Sop Tuberkulosis Paru Tanpa Komplikasi
Sop Tuberkulosis Paru Tanpa Komplikasi
KOMPLIKASI
: 440/SOP..../Pkm-
No. Dokumen
Cibeuteung/2022
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit : 2022
Halaman :
UPT
PUSKESMAS
HIDAYAH ILMIATI .K
CIBEUTEUNG
UDIK
1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB yaitu Mycobacterium tuberkulosis. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ tubuhlainnya.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan kemudahan dan
sebagai acuan bagi praktisi kesehatan (Puskesmas) dalam penanganan/
penatalaksanaan pertama Tuberkulosis Paru tanpa Komplikasi.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor. /SK/Pkm-Cibeuteung/2022 tentang
Pelayanan Klinis
4. Referensi KEPMENKES RI NOMOR HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Alat dan a. Gown / baju APD
Bahan b. Handscoon
c. Masker
d. Safety glasses / kacamata pelindung
e. Stetoskop
f. Senter
g. Laboratorium untuk pemeriksaan sputum, darah rutin.
h. Radiologi
i. Uji Gen Xpert-Rif Mtb jika fasilitas tersedia
j. Blangko Lab
k. Blanko Rujukan pasien
l. RM
m. Buku Register BP dan Anak
1/1
disertai:
4. Gejala pernapasan (nyeri dada, sesak napas, hemoptisis) dan
5. Gejala sistemik (demam, tidak nafsu makan, penurunan berat badan,
keringat malam dan mudah lelah).
2/1
pemeriksan Xpert MTB/RIF* sebagai uji diagnostic awal. Uji serologi
darah dan interferon-gamma release assay sebaiknya tidak digunakan
untuk mendiagnosis TB aktif.
13. Semua pasien yang diduga tuberculosis ekstra paru, specimen dari organ
yang terlibat harus diperiksa secara mikrobiologis dan histologis. Uji
Xpert MTB/RIF direkomendasikan sebagai pilihan uji mikrobiologis
untuk pasien terduga meningitis karena membutuhkan penegakan
diagnosis yang cepat.
14. Pasien terduga TB dengan apusan dahak negatif, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan Xpert MTB/RIF dan/atau kultur dahak. Jika apusan dan uji
Xpert MTB/RIF* negatif pada pasien dengan gejala klinis yang
mendukung TB, sebaiknya segera diberikan pengobatan anti
tuberculosis setelah pemeriksaan kultur.
a. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan:
15. Menyembuhkan, mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas
pasien.
16. Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan.
17. Mencegah kekambuhan TB.
18. Mengurangi penularan TB kepada orang lain.
19. Mencegah terjadinya resistensi obat dan penularannya
Prinsip-prinsip terapi:
20. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) harus diberikan dalam bentuk kombinasi
dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai
dengan kategori pengobatan. Hindari penggunaan monoterapi.
21. Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tepat (KDT) / Fixed Dose
Combination (FDC) akan lebih menguntungkan dan dianjurkan.
22. Obat ditelan sekaligus (single dose) dalam keadaan perut kosong.
23. Setiap praktisi yang mengobati pasien tuberculosis mengemban
tanggung jawab kesehatan masyarakat.
24. Semua pasien (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang belum
pernah diobati harus diberi paduan obat lini pertama.
25. Untuk menjamin kepatuhan pasien berobat hingga selesai, diperlukan
suatu pendekatan yang berpihak kepada pasien (patient centered
approach) dan dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT= Directly
Observed Treatment) oleh seorang pengawas menelan obat.
26. Semua pasien harus dimonitor respons pengobatannya. Indikator
penilaian terbaik adalah pemeriksaan dahak berkala yaitu pada akhir
tahap awal, bulan ke-5 dan akhir pengobatan.
27. Rekaman tertulis tentang pengobatan, respons bakteriologis dan efek
samping harus tercatat dan tersimpan.
3/1
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan
I.Tahap awal menggunakan paduan obat rifampisin, isoniazid,
pirazinamid dan etambutol.
28. Pada tahap awal pasien mendapat pasien yang terdiri dari 4 jenis obat
(rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan etambutol), diminum setiap hari
dan diawasi secara langsung untuk menjamin kepatuhan minum obat
dan mencegah terjadinya kekebalan obat.
29. Bila pengobatan tahap awal diberikan secara adekuat, daya penularan
menurun dalam kurun waktu 2 minggu.
30. Pasien TB paru BTA positif sebagian besar menjadi BTA negatif
(konversi) setelah menyelesaikan pengobatan tahap awal.
Setelah terjadi konversi pengobatan dilanujtkan dengan tahap lanjut.
II.Tahap lanjutan menggunakan panduan obat rifampisin dan
isoniazid
31. Pada tahap lanjutan pasien mendapat 2 jenis obat (rifampisin dan
isoniazid), namun dalam jangka waktu yg lebih lama (minimal 4 bulan).
32. Obat dapat diminum secara intermittenyaitu 3x/minggu (obat program)
atau tiap hari (obat non program).
33. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
4/1
38. Pola hidup sehat dan sanitasi lingkungan.
Kriteria Rujukan:
39. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (+) tapi tidak menunjukkan
perbaikan setelah pengobatan dalam jangka waktu tertentu 2.
40. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (-/ meragukan)
41. Pasien dengan sputum BTA tetap (+) setelah jangka waktu tertentu.
42. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid)
43. Suspek TB – MDR harus dirujuk kepusat rujukan TB-MDR.
Prognosis:
Prognosis pada umumnya baik apabila pasien melakukan terapi sesuai
dengan ketentuan pengobatan. Untuk TB dengan komorbid, prognosis
menjadi kurang baik.
5/1
2. Diagram
Alir (jika Pasien Masuk :
Melakukan Anamnesa
dibutuhkan)
Pemeriksaan Pemeriksaan
penunjang (Bila
Fisik
Perlu)
Melakukan Therapy
Memberikan RUJUK
Edukasi
(Bila Perlu)
Pendaftaran
Rekam medis
3. Unit Terkait Pelayanan Umum
Rawat jalan
Ruang Tindakan
4. Dokumen
terkait
5. Rekaman No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
Histori Diberlakukan
Perubahan
6/1
DAFTAR TILIK
TUBERKULOSIS PARU TANPA
KOMPLIKASI
UPT
PUSKESMAS HIDAYAH ILMIATI .K
CIBEUTEUNG
UDIK
Unit :….......…………………………………………………………………
Nama Petugas :…......………………………………………………………………….
Tanggal Pelaksanaan :…………………………………………………………………..........
No Langkah Kegiatan Ya Tidak
Apakah Petugas memakai APD Level 2 sebelum melakukan
1
pelayanan?
2 Apakah petugas menerima rekam medis dari petugas pendaftaran?
3 Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut?
4 Apakah Petugas mencocokkan identitas pasien dengan Rekam
Medis?
5 Jika ada ketidak sesuaian data apakah petugas
mengkonfirmasikan dengan sub unit pendaftaran?
6 Apakah Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien?
7 Apakah Petugas melakukan pemeriksaan penunjang (bila perlu)?
……………………………………….
NIP: ………………..........................
1/1