Prosedur Tetap
Prosedur Tetap
PROSEDUR TETAP
MEDIS
INSTALASI GAWAT
DARURAT
RSIA BUNDA NONI
DAFTAR ISI
1/11/2014 1
PROSEDUR TETAP (PROTAP) MEDIS
INSTALASI GAWAT DARURAT RSIA BUNDA NONI
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
RESUSITASI JANTUNG PARU
2
No. Dokumen No. Revisi Halaman
YM/IGD/M/01 - 1/1
Bunda Noni
Palembang
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
PENGERTIAN
Tindakan yang dilakukan kepada pasien yang mengalami henti jantung.
TUJUAN
Dapat melakukan resusitasi jantung paru sesuai dengan prosedur sehingga hasilnya dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
KEBIJAKAN
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR
1. Posisikan pasien ditempat aman dan alas yang keras atau papan diltekan dibawah punggung
2. Dilakukan kompresi pada mid lower sternum sebanyak minimal 100 x/ menit
3. Kompresi diselingi 2 kali pernapasan jadi rasio bantuan sirkulasi dan pemberian nafas adalah 30 : 2.
Ventilasi harus adekuat tapi tidak berlebihan, dengan menggunakan sungkup mulut – hidung.
a. Pasang endoltrachea tube ( ETT ) dan dipastikan masuk trachea dengan benar ( bila dengan
sungkup mulut – hidung bantuan nafas tidak adekuat)
b. Pasang kateter intravena untuk jalur pemberian obat – obatan sesuai algoritma
UNIT TERKAIT
Dokumen terkait :
3
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PEMBEBASAN JALAN NAFAS
PENGERTIAN
1. Pembebasan jalan nafas adalah suatu usaha untuk memudahkan masuknya udara (O2) ke paru-
paru melalui saluran pernafasan.
2. Sebab-sebab sumbatan jalan nafas :
a. Otot lidah dan otot leher yang lemas pada penderita yang tidak sadar dengan posisi fleksi.
b. Laringspasme dan bronkospasme
c. Benda asing (lendir / muntahan / darah) di saluran nafas atas pasien tak sadar dapat
menyumbat karena tidak dapat ditelan / dibatukkan.
TUJUAN
Agar pernafasan bejalan kembali atau dapat memberikan bantuan pernafasan secara efektif kepada
yang memerlukan tanpa adanya hambatan di saluran pernafasan.
KEBIJAKAN
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni
PROSEDUR
PEDOMAN AWAL :
Kenali jenis/ sebab sumbatan jalan nafas yang mungkin terjadi dan kesadaran penderita, untuk
menentukan langkah pertama pembebasan jalan nafas.
A. Pembebasan Jalan nafas yang disebabkan oleh Sumbatan Benda Asing pada penderita sadar:
1) Perintahkan penderita untuk membatukkan keluar benda asing yang menyumbat
2) Bila penderita gagal untuk membatukkan keluar, sapu mulut dan faring penderita dengan
jari yang dibengkokkan atau dengan alat penghisap.
3) Bila tindakan diatas gagal, lakukan 3 – 5 kali pukulan punggung dengan pangkal telapak
tangan diatas tulang belakang diantara tulang belikat dengan posis kepala direndahkan.
4) Bila gagal, lakukan hentakan abdomen dengan cara berdiri dibelakang korban, lingkarkan
kedua lengan dan tempatkan kedua bertautan pada abdomen antara pusat dan processus
xypoideus. Lakukan 3 – 5 kali hentakan cepat pada abdomen korban.
B. Pembebasan Jalan Nafas yang diakibatkan oleh Sumbatan Benda Asing pada Penderita tidak
sadar.
1) Gulingkan atau miringkan penderita hingga menghadap penolong, waspadai untuk
menghindari fleksi atau rotasi. Pada korban KLL, kepala menghadap kesamping.
2) Sapu mulut dan faring penderita dengan jari tangan yang dibengkokkan untuk
megeluarkan benda asing atau cairan rongga mulut. Lakukan penghisapan denga alat
penghisap.
3) Bila tindakan diatas gagal, lakukan pukulan punggung 3 – 5 kali dengan posisi penderita
tetap berbaring miring.
4) Bila pukulan punggung gagal mengeluarkan benda asing, lakukan hentakan abdomen
dengan cara korban ditelentangkan. Letakkan satu tangan diatas tangan yang lain dengan
telapak tangan berada digaris tengah antara pusat dan procesesus xypoideus pasien.
Tekan kearah diagfragma dengan hentakan cepat kedalam dan keatas sebanyak 3 – 5 kali.
4
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PEMBEBASAN JALAN NAFAS
Unit terkait :
1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Farmasi
Dokumen terkait :
Formulir / lembaran catatan medis
5
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
BANTUAN PERNAFASAN
PENGERTIAN
Adalah usaha membantu memberikan/ mengalirkan udara (0 2) melalui saluran pernafasan kedalam
paru-paru pada penderita dengan pernafasan yang sangat lemah/ henti nafas.
TUJUAN
Memperbaiki dan mempertahankan oksigen jaringan.
KEBIJAKAN
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni
PROSEDUR TETAP
4. Tiupkan udara pernafasan kedalam paru –paru penderita melalui mulut penderita.
5. Lepaskan mulut penolong dari mulut penderita dan biarkan penderita mengekspirasikan secara
pasif.
1. Tutup mulut penderita dengan cara menekan bibir bagian bawah dengan ibu jari dan jari
telunjuk.
2. Tarik nafas dalam – dalam dan rapatkan bibir disekitar lubang hidung penderita.
3. Tiupkan udara pernafasan kedalam paru – paru penderita melalui hidung penderita.
4. Lepaskan mulut penolong dan lepasakan tekanan pada bibir bagian bawah dagu penderita.
6
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
BANTUAN PERNAFASAN
Unit terkait :
Instalasi Rawat Inap
Dokumen terkait :
Formulir / lembaran catatan medis
7
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
DEFIBRILASI DAN KARDIOVERSI ELEKTRIK
PENGERTIAN
Penggunaan alat Defebrilator merupakan ketentuan alat untuk melakukan defebrilasi dengan
menggunakan aliran listrik dalam waktu yang singkat secara asingkron.
TUJUAN
Untuk menghentikan aritmia jantung
Menghentikan ventrikel fibrilasi ( VF ) dan ventrikel tachicardi ( VT ) tanpa nadi.
KEBIJAKAN
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni
PROSEDUR
PEDOMAN AWAL :
A. DEFIBRILATOR
1. Defibrilasi : bila untuk mengakhiri fibrilasi ventrikel atau tachicardi ventrikel tanpa nadi
2. Kardio Versi: bila untuk mengakhiri jenis aritmia yang lain terutama febrilasi / flater atrium atau
tachicardi ventrikel dengan nadi tapi kondisi klinis tidak stabil
Defibrilator terdiri dari :
1. Transformer tegangan listrik
2. Konvonter untuk mengubah aus balik menjadi arus searah
3. Kapasitor untuk menyimpan energi
4. Tombol pengisi dan pelepas arus
5. Elektroda untuk hubungan dengan pasien dengan perekat
Alat – alat :
1. Defibrilator
2. Jelly atau elektroda pads
3. Troley Emergency lengkap
Persiapan – persiapan:
1. Alat defibrilator didekatkan disisi tempat tidur
2. Pasang elektroda pada pasien
3. Nyalakan alat dan lihat monitor
4. Periksa monitor:
a. Gelombang – gelombang harus jelas sehingga mudah dibedakan anatara gelombang P, QRS
dan T
b. Dinding dada harus terbuka / letak elektroda tidak menggangu letak paddle jika terapi listrik
diperlukan
8
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
DEFIBRILASI
C. KARDIO VERSI
Adalah suatu tindakan mengevaluasi irama takiaritmia menjadi irama sinus
menggunakan aliran listrik
indikasi : SVT, VT, AFL, AF,dengan kondisi klinis tidak stabil.
Enegi yang digunakan :
a) Defibrilator yang mempunyai modul sinkron
b) Jelly, elktroda EKG
c) Troley emergency, obat-obat sedative / analgetik.
9
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
DEFIBRILASI
6. Beri aba –aba dengan suara jelas, dan pastikan tidak ada anggota tim yang masih ada kontak
dengan pasien.
7. Perhatikan monitor gambaran EKG dan pastikan irama masih sesuai indikasi Beri tekanan
kurang lebih 10 kg pada kedua paddle dan tekan tombol ”discharge” secara bersamaan
sampai defibrilator menangkap gelombang QRS dan memberikan energi, kaji ulang jika perlu
lakukan lagi.
Unit terkait :
Rawat inap
Dokumen terkait :
Lembaran catatan medis
10
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
INTUBASI
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
PENGERTIAN
Tindakan yang dilakukan terhadap pasien yang mengalami gangguan /kesulitan pernafasan dengan
memakai sistem dan alat tertentu serta indikasi tertentu.
TUJUAN
Melapangkan jalan pernafasan
Menjamin masuknya O2.
KEBIJAKAN
1. Kep.Men Kes RI.No.0701/Yan Med /RSKS /GDE/ VII /1997 Tentang Pelayanan Gawat Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni
PERALATAN
1. ETT
2. Mandrain
3. Laringoskop
4. Margil
5. Mayo tube
6. Ambu Bag
7. Tabung O2 dan Slang O2 atau Masker O2
8. Konektor
9. Xylocain Jelly
10. Xylocain spray
11. Spuit 10cc
12. Sarung tangan
13. Plester
14. Monitor EKG
15. Defibrilator
16. Gunting
Prosedur:
1. Set O2 sesuai anjuran dokter
2. Pasien mendapat terapi IV line yang stabil
3. Dekatkan defibrilator di sisi tempat tidur
4. Periksa slym suction dan ambu bag, apakah sudah berfungsi dengan baik
5. Pasang monitor EKG
6. Set O2 sesuai anjuran dokter
7. Pasien mendapat terapi IV line yang stabil
8. Dekatkan defibrilator di sisi tempat tidur
9. Periksa slym suction dan ambu bag, apakah sudah berfungsi dengan baik
10. Pasang monitor EKG
11
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
INTUBASI
Prosedur:
11. Pasien dalam posisi sniffing (leher fleksi dan kepala ekstensi)kecuali pasien curiga cedera lehar,
posisi leher tidak boleh berubah (in line imobilization)
12. Siapkan ETT, ukurannya sesuai dengan besar kelingking pasien, periksa pula balonnya.
13. Siapkan laringoskop, perilsa lampunya
14. Basahi ujung ETT dengan Xylocain jelly
15. Berikan tekanan pada krikoid dengan ibu jari dan telunjuk selama intubasi
16. Setelah ETT dimasukan , kembangkan balonnya.
17. Untuk memastikan ETT masuk pada tempatnya pastikan dengan cara auskultasi.Apakah bunyi
nafasnya sama kiri dan kanan, atau lihat pengembangan paru simetris atau tidak
18. Bersihkan lubang ETT dengan cara mensuctionnya
19. Pasang Mayotube, kemudian fiksasi dengan plester
Unit terkait :
1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Farmasi
Dokumen terkait :
Formulir / lembaran catatan medis
12
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
SHOCK
PENGERTIAN
1. SHOCK HIPOVOLEMIK
- Kehilangan cairan tubuh yang banyak
a. Diare / vomitus
b. Luka bakar
c. Peritonitis / pankreastitis
d. Paralitik ileus
- Pengeluaran cairan yang banyak melalui ginjal
a. Diabetes Melitus
b. Diabetes Insipidus
c. Diabetes dosis tinggi
- Cairan intravaskuler masuk ke ektravaskuler ( premeabilitas kapiler meningkat )
a. Anoksia
b. Cardia arest
c. Reaksi Hipersensitivitas
- Kekurangan pemasukan cairan
2. SHOCK CARDIOGENIK
- Kegagalan ventrikuler
- Gangguan irama jantung
- Infark miocard
- Pneumothoraks, embolus paru
- Tamponade jantung, ruptur jantung interventrikel.
3. VASOMOTOR / VASODILATASI SHOCK ( RELATIVE HIPOVOLEMIK )
- Trauma cerebral, vasovagal ( neurogenik )
- Sepsis ( septik shock )
- Intoksikasi obat / analfilatik ( anaphylastik shock )
TUJUAN
Dapat melakukan penatalaksanaan secara tepat.
KEBIJAKAN
1. Kep.Men Kes RI.No.0701/Yan Med /RSKS /GDE/ VII /1997 Tentang Pelayanan Gawat Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni
PROSEDUR AWAL
1. Kenali macam shock dan penyebabnya
2. Lakukan tindakan awal penanganan shock secara umum dengan segera.
3. Koreksi penyebabnya bila memungkinkan.
13
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
SHOCK
14
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
SHOCK
Unit terkait :
Instalasi Rawat Inap
Dokumen terkait :
Formulir / lembaran catatan medis
15
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN HENTI JANTUNG
PENGERTIAN
Penanganan henti jantung adalah upaya pertolongan kepada pasien yang mengalami denyut jantung
berhenti secara tiba- tiba
TUJUAN
Mengatasi kegawatan pasien henti jantung
Mencegah kematian
KEBIJAKAN
1. Kep.Men Kes RI. No 0701/ Yan Med/ RSKS/ GDE/ VII/ 1997 Tentang Pelayanan Gawat Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
3. Prosedur mengacu pada prosedur ACLS dan American Heart Association
Prosedur
1. Cek respon pasein dengan memanggil nama atau menepuk atau memberi rangsanggan
2. Minta bantuan dan siapkan peralatan emergency
3. Observasi pernapasan dan sekaligus raba nadi karotis 5 – 10 detik
4. Bila tidak teraba ada nadi, atau tidak terlihat pernafasan yang adekuat segera lakukan kompresi
dada dengan kecepatan minimal 100 x/ menit , diselingi 2 bantuan ventilasi tiap 30 kompresi
(sesuai protap Resusitasi Jantung Paru )
5. Lakukan Resusitasi Jantung Paru, terus menerus hingga ada bantuan atau peralatan monitor
dan defibrilator yang ada
6. Bila peralatan defibrilator telah tersedia segera pasang elektroda dan nyalakan serta pilih lead
monitor tanpa menghentikan Resusitasi Jantung Paru
7. Bila telah terpasang monitor defibrilator, hentikan kompresi 5 – 10 detik, untuk menganalisa
irama pada monitor dan lanjutkan Resusitasi JantungParu.
8. Tindakan selanjutnya disesuaikan dengan diagnosis/ sesuai irama pada monitor.
Unit terkait :
Instalasi Rawat Inap
Dokumen terkait :
Catatan Medis
16
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
GAGAL NAFAS
PENGERTIAN
Penanganan gagal nafas merupakan upaya untuk menangani pasien yang mengalami gagal nafas karena
berbagai macam sebab
TUJUAN
1. Mengatasi kegawatan pasien dengan gagal nafas
2. Mencegah kematian
KEBIJAKAN
1. Kep.Men Kes RI. No 0701/ Yan Med/ RSKS/ GDE/ VII/ 1997 Tentang Pelayanan Gawat Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR
1. Membebaskan / mempertahankan jalan nafas, dengan diposisikan miring untuk memungkinkan
sekresi, muntahan darah dll, yang menyumbat dapat keluar dari laring dan lebih memudahkan
rahang bawah dan lidah jatuh kdepan sehingga tidak menyumbat laring. Posisi rahang bawah
dipertahankan dengan menekan rahang dari belakang sudut mandibula.
2. Pada anak kecil hati – hati jangan ada penekanan bawah dagu karena dapat mendorong lidah
kearah palatum dan dapat menyumbat airway. Periksa apa saja yang mungkin menyumbat jalan
nafas dimulut dan dibersihkan dengan jari atau section. Bila perlu pasang oroparingeal tube/
gudel
3. Perhatikan ada atau tidak ada usaha nafas
4. Bila usaha nafas kurang segera lakukan ventilasi buatan dengan ambu dan masker terlebih
dahulu yang menutup mulut dan hidung dipegang dengan jari 3,4 dan 5 tangan kiri dibawah
rumus mandibula, sambil tetap memperhatikan posisi ekstensi kepala untuk menjamin jalan
nafas.
5. Beging dilakukan dengan frekuensi 12 kali permenit dalam setiap menit
6. Kedalaman pernafasan dapat dilihat dengan memperhatikan ekspansi gerak rongga dada pada
batas yang wajar. Hati – hati pada bayi bila overventilasi bisa mengakibatkan pnemuthoraks
7. Baging dengan mask ini diteruskan sampai muncul nafas spontan diganti intubasi
endotrachealtube
8. Pemasanagan endotracheal tube dapat mengunakan laringoscope dengan blade melengkung
( ujung blade diposisikan pada fossa antara lidah dan epiglotis di faring interior )
9. Pemasangan ETT kedalam lumen trachea tidak boleh ada paksaan, bila sulit dimasukkan maka
dicoba endotracheal yang berukuran lebih kecil.
10. Kedalalaman tidak boleh melebihi cairan sehingga masuk sampai ke bronchus kanan kecuali bila
keadaan obstruksi nafasnya mengharuskan demikian.
11. ETT dimasukan sedalam 2 – 3 cm kedalam trachea
12. Endo Tracheal Tube difiksasi dengan seksama sesudah diyakini posisinya benar.pada tindakan
section melalui ETT, diameter suction kateter 1/3 diameter lumen endotraheal tube, jangan
terlalu besar karena dapat megakibatkan tekanan paru yang negatif selama section dan berakibat
kolaps paru paru
17
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
GAGAL NAFAS
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
13. Pada pasien dengan obtruksi jalan nafas seperti bronchitis dan status asmatikus yang disertai
gelisah / delerium yang makin memburuk.makin memburuk obstruksinya, maka diberikan
sedative yang tidak bersifat depresan
14. Tracheostomi hanya dikerjakan bila intubasi endotracheal tube gagal atau tak mungkin
dilakukan
15. Dilakukan dalam narcose bila pasien masih sadar.
UNIT TERKAIT
Dokumen terkait :
18
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
GAGAL JANTUNG AKUT
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
PENGERTIAN
Gagal jantung adalah merupakan keadaan yang timbul sebagai akibat ketidakmampuan jantung
memompa sejumlah darah untuk mencukupi kebutuhan metabolik jaringan.
TUJUAN
Penanganan gagal jantung bertujuan untuk menghilangkan sesak nafas bila mungkin menghilangkan
penyebab gagal jantung dan berusaha menyelamatkan penderita dari ancaman kematian.
KEBIJAKAN
1. Kep.Men Kes RI. No 0701/ Yan Med/ RSKS/ GDE/ VII/ 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
19
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
GAGAL JANTUNG
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
PROSEDUR
1. Segera baringkan ke tempat tidur dengan posisi ½ duduk
2. Berikan O2 3-6 Lt/mnt
3. Bila sesak berat/ edema paru dapat diberikan nitrogliserin/ isosorbid tablet sub lingual ( SL); dan
diulang tiap 5 – 10
4. Pasang jalur infus dextrose 5 % atau Nacl 0,9 %
5. Dapat diberikan furesemid injeksi 2 amp IV ( dosis ½ - 1 mg/kg/bb)
6. Beri tablet kalium untuk suplementasi
7. Bila terdapat hipotensi atau syok kardiogenic ( karenagangguan pompa jantung ) berikan obat
inotrapik:
- Dopamin 2-20 mikro / kg/ menit ( bila tekanan darah sistole 70-90 mmHg dengan hipoperfusi),
atau
- Dobutamin 2- 20 mikro/ kg/ menit ( bila tekanan darah sistole 70 9 0 mmHg tanpa hipoperfusi),
atau
- Norepineprine 2 – 10 mikro / menit ( bila tekanan darah < 70 mmHg)
8. Atasi Takiaritmia atau bradiaritmia ( sesuai protapnya) bila hal tersebut menjadi penyebab atau
muncul bersama gagal jantung akut
UNIT TERKAIT
DOKUMEN TERKAIT
20
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN VF-PULSELESS VT
PENGERTIAN :
Adalah kelainan irama jantung berupa gambaran VF / VT pada EKG tanpa adanya nadi
TUJUAN :
Dapat melakukan diagnosa dan penanganan tepat pasien dg VF-PULSELESS VT
KEBIJAKAN
1. Kep.Men Kes RI.No.0701/Yan Med /RSKS /GDE/ VII /1997 Tentang Pelayanan Gawat Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
3. Prosedur mengacu pada prosedur ACLS dari American Heart Assosiation
PROSEDUR
1. Lakukan Resusitasi Jantung Paru hingga lead defibrilator terpasang dan alaat defibrilator
dinyalakan
2. Lakukan defibrilasi (sesuai prosedur defibrilasi)
3. Lansung lakukan lagi Resusitasi Jantung Paru ( sesuai prosedur resusitasi jantung paru),
sebanyak 5 kali siklus/ sekitar 2 menit
4. Lakukan pemasangan IV line
5. Hentikan resusitasi 5 – 10 detik, untuk menganalisa irama pada monitor
6. Bila nadi VF / VT lakukan lagi defibrilasi
7. Langsung lakukan lagi resusitasi jantung paru sebanyak 5 siklus / sekitar 2 menit dan secara
simultan diberikan epineprin/ adrenalin injeksi IV; 1 mg didorong atau diencerkan dengan
cairan 20 cc ( 1 siklus Resusitasi Jantung Paru = 30 x kompresi dan 2 x bantuan nafas)
8. Hentikan resusitasi 5 – 10 detik, untuk menganalisa irama pada monitor
9. Bila masih VF / VT, lakukan lagi defibrilasi
10. Langsung lakukan lagi resusitasi jantung paru sebanyak 5 siklus / 2 menit dan secara simultan
diberikan obat antiaritmia (amiodarone 300 mg IV bolus )
11. Setelah 5 siklus hentikan resusitasi untuk menganalisa irama pada monitor
12. Kembali ke langkah no.6 sampai 10
13. Amiodarone diberikan dengan dosis 150 mg IV bolus pada pemberian ke 2
14. Selanjutnya epineprine / adrenaline diberikan tiap 10 siklus/ 4 menit, tetapi defibrilasi tetap
dilakukan tiap 5 siklus / 2 menit
15. Obat lain diberikan sesuai tema penyebab VF / VT yang dapat diketahui dan revesibel
16. Periksa nadi karotis bila pada saat melihat monitor dijumpai ” organized rhythim ’ terlihat
kompleks QRS
17. Prosedur berubah bila terjadi perubahan pada irama yang muncul di monitor.
UNIT TERKAIT
Instalasi Rawat inap
DOKUMEN TERKAIT
Lembaran catatan medis
21
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
ASYSTOLE & PEA
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
PENGERTIAN
Adalah kelainan irama jantung dimana tidak ada irama jantung dan nadi tak teraba
TUJUAN :
Dapat melakukan diagnosa dan penanganan tepat pasien dengan asystole dan PEA
KEBIJAKAN
1. Kep.Men Kes RI.No.0701/Yan Med /RSKS /GDE/ VII /1997 Tentang Pelayanan Gawat Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
3. Prosedur mengacu pada pedoma ACLS dari American Heart Assosiation
PROSEDUR
1. Lakukan Resusitasi Jantung Paru saat mengetahui adanya irama asystole atau PEA pada monitor
2. Berikan epineprine / adrenaline 1 mg IV bolus dicampur cairan / didorong dengan cairan 20 cc
3. Lanjutkan Resusitasi Jantung Paru hingga 5 siklus / 2 menit
4. Hentikan resusitasi 5 – 10 detik untuk menganalisa irama pada monitor
5. Lanjutkan lagi Resusitasi Jantung Paru 5 siklus / 2 mnenit bila masih asystole / PEA
6. Hentikan Resusitasi 5 – 10 detik untuk menganalisa irama pada monitor
7. Kembali ke prosedur 1 – 6
8. Terapi lain diberikan sesuai tema penyebab asystole / PEA yang teridentifikasi dan reversibel
9. Perubahan prosedur terjadi bila terjadi perubahan pada irama yang muncul di monitor
UNIT TERKAIT :
Instalasi Rawat inap
DOKUMEN TERKAIT :
Lembaran catatan medis
22
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN SINDROMA KORONER AKUT
PENGERTIAN :
Gejala yang terjadi akibat adanya gangguan pada peredaran darah koroner
GEJALA :
Nyeri dada retro sternal seperti rasa diremas atau tertekan dapat menjalar ke lengan, bahu, leher,
rahang, punggung dan epigastrium.
Dapat disertai sesak, keringat dingin, pusing, mual, muntah.
TUJUAN :
Dapat melakukan diagnosa dan penanganan tepat pasien nyeri dada terutama pasien sindroma koroner
akut
KEBIJAKAN
1. Kep.Men Kes RI.No.0701/Yan Med /RSKS /GDE/ VII /1997 Tentang Pelayanan Gawat Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
23
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN SINDROMA KORONER AKUT
PROSEDUR :
Nyeri Dada
Nyeri dada
Terapi Tidak Tidak yakin Konsul
Iskemia / angina
sesuai SKA
Ya
- Aspirin 160 – 320 mg
- Clopidogrel 300 mg
- EKG 12 Lead
- Cek Lab ( CKMB,Triponin T dll )
Fibrinolitk Anticoagulant:
Aspirin 1 x 160 mg
PPCI
Clopidogrel 1 x 75 mg
B- Blocker ( bila tidak ada kontra indikasi)
Nitrat ( anti Angina)
- Cek list indikasi
Serial EKG
Kontra indikasi Fibrinolitik
- Informasikan mengenai Laboratorium CKMB / Triponin T
Reporfusi
Primary PTCA
Fibrinolitik
(Bila indikasi dan tanpa kontraindikasi)
Reporfusi:
- Primary PTCA
- Fibrinolitik
UNIT TERKAIT :
Instalasi Farmasi
DOKUMEN TERKAIT :
Lembaran catatan medis
24
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
OEDEMA PARU
PENGERTIAN
Adalah pembengkakan jaringan akibat akumulasi cairan yang berlebihan di paru
TUJUAN :
Dapat melakukan diagnosa dan penanganan tepat pasien dengan oedeme paru
KEBIJAKAN
1. Kep.Men Kes RI.No.0701/Yan Med /RSKS /GDE/ VII /1997 Tentang Pelayanan Gawat Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR
1. Posisi setengah duduk / duduk
2. Berikan oksigen 4 liter – 6 liter / menit
3. Periksa tekanan darah, nadi dan saturasi oksigen
4. Pasang monitor EKG :pasang IV line dan ambil sampel darah untuk laboratorium
5. Berikan Nitroglycerine / ISDN ( SL ) ; bisa diulang 2 – 3 kali
6. Berikan injeksi Furesemide 2 ampul ( 40 mg ) IV,
7. Bila masih tampak sesak berat dengan tachipnea berikan Morphin Sulphat 3 -4 mg diencerkan
dan disuntikkan perlahan - lahan
8. Bila takanan darah sistole . 100 mmHg diberikan Nitroglycerin / ISDN infus, dimulai dari 20
mikro / menit, dosis ditritasi naik 10 mikro / menit tiap 5 - 10 menit hingga klinis membaik dan
penurunan tekanan darah dianggap bisa ditolerir
9. Bila hipotensi / syok ditambahkan inotropotik ( Dopamin / Dobutamin / Norepineprine ) sesuai
prosedur tatalaksana Syok
UNIT TERKAIT :
Instalasi Farmasi
DOKUMEN TERKAIT :
Lembaran catatan medis
25
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
EKSASERBASI ASMA BRONCHIALE
PENGERTIAN
Keadaan yang ditandai dengan kambuhnya serangan sesak nafas yang mendadak akibat penyempitan
salura pernafasan karena beberapa penyebab diluar serangan normal.
TUJUAN
Menghilangkan sesak nafas dan membebaskan penderita dari kondisi yang lebih buruk atau ancaman
kegawatan.
KEBIJAKAN
1. Kep. Men. Kes. RI No 0701 / Yan Med /RSKS/ GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PENYEBAB
1. Psikis ( emosional, stres ), kelelahan fisik
2. Alergen (misalnya makanan, obat, bulu binatang, zat kimia, serbuk sari, serabut kapas, debu,
asap, udara dingin, gas bau- bauan).
3. Perubahan temperatur, endokrin/ hormonal, seperti pada akil balik, menstruasi, kehamilan
menoupause.
4. Infeksi sluran pernafasan
TANDA KLINIS
1. Serangan sesak nafas yang mendadak
2. Pernafasan berat, ekspirasi yang memanjang.
3. Pemerikasaan auskultasi ronchi dan wheezing
4. Dapat disertai batuk dengan sputum yang kental.
DIAGNOSA BANDING
1. Asma kardiale
2. Oedem Pulmonum
3. Penyakit paru menahun obstruktif.
Prosedur
1. Pasien datang dengan sesak nafas segera ditidurkan dengan posisi ½ duduk.Berikan O 2 3-5
Lt/mnt maksimum 8 lt/mnt.
2. Bronchodilator Nebulizer
Berikan inhalasi B2 agonis dosis tinggi salbutamol 2,5 – 5 mg atau terbutalin 5 – 10 mg dengan
nebulizer bersama oksigen di UGD dapat menggunakan berotec + Nacl (+ bisolvon) atau
ventolin nebulizer.(+ bisolvon) sesuai dengan umur dan berat badan penderita dengan alat
Berocare yang tersedia.
26
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
EKSASERBASI ASMA BRONCHIALE
3. Aminophilin 4 mg/kg BB IV perlahan ( dapat ditambah dengan larutan dextrose 5%) setiap 6-8
jam.Dapat dilanjutkan dengan pemberian aminophilin perdrip dengan cairan infus dextrose 5%
atau Nacl 0,9 % ditambah 1-2 Aminophilin untuk 10- 12 tetes atau infus aminophilin dengan
dosis 0,5 – 0,9 mg/kg BB/jam. Jika berat badan tak diketahui, maka dapat dengan patokan :
a) Kecil : 600 -1000 mg/ jam
b) Sedang : 900 – 1500 mg/ jam
c) Besar : 1100 – 1900 mg/ jam
Dosis rendah dibutuhkan pada pasien dengan gangguan liver, gangguan jantung.
Mendapat : cimetidine, ciprofloxacin, dan eritromocin.Dosis tinggi diberikan pada Perokok berat.
4. Dapat juga mendapat Adrenalin 0,3 – 0,5 cc dari larutan adrenalin 1/1000 cc, dapat
Diulang 10- 15 menit, kontra indikasi pada hipertensi, hipertiroid dan kelainan jantung.
5. Kortikosteroid parenteral dapat menggunakan kalmetason atau oradexon 10 mg IV.
6. Pasien harus didampingi dokter atau perawat minimal 15 menit sampai timbul perbaikan nyata.
7. O2 dilanjutkan dengan 2-4 liter/menit
8. Obat-obatan peroral yang dapat diberikan : aminopilin, salbutamol, terbutalin, prednison,
dexametason
9. Indikasi masuk ICU :
a. Hipoksia Pa O2 < 60 mmHg dengan pemberian O 2 60%
b. Hiperkapnia Pa CO2 > 50 mmHg yang tidak menurun setelah 4-6jam
c. Terdapat tanda-tanda kelelahan
d. Gelisah
e. Penurunan kesadaran
f. Henti nafas
UNIT TERKAIT
Instalasi Farmasi
DOKUMEN TERKAIT
Lembaran catatan medis
27
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN KASUS PERDARAHAN
PENGERTIAN
Adalah suatu keadaan keluarnya darah yang disebabkan oleh diskontinuitas jaringan sebagai akibat
adanya suatu trauma.
TUJUAN
1. Dapat mengelola kasus perdarahan di IGD sesuai dengan prosedur yang ada.
2. Dapat mencegah perdarahan lebih lanjut serta mampu mengarahkan dan mempersiapkan
pengobatan/tindakan definitif selanjutnya.
KEBIJAKAN
1. Kep. Men. Kes. RI No 0701 / Yan Med /RSKS/ GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR
1. Segera baringkan penderita di tempat tidur tindakan. Pada kasus perdarahan lewat hidung
posisi pasien jika memungkinkan adalah duduk atau setengah duduk.
2. Periksa tanda-tanda vital dengan teliti. Jika ada tanda-tanda shock hipovolemik karena
perdarahan, lakukan resusitasi seperti pada shock hipovolemik karena perdarahan.
3. Angkat bagian yang berdarah untuk mengurangi derasnya perdarahan.
4. Tekan dengan kasa steril di daerah luka untuk menghentikan atau menghambat perdarahan.
5. Singkirkan pakaian yang menghalangi luka.
6. Segera bersihkan luka dengan perban steril dan cari sumber perdarahan.
7. Jika perdarahan sudah dapat diatasi, jahit luka lapis demi lapis.
8. Jika perdarahan tidak dapat diatasi, dilakukan jahit situasi pada luka yang ada. Lalu rujuk ke
RSU.
9. Pada kasus yang dicurigai ada dalam rongga dada, segera konsultasi dengan dokter ahli bedah
untuk penanganan lebih lanjut.
10. Lakukan pemeriksaan darah rutin dan atau pemeriksaan darah metode serial { Hb, Eri, Leko
yang dilakukan setiap ¼ jam sekali.
UNIT TERKAIT
1. Instalasi Laboratorium
2. Instalasi Farmasi
DOKUMEN TERKAIT
Lembaran catatan medis
28
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN PATAH TULANG
PENGERTIAN :
Patah Tulang adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tulang
TUJUAN :
Sebagai usaha untuk mengurangi kecacatan dan kematian yang dapat ditimbulkan akibat patah tulang
KEBIJAKAN :
1. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
2. Kep Men Kes RI No 0701/Yan Med/RSKS/GDE/VII/1997 Tentang Pelayanan Gawat Darurat
PROSEDUR :
1. Bebaskan jalan nafas
2. Jika nafas tidak adekuat, lakukan bantuan nafas
3. Lakukan pengukuran tanda vital: tekanan darah, denyut nadi, frekwensi pernapasan
4. Ambil darah utntuk pemeriksaan Hb, Ht, Lekosit, Trombosit, Cross Match
5. Pasang IV line sesuai dengan keadaan klinis yang ada
6. Jika terdapat luka terbuka dan keadaan klinis cukup stabil, lakukan debridement dan penutupan
luka secukupnya, beri ATS 1500 IU/IM tes dulu dan juga TT 0.5 cc/IM
7. Lakukan fiksasi dan imobilisasi
8. Berikan analgetik yangs sesuai ( misalnya ketoprofen 1 ampul/IV )
9. Lakukan pemeriksaan Radiologis pada tempat yang tepat setidaknya 2 sudut pandang
10. Observasi keadaan klinis pasien, jika stabil rujuk ke RSU
Unit terkait :
- Instalasi rawat jalan
Dokumen terkait :
- Course Text Fundamental Critical Care Support 2 nd Edition
- Student Course Manual Advanced Trauma Life Support th 1997
29
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN KORBAN TENGGELAM
PENGERTIAN :
Yang dimaksud dengan korban tenggelam adalah penderita gawat darurat yang disebabkan karena
tenggelam dalam air tawar atau air laut.
TUJUAN :
Dapat membebaskan jalan nafas dari aspirasi atau asfiksia akibat tengelam dalam air untuk selanjutnya
menyelamatkan penderita dari ancaman kematian.
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
1. Penderita datang di IGD segera tidurkan dengan posisi miring dengan kepala yang lebih rendah.
2. Bebaskan jalan nafas dan berikan bantuan pernafasan.
3. Bantuan pernafasan harus diteruskan beberapa saat untuk mencegah oedem paru.
4. Jika perlu lakukan RJP
5. Berikan Na bicarbonat 1-2 meg / kg BB IV untuk mengatasi kemungkinan asidosis yang terjadi.
6. Berikan Dexametasone 10 – 20 mg IV untuk mencegah oedem otak dan memperbaiki surfactan
paru.
7. Berikan antibiotik untuk mencegah kemungkinan radang paru.
8. Perawatan selanjutnya dapat dirujuk ke RSU atau sesuai dengan kondisi pasien.
Unit terkait :
1. Instalasi Farmasi
2. Instalasi Laboratorium
Dokumen terkait :
30
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN KORBAN KERACUNAN GAS
PENGERTIAN :
Yang dimaksud dengan keracunan gas adalah keracunan yang disebabkan oleh karena masuknya gas
tertentu kedalam saluran pernafasan dan mengakibatkan timbulnya gejala-gejala keracunan.
TUJUAN :
Dapat melakukan pengelolaan korban keracunan gas sesuai dengan prosedur yang ada sehingga korban
dibebaskan dari kematian atau kondisi yang lebih buruk.
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
A. Gejala Dan Tanda
1. Pada keracunan yang ringan, kadang keluhan yang timbul adalah pusing, kepala terasa sakit dan
berat, badan lemas.
2. Keracunan yang lebih berat, korban dapat jatuh dalam kondisi drowsiness, badan lemah dan
stupor.
3. Sakit kepala yang kadang disertai muntah, denyut nadi meningkat dan nadi pada pelipis
berdenyut-denyut.
4. Tekanan darah meningkat.
5. Pupil dapat midriasis, kulit biru dan bibir pucat.
6. Otot-otot kaku ( Rigidity ) lebih-lebih pada tekak.
7. Nafas sesak, kejang dan koma, kematian biasanya disebabkan karena kegagalan bernafas.
B. Pelaksanaan Penanganan Keracunan Gas
1. Lakukan usah penyelamatan jiwa, tempatkan penderita pada tempat yang longgar dan udara
segar, pasang oksigen, jika perlu beri nafas buatan.
2. Lengkapi catatan medis penderita.
3. Untuk menghilangkan oedema cerebri, berikan infus manitol dan yang diikuti dengan dextrosse
5%.
4. Bila penderita sadar dapat bernafas kembali, biarkan penderita tidur terlentang dan istirahat
beberapa jam.
Unit terkait :
1. Instalasi Farmasi
2. Instalasi Laboratorium
Dokumen terkait :
Formulir / lembaran catatan medis
31
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN KORBAN KERACUNAN EKSTASI
PENGERTIAN :
Ekstasi ( angel dust, peace pill, speed, rocket fuel, super grass, XTC, adam, essence E ) adalah turunan
amfetamin dengan nama MDMA dan MDA (N, Alpha Dimethyl-3, 4-Methylenedioxyphenethylamin)
MDMA dan MDA termasuk golongan psikotropik.
Pengertian intosikasi atau keracunan adalah perubahan perilaku sebagai akibat langsung dari
menggunakan narkotik atau zat aditif lain secara berlebihan.
TUJUAN :
Dapat melakukan pengelolaan korban keracunan ecstasy dengan benar sesuai dengan prosedur
sehingga korban terbebas dari kematian atau kondisi yang lebih buruk. Dapat melakukan langkah-
langkah yang dapat digunakan untuk membantu pihak yang berwajib.
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
1. Pasien datang segera lakukan usaha penyelamatan jiwa, periksa tanda-tanda vital, usahakan
pernafasan berjalan lancar, luruskan sikap kepala pasien, kendorkan pakaian yang terlalu ketat,
bebaskan obstruksi yang ada pada saluran nafas, beri oksigen, usahakan peredaran darah berfungsi
baik jika terjadi asidosis segera dikoreksi. Jika terjadi kecurigaan hipoglikemi segera berikan glukosa
40 %.
2. Catat identitas pasien dengan lengkap, lakukan autoanamnesa jika dimungkinkan. Lakukan juga
alloanamnesa pada pengantar pasien.
3. Jika obat yang dikonsumsi kurang dari 4 jam, lakukan bilas lambung jika dimungkinkan.
4. Berikan suntikan klorpromazin 0,5-1 mg / kg BB IM dan dapat diulang setiap 30 menit. Kurangi
rangsangan dari luar.
5. Lakukan pemeriksaan lebih lanjut guna melihat kemugkinan adanya perdarahan atau trauma yang
membahayakan.
6. Observasi terhadap kemungkinan timbulnya kejang. Bila kejang segera berikan 10 mg diasepam
melalui infus yang dapat dilang setiap 20 menit.
7. Ambil darah 10 cc untu pemeriksaan toksikologi dan 40 cc untuk pemeriksaan darah rutin, elektrolit,
gula darah, BGA, ambil urine untuk pemeriksaan urinalisis.
8. Jika memerlukan perawatan selanjutnya, segera rujuk ke RSU.
Unit terkait :
1. Instalasi Farmasi
2. Instalasi Laboratorium
Dokumen terkait :
Formulir/lembaran Catatan Medis
32
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN KORBAN GIGITAN ULAR
PENGERTIAN :
Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit atau diduga digigit ular.
TUJUAN :
Dapat melakukan pengelolaan korban gigitan ular dengan benar sesuai dengan prosedur yang ada.
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
1. Pasang tournikuet 2 –4 inchi atau tekan luka untuk membendung aliran darah atau limfa dari vena
( cacatan denyut nadi bagian distal harus masih teraba ).
2. Bersihkan luka dengan antiseptik, insisi pada daerah gigitan. Hisap dengan alat penghisap selama
kurang lebih 30 menit, jika memungkinkan.
3. Tenangkan penderita, berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
4. Berikan serum ABU ( anti bisa ular ) 1 – 2 ml yang sebelumnya dilakukan test sensitifitas. Cara
memberikan serum ABU : setengah dosis diberikan didaerah sekitar gigitan secara SC ( Sub Cutan )
dan dosis setengahnya diberikan secara IM ( Intra Musculer ). Lepaskan tourniquet setelah
pemberian serum.
5. Bila perlu berikan ATS pada derajat II – IV. Pasang infus D 5 % atau RL bila diperlukan, monitor
tanda-tanda vital.
6. Lakukan pemeriksaan laboratorium yang kadang diperlukan : HB, leukosit, Eritrosit, CT / BT,
golongan darah, elektrolit darah, pemeriksaan fungsi ginjal.
7. Penanganan komplikasi :
Kadang-kadang diperlukan transfusi darah
Jika terjadi gagal nafas perlu untuk dipikirkan dipasang tracheostomy.
Unit terkait :
1. Instalasi Farmasi
2. Instalasi Laboratorium
Dokumen terkait :
Formulir / lembaran catatan medis
33
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN RABIES
PENGERTIAN :
1. Rabies adalah penyakit menular akut susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies,
menyerang hewan berdarah panas atau manusia dengan masa inkubasi 2 – 16 minggu sampai 1
tahun.
2. Tanda-tanda :
Nyeri tekan pada daerah gigitan karena neuritis
Takut pada suara keras dan cahaya.
TUJUAN :
Dapat melakukan pengelolaan penderita rabies atau diduga tertular virus rabies.
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
1. Cuci luka bekas gigitan dengan air sabun atau olesi dengan cuka ( untuk membunuh virus rabies ).
Beri alkohol 40 – 70 %.
2. Beri yodium tinctur atau larutan yang mengandung quartenary 0,1 %.
3. Luka gigitan jangan dijahit kalau tidak perlu sekali, bila harus dijahit maka sekitar luka dianjurkan
diberikan serum anti rabies.
4. Berikan Anti Rabies Serum ( ARS ) dengan dosis 40 unit / kg BB IM serum ini kurang darai 72 jam
sesudah gigitan. ARS diberikan pada luka :
Letak luka di muka, leher dan kepala ( dekat otak ) dan di jari tangan ( banyak saraf ).
Luka gigitan besar tanpa memandang letak luka.
5. Berikan ATS 1500 IU ( dewasa ) dan 750 IU ( anak-anak ) IM.
6. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
7. Pemberian vaksin anti rabies ( VAR ): diberikan selama 14 kali setiap hari @ 2 ml SC, di perut sekitar
pusat. Untuk anak kurang darai 3 tahun, berikan 1 ml setiap hari selama 14 kali.
8. Bila berupa luka tusuk : lakukan insisi silang, cuci luka dengan perhidrol 0,3 % dan bilas denga
boorwater cauterisasi asam nitrat ( efektif ) membunuh virus rabies walaupun luka lebih dari 24
jam.
Unit terkait :
1. Instalasi Farmasi
2. Instalasi Laboratorium
Dokumen terkait :
Formulir / lembaran catatan medis
34
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN KEJANG PADA ANAK
PENGERTIAN :
Kejang merupakan tanda adanya gangguan pada susunan syaraf pusat yang disebabkan lepasnya
muatan listrik secara berlebihan. Kejang yang terjadi pada anak biasanya adalah kejang demam
sementara.
TUJUAN :
1. Menghentikan kejang secepatnya.
2. Mempertahankan fungsi vital.
3. Mencegah trauma saat kejang.
4. Menenangkan keluarga.
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
1. Pasien datang di IRDA dengan kejang, segera tidurkan di tempat tidur non bedah, longgarkan
pakaian dan pasang tounge spatel yang dibungkus verband di diantara diantara gigi anak untuk
mencegah lidah tergigit.
2. Lakukan alloanamnesa dengan keluarga / pengantar yang dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan.
3. Berikan injeksi Diazepam IV, dengan dosis : 0,3 – 0,5 mg / kg BB atau
4. Diazepam per rectal dengan dosis : BB 1 – 10 kg : 5 mg, BB 10 kg : 10 mg
5. Jika anak panas berikan obat penurun panas dengan paracetamol atau kompres dingin.
6. Bila kejang tidak berhenti ( tidak ada respon ) berikan phenoberbital IV atau IM dengan dosis 5
mg / kg BB.
7. Jika ada respon, tetapi kejang berulang ulangi pemberian diazepam dengan dosis sama.
8. Jika kejang berhenti, maka diberikan phenoberbital IM dengan dosis : neonatus 30 mg, umur 1
bln – 1 th = 50 mg, lebih dari 1 th = 75 mg.
9. Lengkapi catatan medis setelah kejang dapat diatasi.
10. Jika diperlukan rawat inap, segera carikan tempat di ruangan dan konsultasikan dengan dokter
spesialis anak.
11. Jika rawat jalan, beri resep sesuai dengan kebutuhan, jelaskan mengenai apa yang harus
dilakukan jika anak kejang lagi.
Unit terkait :
1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Farmasi
Dokumen terkait :
Formulir / lembaran catatan medis
35
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN KESADARAN MENURUN
PENGERTIAN :
Pasien dengan kesadaran menurun adalah pasien yang dengan berbagai jenis rangsangan tidak dapat
memberikan respon yang adekuat
Derajat kesadaran dinilai dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
TUJUAN :
Agar pasien dengan derajat kesadaran yang menurun mendapat perawatan yang adekuat sehingga
dapat terhindar dari kesakitan atau kematian lebih lanjut
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
1. Bebaskan jalan napas ( Dok YM/IGD/M/002)
2. Jika napas tidak adekuat, lakukan bantuan napas (Dok YM/IGD/M/004)
3. Nilai nadi carotis, jika tak teraba segera lakukan pijat jantung luar
4. Pasang EKG monitor, nilai irama yang tergambar, lakukan penatalaksanaan sesuai Prosedur
Tetap yang sesuai
5. Jika nadi carotis teraba, lakukan pemeriksaan tanda vital lebih lanjut: tekanan darah, denyut
nadi, frekwensi napas, derajat kesadaran, dan kadar gula darah
6. Pasang IV line dengan cairan yang sesuai dengan keadaan klinis pasien
7. Jika ada resiko terjadi aspirasi akibat refleks batuk tak adekuat, pasang naso gastric tube
8. Jika diperlukan, lakukan pemeriksaan laboratorium & radiologis untuk membantu menegakkan
diagnosa
9. Observasi keadaan pasien, jika stabil rujuk ke RSU
Unit terkait :
Instalasi Rawat Jalan
Dokumen terkait :
- Formulir / lembaran catatan medis
- Handbook of Advanced Cardiac Life Support
36
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
CARA PEMBUATAN EKG
PENGERTIAN :
Rekaman ECG adalah suatu tindakan untuk membuat rekaman jantung guna mengetahui apakah ada
kelainan pada jantung sehingga memudahkan untuk mendiagnosa serta pengobatannya.
TUJUAN :
Dapat membuat rekaman ECG sesuai dengan prosedur sehingga hasil rekaman ECG dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
1. Jelaskan pada penderita atau keluarga penderita maksud dan tujuan pemeriksaan ECG.
2. Tidurkan penderita dengan nyaman dan tenang.
3. Siapkan alat dan masukkan kertas ECG pada tempatnya.
4. Lepaskan benda-benda yang mengandung logam dari badan penderita.
5. Berikan jelly pada badan pasien yang akan dipasang elektroda.
6. Pasang elektroda.
Bagian ekstrimitas :
Warna merah : tangan kanan
Warna kuning : tangan kiri
Warna hitam : kaki kanan
Warna hijau : kaki kiri
Enam buah cup atau elektroda dipasang :
V1 warna merah : sela iga ke 4 sternal kanan
V2 warna kuning : sela iga ke 4 sternal kiri
V3 warna hijau : antara elektroda V2 dan elektroda V4
V4 warna coklat : sela iga ke 5 garis mid klavikula kiri
V5 warna hitam : setinggi elektroda V4 aksilaris anterior kiri
V6 warna ungu : setinggi elektroda V5 garis aksilaris media kiri
7. Nyalakan alat denga menekan tombol “ ON / OFF “, tekan tombol “ Filter “
8. Tekan tombol “ RUN “, kita buat sadapan dari lead I sampai V6. Bila dalam rekaman grafik tampak
tidak jelas ( ada fibril atau flet atau yang lainnya ) ulangi lead yang sedang direkam.
9. Setelah selesai matikan alat dengan menekan tombol “ OFF “ bereskan alat, bersihkan jelly yang
menempel di kulit penderita.
Unit terkait :
1. RANAP
2. RAJAL
Dokumen terkait :
- Catatan Medis
37
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
CARA PENGGUNAAN GLUKOMETER
PENGERTIAN :
Alat glukometer adalah suatu alat yang digunakan untuk pemeriksaan gula darah pada penderita, yaitu
pemeriksaan gula darah sewaktu.
TUJUAN :
Dapatmelakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan alat glukometer dengan benar
sehingga hasil pemeriksaan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
1. Jelaskan pada penderita atau keluarga penderita maksud dan tujuan pemeriksaan.
2. Siapkan alat yang diperlukan: kapas alkohol, jarum insulin / thin lancets, optium point of care, alat
glukometer, stick.
3. Ambil alat glukometer dari tempatnya, masukkan thin lancets pada stick dan masukkan optium
point of care pada alat glukometer sesuai dengan posisinya.
4. Akan muncul angka pada layar glukometer “ 8.8.8 “ setelah itu muncul tulisan “ Lot / “ dilanjutkan
dengan angka sesuai dengan kalibrasi pada optium point of care. Setelah itu muncul tulisan “ Apply
blood “
5. Ambil darah kapiler ( jari 2,3,4 ) yang sebelumnya jari didesinfektan dengan kapas alkohol dengan
menusuk jari dengan stick.
6. Darah yang keluar diteteskan pada ujung optium point of care dan tungu selam 20 detik maka akan
muncul dalam layar glukometer kadar gula darah sesaat dalam satuan ml/dl.
7. Setelah selesai melakukan pemeriksaan, bersihkan dan simpan alat sebagaimana mestinya.
8. Hasil dilaporkan kepada dokter dan dicatat dalam rekam medik penderita.
Unit terkait :
1. RANAP
2. RAJAL
3. Instalasi Laboratorium
Dokumen terkait :
Formulir catatan medik
38
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN KEDARURATAN MATA
PENGERTIAN :
Kedaruratan mata adalah suatu keadaan dimana mata akan terancam kehilangan fungsi penglihatan
atau terjadi kebutaaan apabila tidak segera dilakukan tindakan ataupun pengobatan, hilangnya fungsi
penglihatan atau kebutaan dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab, seperti penyakit mata,
trauma mata, penyakit sistemik lainnya.
TUJUAN :
Dapat mengelola pasien dengan kedaruratan mata sehingga dapat dihindarkan dari ancaman kebutaan
serta mampu mempersiapkan pengobatan definitif lainnya.
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
A. Pembagian kedaruratan mata
1. Sangat gawat
Luka bakar kimia ( trauma alkai, trauma asam )
Okulasi arteri retina sentral
2. Gawat
Laserasi kelopak mata
Erosi kornea
Benda asing di kornea
Hifema
Trauma tajam / tembus bola mata
Gloukoma akut
3. Semi gawat
Konjunctivitis gonorhoe
Perdarahan retino bulber
Ophtalmia simpatika
B. Pelaksanaan
1. Pasien datang segera tidurkan dan lakukan auto-alloanamnesa dengan lengkap
2. Setelah dilakukan pemeriksaan mata, periksa juga keadaan umum dan tanda-tanda vital
3. Penanganan pada truma kimia :
Segera lakukan irigasi dengan air atau garam fisiologis selama 30 menit dengan air sebanyak
2000 ml ( irigasi dilakukan lebih lama lebih baik )
Jika mungkin periksa pH air mata dengan kertas lakmus ( pH normal 7,3 )
Berikan antibiotik dan lakukan debridement untuk mencegah infeksi
Berikan siklopegik untuk mencegah iritis
Vitamin C diberikan untuk pembentukan jaringan
4. Jika perlu tambahkan analgetik
39
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN KEDARURATAN MATA
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
Unit terkait :
1. RAJAL
2. Instalasi Farmasi
3. Instalasi Laboratorium
Dokumen terkait :
Formulir catatan medik
40
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN STROKE AKUT
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
PENGERTIAN :
Stroke adalah syndrome klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit
neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan
kematian, dan disebabkan karena gangguan peredaran darah otak non traumatic. Klinis Stroke Akut:
1. Kelumpuhan wajah atau hemiparesis.
2. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
3. Perubahan mendadak status mental (confuse, delirium, letargi, stupor, koma)
4. Afasia sensorik / motorik
5. Disartria
6. Hemianopia, diplopia
7. Ataksia (trunkal / anggota badan )
8. Vertigo, mual, muntah, nyeri kepala
Penyebabnya:
1. Infark Otak
- Emboli kardiogenik (AF, trombus mural, penyakit katup, endokarditis)
- Emboli paradoksal (foramen ovale paten)
- Emboli arkus aorta
- Aterotrombotik
- Oklusi arteri perforans kecil
2. Perdarahan Intra Serebral
- Hipertensi
- AVM
- Angiopati amiloid
3. Perdarahan Sub Arakhnoid
4. Penyebab lain yang dapat menyebabkan infark dan perdarahan: trombosis sinus dura, diseksi
arteri karotis, vaskulitis, migren, hiperkoagulasi, kelainan hematologi, dll.
Diagnosis ditegakkan dengan mengadakan anamnesa & pemeriksaan fisik sesuai gejala dan tanda yang
diakibatkan sesuai dengan daerah yang mengalami gangguan peredaran darah otak.
TUJUAN :
Untuk mengurangi resiko kecacatan dan kematian yang diakibatkan gangguan peredaran darah otak.
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
1. Bebaskan jalan napas (Dok YM/IRDA/M/PJN/ 002) .
2. Jika napas tak adekuat, lakukan bantuan napas (Dok YM/IRDA/M/BP/003).
3. Pasang IV line dengan NaCl 0,9% untuk 20 ml/jam.
4. Pasang NGT terutama pada pasien dengan penurunan kesadaran.
5. Rekam EKG.
6. Ambil materi pemeriksaan laboratorium untuk darah lengkap, kimia darah, PT/PTT.
41
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN STROKE AKUT
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
Gula darah
Reduksi ++++ ( GD - 300 ) insulin
Reduksi+++ ( GD 250 - 300 ) insulin
Reduksi ++ ( GD 200 300) insulin
Reduksi +/- ( GD - 200 ) insulin
Kelainan jantung
Tergantung jenis kelainannya
Suhu tubuh
Penurunan suhu tubuh jika tinggi dengan cooling surface
Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Manitol 250 cc/4 jam.
42
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN STROKE AKUT
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
Unit terkait
1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Farmasi
3. Insatalasi Laboratorium
Dokumen Terkait:
Catatan Medis
43
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN STATUS EPILEPTIKUS
PENGERTIAN :
“ Status Epilepticus “ menurut the international Classification of Epilepticus Scizures 1981 adalah kejang
yang terjadi secara terus menerus dalamkurun waktu yang cukup lama atau denga frekuensi yang
berulang dan tidak terjadi perbai\kan diantara kejang tersebut. Status Epilepticus juga dapat diartikan
apabila kejang yang terjadi dengan menunjukkan tiga serangan tonik – klonik beturut-turut atau lebih
dalam waku yang singkat atau dalam hal serangan yang parsial apabila periode serangan berlangsung 30
menit atau lebih.
TUJUAN :
Dapat melakukan penanganan pasien di IRDA dengan kasus status epilepticus sesuai dengan prosedur
yang ada.
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
A. Klasifikasi
1. Tipe konvulsi
a) Parsial : Somatomotor
b) Umum : Tonik-klonik, Mioklonik, Sindroma lance adams
2. Tipe Non Konvulsi
a) Parsial : Temporal Afasia Epileptik
Frontal Absans ( petit Mal )
b) Umum : tidak ada
3. Serangan palsu
A. Faktor Pencetus
1. Minum obat tidak tertur
2. Penghentian obat secara mendadak
3. Gejala “ withdrawal “, peminum alkohol / pecandu obat penenang
4. Infark sistemik, gangguan metabolik dengan akibat gangguan keseimbangan elektrolit atau
azotemia dan sejenisnya.
5. Anak-anak : penyakit demam sistemik non spesifik akan membawa ke arah pencetus status
epilepticus.
B. Diagnosa Diferensial
Kejang yang disebabkan oleh penyakit lain, misalnya :
1. Trauma otak
2. Trauma kepala
3. Abses otak
4. Infark otak
5. Meningitis
6. Enchepalitis
44
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN KOMPLIKASI AKUT DM
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
PENGERTIAN:
Komplikasi Akut Diabetes Melitus adalah keadaan darurat pada pasien Diabetes Melitus
yang harus mendapatkan pengobatan yang cepat dan adekuat.
Terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Ketoasidosis Diabetik
Gejala : polidipsi, poliuri, rasa lemah, anoreksia, mual, muntah, gangguan sensorik,
pernapasan Kussmaul, sampai dengan koma.
Pemeriksaan Fisik :
- Hipotermi, jika panas biasanya ada infeksi.
- Hiperkapnia / Pernapasan Kussmaul.
- Takikardia dengan tekanan darah yang masih normal, kecuali pada keadaan dehidrasi
berat.
- Turgor kulit menurun tergantung dari beratnya dehidrasi.
- Hiporefleksia.
- Hipotonia, stupor, koma, gerak bola mata tak terkoordinasi, pupil melebar
Pemeriksaan Laboratorium:
- Glukosa serum > 300 mg/dl
- Keton > 3mMol/l
- BGA asidosis metabolik pH < 7,3 dengan HCO3 < 15 mEq/lt
- Elektrolit : Natrium. Kalium dapat rendah, normal atau tinggi
- BUN 20-30 mg/dl
- Lekosit > 15.000/ml
- Amilase serum meningkat
2. Koma Non Ketotik Hiperosmolar
Gejala : polidipsi, poliuri, BB menurun, rasa lemah, perubahan kesadran sampai koma.
Pemeriksaan Fisik :
- Tanda-tanda dehidrasi berat
- Defisit neurologis: penurunan kesadaran, hemiparese, hiperrefleksia unilateral,
arefleksia, gangguan kesadaran
Pemeriksaan Laboratorium :
- Glukosa serum 600-2000 mg/dl
- BUN meningkat
- Kalium defisit 5 mEq/kg
- BGA asidosis metabolik ringan
3. Asidosis Laktat
Pemeriksaan Laboratorium :
- BGA pH<7,35 dengan laktat > 7mM
TUJUAN:
Agar kesakitan dan kematian yang dapat ditimbulkan oleh komplikasi Diabetes melitus dapat
dicegah sejauh mungkin.
45
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN KOMPLIKASI AKUT DM
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
PROSEDUR:
1. Bebaskan Jalan Napas (Dok YM/IGD/M/02)
2. Jika napas tak adekuat, lakukan bantuan napas (Dok YM/IGD/M/04)
3. Jika pasien dalam keadaan shock atasi shocknya (Dok YM/IGD/M/ 06)
4. Pasang monitor EKG, NGT, kateter urin.
5. Lakukan pemeriksaan laboratorium: glukosa serum & elektrolit.
6. Segera Rehidrasi pasien dengan NaCl 0,9% sebanyak 1 liter dalam 30-60 menit selanjutnya 1
liter dalam 30-60 menit berikutnya, jika dalam keadaan hipovolemi dapat diberikan 1-2 liter lagi,
pada keadaan shock dapat diberikan cairan koloid.
7. Jika K<6 mMeq/lt berikan K sebanyak 10-30 mEq/jam, jika K<3,5 mEq/lt berikan 60-80 mEq/jam,
pantau kadar K tiap 2 jam.
8. Pemberian Bicarbonat Natricus pada hiperkalemi berat, hipotensi, gagal jantung kiri, pH<7 dan
HCO3>5 meq/lt, koma dalam sebanyak 50-100 mEq dalam 500-1000 cc NaCl 0,9% selama 1-2
jam.
9. Pemberian insulin pada pasien Ketoasidosis Diabetik:
- Pada pasien sadar : 0,3-0,4 unit/kg, setengahnya subkutan setengahnya IV bolus.
- Pada pasien tak sadar : 7 unit/jam/IV.
10. Konsultasikan ke dokter penyakit dalam
Unit Terkait:
Instalasi Farmasi
Dokumen terkait:
Catatan Medis
46
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN PENDERITA PSIKIATRI
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
PENGERTIAN :
Kegawatdaruratan psikiatri adalah kondisi psikiatri yang memerlukan intervensi atau terapi segera dan
intensif agar tidak mengancam keselamatan jiwa penderita, lingkungan / membuat lebih parah penyakit
yang dideritanya.
TUJUAN :
Dapat melakukan pengelolaan terhadap kegawatdaruratan psikiatri sesuai dengan prosedur sehingga
dapat dihindarkan dari kondisi yang buruk dan mencegah orang lain terancam keselamatannya.
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
A. Macam kegawatdaruratan psikiatri
1. Gaduh gelisah
2. Tentamen Suicidum / percobaan bunuh diri
3. Keadaan-keadaaan lain seperti : intosikasi / sindrom ketergantungan zat adiktif, anoreksia
nervosa.
B. Pelaksanaan
1. Gaduh gelisah
Pasien di IRDa debngan kasus psikiatri gaduh gelisah, hadapi pasien dengan meyakinkan dan
petugas harus tenang tetapi waspada, coba tentramkan pasien dan keluarga dengan kata-
kata.
Jika pasien diikat bila memungkinkan lepas ikatan dan pen]gangi oleh beberapa orang dan
lakukan anamnesa serta pemeriksaan fisik. Cari kemungkinan sindrom otak organik.
Berikan suntikan neuroleptikum dosis efektif tinggi IM untuk mengendalikan psikomotor
yang meningkat dapat menggunakan Chlorpromazine HCL 50 mg – 1000 mg IM.
Jika tidak tersedia Chlorpromazine HCL, dapat menggunakan Neuroleptik dosisi efektif
rendah ( bisa menggunakan anetensol, haloperidol ). Catatan Neuroleptik dosis efektif tinggi
: hipotensi postural ( hati-hati pada lansia ), jika pasien sudah tenang, jangan langsung
berdiri duduk dulu beberpa menit.
Jika tidak ada neuroleptik dapat menggunakan anxiolitik seperti diazepam.
Konsultasi dengan dokter spesialis psikiatri.
2. Tentamen Suicidum / percobaan bunuh diri
Definisi : segala perbuatan seseorang yang dapat mengakhiri hidupnya denga cara yang singkat.
Pasien datang dengan percobaan bunuh diri segera baringkan ke tempat tidur tindakan ,
segera lakukan tindakan penyelamatan jiwa sesuai dengan kasus yang dihadapi.
Lakukan anamnese dan pemeriksaan fisik yang lengkap.
Penanganan dari segi psikiatri, usahakan sesorang untuk mengatasi masalah hidupnya,
menyelesaikan frustasi / konfliknya, hindarkan keadaan yang tidak menyenangkan /
pernyataan marah dengan tujuan untuk mendapatkan keadaan tidur, tenang dan damai.
Konsultasi dengan dokter penyakit dalam / bedah dan dokter spesialis jiwa.
47
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN PENDERITA PSIKIATRI
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
Unit terkait :
1. Instalasi Farmasi
2. Instalasi Laboratorium
Dokumen terkait :
1. Formulir / lembaran catatan medis
48
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN PERSALINAN NORMAL
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
TUJUAN :
Memberikan pelayanan secara optimal pada penderita di IRDA yang ada dalam keadaan inpartu kala II.
KEBIJAKAN :
SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02/RSBN/XI/2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA Bunda Noni.
PROSEDUR :
A. Persiapan
1. Ibu
Peralatan partus
Oksigen
Obat-obatan
2. Anak
Penghisap lendir
Resusitasi
Oksigen
Obat-obatan
3. Konsultasi : dokter ahli obstetry dan gynecologi
B. Tindakan
1. KALA II
Kala II adalah kala pengeluaran oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengejan janin didorong
keluar sampai lahir.
Prosedur:
Vulva hiegene
Episiotomi bila perlu
Pimpin ibu untuk mengejan sampai sub occiput di bawah sympisis ( pada letak belakang
kepala )
Lakukan perasat Ritcher sampai seluruh kepala lahir
Lakukan pengusapan muka , mata, hidung dan mulut . Cari lilitan tali pusat pada leher bayi
bila ada potong , lakukan ekstrasi badan. Nilai Apgar Score pada menit ke-1, menit ke-5 dan
menit ke-10
Hisap lendir untuk membersihkan jalan napas, lakukan pemotongan tali pusat. Rawat tali
pusat, lakukan menetak dini kurang lebih 10 menit pada payudara kanan dan kiri. Pasang
identitas yang sama pada bayi dan ibunya.
Observasi keadaan bayi.
2. KALA III
Definisi : kala III adalah kala dimana plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
Tindakan :
Berikan rasa aman pada ibu
Tampung perdarahan kala III
49
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN PERSALINAN NORMAL
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
Perhatikan keadaan umum ibu, kontraksi uterus, tinggi fundus uterus, keadaaan kandung
kemih dan bila penuh katerisasi
Periksa pelepasan plasenta dengan perasat Kustner
Bila telah lepas lahirkan plasenta
Tahan fundus uteri sampai kontraksi keras
Periksa plasenta
3. Kirim ibu ke ruang rawat inap dan kirim bayi ke kamar bayi
4. Jika terjadi kegawatan, atasi kegawatan lakukan konsultasi dengan dokter ahli kebidanan dan
kandungan
Unit terkait :
1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Bedah Sentral
Dokumen terkait :
Formulir / lembaran catatan medis
50
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN PERSALINAN TIDAK NORMAL
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
PENGERTIAN :
Persalinan Pada :
1. Kala I : Plasenta previa, Solutio plasenta, Distosia, ancaman rupture uteri.
2. Kala II : Ruptur uteri, partus macet, gawat janin, dll.
3. Kala III : perlukaan jalan lahir, ruptur uteri, plasenta inkarserata, plasenta adhesiva, perdarahan
lebih dari 500 cc dengan anemia ( HB < 8 gram% )
4. Kala IV : Atonia uteri, perlukaan jalan lahir, sisa plasenta, ruptur uteri.
TUJUAN :
Memberikan pelayanan secara optimal pada penderita di IRDA yang ada dalam keadaan inpartu.
KEBIJAKAN :
1. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
1. Berikan oksigen bila perlu
2. Pemberian cairan parenteral
3. Uterotonika untuk tindakan
4. Konsultasi dengan dokter ahli kebidananan dan kandungan
5. Segera kirim ke ruang bersalin atau IBS
Unit terkait :
1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Ruang Bersalin
Dokumen terkait :
- Formulir / lembaran catatan medis
51
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN PASIEN TIDAK AKUT TIDAK GAWAT
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
PENGERTIAN :
- Pasien Gawat Darurat adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
- Pasien Gawat Tidak Darurat adalah pasien yang berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
- Pasien Darurat Tidak Gawat adalah pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak
mengancam nyawa, misalnya luka sayat dangkal.
- Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat adalah pasien di luar kriteria tersebut di atas, mialnya ulkus
tropikum, TBC kulit, dll.
TUJUAN :
Agar semua pasien mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan keadaan penyakitnya.
KEBIJAKAN :
1. Kep.Men.Kes. RI No: 0701/YAN MED/RSKS/GDE/VII/1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
1. Pasien datang di IRDA RSIA Bunda Noni
2. Dilakukan Triage oleh petugas untuk menentukan derajat kegawat-daruratan pasien.
3. Untuk pasien-pasien yang termasuk kriteria Tidak Gawat dan Tidak Darurat, yang datang pada
pukul 07.00 – 20.00 dipersilahkan ke bagian Poliklinik Umum untuk mendapat pelayanan lebih
lanjut.
4. Untuk pasien-pasien yang termasuk kriteria Tidak Gawat dan Tidak Darurat, yang datang pada pukul
20.00 – 07.00 akan dilayani setelah petugas melayani pasien dengan keadaan penyakit lebih gawat
dan atau lebih darurat.
5. Pasien-pasien yang termasuk dalam ad. 4 dicatat oleh petugas sebagai data False Emergency dan
dilaporkan tiap bulan kepada Kepala IRDA.
Unit terkait :
1. Instalasi Rawat Jalan bagian Poliklinik Umum
2. Instalasi Rekam Medik
Dokumen terkait :
1. Laporan Bulanan Data False Emergency IRDA
52
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN PASIEN AKUT GAWAT
PENGERTIAN :
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam jiwanya atau
anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
Kriteria akut dan gawat:
1. Terdapat kerusakan atau kegagalan dari satu sistem / organ di bawah ini :
a) Susunan syaraf pusat
b) Pernafasan
c) Kardiovaskuler
d) Hati
e) Ginjal
f) Pancreas
2. Kegagalan atau kerusakan sistem tersebut dapat disebabkan oleh :
a) Trauma / cidera
b) Infeksi
c) Degenerasi
d) Keracunan
e) Asfiksia
f) Excessive loss of water and alectrolyte
g) Dan lain-lain
TUJUAN :
Mencegah kematian dan cacat pada penderita gawat darurat, sehingga dapat hidup dan berfungsi
kembali kedalam masyarakat sebagaimana mestinya. Keberhasilan penanggulangan penderita
ditentukan oleh:
Kecepatan ditemukannya penderita
Kecepatan meminta pertolongan.
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
1. Tentukan
Sadar atau tidak sadar
Bernafas atau tidak
Denyut nadi karotis teraba atau tidak
2. Jika terdapat satu atau lebih dari ketiga pokok masalah di atas, maka lakukan :
a) A= Airway ( menguasai jalan nafas )
Menguasai posisi jalan nafas
Tanpa alat :
Ekstensi kepal topang leher
Ekstensi kepala topang dagu
Perasat tiga cara
53
Rumah Sakit PROSEDUR TETAP
Ibu dan Anak PENANGANAN PASIEN AKUT GAWAT
Tanpa alat
Perasat jari menyilang
Hentakan dengan tangan
Hentakan daerah perut
Dengan alat
Menghisap lendir / suction
b) B= Breathing ( membuat nafas buatan )
Tanpa alat
Dari mulut ke mulut
Dari mulut ke hidung
Dengan alat
Dari mulut ke mulut
Dari alat ke mulut
Dari alat ke alat
c) C= Circulation ( membuat agar ada aliran darah )
Dengan pijatan jantung luar
f) F= Fibrilaton
Bila terjadi VT / VF
54
Rumah sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PENANGANAN PASIEN AKUT GAWAT
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
g) G= Gauging
Penilaian kesadaran pasien, menentukan tindakan pasien selanjutnya atau menghentikan RJP.
h) H= Human Mentation
Resusitasi otak
i) I= Intensif Care
Pengelolaan untuk dirawat intensif di ICU.
Dokumen terkait :
55
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PEOSEDUR TETAP
PEMAKAIAN BED SIDE MONITOR
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
PENGERTIAN :
Adalah tata cara / urutan pengoperasian mesin monitor dengan baik dan benar.
TUJUAN :
1. Menjalankan mesin bed side monitor supaya dapat digumakan dengan baik dan benar dengan hasil
yang akurat.
2. Mencegah kerusakan alat akibat kesalahan dalam pengoperasiannya.
3. Menjaga alat agar selalu dlam kondisi baik dan siap pakai.
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
1. Hubungkan kabel dengan stop kontak
2. Pasang manset pada pasien sesuai dengan kondisi.
3. Pasang oksimetri pada ujung jari pasien berlawanan dengan pemasangan manset.
Untuk pengukuran tekanan darah
Tekan power
Tekan monitor set up
Tekan chanel sesuai dengan kategori pasien
Tekan modul set up
Cari NBP kemudian tekan sesuai dengan standar
Tekan start untuk tensi
Tekan main screen
Untuk nadi
Tekan monitor set up
Tekan chanel kategori pasien untuk mencari pulse sampai keluar pulse
Tekan main screen
Untuk saturasi
Tekan monitor set up
Tekan channel sesuai dengan standar
Setelah saturasi keluar tekan main screen
4. Bila sudah selesai digunakan, tekan power off dan gulung manset, oksimetri dengan rapi dan
cabut stop kontak. Kembalikan alat pada tempatnya.
Unit terkait :
1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Bedah Sentral
Dokumen terkait :
Formulir catatan medis IRDA
56
Rumah Sakit
Ibu dan Anak PROSEDUR TETAP
PEMAKAIAN NEBULIZER
Ditetapkan
Direktur Utama
Tanggal Terbit
PROSEDUR TETAP
01 November 2014
PENGERTIAN :
Adalah memberikan terapi secara inhalasi.
TUJUAN :
1. Menjalankan mesin nebulizer supaya dapat
digunakan dengan baik dan benar dengan hasil yang akurat.
2. Mencegah kerusakan alat akibat kesalahan
dalam pengoperasiannya.
3. Menjaga alat agar selalu dlam kondisi baik dan
siap pakai.
KEBIJAKAN :
1. Kep. Men. Kes. RI. No 0701 / Yan Med / RSKS / GDE / VII / 1997 Tentang Pelayanan Gawat
Darurat.
2. SK. Direksi RSIA Bunda Noni No 02 /RSBN / XI / 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan IGD RSIA
Bunda Noni.
PROSEDUR :
a. Persiapan pasien
- Menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang dilakukan.
b. Persiapan alat
- Mesin nebulizer
- Obat – obatan yang dipakai
Cara kerja :
1. Periksa alat nebulizer setiap hari (pagi hari)
harus berfungsi dengan baik.
2. Hubungkan masing – masing bagian dari
nebulizer
3. Masukkan obat ke dalam alat hisap
4. Hubungkan alat dengan listrik
5. Gunakan alat hisap baik menggunakan sungkup
6. Hisap uap dengan inspirasi dalam masuk ke
dalam tenggorokan
7. Bila sudah selesai alat dimatikan. Cuci dan
sterilkan alat penghisap
8. Simpan di tempat dalam keadaan baik dan siap
dipakai kembali
UNIT TERKAIT :
Instalasi Farmasi
DOKUMEN TERKAIT :
Lembaran catatan medis
57
58