Anda di halaman 1dari 4

PENYULUHAN PEMBERIAN

MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK


No. Dok :
041/KAK.PG.DOK-INT/SBT/2019

KAK No. Revisi : 00

Tanggal Terbit : 18 Januari 2019

Halaman : 4 Halaman

PUSKESMAS dr. Nooraisyah, M.Kes


SEBATUNG NIP. 19851102 201101 2 008

A. PENDAHULUAN
Dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan,khususnya pada Bab VIII tentang Gizi, pada pasal 141 ayat 1
menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk
meningkatkan mutu perorangan dan masyarakat,antara lain melalui perbaikan
pola konsumsi makanan, perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku
sadar gizi dan peningkatan akses mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai
dengan kemajuan ilmu serta teknologi. Upaya pembinaan dan intervensi gizi
yang dilakukan oleh pemerintah secara bertahap secara bertahap dan
berkesinambungan yaitu dengan program Penyuluhan Pemberian Makanan Bayi
dan Anak untuk mewujudkan generasi yang cedas dan sehat.

B. LATAR BEAKANG
Program perbaikan gizi masyarakat merupakan program pokok untuk
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Masalah gizi
merupakan masalah yang penanganannya harus dilaksanakan secara terpadu
dengan berbagai sektor, bukan hanya dengan pendekatan medis. Masalah gizi
berkaitan erat dengan masalah ekonomi dan perilaku serta pengetahuan
masyarakat. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan dipengaruhi
oleh rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan
dan dampak kedepan jika kesehatan terabaikan. Keadaan gizi masyarakat yang
optimal, dapat meningkatkan produktifitas dan angka harapan hidup masyarakat.

1
Usia 0 - 24 bulan atau yang biasa disebut baduta merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga dikatakan sebagai
periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila
pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh
kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak
memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan
berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi
dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Nutrisiani, 2010).
Anak bawah dua tahun (baduta) merupakan salah satu kelompok usia yang
rentan terhadap permasalahan gizi karena anak baduta berada dalam proses
tumbuh kembang yang cepat. Oleh karena itu kebutuhan zat gizinya relatif lebih
tinggi (Bunga dkk, 2012). Asupan nutrisi yang tidak tepat juga akan
menyebabkan anak mengalami malnutrisi yang akhirnya meningkatkan angka
kejadian morbiditas dan mortalitas (Mufida dkk, 2015).
Gizi kurang merupakan permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh
penyebab langsung yaitu intake zat gizi dari makanan yang kurang dan adanya
penyakit infeksi. Penyebab langsung dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
ketersediaan pangan keluarga yang rendah, perilaku kesehatan termasuk pola
asuh ibu dan anak yang tidak benar, serta pelayanan kesehatan rendah dan
lingkungan yang tidak sehat (Nutrisiani, 2010). 2 Upaya peningkatan status
kesehatan dan gizi bayi/anak umur 0-24 bulan melalui perbaikan perilaku
masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh. Ketidaktahuan ibu
baduta tentang cara pemberian makanan bayi dan anak, dan adanya kebiasaan
yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi
penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada
umur dibawah 2 tahun (baduta) (Sulistyoningsih, 2012).
Praktik pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) yang
optimal merupakan intervensi yang efektif dalam meningkatkan status kesehatan
anak dan menurunkan kematian anak (Nandan dan Yunus, 2009). Standar emas
PMBA yaitu Inisiasi Menyusui Dini (IMD), ASI Eksklusif, MP-ASI, Menyusui
hingga usia 2 tahun sangat direkomendasikan karena dapat menurunkan angka
kematian anak dan meningkatkan kualitas hidup ibu. Sebagian besar kejadian
kurang gizi dapat dihindari apabila mempunyai cukup pengetahuan tentang cara
pemeliharaan gizi dan mengatur makanan anak (Roesli, 2012). Oleh karena itu
dibutuhkan penyuluhan pemberian makanan pada bayi dan anak agar dapat
memenuhi gizi yang bermutu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
yang optimal dan mempercepat penyembuhan.

2
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk menurunkan prevalensi gizi buruk pada bayi dan anak demi
mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera

2. Tujuan Khusus
a. Menurunkan cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan
b. Menurunkan cakupan balita gizi buruk N/D Posyandu
c. Menurunkan prevalensi KEP balita
d. Meningkatkan status gizi yang baik dan optimal
e. Ibu bayi dan anak dapat memehami dan menerapkan di kehidupan sehari-
hari

D. KEGIATAN POKOK
Pengadaan bahan makanan tambahan pada Bayi dan Balita serta
mendistribusikanya kepada sasaran balita kurang energi protein (KEP) dari
keluarga tidak mampu atau miskin.

E. CARA PELAKSANAAN

Kegiatan Penyuluhan Pemberian Makanan pada bayi dan anak dilakukan


dengan cara:

1. Ibu balita datang ke posyandu dan melakukan pendaftaran;


2. Ibu balita mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh kader dengan
didampingi oleh petugas
3. Petugas puskesmas melakukan dokumentasi kegiatan

F. SASARAN
Semua Bayi dan Anak beserta orang tua bayi dan anak

3
G. JADWAL
Kegiatan dilaksanakan pada saat jadwal posyandu dengan tanggal yang
ditentukan di wilayah kerja Puskesmas Sebatung

N Januari Februari Maret April Mei Juni


o Kegiatan (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyuluhan
           
Pemberian
Juli Agustus September Oktober November Desember
1 Makanan
(Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu) (Minggu)
Pada Bayi
dan Anak 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
           

H. EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan setelah kegiatan selesai dilakukan.

I. PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


1. Pencatatan
Pencatatan kegiatan dilakukan oleh penanggung jawab progam setiap kali
selesai kegiatan.
2. Pelaporan
Pelaporan dibuat oleh penanggung jawab program selanjutkan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.
3. Evaluasi
Evaluasi kegiatan dilakukan setiap akhir tahun

Anda mungkin juga menyukai