Anda di halaman 1dari 24

1

BUPATI BANYUWANGI
PROVINSI JAWA TIMUR

SALINAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI
NOMOR 14 TAHUN 2015
TENTANG
PERIJINAN PELAYANAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal


melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap penduduk, perlu diselenggarakan
pembangunan kesehatan yang lebih merata, bermutu,
berdaya guna dan berhasil guna dengan peran serta
masyarakat secara aktif;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, diperlukan adanya campur tangan pemerintah
untuk melakukan pengawasan, pengendalian dan peran
serta masyarakat dalam pengelolaan pelayanan di bidang
kesehatan melalui mekanisme perijinan;
c. bahwa agar penyelenggaraan perijinan kesehatan sesuai
dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik dan
untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat dari
penyalahgunaan wewenang didalam penyelenggaraan
perijinan, maka diperlukan pengaturan hukum yang
mendukungnya ;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Perijinan Pelayanan Kesehatan;
1
2

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten di Lingkungan
Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1950 Nomor 41) sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5038);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
6. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah dua kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
9. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
Tentang Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 307, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5612);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
3

12. Peraturan Pemerintah Nomor: 103 Tahun 2014 tentang


Pelayanan Kesehatan Tradisional;
13. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 167/KAB/B.VIII/1972
tentang pedagang eceran obat sebagaimana diubah dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1331/MENKES/SK/X/2002;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
147/MENKES/PER/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Hr.02.02/MENKES/148/I/2010 tenang izin dan
penyelenggaraan praktik perawat sebagaimana diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun
2013;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/Menkes/Per/III/
2010 tentang Laboratorium Klinik;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
812/MENKES/PER/VII/2010 tentang penyelenggaraan
pelayanan dialysis pada fasilitasi pelayanan kesehatan;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1191/MENKES/PER/VIII/2010 tentang penyaluran alat
kesehatan;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1464/MENKES/PER.X2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan;
20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi Ijin Praktik
dan Ijin Kerja Tenaga Kefarmasian;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052 Tahun 2011
tentang Ijin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Industri dan Usaha obat Tradisional;
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 Tentang
Klinik;
24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah sakit;
25. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN BANYUWANGI
dan
BUPATI BANYUWANGI
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERIJINAN PELAYANAN


KESEHATAN
4

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Banyuwangi.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah
Kabupaten Banyuwangi.
3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Banyuwangi.
4. Dinas adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi.
5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyuwangi.
6. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
7. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun
yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan
usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik
daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan
lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk
usaha tetap.
8. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah
dan/atau masyarakat.
9. Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok
dan atau masyarakat.
10. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
5

11. Dokter adalah dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi,


dan gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau
kedokteran gigi di dalam maupun di luar negeri yang
diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
12. Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi
dan dokter gigi spesialis terhadap pasien dalam
melaksanakan upaya kesehatan.
13. Surat Ijin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah
tanda bukti tertulis yang diberikan Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyuwangi kepada dokter umum, dokter
spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang telah
memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik
kedokteran.
14. Pelayanan medis adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi
dan dokter gigi spesialis dalam menyelenggarakan praktik
kedokteran.
15. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan/atau masyarakat.
16. Perawat adalah seorang yang telah lulus pendidikan
perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
17. Surat Ijin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP
adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk
menjalankan praktik keperawatan secara perorangan
dan/atau berkelompok.
18. Ijin mendirikan rumah sakit adalah ijin yang diberikan
untuk mendirikan rumah sakit setelah memenuhi
persyaratan untuk mendirikan.
19. Ijin operasional rumah sakit adalah ijin yang diberikan
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan setelah
memenuhi persyaratan dan standar.
20. Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang
menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan
dan dipimpin oleh seorang tenaga medis.
6

21. Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang


melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan
bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis
penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor
yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan
masyarakat.
22. Perijinan kesehatan adalah fungsi dan proses
penyelenggaraan pemerintahan dalam penerbitan ijin
dibidang kesehatan;
23. Ijin di bidang kesehatan adalah keputusan tata usaha
negara yang diberikan kepada setiap orang dan/atau
lembaga yang melakukan kegiatan upaya kesehatan;
24. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap status sarana
dan/atau tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikasi
kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu
lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan
praktik dan/atau pekerjaan profesinya;
25. Rekomendasi adalah pertimbangan yang diberikan oleh
instansi atau pejabat yang berwenang untuk digunakan
dalam pemberian ijin di bidang kesehatan;
26. Pengawasan adalah kegiatan memantau, melaporkan dan
mengevaluasi kegiatan pemegang ijin guna menetapkan
tingkat ketaatan terhadap persyaratan perijinan dan/atau
peraturan perundang-undangan;
27. Sanksi administrasi adalah penerapan perangkat sarana
hukum administrasi yang bersifat pembebanan kewajiban
dan/atau penghapusan hak bagi pemegang ijin dan/atau
aparat penyelenggara atas dasar ketidakpatuhan dan/atau
pelanggaran persyaratan ijin dan/atau peraturan
perundang-undangan;
28. Orang adalah orang perseorangan atau badan, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum;
29. Hari adalah hari kerja yang ditetapkan pemerintah daerah.

BAB II
ASAS, TUJUAN, SASARAN dan FUNGSI
Pasal 2

Ijin pelayanan kesehatan didasarkan pada asas :


a. keadilan;
b. kepastian hukum;
c. keterbukaan;
d. profesionalitas;
e. akuntabilitas.
7

Pasal 3

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan bertujuan sebagai :


a. upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
sarana, prasarana dan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat;
b. upaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dan pelayanan umum yang terkait kesehatan
melalui pembinaan, pengawasan dan pengendalian sesuai
dengan perundang – undangan yang berlaku;
c. memberikan kepastian hukum;
d. memberikan perlindungan hukum bagi pemegang ijin dan
masyarakat;
e. mewujudkan tertib administrasi dan meningkatkan kualitas
pelayanan;
f. menata dan menetapkan pelayanan perijinan penyelenggara
pelayanan kesehatan berdasarkan klasifikasi, kategori dan
jenisnya;
g. meningkatkan pemahaman bagi penyelenggara perijinan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan; dan
h. memberikan kejelasan prosedur, mekanisme dan koordinasi
antar instansi dalam penyelenggaraan perijinan penyelenggara
pelayanan kesehatan.

Pasal 4

Sasaran Ijin Pelayanan Kesehatan yaitu:


a. tercapainya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
perijinan;
b. menghindari konflik dan sengketa hukum sebagai dampak
penyelenggaraan perijinan;
c. adanya kemudahan akses pelayanan perijinan penyelenggara
pelayanan kesehatan; dan
d. terwujudnya koordinasi dan sinergitas antar satuan kerja
perangkat daerah dalam penyelenggaraan perijinan
penyelenggara pelayanan kesehatan.

Pasal 5

Ijin Pelayanan Kesehatan yang diatur dalam peraturan daerah ini


berfungsi sebagai:
a. instrumen pelayanan publik;
b. yuridis preventif;
c. pengendalian;
d. koordinasi; dan
e. pengawasan publik.
8

BAB III
PERIJINAN DI BIDANG KESEHATAN
Pasal 6

(1) Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan kegiatan di


bidang pelayanan kesehatan wajib memiliki ijin.
(2) Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. ijin tenaga kesehatan;
b. ijin penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan; dan
c. ijin penyelenggaraan fasilitas pelayanan penunjang medik.
(3) Jangka waktu perijinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah sebagai berikut:
a. ijin tenaga kesehatan selama 5 tahun;
b. ijin penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan selama
5 tahun;
c. ijin penyelenggaraan fasilitas pelayanan penunjang medik
selama 5 tahun.

Pasal 7

(1) Pemberian ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)


tidak dikenakan biaya.
(2) Pemerintah Daerah melalui SKPD yang menangani perijinan
wajib menganggarkan biaya untuk kegiatan monitoring,
verifikasi dan evaluasi.

Pasal 8

Ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 tidak dapat


dipindahtangankan.

BAB IV
PRINSIP PELAYANAN KESEHATAN
Pasal 9

(1) Prinsip pelayanan kesehatan adalah :


a. menjamin kesempatan yang sama bagi setiap orang,
keluarga dan masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan;
b. mencerminkan keberpihakan kepada kelompok masyarakat
berisiko tinggi terhadap masalah kesehatan, termasuk
didalamnya kelompok masyarakat miskin, kelompok
masyarakat yang terkena dampak Kejadian Luar Biasa,
bencana alam, kecelakaan kerja, ibu hamil, ibu menyusui,
bayi, balita dan manusia lanjut usia;
9

c. penyelenggaraan pelayanan kesehatan termasuk


pengobatan tradisional harus sesuai dengan nilai, norma
sosial budaya, etika, dan tidak bertentangan dengan kaidah
ilmiah.
(2) Prinsip pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), meliputi:
a. pemerataan pelayanan kesehatan;
b. akses pelayanan kesehatan;
c. keterjangkauan pelayanan kesehatan;
d. mutu pelayanan kesehatan.

BAB V
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN
Bagian Kesatu
Penyelenggara
Pasal 10

(1) Setiap orang atau badan hukum berhak menyelenggarakan


pelayanan kesehatan di Kabupaten Banyuwangi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Upaya pelayanan kesehatan diselenggarakan berdasarkan
fungsi sosial dengan memperhatikan prinsip kelayakan.
(3) Upaya pelayanan kesehatan harus memberikan pertolongan
pertama kepada penderita gawat darurat tanpa memungut
uang muka terlebih dahulu.
(4) Upaya pelayanan kesehatan wajib melaksanakan pencatatan
dan pelaporan.
(5) Semua upaya pelayanan kesehatan wajib membantu program
pemerintah di bidang pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
(6) Hal-hal yang menyangkut teknis penyelenggaraan pelayanan
kesehatan akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kedua
Paragraf 1
Pelayanan Kesehatan
Pasal 11

Jenis Pelayanan Kesehatan terdiri dari :


a. pelayanan medik dasar;
b. pelayanan medik spesialistik.

Pasal 12

(1) Pelayanan medik dasar yang dimaksud dalam Pasal 11 huruf a


adalah :
a. pusat kesehatan masyarakat;
b. praktek perorangan dokter umum;
c. praktek perorangan dokter gigi;
d. klinik pratama ;
10

e. pelayanan medik dasar lain yang ditetapkan oleh Menteri


Kesehatan.
(2) Pelayanan medik spesialistik yang dimaksud dalam pasal 11
huruf b adalah :
a. praktek perorangan dokter spesialis;
b. praktek perorangan dokter gigi spesialis;
c. klinik utama;
d. rumah sakit umum kelas C dan kelas D;
e. rumah sakit khusus kelas C;
f. pelayanan medik spesialistik lain yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.

Pasal 13

Jenis penyelenggaraan pelayanan kesehatan dikelompokkan


dalam:
a. sarana pelayanan kesehatan.
b. pelayanan oleh dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan.
c. pengobatan tradisional.
d. sarana pelayanan umum yang terkait dengan kesehatan.

Paragraf 2
Sarana Pelayanan Kesehatan
Pasal 14

Sarana pelayanan kesehatan sebagaimana yang dimaksud dalam


pasal 13 huruf a terdiri dari :
a. pusat kesehatan masyarakat (puskesmas);
b. klinik pratama;
c. klinik utama;
d. rumah sakit umum kelas C dan kelas D;
e. rumah sakit khusus kelas C;
f. laboratorium kesehatan;
g. tempat praktek dokter umum;
h. tempat praktek dokter gigi;
i. tempat praktek dokter spesialis;
j. tempat praktek dokter gigi spesialis;
k. tempat praktek bidan mandiri;
l. tempat praktek perawat;
m. apotek;
n. toko obat;
o. optikal;
p. toko obat tradisional;
q. tempat pelayanan pengobatan tradisional
11

Paragraf 3
Pelayanan dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan
Pasal 15

Pelayanan dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan yang


dimaksud pada pasal 13 huruf b terdiri dari:
a. tenaga medis;
b. tenaga psikologi klinis;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kebidanan;
e. tenaga kefarmasian;
f. tenaga kesehatan masyarakat;
g. kesehatan lingkungan;
h. tenaga gizi;
i. tenaga keterapian fisik;
j. tenaga keteknisian medis;
k. tenaga teknik biomedika;
l. tenaga kesehatan tradisional; dan
m. tenaga kesehatan lainnya.

Paragraf 4
Pengobatan Tradisional
Pasal 16

(1) Pengobatan tradisional merupakan salah satu upaya kesehatan


dan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan.
(2) Pengobatan tradisional terdiri dari:
a. pengobat tradisional, diklasifikasikan dalam jenis ketrampilan,
ramuan, pendekatan agama, dan supranatural.
b. toko obat tradisional; yaitu toko yang dapat menyerahkan
ramuan berdasarkan permintaan tertulis dan tidak tertulis dari
pengobat tradisional yang telah terdaftar.

Paragraf 5
Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Umum yang Terkait dengan
Kesehatan
Pasal 17

Sarana pelayanan umum yang terkait dengan kesehatan yang


dimaksud dalam pasal 13 huruf d terdiri dari:
a. tempat pengelolaan makanan (TPM), yaitu: rumah makan,
restoran, jasa boga, pengelolaan makanan rumah tangga, dan
depot air minum.
b. tempat umum: hotel, penginapan, kolam renang, pemandian
umum, obyek wisata, pusat perbelanjaan, salon kecantikan
dan tempat kebugaran.
c. tempat pengelolaan pestisida (TP2).
d. tempat penyalur alat kesehatan.
12

BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA
Bagian Kesatu
Pasal 18

Penyelenggara pelayanan kesehatan mempunyai hak untuk :


a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan
pelayanan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
b. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pengguna
layanan atau keluarganya;
c. menerima imbalan jasa.

Pasal 19

Penyelenggara pelayanan kesehatan mempunyai kewajiban untuk:


a. memberikan pelayanan sesuai kewenangannya;
b. berkoordinasi dengan institusi kesehatan setempat;
c. bermitra dengan pemerintah dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat;
d. membantu pemerintah dalam keadaan darurat berupa bencana
alam, kejadian luar biasa penyakit, keracunan.

Bagian Kedua
Tingkat Pelayanan
Pasal 20

Tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan fasilitas pelayanan


dan kemampuan yang tersedia meliputi:
a. pelayanan kesehatan dasar yang terdiri dari:
1. pelayanan kesehatan perorangan meliputi: medik dasar
(dokter, dokter gigi), kesehatan (bidan, perawat, perawat gigi,
nutrisionis, fisioterapis, refraksionis optisien dan tenaga lain
yang ditetapkan ).
2. pelayanan kesehatan masyarakat meliputi pelayanan umum
yang terkait dengan kesehatan.
b. pelayanan medik spesialistik merupakan pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan oleh dokter spesialis dan dokter gigi
spesialis.
c. pelayanan kesehatan penunjang terdiri dari : optikal, apotek,
toko obat, laboratorium kesehatan dengan tenaga pelaksana
kesehatan sesuai dengan kualifikasinya.
13

Pasal 21

(1) Tingkat pelayanan kesehatan dasar perorangan meliputi kegiatan:


a. pemeriksaan fisik dan pengobatan oleh dokter/dokter gigi;
b. pemeriksaan dan pelayanan kesehatan ibu anak oleh bidan;
c. pelaksanaan asuhan keperawatan oleh perawat;
d. pelayanan konsultasi gizi oleh nutrisionis;
e. pelayanan kefarmasian oleh apoteker dan/atau asisten
apoteker.
(2) Tingkat pelayanan kesehatan dasar masyarakat dari pelayanan
umum yang terkait dengan kesehatan meliputi kegiatan yang
mencakup hygiene sanitasi dan penyehatan lingkungan sehingga
tidak menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
(3) Tingkat pelayanan kesehatan spesialistik atau rujukan meliputi
pemeriksaan dan pengobatan kesehatan spesialistik oleh dokter
spesialis dan dokter gigi spesialis.
(4) Pelayanan kesehatan penunjang meliputi kegiatan:
a. pemeriksaan laboratorium kesehatan terhadap bahan yang
berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia
untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi
kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan masyarakat;
b. pemeriksaan penunjang medik dengan teknologi canggih
(radiologi, ultra sonografi, elektrokardiografi, computerized
tomografi scan, mass resonance imaging, electromyografi);
c. penyediaan perbekalan kesehatan.

BAB VII
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Bagian Kesatu
Kegawatdaruratan
Pasal 22

Penyelenggara pelayanan kesehatan mempunyai tanggungjawab


menyediakan pelayanan kegawatdaruratan sesuai dengan
tingkatan pelayanan.

Bagian Kedua
Rujukan
Pasal 23

Apabila tenaga kesehatan dan atau sarana pelayanan kesehatan


tidak mampu mendiagnostik, mengobati atau merawat pasien
dan/atau tidak sesuai kewenangannya maka harus dilakukan
rujukan ke fasilitas pelayanan yang lebih tinggi atau memadai
dan/ atau kepada pelayanan kesehatan penunjang.
14

BAB VIII
SUMBER DAYA KESEHATAN
Bagian Kesatu
Tenaga Kesehatan
Pasal 24

(1) Untuk menyelanggarakan pelayanan kesehatan harus tersedia


tenaga kesehatan dalam jumlah, kualifikasi keahlian dan
kewenangan sesuai dengan jenis pelayanan.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya tenaga kesehatan berkewajiban
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

Bagian Kedua
Prasarana dan Sarana
Pasal 25

Prasarana dan sarana pelayanan kesehatan disesuaikan


dengan jenis dan bentuk pelayanan yang diselenggarakan.

Bagian Ketiga
Perbekalan Kesehatan
Pasal 26

Obat dan perbekalan kesehatan terdiri dari:


a. Sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisional
dan kosmetika;
b. Alat kesehatan;
c. Perbekalan kesehatan rumah tangga.

Pasal 27

(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan yang menyediakan obat


dan bahan obat sesuai dengan kewenangan jenis
pelayanannya harus memenuhi syarat kefarmasian Indonesia
dan/atau buku standar lainnya.
(2) Penyelenggara pelayanan kesehatan yang menyediakan obat,
obat tradisional dan kosmetika harus memenuhi standar
dan/atau persyaratan yang telah ditentukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan obat pada
pelayanan kesehatan diatur dengan peraturan bupati.

Bagian Keempat
Alat Kesehatan
Pasal 28

(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan menyediakan dan/atau


menggunakan alat kesehatan sesuai dengan kewenangan,
jenis dan bentuk pelayanannya harus mempertimbangkan
mutu, manfaat dan keamanan bagi pasien dan masyarakat.
15

(2) Berkaitan dengan ayat (1) untuk menjaga mutu dan kualitas
alat kesehatan harus dikalibrasi secara periodik yang
dilakukan oleh lembaga yang telah memiliki sertifikasi dan
terakreditasi.

BAB IX
PERIJINAN, REKOMENDASI, SERTIFIKASI DAN TANDA
TERDAFTAR
Bagian Kesatu
Perijinan
Pasal 29

(1) Setiap jenis penyelenggaraan pelayanan kesehatan di


Kabupaten Banyuwangi wajib memiliki ijin, rekomendasi,
sertifikasi atau tanda terdaftar sebagai syarat
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dari Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi.
(2) Untuk memperoleh ijin, rekomendasi, sertifikasi atau tanda
terdaftar penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), maka setiap orang atau badan
hukum harus mengajukan permohonan tertulis kepada
Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan.
(3) Ijin, rekomendasi, sertifikasi atau tanda daftar
penyelengaraan pelayanan kesehatan diterbitkan setelah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
(4) Untuk meningkatkan pemerataan keterjangkauan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan, ijin, rekomendasi, sertifikasi
atau tanda terdaftar penyelenggaraan diterbitkan dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi daerah setempat.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata-cara
memperoleh ijin, rekomendasi, sertifikasi atau tanda daftar
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan
bupati.

Bagian Kedua
Legalitas Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Pasal 30

Bentuk legalitas penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang


diterbitkan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berupa:
a. surat ijin pendirian;
b. surat ijin operasional;
c. surat ijin sarana;
d. surat ijin praktik;
e. surat ijin kerja;
f. rekomendasi;
g. tanda daftar.
16

Pasal 31

(1) Surat ijin pendirian sebagaimana dimaksud dalam pasal 30


huruf a diperuntukkan bagi:
a. pusat kesehatan masyarakat (puskesmas);
b. klinik pratama;
c. klinik utama;
d. rumah sakit umum;
e. rumah sakit khusus;

(2) Surat ijin operasional sebagaimana dimaksud dalam pasal 30


huruf b diperuntukkan bagi:
a. pusat kesehatan masyarakat (puskesmas);
b. klinik pratama;
c. klinik utama;
d. rumah sakit umum;
e. rumah sakit khusus;
f. apotek.

(3) Surat ijin sarana sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 huruf


c diperuntukkan bagi:
a. pusat kesehatan masyarakat (puskesmas);
b. klinik pratama;
c. klinik utama;
d. rumah sakit umum;
e. rumah sakit khusus;
f. apotek;
g. toko obat;
h. toko obat tradisional;
i. optikal;
j. laboratorium kesehatan;
k. pengobat tradisional berkelompok.
l. Toko alat kesehatan.

(4) Surat Ijin Praktik tenaga pelayanan kesehatan sebagaimana


dimaksud dalam pasal 30 huruf d diperuntukkan bagi:
a. dokter, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis
(SIP);
b. apoteker (SIPA dan SIKA);
c. bidan (SIPB);
d. perawat (SIPP);
e. terapis wicara (SIPTW);
f. fisioterapis (SIPF);
g. pengobat tradisional (SIPT).
17

(5) Surat Ijin Kerja (SIK) penyelenggaraan pelayanan kesehatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf e diperuntukkan
bagi:
a. apoteker;
b. asisten apoteker;
c. perawat;
d. bidan;
e. perawat gigi;
f. refraksionis optisien;
g. analis kesehatan;
h. radiografer;
i. nutrisionis
j. sanitarian;
k. fisioterapis.
l. Rekam medik.
m. Elektromedik.

Pasal 32

Rekomendasi pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 30 huruf f diperuntukkan bagi:
a. ijin pendirian;
b. ijin operasional;
c. ijin penyalur alat kesehatan.
Pasal 33

Tanda terdaftar pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud


dalam pasal 30 huruf g diperuntukkan bagi pengobat tradisional
(surat terdaftar pengobat tradisional /STPT)

BAB X
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 34

Masyarakat berperan dalam menunjang penyelenggaraan


pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

BAB XI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 35

(1) Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melakukan pembinaan


dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-
masing.
18

(2) Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, dalam melaksanakan


pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1)
dapat mengikutsertakan masyarakat, asosiasi sarana
pelayanan kesehatan ( asosiasi rumah sakit, klinik atau
lainnya sesuai dengan yang akan menjadi sasarannya), atau
organisasi profesi.
(3) Pembinaan dan pengawasan ditujukan untuk
a. meningkatkan mutu penyelenggaraan sarana pelayanan
kesehatan;
b. meningkatkan mutu dan kemudahan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan; dan
c. meningkatkan mutu system informasi dan komunikasi
pelayanan kesehatan.
(4) Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan melalui:
a. advokasi, sosialisasi, supervisi, konsultasi dan
bimbingan teknis;
b. pendidikan dan pelatihan; dan/atau;
c. pemantauan dan evaluasi.

Pasal 36

(1) Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam melaksanakan


pembinaan dan pengawasan dapat mengenakan tindakan
administratif terhadap sarana pelayanan kesehatan yang
tidak mentaati ketentuan dalam peraturan daerah ini.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis, publikasi
menggunakan media elektronik atau media cetak,
pemberhentian sementara sebagian kegiatan sarana
pelayanan kesehatan, pencabutan ijin praktek tenaga
kesehatan dan/atau pencabutan ijin operasional.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 37

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang telah melakukan


kegiatan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini, agar
menyesuaikan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu)
tahun sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini.
19

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38

Peraturan pelaksanaan atas Peraturan Daerah ini ditetapkan


paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini
diundangkan.
Pasal 39

Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan


peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Banyuwangi.

Ditetapkan di Banyuwangi
pada tanggal 28 Desember 2015

Pj. BUPATI BANYUWANGI


ttd
ZARKASI
Diundangkan di Banyuwangi
Pada tanggal 08 Juni 2016
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BANYUWANGI
ttd
Drs. H. SLAMET KARIYONO,M.Si.
Pembina Utama Madya
NIP 19561008 198409 1 001

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2016 NOMOR 5

Sesuai dengan aslinya


a.n. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN
BANYUWANGI
Asisten Administrasi Pemerintahan
Ub.
Kepala Bagian Hukum

ttd

HAGNI NGESTI SRIREDJEKI, S.H., M.M.


Pembina Tingkat I
NIP. 19650828 199703 2 002

NOMOR REGISTER 443-14/2015


20

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI
NOMOR 14 TAHUN 2015
TENTANG
PERIJINAN PELAYANAN KESEHATAN

I. UMUM
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagai bentuk upaya
kesehatan perlu untuk diawasi dan dibina, salah satu instrument
untuk pengawasan pemerintah terhadap penyelenggara pelayanan
kesehatan adalah dengan pemantauan penerbitan izin kepada setiap
penyelenggara pelayanan kesehatan . Adanya peraturan daerah ini
diharapkan pengelolaan unit pelayanan kesehatan dapat lebih tertib
dan baik sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan melindungi masyarakat dari kegiatan
penyalahgunaan perizinan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang berakibat merugikan masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, sumber daya bidang kesehatan antara lain:
1. tenaga kesehatan;
2. fasilitas pelayanan kesehatan.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut wajib memiliki
izin dari Pemerintah Daerah. Penyelenggaraan izin di bidang
kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah meliputi:
1. izin tenaga kesehatan;
2. izin penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan;
3. izin penyelenggaraan fasilitas pelayanan penunjang medik.
Penyelanggaraan izin bagi tenaga kesehatan sebelumnya hanya
ditujukan bagi terdiri dokter dan bidan. Saat ini penyelenggaraan izin
tenaga kesehatan yang meliputi dokter, bidan, perawat, perawat gigi,
fisioterapis, refraksionis optisien, radiografer, tenaga kefarmasian,
okupasi terapis, dan terapis wicara. Sedangkan penyelenggaraan
fasilitas pelayanan kesehatan yang sebelumnya ditujukan bagi
sarana pelayanan kesehatan di bidang medik, saat ini tidak
membedakan swasta, pemerintah, atau Pemerintah Daerah. Dan
terhadap penyelenggaraan fasilitas pelayanan penunjang medik
ditambahkan sarana berupa toko alat kesehatan dan usaha mikro
obat tradisional. Dalam rangka mengatur mekanisme perizinan di
bidang kesehatan yang komprehensif dan meningkatkan mutu
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan perlu dilakukan
pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah Daerah melalui
pemberian izin
Atas dasar pertimbangan dimaksud perlu membentuk Peraturan
Daerah Kabupaten Banyuwangi Tentang Perijinan Pelayanan
Kesehatan.
21

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Huruf a
Keadilan adalah asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban antara pemberi ijin dan pemegang
ijin.
Huruf b
Kepastian hukum adalah asas yang meletakkan hukum dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
sebagai dasar dalam setiap penerbitan izin.
Huruf c
Keterbukaan adalah Keterbukaan adalah asas yang
membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan perizinan dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia
negara.
Huruf d
Profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian
yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Huruf e
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan
perizinan harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, norma agama, kesusilaan dan kepentingan umum.
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
22

Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf I
Cukup jelas
Huruf l
Cukup jelas
Huruf m
Dibentuk untuk mewadai apabila ada keputusan menteri/
peraturan menteri terkait adanya tenaga kesehatan yang
baru/ pengembangan tenaga kesehatan yang ada.
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
23

Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Jenis tenaga kesehatan yang diatur dalam ketentuan ini
bersifat limitatif, kecuali diatur lain berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas
Ayat 5
Surat ijin kerja (SIK) diberikan kepada tenaga kesehatan
yang bekerja ditempat pelayanan kesehatan.
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
24

Anda mungkin juga menyukai