Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA FISIKA

PEMISAHAN ZAT WARNA DENGAN ELEKTROFORESIS KERTAS

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANDHIKA RAMADHAN

NIM : K1A018028

KELAS :B

HARI/TANGGAL : RABU, 28 OKTOBER 2020

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

LABORATORIUM BIOKIMIA

PURWOKERTO

2020
PEMISAHAN ZAT WARNA DENGAN ELEKTROFORESIS KERTAS

I. TUJUAN

Memisahkan zat warma berdasarkan muatan pada pH tertentu


menggunakan elektroforesis kertas.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Elektroforesis merupakan suatu cara untuk memisahkan fraksi-


fraksi campuran. Pemisahannya berdasarkan atas pergerakkan partikel-
partikel koloid yang bermuatan dibawah pengaruh medan listrik.
Kecepatan pergerakkan partikel medan listrik dipengaruhi oleh beberapa
hal. Hal yang mempengaruhi kecepatan pergerakan partikel antara lain
oleh muatan, bentuk, ukuran partikel, serta media dan arus listrik yang
digunakan. Apabila berada dalam suatu medan listrik, partikel yang
bermuatan positif akan bermigrasi ke elektroda negatif dan begitu pula
sebaliknya (Pratiwi, 2001).

Elektroforesis pada umumnya digunakan untuk menentukan berat


molekul (BM), mendekati kemurnian dan kerusakan protein atau asam
nukleat, menetapkan titik isoelektrik, serta memisahkan spesies yang
berbeda secara kualitatif dan kuantitatif. Proses elektroforesis memerlukan
media sebagai tempat bermigrasinya partikel. Media yang dapat digunakan
bergantung pada tujuan dan bahan yang akan dianalisis (Pratiwi, 2001).
Elektroforesis adalah teknik pemisahan suatu partikel atau spesies atau ion
berdasarkan kemampuan berpindah melalui media konduktif, biasanya
berupa larutan buffer, sebagai respon adanya suatu medan listrik. Secara
teknis, elektroforesis merupakan istilah yang diberikan untuk migrasi
partikel yang bermuatan akibat diberikan arus listrik searah atau DC
(Direct Current). Umumnya teknik dari cikal bakal elektroforesis
digunakan untuk menentukan muatan dari suatu koloid (Skoog, 2002).

Teknik elektroforesis ditentukan oleh ciri molekular ionik dan


adanya muatan sebagai sifat fisik. Arah dan laju pergerakan tergantung
pada spot dan intensitas muatan ionik (Rousseac, 2007). Buffer elektroda
digunakan untuk konduktor arus dengan menjadi jembatan konduksi
diantara dua elektroda, sehingga memungkinkan terjadinya aliran medan
listrik (Skoog, 2002). Teknik elektroforesis zona dibedakan berdasarkan
medium penyangga diantaranya elektroforesis kertas dan elektroforesis
kertas selulosa asetat. Elektroforesis kertas adalah jenis elektroforesis yang
terdiri dari kertas sebagai fasa diam dan partikel bermuatan yang terlarut
sebagai fasa gerak, terutama adalah ion-ion kompleks (Khopkar, 1990).

Kertas selulosa asetat merupakan salah satu media yang sering


digunakan bergantung pada tujuan dan bahan yang akan dianalisis. Kertas
selulosa asetat sering digunakan dalam analisis komponen dalam
persenyawaan campuran pada beberapa pigmen dalam tinta, indikator dan
zat warna. Arus listrik dialirkan pada suatu media yang telah berisi
partikel, maka komponen tersebut akan mulai bermigrasi (Pratiwi, 2001).
Elektroforesis kertas menjadi fasa pertama dari perkembangan zona
elektroforesis. Pemisahan dan analisis terhadap asam amino, peptida dan
nukleotida, juga ion-ion logam kecil yang dapat dilakukan menggunakan
kertas (Harjadi, 1993).

Pemisahan elektroforesis kertas terjadi akibat adanya gradiasi


konsentrasi sepanjang sistem pemisahan. Metode elektroforesis kertas
merupakan metode yang paling sederhana untuk digunakan dalam
pemisahan. Pergerakan partikel dalam kertas tergantung pada muatan atau
valensi zat terlarut, luas penampang, tegangan yang digunakan,
konsentrasi elektrolit, kekuatan ion, pH, viskositas, dan adsorbtivitas zat
terlarut. Kelemahan elektroforesis kertas yaitu adanya gangguan yang
disebabkan oleh adanya gugus OH- yang terdapat pada selulosa. Gugus
tersebut yang dapat berinteraksi dengan molekul polar sehingga daya
migrasi molekul tersebut terganggu dan menjadi lebih rendah (Harjadi,
1993).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 ALAT

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan pemisahan asam


amino dengan elektroforesis kertas adalah elektroforesis horizontal,
power, pinset, gunting, penggaris, pensil, dan pipa kapiler.

3.2 BAHAN

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan pemisahan asam


amino dengan elektroforesis kertas adalah kertas kromatografi (13 x 3,
cm), zat warna merah rhodamin B, zat warna kuning, zat warna hijau,
dan buffer pH 7.

3.3 PROSEDUR KERJA


1. Kertas kromatografi disiapkan yang telah dipotong menjadi ukuran
13 x 3 cm.
2. Kertas kromatografi diberikan garis batas atas dan batas bawah
sepanjang 2 cm dan diberi tanda positif dan negatif.
3. Bagian tengah kertas kromatografi diberikan tanda titik untuk
meletakkan sampel zat warna.
4. Masing-masing sampel zat warna ditotolkan pada bagian tengah
kertas kromatografi dan dikeringkan kertas kromatografi.
5. Alat elektroforesis horizontal disiapkan dan dimasukkan larutan
buffer fosfat pH 7.
6. Kertas kromatografi bagian positif diletakkan pada sisi kabel
berwarna merah dan bagian negatif pada kabel berwarna hitam.
7. Alat elektroforesis dirunning hingga zat warna bermigrasi dan
diamati.
8. Pergeseran diamati pada masing-masing kertas kromatografi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 DATA PENGAMATAN

No. Perlakuan Pengamatan


1. Kertas kromatografi dipotong
menjadi ukuran 13 x 3 cm dan
diberikan batas atas dan bawah
sepanjang 2 cm serta ditandai
kutub positif dan negatif
2. Bagian tengah kertas
kromatografi ditandai dengan
tanda titik
3. Masing-masing zat warna - Rhodamin B : warna
ditotolkan pada bagian tengah merah
kertas kromatografi - Metanil yellow : warna
kuning
- Zat warna hijau : warna
hijau
4. Kertas kromatografi
dikeringkan
5. Larutan buffer fosfat pH 7
dimasukkan ke alat
elektroforesis horizontal
6. Kertas kromatografi bagian
positif diletakkan pada sisi
kabel berwarna merah dan
bagian negatif pada kabel
berwarna hitam
7. Alat elektroforesis dirunning Running dilakukan selama
hingga zat warna bermigrasi 1 jam,
dan diamati
Zat warna bermigrasi
sesuai isoelektriknya
8. Pergeseran diamati pada - Rhodamin B ke arah
masing-masing kertas negatif
kromatografi - Metanil yellow ke arah
positif
- Zat warna hijau ke arah
positif
4.2 PEMBAHASAN

Elektroforesis merupakan metode analisis untuk pemisahan


suatu biomolekul dengan menggunakan arus listrik yang bergerak dari
arus negatif ke arus positif. Elektroforesis kertas adalah jenis
elektroforesis yang terdiri dari kertas sebagai fasa diam dan partikel
bermuatan yang terlarut sebagai fasa geraknya, terutama ion-ion
kompleks. Prinsip dasar dari uji elektroforesis adalah pemisahan
terjadi berdasarkan perbedaan muatan listrik dari masing-masing
biomolekul pada media selulosa atau kertas dengan menggunakan arus
listrik yang dipengaruhi oleh titik isoelektriknya. Metode
elektroforesis kertas merupakan metode yang paling sederhana untuk
digunakan dalam pemisahan zat warna (Gilvery, 1996).

Molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik tidak


jenuh dengan kromator sebagai pembawa warna dan auksokrom
sebagai pengikat warna dengan sekat. Zat pewarna adalah zat warna
atau bahan lain yang dibuat dengan cara sintetis atau kimiawi atau
bahan alami dari tanaman, hewan, atau sumber lain yang diekstrak,
diisolasi, yang bila ditambahkan atau digunakan ke bahan makanan,
obat, atau kosmetik bisa menjadi bagian dari warna bahan tersebut
(Tranggono, 1990). Zat warna dapat digolongkan menurut sumber
diperolehnya, yaitu zat warna alam dan zat warna sintetik.
Penggolongan zat warna menurut colours index yang terutama
menggolongkan atas dasar sistem kromator yang berbeda, misalnya zat
warna azo, antrakuinon, nitrosa, indigo, polinesil, didentri aril
karbonium, polisiklik, aromatik karbonil, sulfur, nitro dan lain-lain
(Heaton, 1994).

Proses elektroforesis pada percobaan ini menggunakan kertas


selulosa asetat. Penggunaan kertas selulosa asetat (wattman) karena
proses migrasinya berjalan lebih cepat, pemisahan spot menjadi lebih
kecil, mudah dipisahkan dari sampel dengan elektroforesis dan mudah
dilarutkan dalam pelarut yang berjumlah sedikit (Harjadi, 1993).
Kertas selulosa asetat juga merupakan kertas yang paling baik
digunakan karena memiliki sistem filter yang baik untuk pemisahan
moleku-molekul zat warna dan tidak ada gugus OH bebas yang dapat
berikatan dengan sampel, dimana gugus –OH nya sudah diikat oleh
asetat (Trapp, 1997).

Percobaan diawali dengan menyiapkan larutan zat warna dan


kertas kromatografi atau kertas selulosa asetat yang akan digunakan.
Kertas kromatografi yang akan digunakan telah dipotong menjadi
ukuan 13x3 cm. Kertas kromatografi diberikan garis batas atas dan
bawah sepanjang 2 cm. Kemudian, kertas kromatografi yang
digunakan diberi tanda positif (+) dan tanda negatif (-) pada batas atas
dan batas bawah dengan tujuan untuk mengetahui pergerakan zat
warna pada saat elektroforesis. Bagian tengah kertas kromatografi
diberikan tanda titik untuk meletakkan zat warna sampel yang akan
diidentifikasi.

Kertas kromatografi ditotolkan zat warna merah rhodamin B, zat


warna kuning dan zat warna hijau. Penotolan dilakukan pada kertas
saring yang berbeda untuk setiap zat warna. Penotolan tepat pada
bagian tengah kertas agar terjadi pergerakan dari ion-ion molekul
bermuatan positif atau negatif, hal ini terjadi karena bagian tengah
kertas kromatografi merupakan bagian netral (Bintang, 2010). Kertas
kromatografi yang telah ditotolkan zat warna, lalu dikeringkan kembali
agar kertas saring kembali kering dan zat warna terserap sempurna
oleh kertas kromatografi.
Gambar 4.2.1 Hasil penotolan sampel zat pewarna

Langkah selanjutnya adalah proses elektroforesis. Proses


elektroforesis diawali dengan menyiapkan alat elektroforesis
horizontal. Kemudian, dimasukkan larutan buffer fosfat pH 7 pada alat
elektroforesis. Larutan buffer fosfat pH 7 berfungsi sebagai jembatan
konduksi diantara dua elektroda sehingga memungkinkan terjadinya
aliran medan listrik. Larutan buffer juga berfungsi sebagai medium
pendukung dan mempengaruhi kecepatan gerak senyawa karena ion
sebagai pembawa zat warna bermuatan. Kekuatan ion yang tinggi
dalam buffer akan meningkatkan panas sehingga aliran listrik menjadi
sangat maksimal, hal ini dapat mempercepat molekul zat warna.
Kekuatan ion yang rendah dalam buffer akan menurunkan panas
sehingga aliran listrik akan sangat rendah dan migrasi molekul zat
warna akan sangat lambat (Sudarmadji, 1996). Kemudian, kertas
kromatografi bagian positif diletakkan pada sisi kabel berwarna merah
dan bagian negatif diletakkan pada sisi kabel berwarna hitam yang
telah diberikan tegangan atau arus listrik DC. Kertas kromatografi
dibiarkan basah dan terendam secara kapilaritas. Setelah itu,
elektroforesis dilakukan selama 1 jam.

Hasil yang diperoleh adanya migrasi sampel yang disebabkan


karena adanya gaya kapilaritas dari kertas kromatografi terhadap
larutan penyangga. Proses migrasi pada elektroforesis kertas yang
dipengaruhi oleh spot atau totolan dari sampel. Spot dari sampel harus
dibuat jangan terlalu tipis dan satu titik kecil agar tidak terjadi
penyebaran pada kertas saat elektroforesis berlangsung (Lehninger,
1982). Elektroforesis kertas dapat berlangsung dan dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 4.2.1 Proses elektroforesis kertas

Selama elektroforesis berlangsung, medan listrik dengan tegangan


tinggi dari anoda ke katoda yang diberikan akan menyebabkan zat
warna dengan perbedaan titik isoelektrik akan bergerak menuju arah
yang berbeda dan pada muatan yang berbeda di sepanjang kertas,
tergantung pH zat warna, buffer dan tegangan listrik yang digunakan.
Titik isoelektrik adalah titik dimana jumlah muatan positif dan negatif
sama atau negatif (Lehninger, 1982). Berikut adalah gambar hasil
elektroforesis zat warna setelah 1 jam :

Gambar 4.2.3 Hasil elektroforesis pada masing-masing zat warna


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, zat warna kuning
memiliki muatan negatif (-) yang ditandai dengan pergerakan ion
menuju kutub positif (+). Zat pewarna merah Rhodamin B bermuatan
positif (+) yang ditandai dengan adanya pergerakan ion menuju kutub
negatif (-). Zat warna hijau bermuatan positif (+) yang ditandai dengan
adanya pergerakan ion menuju kutub negatif (-). Mekanisme
pemisahan zat warna maka akan menghasilkan ion H+. Ion H+ akan
berikatan dengan ion negatif (-) dari zat warna sehingga ion zat warna
akan bermuatan positif (+). Jika pH buffer diatas pH zat warna maka
akan menghasilkan ion OH-. Ion OH- ini akan berikatan dengan ion
positif (+) dari zat warna sehingga ion zat warna bermuatan negatif (-)
(Andika, 2010).

Pembuatan spot sangat mempengaruhi hasil elektroforesis


karena akan mengganggu pemisahan zona-zona. Spot yang terlalu
besar akan menyebabkan hasil running menjadi tidak beraturan.
Sedangkan ukuran spot yang terlalu kecil maka hasil running akan sulit
diamati. Proses running elektroforesis memerlukan medium untuk
menghantarkan listrik. Medium yang digunakan adalah buffer. Buffer
akan membasahi kertas dan menyebabkan kertas dapat menghantarkan
listrik selama proses running. Spot bergerak ke arah kutub positif atau
negatif. Selain itu, pada saat proses pencelupan kertas ke buffer
elektroforesis harus dilakukan secara bersamaan. Jika kedua ujung
tidak tercelup bersamaan, maka hasil running akan cenderung bergerak
menjauhi kertas yang dibasahi oleh buffer lebih banyak. Proses
pemberian arus listrik yang tidak konstan juga akan membuat hasil
kurang valid. Selain itu, kecepatan gerakan molekul juga berbanding
lurus dengan besarnya voltage yang digunakan (Hawab, 2007).

Penentuan perjalanan sampel tersebut pada kertas dapat


dianalisis berdasarkan sifat-sifat zat warnanya. Sifat-sifat dari sampel
yang digunakan dalam percobaan adalah sebagai berikut :
1. Zat pewarna merah (Rhodamin B)

Komponen yang terkandung pada zat pewarna ini adalah


Rhodamin B. Rhodamin B adalah salah satu zat warna sintesis yang
biasa digunakan pada industri tekstil dari kertas. Rhodamin B larut
dalam alkohol, HCl, NaOH, selain dalam air. Pewarna ini memiliki
berat molekul 479 g/mol. Rhodamin B merupakan pewarna yang
dipakai untuk industri cat, tekstil dan kertas. Rhodamin B merupakan
zat warna sintesis berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna
keunguan, dalam bentuk larutan berwarna merah terang berpendar
(berfluoresensi). Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran
pernapasan dan merupakan zat karsinogenik atau penyebab kanker,
serta Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi
pada saluran kerusakan hati (Khopkar, 1990). Berikut ini adalah
struktur dari Rhodamin B :

Gambar 4.2.4 Struktur Rhodamin B (Cahyadi, 2006).

N+ pada Rhodamin B menyebabkan Rhodamin B bermuatan positif


dan akan cenderung mendekati kutub negatif. Hasil yang diperoleh
sesuai dengan referensi yang dibuktikan dengan zat warna Rhodamin
B berjalan ke kutub negatif (Khopkar, 1990).

2. Zat warna kuning (Metanil Yellow)

Metanil yellow atau kuning metanil merupakan zat warna


sintesis berbentuk serbuk, padat, berwarna kuning kecoklatan, bersifat
larut dalam air dan alkohol, agak larut dalam benzen dan eter, serta
sedikit larut dalam aseton. Metanil yellow merupakan senyawa kimia
azo aromatik amin yang dapat menimbulkan tumor dalam berbagai
jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan, atau jaringan kulit.
Metanil yellow dibuat dari asam metanilat dan difenilamin. Kedua
bahan ini dibuat bersifat toksik (Pedro, 1997). Berikut adalah struktur
dari metanil yellow :

Gambar 4.2.5 Struktur Metanil Yellow (Pedro, 1997).

Zat warna metanil yellow memiliki kelebihan, yaitu dapat


menghasilkan warna yang lebih kuat, lebih seragam, dan lebih stabil.
Warna yang dihasilkan dari pewarna ini akan tetap cerah meskipun
sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan. Selain itu,
penggunaannya sangat efisien karena pemekatan dalam jumlah sedikit
sudah memberikan warna yang cukup intensif. Akan tetapi, jika
pewarna tersebut terkontaminasi logam berat, maka akan sangat
berbahaya (Pedro, 1997).

Adanya SO3- pada metanil yellow menyebabkan muatan


metanil yellow negatif. Na+ dapat dengan mudah dihilangkan dengan
asam kuat sehingga membentuk garam (Wahyuni, 2011). Hasil
elektroforesis terhadap metanil yellow sesuai dengan referensi yang
menunjukkan arah pergerakan ion dari molekul yang cenderung
mengarah ke kutub positif sehingga dapat diketahui bahwa metanil
yellow bermuatan negatif ( Pedro, 1997).
3. Zat warna hijau (klorofil)

Klorofil adalah zat warna hijau daun yang terbentuk dari


proses fotosintesa pada tumbuh-tumbuhan. Klorofil terletak di badan-
badan plastid yang disebut 18 kloroplas. Kloroplas memiliki bentuk
yang teratur, di bawah mikroskop lensa lemah tampak sebagai
lempengan berwarna hijau. Klorofil berikatan erat dengan lipid,
protein, dan lipoprotein. Molekul-molekul ini terikat dengan
monolayer. Lipid terikat karena afinitas fitol, sedangkan protein
terikat karena afinitas cincin planar porfirin yang hidrofobik
(Oktaviani, 1987).

Beberapa tipe klorofil yang telah diketahui distribusinya kecil


dan hanya dua yang perlu diperhatikan karena peranannya dalam
warna hijau daun pada tanamannya yaitu klorofil a dan b. Klorofil a
dan feofitin a larut dalam alkohol, eter, dan aseton. Dalam keadaan
murni sedikit larut dalam petroleum eter, tidak larut dalam air.
Klorofil b feofitin b larut dalam alkohol, eter, dan aseton. Klorofil
berwarna hijau karena menyerap secara kuat daerah merah dan biru
dari spectrum cahaya visible. Perbedaan kecil dalam struktur dari dua
klorofil menghasilkan perbedaan dalam penyerapan spectrum, biru-
hijau untuk klorofil a dan kuning-hijau untuk klorofil b. Posisi
penyerapan maksimum bervariasi sesuai dengan pelarut yang
digunakan (Oktaviani, 1987). Berikut ini adalah struktur dari klorofil:

Gambar 4.2.6 Struktur Molekul Klorofil a dan b (Oktaviani, 1987).


Adanya atom N yang bermuatan negatif pada pusat molekul
klorofil menunjukkan klorofil memiliki muatan negatif. Ion Mg2+ di
pusat molekul klorofil mudah untuk terlepas dan digantikan oleh ion
H melalui proses pemanasan dan pengaruh keasaman. Hasil
elektroforesis terhadap klorofil sesuai dengan referensi yang
menunjukkan arah pergerakan ion dari molekul yang cenderung
mengarah ke kutub positif sehingga dapat diketahui bahwa metanil
yellow bermuatan negatif (Clydesdale dan Francis, 1976).

Menurut Trapp (1997), ada beberapa faktor yang


mempengaruhi pergerakan migrasi dalam elektroforesis kertas
diantaranya sebagai berikut :

1. Konsentrasi
Konsentrasi besar akan memperlambat pergerakan
migrasi, sebaliknya apabila konsentrasi kecil maka
pergerakan migrasinya akan cepat.
2. Ukuran molekul
Ukuran molekul akan mempengaruhi pergerakan
dari migrasi. Apabila ukuran molekulnya besar, maka
pergerakan migrasi akan berlangsung lambat.
3. Suhu
Apabila suhu dinaikkan maka kecepatan migrasinya
akan cepat, begitupun sebaliknya apabila suhu diturunkan
maka kecepatan migrasi akan semakin lambat.

Selain itu, juga terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi


pergerakan molekul dalam elektroforesis kertas, seperti valensi zat
terlarut, luas penampang, viskositas, kekuatan ion, tegangan yang
digunakan, pH, dan adsorpsivitas zat terlarut (Lehninger, 1982).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi elektroforesis


adalah sebagai berikut :
1. Bentuk dan ukuran molekul
2. Besar muatan dan sifat kimia molekul
3. Ikatan partikel
4. Media dan arus listrik yang digunakan (Lehninger, 1982).

Menurut Lehninger (1982), elektroforesis memiliki beberapa


kelebihan, diantaranya sebagai berikut :

1. Mudah untuk memisahkan molekul besar dan bermuatan


2. Dapat digunakan dan digabungkan dengan kromatografi
3. Lebih cepat daripada kromatografi biasa
4. Alat dan teknik sederhana

Sedangkan, kelemahan teknik elektroforesis adalah sebagai


berikut :

1. Sulit untuk analisis kuantitatif


2. Sukar mendeteksi sampel dengan konsentrasi rendah
3. Sukar untuk senyawa yang tidak bermuatan
(Lehninger, 1982).

Aplikasi elektroforesis pada kehidupan sehari-hari adalah


sebagai berikut :

1. Uji paternitas
2. Finger printing
3. Human genome project
(Hawab, 2007).
V. KESIMPULAN

Zat pewarna dapat dipisahkan berdasarkan muatannya pada pH


tertentu dengan menggunakan elektroforesis kertas, dimana sampel zat
warna yang bermuatan positif apabila arah pergerakannya ke kutub negatif
dan sampel yang bermuatan negatif mengarah ke kutub negatif. Sampel
zat warna merah Rhodamin B pada percobaan ini bermuatan positif yang
menunjukkan pergerakan ke arah kutub negatif. Zat warna kuning dan
hijau bermuatan negatif yang menunjukkan pergerakan ke arah kutub
positif.
DAFTAR PUSTAKA

Andika. 2010. Elektroforesis Kertas. Yogyakarta : Bumi Aksara.

Bintang. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta : Erlangga.

Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.


Jakarta : Bumi Aksara.

Clydesdale, F. M. dan F. J. Francis. dalam Fennema, O.R. 1976. Principles of Food


Science Part I Food Chemistry. New York : Marcel Dekker Inc.

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia Pustaka


Utama.

Hawab. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.

Heaton. 1994. The Chemical Industry 2nd Ed. London : Blockie Academic and
Professional.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analatik. Jakarta : UI Press.

Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.

Oktaviani, L. 1987. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Ekstrak Warna Hijau


Daun Suji (Pleomele angustifolia) Selama Penyimpanan. Skripsi. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pedro, L.L., Leticia, L.M., Luis, I.N.R. 1997. Extraction of Metanil Yellow and
Tartrazine by Ion-Pair Formation With Adogen-464 and Their
Simultaneous Determination by Bivariote Calibration and Derivation
Spectrophotometry. Analyst. Vol 122 : 1575-1579.

Pratiwi, R. 2001. Mengenal Metode Elektroforesis. Jakarta : Oseana.

Rousseac. 2007. Elektroforesis Kertas. Jakarta : Gramedia.

Skoog. 2002. Fundamental of Analytical Chemistry 7th Edition. USA : Sander


Colleger Publishing.
Sudarmadji. 1996. Teknik Analisis Biokimia Edisi I. Yogyakarta : Liberty.

Tranggono dan Sutardi. (1990). Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Yogyakarta
: Gajah. Mada University Press.

Trapp. 1997. Biochemistry Concept and Aplication. USA : Cale Publishing


Company.
LAMPIRAN

DATA PENGAMATAN

No. Perlakuan Pengamatan


1. Kertas kromatografi dipotong
menjadi ukuran 13 x 3 cm dan
diberikan batas atas dan bawah
sepanjang 2 cm serta ditandai
kutub positif dan negatif
2. Bagian tengah kertas
kromatografi ditandai dengan
tanda titik
3. Masing-masing zat warna - Rhodamin B : warna
ditotolkan pada bagian tengah merah
kertas kromatografi - Metanil yellow : warna
kuning
- Zat warna hijau : warna
hijau
4. Kertas kromatografi
dikeringkan
5. Larutan buffer fosfat pH 7
dimasukkan ke alat
elektroforesis horizontal
6. Kertas kromatografi bagian
positif diletakkan pada sisi
kabel berwarna merah dan
bagian negatif pada kabel
berwarna hitam
7. Alat elektroforesis dirunning Running dilakukan selama
hingga zat warna bermigrasi 1 jam,
dan diamati
Zat warna bermigrasi
sesuai isoelektriknya
8. Pergeseran diamati pada - Rhodamin B ke arah
masing-masing kertas negatif
kromatografi - Metanil yellow ke arah
positif
- Zat warna hijau ke arah
positif

Anda mungkin juga menyukai