Proposal Andrian Isi 1.2
Proposal Andrian Isi 1.2
Oleh :
ANDRYAN OKTAVIANUS SIPANGKAR
NIM: 2015.C.07a.0684
Oleh:
ANDRYAN OKTAVIANUS SIPANGKAR
NIM. 2015.C.07a.0684
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ii
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA TULIS DAM BEBAS PLAGIASI
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing I Pembimbing II
iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI
PANITIA PENGUJI:
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan
v
PENGESAHAN SKRIPSI
Mengetahui,
vi
MOTTO
Something that has not been done often seem impossible, we just believe that we
have managed to do well.
Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin
kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan anugerah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Mengenai Diet Rendah Purin Terhadap
Tingkat Pengetahuan Lansia Dalam Pencegahan Dan Penanganan Gout
Arthritis Di Posyandu Eka Harapan Kelurahan Pahandut Palangka Raya.”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
keperawatan pada jenjang Sarjana Keperawatan di STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
Selama penyusunan skripsi ini peneliti banyak dibantu dan peneliti ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1) Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd, M.Kes. selaku Ketua STIKes Eka Harap
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada peneliti untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan.
2) Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan yang telah memberikan dukungan serta bimbingan berupa saran,
arahan, dan waktunya dalam penyelesaian skripsi ini.
3) Karmitasari Yanra Katimenta, Ners, M.Kep. selaku Ketua Penguji skripsi
yang telah memberikan masukan dan saran dalam pembuatan skripsi ini.
4) Ibu Putria Carolina, Ners, M.Kep. selaku pembimbing I dan Penguji skripsi
yang telah memberikan dukungan serta bimbingan berupa saran, arahan, dan
waktunya dalam penyelesaian skripsi ini.
5) Bapak Hermanto, Ners, M.Kep. selaku Pembimbing II dan Penguji skripsi
yang telah membimbing, memberikan saran dan waktunya dalam
menyelesaikan teknik penulisan skripsi ini.
6) Orangtua khususnya ibuku dan saudaraku beserta keluargaku yang selalu
memberikan dukungan dan doanya selama proses penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
7) Seluruh teman Sarjana Keperawatan Angkatan VII Tahun Ajaran 2018/2019
yang selalu memberikan semangat dan dukungan demi selesainya skripsi ini.
8) Semua pihak yang turut terlibat dalam penyusunan Skripsi ini.
viii
Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, peneliti berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama bidang
keperawatan, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN SAMPUL DALAM.......................................................................... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS DAM BEBAS
PLAGIASI.............................................................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI.................................................... v
MOTTO.................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR............................................................................................ viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiii
DAFTAR BAGAN................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
1.3 Tujuan............................................................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................... 4
1.4.1 Teoritis............................................................................................................ 4
1.4.2 Praktis............................................................................................................. 4
x
xi
5.1 Simpulan......................................................................................................... 59
5.1.1 Hasil Identifikasi Tingkat Pengetahuan Lansia Sebelum Diberikan
Pendidikan Kesehatan Diet Rendah Purin Serta Pencegahan dan
Penanganan Gout Arthritis Di Posyandu Eka Harapan Palangka Raya......... 59
5.1.2 Hasil Identifikasi Tingkat Pengetahuan Lansia Setelah Diberikan
Pendidikan Kesehatan Diet Rendah Purin Serta Pencegahan dan
Penanganan Gout Arthritis Di Posyandu Eka Harapan Palangka Raya......... 59
5.1.3 Hasil Analisa Pengaruh Pendidikan Kesehatan Mengenai Diet Rendah
Purin Terhadap Tingkat Pengetahuan Lansia Dalam Pencegahan dan
Penanganan Gout Arthritis Di Posyandu Eka Harapan Palangka Raya......... 59
5.2 Saran............................................................................................................... 60
5.2.1 Bagi Posyandu................................................................................................ 60
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan................................................................................ 60
5.2.3 Bagi Tempat Penelitian.................................................................................. 60
5.2.4 Bagi Mahasiswa............................................................................................. 60
5.2.5 Bagi Penelitian Selanjutnya............................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel. 3.1 Rancangan pre-test dan post-test, sebelum dan sesudah perlakuan... 31
xiii
DAFTAR BAGAN
Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
(17,5%) dan Papua (15,4%) (Riskesdas, 2013). Di Palangka Raya prevalensi penyakit pada
persendian berdasarkan umur < 20 tahun (4%), 20-44 tahun (35%), 45-54 tahun (24%), dan
pada usia 55-69 tahun (27%). Pada tahun 2013 penyakit persendian berada di urutan ke 3
kunjungan pasien ke Puskesmas dan sekitar 40% dari golongan umur yang menderita
penyakit persendian yaitu umur 40 tahun keatas (Dinkes Kalteng, 2015). Dan berdasarkan
data yang didapat dari puskesmas pahandut dengan dengan penyakit gout arthritis pada tahun
2015 12,8% lansia mengeluh penyakit persendian dan pada tahun 2018 mengalami
peningkatan sebesar 16,9% penyakit persendian, dan hasil survey yang saya dapat tanggal
10/05/2019 di posyandu eka harapan mayoritas lansia mengeluh penyakit persendian pada
saat malam hari dan pada pagi hari saat bangun tidur. Penelitian yang dilakukan oleh Firman
Ardhiatma (2017) Hasil Penelitian menunjukkan bahwa mempunyai pengetahuan cukup
sebanyak 8 responden (40,0%), dan setengahnya responden 10 sebanyak (50,0%)
mempunyai perilaku baik terhadap pencegahan gout arthritis. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan pengetahuan lansia tentang gout arthritis berpengaruh
terhadap perilaku pencegahan gout arthritis. Penelitian yang dilakukan oleh Zhang
(2013) menunjukkan bahwa asupan purin akut dapat meningkatkan risiko serangan gout
berulang hampir lima kali lipat pada pasien gout. Konsumsi tinggi daging dan makanan
laut berhubungan dengan peningkatan kadar asam urat serum, dan kebiasaan
mengkonsumsi daging dan makanan laut berhubungan erat dengan insiden gout pada
pada individu yang tidak memiliki riwayat gout sebelumnya.
Peningkatan kadar Asam Urat memang tidak begitu dirasakan oleh tubuh, dan
pada umumnya masyarakat terutama pada lansia mengetahui jika kadar asam urat
sudah meningkat tinggi, karena masyarakat kurang memperhatikan kesehatan, dan
apabila tidak mengalami penyakit yang di rasakan parah biasanya masyarakat tidak
mau mengecek kesehatannya ke dokter atau puskesmas terdekat. dan juga ditambah
minimnya pengetahuan tentang kesehatan tubuh. Padahal apabila masyarakat
mengetahui tentang perilaku hidup sehat seperti mengetahui apa gejala Gout arthritis,
penyebab dan solusi serta makanan apa yang menjadi pantangan, maka peningkatan
kadar Gout arthritis yang tinggi tidak akan mengalami komplikasi yang lebih buruk.
Gout arthritis mempunyai dampak negatif yang besar pada aktivitas lansia yaitu
mempengaruhi kemampuan dalam bergerak serta dalam melakukan segala aktivitas
sehari-hari. Serangan gout timbul secara mendadak dan penderita mengeluhkan
kesemutan dan linu, nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur, sendi
3
yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri luar biasa pada
malam dan pagi hari. Namun, gout cenderung akan semakin memburuk, dan serangan
yang tidak diobati akan berlangsung lebih lama, lebih sering, dan menyerang
beberapa sendi. Sehingga sendi yang terserang bisa mengalami kerusakan permanen
seperti sendi bisa menjadi bengkok atau cacat (Junadi 2012 dalam Ariani, 2014).
Solusi yang diberikan perawat yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan
tentang diet rendah purin, dengan adanya pendidikan kesehatan tersebut dapat
menambah pengetahuan lansia mengenai diet yang harus dijalani pada penderita gout
arthritis sehingga dapat mengubah perilaku lansia terutama menjaga pola makan agar
kadar asam urat dalam darah tetap normal dan meningkatkan derajat kesehatan lansia.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “apakah ada “Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan Diet Rendah
Purin Di Kelurahan Pahandut”?
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan lansia tentang diet rendah purin serta
pencegahan dan penanganan gout arthritis sebelum diberikan pendidikan
kesehatan.
4
6
7
menahun, dan umumnya setelah terjadi serangan gout berulang, sendi yang terserang
bisa menjadi bengkok atau cacat. Hamper 20% penderita gout juga mengidap batu
ginjal. Gejala lain adalah suhu tubuh badan menjadi demam, kepala terasa sakit, nafsu
makan berkurang, dan jantung berdebar (Wijayakusuma, 2012).
2.2.5 Komplikasi
Komplikasi terjadi apabila penderita gout tidak melakukan pengobatan secara
teratur. Komplikasi yang terjadi pada penderita gout yaitu (Misnadiarly, 2007 dalam
Ulfiyah, 2013).
1) Penderita akan mengalami radang sendi akut berulang dan kekambuhannya
semakin lama akan semakin sering.
2) Sendi yang sakit akan bertambah banyak.
3) Tofi (batu) yang terbentuk semakin besar bahkan bisa pecah.
4) Timbul batu pada saluran kemih bahkan menyebabkan gagal ginjal
2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk memastikan seseorang terkena gout, dapat dilakukan pemeriksaan
berikut ini (Wijayakusuma, 2012).
1) Pemeriksaan kadar asam urat di dalam darah
Kadar normal asam urat dalam darah untuk laki-laki 3,4-7 mg/dl
Kadar normal asam urat dalam darah untuk wanita 2,4-6 mg/dl
Kadar asam urat dalam darah diharapkan stabil pada sekitar 5 mg/dl
2) Pemeriksaan kadar asam urat dalam urin per 24 jam
Kadar asam urat dalam urin berlebihan jika kadarnya lebih dari 800 mg/24 jam
pada diet biasa atau lebih dari 600 mg/24 jam pada diet bebas purin.
3) Pemeriksaan cairan sendi
Merupakan pemeriksaan untuk melihat defosit kristal asam urat (monosodium
urat monohidrat) pada sendi yang mengalami peradangan.
4) Pemeriksaan sinar X
Merupakan pemeriksaan pada encok kronis untuk melihat adanya kerusakan pada
tulang dan tulang rawan.
2.2.7 Penatalaksanaan
Bagi penderita asam urat bisa mengkonsumsi obat alloppurinol karena
allopurinol bekerja menurunkan produksi asam urat dengan cara penghambatan kerja
13
purin harus dikurangi. Menurut kadar kandungan purin, jenis makanan bisa
dibedakan menjadi 3 kelompok.
1) Kelompok I
Kadar purin tinggi (100-1000 mg purin/100 mg bahan pangan). Bahan makanan
yang tergolong dalam kelompok ini seperti otak, hati, jantung, ginjal, jeroan,
ekstrak daging/kaldu, bebek, burung dara, sarden, remis, kerang, ikan teri,
alkohol, ragi, makanan yang diawetkan.
2) Kelompok II
Kadar purin sedang (50-100 mg purin/100 mg bahan pangan), seperti daging sapi,
ayam, ikan, udang, kacang-kacangan kering dan hasil olahannya seperti tahu,
tempe, asparagus, bayam, kembang kol, kangkung, daun dan buah melinjo,
buncis, dan jamur.
3) Kelompok III
Kadar purin rendah (0-<50 mg purin/100 mg bahan pangan). Golongan makanan
ini seperti nasi, jagung, mie, susu rendah lemak, telur, buah-buahan (kecuali
durian dan alpukat), dan sayuran (kecuali sayuran dalam kelompok II).
2.2.8.2 Kurangi makanan tinggi lemak
Lemak dapat menghambat pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi
makanan yang digoreng, bersantan sebaiknya dikurangi. Daging dan jeroan selain
mengandung purin tinggi keduanya juga mengandung lemak tinggi sehingga harus
dikonsumsi dalam jumlah terbatas.
2.2.8.3 Banyak minum air putih setiap hari
Mengkonsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat
melalui urin. Oleh karena itu disarankan untuk minum minimal 2,5 liter atau 8-10
gelas sehari. Cairan juga bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung
banyak air seperti semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air.
Buah durian dan alpukat sebaiknya dikurangi karena keduanya mengandung lemak
tinggi yang dapat menghambat pengeluaran asam urat sehingga meningkatkan kadar
asam urat dalam darah.
15
vitamin. Diet diberikan sampai kadar asam urat darah dan berat badan menjadi
normal (Wijayakusuma, 2006).
Protein yang berasal dari hewani dan nabati selalu mengandung purin,
walaupun kadarnya berbeda-beda. Dianjurkan untuk mengkonsumsi protein
secukupnya, tidak berlebihan dan jangan terlalu rendah agar tidak terjadi dekstruksi
jaringan tubuh. Oleh karena itu, masukan protein sehari cukup 10-15% dari total
kalori atau 0,8-1 gr/kg berat badan/hari (Dalimartha, 2003).
Adapun prinsip atau aturan diet bagi penderita hiperurisemia adalah sebagai
berikut:
1) Membatasi asupan purin
Penderita gangguan asam urat harus melakukan diet bebas purin, Namun karena
hal ini hampir tidak mungkin dilakukan karena hamper semua bahan makanan
sumber protein mengandung nukleoprotein, yang harus dilakukan adalah
membatasi asupan purin menjadi 100-150 mg purin/hari atau mengkonsumsi
protein yang kandungan purinnya cukup rendah diantaranya adalah kacang-
kacangan dalam bentuk kering seperti kacang tanah dan kacang kedelai, namun
kacang-kacangan ini sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah terbatas, yaitu 25 gram
per hari (Dalimartha, 2003; Muhammad, 2010).
2) Asupan kalori harus sesuai kebutuhan
Jumlah asupan kalori harus benar, disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan tinggi dan berat badan. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bias
meningkatkan kadar asam urat karena adanya keton bodies yang akan mengurangi
pengeluaran asam urat melalui urin (Muhammad, 2010).
3) Konsumsi lebih banyak karbohidrat
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti, dan ubi sangat baik dikonsumsi
oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam
urat melalui urin (Muhammad, 2010).
4) Konsumsi makanan rendah lemak
Lemak dapat menghambat eksresi asam urat melalui urin. Konsumsi lemak
sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori ( Muhammad, 2010).
5) Konsumsi (buah-buahan) tinggi cairan
17
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui urin.
Cairan ini dapat diperoleh melalui minuman dapat pula melalui buah-buahan
segar yang mengandung banyak air seperti semangka, melon, belimbing manis,
dan jambu air (Muhammad, 2010).
6) Menghindari alkohol serta mengkonsumsi vitamin dan mineral yang cukup untuk
mempertahankan kondisi tubuh dalam keadaan yang baik (Muhammad, 2010).
Contoh Pembagian Makanan Sehari Diet Rendah Purin
Nili Gizi
Energi : 1700 kkal
Protein : 65 gr
Lemak : 31,5 gr
Karbohidrat : 289 gr
Tabel 2.1 Contoh Pembagian Makanan Sehari Diet Rendah Purin
Pagi : Berat URT
Beras 75 gr 1 gls nasi
Telur ayam 50 gr 1 btr
Sayuran 100 gr 1 gls
Minyak 5 gr ½ sdm
Susu skim bubuk 20 gr 4 sdm
Gula pasir 10 gr 1 sdm
Pukul 10.00 :
Buah papaya 100 gr 1 ptg sdg
Siang :
Beras nasi 100 gr 1 ½ gls
Ikan 35gr 1 ptg sdg
Tempe 25 gr 1 ptg sdg
Sayuran 100 gr 1 gls
Minyak 5 gr ½ sdm
Buah papaya 100 gr 1 ptg sdg
Pukul 16.00 :
Buah pisang 75 gr 1 bh
Malam :
Beras 75 gr 1 gls nasi
Ayam tanpa kulit 35gr 1 ptg sdg
Tempe 25 gr 1 ptg sdg
Sayuran 100 gr 1 gls
Minyak 5 gr ½ sdm
Buah semangka 100 gr 1 ptg
18
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
2.4.4.3 Sosial, budaya, dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
2.4.4.4 Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu. Baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses
masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik maupun tidak, yang akan
direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
2.4.4.5 Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan
yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman
dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan
professional, serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak
dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
2.4.4.6 Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih
berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Selain itu, orang
usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal, dilaporkan
hamper tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya
perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut.
26
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan
semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
2) Tidak dapat mengejarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena
telah mengalami menuduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa
IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa
kemampuan yang lain, seperti kosakata dan pengetahuan umum. Beberapa teori
yang berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan
bertambahnya usia.
2.4.5 Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat diperoleh dari kuesioner atau angket yang
menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkat pengetahuan tersebut di atas. Sedangkan kualitas pengetahuan pada
masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan rumus dan skoring di
bawah ini:
sp
N= x 100 %
sm
Keterangan.
N = nilai pengetahuan
sp = skor yang didapat
sm = skor tertinggi maksimum
Selanjutnya, persentase jawaban dapat diinterpretasikan dalam kalimat
kualitatif dengan acuan sebagai berikut:
1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%.
2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%.
3) Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai < 55%.
27
27
28
Table 2.4 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Rendah Purin Dan Asupan Purin Pada Wanita Usia Di atas 45 Tahun Di
Puskesmas Kampung Bali Pontianak (Ridha Utami, Agustina Arundina, Delima Fajar Liana 2016)
Tindakan Yang
Populasi Penelitian Hasil Penelitian Uji Statistik Yang Digunakan
Diberikan
Seluruh lansia di Peneliti memberikan Sbagian besar responden berpengetahuan Nilai P value bernilai 0,518. Oleh
Puskesmas Kampung Bali kusioner frekuensi Diet cukeup (45,1%) dan memiliki tingkat
tinggi yaitu sebanyak 5,88%. karena nilai
Pontianak Sedangkan rendah purin pada lansi gout asupan purin rendah (45,1%). Tidak
p > 0,05, dapat Berdasarkan penelitian
Sampel penelitian arthritis terdapat hubungan (p value: 0,518) antara
yang disimpulkan bahwa tidak terdapat
sebagian lansia yang pengetahuan tentang diet rendah purin
dilakukan oleh Zhang et al, asupan
berada di Puskesmas dengan asupan purin wanita usia diatas 45
hubungan pengetahuan tentang diet purin
Kampung Bali Pontianak tahun di Puskesmas Kampung Bali
akut dapat meningkatkan risiko rendah
Pontianak. Kesimpulan. Meskipun
purin dengan asupan purin serangan gout
pengetahuan diet rendah purin tidak
berulang hampir lima pada wanita usia di
berhubungan dengan asupan purin, namun
atas 45 tahun di kali lipat pada pasien
perlu diperhatikan jika terdapat riwayat
gout.
gout pada wanita.
28
29
Keterangan
K : Lansia
O : Observasi sebelum diberikan pendidikan kesehatan
I : Intervensi (pemberian pendidikan kesehatan)
O : Observasi sesudah diberikan pendidikan kesehatan
32
Populasi
Semua lansia di Kelurahan Pahandut Palangka Raya
Sampling
Menggunakan metode purposive sampling
Sampel
Sampel yang digunakan Lansia di Posyandu Eka Harapan Kelurahan Pahandut
Informed Consent
Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating
Analisa Data
Uji Beda Wilcoxon
Bagan 3.1 Kerangka Kerja Pengaruh Pendidikan Mengenai Diet Rendah Purin
Terhadap Tingkat Pengetahuan Lansia Dalam Pencegahan Dan
Penanganan Gout Artitis Di Kelurahan Pahandut Palangka Raya.
33
Tabel 3.2 Definisi Operasional Pengaruh Pendidikan Mengenai Diet Rendah Purin Terhadap Tingkat Pengetahuan Lansia Dalam
Pencegahan Dan Penanganan Gout Artitis Di Rindang Benua.
Definisi
Nama Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasioanl
1. Variabel Kegiatan Pendidikan kesehatan meliputi. - - -
Independen menyebarkan 1) Pengertian gout arthritis
Pendidikan informasi tentang 2) Penyebab gout arthritis
kesehatan tentang diet rendah purin 3) Tanda dan gejala gout arthritis
diet rendah purin. serta diharapakan
4) Kadar gout arthritis
dapat mengubah
perilaku hidup sehat
5) Komplikasi
lansia. 6) Pencegahan
7) Diet rendah purin
2. Tingkat Kemampuan yang Tingkat pengetahuan tentang diet Kuesioner Ordinal 1) 1 = Tidak
pengetahuan diperoleh lansia rendah purin dalam pencegahan 2 = Ya
tentang penyakit melalui informasi dan penanganan gout arthritis 2) Rumus:
gout arthritis pre yang diterima. meliputi: sp
test. 1) Tahu (know) N= x 100%
sm
2) Memahami (comprehension) N : Nilai Pengetahuan
1. Pengertian gout arthritis Sp : skor yang didapat
2. Penyebab gout arthritis Sm : skor tertinggi maksimum
3. Tanda dan gejala gout 3) Kategori:
arthritis (1) Baik : bila diperoleh skor 75%-100%
4. Kadar gout arthritis (2) Cukup : bila diperoleh skor 56%-74%
5. Komplikasi (3) Kurang : bila diperoleh skor <55%
6. Pencegahan
7. Diet rendah purin
35
3.5.3 Sampling
Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi
yang ada (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini digunakan proses teknik Purposive
sampling, yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi
sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga
sampel terserbut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.6.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama
penelitian berlangsung. Lokasi penelitian dilakukan pada lansia di Posyandu Eka Harapan
Wilayah Kelurahan Pahandut.
3.6.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan Mei-Juli untuk memperoleh
data penelitian yang dilaksanakan.
3.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data
3.7.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,
2013).
Tahap pengumpulan data dimulai dari pengajuan judul proposal diterima, peneliti
mendapatkan surat izin survei pendahuluan untuk data awal penyusunan proposal penelitian
dari STIKes Eka Harap Palangka Raya kepada Kepala UPT Puskesmas Pahandut Palangka
Raya. Setelah surat diterima, kemudian disetujui untuk dilakukannya survei pendahuluan di
Wilayah UPT Puskesmas Palangka Raya. Proposal yang dibuat dan telah di accrod maka
akan dilakukan ujian proposal, proposal dinyatakan lulus dan siap untuk melanjutkan ke
tahap selanjutnya yaitu penelitian. Setelah mulai penelitian, peneliti menyeleksi responden
dengan berpedoman pada kriteria inklusi yang telah ditentukan. Kemudian peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian selama pengumpulan data dan jika responden
bersedia untuk diteliti maka responden diminta untuk tanda tangan persetujuan dengan
memberikan informed consent. Setelah mendapatkan sampel, sebelum diberikan intervensi
37
akan diberikan kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan lansia tentang penyakit
gout arthritis.
3.7.2 Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner. Kuesioner
berisi beberapa pernyataan tertutup yang langsung diajukan kepada responden. Kuesioner
dalam penelitian ini dibuat dalam dua bagian yang terdiri atas data demografi responden
dan kuesioner penyakit gout arthritis yang berjumlah 30 soal dengan jawaban Benar atau
Salah. Sebelum kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian yang
sebenarnya, terlebih dahulu kuesioner dilakukan uji coba kepada responden lain yang
memiliki karakter sama dengan karakter populasi penelitian.
3.7.2.1 Uji Validitas dan Rehabilitas
1) Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat validitas atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah
( Budiman, 2013). Uji validitas dilakukan untuk menguji validitas setiap pertanyaan
angket. Teknik uji yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment. Jika
pertanyaan tidak valid, maka pertanyaan tersebut tidak dapat digunakan. Pertanyaan-
pertanyaan yang sudah valid kemudian baru secara bersama-sama diukur
reliabilitasnya.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS melalui
tahap-tahap sebagai berikut (Susilo, 2014).
(1) Input data dalam format SPSS.
(2) Klik analisa dan pilih scale kemudian klik → di reliability analysis.
(3) Pindahkan seluruh item pernyataan pada → kotak item. Blok seluruh item
pernyataan pada kotak sebelah kiri dan pindahkan ke kotak di kanannya. Kotak
model ALPHA tetap saja.
(4) Pada kotak Descriptives for → pilih kotak kecil scale if item deleted kemudian →
continue dan OK.
(5) Out-put validitas dan reliabilitas
38
(6) Pada kolom corrected item-total correction bandingkan dengan tabel r. Apabila
lebih besar dari nilai tabel r, maka item dinyatakan valid. Apabila nilai corrected
item-total correction ada yang lebih kecil dari nilai r tabel maka item tidak valid dan
sebaiknya dikeluarkan dari instrumen penelitian. Pada nilai yang bersifat marginal
dapat dilakukan perbaikan pernyataan pada item kuisioner.
Langkah-langkah mencari nilai r table dan t table dengan mempergunakan SPSS
(Susilo, 2014).
(1) Nilai t table dicari dengan langkah: menentukan df (derajat bebas) = N (jumlah item
instrumen penelitian riset) – 2.
(2) Buka SPSS → klik data view isikan nilai df dengan N – 2 lalu → transform
selanjutnya pilih compute variable.
(3) Isikan pada kolom target variable t_0.05 pada level signifikansi 95%. Kemudian
pada kotak Numeric expression, ketik rumus IDF.T (0,95,df) OK.
(4) Maka didapat nilai t tabel.
(5) Selanjutnya untuk mencari r table, ulangi lagi dengan transform dan compute
variabel. Pada kotak target variable → ketik r_0.05 sedangkan pada kotak numeric
expression ketik rumus t_0,05/SQRT(df+t_0.05*2)
(6) Luaran nilai r yang dipergunakan sebagai cut of point uji validitas pada kuisioner.
(7) Hasil uji valid dari 30 soal yang valid menjadi 25 soal yang tidak dipake 5 soal
diileminasi
Validitas merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur ketepatan
dan kecermatan data yang diteliti. Validitas dapat diartikaan sebagai aspek kecermatan
pengukuran. Validitas tidak hanya menghasilkan data yang tepat tapi tetapi juga
memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut (Donsu, 2016)
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang barati prinsip keandalan
instriment dalam pengumpulan data. Instrument harus dapat mengukur apa yang harus
diukur. Jadi validitas disini pertama-pertama lebih menekankan pada alat
pengukuran/pengamatan (Nursalam, 2017)
Dua hal penting yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas pengukuran, yaitu
instrumen harus (1) revelensi serta (2) sasaran subjek dan cara pengukuran
1. Relevan isi instrumen
39
Isi insterumen harus disesuaikan dengan tujuan penelitian (tujuan khusus) agar dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Isi tersebut biasanya dijabarkan dalam definisi
operasional (Nursalam, 2017). Dalam penelitian ini alat ukur kuisioner disesuaikan dengan
parameter yang terdapat di definisi operasional. Dimana klasifikasi soal sudah berdasarkan
parameter pengukuran pengetahuan, yaitu pada parameter pengetahuan mengcakup diet
randah purin dan pengertian gout arthritis.
2. Relevan Sasaran subjek dan cara penukuran
Instrumen yang disusun harus dapat memberikan gambaran terhadap perbedaan
subjek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti pengetahuan lansia dengan
cara mengukur pengetahuan dengan menggunakan kuisioner.
Uji validitas dilakukan untuk menguji validitas setiap pertanyaan angket. Menurut Budiman
(2013), langkah-langkah dalam melakukan uji validitas dan reabilitas dengan menggunakan
program komputer, yaitu:
1) Masukan data ke dalam program komputer.
2) Lakukan analisa data, dengan klik Analyze, pilih Scale, pilih Reliability Analyze,
lalu masukkan semua variabel ke dalam kota Items, pada model biarkan pilihan
pada alpha, klik Option Statistics. Selanjutnya, pada bagian Descriptives for, klik
pilihan item, Scale if item delete, klik Continue, kemudian klik OK, dan selanjutnya
akan muncul hasil output dari analisa data.
3) Lakukan interpretasi dengan membandikan nilai r hitung dan r table untuk
menentukan valid atau tidak peryataan pada kuisioner. Nilai r hitung dilihat pada
kolom Conrrected item-Total Correlation. Kuisioner yang reliable dapat dilihat
dengan membandikan nilai Cronbach’s Alpha dengan r table
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan 32 responden dan menggunakan
program komputer. Nilai kolerasi tiap-tiap peernyataan tersebut dapat dikatakan signifikan
dengan melihat r tabel dan r hitung. Pertanyaan dikatakan valid apabila r hitung lebih besar
dari r table dan dikatakan tidak valid jika r hitung lebih kecil dari r table (0,28) dengan
tingkat kemaknaan 5%.
Pengumpulan data dalam uji validitas memerlukan waktu 2 hari, dari 32 sampel
kuesioner yang dilakukan peneliti di UPT Puskesmas Kayon pada Posyandu Pelangi lansia.
Uji validitas reabilitas yaitu dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service
40
Solution) for window versi 20 dengan hasil r = 0,31 untuk kuisioner pengetahuan (jika
hasilnya < 0,31 maka dinyatakan tidak valid). Hasil uji validitas kuesioner dari 30 point
pertanyaan pengetahuan 5 butir pertanyaan (P2, P15, P22, P27, P29) yang tidak memenuhi
standar validitas reabilitas pada kuesioner atau yang tidak valid. Sementara itu terdapat 25
butir pertanyaan (P1, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P12, P13, P14, P16, P17, P18,
P19, P20, P21, P23, P24, P25, P26, P28, P30) yang memenuhi standar vaiditas reablitas
pada kuesioner atau valid. Jadi peneliti mengilangkan 5 butir pertanyaan pengetahuan yang
tidak valid tersebut sehingga jumlah pertanyaan yang digunakan pada kuesioner
pengetahuan pada penelitian ini jumlahnya 25 pertanyaan.
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran tersebut tetap konsisten atau sama bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Budiman,
2013).
Pertanyaan yang sudah valid dilakukan uji reliabilitas dengan cara membandingkan r
tabel dengan r hasil. Jika nilai r hasil adalah alpha yang terletak di awal output dengan
tingkat kemaknaan 5% (0,05) maka setiap pertanyaan dikatakan valid, jika r alpha lebih
besar dari konstanta maka pertanyaan tersebut reliabel (Budiman, 2013). Nilai
reliabilitas dapat dilihat pada tabel luaran reliability statistics pada nilai Alpha
Cronbach’s (Susilo, 2014).
Menurut Budi (2006), tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur
berdasarkan skala Alpha 0 sampai 1. Apabila skala alpha tersebut dikelompokkan ke
dalam 5 kelas dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat
dipresentasikan ke dalam tabel berikut.
Tabel 3.3 Tingkat Reliabilitas berdasarkan Nilai Cronbach atau α
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 – 0,20 Kurang reliabel
> 0,20 – 0,40 Agak reliabel
> 0,40 – 0,60 Reliabel
> 0,60 – 0,80 Cukup reliabel
> 0,80 – 1,00 Sangat reliabel
Sumber: Budi (2006).
41
yaitu pemeriksaan kesehatan pada lansia dan pemberian pendidikan kesehatan serta
program senam lansia yang biasa dilakukan pada hari minggu secara rutin.
Umur
47%
53%
Jenis Kelamin
56%
Perempuan
Laki-laki
44%
Pendidikan
34%
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
66%
Chart Title
6%
34%
59%
Baik
Cukup
Kurang
9%
Baik
Cukup
Kurang
91%
4.1.3.3 Hasil Analisa Pengaruh Pendidikan Kesehatan Mengenai Diet Rendah Purin
Terhadap Tingkat Pengetahuan Lansia dalam Pencegahan dan Penanganan
Gout Arthritis di Posyandu Eka Harapan Kelurahan Pahandut Palangka Raya.
Berikut ini adalah hasil uji wilcoxon untuk melihat pengaruh pendidikan
kesehatan mengenai diet rendah purin terhadap tingat pengetahuan lansia dalam
pencegahan dan penanganan gout arthritsi di posyandu eka harapan kelurahan
pahandut palangka raya.
Tabel 4.1 Hasil Uji statistik Tingkat Pengetahuan Diet Rendah Purin Terhadap
Tingkat Pengetahuan Lansia Dalam Pencegahan dan Penanganan Gout
Arthritis di Posyandu Eka Harapan Kelurahan Pahandut Palangka Raya.
(juli 2019).
PostTest - PreTest
Z
-4,932b
Asymp. Sig. (2-tailed)
,000
Berdasarkan tabel 4.1 Dari hasil hasil uji wilcoxon responden di Posyandu Eka
Harapan didapatkan nilai p Value 0,000<0,05. Maka hipotesis H1 diterima, artinya
ada perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan.
55
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Identifikasi Tingkat Pengetahuan Lansia Sebelum Diberikan
Pendidikan Kesehatan Diet Rendah Purin Serta Pencegahan dan
Penanganan Gout Arthritis Di Posyandu Eka Harapan.
Hasil identifikasi tingkat pengetahuan lansi sebelum diberikan pendidikan
kesehatan didapat hasil dari 32 responden, yang menujukan pengetahuan kurang
sebanyak 19 responden (59%), responden yang memperoleh pengetahuan cukup
sebanyak 11 responden (35%), dan responden yang memperoleh pengetahuan baik
sebanyak 2 responden (6%).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah responden
melakukan pengindraan terhapad objek tertentu. Pengetahuan merupakan pedoman
dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) (Budiman. 2013). Faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan dan pengalaman menerima informasi.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseresponden,
makin mudah seseorang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi,
maka seseorang cenderung pernah untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain
maupun dari media massa. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat juga memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Hal ini
sesuai dengan penelitian Ardhiatma (2017) yang menunjukan tingkat pengetahuan
lansia mengenai diet rendah purin serta pencegahan dan penanganan gout arthritis
bahwa mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 8 responden (40;0%), dan
setengahnya 10 responden (50;0%) mempunyai perilaku baik terhadap diet rendah
purin serta pencegahan dan penanganan gout arthritis. Pengalaman sebagai sumber
pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan
cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh (Budiman, 2014).
Berdasarkan fakta dan teori lansia memiliki tingkat pengetahuan kurang
mengenai diet rendah purin serta pencegahan dan penanganan gout arthritis sebelum
diberikan pendidikan kesehatan yang lebih dominan yaitu kurang sebanyak, hal ini
dapat dipengaruhi karena faktor tingkat pengetahuan lansia tersebut. Karena
berdasarkan kriteria pendidikan terakhir lansia yang dominan adalah SMA. Faktor
pendidikan berpengaruh terhadap penerimaan informasi, dan nilai-nilai yang baru di
perkenalkan. Lansia di posyandu eka harapan rata-rata berusia 75-90 yang
56
menyebabkan daya ingat berkurang dan lansia di posyandu eka harapan mayoritas
pendidikan terakhir lulusan SMA.
4.2.2 Hasil Identifikasi Tingkat Pengetahuan Lansia Setelah Diberikan
Pendidikan Kesehatan Diet Rendah Purin Serta Pencegahan dan
Penanganan Gout Arthritis Di Posyandu Eka Harapan Palangka Raya.
Tingkat pengetahun lansia sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Didaptkan
bahwa dari 32 responden didapatkan hasil yaitu tingkat pengetahuan baik 29
responden (19%), tingkat penegetahuan cukup 3 responden (9%), dan tingkat
pengetahuan kurang tidak ada (0%). Data demografi responden berdasarkan keriteria
umur 45-59 tahun sebanyak 15 responden (47%), umur 60-74 tahun sebanyak 17
responden (53%).
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar yang berati dalam pendidikan
itu terjadi pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah lebih dewasa, lebih
baik, lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat (Fitriani, 2011).
Secara umum, tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau
masyarakat di bidang kesehatan. Perubahan atau tindakan pemelirahan dan
meningkatkan kesehatan dihasilkan oleh pendidikan kesehatan yang didasarkan pada
pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran, sehingga perilaku tersebut
diharpakan akan berlangsung lama dan menetap karena didasari oleh kesadaran. Usia
merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden dalam menerima
informasi hal ini karena usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga penegtahuan yang diperolehnya semakin membail (Budiman,
2014).
Pada penelitian ini terdapat kenaikan tingkat pengetahuan setelah diberikan
informasi berupa pendidikan kesehatan 3 responden diantaranya yang
pengetahuannya maisih dalam katagori cukup faktor yang mungkin penyebabnya
ialah usia reponden yang terlalu muda sehingga daya tangkapnya dan pola pikirnya
masih kurang. Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan
penelitian oleh Supiyatun (2014) bahwa tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi
umur, umur yang terlau muda maka proses berfikir seseorang masih baik dan aspek
psikologisnya matang sebaliknya apabila umur semakin tua maka proses pola
pikirnya kurang.
57
pencagahan dan penanganan dari tenaga kesehatan maupun dari media cetak atau
media elektronik. Sehingga pengetahuan responden yang sudah kurang ketika
diberikan kembali informasi terkait diet rendah purin serta pencegahan dan
penanganan gout arthritis meningkat menjadi dominan cukup responden yang
memiliki pengetahuan cukup setelah diberikan pendidikan kesehatan seetelah
dianalisa peneliti faktor yang mungkin menyebabkan informasi yang disampaikan
tidak sepenuhnya diterima karena proses berfikir responden masih kurang dan setelah
mendapatkan pendidikan kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dapat
menerapkan dikehidupan sehari-hari dan hidup sehat.
4.3 Keterbatasan
Keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti pada saat penelitian adalah pada saat
penelitian sebagian responden sibuk saat menemani anaknya, sehingga peneliti harus
menunggu responden saat ada waktu luang untuk mengisi kuisioner, dan juga
keterbatasan waktu peneliti ke ruangan berikutnya memberikan kuisioner pada
responden.
1) Saat penelitian ini ada sebagian responden yang kurang memperhatikan pada saat
peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner.
2) Saat penelitian ini sebagian responden kurang kooperatif dikarenakan sebagian
ibu ingin cepat pulang dengan berbagai alasan.
3) Saat penelitian, kendala yang dihadapi peneliti adalah rentang waktu antara uji
validitas dengan penelitian cukup lama, sehingga peneliti harus melakukan
penelitian pada saat uji valid selesai.
4) Solusi dari keterbatasan penelitian ini diharapkan pada penelitian berikut agar
lebih memperhatikan proses penelitian agar berjalan sesuai dengan harapan.
59
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Mengacu pada penelitian dan pembahasan maka hasil penelitian terhadap 32
responden yaitu lansia yang berada di Posyandu Eka Harapan Palangka Raya yang
dilakukan peneliti pada tanggal 10 juli 2019 maka peneliti dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Hasil Identifikasi Tingkat Pengetahuan Lansia Sebelum Diberikan Pendidikan
Kesehatan Diet Rendah Purin Serta Pencegahan dan Penanganan Gout Arthritis
Di Posyandu Eka Harapan Palangka Raya.
Hasil identifikasi tingkat pengetahuan diet rendah purin serta penanganan dan
pencegahan gout arthritis di posyandu eka harapan sebelum diberikan pendidikan
kesehatan didapat hasil yaitu dari 32 responden (100%) memiliki pengetahuan baik 2
responden (6%), cukup 11 responden (35%), kurang 19 responden (59%).
5.1.2 Hasil Identifikasi Tingkat Pengetahuan Lansia Setelah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Diet Rendah Purin Serta Pencegahan dan Penanganan Gout Arthritis
Di Posyandu Eka Harapan Palangka Raya.
Kesimpulan hasil penelitian antara teori dan fakta terdapat adanya kesamaan
yaitu setelah diberikan pendidikan kesehatan, tingkat pengetahuan responden menjadi
meningkat bahwa dari 32 responden setelah diberikan pendidikan kesehatan
didapatkan hasil yaitu tingkat pengetahuan baik sebanyak 29 responden (19%),
tingakat pengetahuan cukup 3 responden (9%), dan tingkat pengetahuan kurang tidak
ada (0%).
5.1.3 Hasil Analisa Pengaruh Pendidikan Kesehatan Mengenai Diet Rendah Purin
Terhadap Tingkat Pengetahuan Lansia Dalam Pencegahan dan Penanganan
Gout Arthritis Di Posyandu Eka Harapan Palangka Raya.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon di dapatkan
adanya pengaruh pendidikan kesehatan lansia tentang diet rendah purin serta
pencegahan dan penanganan gout arthritis. Nilai pre-test dan post-test responden
didapatkan nilai signifikasi p value 0,000 < 0,05 maka hipotesis H2 diterima, artinya
ada perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
60
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Posyandu
Diharapkan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan mengenai pola
hidup lansia terutama unruk diet rendah purin yang ada secara rutin, agar dapat
diketahui perkembangan mengenai diet rendah purin serta pencegahan dan
penanganan gout arthritis. Hasil pendidikan kesehatan yang didapatkan akan
memberikan masukan dan timbal balik untuk melaksanakan pola hidup sehat dan
menjaga kesehatan yang telah diberikan tim kesehatan.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan atau
referensi dan informasi serta panduan kepustakaan dalam menyusun proposal yang
berkaitan dengan kasus tersebut sehingga dapat digunakan sebagai data dasar jika
suatu saat akan dilakukan penelitian tentang hal yang terkait.
5.2.3 Bagi Tempat Penelitian
Peneliti berharap agar penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu
informasi bagi kader posyandu, perawat atau tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas
Pahandut Palangka Raya guna meningkatkan motivasi ibu untuk melaksanakan
imunisasi dasar lengkap.
5.2.4 Bagi Mahasiswa
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan atau
referensi dan informasi serta panduan kepustakaan dalam menyusun skripsi yang
berkaitan dengan kasus tersebut sehingga dapat digunakan sebagai data dasar jika
suatu saat akan dilakukan penelitian tentang hal yang terkait.
5.2.5 Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan bahan acuan untuk peneliti selanjutnya
dan dapat dijadikan sebagai sumber data awal, pada peneliti selanjutnya diharapkan
untuk lebih mendalami lagi tentang diet rendah purin serta pencegahan dan
penanganan gout arthritis pada lansia.
61