com
Sagung Agung Putri Dwiastutidkk / Int. J. dari Sekutu Med. Sci. dan Klin. Penelitian Vol-10(3) 2022 [310-315]
ISSN:2347-6567
IJAMSCR |Volume 10 | Edisi 3 | Juli - September - 2022
www.ijamscr.com
Sagung Agung Putri Dwiastuti*, Ida Ayu Dewi Kumala Ratih, IGA Ayu Dharmawati
1Departemen Kebersihan Gigi, PUIPK Kesehatan Pariwisata Poltekkes Kemenkes, Denpasar, Indonesia
ABSTRAK
Potong gigi merupakan upacara yang wajib dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Tradisi Upacara Potong Gigi mengandung makna yang dalam bagi kehidupan. Upacara potong gigi di Bali sangat
bervariasi, dan sering dilakukan pemotongan gigi secara massal, sehingga dikhawatirkan akan terjadi penularan penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang alat pemotong gigi sekali
pakai di Provinsi Bali. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan metode campuran transformatif, yaitu peneliti menggunakan tes kualitatif dan kuantitatif. Uji kualitatif menggunakan wawancara semi
terstruktur dengan metode Delphi kepada 7 ahli dan 15 praktisi sangging untuk mendapatkan alat potong gigi sekali pakai sesuai kaidah kesehatan. Setelah mendapatkan kesepakatan tentang
pemotong gigi sekali pakai, seminar dan hands on diadakan untuk sangging untuk mendapatkan data kuantitatif melalui Post-test only control design test. Hasil penelitian kualitatif dengan metode
Delphi menunjukkan bahwa para ahli sepakat bahwa alat pemotong gigi yang baru dirancang untuk alat sekali pakai, karena alat ini tidak mempengaruhi atau bertentangan dengan proses pemotongan
gigi. Hasil penelitian kuantitatif terhadap sangging dapat menerima alat sekali pakai yang didesain sesuai kaidah kesehatan, dibuktikan dengan uji Wilcoxon signed Ranks persepsi sangging terhadap alat
potong gigi sekali pakai dengan p value < 0,05. karena alat ini tidak mempengaruhi atau bertentangan dengan proses pemotongan gigi. Hasil penelitian kuantitatif terhadap sangging dapat menerima
alat sekali pakai yang didesain sesuai kaidah kesehatan, dibuktikan dengan uji Wilcoxon signed Ranks persepsi sangging terhadap alat potong gigi sekali pakai dengan p value < 0,05. karena alat ini tidak
mempengaruhi atau bertentangan dengan proses pemotongan gigi. Hasil penelitian kuantitatif terhadap sangging dapat menerima alat sekali pakai yang didesain sesuai kaidah kesehatan, dibuktikan
dengan uji Wilcoxon signed Ranks persepsi sangging terhadap alat potong gigi sekali pakai dengan p value < 0,05.
PENGANTAR gigi, karena alat yang digunakan untuk memotong gigi bergantian
dari satu orang ke orang lain. Peralatan yang digunakan berpotensi
Pada upacara potong gigi, empat gigi seri dan dua gigi menularkan infeksi dari satu orang ke orang lain. Menurut Mulyanti
taring kiri dan kanan di rahang atas dipotong, dipahat tiga & Putri[4], penyakit yang dapat ditularkan melalui gigi dan mulut
kali, diasah dan diratakan.[1]. Menurut penelitian adalah: hepatitis, HIV/AIDS, penyakit menular seksual yang
sebelumnya[2], keluhan yang ditemukan setelah potong bermanifestasi di rongga mulut seperti sifilis, TBC, herpes dan
gigi: nyeri, gigi berubah posisi, gigi menjadi renggang infeksi jamur. Mengingat mudahnya penularan penyakit melalui
bahkan gigi goyang. Hasil penelitian Sagung tahun 2010[3] gigi dan mulut, maka perlu dipikirkan gunting gigi sekali pakai,
menunjukkan bahwa pendidikan sangging rata-rata adalah SMA, namun dengan harga yang terjangkau dan tidak mengurangi
pengetahuan sangging tentang kesehatan gigi cukup rata-rata, makna dari prosesi upacara potong gigi dan sesuai dengan kaidah
perilaku terhadap alat yang digunakan cukup rata-rata dan tata kesehatan. Agar tidak ada rasa takut dan ragu tentang potong gigi,
cara pemotongan gigi sangging tidak sama berarti sangging dengan demikian metatah sebagai tradisi kebanggaan bisa lestari
belum memiliki ketetapan. aturan potong gigi. Upacara potong dan lestari.
gigi ini sangat mahal, sehingga sering dilakukan pemotongan gigi
secara masal, baik di lingkungan keluarga besar, di lingkungan METODE
masyarakat desa adat, bahkan pemotongan gigi yang diprakarsai
oleh pemerintah setempat. Hal ini perlu mendapat perhatian dari Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian metode
segi kebersihan, yang meliputi sterilitas alat, pelaku pemotongan campuran transformatif, yaitu peneliti menggunakan
gigi (sangging), dan peserta pemotongan kacamata teoritis sebagai perspektif overreaching yang
310
Sagung Agung Putri Dwiastutidkk / Int. J. dari Sekutu Med. Sci. dan Klin. Penelitian Vol-10(3) 2022 [310-315]
terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif upacara. Pemotongan gigi merupakan upacara yang wajib dilakukan
menggunakan wawancara semi terstruktur dengan metode Delphi oleh umat Hindu. Menurut para ahli, agama Hindu di Bali adalah religia
kepada para ahli, praktisi sangging terpilih, untuk mendapatkan sosial (kisah keagamaan) yang menguatkan, misalnya: jika Anda tidak
alat potong gigi sekali pakai yang sesuai dengan prosedur memotong gigi di “kedituanne makpak tiing betung” maka Anda mulai
kesehatan. Setelah alat sekali pakai memotong gigi sesuai aturan melembagakannya menjadi keyakinan jika Anda tidak' t melakukannya,
kesehatan, mereka mendapatkan kesepakatan. Kemudian Anda akan merasa bersalah, jadi kesimpulannya adalah bahwa upacara
dilakukan seminar dan hands on serta evaluasi menggunakan potong gigi itu sangat penting, dan tidak mungkin untuk dicabut. Para
kuisioner terhadap sangging dengan tujuan untuk mengetahui ahli menyadari bahwa tindakan memotong gigi dapat menyebabkan
kemampuan dan respon responden terhadap alat potong gigi penularan suatu penyakit. Kesadaran hanya sebatas tidak boleh
sekali pakai yang sesuai dengan kaidah kesehatan. Metode Delphi memotong gigi terlalu banyak, namun pemahaman untuk desain alat
dalam penelitian penelitian ini menggunakan 7 orang ahli dari yang aman belum pernah terpikirkan. Para ahli sangat mendukung
kalangan akademisi dan praktisi. Populasi dalam penelitian dan berterima kasih karena petugas kesehatan mau memikirkan hal
deskriptif ini adalah seluruh sangging yang ada di Provinsi Bali. ini. Agama Hindu sangat terbuka terhadap perubahan, tentunya
Pengambilan sampel untuk pengujian kuantitatif menggunakan perubahan menjadi lebih baik bagi umat Hindu dimanapun mereka
metode post test only control group design, pengambilan sampel berada, khususnya di Bali. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan
dengan Multistage Random Sampling, dengan membagi sampel Ihmori[5]yang menyatakan bahwa kebudayaan bukanlah sesuatu yang
berdasarkan kabupaten: Badung, Tabanan, Gianyar, Bangli. statis, melainkan dinamis. Kebudayaan dapat luntur atau bahkan
Hingga 35 orang. Data yang diperoleh dari jawaban kuesioner diuji hilang karena perubahan dan perkembangan zaman. Tanpa adanya
dengan uji Wilcoxon Signed Ranks Test. campur tangan dari budaya asing terhadap budaya tersebut, pasti
akan berubah seiring berjalannya waktu. Kebudayaan adalah
HASIL DAN DISKUSI pengetahuan manusia sebagai alat sosial yang digunakan untuk
memahami dan memaknai lingkungan dan pengalamannya serta
Bali adalah tempat tujuan wisata, salah satu budaya Bali yang sebagai pedoman dalam berperilaku.[6].
tidak bisa dipisahkan dari agama Hindu adalah potong gigi
Alat yang disetujui adalah sebagai berikut:
Ada empat alat yang bersentuhan langsung dengan orang yang giginya dipotong. terdiri dari:
1. Handle/pegangan, Holder adalah alat yang tidak masuk ke mulut, hanya sebagai ujung holder
Gambar 2: Menangani
311
Sagung Agung Putri Dwiastutidkk / Int. J. dari Sekutu Med. Sci. dan Klin. Penelitian Vol-10(3) 2022 [310-315]
Alat ini harus diganti pada setiap pemotongan gigi. Alat ini juga perlu disterilkan sebelum memotong gigi. Ada empat alat yang digunakan saat
memotong gigi yang bersentuhan dengan orang/masuk mulut dan cara menggunakannya:
1. Palu / Semiti: palu ini adalah alat yang tidak masuk ke dalam mulut, jadi jika tidak diganti tidak apa-apa.
Gambar 4: Palu
2. Pahat: pahat adalah alat yang digunakan pertama kali, masuk ke dalam mulut. Pahat ini berukuran lima sentimeter dengan ketebalan 1
sentimeter, yang terdiri dari ujung tajam dan bagian yang dimasukkan ke dalam pegangan sebagai pegangan. Sehingga nyaman untuk memotong
gigi. Alat pahat ini bisa diganti dengan batang dap-dap yang berbentuk seperti pahat.
312
Sagung Agung Putri Dwiastutidkk / Int. J. dari Sekutu Med. Sci. dan Klin. Penelitian Vol-10(3) 2022 [310-315]
Gambar 5: Pahat
3. Kikir: file ini tidak bisa dibeli dalam bentuk barang pabrikan, hanya saja panjangnya sehingga saat digunakan bisa mengenai bibir atau gusi. File ini
juga memiliki bagian yang dapat dimasukkan ke dalam pegangan sebagai pemegang alat.
Gambar 6: Pelit
4. Rautan: terbuat dari alat logam bagian dalam dengan panjang 5 sentimeter dan tebal 1 sentimeter. Rancang bangun alat asah
ini terbuat dari amplas kasar No. 500 (halus) dan No. 100 (kasar) dengan teknik double tip sehingga setelah digunakan bisa dilepas
dan diganti dengan material baru.
Gambar 7: Rautan
313
Sagung Agung Putri Dwiastutidkk / Int. J. dari Sekutu Med. Sci. dan Klin. Penelitian Vol-10(3) 2022 [310-315]
Setelah alat tersebut disetujui oleh para ahli dan praktisi sangging, maka dilakukan pengenalan awal sangging untuk mengetahui
kesesuaian alat dengan harapan para ahli, dari segi kesehatan, ketepatan dan kenyamanan sangging saat menggunakan alat
tersebut.
Dari hasil analisis uji Wilcoxon signed Ranks terhadap 35 orang diketahui rata-rata usia sangging adalah 51,2 ± 8,39, pendidikan
terbanyak pada jenjang pendidikan menengah. Uji normalitas dengan Shapiro Wilk menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi
normal, dan dilanjutkan dengan uji Wilcoxon Signed Ranks.
Hasil uji statistik dengan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1: Distribusi Persepsi Sangging Pemotong Gigi Ditinjau dari Kesehatan, Ketepatan Kerja dan Kenyamanan Kerja
Variabel Rata-rata Peringkat Jumlah Peringkat Z Tanda tangan. (2-ekor)
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil analisis persepsi sangging pada alat potong gigi ditinjau dari kesehatan, ketepatan dan
kenyamanan kerja sebelum dan sesudah mendapat perawatan terjadi perubahan dengan nilai tanda P < 0,050.
REFERENSI
1. Sudarma. 2009. Pengertian dan arti potong gigi [online]; tersedia [dikutip 05 Oktober 2009]. Tersedia dari: http://
dharmaveda.wordpress.com
2. Laut F. Penyakit gigi dan mulut. Denpasar: Akademi Kesehatan Gigi; 2000.
3. Mulyanti S, Putri MH. 2011. Pengendalian infeksi silang di klinik gigi. Jakarta: EGC; p. 1-4, 29-30, 34-6, 55-70, 76-7, 81- 4,
89-97, 102-10, 139-40, 143-44.
4. Ihromi. TO 1996. Dasar-dasar antropologi budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
5. Sugiyono. 2014. Metode penelitian bisnis. Bandung: Alfabeta;
6. Sagung A P. et.al. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Penggunaan Alat Para Sangging
Berdasarkan Karakteristik Para Sangging Di provinsi Bali. Perpusnas.
7. Febrianto A. 2016. Antropologi ekologi. Jakarta: Kencana.
8. Australian Dental Association Inc. Ada pedoman untuk pengendalian infeksi. 2nd. Australian Dent Assoc Inc. 2012;6:8-11,
15-6, 21-5, 29-31.
9. Asosiasi Dokter Gigi Inggris. Pengendalian infeksi dalam kedokteran gigi. Lembar Saran BDA. 2003; J12:4-5, 7-10.
10. Panduan Pemberantasan Penyakit Menular Chin J. Jakarta: Imfomedika; 2000.
11. Creswell, John W2010. Desain penelitian pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan campuran. Yogyakarta: perpustakaan siswa.
12. Dickinson SK, Bebermeyer RD. Pedoman pengendalian infeksi dalam pengaturan perawatan kesehatan gigi. Kursus Pendidikan
Berkelanjutan Crest®Oral-B®at dentalcare.com. 2013;7-8:14-6, 22.
13. Otoritas Kesehatan Dubai. Pedoman pencegahan dan keamanan infeksi gigi. edisi ke-3 Departemen Regulasi Komunikasi
Kesehatan; 2012. hal. 33-41, 44-5.
314
Sagung Agung Putri Dwiastutidkk / Int. J. dari Sekutu Med. Sci. dan Klin. Penelitian Vol-10(3) 2022 [310-315]
14. Rinendy D. Hubungan antara pengetahuan dan sikap profesional mahasiswa dengan tindakan pencegahan penyakit menular di
rumah sakit gigi dan mulut [tesis]. Universitas Jember; 2012.
15. Irlan AR, Heliati R. Metode Delphi. Modul. Bandung: Universitas Padjajaran; 2018.
16. Isnandar. Pengendalian infeksi dalam kedokteran gigi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi USU; 2011. hal. 1-3, 5-11.
17. Wiguna J. Pendidikan nilai pada upacara potong gigi massal di Pitra yadnya di Desa Adat Pandem, Kecamatan Jembrana,
Kabupaten Jembrana. jurnal penelitian agama hindu. Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar; 2017. Tersedia dari: http://
ejurnal.ihdn.ac.id/index.php/JPAH.
18. Kementerian Kesehatan RI. BalitbangKes. Jakarta: Buku Dasar Riset Kesehatan Perusahaan; 2013.
19. Molinari JA, Harte JA. Pengendalian infeksi praktis Cottone dalam kedokteran gigi. edisi ke-3 Lippincott Williams & Wilkins, bisnis Wolters
Kluwer; 2010. hal. 148-64, 221-9, 261-7.
20. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2002.
21. Anonim. Pendidikan perilaku, Jakarta: Rineka cipta; 2007.
22. Nurhasanah. Prosedur sterilisasi alat cabut gigi dan dental unit oleh mahasiswa kepaniteraan klinik prodi bedah mulut
FKG USU tahun 2012 [tesis]. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi USU. p. 1, 4, 5, 7-9; 2012.
23. Nuryani S. Anatomi/fisiologi Gigi. Surabaya: Akademi Kesehatan Gigi; 1997.
24. Laut F. Penyakit gigi dan mulut. Denpasar: Akademi Kesehatan Gigi; 2000.
25. Silitonga AB. Penerapan metode demonstrasi dan metode latihan dalam mengemas pembelajaran [online]. Jil. 2008 (30
Oktober). tersedia. Tersedia dari:http://educare.efkipunla.net/index.php.
26. Putu SIB. Arti dari upacara potong gigi. Bali: Penerbitan Panakon; 2008.
27. Dahlan S. Sampel Besar di Bidang Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta: alqa print Jatinangor; 2006.
28. Swastika. 2002. Mepandes (potong gigi). Denpasar: CV Kayumas Agung.
29. Syah M. Belajar psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2007.
315