Penulisan Hukum
(Skripsi) S1
Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Muhammad Isyhadilfath
NIM. E0015229
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Oleh
Muhammad Isyhadilfath
E0015229
Pembimbing,
Disusun Oleh:
Muhammad Isyhadilfath
E0015229
Telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 26 Juni 2019
DEWAN PENGUJI
Mengetahui
Dekan,
Muhammad Isyhadilfath
NIM. E0015229
ABSTRAK
(Bill Gates)
it buys you all the things you don't have, even friends.”
Dengan segala puji syukur dan kerendahan hati, Penulis mempersembahkan Karya (Skripsi)
ini kepada :
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas nikmat,
rahmat dan karuniaNya kepada saya.
2. Seluruh Keluarga, yang selalu memberikan motivasi dan dukungan selama proses
penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Anjar Sri Ciptorukmi N, S.H., M.H., Dosen Pembimbing sekaligus panutan saya
dan motivator saya selama saya menyelesaikan skripsi ini.
4. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan dukungan kepada saya selama proses
pembuatan skripsi ini.
5. Almamater Saya tercinta dan saya banggakan Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala atas segala nikmat,
rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) dengan
judul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MITRA (DRIVER) DALAM PERJANJIAN
KERJASAMA KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA APLIKASI (GO-
JEK) DENGAN MITRA (DRIVER)”.
Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum bagi mitra
dalam perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK sebagai perusahaan penyedia aplikasi
dan mitra (driver) sebagai pelaku jasa. Perlindungan hukum terhadap mitra ditinjau
berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019
Tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk
Kepentingan Masyarakat. Selain perlindungan hukum, penulisan hukum ini juga membahas
mengenai kesesuaian perjanjian dengan peraturan yang berlaku. Semua yang penulis capai
tidak terlepas dari segala upaya kesabaran, usaha dan bantuan dari berbagai pihak.
Seiring dengan selesainya penulisan hukum ini, maka penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan hukum ini:
1. Bapak Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Ibu Prof. Dr. I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani Handayani, S.H.,M.M, selaku
Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta Pembantu Dekan
I, Pembantu Dekan II dan Pembantu Dekan III.
3. Bapak Dr. Muhammad Rustamaji, S.H., M.H, selaku Kepala Prodi Strata 1.
4. Bapak Pranoto, S.H., M.H, selaku Ketua Bagian Hukum Perdata.
5. Ibu Anjar Sri Ciptorukmi N, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan hukum (skripsi)
ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini dengan baik.
6. Ibu Dr Emmy Latifah, S.H. ,M.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan, motivasi dan arahan selama penulis belajar di Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Bapak dan/atau Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
dengan keikhlasan dan kemuliaan telah memberikan bekal ilmu kepada penulis
selama penulis belajar di kampus Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
8. Bapak dan/atau Ibu Dosen Penguji penulisan hukum (skripsi) ini yang telah
dengan sabar meluangkan waktu untuk memberikan perbaikan dan penyempurnaan
pada penulisan hukum (skripsi) ini.
9. Orang tua yang tercinta, Dwiyantoro Agus dan Indiarni Agus yang selalu dan terus
memberikan doa serta mengupayakan segala kebutuhan penulis dalam menyelesaikan
studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
10. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberi dukungan kepada saya selama proses
pembuatan skripsi ini, Zennia Almaida, Rifqi Aufa Shidqi, Haruli Dwi W, Yenni
Azyra Pramadhawardani, Putra Dwira Wardhana, Ditarizky Wijayanti, Muhammad
Azka Haiban, Rafika Rizky Aulia, Elfira Pradita, Nobel Salman, Rudi Kahfi, Anggi
Alfianto, Hendri Triyanto, Afif Habibullah, Lintang Enggang.
11. Bapak dan Ibu staff karyawan Fakultas Hukum UNS yang telah membantu dan
berperan dalam kelancaran kegiatan proses belajar mengajar dan segala kegiatan
mahasiswa di Fakultas Hukum UNS.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu disini yang telah
membantu penulis hingga terselesaikannya penulisan hukum (skripsi) ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hukum ini masih jauh dari sempurna
karena kesempurnaan hanya milik Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Oleh karena itu, penulis akan
selalu menerima kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan hukum ini. Semoga
penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.
Muhammad Isyhadilfath
NIM. E0015229
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
E. Metode Penelitian .................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan Hukum (Skripsi) .................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11
A. Kerangka Teori ........................................................................ 11
1. Perlindungan hukum ............................................................ 11
2. Perjanjian ............................................................................. 12
3. Perjanjian kerjasama kemitraan .......................................... 15
4. GO-JEK ............................................................................... 17
B. Kerangka Pemikiran ................................................................ 19
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 21
A. Kesesuaian Perjanjian kerjasama kemitraan antara Perusahaan
Penyedia Aplikasi (GO-JEK) dengan Mitra (Driver) ............. 21
1. Keabsahan Perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK
dengan Mitra ....................................................................... 21
2. Isi Perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK dengan
Mitra ................................................................................... 29
B. Perlindungan Hukum bagi Mitra dalam Perjanjian
kerjasama kemitraan antara
GO-JEK dengan Mitra ............................................................. 34
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 41
A. Simpulan .................................................................................. 41
B. Saran ........................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
1
2
teknologi aplikasi juga dapat digunakan pada ponsel jenis smartphone yang sudah
umum digunakan masyarakat pada saat ini. Perusahaan ojek online menghubungkan
calon penumpang dengan pengemudi ojek menggunakan aplikasi online atau
tersambung dengan internet yang terpasang diperangkat smartphone calon
penumpang dan pengemudi ojek. Berbagai macam perusahaan penyedia aplikasi ojek
online bermunculan di Indonesia, seperti GRAB, UBER, dan GO-JEK. GO-JEK
merupakan salah satu perusahaan ojek online pertama dan berkembang pesat di
Indonesia. Saat ini GO-JEK tidak hanya memiliki layanan ojek online atau yang
disebut dengan GO-RIDE oleh GO-JEK, berbagai macam jenis layanan disedikan
oleh GO-JEK, beberapa yang paling umum digunakan oleh masyarakat diantaranya
adalah GO-CAR yakni layanan taksi online, GO-FOOD yang merupakan layanan
antar makanan atau food delivery, GO-SEND yaitu layanan antar barang
menggunakan pengemudi ojek online, dan masih banyak layanan-layanan yang
ditawarkan oleh perusahaan GO-JEK kepada pengguna aplikasi.
Pada tahun 2018 jumlah pengemudi GO-JEK atau disebut juga dengan mitra,
sudah menembus lebih dari 1 juta mitra (https://www.akirameru.com/jumlah-
pengemudi-GO-JEK-sudah-tembus-lebih-dari-1-juta-pengemudi/ diakses pada 16
November 2018 pukul 20.56 WIB). Hal ini dikarenakan masyarakat saat ini sangat
membutuhkan efisiensi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dengan banyaknya
penggunaan aplikasi GO-JEK, menyebabkan banyak pengemudi ojek konvensional
yang pada akhirnya bermitra dengan GO-JEK dikarenakan kalah saing dalam
mendapatkan penumpang oleh mitra GO-JEK (driver GO-JEK), selain itu penyebab
banyaknya mitra GO-JEK juga dikarenakan GO-JEK dapat digunakan untuk
mendapatkan penghasilan sampingan dikarenakan jam kerja yang fleksibel sehingga
banyak kalangan seperti mahasiswa maupun pekerja lainnya yang bergabung menjadi
pengemudi GO-JEK.
GO-JEK menggunakan perjanjian kerjasama kemitraan sebagai dasar
kerjasama dengan para mitranya, untuk mendaftarkan diri menjadi mitra GO-JEK
calon pengemudi harus mengisi data diri di situs resmi GO-JEK dan datang ke kantor
GO-JEK terdekat untuk mengisi berkas data diri dan penyerahan berkas yang diminta
oleh GO-JEK dan menandatangani perjanjian kerjasama kemitraan dengan
perusahaan GO-JEK, berdasarkan wawancara yang lisan yang dilakukan oleh penulis
dengan pengemudi GO-JEK, pengemudi tidak diberikan salinan perjanjian kerjasama
kemitraan oleh GO-JEK, setelah menandatangani berkas perjanjian kerjasama
3
kemitraan, berkas tersebut dikembalikan kepada pihak GO-JEK, lalu mitra diberikan
akses kepada aplikasi GO-JEK khusus mitra yang mana saat diakses pertama kali
didalamnya terdapat syarat dan ketentuan yang dinamakan perjanjian kerjasama
kemitraan, perjanjian secara elektronik ini harus disetujui oleh pengemudi GO-JEK.
Dikarenakan perjanjian dibuat dalam bentuk elektronik para pihak tidak harus
bertatap muka saat menyetujui isi perjanjian, hal ini menimbulkan kelalaian dari mitra
karena tidak membaca keseluruhan isi perjanjian dan hanya menekan tombol setuju.
Perjanjian elektronik yang terdapat didalam aplikasi itulah yang menjadi satu-satunya
bentuk perjanjian kerjasama kemitraan yang dimiliki oleh mitra GO-JEK. Setelah
beberapa tahun beroperasi, banyak terjadi kontroversi yang melibatkan pihak GO-JEK
dengan mitranya, berkaitan dengan suspend, tarif, jaminan kepada mitra, hingga
tuntutan mitra untuk menjadikan mereka sebagai pegawai. Pertanyaan yang muncul
ialah terkait keabsahan dari perjanjian elektronik yang mendasari kemitraan antara
GO-JEK dengan mitranya dan mengenai perlindungan hukum yang mampu menjamin
terpenuhinya tiga (3) tujuan hukum, yaitu kepastian hukum, keadilan hukum, dan
kemanfaatan hukum bagi para pihak dalam perjanjian. Mengenai perlindungan
hukum, apakah didalam perjanjian sudah menjamin perlindungan hukum kepada para
mitra, dan bagaimana perlindungan hukum yang diberikan oleh Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019, maupun Kementerian
Perhubungan Republik Indonesia selaku yang mengatur dan mengawasi urusan
transportasi di Indonesia.
Penelitian terdahulu dengan judul “Tinjauan Hukum terhadap Perjanjian
kerjasama kemitraan antara PT. GOJEK Indonesia Cabang Medan dengan Driver
GOJEK”, penelitian tersebut dibuat oleh Vivian Lora dari Universitas Sumatera
Utara. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah di dalam
rumusan masalah, penelitian tersebut berfokus kepada hubungan hukum yang terjadi
diantara pengemudi dan perusahaan GO-JEK serta bagaimana berakhirnya hubungan
hukum tersebut, sedangkan penulis berfokus kepada kesesuaian isi perjanjian
kerjasama kemitraan dengan peraturan yang berlaku dan bagaimana perlindungan
hukum yang dapat diberikan oleh perjanjian kerjasama kemitraan tersebut.
Penelitian terdahulu dengan judul “Tinjauan Yuridis Hubungan Hukum Antara
Pengemudi GO-JEK dengan PT GO-JEK Indonesia Di Yogyakarta” dibuat oleh Satya
Suryo Harjanto dari Universitas Gadjah Mada. Perbedaaan penelitian tersebut dengan
penelitian yang dibuat penulis adalah penelitian tersebut membahas mengenai
4
hubungan hukum yang timbul antara pengemudi dengan perusahaan GO-JEK, yang
mana berbeda dengan penulis yang membahas mengenai kesesuaian perjanjian
kerjasama kemitraan yang dibuat oleh GO-JEK dengan peraturan yang berlaku dan
perlindungan hukum yang dapat diberikan oleh perjanjian kerjasama kemitraan
tersebut.
Penelitian terdahulu dengan judul “Perlindungan Hukum Para Pihak dalam
Perjanjian kerjasama kemitraan antara Petani dengan Perusahaan Tembakau (Studi di
Kecamatan Sakra Barat Kabupaten Lombok Timur)” yang dibuat oleh Ernawati dari
Universitas IKIP Mataram, penelitian ini mengambil permasalahan pelaksanaan
perjanjian kerjasama kemitraan antara petani dengan perusahaan tembakau, yang
berbeda dengan penelitian yang penulis buat yang mengambil permasalahan dari isi
perjanjian kerjasama kemitraan antara pengemudi dan perusahaan GO-JEK, apakah
isi dari perjanjian kerjasama kemitraan tersebut sudah sesuai atau belum dengan
peraturan yang berlaku.
Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti mengenai
perlindungan hukum para pihak dalam perjanjian kerjasama kemitraan antara
perusahaan GO-JEK dengan pengemudi GO-JEK dalam bentuk penelitian berjudul
“Perlindungan Hukum Mitra dalam Perjanjian Kerjasama Kemitraan antara
Perusahaan Penyedia Aplikasi (GO-JEK) dengan Mitra”
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
didapat untuk memenuhi kepentingan dari penulis dan bermanfaat bagi penulis. Selain
itu, arah penelitian juga ditentukan oleh tujuan penelitian (Mukti Fajar ND dan
Yulianto Achmad, 2010: 89). Tujuan penelitian juga dijadikan patokan tercapai atau
tidaknya sebuat penelitian.
D. Manfaat Penelitian
E. Metode Penelitian
undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang
sedang ditangani (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 133). Sedangkan pendekatan
konseptual dilakukan manakala peneliti beranjak dari aturan hukum yang ada.
Hal ini dilakukan karena memang belum atau tidak ada aturan hukum untuk
masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 177). Penelitian ini
dilakukan dengan konsep adanya norma-norma yang harus dipatuhi meskipun ada
norma norma yang tidak diatur dalam peraturan yang tertulis.
4. Sumber Bahan Penelitian
Pemecahan isu hukum memerlukan sumber-sumber penelitian. Sumber
hukum penelitian dapat dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian yang
berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder. Bahan-
bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya
mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-
undangan, catatan resmi atau risalah hukum dalam pembuatan undang-undang
dan putusan-putusan hakim. Baham hukum sekunder berupa semua publikasi
tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal
hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 181). Dalam penelitian hukum untuk
keperluan akademis pun bahan non-hukum dapat membantu untuk menganalisis
dan mengidentifikai sehingga dapat memberikan jawaban atas isu hukum (Peter
Mahmud Marzuki, 2014: 205-206).
Adapun sumber hukum yang digunakan dalam penelitian hukum ini
adalah:
a. Bahan Hukum Primer
1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik juncto Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik
3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
4) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronik
8
a. Penafsiran Gramatikal
Penafsiran gramatikal adalah menafsirkan undang-undang menurut
arti perkataan (istilah). Antara bahasa dengan hukum terdapat hubungan
yang erat sekali. Bahasa merupakan alat satu-satunya yang dipakai
pembuat undang-undang untuk menyatakan kehendaknya, tetapi
adakalanya pembuat undang-undang tidak dapat merangkai kata-kata yang
tepat. Oleh karena itu, Penulis wajib mencari kata yang dimaksud yang
lazim dipakai sehari-hari, dan juga dapat menggunakan kamus bahasa atau
meminta penjelasan langsung dari ahli bahasa.
b. Penafsiran Sistematis
Penafsiran sistematis adalah menafsirkan undang-undang dengan
jalan menghubungkan pasal yang satu dengan pasal yang lain dalam suatu
perundang-undangan atau dengan undang-undang lain. Terjadinya suatu
undang-undang selalu berkaitan dengan peraturan perundang-undangan
lain, dan tidak ada undang-undang yang berdiri sendiri lepas sama sekali
dari keseluruhan sistem perundang-undangan. Setiap undang-undang
merupakan bagian dari keseluruhan sistem perundang-undangan.
Selanjutnya data tersebut dicatat secara sistematis dan konsisten,
sehingga data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat ditulis
dengan penatalaksananya secara kritis, logis, dan sistematis, sehingga
nantinya dapat mengungkap suatu norma dari suatu permasalahan.
10
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
a. Perlindungan Hukum
Soerjono Soekanto dalam bukunya menjelaskan, perlindungan hukum
merupakan berbagai upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk
memberikan perasaan aman kepada saksi ataupun korban, perlindungan hukum
korban kejahatan yang merupakan bagian dari perlindungan masyarakat, dapat
direalisasikan dalam berbagai bentuk, melalui pemberian restitusi, kompensasi,
pelayanan medis, dan bantuan hukum (Soerjono Soekanto, 2007:133)
Menurut Wahyu Sasongko perlindungan hukum dapat diartikan
perlindungan oleh hukum atau perlindungan menggunakan pranata dan sarana. Ia
juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa cara perlindungan secara hukum,
antara lain adalah (Wahyu Sasongko, 2007:31):
1) Membuat peraturan atau by giving regulation, yang memiliki tujuan untuk:
a) Memberikan hak dan kewajiban
b) Menjamin hak-hak para subjek hukum
2) Menegakkan peraturan atau by law enforcement, melalui
a) Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah (preventif)
terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen, dengan perijinan dan
pengawasan
b) Hukum pidana yang yang berfungsi menanggulangi (repressive) setiap
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan, dengan cara
mengenakan sanksi hukum berupa sanksi pidana
c) Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative,
recovery), dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada
subyek hukum sesuai dengan perangkat hukum baik yang bersifat preventif
ataupun yang bersifat repressive, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
Perlindungan hukum merupakan suatu konsep dimana hukum dapat memberikan
suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan, dan kedamaian.
11
12
b. Perjanjian
Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan bahwa Perjanjian merupakan
Perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih. Dari peristiwa inilah timbul suatu hubungan hukum antara
dua orang atau lebih yang disebut juga dengan Perikatan yang didalamnya
terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Maka dari itu dapat disimpulan
bahwa perjanjian merupakan sumber dari perikatan.
Mochtar Kusumaatmaja menjelaskan bahwa perjanjian merupakan
kesepakatan antara dua atau lebih subjek hukum yang salng mengikatkan diri
untuk mencapai tujuan tertentu. Perjanjian menimbulkan perikatan (verbintenis),
yaitu hubungan hukum di bidang hukum kekayaan yang di dalamnya terdapat
pihak yang disebut kreditur (memiliki hak dan wewenang untuk menuntut
pemenuhan prestasi) dan pihak lain yang disebut debitur (berkewajiban untuk
memenuhi prestasi) (Mochtar Kusumaatmaja, 1986: 11).
1) Asas-asas di dalam Perjanjian
Di Indonesia Hukum Perjanjian biasa menggunakan 5 asas, yaitu:
(Abdulkadir Muhammad, 2010: 295):
a) Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)
Asas kebebasan berkontrak terdapat dalam
pasal 1338 KUH Perdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”. Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk:
(1) Membuat atau tidak membuat perjanjian
(2) Mengadakan perjanjian dengan siapapun
(3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, serta
(4) Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulisa atau lisan
b) Asas Konsensualisme (consensualism)
Asas konsensualisme terdapat pada Pasal 1320 ayat (1) KUH
Perdata. Ditentukan pada pasal tersebut bahwa salah satu syarat sah
suatu perjanjian adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak,
dengan kata lain asas ini menyatakan bahwa sebuah perjanjian umumnya
tidak diadakan secara formal, cukup dengan adanya kesepakatan dari
kedua belah pihak. Kesepakatan sendiri adalah sebuah persesuaian
13
antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.
Asas konsensualisme di dalam KUH Perdata dikenal berkaitan dengan
bentuk perjanjian.
c) Asas Kepastian Hukum (pacta sund servanda)
Asas kepastian hukum merupakan asas bahwa hakim atau pihak
ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,
sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Hakim atau pihak ketiga
dilarang melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang telah
dibuat dan disepakati oleh para pihak. Asas kepastian hukum terdapat
dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata.
d) Asas Itikad Baik (good faith)
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi: “Perjanjian
harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Asas ini merupakan asas yang
menyatakan bahwa baik pihak kreditur maupun debitur dalam perjanjian
diharuskan melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan
dan keyakinan yang teguh dan kemauan baik dari para pihak.
e) Asas Kepribadian (personality)
Pasal 1315 KUH Perdata berbunyi: “Pada umumnya seorang tidak
dapat mengadakan perikatan atau perjanjajian selain untuk dirinya
sendiri”. Inti dari ketentuan ini adalah untuk mengadakan suatu
perjanjian maka orang tersebut harus demi kepentingannya sendiri. Pasal
1340 KUH Perdata berbunyi: “perjanjian hanya berlaku antara pihak
yang membuatnya”, hal ini mengandung makna bahwa perjanjian yang
dibuat oleh para pihak hanya berlaku terhadap mereka yang
membuatnya.
2) Syarat Sahnya suatu Perjanjian
Sebuah perjanjian dikatakan sah apabila memenuhi beberapa syarat
seperti yang diterdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:
a) Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya
b) Kecakapan untuk membuat sebuah perikatan
c) Suatu pokok persoalan tertentu
d) Suatu sebab yang tidak dilarang
Syarat nomor 1 dan nomor 2 disebut dengan Syarat Subyektif karena
mengenai orang-orang atau subyek dari suatu perjanjian, sedangkan nomor 3
14
dan nomor 4 disebut dengan Syarat Obyektif karena mengenai obyek dari
suatu perjanjian.
3) Bentuk Perjanjian
Bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu
perjanjian tertulis dan tidak tertulis. Perjanjian tertulis dibuat oleh para
pihaknya dalam bentuk tulisan, sedangkan perjanjian tertulis dibuat secara
lisan (dengan kesepakatan diantara para pihak).
Salim dalam bukunya mengemukakan dalam buku buatannya, bahwa
terdapat 3 jenis perjanjian tertulis, yaitu (Salim, 2005: 42):
a) Perjanjian dibawah tangan yang ditandatangani oleh para pihaknya saja.
b) Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tandatangan para
pihak.
c) Perjanjian yang dibuat dan dihadapan notaris, perjanjian ini dibuat dalam
bentuk akta notariel. Akta Notariel merupakan sebuah akta yang dibuat
dihadapan pejabat yang berwenang untuk hal tersebut. Pejabat yang
berwenang adalah Notaris, Camat, PPAT, dan lainnya.
4) Jenis Perjanjian
Sutarno membedakan perjanjian menjadi beberapa jenis, yaitu
(Sutarno, 2008: 82):
a) Perjanjian Timbal Balik;
Merupakan suatu perjanjian yang memberikan hak dan kewajiban
kepada para pihak yang membuat perjanjian. Misalnya adalah perjanjian
jual beli.
b) Perjanjian Sepihak;
Merupakan perjanjian yang memberikan kewajiban kepada salah satu
pihak saja dalam sebuah perjanjian. Misalnya perjanjian hibah yang
kewajibannya hanya dimiliki oleh pihak pemberi barang yang
dihibahkan. Perjanjian ini juga hanya memerlukan tandatangan pihak
yang berkewajiban.
c) Perjanjian dengan Percuma;
Perjanjian percuma adalah perjanjian yang menurut hukum hanya
memberikan keuntungan kepada satu pihak saja. Misalnya adalah
perjanjian hibah.
15
Untuk menjadi seorang mitra GO-JEK (driver GO-JEK) maka calon mitra
GO-JEK harus memenuhi syarat dan ketentuan lalu mendaftarkan diri di website
resmi GO-JEK, setelah mendaftarkan diri calon mitra GO-JEK harus mendatangi
kantor cabang GO-JEK terdekat untuk mengisi dan menandatangani berkas-
berkas serta membawa persyaratan yang diminta oleh GO-JEK, syarat dan
ketentuan yang harus dipenuhi.
Seorang mitra GO-JEK diharuskan memenuhi sebuah perjanjian kerjasama
kemitraan yang dibuat secara sepihak oleh GO-JEK yang bernama Perjanjian
Kerjasama Kemitraan, perjanjian ini disetujui secara elektronik (E-Contract) pada
aplikasi khusus milik mitra GO-JEK, perjanjian ini berisikan hal-hal yang harus
dipatuhi oleh semua mitra GO-JEK tanpa terkecuali. Jika melanggar perjanjian
ini, maka seorang mitra akan dikenakan berbagai jenis hukuman sesuai dengan
ketentuan didalam perjanjian yang dibuat oleh GO-JEK.
19
B. Kerangka Pemikiran
Kemitraan
juga sudah diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2019 Tentang Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk
Kepentingan Masyarakat. Berdasarkan fakta, jika ditinjau dari hukum perdata
khususnya hukum perjanjian, bagaimana kesesuaian dan perlindungan hukum bagi
mitra atas perjanjian yang mendasari kemitraan mereka dengan perusahaan penyedia
aplikasi (GO-JEK).
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
21
50
22
Isi dari perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK dengan mitra hanya
memperjanjikan mengenai syarat-syarat dalam melakukan pekerjaan, hak dan
kewajiban, serta tata tertib dalam bekerja. Hal ini membuktikan bahwa isi dari
perjanjian kerjasama kemitraan adalah unsur murni dari hukum perdata, khususnya
hubungan hukum melakukan pekerjaan yang timbul atas dasar kemitraan.
Fakta yang ada tersebut haruslah dicermati dengan baik oleh para Mitra
dengan penuh kehati-hatian. Hal-hal utama yang perlu dicermati untuk menghindari
risiko terjadinya suatu wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama
kemitraan, yaitu melihat keabsahan dari perjanjian yang ada didalam aplikasi khusus
Mitra GO-JEK ditinjau dari hukum perjanjian, serta perlu juga meninjau kesesuaian
isi dari perjanjian kerjasama kemitraan tersebut, dengan peraturan yang berlaku.
Pasal 1320 KUHPerdata telah mengatur hal-hal yang menjadi syarat dari
sahnya sebuah perjanjian. Terdapat empat (4) syarat sahnya perjanjian, yaitu :
a) Adanya kesepakatan para pihak
b) Cakap untuk membuat suatu perjanjian
c) Adanya suatu hal tertentu
d) Adanya suatu sebab yang halal.
Asas Lex specialis derogat legi generali menyatakan bahwa hukum yang
bersifat khusus mengesampingkan hukum yang bersifat umum. Berdasarkan asas
tersebut maka syarat keabsahan dari perjanjian kerjasama kemitraan yang berbentuk
kontrak elektronik harus berdasarkan syarat keabsahan kontrak atau perjanjian
elektronik yang telah diatur oleh Pasal 47 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Pasal tersebut
telah memberi aturan mengenai syarat sahnya kontrak atau perjanjian elektronik.
Syarat sahnya kontrak elektronik tersebut ialah :
a) Terdapat kesepakatan para pihak
b) Dilakukan oleh subyek hukum yang cakap atau yang berwenang mewakili
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
c) Terdapat hal tertentu
d) Objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum.
Keempat syarat tersebutlah yang menjadi dasar atas keabsahan suatu kontrak
atau perjanjian elektronik. Untuk mengetahui apakah perjanjian kerjasama kemitraan
23
antara perusahaan GO-JEK dengan Mitra memenuhi keempat syarat tersebut maka
pada penulisan hukum ini, penulis akan menguraikannya sebagai berikut :
dengan memberikan tanda centang pada kotak kecil yang disediakan dan
melanjutkan dengan pilihan setuju. Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
mengatakan bahwa persetujuan atas penawaran transaksi elektronik harus
dilakukan dengan pernyataan secara elektronik pula. Dalam hal ini
penawaran merupakan kontrak elektronik yang telah dibuat oleh pihak
GO-JEK sedangkan persetujuan pihak mitra diberikan dalam bentuk
„click‟ pada tombol setuju yang disediakan. Dalam dunia teknologi
informasi, bentuk dari perjanjian elektronik seperti pada tahap ini dikenal
dengan sebutan click-wrap agreement. Secara sederhana, untuk
menyatakan kata sepakat ialah ketika pihak yang menerima perjanjian
melakukan „click‟ atau memberi tanda centang pada bagian persetujuan
(agreement). Para calon mitra diberikan keleluasaan dalam memilih untuk
menyetujui isi perjanjian atau melakukan penolakan terhadap isi
perjanjian. Hal ini diatur didalam sistem elektronik agar tetap bisa
melakukan pembatalan. Untuk memfasilitasi pilihan pembatalan,
disediakan pilihan „cancel‟ dan pilihan „back‟ untuk kembali dan
pilihan „next‟ jika menyetujui dan memutuskan untuk mendaftar. Dengan
adanya pilihan pembatalan serta pilihan lanjut atau kembali maka
perjanjian yang ditawarkan akan terhindar dari unsur pemaksaan oleh
pihak perusahaan penyedia aplikasi. Sehingga dalam kata lain dalam tahap
ini terdapat kesepakatan antar para pihak.
Berdasarkan tahapan-tahapan serta ketentuan yang sudah dilaksanakan
para pihak tersebut, maka perjanjian kerjasama antara para pihak
didalamnya merupakan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak yang
sudah dibentuk dan disetujui, tanpa adanya suatu unsur pemaksaan
didalamnya. Sehingga syarat pertama dan utama dalam syarat sahnya
perjanjian terpenuhi.
Pasal 1330 KUHPerdata yaitu, orang orang yang belum dewasa, dan
mereka yang berada dibawah pengampuan. Orang yang dianggap dewasa
yang ditentukan didalam Pasal 1330 KUHPerdata adalah orang yang
berusia 21 tahun atau sudah menikah. Orang yang dibawah pengampuan
ialah orang yang cacat, gila, boros, dan telah dinyatakan pailit oleh
pengadilan.
Syarat dan ketentuan yang diberikan untuk menggunakan aplikasi
khusus mitra adalah: (i) secara hukum dapat melakukan perjanjian yang
mengikat dibawah hukum Republik Indonesia; (ii) sudah berumur 21
tahun atau pernah menikah dan tidak dalam pengampuan; (iii) perusahaan
akan menyimpan dan memproses informasi pribadi mitra, sehingga mitra
harus memberikan data diri secara lengkap dan akurat. Syarat dan
ketentuan ini dibuat dengan sangat jelas dan rijit dan didukung pula oleh
sistem informasi yang ketat yang mana, sistem tersebut menjamin bahwa
para mitra yang selanjutnya akan melakukan perjanjian kerjasama dengan
perusahaan GO-JEK merupakan seseorang yang cakap hukum sesuai
dengan ketentuan KUHPerdata dan seperti yang dipersyaratkan sebagai
syarat sahnya perjanjian.
Ketentuan pada hukum perjanjian menyebutkan bahwa jika kedua
syarat subjektif, atau salah satunya tidak terpenuhi, maka salah satu
pihak dapat memintakan pembatalan atas perjanjian itu melalui
pengadilan. Selama tidak dibatalkan oleh hakim, maka perjanjian itu masih
tetap dianggap sah dan mengikat kedua belah pihak (voidable).
Dari fakta mengenai terpenuhinya syarat cakap hukum dalam
pembuatan perjanjian pada perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK
dengan mitra, maka dapat disimpulkan bahwa persayaratan cakap hukum
dalam membuat perjanjian sudah dapat diikuti secara menyeluruh dan
diakui keabsahannya namun melihat juga dua syarat lainnya yaitu syarat
obyektifnya.
c) Adanya Suatu Hal Tertentu;
Suatu Hal Tertentu yang ada pada syarat ini yaitu, yang menjadi obyek
perjanjian harus terang dan jelas, dapat ditentukan baik jenis maupun
26
Hukum Perjanjian yang telah dicantumkan dalam KUHPerdata. Pengertian dari sistem
terbuka adalah bahwa para pihak dalam membuat Perjanjian diberikan pilihan apakah
akan tunduk pada ketentuan mengenai Hukum Perjanjian yang tercantum dalam
KUHPerdata atau membuat ketentuan- ketentuan sendiri yang menyimpang dari
KUHPerdata sesuai dengan kesepakatan dan kepentingan para pihak yang terlibat
dalam Perjanjian. Sistem terbuka tersebut melahirkan suatu asas yang dikenal dengan
sebutan Asas Kebebasan Berkontrak. Dalam Asas Kebebasan Berkontrak para pihak
diperbolehkan untuk membuat sendiri aturan-aturan dalam Perjanjian sesuai dengan
kepentingan dan kesepakatan para pihak dan tidak terbatas pada kebebasan dalam
menentukan isi Perjanjian, persyaratan Perjanjian, dan pelaksanaan Perjanjian saja,
melainkan juga kebebasan untuk memilih Perjanjian, serta kebebasan untuk membuat
atau tidak membuat Perjanjian, dan kebebasan untuk memilih subyek Perjanjian. Asas
Kebebasan Berkontrak tersebut diberlakukan selama tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, agama, moral, dan keadilan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-
JEK dan mitra yaitu, walaupun para mitra diberikan kebebasan memilih untuk tunduk
pada isi perjanjian, tetapi isi dari perjanjian tersebut hanya ditentukan oleh pihak GO-
JEK tanpa adanya keterlibatan pihak mitra.
Berkaitan dengan hal ini, penulis melakukan wawancara secara lisan dengan
salah satu mitra GO-JEK bernama Bapak Hanif, berdasarkan hasil wawancara, Bapak
Hanif menjelaskan bahwa isi dari perjanjian kerjasama kemitraan yang di buat GO-
JEK tidak memberatkan ataupun memberikan keuntungan lebih kepada pihak GO-
JEK. Bapak Hanif mengatakan sejak dirinya menjadi mitra GO-JEK, ia selalu
mendapatkan pendapatan yang cukup untuk dirinya dan waktu kerja yang tidak
mengikat. Bapak Hanif melanjutkan bahwa selama tidak melanggar isi dari perjanjian
maka tidak akan ada masalah.
Maka dari itu penulis mengambil kesimpulan bahwa, walaupun perjanjian
tersebut hanya dibuat oleh pihak GO-JEK, perjanjian tersebut dianggap sah. Hal ini
dikarenakan perjanjian tersebut dibuat secara adil, tidak memberatkan salah satu
pihak ataupun lebih menguntungkan salah satu pihak. Meskipun dibuat oleh satu
pihak, apabila perjanjian tersebut disetujui oleh kedua belah pihak maka perjanjian
tersebut dianggap sah, mengikat para pihak, dan dapat diberlakukan.
29
Maka dari itu perjanjian kerjasama kemitraan ini telah sesuai dengan peraturan
mengenai kontrak yang ada pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.
bahwa ada beberapa aspek yang perlu dipenuhi oleh pengemudi motor, yaitu aspek
keselamatan, keamanan, kenyamanan, keterjangkauan, dan keteraturan.
a) Mampu mengendarai kendaraan bermotor roda dua dan memiliki Surat Ijin
Mengemudi (SIM) yang sesuai dan masih berlaku dan perijinan lainnya
yang sah untuk mengemudikan dan memberikan jasa penjemputan dan
pengantaran barang dengan kendaraan roda dua melalui Aplikasi
(sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku);
d) Mempunyai catatan prestasi yang baik dan tidak pernah masuk dalam daftar
hitam Kepolisian Republik Indonesia;
e) Berjanji untuk, pada setiap saat, memenuhi semua syarat dan ketentuan
dalam Perjanjian ini, Persyaratan lain dan kualifikasi minimum yang akan
dijelaskan secara terpisah namun tetap menjadi kesatuan yang tidak
terpisahkan dalam perjanjian ini.
Setelah klausula mengenai hal-hal yang wajib dipenuhi oleh mitra, pihak
GOJEK membuat klausula mengenai kode etik yang perlu dipatuhi. Mitra wajib untuk
mematuhi setiap peraturan lalu lintas, undang-undang dan peraturan hukum yang
berlaku;
dengan mitra yang menjadi objek adalah barang yaitu aplikasi yang disediakan GO-
JEK, usaha yaitu jasa yang ditawarkan mitra, dan uang yang menjadi hasil dari
penggabungan usaha dan barang GO-JEK dan mitra.
Perjanjian ini akan menimbulkan suatu hubungan hukum diantara pihak yang
membuatnya, dinamakan sebuah perikatan. Hubungan hukum merupakan hubungan
yang menimbulkan suatu akibat hukum yang dijamin oleh hukum dan Undang-
Undang. Semua kegiatan yang memunculkan akibat hukum seperti perjanjian
kerjasama kemitraan diharuskan memiliki perlindungan didalamnya. Perlindungan
hukum ada dikarenakan untuk menjamin kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan
bagi para pihak yang terlibat didalam perjanjian tersebut. Perlindungan hukum
merupakan perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum ke dalam bentuk
perangkat, baik bersifat preventif maupun bersifat represif, baik secara lisan maupun
tertulis.
oleh mitra, dan juga klausula mengenai kode etik yang harus dipatuhi oleh
mitra selama melakukan kerjasama dengan pihak GO-JEK.
3. Penggunaan Aplikasi;
Bagian ini menjelaskan 2 hal dalam penggunaan aplikasi, yaitu cara
melakukan pendaftaran akun pada aplikasi GO-JEK, dan juga kententuan-
ketentuan penggunaan aplikasi selama menjadi seorang mitra GO-JEK.
4. Keberlakuan Perjanjian;
Bagian ini berisikan klausula menengai keberlakuan perjanjian. Dalam
bagian ini pihak GO-JEK menyatakan dengan jelas bahwa mereka dapat
mengakhiri perjanjian secara sepihak sebelum masa perjanjian berakhir.
5. Ketentuan lainnya;
Bagian ini mengatur mengenai beberapa hal yaitu, penyelesaian
sengketa yang timbul antara mitra dengan GO-JEK, mengenai perjanjian
kerjasama kemitraan dalam bentuk kontrak elektronik atau e-contract, hak
bagi pihak GO-JEK untuk menggunakan informasi pribadi para mitra,
melarang mitra untuk mengalihkan perjanjian kepada pihak lain, terakhir,
persetujuan para pihak dilakukan dalam bentuk elektronik.
Berdasarkan analisa terhadap isi dari perjanjian tersebut, klausula yang
memberikan semacam perlindungan hukum atau hak yang diberikan oleh hukum
kepada mitra yaitu:
1) poin g, bagian 2 Tentang Hubungan Kerjasama, yang mengatakan bahwa GO-
JEK menentukan harga yang harus dibayarkan oleh Konsumen sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, perubahan mana akan
diberitahukan kepada Mitra secara tertulis. Klausula ini memberikan
perlindungan hukum preventif terhadap mitra, dengan dilakukannya perhitungan
biaya jasa sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh pemerintah maka mitra akan
mendapatkan bayaran yang dianggap sepadan dengan jasanya. Klausula ini juga
memastikan bahwa pihak GO-JEK tidak melakukan perhitungan biaya jasa secara
sembarangan atau hanya menguntungkan bagi salah satu pihak.
2) poin b, 5.1 penyelesaian sengketa, bagian 5 Tentang Ketentuan lain, yang
mengatakan bahwa dalam hal adanya sebuah sengketa yang terjadi antara GO-
JEK dengan mitra maka dapat dilakukan musyawarah terlebih dahulu, jika tidak
menemukan penyelesaian maka sengketa tersebut dapat dibawa ke Pengadilan
Negeri yang telah ditentukan oleh GO-JEK yaitu Pengadilan Negeri Jakarta
37
Selatan. Klausula ini memberikan kepastian kepada mitra terkait jalur hukum
yang dapat dilakukan oleh mitra jika terjadi sengketa dengan GO-JEK. Hal ini
dirasa adil, karena GO-JEK tidak berusaha menghalangi mitra dalam menempuh
jalur hukum baik secara perdata maupun pidana, sebaliknya GO-JEK juga dapat
menggugat mitra baik secara perdata maupun pidana. Klausula ini dianggap
sebagai perlindungan hukum represif yang bertujuan untuk menyelesaikan
sengketa yang terjadi di antara para pihak.
Selain 2 klausula tersebut, penulis tidak menemukan klausula lainnya
memberikan semacam perlindungan hukum kepada mitra-nya.
Pada bagian 2 Tentang Hubungan Kerjasama, terdapat klausula yang
mengatakan bahwa Dengan ini mitra menyetujui bahwa GO-JEK tidak bertanggung
jawab atas setiap kerugian, termasuk kerugian tidak langsung yang meliputi kerugian
keuntungan, kehilangan data, cedera pribadi ataupun kerusakan properti sehubungan
dengan, atau diakibatkan oleh penggunaan aplikasi GO-JEK, maupun penyediaan jasa
oleh mitra kepada konsumen. Resiko yang dijelaskan dalam data seperti kecelakaan,
kehilangan barang dan cidera pribadi merupakan resiko mitra saat melakukan
penyediaan jasa kepada konsumen yang mana hal ini dapat dikatakan sebagai
overmacht. Resiko tersebut tidak mungkin sesuatu yang diinginkan oleh mitra
walaupun mitra telah berhati – hati dalam melakukan penyediaan jasa.
Walaupun dikatakan seperti itu, pihak GO-JEK sendiri telah memberikan
asuransi kepada pengemudi GO-JEK yang berjumlah hingga Rp 10.000.000 (sepuluh
juta rupiah) bila terjadi kecelakaan saat melakukan penyediaan jasa. Tetapi asuransi
tersebut perlu dibayarkan oleh mitra melalui saldo GO-JEK miliknya sebesar Rp
15.000 (lima belas ribu rupiah) perbulan. Meskipun dianggap dapat membantu pihak
mitra saat terjadi kecelakaan, menurut wawancara penulis kepada mitra GO-JEK
bernama Bapak Hanif, hal ini malah merugikan mitra karena tidak setiap bulan terjadi
kecelakaan terhadap mitra, sedangkan bahan bakar sehari-hari, maupun biaya
perbaikan kendaraan rusak dan ganti rugi konsumen tetap dibebankan kepada mitra.
Saat ini peraturan yang secara spesifik mengatur mengenai kendaraan ojek
online hanyalah Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 12
Tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang
Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat. Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh
penulis terhadap peraturan menteri tersebut, klausula-klausula yang memberikan
perlindungan hukum kepada pengemudi yaitu:
38
terhadap mitra, Pasal ini bertujuan agar para mitra mendapatkan pelayanan
terhadap sanksi yang diberikan kepada mereka, baik keterangan mengenai
alasan diberikan sanksi, maupun pembelaan bahwa mitra tidak berhak
diberikan sanksi tersebut. Dengan adanya pusat layanan ini dapat
berpengaruh besar terhadap kehidupan mitra karena dengan diberikannya
sanksi mereka tidak dapat menawarkan jasa ojek online sehingga
mempengaruhi pendapatan mitra. Dalam perjanjian yang dibuat oleh GO-
JEK tidak mencantumkan mengenai pusat layanan pengaduan bagi mitra,
namun dalam prakteknya pihak GO-JEK telah menyediakan call center
khusus untuk mitra.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan terhadap perjanjian kemitraan antara GO-
JEK dengan mitra, maka penulis dapat memberikan dua kesimpulan atas dua rumusan
masalah yang ada didalam penulisan hukum ini, yaitu :
41
42
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada bagian akhir dari penulisan
hukum ini, penulis memberikan saran sebagai berikut :
Buku
Abdulkadir Muhammad. 2010. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti
Johny Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:
Bayumedia.
Mukti Fajar. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Peter Mahmud Marzuki. 2014. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup.
Thian Kie Wie. 1992. Dialog Kemitraan dan Keterkaitan Usaha Besar dan Kecil
dalam Sektor Industri Pengolahan. Jakarta : Gramedia.
Viviaan Lora. 2018. “Hukum Terhadap Perjanjian Kemitraan Antara PT. GOJEK
Indonesia Cabang Medan dengan Driver Gojek”. Skripsi. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Internet
https://www.akirameru.com/jumlah-pengemudi-GO-JEK-sudah-tembus-lebih-dari-1-
juta-pengemudi/ diakses pada 16 November 2018 pukul 20.56 WIB
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/10/21/16392121/pengemudi-tuntut-go-
jek-indonesia-cabut-aturan-suspend diakses pada 28 November 2018 Pukul 19.08
Peraturan Perundang-undangan :