Abstrak
Abstract
Public health center is a technical unit of district health offices / city responsible for
organizing health development in a work area. Planning health center management system that
is organized through the mechanism of micro planning, implementation mobilizing organized
through mini workshops mechanism and monitoring, control and assessment are organized
through health centers stratification mechanism which later became the performance appraisal
clinic, with the application of the principle of autonomy need to be adjusted.
Semenjak umat manusia menghuni planet bumi ini, sebenarnya mereka sudah seringkali
menghadapi masalah – masalah kesehatan serta bahaya kematian yang disebabkan oleh faktor-
faktor lingkungan hidup yang ada di sekeliling mereka seperti benda mati, mahkluk hidup, adat
istiadat, kebiasaan dan lain – lain.Faktor-faktor yang berpengaruh pada kesehatan individu atau
masyarakat terdiri dari faktor sosial ekonomi (dimensi sosial ekonomi yang terkait dengan
perilaku kelompok masyarakat), faktor keturunan (genetik), faktor lingkungan, gangguan nutrisi,
dan perubahan gaya hidup.Semua faktor tersebut berpengaruh pada status kesehatan individu
atau masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, mempromosikan kesehatan dan efisiensi dengan cara mengorganisir
kekuatan pada masyarakat yang sering disebut sebagai Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Kedokteran Pencegahan atau disebut Public Health and Preventive Medicine.1
Penyebab dari infeksi saluran napas atas bisa terjadi karena terinfeksi bakteri seperti:
Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenza. Dan bisa juga karena virus, contohnya : Influenza, adenovirus,
Sitomegalovirus. Di sebabkan oleh Jamur: Aspergillis sp, Candida albicans, Histoplasma, dll.3
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di
Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun), artinya seorang balita rata-
rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kali setahun. Dari hasil pengamatan
epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan di kota cenderung lebih besar daripada
didesa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal dan pencemaran
lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada di desa. Di Negara berkembang , penyakit
pneumonia merupakan 25% penyumbang kematian pada anak, terutama pada bayi berusia
kurang dari dua bulan.4
Beberapa wilayah di Indonesia mempunyai potensi kebakaran hutan dan telah mengalami
beberapa kali kebakaran hutan terutama pada musim kemarau. Asap dari kebakaran hutan dapat
menimbulkan penyakit ISPA dan memperberat kondisi seseorang yang sudah menderita
pneumonia khususnya Balita. Disamping itu asap rumah tangga yang masih menggunakan kayu
bakar juga menjadi salah satu faktor risiko pneumonia. Hal ini dapat diperburuk apabila ventilasi
rumah kurang baik dan dapur menyatu dengan ruang keluarga atau kamar. Indonesia juga
merupakan negara rawan bencana seperti banjir, gempa, gunung meletus, tsunami, dll. Kondisi
bencana tersebut menyebabkan kondisi lingkungan menjadi buruk, sarana dan prasarana umum
dan kesehatan terbatas. Penularan kasus ISPA akan lebih cepat apabila terjadi pengumpulan
massa (penampungan pengungsi). Pada situasi bencana jumlah kasus ISPA sangat besar dan
menduduki peringkat teratas.4
Diare
Penyebab diare bisa di karenakan bakteri: E.coli, Shigella sp, Vibrio cholera. Bisa
disebakan oleh parasit seperti : Entamoeba histolytica, Giardia lambria, Cryptosporidium,
keracunan makanan, malabsorpsi, alergi.3
Sekitar lima juta anak di seluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia,
laporan yang masuk ke Departemen Kesehatan menunjukan bahwa setiap anak mengalami
serangan diare sebanyak 1,6-2 kali setahun. Angka kesakitan dan kematian akibat diare
mengalami penurunan dari tahun ke tahun.3
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas
yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat
kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun
2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun
2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi,
dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan
dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun
2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73
orang (CFR 1,74 %.).Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah
menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),
studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare
adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk
menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat.5
Tuberkulosis
Penyebab penyakit tuberculosis adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis dan
Mycobacterium bovis. Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap
pencucian warna dengan asam dan alcohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA),
serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering
dan dingin, bersifat dorman dan aerob.3
Penyakit TBC masih merupkan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat di
Indonesia. Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TBC
dengan kematian karena TBC sekitar 140.000. secara kasar diperkirakan setiap 100.000
penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TBC paru BTA positif. Diperkirakan 95%
penderita TBC berada di Negara berkembang, 75% penderita TBC adalah kelompok usia
produktif (15-50 tahun) dan beban terbesar ada di Asia Tenggara.Di Jakarta, dari hasil penelitian
tahun 2001 dapat dilihat prevalensi TBC baru BTA (+) adalah 114 per 100.000 penduduk
sedangkan perkiraan suspek TBC adalah 14 per 1000 penduduk.3
Penyakit kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dengan lingkungan
hidup manusia oleh karena itu kulit tidak pernah luput dari bakteri yang dapat bertindak sebagai
parasit yang dapat menimbulkan penyakit maupun sebagai komensal yang merupakan flora
normal. Penyakit kulit sendiri ada bermacam – macam namun ada beberapa penyakit yang dapat
ditangani oleh puskesmas namun tidak menutup kemungkinan untuk penyakit kulit yang lain
dapat ditangani tergantung pada ketersediaan tenaga medis dan pengobatan di puskesmas
tersebut. Penyakit kulit yang banyak didapat di puskesmas antara lain dermatitis (atopic/alergi),
scabies, tinea, milaria(biang keringat), panu.6
Gizi buruk
Kurang energi dan Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan
masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13,0%
berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan
13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat
pendek.Keadaan ini berpengaruh kepada masih tingginyba angka kematian bayi. Menurut WHO
lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu
masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat. Salah satu cara untuk menanggulangi
masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai
upaya menangani setiap kasus yang ditemukan.7
Ditinjau dari sudut ekologis ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan,
kecacatan, ketidakmampuan dan kematian pada manusia yang disebut sebagai Trias Ekologi
(Ecological Triad) atau Trias Epidemiologi (Epidemiological Triad) yaitu agen penyakit,
manusia dan lingkungan.1
a. Agen penyakit
Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis.Agen penyakit
dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu:1
a) Agen biologis: virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa dan metazoan.
b) Agen nutrisi: protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan lainnya.
c) Agen fisik: panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya dan kebisingan.
d) Agen kimiawi: dapat bersifat endogen seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia),
uremia dan bersifat eksogen seperti zat kimia, allergen, gas, debu dan lainnya.
e) Agen mekanis: gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan
jaringan pada tubuh host(pejamu).
b. Manusia/Pejamu
Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan tergantung pada
karakteristik yang dimiliki oleh masing – masing individu antara lain:1
a) Umur
b) Jenis kelamin
c) Ras: hubungan antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, adat istiadat dan
perkembangan kebudayaan.
d) Genetik
e) Pekerjaan: status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat
pekerjaan seperti keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, asbestosis dan lainnya.
f) Status kekebalan: reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status
kekebalan yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus
yang tahan lama dan seumur hidup.
g) Adat istiadat: misalnya makan ikan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing
hati.
h) Gaya hidup: alkohol, narkoba dan merokok.
i) Psikis: Faktor kejiwaan seperti emosional,stress dapat menyebabkan terjadinya
penyakit hipertensi, ulkus peptikum, depresi, insomnia dan lainnya.
c. Lingkungan
Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu lingkungan hidup
internal berupa keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut hemostasis dan
lingkungan hidup eksternal di luar tubuh manusia.Lingkungan hidup eksternal ini terdiri
dari tiga komponen yaitu:1
a) Lingkungan fisik: bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca,
makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan lain-lain.Lingkungan fisik ini
berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa, serta
memegang peran penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat,
seperti kekurangan persediaan air bersih terutama pada musim kemarau dapat
menimbulkan penyakit diare dimana-mana.1
b) Lingkungan biologis: bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh- tumbuhan,
hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain – lain yang dapat
berfungsi sebagai agen penyakit, reservoir infeksi, vektor penyakit atau pejamu
(host) intermediate.1
c) Lingkungan sosial: beberapa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan,agama ,
sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi
sosial dan politik.Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai
media seperti radio, TV, pers, seni, literatur, cerita, lagu dan sebagainya.Bila
manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan
terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik seperti stress,
insomnia, depresi dan lainnya.1
Definisi epidemiologi menurut WHO (1989) adalah ilmu yang mempelajari distribusi
dan determinan dari peristiwa kesehatan dan peristiwa yang berkaitan dengan kesehatan yang
menimpa sekelompok masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-
masalah kesehatan.Pengertian Surveilans (WHO) adalah proses pengumpulan, pengolahan,
analisis dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi
kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Sasaran seluruh kasus /
penyakit yang ada di masyarakat dengan menitikberatkan pada kasus-kasus yang potensial
terjadi KLB atau wabah.Manfaat surveilans epidemiologi adalah untuk deteksi Perubahan akut
dari penyakit yang terjadi dan distribusinya, identifikasi dan perhitungan trend dan pola
penyakit, identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat, identifikasi
faktor risiko dan penyebab lainnya, deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi, dapat
memonitoring kecenderungan penyakit endemis, mempelajari riwayat alamiah penyakit dan
epidemiologinya, memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan
kesehatan dimasa datang, membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas
sasaran program pada tahap perencanaan. Tujuan surveilans epidemiologi tersedianya data dan
informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan peningkatan
kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat secara menyeluruh.1,2,8
a. Input : 6M: Man (staf), Money (Dana untuk kegiatan program), Material (logistik,
obat,vaksin, alat-alat kedokteran), Metode (keterampilan, prosedur kerja, peraturan,
kebijaksanaan dan sebagainya), Minute (jangka waktu pelaksanaan kegiatan program),
Market(sasaran masyarakat yang akan diberikan pelayanan program/kelompok
masyarakat dan persepsi.
b. Process: Perencanaan (P1), pengorganisasian (P2), penggerakan dan pelaksanaan
program,pengawasan dan pengendalian (P3) untuk kelancaran kegiatan (kegiatan pokok
dan kegiatan terintegrasi) dari program Puskesmas (Pengobatan, Lab, KIA, KB, P2M,
Usaha Peningkatan Gizi Masyarakat,Kesehatan Lingkungan, PKM).
c. Output: Cakupan kegiatan program: jumlah kelompok masyarakat yang sudah diberikan
pelayanan kesehatan (memerator) dibandingkan dengan jumlah kelompok masyarakat
yang menjadi sasaran program (denominator).Pelayanan yang diberikan sesuai dengan
program pokok Puskesmas (comprehensive health care services yaitu promotive,
preventive, curative, rehabilitative and terminal stage health care).
d. Effect: Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat yang diukur dengan peran
serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia.
e. Outcome ( IMPACT): Dampak program yang diukur dengan peningkatan status kesehatan
masyarakat.Ada empat indikator yaitu: tingkat dan jenis morbiditas (kejadian sakit),
mortalitas (tingkat kematian spesifik berdasarkan sebab penyakit tertentu).Indikator yang
paling peka untuk menentukan status kesehatan masyarakat di suatu wilayah: IMR dan
MMR, fertilitas ( tingkat kelahiran,tingkat kesuburan), Handicap (kecacatan).Dampak
program ini tidak diukur langsung oleh pihak puskesmas, melainkan oleh Depkes RI,
BKKBN, atau lembaga lain melalui survei kesehatan rumah tangga (SKRT), Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), Surkesnas yang dilakukan setiap lima tahun
sekali.
Suatu kegiatan atau program agar dapat memenuhi target sasaran yang ingin dicapai
harus melalui tahapan, seperti terlihat pada diagram dibawah ini:2
a. Planning (Perencanaan)
Perencanaan merupakan fungsi yang terpenting karena merupakan awal dan arah dari
proses manajemen posyandu secara keseluruhan.Perencanaan dimulai dengan sebuah ide
atau perhatian yang khusus ditujukan untuk situasi tertentu.Perencanaan program yandu
bersifat operasional karena langsung akan diimplementasikan (dilaksanakan) di
lapangan.Perencanaan program yandu terdiri dari lima langkah penting yaitu:2
a) Menjelaskan berbagai masalah
Untuk dapat menjelaskan masalah program yandu diperlukan upaya analisis
situasi.Sasaran analisis situasi adalah berbagai aspek penting pelaksanaan
program yandu di di berbagai wilayah, khususnya di wilayah puskesmas.Aspek
yang dinilai meliputi aspek epidemiologis masalah kesehatan, aspek demografis,
aspek geografis, aspek sosial ekonomi dan aspek organisasi pelaksana program.2
b) Menentukan prioritas masalah
Penetapan prioritas masalah adalah sebuah keharusan karena begitu kompleksnya
masalah dan terbatasnya sumber daya yang tersedia.Semua masalah yang telah
diidentifikasi kemudian ditentukan priortasnya.Prioritas masalah dijadikan dasar
untuk menentukan tujuan perencanaan program.Prioritas masalah secara praktis
dapat ditetapkan berdasarkan pengalaman staf, jumlah dana yang tersedia, dan
mudah tidaknya masalah itu dipecahkan.2
c) Menetapkan tujuan dan indikator keberhasilannya
Apabila prioritas program dan wilayah binaan sudah ditetapkan, langkah
selanjutnya adalah menetapkan tujuan dan target masing – masing program
berdasarkan jumlah penduduk sasaran di suatu wilayah kelima program yandu.2
d) Mengkaji hambatan dan kendala
Sebelum menetapkan tolak ukur, perlu dipelajari lebih dahulu hambatan-
hambatan program kesehatan yang pernah dialami atau yang diperkirakan dapat
terjadi, baik yang bersumber dari masyarakat, lingkungan, puskesmas maupun
sektor-sektor lainnya di tingkat kecamatan.2
e) Menyusun rencana kerja operasional
Dahulu rencana kerja operasional (RKO) akan memudahkan pimpinan
mengetahui sumber daya yang dibutuhkan dan sebagai alat untuk pemantauan
program secara menyeluruh.2
b. Pengorganisasian
Dari struktur organisasi Puskesmas dapat diketahui mekanisme pelimpahan wewenang
dari pimpinan kepada staf sesuai dengan tugas-tugas yang diberikan.Dalam lokakarya
mini biasanya dihasilkan kesepakatan kerja sama secara tertulis di antara staf untuk
menyelesaikan tugasnya masing –masing.2
c. Penggerakan-Pelaksanaan
Keberhasilan pengembangan fungsi menajemen ini sangat dipengaruhi oleh keberhasilan
pimpinan Puskesmas menumbuhkan motivasi kerja staf dan semangat kerja sama antara
staf dengan staf lainnya di Puskesmas (lintas program), antara staf Puskesmas dengan
masyarakat, antara staf Puskesmas dengan pimpinan instansi di tingkat kecamatan (lintas
sektoral).Mekanisme komunikasi yang dikembangkan oleh pimpinan Puskesmas dengan
stafnya, demikian pula antara pimpinan puskesmas dengan camat dan pimpinan sektor
lainnya di tingkat kecamatan, termasuk dengan aparat di tingkat desa akan sangat
berpengaruhpada keberhasilan fungsi menajemen ini.2
d. Pengawasan dan pengendalian (Wasdal)
Tolak ukur keberhasilan program yandu sudah ditetapkan melalui RKO (Rencana Kerja
Operasional) yang telah disusun.Pimpinan puskesmas dan koordiantor program yandu
dapat mengevaluasi keberhasilan program dengan menggunakan RKO sebagai standar
dan membandingkan hasil kegiatan program di masing – masing pos yandu.Tnggung
jawab pengawasan program yandu tetap berada di tangan pimpinan Puskesmas tetapi
wewenang pengawasan di lapangan dilimpahkan kepada coordinator program.2
e. Penilaian keberhasilan program yandu
Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan program yandu, kajian output (cakupan)
masing – masing program yang dibandingkan dengan targetnya adalah salah satu cara
yang dapat dipakai sebagai bahan penilaian.Cakupan program adalah hasil langsung
(output) kegiatan program yandu.Cakupan setiap program dapat dihitung segera setelah
pelaksanaan kegiatan program.Perhitungan cakupan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan statistik sederhana yaitu jumlah orang yang mendapatkan pelayanan dibagi
dengan jumlah penduduk sasaran setiap program.2
Pengobatan
Program pengobatan di Puskesmas merupakan bentuk pelayanan dasar yang bersifat
kuratif. Masyarakat cenderung memanfaatkan pelayanan Puskesmas hanya untuk mendapat
pelayanan pengobatan.Tujuan.memberikan pengobatan dan perawatan kepada masyarakat,
khusus untuk Puskesmas perawatan.
Sasaran. Masyarakat diwilayah kerja yang mengunjungi Puskesmas untuk mencari pengobatan.
Ruang lingkup kegiatan:
a. Menegakkan diagnosis, memberikan pengobatan untuk penderita yang berobat
jalan atau pelayanan rawat inap khusus untuk Puskesmas yang mempunyai tempat
tidur.
b. Mengirim (merujuk) penderita ke pusat-pusat rujukan medis sesuai dengan jenis
penyakit yang tidak mampu ditangani oleh Puskrsmas
c. Menyelenggarakan Puskesmas keliling untuk menjangkau wilayah kerja
Puskesmas yang belum mempunyai Puskesmas pembantu atau wilayah
pemukiman penduduk yang masih sulit sarana transportasi.2
ISPA
Tabel 2. Kegiatan Puskesmas pada Penyakit ISPA6,9-11
Medis/Teknis Administrasi KIE
Pemeriksaan Pencacatan penderita Penyuluhan
Tatalaksana penderita ISPA Pencacatan penggunaan obat kelompok/perorangan
ringan dan sedang Register harian pneumonia Pelatihan kader
Kotrimoksasol tab 480 mg, Poster , leaflet, lembar balik,
sirup kotrimoksasol Kit advokasi dan Kit
240mg/5ml,sirup kering pemberdayaan masyarakat.
Amoksisilin 125 mg/5ml,
tablet paracetamol 500
mg,sirup paracetamol 120mg
/ 5mml
Penyakit Diare
Tabel 3. Kegiatan Puskesmas pada Penyakit Diare6,9,10
TB paru
Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh, puskesmas menjalankan
beberapa program pokok, salah satunya adalah program pemberantasan penyakit menular (P2M)
seperti program penanggulangan TB paru yang dilakukan dengan strategi DOTS dan penyuluhan
Kesehatan.
a. Strategi DOTS (Directly Observed Tretment Shortcourse)
Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan penderita, prioritas diberikan
kepada penderita TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan
dengan demikian menurunkan insidens TB di masyarakat. Strategi DOTS terdiri dari 5
komponen yaitu:
a) Komitmen politik dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana.
b) Penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik.
c) Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan pengawasan langsung
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).
d) Jaminan tersedianya OAT jangka pendek secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu
dengan mutu jaminan.
e) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil
pengobatan penderita dan kinerja program secara keseluruhan
b. Pengawasan Minum Obat (PMO)
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh PMO.Persyaratan untuk menjadi PMO yaitu seseorang yang
dikenal, dipercaya dan disetujui. Baik oleh petugas kesehatan maupun penderita, selain itu
harus disegani dan dihormati oleh penderita. Seseorang yang tinggal dekat dengan
penderita, bersedia membantu penderita dengan sukarela dan bersedia dilatih atau
mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita. Sebaiknya PMO adalah petugas
kesehatan. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari
kader kesehatan, PKK, atau anggota keluarga. Seorang PMO mempunyai tugas untuk
mengawasi penderita TB agar memakan obat secara teratur sampai selesai pengobatan,
memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur, mengingatkan penderita
untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan, memberi penyuluhan pada
anggota keluarga penderita TB yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk
segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan, dan tugas deorang PMO
bukanlah untuk mengganti kewajiban penderita mengambil obat dari unit pelayanan
kesehatan.Petugas kesehatan harus memberikan informasi penting yang perlu dipahami
PMO untuk disampaikan kepada penderita dan keluarga bahwa TB disebabkan oleh
kuman bukan penyakit keturunan atau kutukan. TB dapat disembuhkan dengan berobat
teratur, cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya,
cara pemberian pengobatan penderita (tahap intensif dan lanjut), pentingnya pengawasan
supaya penderita berobat secara teratur, kemungkinan terjadinya efek samping obat.3
Penyakit Kulit
Tabel 4. Kegiatan Puskesmas pada Penyakit Kulit6
Gizi Buruk
Salah satu fungsi umum dari puskesmas yaitu meningkatkan pemberdayaan masyarakat
dalam hal ini masalah kesehatan. Dalam hal ini Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes
RI membentuk sebuah kader yang adalah warga masyarakat setempat yng dipilih dan ditinjau
oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Tujuan pembentukan kader dalam rangka
menyukseskan pembangunan nasional, khususnya dibidang kesehatan, bentuk pelayanan
kesehatan diarahkan pda prinsip bahwa masyarakt bukanlah sebagai objek tetapi merupakn
subjek pembangunan itu sendiri. Kegiatan – kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter,
kader, dan semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan baik yang menyangkut di dalam
maupun diluar salah satunya adalah posyandu. Dalam hal iniyang dilakukan kader di posyandu
adalah melakukan pendaftaran, menimbang bayi dan balita serta mencatat hasil penimbangan,
memberikan penyuluhan, memberi dan membantu pelayanan. Selain itu kegiatan kader diluar
posyandu adalah mengajakn ibu – ibu untuk datang pada hari kegiatan posyandu.9,11
Tingkat Pencegahan Penyakit
Ada tiga tingkatan pencegahan di bidang pelayanan kedokteran (medical services) sesuai
dengan tingkat perkembangan patologi penyakit ( tingkat patogenesis penyakit).1
Kesimpulan
Kasus diatas kasus yg sering ditemui di Puskesmas, beberapa dapat menyebabkan
kematian. Oleh karena itu puskesmas mengadakan program pokok tujuannya untuk menurunkan
angka kasus penyakit, diharapkan juga untuk menyampaikan kepada warga agar mengetahui dari
mana sumber penyakit berasal sehingga dapat diobati sedini mungkin dan dapat mencegah
terjadinya penyakit tersebut.
Daftar Pustaka
1. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas.Jakarta:EGC;2009.h 1,9-12.
2. Muninjaya AAG. Manajemen kesehatan. Edisi ke-2.Jakarta: EGC;2004.h 9-10,144-179.
3. Widoyono.Penyakit tropis epidemiologi,penularan,pencegahan dan
pemberantasannya.Jakarta:Erlangga;2008.h 13,145-55