Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

“DIKSI”

Dosen Pengampu : Ngalimun, S.pd., M,pd., M.I.Kom

Oleh :

Kelompok 3

Ferananda Junaedi P07124118194


Fitria Nur Fadia P07124118196
Ghina Mahdiyah P07124118198
Gita Putri Ariandini P07124118200
Iis Almaidah P07124118202
Islahul Annisa P07124118204
Mailinda Sari P07124118206

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
DIII KEBIDANAN
SEMESTER IV A
2020
BAB I
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diksi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diksi diartikan sebagai pilihan
kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan
sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak
bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk
saat yang bersangkutan membuat karangan.
Pengertian pilihan kata atau diksi merupakan unsur yang sangat penting dalam
karang mengarang, terutama dalam karangan ilmiah. Pada umumnya, kata-kata yang
berdiri sendiri, yaitu lepas dari hubungan kalimat, belum jelas benar. Makna suatu kata
baru jelas jika berada dalam kalimat, dan pengertiannya hanyalah satu. (Suryaman, 2012 :
168).
Diksi adalah pilihan kata dalam mengungkapkan apa yang ingin disampaikan.
(Kuntarto, 2011 : 38)
Pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga
mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat juga diterima atau tidak merusak
suasana yang ada. Sebuah kata yang tepat untuk menyatakan suatu maksud tertentu,
belum tentu dapat diterima oleh para hadirin atau orang yang diajak bicara. Masyarakat
yang diikat oleh beberapa norma, menghendaki pula agar setiap kata yang dipergunakan
harus cocok atau serasi dengan norma norma masyarakat, harus sesuai dengan situasi
yang dihadapi. (Keraf, 2009 : 24)
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk
menyatakan sesuatu. (Arifin, 2009 : 28).
Dengan uraian yang singkat ini, dapat diberikan tiga kesimpulan utama mengenai
diksi. Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai
untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata kata
yang tepat atau menggunakan ungkapan ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang
paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah
kemampuan membedakan secara nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata
yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau
perbendaharaan kata bahasa itu Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa
kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa (Keraf, 2009
: 24).
B. Tujuan Penggunaan Diksi
Pembuatan karya sastra memerlukan teknik yang menggabungkan dari beberapa aspek,
termasuk salah satunya penggunaan diksi. Fungsi diksi adalah agar pemilihan kata dan
cara penyampaiannya dapat dilakukan dengan tepat sehingga orang lain mengerti maksud
yang disampaikan. Diksi juga berfungsi untuk memperindah suatu kalimat.
Tujuan penggunaan diksi secara umum antara lain adalah sebagai berikut.
1. Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih
paham
mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
2. Membuat komunikasi lebih efektif.
3. Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal (tertulis mau pun
terucap).
4. Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan
pendengar atau pun pembacanya.
C. Hakikat Diksi
Ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan kata agar tepat maknanya. Kedua
syarat itu adalah ketepatan dan kesesuaian. Ketepatan yang dimaksud adalah kemampuan
kata untuk bisa mewakili gagasan secara tepat. Sebaliknya, Kesesuaian adalah pemakaian
kata yang cocok dengan situasi kebahasaan tersebut. Pada situasi yang resmi, pemakaian
kata yang digunakan tentu berbeda dengan pilihan kata yang digunakan saat mengobrol
dengan teman. Pemilihan kata yang tepat menjamin terwakilinya maksud secara tepat,
sesuai dengan situasi yang dihadapi.
D. Syarat Pemilihan Kata Diksi
Suryaman (2012 : 169) mengatakan diksi atau pilihan kata harus diarahkan pada
kata itu ada 3 hal yaitu :
1. Tepat
Kata yang maknanya sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan, dan sesuai
dengan tempatnya dalam kalimat.
Contoh :
a. Makna kata diminta datang dengan kata diharapkan datang berbeda. Jangan
menggunakan ungkapan yang diharapkan datang karena pengertian kata diminta
dan diharapkan tidaklah sama.
b. Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata
pandangan mata tidak dapat digantikan  dengan lihatan mata.
2. Benar
Kata yang penulisannya sesuai dengan kaidah ejaan dan pembentukan kata.
Contoh :
a. propinsi seharusnya provinsi
b. analisa seharusnya analisis
c. diantara seharusnya di antara
3. Baku/Lazim
kata yang sudah dibakukan atau sudah menjadi milik bahasa Indonesia, dan bukan kata
yang hanya atau masih dipakai di daerah-daerah tertentu.
Contoh :
a. kenapa seharusnya mengapa
b. kebagian seharusnya memperoleh atau mendapat
c. menghaturkan seharusnya mengucapkan atau menyampaikan
E. Kata Konotatif dan Denotatif dalam Diksi
1. Makna Konotatif
Konotasi atau makna konotatif disebut juga dengan makna konotasional, makna
emotif, atau makna evaluatif. Maka konotatif adalah suatu jenis makna dimana
stimulus dan respons mengandung nilai nilai emosional. Makna konotatif sebagian
terjadi Karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju – tidak setuju, senang –
tidak senang. (Keraf, 2009 : 29)
Sering sinonim dianggap berbeda hanya dalam konotasinya. Kenyataannya tidak
selalu demikian. Ada sinonim-sinonim yang memang hanya mempunyai makna
denotatif, tetapi ada juga sinonim yang mempunyai makna konotatif. Misalnya, kata
mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, berpulang memiliki denotasi yang sama
yaitu “ peristiwa dimana jiwa seseorang telah meninggalkan badannya”. Namun kata
wafat, meninggal, berpulang mempunyai konotasi tertentu, yaitu mengandung nilai
kesopanan atau dianggap lebih sopan, sedangkan mangkat memiliki konotasi lain
yaitu mengandung nilai “kebesaran” dan gugur mengandung nilai keagungan dan
keluhuran. Sebaliknya kata persekot, uang muka, atau panjar hanya mengandung
makna denotatif. (Keraf, 2009 : 30)
Contoh :
a. Rumah = gedung, wisma, graha (Arifin, 2008 : 29)
b. Meluap hadirin yang mengikuti pertemuan itu. (Keraf, 2009 : 28)
2. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar
ini adalah makna yang sesuai apa adanya. (Arifin, 2009 : 28)
Makna denotatif adalah kata yang tidak mengandung makna atau perasaan
tambahan. (Keraf, 2009 : 27)
Dalam bentuk murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa ilmiah.
Seorang penulis hanya ingin menyampaikan informasi kepada kita, dalam hal ini
khususnya bidang ilmiah, akan berkecenderungan untuk menggunakan kata-kata yang
denotatif. Sebab pengarahan yang jelas terhadap fakta yang khusus adalah tujuan
utamanya. (Keraf, 2009 : 28)
Contoh :
a. Rumah itu luasnya 250 meter persegi. (Keraf, 2009 : 27)
b. Makan. (Arifin, 2009 : 28)
c. Di Indonesia, jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada laki-laki.
(Suryaman, 2012: 169 )
F. Kata Umum dan Khusus dalam Diksi
1. Kata Umum
kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas, kata-kata umum
menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada keseluruhan. Contoh kata
umum: binatang, tumbuh-tumbuhan, penjahat, kendaraan.
2. Kata Khusus
kata-kata yang mengacu kepada pengarahan pengarahan yang khusus dan konkrit.
Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang khusus. Contoh kata khusus: motor
Yamaha, ikan kerapu, burung kakak tua, mobil sedan.
G. Kata Abstrak dan Konkret dalam Diksi
1. Kata Konkret adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat atau
diindera secara langsung oleh satu atau lebih dari pancaindera. kata konkrit menunjuk
kepada barang yang actual dan spesifik dalam pengalaman. Kata konkrit digunakan
untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran pembaca melebihi kata-kata
yang lain. Seperti meja, rumah, mobil, air, hangat, cantik, wangi, suara.
2. Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata abstrak sukar
digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan pancaindera manusia.
Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas, dingin, baik, buruk), pertalian
(kuantitas, jumlah, tingkatan), dan pemikiran (kecurigaan, penetapan, kepercayaan).
Kata-kata abstrak sering dipakai untuk menjelaskan pikiran yang bersifat teknis dan
khusus. Seperti ide, gagasan, kesibukan, keinginan, angan-angan, kehendak, dan
perdamaian.
H. Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada,
sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan. Dari dalam bahasa
Indonesia terbentuk kata baru dengan memanfaatkan kosakata yang sudah ada, misalnya
Tata Daya Serba
Tata Buku daya tahan serba putih
Tata bahasa daya pukul serba plastik
Tata rias daya tarik serba kuat
Tata cara daya serap serba tahu

I. Kata Ungkapan (Idiomatik) dalam diksi


Dalam bahasa Indonesia terdapat pilihan kata yang merupakan kata berpasangan
tetap atau ungkapan idiomatis. Kata tersebut muncul bersamaan, tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lainnya. (Wijayanti dkk, 2013 : 75)
Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah
satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah ungkapan
kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
Ungkapan yang bersifat idiomatik terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat
diksi di dalam tulisan.
Wijayanti dkk (2013 : 75) mengemukakan beberapa contoh dari kata idiomatik yaitu :
1.      sesuai dengan
2.      terdiri atas
3.      terbuat dari
4.      terjadi dari
5.      sehubungan dengan

BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia V. 2018


Keraf, Gorys. 2009. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Arifin, Zaenal. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Akademika Presindo
Wijayanti, Sri Hapsari dkk. 2013. Bahasa Indonesia: Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Suryaman, Ukun. 2012. Dasar-dasar Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Alumni
Kuntarto, Niknik M. 2011. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Mitra
Wacana Media

Anda mungkin juga menyukai