Anda di halaman 1dari 7

Suara Kaum Muda Melawan Krisis Iklim

Esai 22 :
Generasi Masa Depan Bumi
Oleh : Echik

Krisis iklim seharusnya menjadi topik utama yang harus kita


diskusikan sebagai generasi muda penerus dunia. Krisis iklim adalah
musuh terbesar yang harus dihadapi umat manusia saat ini. Kenaikan
suhu bumi, mencairnya lapisan es di kutub, dan tingginya konsentrasi
karbon dioksida adalah dampak dari krisis iklim yang disetor peradaban
manusia yang dengan serakahnya terus menggerus alam dan lingkungan.
Akhir-akhir ini, banyak kejadian buruk yang menimpa
lingkungan di sekitar kita. Mulai dari kebakaran hutan yang melanda
Indonesia dan Australia beberapa waktu yang lalu, banjir dan tanah
longsor saat Covid-19 masih mengintai, pembabatan hutan adat,
pembangunan pertambangan secara paksa, dan masih banyak lagi.
Suhu bumi yang terus-menerus memanas, emisi karbon dan
fluorin yang terus meningkat, dan jumlah hutan yang terus berkurang
adalah berita buruk bagi seluruh makhluk hidup di bumi. Emisi karbon
yang dilepas harus diserap oleh pohon supaya tidak merusak lapisan
ozon. Lapisan ozon sangat dibutuhkan untuk jalannya kehidupan di
bumi. Apabila lapisan ozon menipis, sinar UV dapat masuk ke bumi
sehingga membunuh organisme kecil, merusak hasil panen dan hutan
yang ada di bumi ini, memperparah masalah penyakit kanker kulit,
katarak, dan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Apabila tidak
segera bertindak, kita sebagai generasi muda tentunya akan mendapatkan
pengaruh negatif yang begitu besar pada masa depan.

142
Suara Kaum Muda Melawan Krisis Iklim

Bumi Memanas, Apakah Kita Bisa Bertahan Hidup?


Menurut Laporan Iklim Tahunan 2020 National Oceanic and
Atmospheric Administration (NOAA), gabungan suhu daratan dan lautan
telah meningkat pada tingkat rata-rata 0.8° celcius per dekade sejak 1880.
Namun, tingkat kenaikan rata-rata sejak 1981 berlipat ganda menjadi
0.18° celcius. Angka kenaikan suhu ini adalah angka yang sangat
memprihatinkan.
Pada tahun 2020, bumi mengalami suhu terpanas sepanjang
sejarah. Namun, adanya La Nina (fenomena iklim dingin) menurunkan
suhu bumi tahun 2020. Padahal, suhu pada tahun 2020 sudah
menyebabkan kebakaran hutan di California, Colorado, dan Australia.
Bagaimana jadinya apabila yang terjadi bukanlah La Nina, melainkan El
Nino (fenomena iklim panas)?
Bayangkan apabila beberapa tahun ke depan kita harus bertahan
hidup di bumi dengan suhu yang semakin panas. Aneka ragam tumbuhan
dan hewan yang menjaga ekosistem lingkungan di sekitar kita tentunya
akan berkurang drastis akibat tidak berhasil adaptasi dengan kondisi
habitat mereka yang berubah. Terumbu karang semakin banyak yang
mengalami coral bleaching akibat perubahan suhu air laut di atas atau di
bawah normal. Hal tersebut dapat menyebabkan komunitas ikan dan
invertebrata yang bergantung hidup pada terumbu karang turut
terpengaruh dampak coral bleaching.
Kebakaran hutan dan lahan gambut juga akan semakin sering
terjadi seiring bertambah panasnya suhu udara. Berbagai spesies hewan
dan tumbuhan ikut mati terperangkap api dan asap. Kebakaran hutan

143
Suara Kaum Muda Melawan Krisis Iklim

akan melepaskan asap yang dapat membuat kita sesak napas dan dapat
merusak atmosfer sehingga bahan pangan dan air akan menipis.
Kemudian, kemungkinan paling buruk yang dapat terjadi adalah
kepunahan massal.
Untuk mencegah hal-hal mengerikan ini terjadi, kita harus
menanamkan cinta lingkungan pada diri kita sendiri terlebih dahulu. Kita
harus mulai menggunakan teknologi ramah lingkungan yang tidak
menghasilkan emisi karbon, alat rumah tangga ramah lingkungan,
menanam dan merawat pohon, menjaga keseimbangan alam, serta tidak
sembarang menebang pohon.

Cuaca Ekstrem Akibat Krisis Iklim


Krisis iklim menyebabkan cuaca ekstrem pada bumi yang telah
renta ini. Risiko tinggi akibat krisis iklim akan dialami langsung oleh
negara-negara berkembang yang terletak di daerah tropis dan subtropis
karena sangat rawan terdampak fenomena alam, salah satunya yaitu
Indonesia. Indonesia memiliki bentang alam yang sangat luas baik darat,
maupun laut. Indonesia merupakan negara kepulauan yang juga rentan
dengan peningkatan tinggi permukaan laut akibat krisis iklim. Padahal,
mayoritas mata pencaharian penduduknya bergantung pada sumber daya
alam yang sensitif terhadap perubahan iklim seperti sektor pertanian dan
perikanan.
Sektor pertanian dan perikanan termasuk dalam kebutuhan
dasar masyarakat untuk pangan. Sektor pangan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan memacu pertumbuhan ekonomi secara
signifikan. Akan tetapi, hal tersebut tidak akan terwujud apabila kita tidak

144
Suara Kaum Muda Melawan Krisis Iklim

segera memperbarui tata pertanian dan perikanan dengan teknologi yang


lebih canggih. Saat ini, sudah banyak generasi muda yang dapat
menghasilkan teknologi canggih guna memajukan sektor pokok ini.
Teknologi menjadi satu-satunya cara untuk mencegah krisis iklim dalam
memperburuk sektor pertanian dan perikanan. Kita dapat segera
merealisasikan sektor pangan dengan menggunakan teknologi yang
efisien, murah, dan ramah lingkungan tentunya dengan kerja sama
masyarakat dari seluruh generasi.

Banjir, Bencana yang Sering Melanda Indonesia


Indonesia sebagai negara tropis memiliki 2 musim, yaitu musim
kemarau dan hujan. Indonesia melalui musim hujan selama bulan
Oktober hingga Maret. Namun, pemanasan global yang meningkatkan
suhu bumi membuat perubahan iklim semakin ekstrem. Contohnya
adalah hujan yang telah mengguyur Indonesia pada awal tahun 2020.
Hujan ini menyebabkan banjir di beberapa titik di Jabodetabek dan
longsor. Bencana banjir kali ini meluluhlantakkan aktivitas di berbagai
area dan merugikan sektor publik, pemerintah, dan individu masyarakat.
Menurut Guru Besar Hidrologi Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada, Joko Sujono, curah hujan yang mengguyur wilayah Jakarta
pada awal tahun 2020 mencapai kurang lebih setara dengan 72 ribu kolam
renang standar ajang olimpiade. Intensitas hujan tertinggi yang terekam
di Bandara Halim Perdanakusuma mencapai 377 milimeter per hari.
Dapat dikatakan ini merupakan curah hujan tertinggi di Jakarta semenjak
1866.

145
Suara Kaum Muda Melawan Krisis Iklim

Mengapa banjir di bumi pertiwi semakin parah? Para ahli di


Indonesia sudah merencanakan solusi agar tidak ada lagi kata “Banjir” di
berita. Namun, apabila masyarakat tidak sadar tentang pentingnya
mencintai lingkungan, menjaga kebersihan lingkungan, mengelola
sampah dengan benar, dan saling menyalahkan berbagai pihak, maka hal
tersebut akan hanya menjadi angan-angan saja. Disinilah generasi muda
harus bangkit dan bersinergi membangun infrastruktur dan mental
masyarakat Indonesia yang dapat menghilangkan kata “Banjir” di berita
Indonesia.

Generasi Muda, Sinergi Seluruh Generasi


Krisis iklim yang kita alami hingga saat ini sudah cukup parah.
Berbagai bencana alam akibat krisis iklim, musuh terbesar kita, telah
merenggut korban jiwa manusia, hewan, dan tumbuhan. Sudah cukup
dengan kebakaran hutan, banjir, tanah longsor, suhu dan cuaca ekstrem,
penebangan hutan, dan pertambangan liar. Bencana yang lebih besar
dapat terjadi begitu saja apabila kita tidak segera mengambil langkah
untuk menyadarkan seluruh umat manusia bahwa kita diambang jurang.
Tanggung jawab menjaga keseimbangan alam adalah milik
seluruh umat manusia. Kita harus mulai mencintai lingkungan. Jangan
sampai pertambangan secara paksa dan penebangan pohon liar terjadi
kembali. Menggunakan teknologi ramah lingkungan, menanam dan
merawat pohon untuk mengurangi emisi karbon, serta menjaga
ekosistem di sekitar kita dengan mengelola sampah dan limbah dengan
benar akan sangat membantu memerangi krisis iklim.

146
Suara Kaum Muda Melawan Krisis Iklim

Sebagai generasi muda, kita memiliki PR untuk memikirkan


kebijakan merawat lingkungan yang efisien sehingga pada saat generasi
kita mengambil alih dunia, kita sudah siap dengan berbagai ide kebijakan
merawat lingkungan dan menegakkan kebijakan tersebut dengan tegas
demi mewujudkan kehidupan yang nyaman dan aman di bumi pertiwi.
Kita hidup berdampingan dengan alam. Apabila alam sakit, kita
sebagai manusia juga ikut menanggung sakitnya. Kita, generasi muda,
harus menyadarkan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita tentang
betapa pentingnya alam. Tentunya apabila hanya generasi muda yang
bergerak, kita tidak akan bisa mencapai angan-angan terlepas dari
dampak krisis iklim. Kita tidak mampu membawa perubahan tanpa
adanya kerja sama dari seluruh generasi karena setiap individu memiliki
tanggung jawab untuk menjaga alam. Kita mampu mengurangi dampak
krisis iklim dengan cepat dan efektif apabila seluruh umat manusia dapat
bersinergi, bersatu menyelamatkan bumi.

147

Anda mungkin juga menyukai