Anda di halaman 1dari 35

MODUL PRAKTIKUM

BOTANI FARMASI DAN FARMAKOGNOSI

FAK412212

Oleh:
Putu Prayascittadevi Empuadji, S.Farm., M.Sc., Apt

PROGRAM STUDI
SARJANA (S-1) FARMASI KLINIS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat- Nya
Buku Petunjuk Praktikum Botani Farmasi dan Farmakognosi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Botani farmasi dan farmakognosi menjadi mata kuliah wajib bagi mahasiswa program
studi S1 Farmasi Klinis di Universitas Bali Internasional. Botani farmasi memberi
pengetahuan tentang ilmu tumbuh-tumbuhan termasuk jamur dan alga di dalam cabang ilmu
botani. Farmakognosi memberi pengetahuan tentang sumber bahan alami (tumbuhan, hewan,
dan mineral) yang digunakan sebagai obat, bahan alami dalam pengobatan, obat gubal (crude
drugs). Praktikum Botani Farmasi mempelajari morfologi batang, akar, daun, bunga, dan biji;
rumus dan diagram bunga; deskripsi dan determinasi; struktur anatomi caulis, rhadix, folium,
dan flower; karakteristik tumbuhan thallophyta, byrophyta, pteridophyta, gimnospermae, dan
angiospermae. Praktikum farmakognosi mempelajari mengenai tata nama, produksi obat
gubal (simplisia), bahasan mengenai karbohidrat, glikosida, terpenoid dan minyak atsiri,
minyak lemak, senyawa golongan alkaloid, steroid dan hormon, termasuk simplisia-simplisia
yang menghasilkan senyawa golongan tersebut.
Praktikum botani farmasi dan farmakognosi ini dilaksanakan agar dapat memberikan
pengalaman praktis mengenai ilmu botani farmasi dan farmakognosi yang tentunya juga
didukung oleh pengetahuan teoritis yang diberikan melalui kuliah teori botani dan
farmakognosi. Pada petunjuk praktikum ini memuat cara mengidentifikasi simplisia dari
bahan tanaman, baik secara makroskopis, mikroskopis, maupun dengan identifikasi
metabolit-metabolit yaang terdapat di dalamnya. Petunjuk praktikum ini diharapkan dapat
menjadi sarana untuk memudahkan mahasiswa program studi Farmasi Klinis, Universitas
Bali Internasional, dalam melaksanakan praktikum botani farmasi dan farmakognosi.
Kami menyadari bahwa Buku Petunjuk Praktikum Botani Farmasi dan Farmakognosi
masih jauh dari sempurna, untuk hal ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk perbaikan penyusunan buku ini di masa mendatang sehingga
nantinya dapat mendukung terselenggaranya praktikum botani farmasi dan farmakognosi
dengan lebih baik.

Denpasar, Maret 2020

Putu Prayascittadevi Empuadji, S.Farm., M.Sc., Apt


TATA TERTIB

A. Desain Penilaian
Penilaian praktikum botani farmasi meliputi semua aspek, dari mulai laporan
sementara, test sebelum praktikum (pretest), teknik kerja pada saat praktikum (self
asessment), sistem yang digunakan adalah sistem standar mutlak dengan nilai akhir dalam
bentuk huruf. Berikut adalah alokasi serta standar penilaian praktikum botani farmasi.
Alokasi Penilaian :
1. Pretest (30%)
2. Praktikum (20%)
a. Nilai jurnal (10%)
b. Ketepatan cara kerja dan kebersihan (10%)
3. Laporan (10%)
4. Responsi (40%)
Standard Penilaian :
 100 – 81 :A
 80 – 71 : AB
 70 – 66 :B
 65 – 61 : BC
 60 – 55 :C
 54 – 41 :D
 < 41 :E
B. Tata Tertib Praktikum
a. Sebelum menjalankan praktikum para mahasiswa harus sudah mempersiapkan diri,
mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan latihan yang akan dihadapi.
b. Para mahasiswa harus datang tepat waktu, sehingga praktikum dimulai semua
mahasiswa sudah hadir di dalam ruangan praktikum. Mereka yang terlambat 30 menit
atau lebih tidak diijinkan mengikuti praktikum.
c. Para mahasiswa harus memakai jas lab yang disertai dengan name tagsebagai
persyaratan mengikuti praktikum. Bagi yang tidak menggunakan tidak diperbolahkan
mengikuti pratikum.
d. Para mahasiwa harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh semua penjelasan
yang diberikan oleh koordinator/asisten praktikum mengenai latihan yang akan
dihadapi sehingga tidak akan menemukan kesulitan dalam menjalankan praktikum.
e. Sebelum praktikum dimulai, mahasiswa diwajibkan mengikuti kegiatan pretest sesuai
dengan materi praktikum yang akan dilakukan, bagi mahasiswa yang terlambat akan
diberikan pretest susulan.
f. Mahasiswa yang mendapatkan nilai pretest.
g. Sebelum praktikum dimulai, setiap kelompok harus menyiapkan :
1) Buku petunjuk praktikum yang diberikan dibawa setiap menjalankan praktikum;
2) Jurnal (Buku Kerja) praktikum (contoh akan diberikan);
3) Laporan pendahuluan yang dibuat meliputi Tujuan, Dasar Teori, Alat dan Bahan,
dan Cara Kerja.
h. Pada saat praktikum, para mahasiswa menjaga ketertiban, setelah selesai wajib
membersihkan alat dan mikroskop, mikroskop harus dikembalikan ke posisi semula,
sesuai dengan pada waktu dipakai.
i. Mereka yang merusak atau menghilangkan alat-alat harus lapor pada
koordinator/asisten praktikum.
j. Laporan pendahuluan dibuat secara mandiri sedangkan laporan praktikum dibuat
secara kelompok, menggunakan kertas A4 ditulis tangan dimana diberi batas pinggir 2
cm dibagian batas atas bawah dan kanan, sedangkan bagian kiri diberi batas 3 cm.
Laporan dijilid rapi dengan dasar warna putih,
k. Alat dan bahan harus digunakan sesuai dengan petunjuk praktikum, jangan bekerja
menurut kehendak sendiri dan tidak boleh membuang sembarangan sisa bahan
praktikum, praktikan wajib menjaga kebersihan dan keamanan laboratorium.
l. Jika akan meninggalkan ruang laboratorium, praktikan wajib meminta ijin kepada
dosen atau asisten jaga.
m. Praktikan melakukan pengamatan masing-masing, kemudian mencatat hasilnya
pengamatannya, serta memintakan ”ACC atau tanda tangan” pada dosen atau asisten
jaga.
n. Hasil pengamatan yang telah di ACC dilampirkan pada laporan pratikum, laporan
yang tidak terdapat ACC di setiap lembar hasil pengamatan tidak dinilai.
o. Laporan praktikum dikumpulkan saat response dilaksanakan.
p. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum sesuai jadwal karena izin (sakit,
atau upacara adat yang tidak dapat ditinggalkan oleh ybs), mahasiswa diwajibkan
melapor pada dosen koordinator praktikum sehari sebelum praktikum. Apabila
berhalangan hadir mahasiswa juga diwajibkan memberikan surat keterangan tidak
hadir (surat keterangan dokter untuk keterangan sakit atau surat permohonan izin
yang ditandatangani orang tua/wali).
q. Pratikum susulan dapt diikuti oleh mahasiswa yang izin sesuai ketentuan sebelumnya.
ALAT YANG DIGUNAKAN

1) Mikroskop
a. Pendahuluan
Manusia memiliki kemampuan panca indera yang terbatas, oleh karena itu
banyak permasalahan yang dapat diselesaikan dengan bantuan alat-alat. Salah satu
alat yang biasa digunakan untuk membantu mata yaitu mikroskop. Dengan alat ini
memungkinkan kita dapat mengamati objek dan gerakan halus yang tidak dapat
dilihat oleh mata telanjang.
Ada beberapa jenis mikroskop, diantaranya mikroskop monokuler (cahaya) dan
mikroskop elektron. Mikroskop cahaya dibedakan menjadi mikroskop biologi dan
stereo. Mikroskop biologi, penyinarannya dapat berupa sinar matahari atau lampu.
Bayangan yang tampak pada mikroskop ini memiliki panjang dan lebar, hanya sedikit
memberi gambaran tentang tingginya. Objek yang akan diamati harus memiliki
ukuran yang kecil dan tipis sehingga dapat menembus cahaya. Mikroskop stereo
digunakan untuk pengamatan benda-benda yang tidak terlalu halus, transparan
maupun tidak transparan.
b. Mikroskop dan Komponen-komponennya
Mikroskop merupakan alat yang sederhana, kaki mikroskop dibuat berat agar
mikroskop dapat berdiri stabil. Mikroskop memiliki tiga sistem lensa, yakni lensa
objektif, okuler, dan kondensor. Lensa objektif dan okuler terdapat pada kedua ujung
tabung mikroskop, bisa lurus dan bisa monokuler dan binokuler.
Di ujung bawah mikroskop terdapat tempat kedudukan lensa objektif yang bisa
dipasangi tiga atau lebih lensa objektif. Di bawah tabung mikroskop terdapat tempat
dudukan preparat atau meja mikroskop. Sistem lensa ketiga adalah kondensor, untuk
menerangi objek dan lensa-lensa mikroskop.
Pada mikroskop modern terdapat alat penerang yang dipasang di bagian dasar
mikroskop, berfungsi untuk menerangi spesimen. Pada mikroskop yang tanpa alat
penerangan, mempunyai cermin datar yang terdapat di bawah kondensor, berfungsi
untuk mengarahkan cahaya yang berasal dari sumber cahaya luar ke dalam kondensor.
c. Lensa-lensa Mikroskop
Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan yang pertama yakni
menemukan banyaknya struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan
akhir. Ciri yang penting pada lensa objektif selain pembesarannya (misalnya 40 kali)
adalah Nilai Apertur (NA) yaitu ukuran daya pisah suatu lensa objektif yang akan
menentukan daya pisah spesimen, yakni kemampuan lensa objektif untuk
menunjukkan struktur-struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang
terpisah.
Lensa okuler berfungsi memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa
objektif. Pembesaran berkisar antara 40 kali sampai dengan 25 kali.
Kondensor berfungsi untuk mendukung terciptanya pencahayaan pada objek yang
akan difokus sehingga bila pengaturnya tepat akan diperoleh daya pisah yang
maksimal. Jika daya pisah berkurang, dua benda tampak menjadi satu dan tidak lagi
nampak sebagai dua benda yang terpisah.
d. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan mikroskop
a) Peganglah erat-erat lengan mikroskop dengan satu tangan, sedangkan tangan yang
lain pakailah untuk menyangga kaki mikroskop.
b) Gunakan mikroskop dengan lenggannya menghadap anda.
c) Meja preparat harus tetap horisontal untuk mencegah agar preparat tidak jatuh.
d) Membersihkan lensa hanya dengan kertas lensa.
e) Biasakan ke dua mata anda tetap terbuka ketika mengamati preparat, anda akan
segera belajar untuk tidak peduli pada bayangan meja dan sisi mikroskop.
f) Setelah selesai menggunakan mikroskop. Putar pengatur kasar agar terdapat jarak
antara lensa objektif dengan meja mikroskop. Aturlah cermin dalam posisi tegak,
masing-masing cermin cekung dan datar mengadap ke arah samping. Bersihkan
meja mikroskop dari kotoran dan tumpahan medium dengan menggunakan tissue.

2) Object Glass
Digunakan untuk menempakan objek yang akan dilihat/ dianalisa dengan
menggunakan mikroskop.

3) Cover Glass
Cover glass berfungsi untuk menutup objek yang telah diletakkan di atas kaca
preparat. Cara kerjanya untuk menutup objek over glass dimiringkan sekitar 45
derajat diatas kaca preparat kemudian jatuhkan pada objek di preparat tersebut hingga
objek dapat tertututp dengan baik.

4) Pinset
Pinset adalah alat medis yang terbuat dari besi anti karat atau plastik sekali pakai.
Pinset mempunyai banyak bentuk, tapi secara umum terbagi menjadi dua bentuk
utama yaitu :
a. Pinset yang terdiri dari dua bilah yang salah satu ujungnya saling menempel dan
ujung lainnya dapat bergerak bebas satu sama lain. Cara kerjanya hampir mirip
dengan sumpit makan.
b. Pinset yang berbentuk seperti gunting, tetapi tidak ada mata pisaunya, pipih saja.
Pinset seperti ini biasanya mempunyai alat pengunci di bagian gagangnya, hal ini
dibutuhkan saat perlu menjepit benda atau jaringan dalam waktu yang lama. Alat
pengunci tersebut berbentuk dua besi yang saling terkait. Kekuatan penguncian
biasanya ada tiga, kuat, sedang, dan lemah. Untuk membuka kunci cukup
menekan gagang saling mendekat kemudian menggeser ke samping berlawanan
satu sama lain, lalu melepaskan kedua gagang tersebut.
Fungsi utama pinset adalah untuk menjepit, baik benda kecil atau jaringan.Dalam
hal ini, pinset menggantikan fungsi jari manusia misalnya karena benda sangat kecil
untuk dipegang. Selain itu pada operasi pinset digunakan untuk mengurangi paparan
mikroba pada luka operasi sehingga kemungkinan infeksi dapat dikurangi.

5) Kaca pembesar (Lup)


Sebagaimana namanya, lup memiliki fungsi untuk memperbesar bayangan
benda. Lup adalah lensa cembung yang digunakan untuk mengamati benda-benda
kecil agar nampak lebih besar. Bayangan yang dibentuk oleh lup memiliki
sifat: maya, tegak, dan diperbesar.
BOTANI FARMASI

GYMNOSPERMAE (TUMBUHAN BERBIJI TERBUKA)


Tumbuhan berbiji atau Spermatophyta dibedakan menjadi dua anak divisi yaitu
Gymnospermae dan Angiospermae. Semua tumbuhan yang termasuk dalam anggota ini
terdiri atas tumbuhan berkayu dengan berbagai macam habitus kambium menyebabkan
terjadinya pertumbuhan batang yang ditunjukkan melalui penebalan sekunder.
Daun mempunyai bentuk yang bermacam-macam, kaku, dan selalu hijau sedangkan
bunga dalam pengertian umum belum tampak jelas. Kadang-kadang organ reproduktif bagi
anggota tumbuhan ini terkumpul di ujung sumbu batang dalam jumlah yang tidak terbatas.
Bakal biji hanya terdiri atas satu integumen yang terbuka, hal ini berbeda dengan
anggota Angiospermae yang bakal bijinya selalu dilindungi oleh daun buah yang menjadi
satu kesatuan membentuk putik.
Anak divisi ini terbagi menjadi 7 kelas, empat diantaranya sampai dengan saat ini
masih dapat dijumpai di muka bumi, yaitu :
1. Cycadinae (Contoh : Cycas rumphii, pakis haji);
2. Ginkyoinae (Contoh : Ginkyo biloba);
3. Coniferinae (Contoh : Pinus merkusii, pinus);
4. Gnetinae (Contoh : Gnetum gnemon, melinjo).

Suku Pinaceae
Ciri-ciri : tumbuhan berkayu, daun berbangun jarum, duduknya tersebar. Daun
mengandung satu atau dua berkas pembuluh resin. Hamper semuanya berumah satu.
Strobilus jantan terletak aksilar atau terminal dengan banyak mikroskofil bertangkai yang
tersusun secara spiralis. Strobilus betina terletak aksilar atau terminal dengan banyak sisik-
sisik penutup yang tersusun spiralis. Sisik-sisik ini setelah terjadi penyerbukan akan
membesar dan mengeras (berkayu) dan terbentuklah buah yang berbentuk kerucut, biji
bersayap , contoh : Pinus merkusii.

Suku Gnetaceae
Ciri-ciri : pohon-pohon yang lurus dengan banyak cabang tetapi sering mudah patah.
Daun tunggal berhadapan. Batang berkambium, terdapat floeterma, tanpa saluran resin.
Bunga majemuk anak payung menggarpu keluar dari ketiak daun. Bunga jantan dengan tenda
bunga berbentuk pembuluh. Bunga betina dengan tenda bunga berbentuk pembuluh dengan
satu bakal biji di dalamnya yang mempunyai dua integument. Biji diselubungi oleh mantel
terdiri dari integument luar yang keras dan tenda bunga yang berdaging dengan warna merah
bila telah masak. Contoh : Gnetum gnemon.

ANGIOSPERMAE (TUMBUHAN BERBIJI TERTUTUP)


Berbeda dengan anggota tumbuhan Gymnospermae yang terdiri atas tumbuhan
berhabitus pohon, tumbuhan angiospermae terdiri tumbuhan berhabitus herba (terna), sermak,
dan pohon. Seluruh anggota Angiospermae mempunyai bunga dengan perhiasan yang nyata
atau hanya berupa pelindung bunga tetapi pada hakikatnya merupakan penjelmaan dari daun-
daun perhiasan bunga.
Sifat utama pada Angiospermae adalah biji dilindungi oleh daun-daun karpel atau daun-
daun buah. Cara penyerbukan dengan berbagai macam cara autogami, anemogami,
hidrogami, zoidogami, dan lain-lain. Serbuk sari tidak langsung jatuh di bakal biji tetapi jatuh
di kepala putik terlebih dahulu. Setelah beberapa waktu sel generative serbuk sari akan
membuahi bakal biji.
Angiospermae dibagi menjadi 2 kelas yaitu Dicotyledonae dan Monocotyledonae.
1. Kelas Dicotyledonae
Anggota tumbuhan kelas ini mempunyai ciri-ciri keping lembaga pecah menjadi 2
bagian ketika biji berkecambah (semai). Baik akar dan batang berkambium, hingga
menunjukkan pertumbuhan sekunder. Helaian daun kebanyakan lebar dengan pertulangan
daun meyirip. Susunan daun dapat berupa daun tunggal dan majemuk. Bagian-bagian
bunga merupakan kelipatan 4, 5, atau 6. Perhiasan bunga dapat dibedakan antara kelopak
dan mahkota. Sering dijumpai adanya mahkota tambahan seperti pada Calotropis
gigantean (biduri). Perhiasan bunga ada yang berlepasan dan ada pula yang berlekatan
sampai membentuk tabung mahkota (solanaceae, lainiaceae, verbenaceae, dan lain-lain).
Beberapa anggota suku tidak menunjukkan perbedaan bentuk perhiasan bunganya
(kelopak dan mahkota serupa, dinamakan tepala) seperti pada lauraceae.
Beberapa anggota kelas ini dapat dijumpai adanya beberapa perkecualian, sifat
perkecualian ini seperti terdapat pada anggota kelas ini dapat dijumpai adanya beberapa
perkecualian, sifat perkecualian ini seperti tedapat pada anggota kelas Monocotyledonae.
Beberapa sifat perkecualian antara lain :
1. Tidak mempunyai system perakaran tunggang seperti pada
suku Piperaceae.
2. Duduk daun berseling, seperti pada suku Annonaceae.
3. Pertulangan daun melengkung, pada suku Piperaceae dan
Melastomaceae.
4. Bunga dengan bagian-bagian bunga kelipatan tiga, pada suku
Annonaceae.
Golongan tumbuhan Dicotyledoneae dibagi menjadi 3 anak kelas yaitu
Monochlamydae (Apetalae), Dilaypetalae dan Sympetalae. Perbedaan itu
didasarkan atas ada tidaknya daun-daun mahkota (petala) dan susunan daun-daun
mahkota tersebut. Sedangkan ahli lain hanya membagi ke dalam 2 anak kelas yaitu
Choripetalae (Apetalae dan Dialypetalae) dan Sympetalae.

2. Kelas Monocotyledone
Anggota tumbuhan ini mempunyai ciri-ciri habitus tumbuhan terdiri dari herba,
semak dan pohon. Keping biji tidak terbelah menjadi 2 bagian ketika biji berkecambah.
Perakaran tumbuhan merupakan sistem perakaran serabut. Daun tunggal disertai pelepah
dan lidah-lidah (penjelmaan daun penumpu). Daun tersusun berseling atau roset.
Pertulangan daun melengkung atau sejajar. Bunga dengan bagian-bagian berbilangan 3
atau trimer. Sebagian tumbuhan menunjukkan sifat batang semu di atas tanah. Batang
sejati berada di dalam tanah, seperti telah diterangkan pada latihan akar, batang, dan
modifikasinya.
Meskipun demikian tetap terdapat perkecualian seperti pertulangan daun pisang
(Musa paradisiacal) yang menyirip.
Beberapa jenis yang penting bagi industri jamu merupakan anggota tumbuhan
golongan Monocotyledoneae seperti anggota Zingiberaceae, Cannaceae, dan
Marantaceae. Selain itu masih terdapat anggota suku rumput-rumputan (Cyperaceae dan
Poaceae), berbagai jenis anggrek yang bernilai ekonomi tinggi dan belum banyak dikaji
metabolitnya (Orchidaceae).

BIODIVERSITAS THALLOPHYTA-KORMOPHYTA BERSPORA


Biodiversitas atau dikenal dengan Biological Diversity diterjemahkan menjadi
keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati tidak hanya pada tingkat ekosistem ataupun
tingkat jenis tetapi terjadi pula pada tingkat genetiknya. Kelompok organisme yang menghuni
pertama kali di muka bumi ini dari golongan Cyanobacter atau blue-green algae. Kemudian
berkembang secara evolusioner menjadi golongan tumbuhan alga, fungi, bryophyta,
pteridophyta sampai spermatophyta.
Kelompok alga termasuk tumbuhan Thallophyta sebab habitusnya tidak dapat dibedakan
antara akar, batang, bunga atau organ reproduktifnya. Sebagian besar alga bersifat akuatik
baik di lingkungan air tawar ataupun perairan oseanik. Kelompok tumbuhan fungi juga
termasuk Tallophyta, biasanya bersifat parasit tetapi sebagian besar yang lain bersifat
saprofit. Seperti halnya alga, fungi juga mempunyai ukuran tubuh mikroskopis sampai
makroskopis. Jika alga mutlak memerlukan cahaya bagi sarat hidupnya, fungi tidak demikian,
dapat hidup tanpa ada sinar atau cahaya.
Bryophyta juga termasuk Tallophyta, kelompok tumbuhan ini biasanya berada di tempat
yang lembab atau dengan curah hujan lebih tinggi atau berada di batuan dekat aliran air.
Bryophyta atau kelompok tumbuhan lumut dapat dibagi menjadi kelompok lumut hati
(Hepaticopsida), lumut tanduk (Anthocerotopsida), dan lumut daun (Bryopsida). Pembagian
tersebut didasarkan atas sifat habitus tumbuhan lumut.
Kelompok tumbuhan berkormus pertama adalah kelompok tumbuhan paku-pakuan
(Pteridophyta). Dikatakan kelompok ini sebagai tumbuhan kormus berspora sebab dalam
siklus hidupnya mampu membentuk spora sebagai alat perkembangbiakan. Tumbuhan paku
mempunyai habitus yang semuanya bersifat makroskopis, sebagian besar habitatnya berada
di daratan yang lembab tetapi juga dapat ditemukan jenis paku yang hidup di tepi pantai
seperti di Pananjung Pangandaran yaitu jenis Achrosticum littorale. Banyak pula tumbuhan
paku yang berukuran besar seperti paku tiang atau paku pohon, tetapi sebagian besar
merupakan jenis-jenis semak atau terna menahun.
Spora biasanya dilindungi oleh kotak spora yang dinamakan sporangium. Letak alat ini
berada di permukaan bawah daun fertile. Sehingga dapat dijumpai pada tumbuhan paku ada
dua jenis daun yaitu daun steril dan fertile. Pemanfaatan dari kelompok tumbuhan
Thallophyta sampai kormofita berspora untuk obat tradisional masih sangat jarang di
Indonesia ini.
Perjalanan evolusi tumbuhan paling maju adalah kelompok tumbuhan kormovita berbiji
atau Spermatophyta. Spermathopyta dapat dibagi menjadi tumbuhan dengan biji terbuka atau
telanjang disebut Gmynospermae dan Angiospermae untuk tumbuhan berbiji
tertutup.Angiospermae masih dibagi lagi dalam 2 kelas yaitu Dicotyledoneae dan
Monocotyledoneae. Kelompok kelas yang terakhir inilah yang diyakini sebagai kelompok
tumbuhan paling maju dalam sejarah evolusinya.
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C.A. and Bakhuizen van den Brink, 1968, Flora of Java (Spermatophytes Only),
Volume I,II,III, NVP Wolters-Noordhoff, Groningen, The Ntherlands.
Lawrence, G.H> 1968, Taxonomy of vascular Plants, ICR Press, Toronto.
Tjitrosoepomo, G., 1993, taksonomi Tumbuhan ( Thallophyta –kormofita Berspora), Ceakan
ke-4 , GAdjah Mada University Press, Yogyakarta
Tjitrosoepomo, G., 1993, taksonomi Tumbuhan ( Thallophyta –kormofita Berspora), Ceakan
ke-4 , GAdjah Mada University Press, Yogyakarta
PRAKTIKUM I
MORFOLOGI DAUN, BATANG, AKAR, DAN RHIZOMA

I. Tujuan
Mengenal dan menentukan ciri-ciri/karakter morfologi daun, batang, dan akar.
II. Bahan
1. Selada air (Nasturtii herba);
2. Daun pandan (Pandanis folium);
3. Daun suji (Pleomele angustifolia folium);
4. Daun katuk (Sauropi folium);
5. Daun sirih (Piperis folium);
6. Daun salam (Polyanthi folium);
7. Daun seledri (Apii graveolentis folium);
8. Daun kopi (Coffea folium);
9. Daun jambu biji (Psidii folium);
10. Rimpang kunyit (Curcuma domestica rhizome);
11. Rimpang kencur (Kaempferiae rhizome);
12. Rimpang jahe (Zingiber officinale rhizome);
13. Rimpang lengkuas (Galangal rhizome);
14. Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza rhizome);
15. Batang sereh (Cymbopogon citrates caulis);
16. Pacar air (Impatients balsamina caulis dan radix);
17. Batang Tebu (Saccarum officinarum caulis);
18. Herba Meniran (Phyllanthus herba);
19. Bawang Bombay (Cepae bulbus);
20. Dringo (Calami rhizome).
III. Cara Kerja
Pada buku praktikum atau buku gambar, tulis latihan, tujuan, sebutkan nama jenis dan
famili/suku dari bahan-bahan yang digunakan praktikum. Gambar bagian-bagian tumbuhan,
serta berikan keterangan :
A. Daun (Folium)
1. Amati daunnya apakah merupakan daun tunggal atau majemuk, lengkap atau tidak
lengkap, adakah daun penumpu (spitula), selaput bumbung (ocrea), dan lidah-lidah
(ligula).
2. Perhatikan bagian daun, tangkai (petiolus), helaian (lamina), pangkal (basis), ujung
(apex), bentuk/bangun daun (circumscriptio). Tentukan bentuk pangkal, tepi daun
bertoreh atau tidak, ujung daun, susunan tulang-tulang daun, daging daun, permukaan
daun, dll. Lakukan hal yang sama dengan di atas, bila tumbuhan yang diamati adalah
daun majemuk.
3. Tentukan tata letak daun pada batang (phyllotaxis), berhadapan, berseling, berkarang
atau tersebar. Bila tersebar buat rumus dan diagram daunnya.

B. Batang (Caulis)
1. Perhatikan bentuk batang: bulat, bersinergi atau pipih, atau percabangan; monopodial,
simpodial, atau dichotom, apakah batang beruas atau tidak, tentukan tempat tumbuhnya.
2. Tentukan jenis batangnya, apakah batang basah (herbacious), berkayu (lignosus), rumput
(calmus) atau mendong (calamus), permukaan batang, arah tumbuh, tegak (erektus),
dependen, atau menjalar (rescen).
3. Percabangan pada batang apakah monopodial, simpodial, dikotom, umur, tumbuhan
umur pendek (annual), dua tahun (biennial) atau tumbuhan keras/menahun (perennial).

C. Akar (Radix)
Sebutkan sistem perakaran serabut atau tunggang, tentukan bagian-bagian akar secara
lengkap.
PRAKTIKUM II
BUAH, BIJI DAN RUMUS DIAGRAM BUNGA

I. Tujuan
1. Mengenal dan menentukan ciri-ciri/karakter morfologi bunga, buah, dan biji.
2. Mengetahui jumlah bagian-bagian bunga serta letak dan susunan antara bagian-bagian
bunga yang satu dengan yang lain.

II. Bahan
1. Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis flos);
2. Bunga kembang kertas (Bougainvillea glabra flos);
3. Bunga mawar (Rosa sp. flos);
4. Bunga jepun (Plumeria sp. flos);
5. Biji jagung (Zea mays semen);
6. Biji kacang hijau (Vigna radiate semen);
7. Biji kacang merah (Phaseolus vulgaris semen);
8. Biji kopi (Coffea sp. semen).

III. Cara Kerja


Pada buku praktikum/ buku gambar, tulis latihan, tujuan, sebutkan nama jenis dan
famili/suku dari bahan-bahan yang digunakan praktikum. Gambar bagian-bagian tumbuhan,
serta berikan keterangan rumus dan diagram bunga :
1. Tulis nama spesies beserta familinya.
2. Gambar bunga dan sebutkan bagian-bagian bunga secara lengkap.
3. Buat rumus bunga dengan menghitung jumlah daun kelopak, daun mahkota, daun tenda
bunga (telapa) benang sari, putik, bakal buah dan jumlah daun buah (carpela).
4. Selanjutnya gambar diagram bunga dari bahan-bahan praktikum di atas.

Bunga (Flos)
1. Tentukan apakah bunga tunggal atau majemuk (anthotaxis), kalau majemuk sebutkan
majemuk apa. Perhatikan jumlah bunga apakah planta uniflora atau multifora.
2. Susunan bagian-bagian bunga; spiral (acyclis), lingkaran (cyclis) atau hemiclyclis. Letak
bunga pada batang, ujung batang (flos terminalis) atau pada ketiak daun (flos lateralis).
3. Sebutkan bagian-bagian bunga, kelamin bunga, monoceus, dioceus, atau polygamus.

Buah (Fructus) dan biji (Semen)


Gambar buah (bila ada) dan letak biji, tentukan jenis buahnya apakah buah sejati atau
semu. Letak tembuni (placenta); pada tepi daun buah (marginalis) atau pada helaian daun
buah (laminalis)
PRAKTIKUM III
HAKSEL DAN PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPI

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mengenal dan melakukan mengidentifikasi beberapa macam
haksel dari tanaman yang biasanya digunakan sebagai bahan obat.
2. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi fragmen-fragmen simplisia secara
mikroskopik dan mengetahui ciri khas masing-masing simplisia tersebut.

II. DASAR TEORI


Haksel merupakan bagian tanaman berupa daun, batang, akar, dan lain-lain yang
dikeringkan (belum berbentuk serbuk). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No:
230/Menkes.IX/1976 dan Keputusan Dirjen POM Depkes RI No : 4308/D/SK/V/1984)
simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang dikeringkan.
Simplisia dapat digolongkan menjadi simplisia nabati, hewani, dan pelikan/mineral.
Pemberian nama simplisia pada umumnya terdiri atas nama marga (genus), atau nama
spesies (species) atau petunjuk jenis (specific epithet) dari tanaman asal, dilanjutkan dengan
nama bagian tanaman yang digunakan sebagai simplisia.
Contoh rimpang temulawak dengan nama Curcuma zanthorhizza, nama simplisianya disebut
Curcuma zanthorhizza Rhizoma. Rhizoma menunjukkan bagian simplisia yang digunakan,
yaitu rimpang. Beberapa simplisia tidak mengikuti aturan tersebut, seperti:
- Kaempheria Rhizome (nama genus dari Kaempheria galanga kemudian diikuti dengan
Rhizoma).
- Calami Rhizome, yang mana digunakan nama belakang dari spesies tersebut, diikuti
dengan bagian simplisia yang digunakan, yaitu Rhizoma (rimpang).
Bagian tanaman tersebut ditulis nama latin untuk penamaan simplisa berdasarkan tabel
berikut.
Nama latin Bagian tanaman
Folia Daun
Folium Daun
Fructus Buah
Flos Bunga
Caulis Batang
Semen Biji
Cortex Kulit kayu
Lignum Kayu
Radix Akar
Rhizome Rimpang
Amilum Pati
Bulbus Umbi lapis
Thallus Bagian dari tanaman rendah
Tubera Umbi
Herba Seluruh tanaman

Identifikasi simplisia yang akan dilakukan secara :


1. Uji organoleptik, untuk mengetahu warna, bau, dan rasa dari simplisia.
2. Makroskopik, yaitu pengujian dengan mata telanjang atau bantuan kaca pembesar
terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk simplisia, untuk. Biasanya
digunakan untuk mengetahui morfologi, ukuran, dan warna simplisa.
3. Mikroskopik, yaitu pengujian dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan
perbesaran sesuai keperluan. Pada uji ini dicari unsur-unsur anatomi jaringan yang khas
untuk suatu bahan simplisia. Fragmen-fragmen yang khas tersebut dapat dijadikan dasar
untuk identifikasi simplisia.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 ALAT
1. Mikroskop
2. Lampu spiritus
3. Kaca pembesar
4. Gelas objek dan penutup gelas
5. Tissue / Lap
6. Tusuk gigi
3.2 BAHAN
1. Simplisia
2. Aqua destilata
3. Larutan Kloralhidrat
4. Spiritus bakar untuk lampu spiritus

DAFTAR SIMPLISIA
Bagian tanaman No. Nama Simplisia
1 Digitalis Folium (Daun digitalis)
2 Sonchi Folium (Daun Tempuyung)
3 Apii graveolens Folium (Daun Seledri)
Folium
4 Carica papaya Folium (Daun Pepaya)
5 Gynura Folium (Daun Dewa)
6 Andrographis paniculata Folium (Daun Sambiloto)
Herba 7 Phylantii Herba (Herba Meniran)
Flos 8 Caryophylli Flos (Bunga Cengkeh)
9 Amomi Fructus (Buah Kapulaga)
Fructus 10 Piperis albi Fructus (Buah Lada Putih)
11 Piperis nigri Fructus (Buah Lada Hitam)
12 Coffea sp. Semen (Biji Kopi)
Semen
13 Myristicae Semen (Biji Pala)
14 Curcuma alba Rhizoma (Rimpang Kunyit Putih)
15 Zingiber officinalle (Rimpang Jahe)
16 Languatis Rhizoma (Rimpang Lengkuas)
17 C. aeruginosae Rhizoma (Rimpang Temu Hitam)
Rhizoma
18 Kaempheriae Rhizoma (Rimpang Kencur)
19 Z. purpurea Rhizoma (Rimpang Bangle)
20 Curcuma xanthorhizza Rhizoma (Rimpang Temulawak)
21 Curcuma domestica Rhizoma (Rimpang kunyit)
Radix 22 Mirabilis Tuber (Umbi Bunga Pukul Empat)
23 Vetiveriae zizanioides Radix (Akar Wangi)
Cortex 24 Caesalpinia Cortex (Kulit Kembang Merak)
25 Alstoniae Cortex (Kulit Pule)
26 Chinchona Cortex (Kulit Kina)
27 Cinamommum burmannii Cortex (Kulit Kayu Manis)
Lignum 28 Santali Lignum (Kayu Cendana)
29 Sappan Lignum (Kulit Secang)
Caulis 30 Tinosporae Caulis (Batang Brotowali)
Amilum 31. Amilum oryzae (Pati Beras)
32. Amilum mannihot (Tapioka)
33. Amilum maydis (Pati Jagung)
34. Amilum metroxilon (Pati Sagu)

IV. CARA KERJA


IV.1 Pemeriksaan Haksel (Makroskopis)
Dilakukan pemeriksaan organoleptis atau pemerian serbuk simplisia (rasa, bau, warna).
Dilakukan pemeriksaan makroskopis morfologi pada haksel, ukuran, dan warna simplisa.

IV.2 Pemeriksaan mikroskopis Radix, Rhizoma, Lignum, Cortex, Folium, Herba,


Flos, Fructus, Semen
Serbuk di atas diambil secukupnya kemudian ditempatkan pada object glass.
Ditambahkan beberapa tetes larutan kloralhidrat, kemudian dihangatkan di atas nyala lampu
spiritus. Jangan sampai mendidih. Kemudian tutup object glass dengan cover glass. Tunggu
hingga dingin, kemudian diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah (apabila
diperlukan dapat diamati dengan perbesaran kuat).
PRAKTIKUM IV
IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui karbohidrat dan penggolongannya.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi karbohidrat berdasarkan uji organoleptis, uji
mikroskopi, dan dengan pereaksi warna.

II. DASAR TEORI


Karbohidrat merupakan senyawa aldehid atau alkohol keton yang mengandung C, H,
dan O dimana secara umum H dan O memiliki ratio sama dengan H 2O. Karbohidrat
diklasifikasikan menjadi monoskarida oligomerik dan polimerik sakarida, sakarida sederhana,
sakarida sederhana, glikosida atau sakarida terkonjugasi.
1. Monosakarida
Rumus umum: Cn(H2O)n. Dikarakterisasi dengan adanya gugus fungsi karbonil aldehid
(aldosa) atau keton (ketosa) dan gugus fungsi hidroksil (n-1). Biasanya terdapat 5 atau 6
atom C (pentosa atau heksosa) dari range 3-9.
2. Oligomerik dan Polimerik Sakarida
Merupakan hasil dari kombinasi monosakarida melalui ikatan glikosida atau kombinasi
antara monosakarida dengan non sakarida melalui ikatan konjugasi sakarida atau
glikosida.
3. Sakarida sederhana
Merupakan hasil dari kombinasi monosakarida. Jika terdiri kurang dari 10 unit
monosakarida maka dikategorikan sebagai oligosakarida. Jika terdiri lebih dari 10 unit
sakarida maka dikategorikan sebagai polisakarida.
4. Glikosida atau sakarida terkonjugasi
Merupakan hasil dari ikatan antara gula (monosakarida atau oligosakarida) molekul non
gula (aglikon atau genin).

Amilum merupakan polisakarida yang paling banyak terdapat di alam, yaitu sebagian
besar terdapat pada tumbuhan, seperti pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Amilum terdiri
dari macam polisakarida, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan amilopektin. Amilosa adalah
polimer glukosa rantai panjang yang tidak bercabang. Amilopektin merupakan polimer
glukosa dengan susunan yang bercabang-cabang. Perbedaan struktur ini menyebabkan
amilosa lebih larut dalam air dibandingkan dengan amilopektin.
.
III. ALAT DAN BAHAN
III.1 Alat
1. Mikroskop
2. Gelas Objek
3. Pipet Tetes
III.2 Bahan
1. Amylum oryzae (pati beras);
2. Amylum manihot (pati singkong);
3. Amylum maydis (pati jagung);
4. Amylum metroxilon (pati sagu).

IV. CARA KERJA


1. Uji Organoleptis
Amati bau, warna, dan rasa.

2. Uji Makroskopis
Amilum diambil secukupnya, diletakkan pada gelas object, tambahkan beberapa tetes air,
kemudian tutup dengan cover glass. Dilakukan pengamatan dengan pembesaran lemah (12,5
x 10) dan pembesaran kuat (12,5 x 40).Amati bentuk, susunan, hilus, dan lamella.

3. Identifikasi dengan Pereaksi Warna


Sampel ditambah larutan iodium. Sampel yang mengandung karbohidrat akan
menunjukkan perubahan warna biru sampai ungu.
PRAKTIKUM V
IDENTIFIKASI MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui definisi dan penggolongan minyak lemak, lemak, dan lilin.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi minyak lemak, lemak dan lilin yang sering
digunakan dalam bidang farmasi, baik secara fisika maupun kimia.
3. Mahasiswa mampu melakukan uji kelarutan minyak lemak, lemak, dan lilin dalam
pelarut tertentu.

II. DASAR TEORI


Minyak lemak, lemak, dan lilin digolongkan ke dalam senyawa lipid. Lipid adalah suatu
trigliserida (ester gliserol), yang merupakan gabungan dari gliserol dan 3 asam lemak. Asam
lemak yang dimaksud seperti asam oleat, linoleat, risinoleat dan lain-lain. Minyak lemak
lemak berbentuk cair pada suhu kamar, sedangkan lemak berbentuk padat. Sementara lilin
pada umumnya berwujud padat pada suhu kamar, namun memiliki tingkat kepadatan yang
lebih besar daripada lemak. Lilin juga memiliki sifat rapuh.
1. Minyak Lemak dan Lemak
Sumber dari minyak lemak dan lemak dapat diperoleh dari tumbuhan maupun hewan.
Minyak lemak dan lemak memiliki sifat larut dalam eter, kloroform, PE; tidak larut dalam
alkohol kecuali minyak jarak (oleum ricini) yang larut dalam 3-5 bagian alkohol 90%; tidak
larut air, susah menguap di udara, meninggalkan noda lemak yang permanen pada kertas, dan
berminyak bila dirasakan. Parameter kuantitatif untuk minyak lemak di antaranya titik lebur,
bilangan penyabunan, bilangan asam, bilangan iod, dan komposisi asam lemak (jenuh dan
tidak jenuh). Minyak lemak dan lemak menghasilkan gliserol bila disabunkan (reaksi
saponifikasi).
2. Lilin
Pada tanaman, lilin terdapat pada dinding luar lapisan epidermis, biasanya pada buah dan
daun. Lilin memiliki komposisi yang berbeda dengan minyak lemak atau lemak. Lilin adalah
bentuk ester dari asam lemak dan alkohol. Dalam reaksi saponifikasi, lilin perlu diperlakukan
dengan alkohol agar memberikan reaksi yang positif.
Contoh bahan-bahan yang tergolong minyak lemak, lemak, dan lilin yang banyak
digunakan di bidang farmasi adalah :
1. Minyak lemak : Oleum sesami, oleum lini, oleum cocos, olive oil, castor oil, cod liver oil,
almond oil.
2. Lemak : Oleum cacao, adeps lanae
3. Lilin : Cera alba, cera flava, cetaceum, carnauba wax

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. Kertas Saring
2. Pipet Tetes
3. Tabung Reaksi
4. Gelas Ukur
5. Gelas Arloji
6. Lampu spiritus
7. Penangas Es
8. Penangas Air
9. Gelas objek
10. Mortir dan stamper
11. Termometer

3.2 Bahan
1. Minyak Lemak : minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak lini, minyak wijen,
minyak jagung, dan minyak kayu putih
2. Biji-bijian yang mengandung lemak : biji kemiri dan kacang tanah
3. Petroleum eter
4. Eter
5. Kloroform
6. Etanol 95%
7. Air
8. Sabun
9. Minyak Parafin

IV. CARA KERJA


1. Uji Noda Lemak
Minyak lemak (minyak kelapa, minyak zaitun, minyak lini, minyak wijen, minyak
kelapa jagung, minyak kedelai, minyak kelapa sawit) diteteskan pada kertas saring, kemudian
biarkan mengering. Lakukan pengamatan noda lemak yang jernih atau transparan!
Untuk bahan nabati, yaitu kacang tanah dan biji kemiri, dilakukan penyarian biji
(±200 mg) dengan eter (1 mL). Sari eter diteteskan pada kertas saring. Lakukan pengamatan
noda lemak yang jernih. Pilihlah biji yang kering dan sari eter yang jernih.

2. Uji Kelarutan
Ambil satu tetes minyak (minyak kelapa, minyak zaitun, minyak lini, minyak wijen,
minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak kelapa sawit) dan tambahkan salah satu pelarut
(eter, petroleum eter, kloroform, etanol 95%) bertetes-tetes sampai tepat larut. Dicatat jumlah
tetes pelarut yang digunakan!

3. Penetapan Jarak Beku


Minyak lemak (minyak kelapa, minyak zaitun, minyak lini, minyak wijen, minyak kelapa
sawit, minyak kedelai, minyak kelapa sawit) sebanyak 2 ml didinginkan pelan-pelan dalam
penangas es. Amati suhunya mulai terjadi kekeruhan sampai membeku.

4. Penetapan Jarak Lebur


Lemak padat (oleum cacao, cera alba, setaceum, adeps lanae) dipanaskan hati-hati
(usahakan kenaikan suhu 20C/menit) dalam penangas air. Dicatat suhu dimana lemak mulai
meleleh sampai meleleh sempurna.
PRATIKUM VI
INDENTIFIKASI KUALITATIF SENYAWA TANAMAN OBAT

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi secara kualitatif kandungan senyawa metabolit
sekunder dari tanaman obat melalui beberapa metode identifikasi golongan senyawa
yaitu : golongan alkaloid, golongan flavonoid, golongan saponin, dan golongan
steroid atau triterpenoid.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara identifikasi kualitatif senyawa
metabolit sekunder dari tanaman obat.
3. Mahasiswa dapat mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder dari tanaman
obat.

II. DASAR TEORI


Metoda analisis fitokimia, dimana metoda ini membahas secara sistematis tentang
berbagai senyawa kimia, terutama dari golongan senyawa organik yang tedapat dalam
tumbuhan, proses biosintesis metabolisme, dan perubahan-perubahan lain yang terjadi pada
senyawa kimia tersebut beserta sebaran dan fungsi biologisnya.
Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan merupakan hasil metabolisme dari
tumbuhan itu sendiri.Dari hasil penelitian banyak ahli tak jarang senyawa kimia ini memiliki
efek fisiologi dan farmakologi yang bermanfaat bagi manusia.Senyawa kimia tersebut lebih
dikenal dengan senyawa metabolit sekunder yang merupakan hasil dari penyimpangan
metabolit primer tumuhan. Senyawa tersebut adalah golongan alkaloid, steroid, terpenoid,
fenol, flavonoid, dan saponin.
Dalam uji fitokimia dapat dilakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap senyawa aktif
metabolit sekunder tersebut, sehingga potensi relatif dari masing-masing tanaman dapat
diukur. Beberapa metode identifikasi secara kualitatif dari golongan-golongan senyawa
metabolit sekunder yaitu :
1. Identifikasi Alkaloid
Cara 1 : Metode Culvenor-Fiztgerald
1. Timbang ± 4 gram sampel segar dirajang halus dan digerus dalam lumpang dengan
bantuan pasir;
2. Tambahkan kloroform sedikit sampai membentuk pasta;
3. Tambahkan 10 ml larutan amoniak-kloroform 0.05 N kemudian digerus;
4. Saring campuran kedalam sebuah tabung reaksi kering;
5. Tambahkan 10 ml H2SO4 2 N ke dalam tabung reaksi kemudian kocok kuat;
6. Diamkan larutan sampai terbentuk dua lapisan;
7. Dengan menggunakan pipet yang telah diberi kapas pada ujungnya untuk menyaring,
ambil lapisan asam sulfat dan masukan kedalam tabung reaksi kecil (Lapisan
kloroform disimpan untuk pengujian terpenoid);
8. Filtrat diuji dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Terbentuknya endapan
berwarna putih atau keruh dengan pereaksi Mayer, endapan berwarna coklat dengan
pereaksi Wagner, dan endapan berwarna oranye dengan pereaksi Dragendorf
menunjukan sampel mengandung alkaloid.
Cara 2 :
1. Ditimbang 500 mg serbuk simplisia;
2. Ditambahkan 1 mL asam klorida 2 N dan 9 mL air;
3. Dipanaskan di atas penangas air selarna 2 menit, kemudian didinginkan dan disaring;
4. Dipindahkan 3 mL filtrat pada kaca arloji;
5. kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorf, jika terjadi endapan berwarna
coklat maka simplisia tersebut mengandung alkaloid;
6. Jika dengan pereaksi Mayer terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau
kuning yang larut dalam methanol maka ada kemungkinan terdapat alkaloid.

2. Identifikasi Flavonoid
Cara 1 : Shinoda Test / sianidin Test
1. Kira-kira 0.5 mg sampel yang telah dirajang halus;
2. Diekstraksi dengan 5 ml metanol kemudian dipanaskan selama 5 menit dalam tabung
reaksi;
3. Ekstrak hasil ditambahkan beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk magnesium;
4. Bila terjadi perubahan warna merah/pink atau kuning menunjukan sampel
mengandung flavonoid.
3. Identifikasi Saponin
Cara 1 :
1. Sebaiknya digunakan sampel yang telah dikeringkan, karena test yang digunakan
adalah test pembentukan busa;
2. Bila sampel yang basah dididihkan dengan air suling, kemungkinan cairan akan
membentuk busa bila dikocok;
3. Cara identifikasi : sampel kering dirajang halus, dimasukan kedalam tabung reaksi
dan ditambahkan air suling, didihkan selama 2-3 menit. Dinginkan sampel, setelah
dingin dikocok dengan kuat. Adanya busa yang stabil selama 5 menit
mengindikasikan sampel mengandung saponin.

4. Identifikasi Steroid atau Terpenoid


Cara 1 : Metode Lieberman-Burchard
1. Beberapa tetes sampel dalam pelarut kloroform pada uji alkaloid ditempatkan pada
plat tetes;
2. Tambahkan anhidrida asetat 5 tetes dan didiamkan sampai kering;
3. Kemudian ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat;
4. Timbulnya warna merah jingga atau ungu menandakan uji positif terhadap steroid
atau terpenoid.
Cara 2 :
1. Ditimbang 1 g serbuk simplisia ditambahkan 20 mL eter dan dimaserasi selama 2
jam;
2. Ambil 3 tetes filtrat hasil maserasi kemudian letakkan pada kaca arloji;
3. Teteskan pereaksi Lieberman-Burchard (asam asetat glasial-asam sulfat pekat), bila
terbentuk wama merah menunjukkan senyawa steroid atau hijau menunjukkan
senyawa triterpenoid.

III.ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. Mortir dan stamper
2. Tabung reaksi
3. Rak tabung reaksi
4. Beaker glass
5. Penangas air
6. Penjepit kayu
7. Erlenmeyer
8. Pipet Tetes
9. Kaca Arloj
10. Alat Tulis
11. Tissue atau kain lap.

3.2 Bahan
1. Buah Nanas (Ananas comosus fructus)
2. Daun Tembakau (Nicotiana tabacum folium)
3. Aquadest
4. HCl pekat
5. Pereaksi dragendrof

IV. CARA KERJA


1. Identifikasi Alkaloid
1. Timbang 500 mg serbuk simplisia daun tembakau kemudian masukkan ke dalam
erlenmeyer;
2. Tambahkan 10 mL aquadest mL dan 2-3 tetes HCl pekat;
3. Panaskan di atas penangas air selarna 3-5 menit, kemudian didinginkan dan disaring;
4. Pindahkan 3 mL filtrat pada kaca arloji;
5. Tambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorf, jika terjadi endapan berwarna coklat maka
simplisia tersebut mengandung alkaloid.
2. Identifikasi Saponin
1. Ambillah beberapa buah nanas kemudian gerus hingga halus menggunakan mortar
dan stamper;
2. Masukkan buah nanas hasil gerusan kedalam tabung reaksi secukupnya tambahkan
aquadest 3-5 mL;
3. Panaskan selama 2 menit dalam beaker glass berisi air di dalam kompor / penangas
air;
4. Dinginkan sampel dan setelah dingin kocoklah sekuat tenaga;
5. Jika timbul busa yang stabil selama 5 menit mengindikasikan sampel mengandung
saponin.
Format Laporan Praktikum
LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI DAN FARMAKOGNOSI
PRAKTIKUM XXXX (JUDUL PRAKTIKUM)

Hari, Tanggal Praktikum :


Kelas :
Nama pratikan :
NIM :

Nama dosen jaga :


Nama asisten jaga :

PRAKTIKUM BOTANI FARMASI DAN FARMAKOGNOSI


PROGRAM STUDI
SARJANA (S-1) FARMASI KLINIS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
2020
PRAKTIKUM XXX (JUDUL PRAKTIKUM)

I. Tujuan Praktikum (5%)


II. Dasar Teori (10%)
III. Alat dan Bahan (5%)
IV. Cara Kerja (5%)
V. Hasil Pengamatan (20%)
VI. Pembahasan (30%)
VII. Kesimpulan (5%)
VIII. Daftar Pustaka (5%)

IX. Estetika dan kerapian (15%)

Ditulis tangan
RUBIK LAPORAN PRATIKUM BOTANI FARMASI DAN FARMAKOGNOSI
PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS UNIVERSITAS BALI
INTERNASIONAL

No Aspek Nilai Indikator Score Total


1 Tujuan Ditulis dalam bentuk point 2 5
Ketepatan dalam menulis tujuan pratikum 2
Terdapat tujuan tambahan selain di modul pratikum 1
2 Dasar Teori Teori yang digunakan sesuai dengan judul dan tujuan 3 10
pratikum
Terdapat sitasi yang sesuai dengan kaidah bahasa 2
Indonesia
Dasar teori minimal 10 paragraf dan penulisannya 3
sesuai EYD
Terdapat gambar atau data yang menunjang 2
3 Alat dan Alat yang ditulis lengkap sesuai dengan yang dipakai 2 5
bahan Bahan yang ditulis lengkap sesuai dengan yang 3
dipakai
4 Cara kerja Cara kerja yang ditulis sistematis 3 5
Bahasa yang digunakan lugas dan komunikatif 2
5 Hasil Gambar data yang didapatkan hasil dari pratikum 5 20
pengamatan bukan foto dari internet dan sesuai dengan laporan
sementara
Menulis data klasifikasi toksonomi secara langkap 5
Memberikan keterangan tambahan yang sesuai 5
Jumlah Data hasil pengamatan lengkap dan tidak ada 5
kekurangan
6 Pembahasan Penulisan sesuai dengan EYD 5 30
Pembahasan berisi penjelasan hasil data pratikum 10
Setiap data dibahas secara sistematis 5
Pembahasan menghubungkan hasil pengamatan 5
dengan teori
Pembahasan ditulis minimal 15 paragraf 5
7 Kesimpulan Ditulis dalam bentuk point 2 5
Menjawab tujuan pratikum 3
8 Daftar Minimal menggunakan 3 pustaka 2 5
Pustaka Daftar pustaka ditulis sesuai dengan yang disitasi 3
9 Kerapian dan Cover lengkap dan dijilid 3 15
Estetika Diprint berwarna 5
Setiap laporan dibuat dengan kertas A4 2
Format penulisan sesuai 5

Anda mungkin juga menyukai