PENDAHULUAN
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik dan
merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus.9 Senam diabetes dibuat oleh para
spesialis yang berkaitan dengan diabetes, diantaranya rehabilitasi medis, ilmu penyakit
dalam, olahraga kesehatan, serta ahli gizi dan sanggar senam. 10 Senam diabetes yang
dilakukan setiap hari secara teratur dapat memperbaiki profil lemak, menurunkan berat
badan dan menjaga kebugaran. Selain itu akan meningkatkan sensitivitas insulin sehingga
akan menurunkan glukosa darah. Senam diabetes yang dianjurkan antara lain bersifat
aerobik. Penggunaan glukosa pada otot yang aktif dalam senam akan meningkat, akan
tetapi tidak disertai dengan peningkatan insulin. Hal tersebut disebabkan oleh
meningkatnya kepekaan reseptor insulin diotot pada saat berolahraga.10
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektifitas senam diabetes dalam menurunkan kadar gula darah
pada penderita Diabetes Mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 DM Tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan karena reaksi autoimun dimana sistem kekebalan tubuh
menyerang sel beta penghasil insulin dipankreas, sehingga tubuh menghasilkan insulin yang
sangat sedikit dengan defisiensi insulin relatifatau absolut. Penyakit ini bisa berkembang pada
semua usia tetapi DM tipe 1 sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Orang dengan DM
tipe 1 memerlukan suntikan suntikan insulin setiap hari untuk mempertahankan tingkat
glukosa dalam kisaran yang tepat.
2.2.2 DM Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu tipe DM akibat dari insensitivitas sel
terhadap insulin (resistensi insulin) serta defisiensi insulin relatif yang menyebabkan
hipeglikemia. DM tipe 2 sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, namun semakin
terlihat pada anak-anak, remaja dan dewasa muda. Penyebab DM tipe 2 ada kaitan kuat
dengan kelebihan berat badan dan obesitas, bertambahnya usia dan riwayat keluarga.
2.2.3 DM gestasional
DM gestasional terjadi pada wanita yang tidak mengalami DM sebelum kehamilan akan
tetapi terjadi peningkatan gula darah pada masa kehamilan. Faktor risiko yang dapat
menyebabkan DM gestasional ini antara lain usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat
keluarga, dan riwayat diabetes gestasional 14 terdahulu. Kadar glukosa darah pada wanita
yang mengalami DM gestasional akan kembali normal setelah melahirkan.
DM tipe lain ini adalah kelainan genetik dalam sel beta pankreas, pasien sering kali
obesitas dan resisten terhadap insulin. Terjadi kelainan genetik pada kerja insulin, penyakit
pada eksokrin pankreas, penyakit endokrin, obat-obatan yang bersifat toksik dan infeksi.
2.3 Etiologi DM
Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh gangguan resistensi insulin dan sekresi insulin.
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada DM tipe 2 masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan
dalam proses terjadinya resistensi insulin (Smeltzer dan Bare, 2001). Diabetes Melitus dapat
menurun dari keluarga yang pernah memiliki penyakit DM sebelumnya. Hal ini terjadi
karena DNA pada seseorang yang mengalami DM akan ikut diinformasikan pada gen
berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin. Terdapat hubungan yang kuat antara
DM tipe 2 dengan kelebihan berat badan, obesita, bertambahnya usia, serta etnis dan riwayat
keluarga (IDF, 2017).
Faktor risiko DM dibagi menjadi faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat
diubah. Faktor risiko yang dapat diubah yaitu berat badan berlebih dan obesitas. Obesitas
berhubungan dengan besarnya lapisan lemak dan adanya gangguan metabolik. Kelainan
metabolik tersebut umumnya berupa resistensi terhadap insulin yang muncul pada jaringan
lemak yang luas. Faktor lain yang dapat mengakibatkan DM tipe 2 adalah usia (resistensi
insulin cenderung meningkat diatas usia 65 tahun), obesitas, riwayat keluarga dan kelompok
etnik (RISKESDAS, 2013). Penjelasan lain mengenai faktor - faktor yang dapat
mengakibatkan diabetes melitus :
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang
kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas.
Stress juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber
energi yang berakibat pada kenaikkan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas
mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin;
Kurang gizi atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko terkena diabetes.
Malnutrisi dapat merusak pankreas sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau
resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan
pada ketidakseimbangan pankreas;
2.4.5 Obesitas
2.4.6 Infeksi
Masuknya bakteri atau virus kedalam pankreas akan berakibat rusaknya sel-sel
pankreas. Kerusakan ini akan berakibat pada penurunan fungsi pankreas.
DM disebabkan oleh terjadinya defisiensi insulin dan masalah pada kinerja insulin
atau resistensi insulin terutama pada organ hati dan otot. DM tipe 2 ditandai oleh dua
defek metabolik yaitu gangguan pada sekresi insulin oleh sel beta serta berkurangnya
kemampuan jaringan perifer dalam merespon insulin. Mekanisme awal terbentuknya
glukosa dalam darah adalah ketika semua karbohidrat dari makanan dihirolisis menjadi
monosakarida yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa di saluran cerna. Monosakarida ini
kemudian diserap di usus kemudian terbagi lagi menjadi dua tahapan yang pertama yaitu
glukosa akan masuk ke dalam sistem sirkulasi kemudian ditransfer ke sel-sel tubuh yang
memerlukannya Glukosa dalam bentuk glikogen akan tersimpan di dalam otot dan hati,
sedangkan glukosa dalam bentuk glukosa darah akan tersimpan dalam plasma darah.
Peranan glukosa dalam tubuh manusia bukan hanya sebagai bahan bakar bagi proses
metabolisme dan sumber energi bagi kerja otak, tetapi juga sebagai penghasil energi
pada saat berolahraga. Diabetes Melitus disebabkan oleh kekurangan insulin namun
tidak mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau defisiensi
insulin, resistensi insulin perifer (ADA,2014) Resistensi insulin perifer berarti 18 terjadi
kerusakan pada reseptor - reseptor insulin sehingga menyebabkan insulin menjadi
kurang efektif mengantar pesan-pesan biokimia menuju sel-sel (CDA, 2014) Dalam
kebanyakan kasus diabetes melitus tipe 2 ini, ketika obat oral gagal untuk merangsang
pelepasan insulin yang memadai, maka pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi
alternatif.
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat melebihi
batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif
tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk
mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam
hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 2011).
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa terbawa
oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009).
1. GDP ≥126 mg/dL (7,0 mmol/L), puasa: tidak ada asupan kalori selama 8 jam
3. HbA1c ≥6,5% (48 mmol/mol), dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).
4. Pasien dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis hipoglikemik, GDS ≥200 mg/dL
(11,1 mmol/L).
Edukasi
Diabetes mellitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku terbentuk.
Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif penderita dan
keluarga. Petugas kesehatan harus mendampingi penderita dan memberikan informasi terkait
pemantauan glukosa darah mandiri. Pemantauan gula darah dapat dilakukan secara mandiri
setelah pasien mendapat pengetahuan dan pelatihan khusus.
Prinsip pengaturan makan pada pasien DM hampir sama dengan anjuran makan untuk
masyarakat umum yaitu sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat masing-masing individu.
Karbohidrat yang dianjurkan 45-65% total asupan energi, asupan lemak 20-25% kebutuhan
kalori, protein 10-20% total asupan energi.
Terapi farmakologi untuk pasien DM terdiri dari obat oral dan injeksi. Berdasarkan
cara kerjanya obat OHO (obat hipoglikemik oral) dibagi menjadi 5 golongan, yaitu : pemicu
insulin (sulfonylurea dan glinid), peningkat sensitivitas terhadap insulin (metformin dan
tiazolidindion), penghambat glukoneogenesis (metformin), penghambat absorpsi glukosa
(penghambat glukosidase), dan DPPIV inhibitor α.
Glukosa darah merupakan gula yang terdapat dalam darah yang berasal dari
karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dihati dan diotot rangka. Glukosa
darah berfungsi sebagai penyedia energi tubuh dan jaringanjaringan dalam tubuh (Widyastuti,
2011). Kadar glukosa juga dipengaruhi berbagai faktor dan hormon insulin yang dihasilkan
kelenjar pankreas, sehingga hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah (Ekawati, 2012).
Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.
Hormon insulin di dalam tubuh dapat meninmbulkan hiperglikemia dan hipoglikemia.
Hiperglikemia karena insulin mengalami defesiensi (kekurangan) yang berarti kadar glukosa
dalam darah tinggi, dan bila kadar glukosa dalam darah terlalu rendah disebut hipoglikemia
(Noor, 2017). Kadar glukosa darah atau kadar glukosa plasma ditentukan oleh keseimbangan
antara jumlah glukosa yang masuk ke dalam aliran darah dan yang meninggalkan aliran
darah. Sebanyak 5% glukosa yang dikonsumsi tubuh diubah menjadi glikogen di dalam hati,
dan sekitar 30-40% glukosa dimetabolisme di dalam otot dan jaringan lain (Wulandari,
2016).
Metabolisme Glukosa Darah Kadar glukosa darah dalam tubuh dijaga dalam jumlah
konstan, tubuh melakukan proses glikogenesis, glikogenolisis dan glukoneogenesis.
Prosesproses tersebut dikendalikan oleh sekresi hormon-hormon tertentu di dalam tubuh.
Hormon tersebut akan memicu kerja enzim-enzim yang berperan dalam membentuk
glikogen, memecah glikogen, ataupun membentuk glukosa.
1. Glikogenesis
2. Glikogenolisis
3. Glukoneogenesis
adalah proses sintesis (pembentukan) glukosa dari sumber bukan karbohidrat. Molekul yang
umum sebagai bahan baku glukosa adalah asam piruvat, namun oksaloasetat dan
dihidroksiaseton fosfat dapat juga menjalani proses glukoneogenesis. Glukoneogenesis
terjadi terutama dalam hati dan dalam jumlah sedikit terjadi pada korteks ginjal.
Glukoneogenesis sangat sedikit terjadi di otak, otot rangka, otot jantung dan beberapa
jaringan lainnya. Glukoneogenesis terjadi pada organ-organ yang membutukan glukosa dalah
jumlah yang banyak. Glukoneogenesis terjadi di hati untuk menjaga kadar glukosa darah
tetap dalam kondisi normal (Kee, 2013).
Metabolisme gula darah yang tidak normal dapat menyebabkan hiperglikemia dan
hipoglikemia. Hiperglikemia merupakan keadaan kadar glukosa darah lebih dari 110 mg/dl,
tanda dan gejala dari hiperglikemia yaitu peningkatan rasa haus, nyeri kepala, sulit
konsentrasi, penglihatan kabur, peningkatan frekuensi berkemih, letih, lemah, penurunan
berat badan. Hipoglikemia merupakan keadaan kadar glukosa rendah (kurang daru 70 mg/dl),
tanda dan gejala dari hipoglikemia yaitu gangguan kesadaran, gangguan penglihatan,
gangguan daya ingat, berkeringat, tremor, palpitasi, takikardia, gelisah, pucat, kedinginan,
gugup, rasa lapar (Mufti dkk., 2015).
2.10.1 Sumber Glukosa
Kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh keseimbangan antara jumlah yang
masuk dan yang keluar. Sumber glukosa ada tiga macam yaitu : a. Makanan yang
mengandung karbohidrat, setelah dicerna dan diserap jenis makanan ini merupakan sumber
glukosa tubuh yang paling penting. b. Glikogen, disimpan dalam otot dan hepar sebagai
cadangan, kemudian dipecah untuk melepaskan glukosa. c. Sebagian asam amino dipecah
oleh hepar untuk menghasilkan glukosa. Ketiga proses tersebut tidak memerlukan insulin,
setelah glukosa masuk ke dalam aliran darah, insulin diperlukan untuk memungkinkan
glukosa meninggalkan darah dan masuk ke dalam jaringan. Glukosa yang meninggalkan
segera bagi jaringan. b) Energi simpanan sebagai glikogen dalam hepar dan otot serta lemak
di dalam jaringan adiposa (Beck, 2011).