCV)

Menurut data WHO, saat ini terdapat 4,1 juta jiwa di dunia yang terinfeksi

HIV, dimana 95% diantaranya berada di negara berkembang seperti sub-sahara


22

Afrika dan Asia Tenggara. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI, pada

tahun 2012 ditemukan 21.511 penderita HIV, dan jumlah ini jauh lebih banyak

dibanding tahun sebelumnya. Untuk penderita Hepatitis B saat ini diperkirakan

sebanyak 1,8 milyar manusia di dunia, dengan 350 juta jiwa sudah mengalami

infeksi kronis; dan diperkirakan 170 juta jiwa di dunia terinfeksi virus Hepatitis C.

Penyakit HIV, Hepatitis B dan C adalah penyakit yang mengancam jiwa

manusia. Infeksi virus ini dapat ditularkan melalui darah, hubungan seksual dan

cairan tubuh. Penularan HIV juga bisa melalui transfusi darah dan transplantasi

organ tubuh. Sedangkan penularan virus Hepatitis B dan C rentan terjadi pada

pemakai obat-obatan terlarang melalui jarum suntik. Pemeriksaan tiga jenis

penyakit infeksi ini sangat penting karena virus-virus ini dapat ‘diam’ atau ‘tidur’

dalam jangka waktu yang lama tanpa menunjukkan gejala apapun. Menikah

dengan seseorang yang membawa virus ini beresiko membahayakan pasangan dan

juga calon bayi.

Jika seorang laki-laki mengidap hepatitis B dan akan menikah, calon

istrinya harus memiliki kekebalan terhadap penyakit ini. Caranya adalah dengan

mendapatkan imunisasi hepatitis B. Inilah manfaat pemeriksaan kesehatan

pranikah.

2. TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus)

Tes TORCH berfungsi untuk menguji adanya infeksi penyakit yang bisa

menyebabkan gangguan pada kesuburan laki-laki maupun perempuan. Tubuh

yang terinfeksi TORCH dapat mengakibatkan cacat atau gangguan janin dalam
23

kandungan. Infeksi TORCH saat kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi

lahir prematur, atau bahkan kelainan bawaan pada bayi.

3. Venereal Disease Screen (pemeriksaan untuk penyakit syphilis) dan IMS

Pemeriksaan untuk penyakit syphilis dan penyakit-penyakit lain yang

ditularkan melalui hubungan seksual —sexually transmitted infections (STI),

infeksi saluran reproduksi (ISR) atau infeksi menular seksual (IMS)— selain 

dapat mendeteksi adanya penyakit tersebut, juga sekaligus bisa melakukan

pengobatan sekaligus mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

Penyakit seperti chlamydia, gonorrhea, dan HPV atau Human

papillomavirus, herpes, penyakit ini semua dapat menimbulkan masalah

kesuburan dan masalah saat kehamilan. Jika salah satu calon pengantin atau

keduanya menderita ISR/IMS/STI, sebelum menikah ia harus berobat dulu sampai

sembuh.

Sebuah survei yang dilakukan Durex, mengungkapkan fakta bahwa 21 %

masyarakat Indonesia tidak mengetahui apakah pasangan mereka pernah

mengidap infeksi menular seksual (IMS) atau tidak. Sekitar 27 % laki-laki tidak

mengetahui bahwa pasangan mereka pernah menderita IMS dan hanya 13 %

perempuan yang tidak mengetahui bahwa pasangannya pernah mengidap IMS.

 Keempat, pemeriksaan yang berhubungan dengan organ

reproduksi dan kesuburan

Pemeriksaan kesehatan yang berhubungan dengan organ reproduksi dan


24

kesuburan ini dilakukan baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.

1. Untuk perempuan

Pemeriksaan untuk perempuan meliputi USG, agar diketahui kondisi

rahim, saluran telur dan indung telur. Pemeriksaan lebih lanjut seperti HSG

(Hysterosalpingogram) untuk mengetahui kondisi tuba falopii dan adakah

sumbatan akibat kista, polip endometrium, tumor fibroid, dan lain-lain.

Pemeriksaan selanjutnya diperlukan untuk perempuan yang siklus

haidnya tidak teratur atau sebaliknya berlebihan. Hormon yang diperiksa

misalnya hormon FSH (follicle stimulating hormone), LH (lutenizing

hormone) dan Estradiol (hormone estrogen).

2. Untuk laki-laki

Selain dilakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan penis,

skrotum, prostat juga dilakukan pemeriksaan hormon FSH yang berperan

dalam proses pembentukan sperma serta kadar hormon testosteron. Dapat

dilakukan juga analisis semen dan sperma.

 Kelima, pemeriksaan tambahan

Selain berbagai jenis pemeriksaan di atas, diperlukan juga beberapa

pemeriksaan dan tindakan kesehatan lainnya, seperti :

1. Alergi

Salah satu yang sering terlewatkan adalah alergi.  Alergi adalah sistem
25

kekebalan tubuh yang bereaksi di luar normal terhadap beberapa substansi

(alergen) yang tidak berbahaya bagi sebagian besar manusia. Kecenderungan

seseorang memiliki alergi adalah karena faktor keturunan, walaupun tidak

selalu orang tua yang memiliki bakat alergi akan menurunkannya kepada

anak-anaknya. Penting untuk membuat daftar hal-hal yang memicu alergi dari

kedua pasangan terutama bila pasangan ada yang pernah mengalami reaksi

anafilaksis yang dapat menyebabkan kematian.

2. Vaksinasi Dewasa

Vaksin yang berkaitan langsung dengan kehamilan adalah vaksin

hepatitis B, tetanus, MMR (Measles, Mumps, Rubella), varisela (cacar air),

influenza, serta vaksin dewasa lainnya sesuai jadwal imunisasi yang

dikeluarkan oleh petugas Satgas Imunisasi Dewasa.

 Keenam, pemeriksaan kesehatan untuk ibu dan calon ibu

Selain pemeriksaan di atas, ada lima pemeriksaan yang juga

direkomendasikan untuk dilakukan oleh calon pengantin perempuan karena

mereka akan menjadi calon ibu, juga penting dilakukan oleh para ibu yang sudah

memiliki anak, yaitu:

1. Pemeriksaan periodontal

Pemeriksaan ini meliputi pembersihan rutin dan pemeriksaan gusi

untuk menjaga gigi dan gusi agar tetap sehat dan bebas dari infeksi serta

penyakit. Bagian yang diperiksa adalah sambungan antara gusi dan gigi serta
26

kemungkinan adanya peradangan di sekitar gusi.

Hal ini menjadi penting karena perempuan yang memiliki penyakit

gusi berisiko 7 kali lipat lebih tinggi melahirkan prematur. Selain itu pada ibu

hamil lebih rentan mengalami peradangan gusi akibat adanya perubahan

hormon. Karenanya ibu hamil harus lebih sering memeriksakan diri ke dokter

yaitu setiap 3-4 bulan sekali, terutama jika sering mengalami gusi berdarah.

2. Pemeriksaan thyroid stimulating hormone (TSH)

Pemeriksaan ini akan menunjukkan apakah kadar hormon tiroid

seseorang kurang aktif (hipotiroid) atau justru terlalu aktif (hipertiroid).

karena kadar hormon ini bisa mempengaruhi kesehatan perempuan.

Pemeriksaan ini penting karena gangguan tiroid dapat mengganggu

kesempatan seseorang untuk hamil, misalnya perempuan yang mengalami

hipotiroid akan terganggu proses ovulasinya sedangkan hipertiroid bisa

meningkatkan risiko keguguran atau kelahiran prematur.

3. Pemeriksaan hitung darah lengkap (complete blood count/CBC)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik sumsum

tulang belakang dan sistem kekebalan tubuh bekerja. Jika sel darah putihnya

tinggi, hal ini menunjukkan adanya infeksi. Jika kadar hemoglobin rendah,

menunjukkan adanya anemia, dan jika kadar platelet rendah menunjukkan

adanya masalah dalam pembekuan darah.

Setelah seseorang perempuan memiliki anak, cenderung memiliki


27

periode menstruasi yang berat sehingga membuat seseorang rentan terhadap

anemia. Selain itu untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam jumlah

komponen darahnya.

4. Pap smear

Pap smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan prakanker atau

kanker pada leher rahim. Biasanya dokter akan mengambil sedikit sampel

cairan di leher rahim dan memeriksakannya di laboratorium. Pemeriksaan ini

penting dilakukan oleh perempuan yang sudah menikah. Deteksi dini bisa

menjegah kondisi yang lebih serius seperti kanker leher rahim.

5. Pemeriksaan kepadatan mineral tulang

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kepadatan mineral

tulang yang dapat memicu osteoporosis. Kondisi ini terjadi saat tulang mulai

tipis dan lemah. Untuk memeriksanya biasanya digunakan mesin yang disebut

dengan dual energy photon absorptiometer (DEXA). Pemeriksaan ini lebih

penting lagi untuk dilakukan bagi perempuan yang memiliki riwayat

osteoporosis, atau mengkonsumsi obat tiroid dan steroid.

Masalah bisa bertambah parah saat seorang ibu menyusui. Jika ia tidak

mendapatkan kalsium yang cukup, maka tubuh akan mengambilnya dari

tulang dan diberikan pada bayi. Karenanya penting untuk mengetahui apakah

kepadatan mineral tulangnya masih baik atau sudah berkurang.

2.4.2 Upaya-Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasangan Pranikah


28

Menurut Pratiwi 2011, upaya-upaya promosi kesehatan pada pasangan pranikah

sebagai berikut:

A. Upaya promotif

1. Penyuluhan tentang gizi pada pranikah

Pasangan pranikah banyak mengesampingkan nutrisi nya dengan

alasan sibuk mempersiapkan pernikahannya yang sebenarnya tidak

perlu terlalu dipusingkan. Al ini sering tejadi pada wanita  yang sibuk

dengan program diet nya yang nanti akan berdampak pada

psikologisnya.u. untuk itu penyuluhan tentang gizi seimbang sanat

diperlukan agar tidak terjadi kekurangan nutrisi

2. Sex Education

Hal ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan pada pasangan

pranikah agar hubungan nya tetap harmonis. Karena fakta

membuktikan banyak pasangan yang bercerai karena kurangnya

pendidikan seks sebelum nikah. Pendidikan seks ini dapat kita lakukan

dengan cara penyuluhan seperti pendidikan tentang kesehatan

reproduksi, PMS (Penyakit Menular Seksual), cara dan waktu

berhubungan yang sehat, dan lain-lain.

3. Personal Hygiene

Merupakan salah satu yang menjadi prioritas utama bagi pasangan

pranikah. Dimana biasanya pasangan pranikah terutama wanita lebih

sering melakukan perawatan yang terdiri dari perawatan payudara,

kulit, rambut, kuku, genitalia dll. Tetapi hal ini terkadang tergantung
29

pada budaya masing-masing daerah.

4. Imunisasi CATIN

Imunisasi bertujuan untuk mencegah pasangan terutama pada

wanita agar tidak terserang oleh virus clostridium teteani, apabila nanti

wanita tersebut hamil dan terjadi perlukaan saat persalinan maka si ibu

tidak akan mudah mengalami infeksi dan perdarahan postpartum.

B. Upaya Preventif

1. Pemeriksaan papsmear

Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya

seseorang itu terjangkit kanker serviks. Dapat disarankan pada

pasangan melakukan pemeriksaan ke laboratorium atau ke rumah sakit.

2. Pemeriksaan Hematologi

Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidak nya

seseorang menderita kelainan darah. Seperti terjangkit HIV, TB, virus

rubella ,virus toxoplasma dan sebagainya. Pemeriksaan ini sebaiknya

dilakukakan 6 bulan sebelum pernikahan karna dalam jarak waktu

yang cukup akan keluar hasil pemeriksaan dan jika ada kelainan dapat

dilakukan penanggulangan permasalahannya.

C. Upaya kuratif

Pengobatan TORCH dan kanker seviks pada wanita yang akan menikah

dengan memberikan pengobatan secara intensif. Menyakinkan pada pasangan

kalau terjangkitnya penyakit tersebut bukan berarti tidak dapat menikah dan
30

menjalani hidup sebagai seorang istri Perbaikan nutrisi pada pasangan pra nikah

untuk memperbaiki tingkat kesuburan pasangan dan mencegah terjadinya

infertilitas.

D. Upaya Rehabilitatif

Di dalam upaya rehabilitatif promosi kesehatan pra nikah, dapat mengenai

perawatan kanker serviks tingkat lanjut. Memberikan perawatan pada wanita yang

akan menikah dan telah menjalani pengobatan lanjutan. Disini dilakukan

pemulihan fisik dan mental. Meyakinkan dan memulihkan kepercayaan diri pasien

sehingga dapat menjalani hidupnya sebagai seorang istri dan ibu nantinya.
31

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Pertama

Tanggal Pengkajian : 24/1/2022

Jam Pengkajian : 09.00 WIB

Tempat Pengkajian : Rumah Nn. Ayu

I. DATA SUBJEKTIF

IDENTITAS KLIEN

BIODATA ISTRI / KLIEN

NAMA Nn. Ayu

UMUR 20 tahun

SUKU Minang

AGAMA Islam

PENDIDIKAN SMA

TERAKHIR

GOLONGAN DARAH

PEKERJAAN Wirausaha

ALAMAT LENGKAP Batang Toman,

kecamatan Pasaman,

Pasaman Barat
32

STATUS Belum Menikah

PERNIKAHAN

30

ANAMNESA

Keluhan : Klien mengatakan tidak ada keluhan.

Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28-35 hari

Lama menstruasi: 4 hari

Banyaknya : 2-3x ganti pembalut

Dismenorea : tidak

Riwayat kesehatan termasuk riwayat ginekologi:

Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

Riwayat kesehatan keluarga:

Ibu mengatakan dari keluarga memiliki tidak memiliki penyakit keturunan

Pola Sehari-hari (Nutrisi, Istirahat/tidur, eliminasi, pola hidup):

-Nutrisi : Makan: 2x/hari

Minum: 5-6 gelas/hari

-Istirahat : 8 jam/hari (tidur malam)

-Eliminasi : BAB: 1x/hari

-BAK: 4-5x/hari

-Pola Hidup : -Ibu mendapatkan nutrisi dengan baik

-Ibu menjaga kebersihan diri dengan mandi 2x/hari, keramas 2


33

hari sekali

-Ibu tidak pernah merokok, minum alcohol, dan tidak berada pada

lingkungan perokok.

II. DATA OBJEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK

BB : 60 kg

Tinggi Badan : 152 cm, IMT: 26,8 (overweight)

Tanda-tanda vital : TD : 100/60 mmHg

Nadi: 80x/menit

RR : 17x/menit

Suhu: 35,6ºC

Mata : Konjungtiva: Merah Muda

Sklera : Putih

Wajah : Tidak ada oedema

Mamae : Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen : Inspeksi: Tidak ada bekas operasi

Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri

Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan tidak pucat

Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan, kuku jari kaki tidak pucat, refleks

patella +/+

Genitalia Luar : Tidak dilakukan pemeriksaan

Genitalia Dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan


34

DATA PENUNJANG/DIAGNOSTIK (HASIL LAB, RO,USG)

Tidak ada

ASSESMENT (DIAGNOSIS, KEBUTUHAN TERMASUK KEBUTUHAN

SEGERA)

Nn.Ayu usia 20 tahun dengan keadaan umum baik.

PLANNING

1. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaaan. Ibu mengetahui hasil

pemeriksaan.

2. Memberitahu klien mengenai pola nutrisi yang baik . Klien mengerti.

3. Memberitahu klien mengenai personal hygine yang baik. Klien mengerti

4. Memberitahu klien agar tidak menggunakan celana jeans yang ketat agar

daerah kewanitaan baik dan tidak lembab. Klien mengerti.

5. Memberitahu klien kunjungan ulang pemeriksaan, disesuaikan dengan

waktu yang klien bisa.

6. Melakukan pendokumentasian. Telah dilakukan.

3.2 Pengkajian Kedua

Tanggal Pengkajian : 28/01/2022

Jam Pengkajian : 11.30 WIB

Tempat Pengkajian : Rumah Nn. Ayu


35

I. DATA SUBJEKTIF

ANAMNESA

Keluhan : Klien mengatakan tidak ada keluhan.

Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28-35 hari

Lama menstruasi: 4 hari

Banyaknya : 2-3x ganti pembalut

Dismenorea : tidak

Riwayat kesehatan termasuk riwayat ginekologi:

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

Riwayat kesehatan keluarga:

Ibu mengatakan dari keluarga tidak memiliki penyakit keturunan .

Pola Sehari-hari (Nutrisi, Istirahat/tidur, eliminasi, pola hidup):

-Nutrisi : Makan: 2x/hari

Minum: 5-6 gelas/hari

-Istirahat : 8 jam/hari (tidur malam)

-Eliminasi : BAB: 1x/hari

-BAK: 4-5x/hari

-Pola Hidup : -Ibu mendapatkan nutrisi dengan baik

-Ibu menjaga kebersihan diri dengan mandi 2x/hari, keramas 2

hari sekali

-Ibu tidak pernah merokok, minum alcohol, dan tidak berada pada
36

lingkungan perokok.

II. DATA OBJEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK

BB : 60 kg

Tinggi Badan : 152 cm, IMT: 26

Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg

Nadi: 84x/menit

RR : 18x/menit

Suhu: 36 ºC

Mata : Konjungtiva: Merah Muda

Sklera : Putih

Wajah : Tidak ada oedema

Mamae : Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen : Inspeksi: Tidak ada bekas operasi

Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri

Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan tidak pucat

Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan, kuku jari kaki tidak pucat, refleks

patella +/+

Genitalia Luar : Tidak dilakukan pemeriksaan

Genitalia Dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan

DATA PENUNJANG/DIAGNOSTIK (HASIL LAB, RO,USG)


37

Tidak ada

ASSESMENT (DIAGNOSIS, KEBUTUHAN TERMASUK KEBUTUHAN

SEGERA)

Nn. Ayu usia 20 tahun dengan keadaan baik.

PLANNING

1. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaaan. Klien mengetahui hasil

pemeriksaan.

2. Memberitahu ibu mengenai pola nutrisi yang baik. Klien mengerti

3. Memberitahu klien cara mengurangi sakit saat menstruasi (pain relief).

Klien mengerti.

4. Memberitahu klien kunjungan ulang pemeriksaan, disesuaikan dengan

waktu yang klien bisa.

5. Melakukan pendokumentasian. Telah dilakukan.

3.3 Pengkajian Ketiga

Tanggal Pengkajian : 05/02/2022

Jam Pengkajian : 08.30 WIB

Tempat Pengkajian : Rumah Nn. Ayu

DATA SUBJEKTIF
38

ANAMNESA

Keluhan : Klien mengatakan tidak ada keluhan.

Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28-35 hari

Lama menstruasi: 4 hari

Banyaknya : 2-3x ganti pembalut

Dismenorea : tidak

Riwayat kesehatan termasuk riwayat ginekologi:

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

Riwayat kesehatan keluarga:

Ibu mengatakan dari keluarga tidak memiliki penyakit keturunan.

Pola Sehari-hari (Nutrisi, Istirahat/tidur, eliminasi, pola hidup):

-Nutrisi : Makan: 2x/hari

Minum: 5-6 gelas/hari

-Istirahat : 8 jam/hari (tidur malam)

-Eliminasi : BAB: 1x/hari

-BAK: 4-5x/hari

-Pola Hidup : -Ibu mendapatkan nutrisi dengan baik

-Ibu menjaga kebersihan diri dengan mandi 2x/hari, keramas 2

hari sekali

-Ibu tidak pernah merokok, minum alcohol, dan tidak berada pada

lingkungan perokok.
39

DATA OBJEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK

BB : 62 kg

Tinggi Badan : 152 cm, IMT: 26,8 (over weight )

Tanda-tanda vital : TD : 110/60 mmHg

Nadi: 80x/menit

RR : 17x/menit

Suhu: 36,1ºC

Mata : Konjungtiva: Merah Muda

Sklera : Putih

Wajah : Tidak ada oedema

Mamae : Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen : Inspeksi: Tidak ada bekas operasi

Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri

Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan tidak pucat

Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan, kuku jari kaki tidak pucat, refleks

patella +/+

Genitalia Luar : Tidak dilakukan pemeriksaan

Genitalia Dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan

DATA PENUNJANG/DIAGNOSTIK (HASIL LAB, RO,USG)

Tidak ada

ASSESMENT (DIAGNOSIS, KEBUTUHAN TERMASUK KEBUTUHAN

SEGERA)
40

Nn. Ayu usia 20 tahun dengan keadaan baik.

PLANNING

1. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaaan. Klien mengetahui hasil

pemeriksaan.

2. Memberikan penyuluhan mengenai SADARI. Klien mengerti

3. Memberitahu klien cara melakukan diet yang baik dan benar. Klien

mengerti.

4. Memberitahu mengenai pendidikan kesehatan reproduksi. Klien mengerti.

5. Memberitahu klien cara mengatasi kram pada kaki. Klien mengerti.

6. Memberitahu klien kunjungan ulang pemeriksaan, yaitu 2 minggu lagi.

Klien mengetahui jadwal kunjungan ulang.

7. Melakukan pendokumentasian. Telah dilakukan.


41

BAB IV

PEMBAHASAN

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan

merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas. Menurut Green

& Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses yang menghubungkan

informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Kasus pranikah ini yaitu Nn. A 20

tahun dimana usianya telah cukup bila akan menikah. Adapun upaya kesehatan

bagi pranikah yaitu upaya preventif penyuluhan gizi, sex education, personal

hygine,dan imunisasi catin.

Pasangan pranikah banyak mengesampingkan nutrisinya, hal ini sering

tejadi pada wanita  yang sibuk dengan program dietnya yang nanti akan

berdampak pada psikologisnya untuk itu penyuluhan tentang gizi seimbang sangat

diperlukan

Pada pengkajian yang telah dilakukan pada Nn. A ternyata dilihat dari

IMT adalah overweight sehingga asuhan yang diberikan yaitu pola nutrisi diet

yang baik dan gizi seimbang agar tidak terjadi kelebihan berat badan yang

mengakibatkan pada kesehatan reproduksi, misalnya menstruasi tidak teratur atau

jika menikah sulit untuk mempunyai anak dikarenakan saluran telur tertekan

dengan lemak jadi sulit pertemuan sperma dengan sel telur.

Personal Hygiene merupakan salah satu yang menjadi prioritas utama bagi

pasangan pranikah, biasanya pasangan pranikah terutama wanita lebih sering

melakukan perawatan yang terdiri dari perawatan payudara, kulit, rambut, kuku,

genitalia dll. Pada Nn. A diberikan konseling mengenai personal hygine yang baik

40
42

dan untuk tidak sering memakai celana jeans yang ketat karena berakibat daerah

kewanitaan lembab dan memicu timbulnya bakteri.

Pada kunjungan kedua Nn. A diberikan cara mengurangi rasa sakit ketika

menstruasi, yaitu dengan dikompres air hangat diperut bagian bawah, bila

berbaring bantal disimpan antara kaki dan tidur miring.

Kunjungan ketiga Nn.A diberikan konseling mengenai SADARI

(pemeriksaan payudara sendiri) ini penting untuk mendeteksi adanya kanker

payudara, karena biasanya kanker payudara tidak meniimbulkan gejala, jadi bila

ada benjolan yang mengarah pada cirri-ciri kanker bisa langsung ke pelayanan

kesehatan. Selain itu juga, klien diberikan konseling apabila akan menikah

sebaiknya dilakukan pemeriksaan pasangan sebelum pranikah, agar bila terdapat

masalah kesehatan bisa langsung ditangani.


43

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk mendukung

tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari tua.  Pernikahan yang bisa

saling mengisi dan beradaptasi, bisa mengatasi masalah yang dihadapinya dengan

bijaksana dan dewasa.

Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan

pernikahan. 

Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa

kelompok tes yang dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah kesehatan

saat ini atau masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian hari saat pasangan

hamil dan memiliki anak.

5.2 Saran

Tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan serta konseling

upaya kesehatan bagi pasangan pranikah agar lebih mengerti kesehatan, dan bila

ada masalah kesehatan bisa dapat teratasi.

42
iii

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang

Kesehatan Reproduksi

2. Lawrence M.Brammer. The Helping Relationship Process and

Skill.Prentice Hall International Editions.

3. Natawidjaja, Rochman. 1987. Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan

Kelompok I. Penerbit : CV. Dipenogoro. Bandung

4. Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan,

Yogyakarta: Fitramaya.

5. Willis, Sofyan. 2004. Konseling Individual Konseling dan Praktek.

Bandung: Alfabeta. CV

6. Wingkel. Hastutu, sri, 2012. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi

Pendidikan. Jakarta: Media Abadi

7. http://ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/involusi/article/view/429

8. Jurnal MID-Z (Midwifery Zigot) Jurnal Ilmiah Kebidanan Vol 4 No 2,

November 2021 ISSN E: 2621-7015 Hal : 52-66 ISSN P: 2656-8586

Anda mungkin juga menyukai