Anda di halaman 1dari 59

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MITRA (DRIVER) DALAM PERJANJIAN

KERJASAMA KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA APLIKASI


(GO-JEK) DENGAN MITRA (DRIVER)

Penulisan Hukum
(Skripsi) S1

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :
Muhammad Isyhadilfath
NIM. E0015229

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MITRA (DRIVER) DALAM PERJANJIAN


KERJASAMA KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA APLIKASI
(GO-JEK) DENGAN MITRA (DRIVER)

Oleh
Muhammad Isyhadilfath
E0015229

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum


(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 29 Mei 2019

Pembimbing,

Anjar Sri Ciptorukmi N, S.H., M.H.


NIP. 197301221998022001
PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MITRA (DRIVER) DALAM PERJANJIAN


KERJASAMA KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA APLIKASI
(GO-JEK) DENGAN MITRA (DRIVER)

Disusun Oleh:
Muhammad Isyhadilfath
E0015229

Telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 26 Juni 2019

DEWAN PENGUJI

1. Tuhana, S.H., M.Si______ (...................................)


NIP. 196903221997021001
Ketua

2. Diana Tantri Cahyaningsih, S.H., M.Hum (....................................)


NIP. 197212172005012001
Sekretaris

3. Anjar Sri Ciptorukmi N, S.H. M.Hum (....................................)


NIP. 197301221998022001
Anggota

Mengetahui
Dekan,

Prof.Dr. I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, S.H.,M.M.


NIP. 197210082005012001
PERNYATAAN

Nama : Muhammad Isyhadilfath


NIM : E0015229
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (Skripsi) berjudul:
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MITRA (DRIVER) DALAM PERJANJIAN
KERJASAMA KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA APLIKASI
(GO-JEK) DENGAN MITRA (DRIVER) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang
bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini di beri tanda citasi dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan
gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 29 Mei 2019


yang membuat pernyataan,

Muhammad Isyhadilfath
NIM. E0015229
ABSTRAK

Muhammad Isyhadilfath. 2019. E0015229. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MITRA


(DRIVER) DALAM PERJANJIAN KERJASAMA KEMITRAAN ANTARA
PERUSAHAAN PENYEDIA APLIKASI (GO-JEK) DENGAN MITRA (DRIVER).
Penulisan Hukum (Skripsi). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian yang dilihat dari keabsahan dan isi dari
perjanjian kerjasama kemitraan antara perusahaan penyedia aplikasi (GO-JEK) dengan mitra
berdasar ketentuan yang berlaku dan perlindungan hukum untuk mitra dalam perjanjian
kerjasama kemitraan antara perusahaan penyedia aplikasi (GO-JEK) dengan mitra. Penelitian
ini merupakan penelitian hukum normatif yang datanya bersumber dari bahan hukum primer,
yaitu peraturan yang terkait dengan perjanjian elektronik, kendaraan umum ojek berbasis
online dan bahan hukum sekunder, yaitu jurnal ilmiah, buku dan tulisan-tulisan yang
membahas tentang perjanjian elektronik, kendaraan umum ojek berbasis online. Penelitian ini
bersifat deskriptif menggunakan teknik pengumpulan bahan hukum, yaitu studi dokumen
atau kepustakaan dengan content identification (memperlajari substansi) dengan
menggunakan penafsiran hukum gramatikal dan sistematis. Hasil dari penelitian ini adalah
kesesuaian perjanjian kerjasama kemitraan dilihat dari keabsahan sudah sesuai dengan syarat
sah perjanjian elektronik berdasar pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Kesesuaian perjanjian kerjasama
kemitraan dilihat dari isi perjanjian telah memuat beberapa hal yang diatur pada
PERMENHUB Nomor 12 Tahun 2019. Perlindungan hukum yang diberikan terhadap mitra
dalam perjanjian kerjasama kemitraan yang dibuat oleh GO-JEK hanya memuat beberapa
ketentuan yang telah dibuat pemerintah dalam PERMENHUB Nomor 12 Tahun 2019
Tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk
Kepentingan Masyarakat, perlindungan hukum yang diberikan oleh perjanjian kerjasama
kemitraan yaitu perhitungan biaya jasa yang dilakukan mitra dihitung sesuai dengan
perundang-undangan dan pihak mitra diperbolehkan untuk membawa sengketa yang tidak
dapat diselesaikan secara musyawarah ke Pengadilan Negeri.

Kata Kunci: perlindungan hukum; perjanjian; kerjasama; kemitraan; GO-JEK.


ABSTRACT

Muhammad Isyhadilfath. 2019. E0015229. LEGAL PROTECTION FOR PARTNERS


(DRIVER) IN PARTNERSHIP COOPERATION AGREEMENT BETWEEN COMPANY
APPLICATION PROVIDERS (GO-JEK) WITH PARTNERS (DRIVER). Legal Writing.
Faculty of Law, Sebelas Maret University.
This study aims to determine the suitability seen from the validity and content of the
partnership agreement between the application provider company (GOJEK) and partners
based on applicable provisions and legal protection for partners in partnership agreements
between application provider companies (GOJEK) and partners. This study is a normative
legal research whose data comes from primary legal materials, namely regulations related to
electronic agreements, public-based motorcycle vehicles online and secondary legal
materials, namely scientific journals, books and writings that discuss electronic agreements,
public motorcycle taxi based online. This research is descriptive using legal material
collection techniques, namely the study of documents or literature with content identification
(learning substance) by grammatical law interpretation and sistematical legal interpretation.
The results of this study are the suitability of the partnership agreement seen from the validity
is in accordance with the legal requirements of electronic agreements based on Government
Regulation No. 82 of 2012 concerning the Implementation of Systems and Electronic
Transactions. The agreement of the partnership agreement seen from the contents of the
agreement contains several matters regulated in PERMENHUB Number 12 of 2019. Legal
protection given to partners in the partnership agreement made by GO-JEK only contains
some provisions that have been made by the government in PERMENHUB Number 12 Year
2019 concerning Motorcycle User Safety Protection Used for Public Interest, legal
protection provided by the partnership agreement, namely the calculation of service costs
carried out by partners is calculated in accordance with the legislation and the partners are
allowed to bring disputes that cannot be resolved by deliberation to the District Court.
Keywords: legal protection; agreement; cooperation; partnership; GO-JEK.
MOTTO

“I have to be successful „cause I love expensive things”

“I choose a lazy person to do a hard job.

Because a lazy person will find an easy way to do it.”

(Bill Gates)

“Money can't buy you happiness but

it buys you all the things you don't have, even friends.”

(Felix Arvid Ulf Kjellberg)


PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur dan kerendahan hati, Penulis mempersembahkan Karya (Skripsi)
ini kepada :

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas nikmat,
rahmat dan karuniaNya kepada saya.
2. Seluruh Keluarga, yang selalu memberikan motivasi dan dukungan selama proses
penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Anjar Sri Ciptorukmi N, S.H., M.H., Dosen Pembimbing sekaligus panutan saya
dan motivator saya selama saya menyelesaikan skripsi ini.
4. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan dukungan kepada saya selama proses
pembuatan skripsi ini.
5. Almamater Saya tercinta dan saya banggakan Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala atas segala nikmat,
rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) dengan
judul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MITRA (DRIVER) DALAM PERJANJIAN
KERJASAMA KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA APLIKASI (GO-
JEK) DENGAN MITRA (DRIVER)”.
Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum bagi mitra
dalam perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK sebagai perusahaan penyedia aplikasi
dan mitra (driver) sebagai pelaku jasa. Perlindungan hukum terhadap mitra ditinjau
berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019
Tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk
Kepentingan Masyarakat. Selain perlindungan hukum, penulisan hukum ini juga membahas
mengenai kesesuaian perjanjian dengan peraturan yang berlaku. Semua yang penulis capai
tidak terlepas dari segala upaya kesabaran, usaha dan bantuan dari berbagai pihak.
Seiring dengan selesainya penulisan hukum ini, maka penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan hukum ini:
1. Bapak Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Ibu Prof. Dr. I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani Handayani, S.H.,M.M, selaku
Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta Pembantu Dekan
I, Pembantu Dekan II dan Pembantu Dekan III.
3. Bapak Dr. Muhammad Rustamaji, S.H., M.H, selaku Kepala Prodi Strata 1.
4. Bapak Pranoto, S.H., M.H, selaku Ketua Bagian Hukum Perdata.
5. Ibu Anjar Sri Ciptorukmi N, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan hukum (skripsi)
ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini dengan baik.
6. Ibu Dr Emmy Latifah, S.H. ,M.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan, motivasi dan arahan selama penulis belajar di Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Bapak dan/atau Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
dengan keikhlasan dan kemuliaan telah memberikan bekal ilmu kepada penulis
selama penulis belajar di kampus Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
8. Bapak dan/atau Ibu Dosen Penguji penulisan hukum (skripsi) ini yang telah
dengan sabar meluangkan waktu untuk memberikan perbaikan dan penyempurnaan
pada penulisan hukum (skripsi) ini.
9. Orang tua yang tercinta, Dwiyantoro Agus dan Indiarni Agus yang selalu dan terus
memberikan doa serta mengupayakan segala kebutuhan penulis dalam menyelesaikan
studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
10. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberi dukungan kepada saya selama proses
pembuatan skripsi ini, Zennia Almaida, Rifqi Aufa Shidqi, Haruli Dwi W, Yenni
Azyra Pramadhawardani, Putra Dwira Wardhana, Ditarizky Wijayanti, Muhammad
Azka Haiban, Rafika Rizky Aulia, Elfira Pradita, Nobel Salman, Rudi Kahfi, Anggi
Alfianto, Hendri Triyanto, Afif Habibullah, Lintang Enggang.
11. Bapak dan Ibu staff karyawan Fakultas Hukum UNS yang telah membantu dan
berperan dalam kelancaran kegiatan proses belajar mengajar dan segala kegiatan
mahasiswa di Fakultas Hukum UNS.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu disini yang telah
membantu penulis hingga terselesaikannya penulisan hukum (skripsi) ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hukum ini masih jauh dari sempurna
karena kesempurnaan hanya milik Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Oleh karena itu, penulis akan
selalu menerima kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan hukum ini. Semoga
penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.

Surakarta, 29 Juni 2019

Muhammad Isyhadilfath
NIM. E0015229
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
E. Metode Penelitian .................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan Hukum (Skripsi) .................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11
A. Kerangka Teori ........................................................................ 11
1. Perlindungan hukum ............................................................ 11
2. Perjanjian ............................................................................. 12
3. Perjanjian kerjasama kemitraan .......................................... 15
4. GO-JEK ............................................................................... 17
B. Kerangka Pemikiran ................................................................ 19
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 21
A. Kesesuaian Perjanjian kerjasama kemitraan antara Perusahaan
Penyedia Aplikasi (GO-JEK) dengan Mitra (Driver) ............. 21
1. Keabsahan Perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK
dengan Mitra ....................................................................... 21
2. Isi Perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK dengan
Mitra ................................................................................... 29
B. Perlindungan Hukum bagi Mitra dalam Perjanjian
kerjasama kemitraan antara
GO-JEK dengan Mitra ............................................................. 34
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 41
A. Simpulan .................................................................................. 41
B. Saran ........................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran .................................................................. 19


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Transportasi adalah suatu proses perpindahan baik barang maupun manusia


dari suatu tempat ketempat tujuan, transportasi dilakukan dengan menggunakan
sebuah kendaraan, manfaat dari transportasi yang dapat memudahkan perpindahan
suatu barang ataupun manusia sebagai penumpang memberikan dampak besar
terhadap aktivitas manusia, perkembangan transportasi di dunia telah berkembang
pesat sejak zaman dahulu yang mengandalkan tenaga manusia ataupun hewan sebagai
penggerak, sampai zaman sekarang yang sudah menggunakan mesin sebagai
penggeraknya.
Transportasi umum ataupun dikenal juga dengan transportasi publik
merupakan layanan angkutan bersama yang tersedia bagi masyarakat umum yang
akan dikenakan biaya atau tarif bagi pengguna layanan transportasi ini. Dengan
perkembangan pesat teknologi munculah ide-ide dan pemikiran baru dalam bidang
transportasi umum, berbagai jenis transportasi umum diciptakan baik darat, laut,
maupun udara untuk memudahkan perpindahan barang ataupun manusia dari satu
tempat ke tempat lainnya. Ide-ide baru yang bermunculan bukan hanya dari segi jenis
transportasi umum, juga bagaimana memudahkan pengguna transportasi umum untuk
mendapatkan akses kepada transportasi umum.
Salah satu transportasi umum darat yang dikenal dan sangat sering digunakan
oleh masyarakat Indonesia adalah ojek. Ojek adalah salah satu jenis transportasi
umum darat yang menggunakan kendaraan roda dua yang umumnya disebut dengan
motor dan dapat digunakan oleh satu orang penumpang dan pengemudi motor, pada
umumnya pengemudi ojek berkeliling atau menunggu disuatu tempat yang biasa
disebut pangkalan ojek untuk mendapatkan penumpang. Tarif yang diharus
dibayarkan oleh penumpang juga berbeda-beda tergantung dari jarak dan sang
pengemudi ojek
Perkembangan teknologi zaman sekarang yang sangat pesat, memunculkan
salah satu inovasi yang sedang marak yaitu perusahaan ojek online dengan
aplikasinya. Aplikasi adalah suatu program komputer yang dapat digunakan untuk
mengerjakan suatu perintah khusus dari pengguna aplikasi, dengan perkembangan

1
2

teknologi aplikasi juga dapat digunakan pada ponsel jenis smartphone yang sudah
umum digunakan masyarakat pada saat ini. Perusahaan ojek online menghubungkan
calon penumpang dengan pengemudi ojek menggunakan aplikasi online atau
tersambung dengan internet yang terpasang diperangkat smartphone calon
penumpang dan pengemudi ojek. Berbagai macam perusahaan penyedia aplikasi ojek
online bermunculan di Indonesia, seperti GRAB, UBER, dan GO-JEK. GO-JEK
merupakan salah satu perusahaan ojek online pertama dan berkembang pesat di
Indonesia. Saat ini GO-JEK tidak hanya memiliki layanan ojek online atau yang
disebut dengan GO-RIDE oleh GO-JEK, berbagai macam jenis layanan disedikan
oleh GO-JEK, beberapa yang paling umum digunakan oleh masyarakat diantaranya
adalah GO-CAR yakni layanan taksi online, GO-FOOD yang merupakan layanan
antar makanan atau food delivery, GO-SEND yaitu layanan antar barang
menggunakan pengemudi ojek online, dan masih banyak layanan-layanan yang
ditawarkan oleh perusahaan GO-JEK kepada pengguna aplikasi.
Pada tahun 2018 jumlah pengemudi GO-JEK atau disebut juga dengan mitra,
sudah menembus lebih dari 1 juta mitra (https://www.akirameru.com/jumlah-
pengemudi-GO-JEK-sudah-tembus-lebih-dari-1-juta-pengemudi/ diakses pada 16
November 2018 pukul 20.56 WIB). Hal ini dikarenakan masyarakat saat ini sangat
membutuhkan efisiensi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dengan banyaknya
penggunaan aplikasi GO-JEK, menyebabkan banyak pengemudi ojek konvensional
yang pada akhirnya bermitra dengan GO-JEK dikarenakan kalah saing dalam
mendapatkan penumpang oleh mitra GO-JEK (driver GO-JEK), selain itu penyebab
banyaknya mitra GO-JEK juga dikarenakan GO-JEK dapat digunakan untuk
mendapatkan penghasilan sampingan dikarenakan jam kerja yang fleksibel sehingga
banyak kalangan seperti mahasiswa maupun pekerja lainnya yang bergabung menjadi
pengemudi GO-JEK.
GO-JEK menggunakan perjanjian kerjasama kemitraan sebagai dasar
kerjasama dengan para mitranya, untuk mendaftarkan diri menjadi mitra GO-JEK
calon pengemudi harus mengisi data diri di situs resmi GO-JEK dan datang ke kantor
GO-JEK terdekat untuk mengisi berkas data diri dan penyerahan berkas yang diminta
oleh GO-JEK dan menandatangani perjanjian kerjasama kemitraan dengan
perusahaan GO-JEK, berdasarkan wawancara yang lisan yang dilakukan oleh penulis
dengan pengemudi GO-JEK, pengemudi tidak diberikan salinan perjanjian kerjasama
kemitraan oleh GO-JEK, setelah menandatangani berkas perjanjian kerjasama
3

kemitraan, berkas tersebut dikembalikan kepada pihak GO-JEK, lalu mitra diberikan
akses kepada aplikasi GO-JEK khusus mitra yang mana saat diakses pertama kali
didalamnya terdapat syarat dan ketentuan yang dinamakan perjanjian kerjasama
kemitraan, perjanjian secara elektronik ini harus disetujui oleh pengemudi GO-JEK.
Dikarenakan perjanjian dibuat dalam bentuk elektronik para pihak tidak harus
bertatap muka saat menyetujui isi perjanjian, hal ini menimbulkan kelalaian dari mitra
karena tidak membaca keseluruhan isi perjanjian dan hanya menekan tombol setuju.
Perjanjian elektronik yang terdapat didalam aplikasi itulah yang menjadi satu-satunya
bentuk perjanjian kerjasama kemitraan yang dimiliki oleh mitra GO-JEK. Setelah
beberapa tahun beroperasi, banyak terjadi kontroversi yang melibatkan pihak GO-JEK
dengan mitranya, berkaitan dengan suspend, tarif, jaminan kepada mitra, hingga
tuntutan mitra untuk menjadikan mereka sebagai pegawai. Pertanyaan yang muncul
ialah terkait keabsahan dari perjanjian elektronik yang mendasari kemitraan antara
GO-JEK dengan mitranya dan mengenai perlindungan hukum yang mampu menjamin
terpenuhinya tiga (3) tujuan hukum, yaitu kepastian hukum, keadilan hukum, dan
kemanfaatan hukum bagi para pihak dalam perjanjian. Mengenai perlindungan
hukum, apakah didalam perjanjian sudah menjamin perlindungan hukum kepada para
mitra, dan bagaimana perlindungan hukum yang diberikan oleh Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019, maupun Kementerian
Perhubungan Republik Indonesia selaku yang mengatur dan mengawasi urusan
transportasi di Indonesia.
Penelitian terdahulu dengan judul “Tinjauan Hukum terhadap Perjanjian
kerjasama kemitraan antara PT. GOJEK Indonesia Cabang Medan dengan Driver
GOJEK”, penelitian tersebut dibuat oleh Vivian Lora dari Universitas Sumatera
Utara. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah di dalam
rumusan masalah, penelitian tersebut berfokus kepada hubungan hukum yang terjadi
diantara pengemudi dan perusahaan GO-JEK serta bagaimana berakhirnya hubungan
hukum tersebut, sedangkan penulis berfokus kepada kesesuaian isi perjanjian
kerjasama kemitraan dengan peraturan yang berlaku dan bagaimana perlindungan
hukum yang dapat diberikan oleh perjanjian kerjasama kemitraan tersebut.
Penelitian terdahulu dengan judul “Tinjauan Yuridis Hubungan Hukum Antara
Pengemudi GO-JEK dengan PT GO-JEK Indonesia Di Yogyakarta” dibuat oleh Satya
Suryo Harjanto dari Universitas Gadjah Mada. Perbedaaan penelitian tersebut dengan
penelitian yang dibuat penulis adalah penelitian tersebut membahas mengenai
4

hubungan hukum yang timbul antara pengemudi dengan perusahaan GO-JEK, yang
mana berbeda dengan penulis yang membahas mengenai kesesuaian perjanjian
kerjasama kemitraan yang dibuat oleh GO-JEK dengan peraturan yang berlaku dan
perlindungan hukum yang dapat diberikan oleh perjanjian kerjasama kemitraan
tersebut.
Penelitian terdahulu dengan judul “Perlindungan Hukum Para Pihak dalam
Perjanjian kerjasama kemitraan antara Petani dengan Perusahaan Tembakau (Studi di
Kecamatan Sakra Barat Kabupaten Lombok Timur)” yang dibuat oleh Ernawati dari
Universitas IKIP Mataram, penelitian ini mengambil permasalahan pelaksanaan
perjanjian kerjasama kemitraan antara petani dengan perusahaan tembakau, yang
berbeda dengan penelitian yang penulis buat yang mengambil permasalahan dari isi
perjanjian kerjasama kemitraan antara pengemudi dan perusahaan GO-JEK, apakah
isi dari perjanjian kerjasama kemitraan tersebut sudah sesuai atau belum dengan
peraturan yang berlaku.
Berdasarkan hal diatas penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti mengenai
perlindungan hukum para pihak dalam perjanjian kerjasama kemitraan antara
perusahaan GO-JEK dengan pengemudi GO-JEK dalam bentuk penelitian berjudul
“Perlindungan Hukum Mitra dalam Perjanjian Kerjasama Kemitraan antara
Perusahaan Penyedia Aplikasi (GO-JEK) dengan Mitra”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis merumuskan


masalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kesesuaian perjanjian kerjasama kemitraan antara perusahaan penyedia
aplikasi (GO-JEK) dengan mitra berdasar ketentuan yang berlaku?
2. Bagaimana perlindungan hukum bagi mitra dalam perjanjian kerjasama kemitraan
antara perusahaan penyedia aplikasi (GO-JEK) dengan mitra?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya suatu penelitian adalah untuk menemukan


pemecahan dari suatu isu hukum secara universal atau disebut tujuan objektif dan
guna kepentingan individu atau tujuan subjektif. Tujuan objektif yaitu tujuan yang
dimaksudkan untuk memperoleh bahan hukum dalam rangka menjawab rumusan
permasalahan dari penelitian. Sedangkan tujuan subjektif merupakan tujuan yang
5

didapat untuk memenuhi kepentingan dari penulis dan bermanfaat bagi penulis. Selain
itu, arah penelitian juga ditentukan oleh tujuan penelitian (Mukti Fajar ND dan
Yulianto Achmad, 2010: 89). Tujuan penelitian juga dijadikan patokan tercapai atau
tidaknya sebuat penelitian.

1. Adapun yang menjadi tujuan objektif penelitian ini adalah;


a. Mengetahui kesesuaian perjanjian kerjasama kemitraan yang dilakukan oleh
perusahaan penyedia aplikasi GO-JEK dengan pengemudi ojek online dengan
KUHPerdata dan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2019
b. Mengetahui bentuk perlindungan hukum yang didapatkan bagi mitra dalam
perjanjian kerjasama kemitraan antara perusahaan penyedia aplikasi GO-JEK
dengan pengemudi ojek online
2. Selanjutnya yang menjadi tujuan subjektif dari penelitian ini adalah:
a. Memperoleh data penyusunan skripsi sebagai syarat wajib dalam rangka
memperoleh gelar sarjana di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarrta.
b. Menambahkan, memperluas dan mengembangkan kembali ilmu, pengetahuan
serta pengalaman penulis dibidang ilmu Hukum Perdata tentang perjanjian
kerjasama kemitraan.
c. Sebagai bentuk perwujudan dari hasil perkuliahan yang telah dilalui penulis
berdasatkan teori-teori hukum yang telah dimiliki guna memberikan manfaat
bagi penulis dan masyarakat serta almamater.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dibuat pada hakikatnya diharapkan dapat memberikan


manfaat kepada penulis, pembaca maupun pihak-pihak yang terkait dalam tulisan ini.
Manfaat dari penulisan skripsi ini terbagi menjadi dua yakni manfaat Teoritis dan
manfaat Praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan Ilmu
Hukum Perdata terutama berkaitan dengan perjanjian kerjasama kemitraan.
2. Manfaat Praktis
6

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban dari rumusan masalah


yang dikemukakan penulis dan manfaat dalam rangka pengembangan
penalaran, pembentukan pola pikir yang sistematis bagi pembaca maupun
penulis berikutnya.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menentukan aturan-aturan hukum,


prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 35)
Penelitian hukum dilakukan bertujuan untuk menghasilkan argumentasi, teori
hukum maupun konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Dalam suatu penelitian hukum diperlukan metode penelitian untuk
mencapai tujuan dari penelitian tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan penulisan hukum ini
adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan , yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada dengan
mendasarkan hukum sebagai suatu norma. Menurut Peter Mahmud Marzuki
semua penelitian yang berkaitan dengan hukum adalah selalu normatif, jika tipe
penelitian harus dinyatakan dalam suatu tulisan, cukup dikemukakan bahwa
penelitian ini adalah penelitian hukum. Istilah penelitian hukum sendiri atau legal
reseacrh sudah menjelaskan bahwa penelitian tersebut bersifat normatif, hanya
saja pendekatan dan bahan-bahan yang digunakan harus dikemukakan (Peter
Mahmud Marzuki, 2014: 55-56).
2. Sifat Penelitian
Penelitian hukum ini bersifat deskriptif, yaitu suatu metode yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. (Sugiyono, 2005:
21)
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian hukum ini menggunakan pendekatan undang-undang (statute
approach) dan pendekatan konseptual (conseptual approach). Pendekatan
undang-undang adalah dimana pendekatan dilakukan dengan menelaah semua
7

undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang
sedang ditangani (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 133). Sedangkan pendekatan
konseptual dilakukan manakala peneliti beranjak dari aturan hukum yang ada.
Hal ini dilakukan karena memang belum atau tidak ada aturan hukum untuk
masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 177). Penelitian ini
dilakukan dengan konsep adanya norma-norma yang harus dipatuhi meskipun ada
norma norma yang tidak diatur dalam peraturan yang tertulis.
4. Sumber Bahan Penelitian
Pemecahan isu hukum memerlukan sumber-sumber penelitian. Sumber
hukum penelitian dapat dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian yang
berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder. Bahan-
bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya
mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-
undangan, catatan resmi atau risalah hukum dalam pembuatan undang-undang
dan putusan-putusan hakim. Baham hukum sekunder berupa semua publikasi
tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal
hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 181). Dalam penelitian hukum untuk
keperluan akademis pun bahan non-hukum dapat membantu untuk menganalisis
dan mengidentifikai sehingga dapat memberikan jawaban atas isu hukum (Peter
Mahmud Marzuki, 2014: 205-206).
Adapun sumber hukum yang digunakan dalam penelitian hukum ini
adalah:
a. Bahan Hukum Primer
1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik juncto Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik
3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
4) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronik
8

5) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun


2019 Tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang
digunakan untuk Kepentingan Masyarakat
b. Bahan Hukum Sekunder
1) Buku-buku teks yang ditulis oleh ahli hukum
2) Jurnal hukum
3) Artikel
4) Bahan dari media internet dan sumber lainnya yang memiliki korelasi
untuk mendukung penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum dimaksud untuk memperoleh bahan
hukum dalam penelitian. Teknik pengumpulan bahan hukum yang mendukung
dan berkaitan dengan pemaparan penelitian hukum ini adalah studi dokumen
(studi kepustakaan). Studi dokumen adalah suatu alat pengumpulan bahan hukum
yang dilakukan melalui bahan hukum tertulis dengan mempergunakan content
analisys (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 21). Studi dokumen ini berguna untuk
mendapatkan landasan teori dengan mengkaji dan mepelajari buku-buku,
peraturan perundang-undangan, dokumen, laporan, arsip dan hasil penelitian
lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder diinventarisasi dan diklarifikasi
dengan menyelesaikan masalah yang dibahas, dipaparkan, disistemisasi,
kemudian dianalisis untuk mengintreprestasikan hukum yang berlaku (Johny
Ibrahim, 2006: 296).
6. Teknik Analisis Bahan Hukum
Penulisan hukum ini menggunakan teknik analisis bahan hukum dengan
metode silogisme melalui pola berpikir deduktif. Artinya bahwa analisis bahan
hukum ini mengutamakan pemikiran secara logika sehingga akan menemukan
sebab dan akibat yang terjadi.
Metode silogisme dengan pola berpikir deduktif ini terdapat 2 (dua)
premis untuk membangun analisis terhadap isu hukum yaitu premis mayor yang
merupakan aturan hukum yang berlaku dan premis minor yang merupakan fakta
hukum atau kondisi empiris dalam pelaksanaan suatu aturan hukum. Kemudian,
dari kedua premis tersebut ditarik kesimpulan atau konklusi (Peter Mahmud
Marzuki, 2014: 89-90).
9

Penafsiran terhadap undang-undang yang dipergunakan dalam penelitian


ini adalah :
Didalam peraturan perundang undangan terdapat sembilan (9) bentuk
penafsiran, yaitu, penafsiran secara tata Bahasa (gramatikal), penafsiran
sistematis, penafsiran historis, penafsiran sosiologis (teleologis), penafsiran
autentik (asli), penafsiran nasional, penafsiran analogis, penafsiran ekstensif
dan penafsiran restriktif. Namun pada penulisan hukum ini, penulis hanya
menggunakan dua penafsiran yaitu seperti yang sudah dijelaskan diatas yaitu
penafsiran gramatikal dan penafsiran sistematis, hal ini dikarenakan kedua
penafsiran tersebut sesuai dengan proses pengolahan data yang dilakukan
penulis.

a. Penafsiran Gramatikal
Penafsiran gramatikal adalah menafsirkan undang-undang menurut
arti perkataan (istilah). Antara bahasa dengan hukum terdapat hubungan
yang erat sekali. Bahasa merupakan alat satu-satunya yang dipakai
pembuat undang-undang untuk menyatakan kehendaknya, tetapi
adakalanya pembuat undang-undang tidak dapat merangkai kata-kata yang
tepat. Oleh karena itu, Penulis wajib mencari kata yang dimaksud yang
lazim dipakai sehari-hari, dan juga dapat menggunakan kamus bahasa atau
meminta penjelasan langsung dari ahli bahasa.
b. Penafsiran Sistematis
Penafsiran sistematis adalah menafsirkan undang-undang dengan
jalan menghubungkan pasal yang satu dengan pasal yang lain dalam suatu
perundang-undangan atau dengan undang-undang lain. Terjadinya suatu
undang-undang selalu berkaitan dengan peraturan perundang-undangan
lain, dan tidak ada undang-undang yang berdiri sendiri lepas sama sekali
dari keseluruhan sistem perundang-undangan. Setiap undang-undang
merupakan bagian dari keseluruhan sistem perundang-undangan.
Selanjutnya data tersebut dicatat secara sistematis dan konsisten,
sehingga data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat ditulis
dengan penatalaksananya secara kritis, logis, dan sistematis, sehingga
nantinya dapat mengungkap suatu norma dari suatu permasalahan.
10

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan dapat memberikan gambaran umum terhadap


pemahaman mengenai pembahasan, menganalisis serta mendeskripsikan dengan jelas
dari penelitian ini. Sistematika penulisan dalam penelitian yang penulis angkat ini
terdiri dari 4 (empat) bab yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan, dan
penutup. Adapun sistematika penulisan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini, penulis menguraikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penelitian hukum (Skripsi)
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini, penulis menguraikan landasan teori atau memberikan
penjelasan secara teoritik yang bersumber pada bahan hukum yang penulis
gunakan dan doktrin ilmu hukum yang dianut secara universal mengenai
persoalan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang penulis teliti.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penulis memuat hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan
rumusan masalah yang ada, yaitu terkait mengenai kesesuaian hukum dari
perjanjian yang melandasi kegiatan kerjasama antara GOJEK dengan
mitra, dan perlindungan hukum bagi mitra yang terlibat didalam
perjanjian kerjasama tersebut.
BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini, penulis menguraikan mengenai simpulan dan saran yang
didapat dari keseluruhan hasil permasalahan yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

a. Perlindungan Hukum
Soerjono Soekanto dalam bukunya menjelaskan, perlindungan hukum
merupakan berbagai upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk
memberikan perasaan aman kepada saksi ataupun korban, perlindungan hukum
korban kejahatan yang merupakan bagian dari perlindungan masyarakat, dapat
direalisasikan dalam berbagai bentuk, melalui pemberian restitusi, kompensasi,
pelayanan medis, dan bantuan hukum (Soerjono Soekanto, 2007:133)
Menurut Wahyu Sasongko perlindungan hukum dapat diartikan
perlindungan oleh hukum atau perlindungan menggunakan pranata dan sarana. Ia
juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa cara perlindungan secara hukum,
antara lain adalah (Wahyu Sasongko, 2007:31):
1) Membuat peraturan atau by giving regulation, yang memiliki tujuan untuk:
a) Memberikan hak dan kewajiban
b) Menjamin hak-hak para subjek hukum
2) Menegakkan peraturan atau by law enforcement, melalui
a) Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah (preventif)
terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen, dengan perijinan dan
pengawasan
b) Hukum pidana yang yang berfungsi menanggulangi (repressive) setiap
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan, dengan cara
mengenakan sanksi hukum berupa sanksi pidana
c) Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative,
recovery), dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada
subyek hukum sesuai dengan perangkat hukum baik yang bersifat preventif
ataupun yang bersifat repressive, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
Perlindungan hukum merupakan suatu konsep dimana hukum dapat memberikan
suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan, dan kedamaian.

11
12

b. Perjanjian
Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan bahwa Perjanjian merupakan
Perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih. Dari peristiwa inilah timbul suatu hubungan hukum antara
dua orang atau lebih yang disebut juga dengan Perikatan yang didalamnya
terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Maka dari itu dapat disimpulan
bahwa perjanjian merupakan sumber dari perikatan.
Mochtar Kusumaatmaja menjelaskan bahwa perjanjian merupakan
kesepakatan antara dua atau lebih subjek hukum yang salng mengikatkan diri
untuk mencapai tujuan tertentu. Perjanjian menimbulkan perikatan (verbintenis),
yaitu hubungan hukum di bidang hukum kekayaan yang di dalamnya terdapat
pihak yang disebut kreditur (memiliki hak dan wewenang untuk menuntut
pemenuhan prestasi) dan pihak lain yang disebut debitur (berkewajiban untuk
memenuhi prestasi) (Mochtar Kusumaatmaja, 1986: 11).
1) Asas-asas di dalam Perjanjian
Di Indonesia Hukum Perjanjian biasa menggunakan 5 asas, yaitu:
(Abdulkadir Muhammad, 2010: 295):
a) Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)
Asas kebebasan berkontrak terdapat dalam
pasal 1338 KUH Perdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”. Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk:
(1) Membuat atau tidak membuat perjanjian
(2) Mengadakan perjanjian dengan siapapun
(3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, serta
(4) Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulisa atau lisan
b) Asas Konsensualisme (consensualism)
Asas konsensualisme terdapat pada Pasal 1320 ayat (1) KUH
Perdata. Ditentukan pada pasal tersebut bahwa salah satu syarat sah
suatu perjanjian adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak,
dengan kata lain asas ini menyatakan bahwa sebuah perjanjian umumnya
tidak diadakan secara formal, cukup dengan adanya kesepakatan dari
kedua belah pihak. Kesepakatan sendiri adalah sebuah persesuaian
13

antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.
Asas konsensualisme di dalam KUH Perdata dikenal berkaitan dengan
bentuk perjanjian.
c) Asas Kepastian Hukum (pacta sund servanda)
Asas kepastian hukum merupakan asas bahwa hakim atau pihak
ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,
sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Hakim atau pihak ketiga
dilarang melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang telah
dibuat dan disepakati oleh para pihak. Asas kepastian hukum terdapat
dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata.
d) Asas Itikad Baik (good faith)
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi: “Perjanjian
harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Asas ini merupakan asas yang
menyatakan bahwa baik pihak kreditur maupun debitur dalam perjanjian
diharuskan melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan
dan keyakinan yang teguh dan kemauan baik dari para pihak.
e) Asas Kepribadian (personality)
Pasal 1315 KUH Perdata berbunyi: “Pada umumnya seorang tidak
dapat mengadakan perikatan atau perjanjajian selain untuk dirinya
sendiri”. Inti dari ketentuan ini adalah untuk mengadakan suatu
perjanjian maka orang tersebut harus demi kepentingannya sendiri. Pasal
1340 KUH Perdata berbunyi: “perjanjian hanya berlaku antara pihak
yang membuatnya”, hal ini mengandung makna bahwa perjanjian yang
dibuat oleh para pihak hanya berlaku terhadap mereka yang
membuatnya.
2) Syarat Sahnya suatu Perjanjian
Sebuah perjanjian dikatakan sah apabila memenuhi beberapa syarat
seperti yang diterdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:
a) Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya
b) Kecakapan untuk membuat sebuah perikatan
c) Suatu pokok persoalan tertentu
d) Suatu sebab yang tidak dilarang
Syarat nomor 1 dan nomor 2 disebut dengan Syarat Subyektif karena
mengenai orang-orang atau subyek dari suatu perjanjian, sedangkan nomor 3
14

dan nomor 4 disebut dengan Syarat Obyektif karena mengenai obyek dari
suatu perjanjian.
3) Bentuk Perjanjian
Bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu
perjanjian tertulis dan tidak tertulis. Perjanjian tertulis dibuat oleh para
pihaknya dalam bentuk tulisan, sedangkan perjanjian tertulis dibuat secara
lisan (dengan kesepakatan diantara para pihak).
Salim dalam bukunya mengemukakan dalam buku buatannya, bahwa
terdapat 3 jenis perjanjian tertulis, yaitu (Salim, 2005: 42):
a) Perjanjian dibawah tangan yang ditandatangani oleh para pihaknya saja.
b) Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tandatangan para
pihak.
c) Perjanjian yang dibuat dan dihadapan notaris, perjanjian ini dibuat dalam
bentuk akta notariel. Akta Notariel merupakan sebuah akta yang dibuat
dihadapan pejabat yang berwenang untuk hal tersebut. Pejabat yang
berwenang adalah Notaris, Camat, PPAT, dan lainnya.
4) Jenis Perjanjian
Sutarno membedakan perjanjian menjadi beberapa jenis, yaitu
(Sutarno, 2008: 82):
a) Perjanjian Timbal Balik;
Merupakan suatu perjanjian yang memberikan hak dan kewajiban
kepada para pihak yang membuat perjanjian. Misalnya adalah perjanjian
jual beli.
b) Perjanjian Sepihak;
Merupakan perjanjian yang memberikan kewajiban kepada salah satu
pihak saja dalam sebuah perjanjian. Misalnya perjanjian hibah yang
kewajibannya hanya dimiliki oleh pihak pemberi barang yang
dihibahkan. Perjanjian ini juga hanya memerlukan tandatangan pihak
yang berkewajiban.
c) Perjanjian dengan Percuma;
Perjanjian percuma adalah perjanjian yang menurut hukum hanya
memberikan keuntungan kepada satu pihak saja. Misalnya adalah
perjanjian hibah.
15

d) Perjanjian Konsensuil, riil, dan formil;


Perjanjian konsensuil merupakan perjanjian yang dianggap sah apabila
terjadi kesepakatan diantara para pihak. Perjanjian riil merupakan
perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi barang yang menjadi
objek perjanjian harus diserahkan. Perjanjian formil merupakan
perjanjian yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk
tertulis yang dibuat oleh pejabat umum notaris atau PPAT.
e) Perjanjian Bernama atau Khusus dan Perjanjian Tak Bernama;
Perjanjian bernama atau khusus merupakan perjanjian yang diatur secara
khusus dalam KUHPer. Sedangkan perjanjiang tak bernama merupakan
perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPer.
c. Perjanjian Kerjasama Kemitraan
Kemitraan merupakan hal yang sangat penting, bukan hanya saat proses
penyusunan kontrak saja, namun juga saat pelaksanaan apa yang telah disetujui,
untuk memastikan kestabilan dari performa kontrak (Marcia Carla Pereira
Ribeiro, 2017: 160). Kata mitra dalam Kamus Bahasa Indonesia memiliki arti
sebagai teman, rekan, pasangan kerja. Kemitraan menurut Kian Wie merupakan
kerjasama usaha antar perusahaan besar atau menengah yang bergerak di sektor
produksi barang – barang maupun di sektor jasa dengan industri kecil
berdasarkan atas asas saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan (Thee Kian Wie, 1992: 3).
Menurut Elspeth Deards kemitraan atau partnership adalah suatu
hubungan yang hidup diantara pihak yang menjalankan suatu bisnis dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Pihak dapat berupa orang ataupun
perusahaan, atau kombinasi dari keduanya (Elspeth Deards. 2001: 1).
Berdasarkan pengertian – pengertian diatas mengenai kemitraan dan perjanjian
kerjasama kemitraan dapat disimpulkan bahwa perjanjian kerjasama kemitraan
merupakan suatu hubungan hukum yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih
yang saling bekerja sama dalam jangka waktu tertentu untuk memperoleh
keuntungan bagi para pihak tersebut.
Pengertian – pengertian diatas juga dapat ditarik beberapa unsur dari
kemitraan, yaitu (B.N Marbun, 1997: 35):
a. Kerjasama usaha;
16

Jalinan bisnis dengan konsep kemitraan didasarkan pada hubungan


kerjasama (sebagai mitra/partner kerja) antara pengusaha besar atau
menengah dengan pengusaha kecil. Hubungan kerjasama ini mempunyai arti
bahwa antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha memiliki
kedudukan yang sama dan setara. Dengan demikian mempunyai hak dan
kewajiban yang bertimbal balik.
b. Antara usaha besar atau menengah dan usaha kecil;
Pola kemitraan dilakukan oleh pengusaha besar yang telah mapan
sekaligus mempunyai tanggung jawab sosial untuk ikut memberdayakan
usaha kecil agar tumbuh menjadi pengusaha yang tangguh dan mandiri.
c. Pembinaan dan pengembangan;
Kerjasama usaha pola kemitraan disertai hubungan kerjasama dengan
rasa tanggungjawab sosial pengusaha besar untuk memberi pembinaan dan
bimbingan kepada pengusaha kecil agar diharapkan dapat tumbuh dan
berkembang sebagai komponen ekonomi yang tangguh dan mandiri.
d. Saling memerlukan, memperkuat, dan menguntungkan;
Konsep kemitraan yang saling memerlukan dapat menjamin eksistensi
perusahaan terutama untuk jangka panjang.
Beberapa asas – asas yang terkandung dalam kemitraan, yaitu (Vivian
Lora, 2018: 22):
a) Asas kesejajaran kedudukan mitra;
b) Asas saling membutuhkan;
c) Asas saling mematuhi etika bisnis;
d) Asas saling menguntungkan;
Prinsip yang perlu dipahami dan dimiliki oleh masing – masing anggota
kemitraan, yaitu (Vivian Lora, 2018: 23):
a) Prinsip Kesetaraan (Equity)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin
kemitraan harus merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain
dalam mencapai tujuan yang disepakati.
b) Prinsip Keterbukaan
Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing – masing
anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Dengan adanya
17

keterbukaan sejak awal dijalaninya kemitraan sampai berakhirnya


kemitraan akan menimbulkan saling melengkapi antara sesama mitra.
c) Prinsip Asas Manfaat Bersama (Mutual Benefit)
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan
memperoleh manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan
konstribusi masing – masing.
d. GO-JEK
GO-JEK merupakan karya anak bangsa yang kali pertama lahir dengan
niat baik untuk memberikan solusi memudahkan kehidupan sehari-hari di tengah
kemacetan perkotaan. Kala itu pemikirannya, bagaimana masyarakat bisa
mendapatkan layanan yang mudah, aman, nyaman, dan tepercaya dengan tarif
jelas, sementara mitra bisa menjadi lebih mudah dalam mendapatkan pelanggan
dan meningkatkan penghasilan. Layanan GO-JEK yang tertata ternyata cukup
disukai oleh masyarakat dan mitra, walaupun jumlahnya masih sangat kecil
dibandingkan sekarang.
GO-JEK memiliki fitur yang berupa jasa transportasi yang dapat dipesan
secara online, dengan menggunakan GO-JEK APP (aplikasi) yang dapat diunduh
melalui smartphone atau dengan gadget yang lain, konsumen dapat memesan
GO-JEK driver untuk mengakses semua layanan ini, dengan cara memasukan
alamat seseorang tersebut untuk mengetahui biaya penggunaan layanan, lalu
menggunakan layanan use my location untuk mengarahkan driver ke tempat
seseorang tersebut berada (http://www.go-jek.com/faq.html diakses pada tanggal
22 November 2018 Pukul 20.26 WIB).
Berdirinya perusahaan GO-JEK adalah berdasarkan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, sebagai dasar hukum
berdirinya perusahaan GO-JEK dan menjadi perusahaan yang telah berbadan
hukum. Dalam praktinya, PT GOJEK INDONESIA terdaftar di
KEMENKUMHAM sebagai Perusahaan Penyedia Jasa aplikasi. Perusahaan ini
sebagai penghubung antara penumpang dengan pengemudi ojek secara mudah.
Sebagai perusahaan teknologi, GO-JEK memiliki Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Surat Keterangan
Domisili Perusahaan (SKDP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP).
18

Untuk menjadi seorang mitra GO-JEK (driver GO-JEK) maka calon mitra
GO-JEK harus memenuhi syarat dan ketentuan lalu mendaftarkan diri di website
resmi GO-JEK, setelah mendaftarkan diri calon mitra GO-JEK harus mendatangi
kantor cabang GO-JEK terdekat untuk mengisi dan menandatangani berkas-
berkas serta membawa persyaratan yang diminta oleh GO-JEK, syarat dan
ketentuan yang harus dipenuhi.
Seorang mitra GO-JEK diharuskan memenuhi sebuah perjanjian kerjasama
kemitraan yang dibuat secara sepihak oleh GO-JEK yang bernama Perjanjian
Kerjasama Kemitraan, perjanjian ini disetujui secara elektronik (E-Contract) pada
aplikasi khusus milik mitra GO-JEK, perjanjian ini berisikan hal-hal yang harus
dipatuhi oleh semua mitra GO-JEK tanpa terkecuali. Jika melanggar perjanjian
ini, maka seorang mitra akan dikenakan berbagai jenis hukuman sesuai dengan
ketentuan didalam perjanjian yang dibuat oleh GO-JEK.
19

B. Kerangka Pemikiran

Kemitraan

Perusahaan Penyedia Aplikasi Mitra GO-JEK


(GO-JEK) (driver GO-JEK)

Perjanjian kerjasama kemitraan


(Perjanjian Elektronik)

Kesesuaian Perjanjian dengan peraturan yang Perlindungan hukum bagi Mitra


berlaku
(Pasal 47 PP No.82 Thn 2012, PERMENHUB (PERMENHUB No. 12 Thn 2019)
No. 12 Thn 2019)

Gambar 1 : Bagan Kerangka Pemikiran


Keterangan :
Bersamaan dengan perkembangan zaman, teknologi semakin maju dan
berkembang. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai macam kegiatan inovatif
yang memanfaatkan majunya teknologi yang ada. GO-JEK merupakan sebuah
perusahaan penyedia aplikasi yang memanfaatkan teknologi untuk mempertemukan
calon penumpang dengan pengendara ojek melalui sebuah aplikasi smartphone.
Dengan tingginya permintaan oleh customer, semakin banyak pula pengendara yang
mendaftar menjadi mitra GO-JEK (driver). GO-JEK menggunakan perjanjian
berbasis elektronik sebagai dasar kerjasama atau kemitraan dengan para driver-nya.
Hal ini juga yang membuat mitra resah mengenai kesesuaian dari perjanjian yang
mereka sepakati, para mitra juga belum banyak mengetahui mengenai perlindungan
hukum bagi mereka. Perjanjian elektronik sendiri sudah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronik, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ojek online
20

juga sudah diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2019 Tentang Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk
Kepentingan Masyarakat. Berdasarkan fakta, jika ditinjau dari hukum perdata
khususnya hukum perjanjian, bagaimana kesesuaian dan perlindungan hukum bagi
mitra atas perjanjian yang mendasari kemitraan mereka dengan perusahaan penyedia
aplikasi (GO-JEK).
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kesesuaian Perjanjian Kerjasama Kemitraan antara Perusahaan Penyedia


Aplikasi (GO-JEK) dengan Mitra (Driver) dengan Peraturan yang Berlaku

1. Keabsahan Perjanjian Kerjasama Kemitraan antara GO-JEK dengan Mitra

Pasal 1313 KUHPerdata menjelaskan mengenai perjanjian, bahwa perjanjian


ialah perbuatan dimana mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih. Perbuatan tersebut menimbulkan suatu hubungan
hukum diantara dua orang atau lebih yang disebut dengan Perikatan yang di
dalamnya terdapat hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, sehingga dapat
dikatakan bahwa suatu perjanjian merupakan sumber dari sebuah perikatan.
Perjanjian yang umum dikenal sampai saat ini adalah perjanjian yang dengan
bentuk tertulis serta perjanjian secara lisan. Namun seiring dengan berkembangnya
teknologi muncul bentuk perjanjian dalam lain yaitu elektronik, yang mendasari
adanya kegiatan, transaksi, maupun kerjasama pada suatu platform tertentu. Pasal 1
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
mengatakan bahwa, kontrak atau perjanjian elektronik adalah perjanjian yang dibuat
melalui sistem elektronik. Bentuk perjanjian yang menggunakan sistem elektronik
tersebut salah satunya digunakan pada aplikasi khusus untuk Mitra GO-JEK, yaitu
aplikasi yang dibuat oleh sebuah perusahaan GO-JEK untuk para Mitra (Driver),
dimana aplikasi tersebut digunakan para Mitra untuk mencari sekaligus bertransaksi
dengan pengguna jasa ojek online.
Perjanjian elektronik yang terdapat pada aplikasi khusus untuk Mitra GO-JEK
merupakan perjanjian kerjasama kemitraan atau kerjasama yang mendasari adanya
perikatan antar pihak yang terlibat didalam kemitraan tersebut. Para pihak yang
dimaksud ialah pihak perusahaan penyedia aplikasi GO-JEK, dan pihak mitra
(Driver) GO-JEK. Perjanjian elektronik tersebut memiliki kekurangan, hal ini
dikarenakan antara para pihak yang terlibat didalam perjanjian kerjasama kemitraan
tidak memiliki kesempatan untuk bertatap muka, salah satunya adalah pihak Mitra
hanya perlu menekan tombol setuju kepada semua peraturan yang diberikan GO-JEK,
hal ini seringkali menimbulkan kelalaian dari Mitra yang tidak membaca keseluruhan
peraturan tersebut.

21

50
22

Isi dari perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK dengan mitra hanya
memperjanjikan mengenai syarat-syarat dalam melakukan pekerjaan, hak dan
kewajiban, serta tata tertib dalam bekerja. Hal ini membuktikan bahwa isi dari
perjanjian kerjasama kemitraan adalah unsur murni dari hukum perdata, khususnya
hubungan hukum melakukan pekerjaan yang timbul atas dasar kemitraan.
Fakta yang ada tersebut haruslah dicermati dengan baik oleh para Mitra
dengan penuh kehati-hatian. Hal-hal utama yang perlu dicermati untuk menghindari
risiko terjadinya suatu wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama
kemitraan, yaitu melihat keabsahan dari perjanjian yang ada didalam aplikasi khusus
Mitra GO-JEK ditinjau dari hukum perjanjian, serta perlu juga meninjau kesesuaian
isi dari perjanjian kerjasama kemitraan tersebut, dengan peraturan yang berlaku.
Pasal 1320 KUHPerdata telah mengatur hal-hal yang menjadi syarat dari
sahnya sebuah perjanjian. Terdapat empat (4) syarat sahnya perjanjian, yaitu :
a) Adanya kesepakatan para pihak
b) Cakap untuk membuat suatu perjanjian
c) Adanya suatu hal tertentu
d) Adanya suatu sebab yang halal.
Asas Lex specialis derogat legi generali menyatakan bahwa hukum yang
bersifat khusus mengesampingkan hukum yang bersifat umum. Berdasarkan asas
tersebut maka syarat keabsahan dari perjanjian kerjasama kemitraan yang berbentuk
kontrak elektronik harus berdasarkan syarat keabsahan kontrak atau perjanjian
elektronik yang telah diatur oleh Pasal 47 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Pasal tersebut
telah memberi aturan mengenai syarat sahnya kontrak atau perjanjian elektronik.
Syarat sahnya kontrak elektronik tersebut ialah :
a) Terdapat kesepakatan para pihak
b) Dilakukan oleh subyek hukum yang cakap atau yang berwenang mewakili
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
c) Terdapat hal tertentu
d) Objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum.
Keempat syarat tersebutlah yang menjadi dasar atas keabsahan suatu kontrak
atau perjanjian elektronik. Untuk mengetahui apakah perjanjian kerjasama kemitraan
23

antara perusahaan GO-JEK dengan Mitra memenuhi keempat syarat tersebut maka
pada penulisan hukum ini, penulis akan menguraikannya sebagai berikut :

a) Adanya Kesepakatan Para Pihak;

Didalam perjanjian kerjasama kemitraan yang terdapat pada aplikasi


khusus Mitra GO-JEK terdapat para pihak, yaitu : Pihak perusahaan
penyedia aplikasi dan pihak mitra yang umumnya dikenal dengan Driver.
Kedua pihak ini memiliki suatu hubungan hukum antara satu dengan yang
lainnya. Pihak perusahaan penyedia aplikasi menyediakan aplikasi yang
digunakan oleh mitra dan Pihak mitra sebagai pengguna aplikasi untuk
mendapatkan customer.
GO-JEK menggunakan sistem pendaftaran mitra secara online. Pada
tahap awal calon mitra dapat mengakses situs resmi GO-JEK lalu klik
pilihan daftar menjadi GO-RIDE yaitu Driver GO-JEK yang
menggunakan kendaraan sepeda motor. Calon Mitra akan ditampilkan
halaman tata cara pendaftaran online, pada halaman tersebut terdapat link
website yang harus dibuka pada smartphone calon mitra, didalam website
tersebut calon mitra diharuskan menlengkapi kolom-kolom yang
disediakan, setelah selesai mengisi kolom calon mitra akan diberikan sms
berisi 4 (empat) digit kode yang harus dimasukkan kedalam kolom
pendaftaran, selanjutnya akan tersedia kolom alamat rumah dan nomor
ponsel yang perlu diisi calon mitra, setelah semua kolom diisi mitra
diharuskan mengunggah dokumen yang diminta berupa gambar digital,
dokumen yang perlu diunggah adalah Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi
(SIM), dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Setelah melakukan
pengunggahan calon mitra dapat menekan tombol kirim, dan menunggu
konfimasi hasil pendaftaran lewat sms, jika calon mitra mendapatkan
verifikasi pendaftaran maka calon mitra akan diminta untuk datang ke
kantor operasional GO-JEK untuk menyelesaikan proses pendaftaran.
Setelah semua proses pendaftaran selesai dan menjadi mitra, maka
mitra dapat mengunduh aplikasi GO-RIDE yang disediakan oleh
perusahaan GO-JEK, pada smartphone mitra. Dalam aplikasi GO-RIDE
mitra akan ditampilkan sebuah perjanjian elektronik yang dapat disetujui
24

dengan memberikan tanda centang pada kotak kecil yang disediakan dan
melanjutkan dengan pilihan setuju. Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
mengatakan bahwa persetujuan atas penawaran transaksi elektronik harus
dilakukan dengan pernyataan secara elektronik pula. Dalam hal ini
penawaran merupakan kontrak elektronik yang telah dibuat oleh pihak
GO-JEK sedangkan persetujuan pihak mitra diberikan dalam bentuk
„click‟ pada tombol setuju yang disediakan. Dalam dunia teknologi
informasi, bentuk dari perjanjian elektronik seperti pada tahap ini dikenal
dengan sebutan click-wrap agreement. Secara sederhana, untuk
menyatakan kata sepakat ialah ketika pihak yang menerima perjanjian
melakukan „click‟ atau memberi tanda centang pada bagian persetujuan
(agreement). Para calon mitra diberikan keleluasaan dalam memilih untuk
menyetujui isi perjanjian atau melakukan penolakan terhadap isi
perjanjian. Hal ini diatur didalam sistem elektronik agar tetap bisa
melakukan pembatalan. Untuk memfasilitasi pilihan pembatalan,
disediakan pilihan „cancel‟ dan pilihan „back‟ untuk kembali dan
pilihan „next‟ jika menyetujui dan memutuskan untuk mendaftar. Dengan
adanya pilihan pembatalan serta pilihan lanjut atau kembali maka
perjanjian yang ditawarkan akan terhindar dari unsur pemaksaan oleh
pihak perusahaan penyedia aplikasi. Sehingga dalam kata lain dalam tahap
ini terdapat kesepakatan antar para pihak.
Berdasarkan tahapan-tahapan serta ketentuan yang sudah dilaksanakan
para pihak tersebut, maka perjanjian kerjasama antara para pihak
didalamnya merupakan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak yang
sudah dibentuk dan disetujui, tanpa adanya suatu unsur pemaksaan
didalamnya. Sehingga syarat pertama dan utama dalam syarat sahnya
perjanjian terpenuhi.

b) Dilakukan Oleh Subyek Hukum yang Cakap;

Cakap berarti dianggap mampu melakukan suatu perbuatan hukum.


Orang-orang yang mampu melakukan suatu perbuatan hukum adalah
orang-orang yang tidak disebutkan didalam Pasal 1330 KUHPerdata,
sementara itu orang-orang yang dianggap tidak cakap hukum menurut
25

Pasal 1330 KUHPerdata yaitu, orang orang yang belum dewasa, dan
mereka yang berada dibawah pengampuan. Orang yang dianggap dewasa
yang ditentukan didalam Pasal 1330 KUHPerdata adalah orang yang
berusia 21 tahun atau sudah menikah. Orang yang dibawah pengampuan
ialah orang yang cacat, gila, boros, dan telah dinyatakan pailit oleh
pengadilan.
Syarat dan ketentuan yang diberikan untuk menggunakan aplikasi
khusus mitra adalah: (i) secara hukum dapat melakukan perjanjian yang
mengikat dibawah hukum Republik Indonesia; (ii) sudah berumur 21
tahun atau pernah menikah dan tidak dalam pengampuan; (iii) perusahaan
akan menyimpan dan memproses informasi pribadi mitra, sehingga mitra
harus memberikan data diri secara lengkap dan akurat. Syarat dan
ketentuan ini dibuat dengan sangat jelas dan rijit dan didukung pula oleh
sistem informasi yang ketat yang mana, sistem tersebut menjamin bahwa
para mitra yang selanjutnya akan melakukan perjanjian kerjasama dengan
perusahaan GO-JEK merupakan seseorang yang cakap hukum sesuai
dengan ketentuan KUHPerdata dan seperti yang dipersyaratkan sebagai
syarat sahnya perjanjian.
Ketentuan pada hukum perjanjian menyebutkan bahwa jika kedua
syarat subjektif, atau salah satunya tidak terpenuhi, maka salah satu
pihak dapat memintakan pembatalan atas perjanjian itu melalui
pengadilan. Selama tidak dibatalkan oleh hakim, maka perjanjian itu masih
tetap dianggap sah dan mengikat kedua belah pihak (voidable).
Dari fakta mengenai terpenuhinya syarat cakap hukum dalam
pembuatan perjanjian pada perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK
dengan mitra, maka dapat disimpulkan bahwa persayaratan cakap hukum
dalam membuat perjanjian sudah dapat diikuti secara menyeluruh dan
diakui keabsahannya namun melihat juga dua syarat lainnya yaitu syarat
obyektifnya.
c) Adanya Suatu Hal Tertentu;

Suatu Hal Tertentu yang ada pada syarat ini yaitu, yang menjadi obyek
perjanjian harus terang dan jelas, dapat ditentukan baik jenis maupun
26

jumlahnya. Syarat ini merupakan syarat obyektif karena menyangkut


obyek dalam perjanjian.
Perjanjian kerjasama kemitraan yang merupakan obyek perjanjian
diatur dalam Pasal 1619 KUHPerdata dimana masing-masing harus
memasukkan uang atau barang atau usaha dari para pihak perjanjian.
Sedangkan dalam perjanjian pemberian kuasa, yang merupakan obyek
perjanjian adalah kuasa itu sendiri, hal ini diatur pada Pasal 1793
KUHPerdata, dimana kuasa dapat diberikan dan diterima dengan suatu
akta umum, dengan suatu surat dibawah tangan, ataupun secara lisan.
Obyek yang ada dalam hubungan perjanjian kerjasama kemitraan
antara perusahaan GO-JEK dengan mitra sesuai dengan Pasal 1619
KUPerdata dimana obyek dapat berupa uang, barang, atau usaha. Disini
aplikasi GO-JEK dapat digolongkan sebagai barang. GO-JEK juga
memberikan kuasa kepada mitra yang mana kuasa tersebut adalah
pemberian akses akun kepada mitra untuk menggunakan aplikasi GO-JEK,
dimana mitra hanya dapat melakukan jasa-jasa yang sudah ditentukan oleh
GO-JEK berserta tarif pembayarannya di dalam aplikasi GO-JEK, hal ini
sudah sesuai dengan Pasal 1793 KUHPerdata. Pihak mitra setelah
diberikan kuasa, dapat menggunakan aplikasi GO-JEK untuk memberikan
kontribusi berupada usaha menawarkan jasa yang nantinya keuntungan
dari jasa itu akan masuk ke rekening dan dibagi antara pihak GO-JEK dan
mitra menurut ketentuan GO-JEK. Dalam hal ini, jasa yang diberikan
mitra dianggap sebagai suatu usaha.
Berdasarkan fakta yang ada tersebut maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK
dengan mitra telah memenuhi syarat obyektif yang pertama yaitu adanya
suatu hal tertentu, dalam hal ini ialah obyek perjanjian yaitu barang, usaha,
dan kuasa.

d) Objek Transaksi Tidak Boleh Bertentangan dengan Peraturan


Perundang-Undangan, Kesusilaan, dan Ketertiban Umum;

Objek transaksi merupakan objek yang diperjanjikan dalam perjanjian.


Selama suatu objek transaksi tidak dilarang oleh Undang-Undang, atau
27

tidak berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum, maka


objek tersebut diperbolehkan dalam suatu perjanjian.
Perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK dengan mitra, obyek
yang diperjanjikan ialah, barang yaitu aplikasi GO-JEK, usaha yaitu jasa
yang ditawarkan oleh mitra, dan uang yang didapatkan atas penggabungan
antara penggunaan aplikasi dan jasa.
Isi dari perjanjian kerjasama kemitraan GO-JEK dengan mitra, secara
tegas menyatakan bahwa aplikasi GO-JEK berperan sebagai wadah untuk
menyalurkan jasa ataupun layanan sesuai dengan peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku seperti, jasa antar dan jemput orang atau barang,
dan jasa lainnya yang disediakan oleh aplikasi GO-JEK. Juga didalam
perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK dengan mitra, kedua belah
pihak merasa diuntungkan, pihak mitra dimudahkan dalam menawarkan
jasa lewat aplikasi, dan pihak GO-JEK mendapatkan bagian dari hasil jasa
yang dilakukan oleh mitra.
Berdasarkan urairan tersebut, dapat diketahui bahwa yang menjadi
objek transaksi dalam perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK
dengan mitra adalah sesuatu yang tidak bertentangan dengan peraturan
yang ada dan juga tidak bertentangan dengan kesusilaan maupun
ketertiban umum.
Berdasarkan uraian penulis diatas, dapat disimpulkan bahwa perjanjian
kerjasama kemitraan antara GO-JEK dengan mitra telah memenuhi keempat syarat
sahnya kontrak atau perjanjian elektronik sesuai Pasal 47 (2) PP No.82 Tahun 2012.
Sehingga perjanjian kerjasama kemitraan tersebut sah secara hukum.
Keempat syarat yang disebutkan dalam Peraturan pemerintah tersebut sama
seperti keempat syarat yang ditentukan dalam KUHPerdata, yang merupakan tanda
atas keabsahan dari suatu perjanjian. Sehingga sesuai dengan penjelasan penulis yang
telah diuraikan pada syarat sahnya perjanjian menurut PP No.82 Tahun 2012, maka
perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK dengan mitra merupakan perjanjian
yang memiliki keabsahan secara hukum dan mengikat para pihak dalam perjanjian
sebagaimana dikatakan dalam Pasal 18 ayat (1) UU No. 11 Thn 2008 bahwa transaksi
yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik mengikat para pihak.
Keabsahan dari perjanjian kerjasama kemitraan seperti yang telah dijelaskan
penulis didasari atas adanya sistem terbuka dan asas kebebasan berkontrak dalam
28

Hukum Perjanjian yang telah dicantumkan dalam KUHPerdata. Pengertian dari sistem
terbuka adalah bahwa para pihak dalam membuat Perjanjian diberikan pilihan apakah
akan tunduk pada ketentuan mengenai Hukum Perjanjian yang tercantum dalam
KUHPerdata atau membuat ketentuan- ketentuan sendiri yang menyimpang dari
KUHPerdata sesuai dengan kesepakatan dan kepentingan para pihak yang terlibat
dalam Perjanjian. Sistem terbuka tersebut melahirkan suatu asas yang dikenal dengan
sebutan Asas Kebebasan Berkontrak. Dalam Asas Kebebasan Berkontrak para pihak
diperbolehkan untuk membuat sendiri aturan-aturan dalam Perjanjian sesuai dengan
kepentingan dan kesepakatan para pihak dan tidak terbatas pada kebebasan dalam
menentukan isi Perjanjian, persyaratan Perjanjian, dan pelaksanaan Perjanjian saja,
melainkan juga kebebasan untuk memilih Perjanjian, serta kebebasan untuk membuat
atau tidak membuat Perjanjian, dan kebebasan untuk memilih subyek Perjanjian. Asas
Kebebasan Berkontrak tersebut diberlakukan selama tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, agama, moral, dan keadilan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-
JEK dan mitra yaitu, walaupun para mitra diberikan kebebasan memilih untuk tunduk
pada isi perjanjian, tetapi isi dari perjanjian tersebut hanya ditentukan oleh pihak GO-
JEK tanpa adanya keterlibatan pihak mitra.
Berkaitan dengan hal ini, penulis melakukan wawancara secara lisan dengan
salah satu mitra GO-JEK bernama Bapak Hanif, berdasarkan hasil wawancara, Bapak
Hanif menjelaskan bahwa isi dari perjanjian kerjasama kemitraan yang di buat GO-
JEK tidak memberatkan ataupun memberikan keuntungan lebih kepada pihak GO-
JEK. Bapak Hanif mengatakan sejak dirinya menjadi mitra GO-JEK, ia selalu
mendapatkan pendapatan yang cukup untuk dirinya dan waktu kerja yang tidak
mengikat. Bapak Hanif melanjutkan bahwa selama tidak melanggar isi dari perjanjian
maka tidak akan ada masalah.
Maka dari itu penulis mengambil kesimpulan bahwa, walaupun perjanjian
tersebut hanya dibuat oleh pihak GO-JEK, perjanjian tersebut dianggap sah. Hal ini
dikarenakan perjanjian tersebut dibuat secara adil, tidak memberatkan salah satu
pihak ataupun lebih menguntungkan salah satu pihak. Meskipun dibuat oleh satu
pihak, apabila perjanjian tersebut disetujui oleh kedua belah pihak maka perjanjian
tersebut dianggap sah, mengikat para pihak, dan dapat diberlakukan.
29

Maka dari itu perjanjian kerjasama kemitraan ini telah sesuai dengan peraturan
mengenai kontrak yang ada pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.

2. Isi Perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK dengan Mitra

Perjanjian kerjasama kemitraan antar GO-JEK dengan mitra merupakan


perjanjian tertulis, namun perjanjian ini tidak dituangkan diatas kertas, namun dalam
bentuk kontrak atau perjanjian elektronik yang biasa juga disebut sebagai e-contract.
Perjanjian kerjasama kemitraan ini dibuat oleh GO-JEK dan diberikan kepada mitra
melalui aplikasi GO-JEK.

Perjanjian kerjasama kemitraan yang dilakukan oleh GO-JEK dan mitra


merupakan perjanjian timbal balik sekaligus perjanjian sepihak. Hal tersebut
dikarenakan perjanjian kerjasama kemitraan ini mengakibatkan timbulnya hak dan
kewajiban bagi para pihak. Dikatakan bahwa perjanjian ini sekaligus perjanjian
sepihak karena perjanjian ini hanya ditandatangani oleh salah satu pihak saja yaitu
pihak mitra, karena perjanjian ini merupakan perjanjian baku yang mana hanya salah
satu pihak yang menentukan isi dari perjanjian, yaitu pihak GO-JEK.

Mengenai isi dari perjanjian tersebut, Kementrian Perhubungan telah


mengeluarkan sebuah peraturan mengenai kendaraan umum berupa sepeda motor
yang dipesan melalui sistem online atau umumnya dikenal dengan ojek online yaitu,
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 12 Tahun 2019
tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk
Kepentingan Masyarakat. Peraturan ini dibuat dengan maksud memberikan
perlindungan keselamatan bagi penggunaan sepeda motor untuk kepentingan
masyarakat yang dilakukan melalui aplikasi berbasis teknologi informasi maupun
tanpa aplikasi berbasis teknologi informasi.

Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan


Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat Pasal 15
Ayat (1) yang mengatakan bahwa hubungan antara perusahaan penyedia aplikasi
dengan pengemudi merupakan hubungan kemitraan.

Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan


Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat mengatakan
30

bahwa ada beberapa aspek yang perlu dipenuhi oleh pengemudi motor, yaitu aspek
keselamatan, keamanan, kenyamanan, keterjangkauan, dan keteraturan.

Didalam perjanjian kerjasama kemitraan antara GOJEK dengan mitra terdapat


klausula yang merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh mitra untuk melakukan
perjanjian kerjasama kemitraan dengan GOJEK, yaitu:

a) Mampu mengendarai kendaraan bermotor roda dua dan memiliki Surat Ijin
Mengemudi (SIM) yang sesuai dan masih berlaku dan perijinan lainnya
yang sah untuk mengemudikan dan memberikan jasa penjemputan dan
pengantaran barang dengan kendaraan roda dua melalui Aplikasi
(sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku);

b) Memiliki atau menguasai kendaraan bermotor roda dua yang memenuhi


persyaratan yang ditentukan berdasarkan hukum yang berlaku serta aman
dan nyaman untuk dikendarai di jalan;

c) Memiliki rekening pada Bank yang direkomendasikan oleh AKAB;

d) Mempunyai catatan prestasi yang baik dan tidak pernah masuk dalam daftar
hitam Kepolisian Republik Indonesia;

e) Berjanji untuk, pada setiap saat, memenuhi semua syarat dan ketentuan
dalam Perjanjian ini, Persyaratan lain dan kualifikasi minimum yang akan
dijelaskan secara terpisah namun tetap menjadi kesatuan yang tidak
terpisahkan dalam perjanjian ini.

Setelah klausula mengenai hal-hal yang wajib dipenuhi oleh mitra, pihak
GOJEK membuat klausula mengenai kode etik yang perlu dipatuhi. Mitra wajib untuk
mematuhi setiap peraturan lalu lintas, undang-undang dan peraturan hukum yang
berlaku;

a) Mitra wajib untuk menjaga kebersihan penampilan, berpakaian rapi,


bersepatu, menggunakan Atribut;
b) Mitra dilarang minum minuman keras, mabuk, madat, memakai narkotika
ataupun berada dalam keadaan dimana Mitra tidak mempunyai kesadaran
penuh;
31

c) Mitra dilarang melakukan perbuatan asusila, penganiayan, penghinaan,


penipuan atau pengancaman pihak ketiga baik Konsumen, mitra kerja
lainnya ataupun pihak ketiga lainnya;
d) Mitra dilarang membujuk mitra kerja lain melakukan tindakan yang dapat
diancam hukuman pidana;
e) Mitra dilarang, baik dengan sengaja atau karena kelalaiannya, melakukan
perbuatan atau membiarkan diri sendiri, konsumen, dan/atau mitra kerja
lainnya berada dalam keadaan yang dapat menimbulkan bahaya ke masing-
masing pihak;
f) Mitra dilarang melakukan kegiatan, baik dengan sengaja atau karena
kelalaiannya, yang dapat menghasilkan pencemaran nama baik PGS,
konsumen PGS, karyawan dan afiliasi dari PGS;
g) Kecuali diinstruksikan oleh PGS secara tertulis melalui media komunikasi
yang ditentukan oleh PGS, Mitra dilarang untuk memungut biaya untuk jasa
yang diberikan kepada konsumen berdasarkan kerjasama dengan PGS
melalui Perjanjian ini, termasuk namun tidak terbatas kepada dalam
memungut jumlah dalam bentuk 'tips' kepada konsumen;
h) Mitra dilarang untuk membongkar atau menyebarluaskan informasi yang
diberikan oleh PGS, baik melalui Aplikasi maupun melalui cara lainnya,
karyawan dari PGS maupun afiliasi PGS kepada Mitra tanpa persetujuan
tertulis dari PGS, sebagaimana berlaku;
i) Mitra dilarang melakukan setiap tindakan yang dilarang oleh hukum
ataupun dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum yang berlaku;
j) Mitra dilarang melakukan setiap tindakan yang dapat melanggar ketentuan
Perjanjian ini maupun Persyaratan, kebijakan maupun kode etik yang telah
diinformasikan kepada Mitra melalui media elektronik (antara lain info
driver yang terdapat pada https://driver.go-jek.com/hc/id) dan media
komunikasi lainnya yang dapat dipilih oleh PGS maupun afiliasi dari PGS.
Pasal 4 Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan
Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan
Masyarakat menjelaskan aspek pertama yaitu keselamatan, didalam pasal tersebut
disebutkan bahwa pengemudi paling sedikit memenuhi 13 ketentuan yang memenuhi
aspek keselamatan. Masih ada beberapa ketentuan yang memenuhi aspek keselamatan
yang belum ada pada klausula-klausula diatas. Beberapa ketentuan yang belum ada
32

yaitu, pengemudi memiliki surat izin mengemudi D untuk mengemudikan kendaraan


khusus penyandang disabilitas, pengemudi tidak membawa penumpang lebih dari 1
orang, pengemudi menguasai wilayah operasi.

Pasal 5 Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan


Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan
Masyarakat menjelaskan aspek kedua yaitu keamanan, didalam pasal tersebut
keamanan yang dimaksud yaitu:

a) mencantumkan identitas Penumpang yang melakukan pemesanan melalui


aplikasi;
b) identitas pengemudi dan Sepeda Motor yang tercantum dalam aplikasi
harus sesuai dengan pengemudi dan sepeda motor yang melayani;
c) menggunakan tanda nomor kendaraan bermotor dengan warna dasar hitam
tulisan putih sesuai dengan data di aplikasi atau sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d) dilengkapi surat tanda nomor kendaraan bermotor sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan;
e) mencantumkan nomor telepon layanan pengaduan di dalam aplikasi; dan
f) melengkapi aplikasi dengan fitur tombol darurat (panic button) bagi
Pengemudi dan Penumpang.
Melihat ketentuan pada Pasal 5 Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019
tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk
Kepentingan Masyarakat tersebut, tentunya tidak dapat ditemukan didalam klausula-
klausula dalam perjanjian kerjasama kemitraan yang telah disebutkan sebelumnya.
Meskipun tidak tuliskan dalam perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK
dengan mitra, tetapi beberapa hal didalam Pasal 5 tersebut telah dipenuhi didalam
aplikasi GO-JEK itu sendiri yaitu dicantumkannya identitas penumpang, identitas
mitra beserta motor yang dikendarai, nomor telepon pelayanan pengaduan dan panic
button. Sementara itu mengenai ketentuan identitas pengemudi dan motor harus sesuai
dengan data di aplikasi telah dicantumkan dalam perjanjian kerjasama kemitraan
bagian “penggunaan aplikasi” yaitu, hanya pihak mitra yang diperbolehkan
menggunakan akun atas namanya sendiri yang telah didaftarkan di dalam aplikasi.

Pasal 6 Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan


Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan
33

Masyarakat menyebutkan ketentuan-ketentuan mengenai aspek kenyamanan yang


harus dipenuhi yaitu:

a) Pengemudi menggunakan pakaian sopan, bersih, dan rapi;


b) Pengemudi berperilaku ramah dan sopan; dan
c) Pengemudi dilarang merokok dan melakukan aktifi tas lain yang
mengganggu konsentrasi ketika sedang mengendarai sepeda motor.
Didalam klausula mengenai kode etik yang wajib dipatuhi oleh mitra, telah
tercantum semua hal mengenai aspek kenyamanan yang disebutkan oleh Pasal 6
Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan
Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat.

Pasal 7 Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan


Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan
Masyarakat menyebutkan ketentuan-ketentuan mengenai aspek keterjangkauan yang
perlu dipenuhi. Aspek keterjangkauan yang dimaksud adalah mitra melayani
penumpang hingga sampai ketujuannya, dan mengenakan biaya kepada penumpang
sesuai dengan aplikasi. Ketentuan yang disebutkan oleh Pasal 7 mengenai aspek
keterjangkauan telah dicantumkan dalam klausula mengenai kode etik yang wajib
dipatuhi mitra.

Pasal 8 Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan


Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan
Masyarakat mengenai Aspek Keteraturan menjelaskan bahwa mitra harus mematuhi
aturan lalu lintas, dan perusahaan penyedia aplikasi harus menyediakan shelter atau
pangkalan bagi mitra. Mengenai pematuhan aturan lalu lintas telah masuk kedalam
klausula kode etik didalam perjanjian kerjasama kemitraan, sementara itu penyediaan
shelter atau pangkalan bagi mitra belum dilakukan dan dicantumkan dalam perjanjian
oleh pihak GO-JEK sebagai perusahaan penyedia aplikasi. Hingga saat ini para mitra
ojek online baik dari perusahaan GO-JEK maupun perusahaan penyedia aplikasi
lainnya bergabung dan membuat shelter atau pangkalan mereka masing-masing.

Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan


Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat juga
mengatur formulasi perhitungan biaya, biaya yang dikenakan kepada konsumen
haruslah menggunakan pedoman yang ditentukan oleh menteri. Meskipun didalam
34

perjanjian tidak dicantumkan bagaimana penghitungan biaya yang ditentukan oleh


menteri, tetapi telah dicantumkan didalam perjanjian bahwa pihak mitra menyetujui
bahwa pihak GO-JEK dapat sebagaimana berlaku, menentukan harga yang harus
dibayarkan oleh Konsumen sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku, perubahan mana akan diberitahukan kepada Mitra secara tertulis (baik
melalui Aplikasi ataupun melalui media komunikasi lainnya yang dipilih oleh GO-
JEK), klausula tersebut terdapat pada bagian hubungan kerjasama poin G.

Pasal 14 ayat (1) Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang


Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk
Kepentingan Masyarakat mengatakan bahwa perusahaan penyedia aplikasi harus
membuat standar operasional dan prosedur penghentian operasional. Standar
operasional dan prosedur penghentian yang dimaksud disebutkan didalam Pasal 14
ayat (2) yaitu:

a) jenis sanksi penghentian operasional sementara (suspend) dan putus mitra;


b) tingkatan pemberian sanksi penghentian operasional sementara (suspend)
dan putus mitra;
c) tahapan pemberian sanksi penghentian operasional sementara (suspend) dan
putus mitra; dan
d) pencabutan sanksi penghentian operasional sementara (suspend).
Mengenai hal-hal yang disebutkan dalam Pasal 14 ayat (2) diatas, belum
dicantumkan didalam perjanjian kerjasama kemitraan GO-JEK dengan mitra. Didalam
Perjanjian hanya disebutkan bahwa GO-JEK memiliki hak untuk menahan akses akun
mitra jika mitra melanggar isi dari perjanjian kerjasama kemitraan.

B. Perlindungan Hukum Bagi Para Mitra Dalam Perjanjian kerjasama kemitraan


antara GO-JEK dengan Mitra

Perjanjian yang dilakukan oleh GO-JEK dan Mitra merupakan perjanjian


kerjasama kemitraan. Hal ini sesuai dengan Pasal 15 Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan
Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat yang
mengatakan bahwa hubungan antara perusahaan penyedia aplikasi dan mitra
merupakan hubungan kemitraan, pengaturan mengenai kemitraan diatur sesuai dengan
Undang – Undang yang berlaku. Pada perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK
35

dengan mitra yang menjadi objek adalah barang yaitu aplikasi yang disediakan GO-
JEK, usaha yaitu jasa yang ditawarkan mitra, dan uang yang menjadi hasil dari
penggabungan usaha dan barang GO-JEK dan mitra.

Perjanjian ini akan menimbulkan suatu hubungan hukum diantara pihak yang
membuatnya, dinamakan sebuah perikatan. Hubungan hukum merupakan hubungan
yang menimbulkan suatu akibat hukum yang dijamin oleh hukum dan Undang-
Undang. Semua kegiatan yang memunculkan akibat hukum seperti perjanjian
kerjasama kemitraan diharuskan memiliki perlindungan didalamnya. Perlindungan
hukum ada dikarenakan untuk menjamin kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan
bagi para pihak yang terlibat didalam perjanjian tersebut. Perlindungan hukum
merupakan perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum ke dalam bentuk
perangkat, baik bersifat preventif maupun bersifat represif, baik secara lisan maupun
tertulis.

Dalam penulisan hukum ini, penulis meninjau mengenai perlindungan hukum


bagi mitra yang terlibat didalam perjanjian kerjasama kemitraan antara GO-JEK
dengan mitra.

Perjanjian antara GO-JEK dengan mitra dilakukan tanpa harus bertemunya


para pihak dalam perjanjian tersebut, mitra hanya perlu men-unduh aplikasi GO-JEK
pada smartphone mereka lalu membuka aplikasi tersebut dan melakukan klik pada
perjanjian kerjasama kemitraan yang telah dibuat oleh GO-JEK.
Didalam perjanjian kerjasama kemitraan tersebut terdapat 5 bagian yang
masing-masing membahas hal-hal berbeda terkait dengan hubungan kemitraan antara
GO-JEK dengan mitra, yaitu Ketentuan Umum, Hubungan Kerjasama, Penggunaan
aplikasi, Keberlakuan Perjanjian, dan Ketentuan lainnya.
1. Ketentuan Umum;
Di dalam perjanjian, bagian ini menjelaskan definisi-definisi dari
istilah-istilah yang digunakan dalam perjanjian kerjasama kemitraan
antara GO-JEK dengan mitra.
2. Hubungan Kerjasama;
Dalam klausula pada bagian ini, pihak GO-JEK menyatakan dengan
jelas bahwa hubungan antara GO-JEK dengan mitra merupakan
kerjasama, bukan outsourcing ataupun ketenagakerjaan. Pada bagian ini
GO-JEK membuat klausula mengenai persyaratan yang wajib dipenuhi
36

oleh mitra, dan juga klausula mengenai kode etik yang harus dipatuhi oleh
mitra selama melakukan kerjasama dengan pihak GO-JEK.
3. Penggunaan Aplikasi;
Bagian ini menjelaskan 2 hal dalam penggunaan aplikasi, yaitu cara
melakukan pendaftaran akun pada aplikasi GO-JEK, dan juga kententuan-
ketentuan penggunaan aplikasi selama menjadi seorang mitra GO-JEK.
4. Keberlakuan Perjanjian;
Bagian ini berisikan klausula menengai keberlakuan perjanjian. Dalam
bagian ini pihak GO-JEK menyatakan dengan jelas bahwa mereka dapat
mengakhiri perjanjian secara sepihak sebelum masa perjanjian berakhir.
5. Ketentuan lainnya;
Bagian ini mengatur mengenai beberapa hal yaitu, penyelesaian
sengketa yang timbul antara mitra dengan GO-JEK, mengenai perjanjian
kerjasama kemitraan dalam bentuk kontrak elektronik atau e-contract, hak
bagi pihak GO-JEK untuk menggunakan informasi pribadi para mitra,
melarang mitra untuk mengalihkan perjanjian kepada pihak lain, terakhir,
persetujuan para pihak dilakukan dalam bentuk elektronik.
Berdasarkan analisa terhadap isi dari perjanjian tersebut, klausula yang
memberikan semacam perlindungan hukum atau hak yang diberikan oleh hukum
kepada mitra yaitu:
1) poin g, bagian 2 Tentang Hubungan Kerjasama, yang mengatakan bahwa GO-
JEK menentukan harga yang harus dibayarkan oleh Konsumen sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, perubahan mana akan
diberitahukan kepada Mitra secara tertulis. Klausula ini memberikan
perlindungan hukum preventif terhadap mitra, dengan dilakukannya perhitungan
biaya jasa sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh pemerintah maka mitra akan
mendapatkan bayaran yang dianggap sepadan dengan jasanya. Klausula ini juga
memastikan bahwa pihak GO-JEK tidak melakukan perhitungan biaya jasa secara
sembarangan atau hanya menguntungkan bagi salah satu pihak.
2) poin b, 5.1 penyelesaian sengketa, bagian 5 Tentang Ketentuan lain, yang
mengatakan bahwa dalam hal adanya sebuah sengketa yang terjadi antara GO-
JEK dengan mitra maka dapat dilakukan musyawarah terlebih dahulu, jika tidak
menemukan penyelesaian maka sengketa tersebut dapat dibawa ke Pengadilan
Negeri yang telah ditentukan oleh GO-JEK yaitu Pengadilan Negeri Jakarta
37

Selatan. Klausula ini memberikan kepastian kepada mitra terkait jalur hukum
yang dapat dilakukan oleh mitra jika terjadi sengketa dengan GO-JEK. Hal ini
dirasa adil, karena GO-JEK tidak berusaha menghalangi mitra dalam menempuh
jalur hukum baik secara perdata maupun pidana, sebaliknya GO-JEK juga dapat
menggugat mitra baik secara perdata maupun pidana. Klausula ini dianggap
sebagai perlindungan hukum represif yang bertujuan untuk menyelesaikan
sengketa yang terjadi di antara para pihak.
Selain 2 klausula tersebut, penulis tidak menemukan klausula lainnya
memberikan semacam perlindungan hukum kepada mitra-nya.
Pada bagian 2 Tentang Hubungan Kerjasama, terdapat klausula yang
mengatakan bahwa Dengan ini mitra menyetujui bahwa GO-JEK tidak bertanggung
jawab atas setiap kerugian, termasuk kerugian tidak langsung yang meliputi kerugian
keuntungan, kehilangan data, cedera pribadi ataupun kerusakan properti sehubungan
dengan, atau diakibatkan oleh penggunaan aplikasi GO-JEK, maupun penyediaan jasa
oleh mitra kepada konsumen. Resiko yang dijelaskan dalam data seperti kecelakaan,
kehilangan barang dan cidera pribadi merupakan resiko mitra saat melakukan
penyediaan jasa kepada konsumen yang mana hal ini dapat dikatakan sebagai
overmacht. Resiko tersebut tidak mungkin sesuatu yang diinginkan oleh mitra
walaupun mitra telah berhati – hati dalam melakukan penyediaan jasa.
Walaupun dikatakan seperti itu, pihak GO-JEK sendiri telah memberikan
asuransi kepada pengemudi GO-JEK yang berjumlah hingga Rp 10.000.000 (sepuluh
juta rupiah) bila terjadi kecelakaan saat melakukan penyediaan jasa. Tetapi asuransi
tersebut perlu dibayarkan oleh mitra melalui saldo GO-JEK miliknya sebesar Rp
15.000 (lima belas ribu rupiah) perbulan. Meskipun dianggap dapat membantu pihak
mitra saat terjadi kecelakaan, menurut wawancara penulis kepada mitra GO-JEK
bernama Bapak Hanif, hal ini malah merugikan mitra karena tidak setiap bulan terjadi
kecelakaan terhadap mitra, sedangkan bahan bakar sehari-hari, maupun biaya
perbaikan kendaraan rusak dan ganti rugi konsumen tetap dibebankan kepada mitra.
Saat ini peraturan yang secara spesifik mengatur mengenai kendaraan ojek
online hanyalah Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 12
Tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang
Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat. Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh
penulis terhadap peraturan menteri tersebut, klausula-klausula yang memberikan
perlindungan hukum kepada pengemudi yaitu:
38

1. Pasal 12 Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan


Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk
Kepentingan Masyarakat;
Pasal ini mengatakan bahwa perusahaan penyedia aplikasi wajib
menerapkan biaya jasa sesuai dengan formula dan pedoman yang telah
ditentukan oleh Menteri Perhubungan. Pasal ini merupakan perlindungan
hukum preventif karena memberikan kepastian kepada mitra sehingga
perusahaan penyedia aplikasi tidak dapat menentukan biaya jasa secara
sepihak yang dapat menyulitkan para mitra. GO-JEK sendiri telah
mencantumkan hal ini sebagai klausula dalam perjanjian, yaitu poin g,
bagian 2 Tentang Hubungan Kerjasama, yang mengatakan bahwa GO-
JEK menentukan harga yang harus dibayarkan oleh Konsumen sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, perubahan mana
akan diberitahukan kepada Mitra secara tertulis.
2. Pasal 14 Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan
Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk
Kepentingan Masyarakat;
Pasal ini mengatakan bahwa perusahaan penyedia aplikasi diharuskan
membuat standar, operasional dan prosedur dalam penghentian
operasional sementara (suspend) dan putus mitra. Pasal ini merupakan
perlindungan hukum preventif karena dengan adanya Pasal ini perusahaan
penyedia aplikasi harus mencantumkan standar operasional dan
penghentian operasional kepada para mitra, sehingga para mitra
terlindungi dari penghentian sementara (suspend) atau pemutusan mitra
yang dapat dilakukan semena-mena oleh perusahaan penyedia aplikasi.
GO-JEK sendiri dalam perjanjian hanya mengatakan bahwa jika mitra
melanggar klausula-klausula dalam perjanjian maka GO-JEK dapat
melakukan penghentian sementara ataupun putus mitra, tanpa adanya
pencantuman jangka waktu ataupun hal-hal lainnya yang berkaitan dengan
penghentian sementara ataupun putus mitra lainnya.
39

3. Pasal 16 ayat (3) Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang


Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan
untuk Kepentingan Masyarakat;
Pasal ini menjelaskan mengenai perlindungan masyarakat yang perlu
diberikan kepada mitra, yaitu:
a) layanan pengaduan dan penyelesaian masalah Pengemudi;
b) pendaftaran yang dilakukan secara tatap muka;
c) kriteria pengenaan penghentian operasional sementara (suspend)
dan putus mitra;
d) pemberitahuan atau peringatan sebelum penghentian operasional
sementara (suspend) dan putus mitra;
e) klarifikasi;
f) hak sanggah;
g) pengaktifan kembali; dan
h) kepastian mendapatkan santunan jika terjadi kecelakaan;
i) kepastian mendapatkan perlindungan jaminan sosial
ketenagakerjaan dan jaminan sosial kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal ini dengan jelas menyatakan perlindungan-perlindungan yang harus
diberikan kepada mitra oleh perusahaan penyedia aplikasi. Dalam Pasal
ini terdapat poin-poin yang merupakan perlindungan hukum preventif dan
juga perlindungan hukum represif. Dalam perjanjian kerjasama kemitraan
yang dibuat GO-JEK poin b mengenai kriteria suspend dan putus mitra
telah dicantumkan. Sedangkan poin yang lainnya tidak dicantumkan oleh
pihak GO-JEK namun telah dilakukan secara praktek oleh GO-JEK.

4. Pasal 18 Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan


Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk
Kepentingan Masyarakat;
Pasal ini mengatakan bahwa perusahaan penyedia aplikasi diwajibkan
menyediakan pusat layanan pengaduan terhadap sanksi penghentian
operasional sementara (suspend) dan putus mitra bagi para mitra. Pasal ini
merupakan perlindungan hukum represif, Pasal ini bertujuan untuk
menyelesaikan sengketa yang telah terjadi yaitu pemberian sanksi
40

terhadap mitra, Pasal ini bertujuan agar para mitra mendapatkan pelayanan
terhadap sanksi yang diberikan kepada mereka, baik keterangan mengenai
alasan diberikan sanksi, maupun pembelaan bahwa mitra tidak berhak
diberikan sanksi tersebut. Dengan adanya pusat layanan ini dapat
berpengaruh besar terhadap kehidupan mitra karena dengan diberikannya
sanksi mereka tidak dapat menawarkan jasa ojek online sehingga
mempengaruhi pendapatan mitra. Dalam perjanjian yang dibuat oleh GO-
JEK tidak mencantumkan mengenai pusat layanan pengaduan bagi mitra,
namun dalam prakteknya pihak GO-JEK telah menyediakan call center
khusus untuk mitra.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan terhadap perjanjian kemitraan antara GO-
JEK dengan mitra, maka penulis dapat memberikan dua kesimpulan atas dua rumusan
masalah yang ada didalam penulisan hukum ini, yaitu :

1. Kesesuaian perjanjian kemitraan antara GO-JEK dengan mitra, ditinjau oleh


penulis berdasarkan keabsahan dan isi dari perjanjian tersebut. Keabsahan
perjanjian ini telah memenuhi syarat sah sebuah perjanjian elektronik
berdasarkan kepada Pasal 47 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2012. Meskipun perjanjian ini dibuat secara
sepihak oleh GO-JEK perjanjian ini dirasa adil karena tidak merugikan pihak
mitra, dan juga mitra telah menyetujui seluruh isi perjanjian kemitraan yang
dibuat oleh GO-JEK. Meskipun isi dari perjanjian ini hanya mencantumkan
beberapa hal yang telah ditentukan dalam Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun
2019 Tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang
Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat, yaitu mengenai perhitungan biaya
dilakukan GO-JEK sesusai dengan perundang-undangan dan penyelesaian
sengketa antara mitra dan GO-JEK, namun hal-hal yang belum tercantum
tersebut telah dilakukan secara pratik oleh pihak GO-JEK.
2. Perlindungan hukum yang diberikan dalam perjanjian kerjasama kemitraan
baru mencantumkan 2 (dua) perlindungan hukum kepada mitra jika
dibandingkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 12 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna
Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat perlindungan
hukum tersebut hanyalah mengenai penyelesaian sengketa, dalam klausula
dikatakan bahwa jika terdapat sengketa yang tidak dapat diselesaikan dengan
musyawarah, maka pihak mitra diperbolehkan menempuh jalur hukum dengan
membawa sengketa tersebut ke pengadilan yang telah ditentukan oleh GO-
JEK yaitu Pengadilan Jakarta Selatan, tetapi dengan ditentukannya Pengadilan
oleh GO-JEK dapat menyulitkan bagi mitra yang berdomisili diluar kota atau
jauh dari Pengadilan yang ditentukan oleh GO-JEK. klausula ini merupakan
bentuk perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum lainnya dalam

41
42

perjanjian yaitu mengenai perhitungan biaya jasa sesuai dengan ketentuan


perundang-undangan perlindungan hukum ini bersifat preventif.. Perlindungan
hukum kepada para mitra juga telah dibuat oleh pemerintah, perlindungan
hukum ini diberikan melalui Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan
Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat,
yaitu:
a. Pasal 12 Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan
Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan
Masyarakat mengatur mengenai biaya jasa yang perlu dibayarkan
konsumen kepada mitra.

b. Pasal 14 Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan


Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan
Masyarakat mengatur mengenai mekanisme penghentian operasional
mitra.

c. Pasal 16 Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan


Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan
Masyarakat mengatur mengenai perlindungan yang harus diberikan
kepada mitra oleh perusahaan penyedia aplikasi.

d. Pasal 18 Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan


Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan
Masyarakat mewajibkan perusahaan penyedia aplikasi untuk menyediakan
pusat layanan pengaduan untuk mitra terkait pengehentian operasional
sementara (suspend) dan putus mitra.

Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan


Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat
Pasal 12 dan 14 bersifat preventif, serta Pasal 18 bersifat represif, sedangkan
Pasal 16 berisikan poin-poin yang di dalamnya terdapat klausula bersifat
preventif dan represif.
43

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada bagian akhir dari penulisan
hukum ini, penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Mitra perlu memahami bahwa perjanjian yang dilakukan dengan GO-JEK


merupakan perjanjian kerjasama kemitraan dan tidak sama dengan perjanjian
kerja maka mitra tidak dapat menuntut hak-hak yang diterima oleh pekerja atau
karyawan kepada GO-JEK seperti: upah lembur, jaminan kesahatan, pesangon,
ataupun THR.
2. Pihak GO-JEK sebaiknya memperbaharui Perjanjian Kerjasama Kemitraan antara
GO-JEK dan mitra dengan mencantumkan dan melaksanakan ketentuan-ketentuan
yang ada didalam Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan
Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan
Masyarakat.
3. Pertumbuhan usaha ojek online yang pesat, mengharuskan pemerintah melakukan
pengawasan terhadap perusahaan penyedia aplikasi agar perusahaan penyedia
aplikasi tidak dapat berlaku sewenang-wenang terhadap para mitra sehingga
tercapai keseimbangan bagi pihak mitra maupun GO-JEK.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdulkadir Muhammad. 2010. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti

Johny Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:
Bayumedia.

Mochtar Kusumaatmaja. 1986. Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam


Pembangunan Nasional. Bandung: Bina Cipta.

Mukti Fajar. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Peter Mahmud Marzuki. 2014. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup.

Wahyu Sasongko. 2007. Ketentuan-ketentuan Pokok Hukum Perlindungan


Konsumen. Lampung: Unila.

Thian Kie Wie. 1992. Dialog Kemitraan dan Keterkaitan Usaha Besar dan Kecil
dalam Sektor Industri Pengolahan. Jakarta : Gramedia.

B.N Marbun. 1997. Manajemen Perusahaan Kecil. Jakarta : PT. PustakaBinaman


Pressiondo.
Jurnal

Elspeth Deards. “Partnership law in the twenty-first century”. Journal of Business


Law. 2007. International Themes in Business Law ; Vol. 2. London.
Ernawati. “Perlindungan Hukum Para Pihak dalam Perjanjian Kemitraan antara Petani
dengan Perusahaan (Studi di Kecamatan Sakra Barat Kabupaten Lombok
Timur)”. Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 4 No.2. 2018. Mataram. IKIP
Mataram.
Marcia Carla Pereira Ribeiro, “Cooperation for Efficiency in Intellectual Property
Business Agreements: a Case Study”. EARL Vol.8. Brasilia: University
Catolica de Brasilia.
Satya Surya Harjanto. 2016. “Tinjauan Yuridis Hubungan Hukum antara Pengemudi
GO-JEK dengan PT GO-JEK Indonesia Di Yogyakarta”. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.

Viviaan Lora. 2018. “Hukum Terhadap Perjanjian Kemitraan Antara PT. GOJEK
Indonesia Cabang Medan dengan Driver Gojek”. Skripsi. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Internet

http://www.go-jek.com/faq.html diakses pada tanggal 22 November 2018 Pukul 20.26


WIB

https://www.go-jek.com/faq/mitra/bergabung-menjadi-mitra-kami/ diakses pada 22


November 2018 Pukul 20.36 WIB

https://www.akirameru.com/jumlah-pengemudi-GO-JEK-sudah-tembus-lebih-dari-1-
juta-pengemudi/ diakses pada 16 November 2018 pukul 20.56 WIB

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/10/21/16392121/pengemudi-tuntut-go-
jek-indonesia-cabut-aturan-suspend diakses pada 28 November 2018 Pukul 19.08

Peraturan Perundang-undangan :

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
juncto Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angutan Umum
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang digunakan untuk
Kepentingan Masyarakat
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai