Anda di halaman 1dari 21

RENCANA PROSES PEMBELAJARAN (RPP) #5

Mata Kuliah Usaha Jasa Konstruksi & Manajemen Proyek


Kode Mata Kuliah TES18771 (2018) / TES13652 (2013)
Semester 7
SKS 3 / MKB
Fakultas / Program Teknik / Teknik Elektro
Studi
Mata Kuliah Prasyarat Menggambar Teknik
Dosen Pengampu Dr. (Cand.) Priyo Adi Sesotyo, S.T., M.En.
Kontak Dosen 082358200800 / psesotyo@usm.ac.id

Klasifikasi, Kualifikasi dan Perizinan


Usaha Jasa Konstruksi

5.1 Klasifikasi Usaha Jasa Konstruksi

Sebagaimana dimalumi, Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa


Konstruksi (UUJK) berikut Peraturan Pemerintah Nomor 28, 29 dan 30 tahun
2000 telah berlaku mulai 7 Mei 2000. Dengan demikian pijakan dasar hukum
yang digunakan khususnya tentang klasifikasi dan kualifikasi badan usaha di
bidang jasa konstruksi yang selanjutnya dikenal dengan Sertifikasi dan Registrasi
Badan Usaha telah beralih dari yang dahulu diatur melalui Petunjuk Teknis
Keputusan Presiden nomor 16/94 Lampiran II, kini ditetapkan oleh lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi suatu lembaga independen yang didirikan
berdasarkan UUJK. Sertifikasi kemampuan dasar perusahan, baik yang berbentuk
badan hukum maupun yang t i d a k berbentuk badan hukum yang usaha
pokoknya adalah melakukan pekerjaan, perencanaan, pelaksanaan/pemborongan,
dan pengawasan.

Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) mempersiapkan Pedoman


Akreditasi Asosiasi Perusahaan dan Profesi, membuat norma dasar Sertifikasi dan
Registrasi Badan Usaha dan lain sebagainya yang akan digunakan oleh Asosiasi
Perusahaan Profesi dalam melaksanakan kegiatan sertifikasi.

B . Pengertian
1. Akreditasi
Penilaian oleh Komite Akrevitasi Asosiasi (FAA) yang dibentuk oleh
LPJK, selanjutnya disebut Komire LPJK, terhadap sistem sertifikasi bagi
Badan Usaha anggotanya dalam rangka pemberian kewenangan untuk dan
atas nama LPJK menyelenggarakan sertifikasi untuk menetukan
kompetensi Badan Usaha anggotanva sesuai dengan klasifikasi dan
kualifikasi yang ditetapkan oleh LPJK.

2. Klasifikasi
Kegiatan untuk menetapkan penggolangan usaha di bidang jasa
konstruksi menurut bidang/subbidang/ bagian subbidang (termasuk
lingkup layanan khusus untuk jasa konsultansi perencanaan pengawasan).

3. Kualifikasi
Kegiatan untuk menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa
konstruksi menurut tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan usaha
sesuai bidang/subbidang/bagian subbidang dan lingkup layanan khusus
untuk jasa konsultasi/perencanan/pengawasan

4. Sertifikasi
Proses penilaian untuk mendapatkan pengakuan terhadap klasifikasi
dan kualifikasi atas kompetensi dan kemampuan usaha jasa di bidang
konstruksi, yang di wujudkan dengan tanda bukti pengakuan dalam bentuk
sertifikat yang disebut Sertifikat Badan Usaha.

5. Registrasi

Proses pencatatan hasil sertifikasi yang dilakukan oleh Asosiasi


Perusahaan Jasa Konstruksi kepada LPJK dan kemudian setiap Badan Usaha
diberikan Nomor Registrasi sesuai bidang/subbidang/bagian subbidang dan
fingkup layanan yang didaftarkan.
. Pokok Kegiatan Sertifikasi
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) mempunyai kewenangan
dan tanggungjawab dalam memberikan akreditasi kepada Asosiasi Perusahaan
untuk membantu LPJK dalam rangka menyelenggarakan sertifikasi Badan Usaha

Dengan demikian, sertifikasi Badan Usaha hanya dapat dilakukan oleh


Asosiasi Perusahaan yang telah terakreditasi oleh LPJK, yang tata cara dan
persyaratannya diatur dan ditentukan daiam AD/ART LPJK

Pokok kegiatan sertifikasi adalah ;

1. Klasifikasi usaha jasa konstruksi terdiri dari :

a. Klasifikasi usaha bersifat umum diberikan kepada badan usaha yang


mempunyai kemampuan untuk melaksanakan satu atau lebih bidang
pekerjaan
b. Klasifikasi usaha bersifat spesialis diberlakukan kepada usaha orang
perorangan dan atau badan usaha yang mempunyai kemampuan hanya
melaksanakan satu subbidang atau satu bagian subbidang.
c. Klasifikasi usaha orang perorangan yang berketrampilan kerja tertentu
diberlakukan kepada usaha orang perorangan yang mempunyai
kemampuan hanya mefaksanakan suatu ketrampilan kerja tertentu.

2. Klasifikasi usaha jasa konstruksi didasarkan pada tingkat kedalaman


kompetensi dan potensi kemampuan usaha dan dapat digolongkan dalam :

a. Kualifikasi usaha besar (B)

b. Kualifikasi usaha menengah (M)

c. Kualifikasi usaha kecil, termasuk usaha orang perorangan (K)

Sertifikat klasifikasi dan kualifikasi usaha orang perorangan dan badan


usaha, secara berkala diteliti/dinilai kembali oleh LPJK yang pelaksanaannya
didelegasikan kepada asosiasi perusahaan yang telah mendapat akreditasi dari
LPJK
Persyaratan penetapan kualifikasi usaha jasa pelaksana konstruksi

(peraturan lembaga pengembangan jasa konstruksi no. 11a tahun


2008)
JUMLAH
KUALIFI BATAS NILAI MAKS
GOL PEKERJAAN
NO KASI KETERANGAN
USAHA SUB
(GRED) ( RP)
BIDANG

PER

1 ORANG 1 100.000.000 2

AN

2 BDN 2 300.000.000 4
USAHA
3 K 3 600.000.000 6

C
4 4 1.000.000.000 8
I

BDN
1.000.000.000
USAHA
5 5 S.D 10
MENE
10.000.000.000
NGAH

BDN 1.000.000.000 MEMILIKI


USAHA SERTIFIKAT
6 6 S.D 12
B MANAJEMEN
25.000.000.000 MUTU ISO
E
7 7*) 1.000.000.000 TAK MEMILIKI
S
SERTIFIKAT
S.D TERBATAS
A TAK MANAJEMEN
TERHINGGA MUTU ISO
R

*) Berlaku juga untuk perusahaan asing yang membuka kantor perwakilan

Setiap gred usaha jasa konstruksi harus ditetapkan berdasarkan kriteria


risiko dan teknologi bukan hanya kriteria biaya saja

Persyaratan penetapan kualifikasi

Usaha jasa perencana konstruksi dan pengawas konstruksi

(peraturan lembaga pengembangan jasa konstruksi no. 12a tahun 2008)

JUMLAH
KUALIFI BATAS NILAI
MAKS
GOL PEKERJAAN
NO KASI KETERANGAN
USAHA SUB
(GRED) ( RP)
BIDANG

PER

1 ORANG 1 50.000.000 2 SB/SL

AN

BDN 400.000.000 BATAS


3 B/L
2 USAHA 2 Tp-1 KUALIFIKASI
(5 SB/SL)
K GRED 2

E BATAS
3 B/L
KUALIFIKASI
3 C 2 Tp-2 (10
SESUAI
I SB/SL)
PENGALAMAN
L
4 2 Tp-3 6 B/L BATAS
KUALIFIKASI
(15
SB/SL) SESUAI TAHUN
SEBELUMNYA

BATAS
3 B/L
5 3 Tp-1 KUALIFIKASI
(5 SB/SL)
GRED 3

BDN BATAS
400.000.000 3 B/L
USAHA KUALIFIKASI
6 3 Tp-2 (10
S.D SESUAI
MENE SB/SL)
1.000.000.000 PENGALAMAN
NGAH
BATAS
7 B/L
KUALIFIKASI
7 3 Tp-3 (25
SESUAI TAHUN
SB/SL)
SEBELUMNYA

BDN 400.000.000 BATAS


USAHA 10 B/L
S.D KUALIFIKASI
8 4 (33
BESAR SESUAI TAHUN
TAK SB/SL)
TERBATAS SEBELUMNYA

5.2 Kualifikasi Usaha Jasa Konstruksi


Tabel 5. Penggolongan Kualifikasi Badan Usaha dan

Batasan Kemampuan Kompetensi Untuk Penetapan

Sertifikat Badan Usaha


Jenis Usaha Konstruksi
Gol. Perencanaan/
Pelaksana
Pengawasan

(1) (2) (3)

 Nilai proyek (NP) Rp 0 s.d Rp 100 juta


 Perusahan baru yang tidak punya TDR/tidak punya
K-3 pengalaman
 Perusahaan GEL-P1 dengan KB<Rp 50 juta yang tertera
dalam TDR
 Jumlah maksimum sub bidang = 2 buah
 NP Rp 100 juta s.d Rp 400 juta
 TDR-C2 / GEL-P1  NP s.d Rp.
K-2  TDR-C1 th. 1999/2000 (baru naik) 200 juta
 Perusahaan GEL-P1  Perusahaan
 Jumlah Maksimum baru
 NP Rp 400 juta s.d Rp 1 Miliar  TDR –C
K-1  TDR-C1
 TDR-D th. 1999/2000 (baru naik)
 Jumlah maksimum sub bidang = 6 buah
 NP Rp 1 Miliar s.d Rp 3 Miliar
M-2  TDR-C1
 TDR-D th. 1999/2000 (baru naik)
 Jumlah maksimum sub bidang = 10 buah
 NP Rp 1 Miliar s.d Rp 3 Miliar  NP Rp 200
M-1  TDR-B juta s.d Rp
 TDR-A th. 1999/2000 (baru naik) 1 Miliar
 Jumlah maksimum sub bidang = 10 buah  TDR-B
 NP > Rp 10 Miliar  NP > Rp
B  TDR-A 1000 juta
 Jumlah maksimum sub bidang = 10 buah  TDR-A

Sertifikat Ketrampilan/Keahlian
Penanggung jawab teknik badan usaha jasa perencanaan, jasa pelaksanaan
dari jasa pengawasan harus memiliki sertifikat ketrampilan dan atau keahlian
sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasi tenaga kerja konstruksi.

Catatan :
Asosiasi Perusahaan Jasa Konstruksi :
Asosiasi perusahaan merupakan satu atau lebih wadah organisasi orang
perorangan atau perusahaan baik yang berbadan hukum maupun tidak
berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa konstruksi yang bersifat umum
atau spesialis serta memiliki ketrampilan atau keahlian.

Contoh :
1. Gabungan Peiaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI)
2. Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia (AKLI)
3. Asosiasi Kontraktor Air Indonesia (AKAINDO)
4. Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO)
5. Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasionai (GAPEKNAS)

Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi


Asosiasi profesi merupakan satu atau lebih wadah organisasi dan atau
himpunan orang perorangan trampil dan atau ahli atas dasar kesamaan disiplin
keilmuan dan atau profesi di bidang konstruksi atau yang berkaitan dengan jasa
konstruksi.

Contoh :

1. Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)


2. Himpunan Ahli Teknik Hidrolik Indonesia (HATHI)
3. Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI)
4. Ikatan Ahli Perencana Indonesia (IAP)
5. Perhimpunan Ahli Teknik Indonesia (PAT)
6. Himpunan Ahli Manajemen Konstruksi Indonesia (HAMKI)
D. Registrasi
1. Badan Usaha baik nasional maupun asing yang telah mendapat sertifikat
klasifikasi dan sertifikat kualifikasi, wajib mengikut registrasi yang
dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
2. Pemberian tanda registrasi Badan Usaha dilakukan dewan cara meneliti/
menilai sertifikat klasifikasi dan sertifikat kuafifkasi yang dimiiiki oleh Badan
Usaha.

E. Akreditasi Asosiasi Perusahaan Jasa Konstruksi

1. LPJK melaksanakan akreditasi terhadap asosiasi perusahaan yang telah


memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan klasifikasi dan kualifikasi
2. Asosiasi perusahan wajib melaporkan hasil klasifikasi dan kualifikasi yang
dilakukan pada LPJK
3. Berdasarkan pasal 10 ayat 5 anggaran dasar, LPJK berwenang memberikan
juga akreditasi kepada asosiasi profesi jasa konstruksi dan isntitusi
pendidikan dan pelatihan. Institusi pendidikan dan pelatihan dimaksudkan
untuk memberikan kewenangan kepada yang bersangkutan yang telah
memenuhi syarat untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
keahlian kerja dan ketrampilan kerja.
4. Bentuk sertifikat seragam di seluruh indonesia dan ditetapkan oleh Dewan
LPJK Nasional
5.3 Perizinan Usaha Jasa Konstruksi

A. Latar Belakang
1. Jasa kornstruksi adalah jasa yang berhubungan dengan pelaksanaan
pembangunan prasarana dan sarana fisik ; bangunan-bangunan yang
dalam pelaksanaan, penggunaan dan pemanfaatannya menyangkut
kepentingan, keselamatan masyarakat serta ketertiban pembanguan dan
lingkungan.

2. Penggunaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana dapat terganggu dan


membahayakan keselamatan umum pembangunan tidak diaksanakan
oleh perusahaan yang andal dan memiliki tingkat kemampuan
profesionaI

3. Untuk itu diperlukan serangkaian kegiatan untuk menyaring tingkat keandalan


perusahaan tersebut antara lain: pemberian izin usaha, sertifikasi, registrasi,
penghitungan sisa kemampuan nyata (SKN) dan pelelangan.

4. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka bagi perusahaan yang


memberikan konsultasi ataupun melaksanakan konstruksi bangunan yang
digunakan untuk kepentingan umum atau untuk dijual/disewakan, diwajibkan
memiliki surat izin yang disebut Surat Izin Usaha ]asa Konstruksi atau
disingkat SIU]K,
B. Tujuan
1. Menjamin keterpaduan pengaturan dan pembinaan usaha jasa konstruksi
nasional.

2. Menunjang terwujudnya iklim berusaha yang lebih sehat,

3. Adanya kepastian keandalan perusahaan.

4. Meningkatkan perlindungan terhadap pemakai jasa dan keselamatan umum.

5. Menunjang peningkatan efisiensi penggunaan sumberdaya dalam


pembangunan prasarana dan sarana fisik.

C. Prinsip Pelaksanaan Pemberian SIUJK Pelaksanaan pemberian SIUJK


berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
l. SIUJK tidak merupakan tambahan simpul birokrasi.

2. SIUJK harus mencerminkan profesionaisme pengusaha.

3. SIUJK harus terkait secara baik dengan kegiatan sertifikasi.

4. SIUJK merupakan salah satu sarana pembinaan dunia usaha jasa konstruksi.

D. Ketentuan Umum
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang
Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, pasal 14 ditentukan hal-hai sebagai
berikut :

1. Badan Usaha Nasional yang menyelenggarakan usaha jasa konstruksi wajib


memiiiki izin usaha yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah di tempat
domisilinya.

2. Izin usaha berlaku untuk melaksanakan kegiatan usaha jasa konstruksi di


seluruh wilayah Republik Indonesia.

3. Izin usaha diberikan pada Badan Usaha Nasional yang telah memenuhi
persyaratan sebagai berikut :

a. memiliki tanda register badan usaha yang dikeluarkan oleh LPJK;


b. melengkapi ketentuan yang dipersyaratkan oleh peraturan perundang-
undangan lain yang terkait dengan kegiatan usaha.

4. Badan usaha asing yang menyelenggarakan usaha jasa konstruksi wajib


memiiiki izin usaha yang diberikan oleh pemerintah dengan persyaratan
sebagai berikut :

a. memiliki tanda register badan usaha yang dikeluarkan oleh LPJK;

b. memiliki kantor perwakilan di Indonesia;

c. memberikan laporan kegiatan tahunan bagi perpanjangan;

d. memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan oleh peraturan perundang-


undangan.

E. Jasa Konsultansi Konstruksi/Konsuitan


l. Batasan

Jasa konsultansi konstruksi adalah jasa yang berhubungan dengan


perencanaan umum, perencanaan teknis, dan manajemen pelaksanaan
pembangunan pra sarana dan/atau sarana fisik yang dalam pelaksanaan,
penggunaan dan pemanfaatannya menyangkut kepentingan/keselamatan
masyarakat, ketertiban pembangunan dan lingkungan.

Jenis jasa konsultansi konstruksi mefiputi :

 perencanaan umum;
 studi kelayakan;
 survei;
 penelitian;
 perencanaan teknis;
 manajemen proyek.
2. Data yang Harus Dipenuhi

Untuk keperluan permohonan SIUJK kegiatan usaha jasa konsultansi


konstruksi (konsultan), pemohon wajib menyerahkan data sebagai berikut :
 data administrasi;
 data personalia;
 data peralatan/perlengkapan kantor;
 data keuangan; dan
 data pengalaman kerja perusahaan.

F. Jasa Pelaksanaan Konstruksi/Kontraktor


1. Batasan

Jasa pelaksana konstruksi adalah jasa yang berhubungan dengan


pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana dan/atau sarana fisik yang
dalam pelaksanaan, penggunaan, dan pemanfaatannya menyangkut
kepentingan, keselamatan masyarakat, ketertiban pembangunan lingkungan.

2. Data yang Dibutuhkan

Untuk keperluan permohanan SIUJK kegiatan usaha jasa pelaksanaan


konstruksi (kontraktor), pemohon wajib menyerahkan data sebagai berikut :

 data administrasi;
 data personalia;
 data peralatan;
 periengkapan kantor;
 data keuangan dan
 data pengalaman kerja perusahaan

Anda mungkin juga menyukai