Anda di halaman 1dari 27

Journal Reading

Penyusun : Maya Saputri 112022010


Pembimbing : dr. Lenny Irawati Yohosua, Sp.KJ
IDENTIFIKASI JURNAL

Penulis :
Caterina Mar Bonnin, Esther Jiménez, Brisa Solé, Carla Torrent, Joaquim
Radua, María Reinares, Iria Grande, Victoria Ruíz, Jose Sánchez-Moreno,
Anabel Martínez-Arán, Eduard Vieta.

Publikasi :
Tahun terbit : 2019
Dapat di akses di : https://doi.org/10.3390/jcm8071046
ABSTRAK
Latar belakang : Gangguan Bipolar (BD) merupakan penyakit kronis yang sering menyebabkan gangguan fungsional.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan variabel mana yang berhubungan dengan hasil fungsional yang
lebih baik dalam sampel pasien euthymic dengan BD.

Metode : pasien direkrut di Klinik Rumah Sakit Barcelona dan mereka menjalani wawancara klinis, penilaian fungsional, dan
evaluasi neuropsikologis yang komprehensif. Setelah itu, pasien dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan skor total Tes Singkat
Penilaian Fungsi: remisi fungsional vs. gangguan fungsi. Setelah ini, regresi logistik multivariat dijalankan untuk mengidentifikasi
faktor klinis, demografi dan kognitif yang terkait dengan remisi fungsional.
ABSTRAK
Hasil : Total 420 pasien euthymic dengan BD dinilai untuk penelitian ini,n=221) dan gangguan fungsi (n=199).
Akhirnya, regresi logistik multivariat mengungkapkan bahwa hanya lima variabel yang secara signifikan
berkontribusi pada model, termasuk: riwayat gejala psikotik seumur hidup (variabel yang paling banyak
berkontribusi pada model), diikuti oleh skor total Hamilton Depression, dan kinerja kognitif (fungsi eksekutif) dan
memori verbal).

Kesimpulan : Perawatan untuk memastikan hasil fungsional yang baik pada BD harus secara khusus mencegah
psikosis, menargetkan gejala depresi di bawah ambang batas dan meningkatkan kognisi, lebih khusus lagi fungsi
eksekutif dan memori verbal.
PENDAHULUAN

• Gangguan bipolar (BD) adalah penyakit seumur hidup yang sering mengakibatkan gangguan fungsional. Ganggusn
bipolar di idefinisikan dalam konteks respons, respons parsial, dan nonrespons.

• Selama beberapa tahun terakhir pemulihan fungsional telah menjadi masalah utama dan salah satu hasil yang
paling diinginkan dalam pengaturan klinis.

• Diharapkan setelah resolusi episode akut pasien mendapatkan kembali fungsinya di semua bidang kehidupan mereka, termasuk tugas rumah
tangga, kinerja di sekolah/pekerjaan, dan hubungan interpersonal. Para peneliti telah melaporkan selama bertahun-tahun bahwa sebagian
besar pasien dengan BD menderita gangguan fungsional telah ditemukan bahwa antara 30-60% pasien tidak mencapai pemulihan fungsional
selama euthymia.

• aktor yang terkait dengan hasil fungsional yang buruk dalam sampel pasien dengan gangguan fungsional yang nyata. Para penulis
menemukan bahwa jenis kelamin laki-laki, usia yang lebih tua, kecerdasan premorbid (IQ) yang lebih rendah, gejala depresi subklinis, jumlah
episode manik yang lebih tinggi dan kinerja yang lebih rendah dalam beberapa tes neuropsikologi (memori kerja, kelancaran verbal, memori
verbal dan kecepatan pemrosesan) dikaitkan dengan hasil fungsional yang lebih buruk
PENDAHULUAN

Mengidentifikasi variabel yang terkait dengan gangguan fungsional mungkin penting untuk mencegah penurunan
fungsional yang biasanya terlihat pada beberapa pasien dengan BD dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Alat yang
memadai untuk menilai fungsi juga penting sebagai cara untuk menangkap hasil fungsional di BD. Pada tahun 2007,
Unit Gangguan Bipolar dan Depresi di Klinik Rumah Sakit (Barcelona) mengembangkan skala yang disebut The
Functioning Assessment Short Test (FAST). FAST menangani kesulitan yang paling sering dilaporkan oleh pasien
dengan BD yang mencakup hingga enam domain berbeda termasuk otonomi, fungsi pekerjaan dan kognitif, hubungan
interpersonal, masalah keuangan, dan waktu luang. Ini juga memberikan skor global total gangguan fungsional.

klasifikasi keparahan berdasarkan total skor global FAST yang diperkirakan dengan mempertimbangkan skor Global
Assessment of Functioning (GAF) sebagai referensi, dan sebagai hasilnya, empat kategori telah ditetapkan.
diidentifikasi: tidak ada, gangguan ringan, sedang dan berat
METODE

Kriteria inklusi:
• Di diagnosnis bipolar menurut kriteria DSM-
V
• Peserta di rekrut di Unit Gangguan Bipolar dan • Di nilai selama eutima.
• Berusia 18 dan 70 tahun
Klinik RS Barcelona
• Total 420 pasien. Pasien euthymic dengan BD
(n=221), dan gangguan fungsi (n=199).
Kriterian eksklusi :
• Diagnosis penyelahgunaan dan
ketergantungan zat
• Riwayat keterbekangan mental dan kondisi
klinis yg dapat mengganggu wawancara
• Pekiraan IQ < 85
METODE
Penilaian Neuropsikologis
• setelah memberi persetujuan tertulis, peserta
• Perkiraan IQ di evalusasi dengan WAIS-III (Welscher
menjalani wawancara klinis terstruktur.
Adult Intelligence scale).
• Variabel usia, jenis kelamin, diagnosis, jumlah dan • Memori verbal dinilai dengan California Verbal
jenis episode, kronisitas, jumlah rawat inap, rawat Learning Test (CVLT).
psikosis, riwayat psikiatri dikumpulkan.
• Fungsi eksekutif diuji dengan beberapa tes yang
Pasien dinilai dengan skala klinis : menilai pergeseran, perencanaan, kelancaran verbal,
• HAM-D (Hamilton Depression Rating Scale-17) dan penghambatan respons, yaitu versi komputerisasi
• YMRS (Young Mania Rating Scale) dari Wisconsin Card Sorting Test.
Memastikan pasien memenuhi kriteria eutimia.
• d. Uji Interferensi dengan SCWT (Stroop Color-Word
Functioning Assesment Short Test (FAST) : Menilai
Interference Test)
fungsi psikososial.
HASIL PENELITIAN

Tabel 1 menunjukkan kelompok gangguan


fungsi memiliki skor lebih tinggi dalam skor
total HAM-D, kronisitas, episode depresi dan
rawat inap.
HASIL PENELITIAN

Gambar 1 membandingkan kinerja neuropsikologis


Tabel 2 menunjukkan kelompok gangguan fungsional secara siginifikan memiliki
antara kedua kelompok menggunakan variabel standar
kinerja neuropsikologis lebih rendah dibanding yang tidak memiliki gangguan
(Z-score)
fungsional.
Kecuali 2 variabel CLVT delay free recall (t = 1.4, p = 0.15) and SCWT interference
(t = 0.47; p = 0.63) ada kedua kelompok dilakukan cara yang sama
HASIL PENELITIAN

Tabel 3. Variabel yang paling berpengaruh


memprediksi pemulihan fungsional
DISKUSI

• Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan


pemulihan fungsional dalam sampel pasien euthymic dengan gangguan bipolar.

• Di antara semua variabel klinis yang diperkenalkan dalam model, gejala psikotik
seumur hidup adalah yang memiliki rasio odds tertinggi, diikuti oleh skor total
dalam HAM-D.

• Dalam penelitian ini, pasien dengan gejala psikosis seumur hidup kurang
mungkin untuk mencapai hasil fungsional yang baik bila dibandingkan dengan
pasien yang tidak mengalami gejala.
DISKUSI
• Variabel signifikan klinis lain yang berkontribusi pada model ini termasuk gejala
depresi di bawah ambang batas, yang mungkin merupakan variabel yang paling
konsisten dilaporkan di seluruh literatur sebagai faktor kunci yang memengaruhi
hasil fungsional.

• Sehubungan dengan kinerja neuropsikologis, total tiga variabel ditemukan secara


signifikan berkontribusi pada regresi logistik: dua variabel yang terkait dengan
fungsi eksekutif (memori kerja IQ dan jumlah kategori WCST) dan satu lagi
terkait dengan memori verbal (CVLT short cued recall).

• Pada gangguan bipolar, gangguan neurokognitif dapat muncul secara praktis di


semua domain kognitif dan pada sebagian besar pasien dengan ukuran efek mulai
dari efek kecil hingga sedang.

• Kurangnya konsistensi di berbagai studi ketika melaporkan variabel neurokognitif


mana yang mempengaruhi hasil fungsional sebagian dapat dikaitkan dengan alat
yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja neurokognitif dan hasil fungsional.
KETERBATASAN PENELITIAN

• Sifat penelitian cross-sectional tidak memungkinkan membangun hubungan sebab


akibat antara variabel independen dan dependen.

• Sepengetahuan kami, ini adalah salah satu studi terbesar yang menilai berbagai
variabel yang dapat mempengaruhi hasil fungsional dalam sampel pasien
euthymic dengan gangguan bipolar dan hasil saat ini dapat dipertimbangkan
untuk merancang studi masa depan dan intervensi.

• Farmakoterapi tidak dikontrol; karenanya, efek pengobatan pada kognisi dan


fungsi belum dipelajari.
KETERBATASAN PENELITIAN

• Evaluator yang melakukan penilaian fungsional tidak mengetahui hasil


neuropsikologis untuk sebagian besar pasien yang terdiri dari sampel ini;
sayangnya, kami tidak dapat memastikan bahwa kondisi ini tercapai untuk semua
peserta yang dinilai dalam penelitian ini.

• FAST dapat diklasifikasikan sebagai skala semi-objektif karena dilakukan oleh


pewawancara dan skor sebagian didasarkan pada laporan pasien tetapi juga
memperhitungkan informasi yang relevan tentang fungsi psikososial yang
dilaporkan oleh kerabat, dokter dan/atau laporan klinis.
KESIMPULAN

• Dapat di simpulkan bahwa intervensi terapeutik jangka panjang untuk


meningkatkan fungsi psikososial harus fokus pada dua target: perjalanan klinis
dan pelestarian kognisi. Mengenai perjalanan klinis, menghindari gejala psikotik
tampaknya menjadi faktor yang paling penting untuk mencegah penurunan
fungsional.

• Mengingat bahwa gejala-gejala ini terjadi selama episode suasana hati, mungkin
disarankan bahwa pencegahan kekambuhan sangat penting untuk menjamin hasil
fungsional yang baik.

• Variabel klinis penting lainnya adalah adanya gejala depresi di bawah ambang
batas, pengelolaannya masih merupakan tantangan dalam praktik klinis;
kemungkinan besar masalah tersebut dapat diatasi melalui program
multikomponen yang memungkinkan penanganan area yang berbeda, mengikuti
prinsip penerapan perubahan akumulatif kecil.

• pelestarian kognisi dapat dicapai dengan meningkatkan cadangan kognitif sejak


awal penyakit, dan secara khusus berfokus pada fungsi eksekutif dan memori
verbal, karena tampaknya memainkan peran penting dalam fungsi psikososial.
REFERAT

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR


DEFINISI
• Gangguan mood yang ditandai dengan • Ada penyembuhan sempurna antar episode
perpindahan mood, pikiran, energi, perilaku,
dan biasaanya kronik serta berat. • Pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan
afek disertai penambahan energi dan aktivitas
• Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (mania atau hipomania).
(sekurang-kurangnya dua episode)
• Di wakktu lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energi dan aktivitas (depresi)
EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI
● Prevalensi gangguan bipolar pada laki-laki = ● Para peneliti masih mempelajari tentang
perempuan kemungkinan penyebab gangguan afektif
bipolar.
● Insiden bipolar sulit untuk diperkirakan
karena bentuk gangguan bipolar yang lebih ● Kebanyakan diketahui bahwa tidak ada
ringan sering terlewatkan penyebab tunggal. Sebaliknya, kemungkinan
terdapat interaksi dari banyak faktor untuk
menimbulkan gangguan atau meningkatkan
risiko.
FAKTOR PSIKOSOSIAL FAKTOR GENETIKA
● Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, ● Anak-anak dengan orang tua atau saudara
lebih sering mendahului episode pertama yang memiliki gangguan afektif bipolar
gangguan mood daripada episode selanjutnya. memiliki kemungkinan empat sampai enam
kali lebih besar dibandingkan dengan anak-
anak yang tidak memiliki riwayat keluarga
gangguan afektif bipolar.
KRITERIA DIAGNOSIS PPDGJ-III

• F31 Gangguan Afektif Bipolar : Mengalami perpindahan antara spektrum emosi


yang berlawanan, memiliki sifat episode berulang (minimal 2 episode) dimana afek
pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu.

• F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik : Episode sekarang harus
memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0) dan harus ada minimal 1 episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.

• F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik : Episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1) dan harus
ada minimal 1 episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa
lampau.

• F31.2 Gangguan Efektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik : Episode sekarang
harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2) dan harus ada minimal 1
episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.
KRITERIA DIAGNOSIS PPDGJ-III

• F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang : Episode sekarang
harus memenuhi kriteria depresif ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1) dan harus ada minimal 1
episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.

• F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Kini Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik : Episode sekarang
harus memenuhi kriteria depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2) dan harus ada minimal 1
episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.

• F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik : Episode
sekarang harus memenuhi kriteria depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3) dan harus ada
minimal 1 episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.

• F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran : Episode sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,
hipomanik dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depersi
sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, telah berlangsung minimal 2
minggu dan harus ada minimal 1 episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa
lampau.
KRITERIA DIAGNOSIS PPDGJ-III

F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini Dalam Remisi : Tidak menderita ganggaun afektif
yang nyata selama beberapa bulan terakhir, tetapi pernah mengalami minimal 1 episode
afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya
1 episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran).

F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT


KRITERIA DIAGNOSIS DSM V
GANGGUAN BIPOLAR 1 : GANGGUAN BIPOLAR II :
• Minimal 1 episode manik telah terpenuhi • Minimal terpenuhi 1 episode hipomanik dan
• Setidaknya 1 episode manik tidak lebih baik paling sedikit 1 episode depresi mayor
dijelaskan oleh gangguan skizoafektif dan • Tidak pernah mengalami manik
tumpang tindih dengan skixofrenia • Gejala-gejala depresi atau yang tak dapat
diprediksi yang disebabkan oleh seringnya
pergantian antara periode depresi dengan
hipomania menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis
TATALAKSANA
Psikoedukasi :
Lithium Carbonat : dosis anjuran 250-500 mg Model ini dipakai pada episode mania dan
ES : mulut kering, gastrointestinal distres, depresi. Model ini efektif karena membantu
kelemahan otot, treMOR. penderita untuk dapat memahami penyakit
yang dideritanya dan mampu bersikap terbuka
Carbamazepine : dosis anjuran 400-600 mg
kepada pendamping terapi.
ES : Steven Johnson Sindrome

Valproat : dosis anjuran 3 x 250 mg Teknik Koping bersama :


Model ini dipakai pada episode mania dan
depresi. Fokus utama model ini adalah
melakukan suatu aktivitas bersama yang
dilakukan oleh penderita dan pendamping.
KESIMPULAN

• Gangguan afektif bipolar merupakan peringkat ke-12 terbanyak kondisi


non-aktif (disabling) sedang sampai berat pada semua kelompok umur
dengan angka insiden gangguan afektif bipolar berkisar 10/100.000
orang. Etiologi dari gangguan ini diduga berkaitan dengan faktor
biologis, faktor genetika, dan faktor psikososial.

• Gangguan ini dapat didiagnosis sesuai dengan Pedoman Penggolongan


dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III.

• Gangguan afektif bipolar memiliki angka morbiditas dan mortalitas


yang cukup signifikan sehingga penanganannya harus mendapatkan
perhatian yang besar.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai