Anda di halaman 1dari 38

STUDENT PROJECT

CASE REPORT
APEXIFICATION AND REPAIR OF ROOT FRACTURE WITH MINERAL
TRIOXIDE AGGREGATE–A CASE REPORT WITH 5-YEARS FOLLOW-UP

KELOMPOK SGD 2
Gagas garisma 2002551003
Hiskia Rango'o 2002551004
Icha Oktavia 2002551013
Divapita Octavia Manurung 2002552014
Ida Ayu Narita Narindra Dewi 2002551023
Fernaldy Wiratama 2002551024
Leony Kezia Margareth 2002551033
Fransisco Gregorius Hakim 2002551034
Arisya Pramesti Putri 2002551043
A.A Ketut Bagus Yustika Abi Dharma 2002551044
PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI DAN PROFESI
DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan student
project dari Blok KJGP-2 dengan judul “Apeksifikasi”.

Kami menyampaikan terimakasih kepada drg. Desak Nyoman Ari Susanti,


M.Kes, yang telah memberikan bimbingan dan arahan guna kelancaran pembuatan
student project ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa student project ini masih
banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna terutama dari segi penulisan
dan kurangnya sumber bacaan yang dijadikan acuan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan student
project berikutnya akan menjadi semakin baik.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om.

Penulis

Denpasar, 11 Februari 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................4

BAB I..............................................................................................................................\

PENDAHULUAN.........................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5

1.3 Tujuan..................................................................................................................6

1.4 Manfaat................................................................................................................6

BAB II...........................................................................................................................8

LAPORAN KASUS......................................................................................................8

BAB III........................................................................................................................14

PEMBAHASAN..........................................................................................................14

BAB IV........................................................................................................................17

KAITAN DENGAN TEORI.......................................................................................17

4.1 Pengertian Gigi Permanen Muda......................................................................17

4.2 Masalah-Masalah yang Mungkin Terjadi pada Gigi Permanen Muda..............17

4.3 Rumusan Rencana Perawatan pada Gigi Permanen Muda dengan Apex terbuka
..................................................................................................................................20

4.4 Pengertian Apeksififkasi....................................................................................22

4.5 Indikasi dan Kontraindikasi dari Apeksifikasi..................................................23

3
4.6 Bahan yang digunakan pada Apeksifikasi.........................................................24

4.7 Langkah-langkah Prosedur................................................................................29

BAB IV........................................................................................................................34

KESIMPULAN...........................................................................................................34

4.1 Kesimpulan........................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................35

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Periapikal intraoral pra-operasi gigi insisivus rahang


atas…………………………………………………………………………………...10
Gambar 2.2 Periapikal intraoral 11 menunjukkan penempatan yang benar dari agregat
mineral trioksida (MTA)……………………………………………………………..11
Gambar 2.3 Periapikal intraoral dari 11 menunjukkan sumbatan apikal dari agregat
mineral trioksida………………………………………………………………….….12
Gambar 2.4 Periapikal intraoral 11 pada tinjauan 12 bulan menunjukkan penutupan
ujung akar dan pengurangan radiolusensi periapikal………………………………...13
Gambar 2.5 Periapikal intraoral dari 11 pada tahun ke 3 mengalami penyembuhan
lengkap dari lesi periapikal…………………………………………………………..13
Gambar 2.6 Periapikal intraoral 11 pada tahun ke 5………………………...……....13
Gambar 4.2.1 Fraktur vertikal dan horizontal……………………………………….18
Gambar 4.2.2. Karies………………………………………………………………...19
Gambar 4.6.1 N2/Sargenti Paste……………………………………………………..23
Gambar 4.6.2 Calcium Phosphate Cement…………………………………………..25
Gambar 4.6.3 Calcium Hydroxida…………………………………………………...26
Gambar 4.6.4 Mineral Trioxide Aggregate (MTA)………………………………….27
Gambar 4.7.1 Sesuaikan working length final……………………………………….29
Gambar 4.7.2 Tempatkan kalsium hidroksida……………………………………….31
Gambar 4.7.3 A-C……………………………………………………………………32

5
BAB I

PENDAHULUAN

(Icha Octavia/2002551013)

1.1 Latar Belakang

Gigi permanen muda adalah gigi permanen yang saluran akar belum terbentuk
sempurna dan gigi permanen muda erupsi kurang dari 4 tahun. Sangat penting untuk
menjaga vitalitas pulpa jika tidak, ketidaksempurnaan akar dapat mengakibatkan
kerapuhan gigi. ( Chen., Y. 2019 )

Gigi permanen muda dapat mengalami kematian pulpa yang disebabkan oleh
karies, kelainan pulpa maupun periapikal atau akibat adanya trauma pada gigi,
sehingga pertumbuhan akar terhenti. Apeks menjadi terbuka dan saluran akar lebih
lebar di bagian apeks dibanding dengan daerah serviks. Perawatan saluran akar belum
bisa dilakukan apabila ujung akar gigi dalam kondisi terbuka, maka dari itu dilakukan
perawatan penutupan ujung akar gigi yang disebut apeksifikasi

Apeksifikasi adalah suatu perawatan endodontik pada gigi permanen muda


non vital yang bertujuan untuk merangsang perkembangan lebih lanjut atau
meneruskan proses pembentukan akar gigi yang belum tumbuh sempurna tetapi
sudah mengalami kematian pulpa dengan membentuk suatu jaringan keras pada akar
gigi (Rotstein, 2019). Indikasi perawatan apeksifikasi dilakukan pada gigi dengan
kondisi non vital dengan foramen apikal terbuka atau belum terbentuk sempurna.
Perawatan apeksifikasi ini tidak dapat dilakukan pada gigi permanen muda non vital
dengan kelainan periapikal.

1.2 Rumusan Masalah

Apa pengertian, etiologi dan indikasi dari apeksifikasi?

6
Apa saja bahan yang digunakan pada apeksifikasi?
Bagaimanakah langkah-langkah prosedur apeksifikasi?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pengertian, etiologi dan indikasi dari apeksifikasi


Untuk mengetahui bahan yang digunakan pada apeksifikasi
Untuk mengetahui langkah-langkah prosedur apeksifikasi

1.4 Manfaat

Manfaat praktis dari penulisan yakni 

 Bagi penulis, dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam


menyusun karya tulis
 Bagi mahasiswa, dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai
apeksifikasi

Manfaat teoritis dari penulisan yakni 

 Menambah referensi terkait bidang ilmu endodontik dan konservasi gigi

7
BAB II

LAPORAN KASUS

(I.A Narita Narindra/2002551023)

Seorang anak perempuan berumur 10 tahun ke rumah sakit, dengan keluhan


utama nyeri pada gigi bagian depan rahang atas. Berdasarkan hasil anamnesis, pasien
mengalami trauma ketika jatuh 2 tahun yang lalu, yang menyebabkan fraktur dan
mobilitas ringan pada gigi insisivus sentralis kanan rahang atas, tetapi tidak melakuan
perawatan apapun. Pemeriksaan klinis pada pasien menunjukkan adanya ekstrusi dan
perpindahan ke lateral 11 dengan fraktur yang melibatkan email dan dentin pada tepi
insisal mesial. Gigi menunjukkan mobilitas normal, perubahan warna, disertai dengan
tidak adanya tanda vitalitas pada pulpa ketika dilakukan test vital menggunakan
electric pulp test. Pemeriksaan radiografi (radiografi periapikal intraoral)
mengungkapkan fraktur pada sepertiga apikal akar dengan apeks terbuka dan
radiolusensi periapikal [Gambar 2.1] (Hariharavel, 2021).

Pilihan perawatan, baik perawatan saluran akar yang diikuti dengan


pembedahan peripaikal, reseksi akar dan pengisian ujung akar atau perbaikan fraktur
akar dan apeksifikasi menggunakan MTA telah dijelaskan kepada orang tua pasien.
Karena orang tua tidak bersedia untuk melakukan operasi, kami memberikan opsi
perawatan apeksifikasi dan perbaikan fraktur akar menggunakan MTA. Setelah
mencapai anestesi lokal yang memadai, akses kavitas dipersiapkan dan panjang kerja
ditentukan. Saluran akar diinstrumentasi 2 mm dari apeks radiografi menggunakan
file endodontik dengan gerakan circumferential filing yang dilakukan secara lembut
dan hati-hati. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari instrumentasi yang
berlebihan pada dinding dentin yang rapuh di dekat apeks yang terbuka dan
mencegah perpindahan fragmen akar apikal serta cedera pada jaringan periapikal.
Medikamen intrakanal, kalsium hidorksida kemudian ditempatkan pada kanal, dan

8
akses kavitas ditutup dengan bahan filling sementara selama 2 minggu (Hariharavel,
2021).

Pada kunjungan berikutnya, saluran akar dibersihkan dari medikamen


intrakanal dengan irigasi saline dan dikeringkan dengan paper point. MTA (MTA-
Angelus putih, Brazil) dicampur sesuai dengan instruksi pabrik dan ditempatkan di
saluran akar menggunakan MTA Endo Carrier (Dentsply) dan dikondensasi
menggunakan plugger endodontik ke ujung apikal. Radiovisiography (RVG) diambil
untuk mengkonfirmasi penempatan yang benar dari MTA dan segel apikal [Gambar
2.2]. MTA ditambahkan dan dipadatkan ke dalam saluran akar untuk membuat
sumbat apikal 4-5 mm [Gambar 2.3]. Kapas pelet yang dibasahkan menggunakan air
steril lalu ditempatkan di atas bahan, diikuti oleh kapas pelet kering, dan rongga akses
ditutup dengan bahan restoratif menengah (Hariharavel, 2021).

Setelah 24 jam, setting MTA dinilai dan obturasi final saluran akar dilakukan
dengan gutta-percha menggunakan teknik kondensasi lateral kemudian akses kavitas
ditutup dengan bahan restoratif Glass-ionomer (GC, semen glass-ionomer tipe II).
Restorasi koronal dari mahkota yang berubah warna dan retak dilakukan dengan
acrylic jacket crown. Anak tersebut melakukan kontrol kembali pada periode 3, 6, 9,
dan 12 bulan, lalu gigi dinilai secara klinis dan radiografi. Pasien tidak menunjukkan
gejala, dan radiografi menunjukkan pengurangan ukuran radiolusensi periapikal
[Gambar 2.4]. Tindak lanjut radiografi pada tahun ke-3 menunjukkan hasil absensi
atau tidak adanya radiolusensi periapikal dalam kaitannya dengan 11 [Gambar 2.5].
Tindak lanjut radiografi pada tahun ke-5 menunjukkan penyembuhan penuh pada
fraktur akar dengan jaringan terkalsifikasi dan ruang periodontal normal di sekitar
segel apikal MTA dan fragmen akar [Gambar 2.6 (Hariharavel, 2021)].

9
Gambar 2.1 Periapikal intraoral pra-operasi gigi insisivus rahang atas

(Hariharavel, 2021)

10
Gambar 2.2 Periapikal intraoral 11 menunjukkan penempatan yang benar dari
agregat mineral trioksida (MTA) (Hariharavel, 2021)

Gambar 2.3 Periapikal intraoral dari 11 menunjukkan sumbatan apikal dari


agregat mineral trioksida (Hariharavel, 2021)

11
Gambar 2.4 Periapikal intraoral 11 pada tinjauan 12 bulan menunjukkan
penutupan ujung akar dan pengurangan radiolusensi periapikal
(Hariharavel, 2021)

12
Gambar 2.5 Periapikal intraoral dari 11 pada tahun ke 3 mengalami
penyembuhan lengkap dari lesi periapikal (Hariharavel, 2021)

Gambar 2.6 Periapikal intraoral 11 pada tahun ke 5.

(1) Penutupan ujung akar.

(2) Ruang ligamen periodontal normal yang mengelilingi agregat mineral


trioksida yang diekstrusi.

(3) Penyembuhan dengan pembentukan jaringan keras interproksimal antara


fragmen fraktur (Hariharavel, 2021)

13
BAB III

PEMBAHASAN

(Arisya Pramesti Putri/2002550143)

Tekanan yang tinggi pada akar dapat menyebabkan fraktur pada akar. Akar
dapat terpisah pada coronal dan fragmen apikal akibat gaya frontal pada zona
kompresi secara labial dan lingual atau palatal. Hal ini dapat merugikan struktur
sementum, dentin, pulpa dan periodonsium. Jika membahas mengenai perawatan
untuk fraktur pada agar, perbaikan pada dentin akar sangat bergantung pada ligamen
periodontal, dimana tempat berasalnya sel-sel pembentuk jaringan keras gigi.
Perawatan utama yang dapat dilakukan adalah melibatkan reposisi segmen yang
fraktur sedekat mungkin dan menstabilkan posisinya dengan splint pada gigi yang
berdekatan selama 2-4 bulan. Splint pada gigi hanya akan menyebabkan pergerakan
segmen secara mikro, sehingga memungkinkan sel untuk berkembang dan
menginduksi proses penyembuhan. Berdasarkan Internasional Association of Dental
Traumatology, perawatan endodontik hanya dapat dilakukan setelah pulpa nekrosis,
bukan sebagai intervensi profilaksis.

Perawatan saluran akar tidak direkomendasikan pada gigi dengan horizontal


fraktur pada sepertiga apikal gigi karena beberapa penelitian mengatakan bahwa
pulpa akan tetap vital pada kebanyakan kasus dengan persentase yang tinggi yang
dapat merawat gigi dengan horizontal fraktur pada sepertiga apikal gigi tanpa
mendapatkan perawatan endodontik. Fraktur pada akar gigi sering memiliki fragmen
apikal vital, bahkan ketika fragmen koronal nekrosis. Untuk alasan saat ini, hanya
fragmen koronal pada fraktur yang harus dirawat secara endodontik. Sedangkan
untuk fraktur pada apikal dan tengah akar, perawatan yang direkomendasikan adalah
perawatan saluran akar pada segmen koronal saja, jika segmen yang fraktur tidak
menunjukkan mobilitas. Sedangkan, pada gigi yang sangat mobile tidak ada pedoman

14
perawatan yang tersedia selain ekstraksi dan prostesis. Meskipun hasil dari fraktur
akar horizontal pada sepertiga apikal umumnya baik, komplikasi seperti nekrosis
pulpa, resorpsi radikular, dan obliterasi saluran pulpa dapat terjadi.

Intervensi endodontik diperlukan untuk fraktur yang tidak dapat


disembuhkan. Menurut Anderson dan Hjorting-Hanser mendeskripsikan empat tipe
gejala sisa penyembuhan, yaitu:

1. penyembuhan dengan jaringan yang terkalsifikasi (pembentukan kalus)


2. penyembuhan dengan jaringan ikat interproksimal yang ditandai dengan
pembulatan perifer pada ujung fraktur
3. penyembuhan dengan tulang interproksimal dan jaringan ikat secara
radiologis ditandai dengan pemisahan yang jelas dari dua fragmen
4. jaringan inflamasi atau jaringan granulasi interproksimal tanpa penyembuhan
yang disebabkan oleh infeksi atau pulpa nekrosis.

Penggunaan MTA sangat direkomendasikan pada gigi dengan apeks terbuka


dan pulpa nekrosis karena memiliki biokompatibilitas yang baik dan sitotoksisitas
yang lebih sedikit karena alkalinitasnya lebih besar. Adanya kalsium dan ion fosfat
menghasilkan daya tarik sel blastik yang dapat menyembuhkan jaringan periapikal ke
kondisi normal dan menghasilkan lingkungan yang menguntungkan tulang untuk
deposisi tanpa respons inflamasi. MTA juga dapat menyebabkan formasi sementum
baru.
MTA telah banyak digunakan untuk perbaikan fraktur radikular. Cvek et al.
melaporkan pengisian saluran akar antara fragmen secara berlebihan tidak
menyebabkan penyembuhan atau interposisi granula jaringan. Sedangkan, menurut
Sankar et al. dan Tezel et al. pembentukan jaringan keras terjadi bahkan di sekitar
MTA yang diekstrusi.

Berdasarkan laporan kasus terbaru, secara radiografis ditemukan apeks yang


terbuka pada fragmen apikal, terdapat radiolusensi periapikal besar di sekitar fragmen
dan terdapat celah antara fragmen akar koronal dan apikal akibat perpindahan

15
fragmen yang fraktur. Oleh karena itu, perawatan endodontik menggunakan MTA
dilakukan dan diharapkan akan adanya ekstrusi MTA antara fragmen akar apikal dan
koronal. Secara radiografi terlihat adanya penyembuhan pada periapikal, penutupan
akar, penyembuhan pada jaringan keras interproksimal antara fragmen yang retak,
dan ruang periodontal ligament yang normal mengelilingi akar serta MTA yang
diekstrusi. Kesimpulannya, MTA berhasil mengelola fraktur sepertiga akar gigi.

Perawatan pada fraktur gigi juga berdasarkan pada beberapa faktor seperti,
garis fraktur, mobilitas gigi, status pulpa, dan material yang digunakan dalam
perawatan. Dokter gigi harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai
untuk merawat dengan benar. Setelah melakukan manajemen klinis yang memadai,
melakukan following-up pada pasien untuk melihat apakah perawatan berhasil
dilakukan sangatlah penting.

16
BAB IV

KAITAN DENGAN TEORI

4.1 Pengertian Gigi Permanen Muda (Gagas Garisma/2002551003)

Gigi permanen muda adalah gigi permanen yang saluran akar belum terbentuk
sempurna dan gigi permanen muda erupsi kurang dari 4 tahun. Gigi permanen muda
rentan terhadap karies dan trauma yang dapat menyebabkan terbukanya pulpa dan
degenerasi pulpa. Degenerasi pulpa menghentikan pembentukan akar, meninggalkan
gigi dengan apeks terbuka. Sangat penting untuk menjaga vitalitas pulpa jika tidak,
ketidaksempurnaan akar dapat mengakibatkan kerapuhan gigi. ( Chen., Y. 2019 )

4.2 Masalah-Masalah yang Mungkin Terjadi pada Gigi Permanen Muda (A.A
Ketut Bagus Yustika Abi Dharma)/2002551044)

4.2.1 Trauma

Salah satu penyabab nekrosis pulpa pada gigi permanen muda adalah trauma.
Trauma gigi sering terjadi pada anak-anak seperti jatuh saat bermain. Trauma gigi
bisa terjadi secara langsung yaitu ketika benda keras langsung mengenai gigi dan
trauma secara tidak langsung ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi
rahang bawah membentur gigi rahang atas dengan tekana yang keras secara tiba-tiba.
Trauma bisa menyebabkan terhentinya perkembangan gigi karena pada gigi
permanen muda pembentukan akar belum sempurna. Fraktur merupakan dianggap
sebagai penyebab umum kehilangan gigi. Fraktur akar lebih sering terjadi pada gigi

17
permanen yang erupsi penuh dengan apeks tertutup di mana akar yang terbentuk
sempurna ditopang dengan kuat di dalam tulang dan periodonsium. Konsekuensi dari
fraktur akar dapat menjadi kompleks karena kombinasi kerusakan pada pulpa, dentin,
sementum, tulang, dan periodonsium. Fraktur akar dapat secara luas diklasifikasikan
sebagai horizontal, vertikal, dan oblique (miring). Fraktur akar horizontal adalah jenis
yang paling umum dan terjadi terutama pada gigi di daerah anterior rahang atas
karena benturan frontal. Fraktur akar vertikal adalah fraktur yang ditandai dengan
garis fraktur yang meluas melalui saluran akar ke periodonsium. Fraktur akar vertikal
bisa melibatkan seluruh panjang akar gigi atau sebagian dari akar dan bisa juga terjadi
pada satu atau kedua sisi akar seperti gigi molar. Fraktur oblique merupakan fraktur
yang mirig ke distal atau mesial. (Annamalai S, dkk 2022)

18
Gambar 4.2.1 Fraktur vertikal dan horizontal ( Chen., Y. 2019 )

4.2.2 Karies

Karies merupakan penyakit infeksi rongga mulut pada jaringan keras gigi
yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme.
Karies membentuk kavitas yang dapat berkembang ke dentin sampai ke dalam pulpa
hingga dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Faktor penyebab karies gigi terdiri dari
penyebab dalam individu dan penyebab luar individu. Faktor dalam penyebab karies
gigi adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses
terjadinya karies gigi antara lain host, mikroorganisme (seperti, Actinomyces,
Lactobacillus, Streptococcus), substrat, dan waktu. Sedangkan faktor luar individu
adalah status ekonomi, keluarga, pekerjaan, fasilitas kesehatan gigi dan pendidikan
kesehatan gigi yang pernah diterima. (Zainur, 2018)

Gambar 4.2.2. Karies (Zainur, 2018)

Baik, terimakasih atas waktunya. Perkenalkan saya Fernaldy Wiratama / nim 3 digit
terakhir 024 izinkan saya melanjutkan presentasi untuk

4.3 Rumusan Rencana Perawatan pada Gigi Permanen Muda dengan Apex
terbuka (Fernaldy Wiratama/2002551024)

Pada gigi muda dalam kondisi, seringkali, memiliki dinding yang tipis dan
rapuh sehingga sulit untuk dibersihkan secara memadai dan untuk mendapatkan
apical seal yang diperlukan (Rotstein, 2019). Perawatan konvensional gigi anterior

19
dengan kondisi “pulpless” biasanya memerlukan pembedahan pada apikal jika gigi
memiliki apeks terbuka. Banyak gigi muda telah diselamatkan dengan cara ini.
Namun, terapi endodontik yang less traumatic dengan istilah apeksifikasi telah
terbukti efektif dalam pengelolaan gigi permanen yang belum matang dan nekrotik.
Prosedur apeksifikasi harus mendahului terapi saluran akar konvensional dalam
pengelolaan gigi dengan pulpa berpenyakit ireversibel dan apeks terbuka (Dean,
2022).

Beberapa pertimbangan perawatan apeksifikasi pada gigi permanen muda, yaitu


(Peretz, 2016): Apeksifikasi dengan Bahan Kalsium Hidroksia dan ada juga dengan
bahan MTA

1. Apeksifikasi Jangka Panjang dengan Bahan Kalsium Hidroksia (Ca(OH)2)

Pada metode tradisional, apeksifikasi dilakukan dengan menggunakan


kalsium hidroksida sebagai dressing. Ini adalah prosedur yang terprediksi, dan apical
barrier akan terbentuk pada 74-100% kasus. Prosedur ini menuntut beberapa
kunjungan dan membutuhkan kepatuhan pasien dan orang tua, karena dapat memakan
waktu satu tahun atau lebih untuk mencapai pembentukan penghalang apikal lengkap
(complete apical-barrier) yang nantinya memungkinkan pengisian gutta-percha di
dalam saluran akar. Saat ini, belum diketahui secara jelas apakah tahap
perkembangan akar pada awal pengobatan atau adanya infeksi sebelum pengobatan
dapat mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan barier.

Selain itu, Kalsium hidroksida dapat membantu dalam debridement saluran


akar, karena meningkatkan pembubaran jaringan nekrotik bila digunakan sendiri atau
dalam kombinasi dengan NaOCl. PH tinggi dan kelarutan kalsium hidroksida yang
rendah akan menjaga efek antimikrobanya di saluran akar untuk jangka waktu yang
lama. Namun, Ketidaksepakatan masih ada mengenai apakah atau seberapa sering
dressings kalsium hidroksida harus diganti. Beberapa peneliti mendukung aplikasi
tunggal bahan dan mengklaim bahwa itu hanya diperlukan untuk memulai reaksi
penyembuhan, sementara yang lain mengusulkan untuk mengganti kalsium

20
hidroksida hanya ketika gejala berkembang atau jika bahan tampaknya telah dicuci
keluar dari kanal jika dilihat secara radiografi. .

Komplikasi yang paling parah dari apeksifikasi kalsium hidroksida adalah


fraktur akar servikal. Penelitian telah menunjukkan bahwa dressing jangka panjang
yang akan mengekspos dentin akar ke kalsium hidroksida selama lebih dari satu
bulan menghasilkan perubahan struktural pada dentin, dengan kerentanan yang lebih
tinggi terhadap fraktur akar.

2. Apeksifikasi Jangka Pendek dengan Bahan MTA (One Visit Apexification)

Penggunaan MTA berfungsi sebagai apical plug sebagai pengganti


apeksifikasi tradisional yang lama dengan kalsium hidroksida tersebar luas selama
lebih dari satu dekade Keuntungan utamanya terletak pada pengurangan waktu yang
dibutuhkan untuk pe.nyelesaian perawatan saluran akar dan restorasi gigi. Sebuah
apical plug buatan ditempatkan dalam satu kunjungan sementara seluruh perawatan
diselesaikan hanya dalam beberapa kunjungan yang sering.

Karakteristik MTA seperti seperti kelarutan rendah, sealabilitas yang sangat


baik, biokompatibilitas, pelepasan kalsium hidroksida, pH tinggi dan radiopasitas
bertanggung jawab atas hasil klinis yang lebih disukai dan popularitas MTA sebagai
apical plug. Disinfeksi saluran akar dicapai pada first-visit seperti yang dijelaskan
dalam apeksifikasi jangka panjang dengan kalsium hidroksida. Pada second-visit
MTA dapat ditempatkan di bagian apikal akar imatur dan akan bertindak sebagai
apical-plug setelah setting

Apeksifikasi pada single-appointment memberikan sejumlah keuntungan:


mempersingkat waktu perawatan, meningkatkan kepatuhan pasien, mengurangi biaya
dan waktu klinis, dentin tidak akan kehilangan sifat fisiknya dan memungkinkan
penempatan restorasi bonded yang cepat di dalam saluran akar, sehingga
meminimalkan kemungkinan fraktur akar.

21
Namun, di sisi itu kelemahan dari bahan tersebut adalah sulit untuk
menghilangkan MTA dari dalam saluran akar setelah mengeras (bahkan dengan
penggunaan mikroskop operatif dan instrumen ultrasonik canggih) dan dalam kasus
kegagalan pengobatan, operasi apikal dapat diindikasikan. Oleh karena itu,
debridement dan desinfeksi lengkap saluran akar dan dinding dentin adalah hal yang
wajib

Sekian dari saya, untuk presentasi selanjutnya akan dipaparkan oleh rekan saya.
Terimakasih

4.4 Pengertian Apeksififkasi (Leony Kezia/2002551033)

Apeksifikasi diindikasikan untuk gigi dengan apex yang terbuka dan dentinal
walls yang tipis, yang tidak bisa ditindak menggunakan instrumentation technique
yang standard, dalam menciptakan apical stop untuk memfasilitasi root canal filling
yang efektif. Apeksifikasi bertujuan untuk merangsang perkembangan lebih lanjut
atau meneruskan proses pembentukan apeks gigi yang belum tumbuh sempurna tetapi
sudah mengalami kematian pulpa dengan membentuk suatu jaringan keras pada apeks
gigi tersebut Apeksifikasi juga diindikasikan untuk gigi yang sudah non-vital, tetapi
foramen apikalnya masih terbuka dan belum tertutup secara sempurna ( Chen., Y.
2019 ).

Perawatan apeksifikasi tidak bisa dilakukan jika terdapat kelainan periapikal.


Terdapat 4 tipe dasar penutupan apeks setelah apeksifikasi dilakukan.

1. Tipe I, saluran akar dan apeks terbentuk sesuai dengan konfigurasi normal
akar.

2. Tipe II apabila apeks menutup tetapi saluran akar tetap berbentuk


blunderbuss.

3. Tipe III, tidak terlihat perubahan secara radiografis tetapi suatu barier osteoid
yang tipis terbentuk menjadi stop pada apeks atau dekat dengan apeks.

22
4. Tipe IV, terjadi pembentukan barier di dalam saluran akar, sebelum apeks .

Penutupan saluran akar, akan bergantung pada jenis jaringan periapikal yang
terdapat disekitar apeks. Jika masih terdapat sisa jaringan pulpa yang vital, jaringan
yang terbentuk merupakan jaringan dentin. Apabila pertumbuhan akar masih dapat
berlanjut dalam kondisi selubung akar Hertwig masih utuh, atau sebagian, jaringan
yang terbentuk merupakan jembatan yang melintang yang menutupi daerah saluran
akar, dimana jaringan pulpa dan saluran akar mengalami nekrosis.

4.5 Indikasi dan Kontraindikasi dari Apeksifikasi (Divapita


Octavia/2002551014)

4.5.1 Indikasi Apeksifikasi

Perawatan apeksifikasi diindikasikan pada gigi non vital dimana foramen


apikalnya masih terbuka atau belum terbentuk sempurna (Giri, 2020). Selain itu,
apeksifikasi ini paling sering dilakukan pada gigi anterior yang kehilangan
vitalitasnya karena cedera traumatis atau lesi karies yang dalam dan juga pada gigi
dengan variasi anatomis seperti dens evaginatus dengan akar yang immature (Fuks et
al., 2016). Infeksi yang terjadi pada perawatan ini biasanya sudah mengenai seluruh
jaringan pulpa dan saluran akar. Rencana perawatan ini bertujuan untuk merangsang
perkembangan lebih lanjut atau meneruskan proses pembentukan apeks gigi yang
belum tumbuh sempurna tetapi sudah mengalami kematian pulpa dengan membentuk
jaringan keras pada daerah apeks gigi (Giri, 2020). Menurut textbook Pediatric of
Endodontics, pertumbuhan panjang akar akan terhenti pada tumbuh kembang apeks
dikarenakan ketiadaan serabut Hertwig’s epithelial root sheath (HERS) namun tidak
menutup kemungkinan konstriksi apikal akan terbentuk di lokasi penyembuhan lesi
periapikal (Fuks et al., 2016).

23
4.5.2 Kontraindikasi Apeksifikasi

Kontraindikasi dari perawatan apeksifikasi ini adalah semua fraktur vertikal dan
sebagian besar fraktur horizontal, replacement resorption (ankylosis) dan akar yang
sangat pendek. Menurut Giri (2020), perawatan apeksifikasi ini tidak dapat dilakukan
(kontra indikasi) pada gigi permanen muda non vital dengan kelainan periapikal.

4.6 Bahan yang digunakan pada Apeksifikasi (Fransisco Gregorius


(2002551034)

Gambar 4.6.1 N2/Sargenti Paste (Giri, 2020)

N2/Sargenti Paste

Merupakan bahan paling pertama digunakan di eropa namun demikian bahan ini lebih
banyak diproduksi di amerika sebagai RC2B. sejauh ini bahan ini masih
diperdebatkan karena memiliki paraformaldehyde dengan konsentrasi 6,5% yang
dianggap lumayan beracun untuk tubuh. Bahan ini diperkenalkan oleh Sargenti dan
Ritcher di tahun 1959. Dikenal juga sebagai “Sargenti technique: yang digunakan
sebagai sealer.

Memiliki komposisi:

24
● Powder:
● Zinc oxide
● Bismuth subcarbonate
● Bismuth subnitrate
● Paraformaldehyde
● Titanium dioxide
● Phenylmercuric borate
● Lead Tetraoxide

Liquid:

● Eugenol
● Peanut Oil
● Rose Oil

Calcium Phosphate Cement

Gambar 4.6.2 Calcium Phosphate Cement (Giri, 2020)

Berdasarkan pengalaman semen calcium phosphate merupakan bahan yang sangat


cocok untuk digunakan sebagai penutup apical. Bahan Calcium Phosphate cement
merupakan bahan yang dianjurkan untuk menjadi bahan obturasi, campuran calcium

25
phosphate cement dengan bahan berbasis asam dan basa dapat membentuk
hydroxiapitite yang merupakan bahan tidak dapat di terdisolusi kecuali dengan asam
yang kuat. Bahan ini dapat menjadi bahan penganti dari bahan calcium hydroxide
dalam penanganan apeksifikasi.

Bahan ini sangat sering diteliti karena memiliki kemampuan biologis yang baik,
kemampuan resorbability yang baik, molding capabilities, dan mudah dimanipulasi.

Karena material ini berpotensi untuk digantikan oleh tulang dalam jangka waktu yang
lama, bahan ini uga memiliki short-term biological advantages dari hydroxiapatite
tanpa long-term disadvantages.

Meskipun bahan ini kurang diketahui, studi in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa
calcium phosphate cement merupakan material yang menjanjikan terutama untuk
aplikasi grafting.

Calcium Hydroxida

Gambar 4.6.3 Calcium Hydroxida (Giri, 2020)

Bahan Calcium Hydroxida merupakan bahan yang disebut sebagai endodontic


panacea yang dianggap sebagai obat paling istimewa. Bahan ini digunakan sebagai
bahan obturasi permanen dan biasanya sering digunakan untuk menhilangkan bagian

26
apical dari saluran akar. calcium hidroxida sudah memperlihatkan bahwa
cementogenesis dan osteogenesis dan juga apexification yang melalui pembersihan
dan pembentukan. Bahan calcium hidroxida juga memberikan hasil yang lebih susah
mengalami kebocoran

Mineral Trioxide Aggregate (MTA)

Gambar 4.6.4 Mineral Trioxide Aggregate (MTA) (Giri, 2020)

Mineral trioxide aggregate (MTA) menjadi bahan pilihan cara lain yg sempurna
selain kalsium hidroksida. MTA ditemukan sang Dr.Torabinejad pada Loma Linda
University dalam tahun 1983. Bahan ini berbentuk serbuk yg terdiri menurut partikel
partikel halus hidro lik yg komponen primer merupakan tricalcium silicate, tricalcium
aluminate, tricalcium oxide, silicate oxide & bersifat basa bertenaga menggunakan
pH awal & akan sebagai yg mengeras pada 3-4 jam sehabis pencampuran. Kekuatan
MTA terhadap tekanan akan semakin tinggi hingga 21 hari pada lingkungan yg
lembab.12 Dalam tahun 1999, Torabinejad & Chivan mengemukakan penggunaan
MTA menjadi sumbat apikal (apical plug) yaitu barier apikal protesis yg bisa secara

27
cepat menutup apeks yg masih terbuka, sebagai akibatnya saluran akar bisa eksklusif
dilakukan obturasi & restorasi tetap.4 MTA bisa membentuk suasana anti bakteri, anti
fungi pada lingkungan alkali & memiliki kemampuan buat menciptakan
hidroksiapatit pada atas bagian atas dan membentuk biologic seal. Dengan demikian
bisa mengurangi jumlah kunjungan bahkan bisa dilakukan hanya pada beberapa kali
kunjungan saja, sebagai akibatnya bisa mengurangi resiko terjadinya fraktur gigi
selama perawatan. Penggunaan MTA buat apeksi kasi hasilnya lebih niscaya &
mempersingkat ketika perawatan menggunakan output yg lebih memuaskan.

4.7 Langkah-langkah Prosedur (Hiskia Rango’o/ 2002551005)

Pemilihan kasus untuk perawatan apeksifikasi:

1. Gigi yang mengalami trauma atau terinfeksi karies harus memiliki pulpa
nonvital yang merespon secara abnormal terhadap uji sensibilitas dingin dan
tidak cocok untuk perawatan endodontik lainnya

2. Gigi harus permanen dan imatur dengan foramen apikal yang terbuka lebar.
Gigi harus memiliki dinding tebal yang tidak perlu diperkuat untuk
menghindari fraktur

3. Pasien harus berusia 7–16 tahun dan memiliki orang tua/wali yang bersedia
mengantar mereka untuk menghadiri beberapa janji temu. (Peter Murray,
2015)

Prosedur:
Kunjungan perawatan pertama

- Periksa riwayat kesehatan pasien dan apakah mereka cukup sehat untuk
perawatan endodontik. Ambil radiografi pra-perawatan dan lakukan
pemeriksaan radiografi pada gigi dan jaringan sekitarnya. Periksa
pembengkakan dan lesi. Probe sekitar margin gigi untuk menemukan cacat
atau track; jika ada yang teridentifikasi, harus direstorasi untuk menutup akses

28
ke saluran akar. Periksa sensibilitas gigi menggunakan uji sensibilitas dingin
dan uji pulpa elektrik. Jika gigi memiliki sensibilitas normal tetapi terluka,
rencana perawatan harus diubah menjadi apexogenesis. Jika gigi merespon
secara tidak normal terhadap pengujian sensibilitas, lanjutkan ke langkah
berikutnya. (Peter Murray, 2015)

Tahap apeksifikasi (Nisha Garg, dkk, 2014):

- anastesi dan lakukan isolasi gigi yang bersangkutan dengan rubber dam.

- Siapkan bukaan akses. Adalah penting bahwa bukaan harus dalam proporsi
yang benar dengan ukuran saluran untuk memungkinkan instrumentasi
saluran dan prosedur pengisian.

- Ekstirpasi sisa-sisa jaringan pulpa dari saluran akar dan irigasi dengan natrium
hipoklorit. Desinfeksi seluruh saluran akar dengan 10 ml natrium hipoklorit
yang diencerkan hingga 1,25% selama 1 menit. Natrium hipoklorit diencerkan
hingga 1,25% mengurangi toksisitasnya. Natrium hipoklorit dikirim dan
segera disedot untuk meminimalkan ekstrusi melalui foramen apikal terbuka.
Keringkan saluran akar dengan paper point

- Tetapkan panjang kerja kanal. Panjang kerja akhir harus disesuaikan 2 mm


lebih pendek dari apeks radiografi (Gbr. 34.36). Ukur panjang kerja saluran
dengan file di dalam saluran menggunakan radiografi.

29
Gambar 4.7.1 Sesuaikan working length final (Nisha Garg, dkk, 2014)

- Pembersihan total dan debridement saluran, irigasi dan kemudian keringkan


saluran akar dengan paper point. Alasan utama untuk biomekanik
preparasinya adalah debridement dan bukan pembentukan saluran akar.
Karena kanal sudah sangat lebar, maka perawatan harus dilakukan lebih jauh
untuk tidak menipiskan dinding dentin yang rapuh.

- Etsa dinding saluran akar dengan EDTA 17% selama 1 menit. Keringkan
saluran akar dengan paper point. Siram EDTA dari saluran akar dengan
natrium hipoklorit yang diencerkan menjadi 1,25% selama 30 detik.
Keringkan saluran akar dengan paper point

- Tempatkan kalsium hidroksida di kanal untuk prosedur apeksifikasi. Pasta


kental kalsium hidroksida dapat dilakukan di saluran akar dengan
menggunakan pembawa amalgam (Gbr. 34.37) dan perlu diganti setiap bulan,
hingga tiga bulan. letakkan pelet kapas kering di atas bahan dan tutup dengan
bahan restorasi sementara. Dapat juga menggunakan MTA putih untuk

30
mengisi ruang saluran akar yang kosong. Adalah opsional untuk
menempatkan pelet kapas lembab di atas MTA selama 1 minggu untuk
memastikannya mengeras. Apabila menggunakan MTA tidak perlu lagi di
masukkan sealer endodontik karena MTA telah menutup saluran akar.
Restorasi sementaranya dapat menggunakan GIC.

Gambar 4.7.2 Tempatkan kalsium hidroksida (Nisha Garg, dkk, 2014)

- Lakukan radiografi pascaoperasi. (Nisha Garg, dkk, 2014)

Kunjungan kedua :

- Dilakukan dengan interval tiga bulan untuk pemantauan gigi. Periksa riwayat
kesehatan pasien dan apakah mereka cukup sehat untuk perawatan
endodontik. Lakukan radiografi pra operasi dan periksa apakah ada perubahan
sejak kunjungan sebelumnya. Jika radiolusensi periapikal telah muncul atau
bertambah besar, antibiotik oral mungkin perlu diberikan. Saluran akar harus
didesinfeksi lagi dan/atau menempatkan lebih banyak kalsium hidroksida di
saluran akar selama satu bulan lagi. Periksa pembengkakan dan lesi. Probe

31
sekitar margin gigi untuk menemukan cacat atau track; jika ada yang
teridentifikasi mereka harus direstorasi untuk menutup akses ke saluran akar.

- Periksa secara klinis kemajuan apeksifikasi dengan menggunakan instrumen


kecil melalui puncak setelah penghapusan kalsium hidroksida.

- Jika apeksifikasi tidak lengkap, ulangi prosedur tersebut di atas lagi. Jika
apeksifikasi selesai, radiografi diambil untuk memastikannya (Gambar
34.38A hingga C). Jika segel ditemukan memuaskan, obturasi akhir saluran
akar dilakukan dengan titik gutta percha.

Gambar 4.7.3 A-C (Nisha Garg, dkk, 2014)

- Lepaskan cotton pellet dan restorasi gigi dengan resin-modified glass ionomer
untuk membantu mencegah kebocoran mikro, dengan restorasi overlay resin
komposit, atau penggantian mahkota penuh tergantung pada tingkat keparahan
kerusakan mahkota.

- Gigi tidak diharapkan untuk mengembangkan akar yang lebih panjang atau
dinding yang lebih tebal atau maturasi setelah tahap apeksifikasi dilakukan.
(Peter Murray, 2015)

- Ingat pasien setiap 6 dan 12 bulan setidaknya selama 5 tahun untuk


melakukan kontrol. (Nisha Garg, dkk, 2014)

32
BAB IV

KESIMPULAN

(Gagas Garisma/2002551003)

4.1 Kesimpulan

Gigi permanen muda merupakan gigi permanen yang saluran akar belum terbentuk
sempurna dan gigi permanen muda erupsi kurang dari 4 tahun. Masalah-masalah
yang terjadi pada gigi permanen muda ini dapat berupa disebabkan oleh karies
maupun trauma. Untuk rencana perawatan pada gigi permanen muda dengan Apex
terbuka dengan gigi yang sudah non vital bisa dilakukan dengan prosedur
apeksifikasi. Adapun bahan yang digunakan untuk apeksifikasi yaitu seperti; 1)
N2/Sargenti Paste, 2) Calcium Phosphate Cement, 3) Calcium Hydroxide, dan 4)
Mineral Trioxide Aggregate ( MTA ).

4.2 Saran
Pada mahasiswa kedokteran gigi dan dokter gigi:
Lebih memahami mengenai perawatan gigi permanen muda dengan apeksifikasi agar
dapat melakukan tindakan apeksifikasi dengan benar dalam praktek kedokteran gigi.
Pada masyarakat :

33
Diharapkan dapat memahami bahwa kondisi gigi permanen muda yang mengalami
masalah karena proses karies maupun trauma dapat dibawa ke praktek dokter gigi
untuk mendapatkan perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Peretz, B. and Fucks, A., 2016. Pediatric endodontics. 1st ed. Switzerland: Springer
International Publishing.

Rotstein, I. and Ingle, J., 2019. Ingle’s ENDODONTICS 7. 7th ed. North Carolina:
PMPH USA, Ltd.

Dean, J., 2022. McDonald and Avery’s Dentistry gor the Child and Adolescent. 11th
ed. Missouri: Elsevier.

Chen, Y, ett all. (2019). Materials for pulpotomy in immature permanent teeth: a
systematic review and meta-analysis. BMC Oral Health, 19:227

Zainur R.A, Hisata S.L, 2018, Gambaran Kries Gigi Molar Pertama Permanen Pada
Siswa Siswa Sekolah Dasarnegeri 13 Palembang Tahun 2018, Jurnal
Kesehatan Poltekkes Palembang, Vol.13, No.2

Nisha Garg, dkk, 2014, Textbook of ENDODONTICS THIRD EDITION, hal : 549-
550

Peter Murray, 2015, text books: A Concise Guide to Endodontic Procedures,


Department of Endodontics Nova Southeastern University College of Dental
Medicine Fort Lauderdale , FL USA , hal : 83-84

34
Giri, P.R.K. (2020). Penyembuhan Lesi Periapikal Melalui Perawatan Apeksifikasi
Dengan Kalsium Hidroksida Pada Gigi Permanen Muda. Intisari Sains Medis,
11(3):1152-1526.

Hariharavel, V., Annamalai, S., Ramar, K. and Samuel, V. (2021). Apexification and
repair of root fracture with mineral trioxide aggregate – A case report with 5-
year follow-up. Journal of Pharmacy And Bioallied Sciences, 13(5), p.881.

Sankar Annamalai, V. H. (2021). Apexification and Repair of Root Fracture with


Mineral Trioxide . J Pharm Bioall Sci .

pertanyaan SP:

1. Apakah pertimbangan pada kasus yang kalian bahas menggunakan bahan MTA
pada apeksifikasinya? (riris)

2. Apa yang menjadi Faktor penyebab kegagalan dr perawatan apeksifikasi ? (Diva,


Ica)

3. apakah masalah2 pada gigi immature bisa ditindak lanjuti pada saat pasien sudah
dewasa? (kezia)

4. apa yang menjadi ciri-ciri atau faktor keberhasilan dari apeksifikasi? (ggs kia)

Nah untuk bahannya, peksifikasi dapat menggunakan bahan mta juga

MTA is relatively noncytotoxic and stimulates cementogenesis. It creates


a highly alkaline aqueous environment by leaching of calcium and hydroxyl
ions.17 This property makes the MTA bioactive by forming hydroxyapatite in
the presence of phosphate-containing fluids. MTA has the ability to induce the

35
cementum-like hard tissue when used adjacent to the periradicular tissue. MTA
is a promising material as a result of its superior sealing property, its ability to
set in the presence of blood, and its biocompatibility

Adequate infection control with mechanical debridement and irrigants in


combination with intracanal medicaments helps in nonsurgical treatment of
chronic lesions and favors regression and healing. Apical barrier with MTA
helps to contain the obturating material without impinging on the periodontal
tissues and obtaining a fluid-tight seal in immature teeth with an open apex.

Traumatic injuries to young permanent teeth result in pulpal inflammation


or necrosis and subsequent incomplete development of dentinal wall and root
apices. In such cases, maintaining the proper apical barrier with the three-
dimensional seal becomes difficult. Management of such teeth becomes further
complicated when there is an associated periapical infection. Endodontic
treatment options for such teeth consist of the conventional apexification
procedure or revascularization. Pulp revascularization remains a good treatment
option for such cases with the advantage of further root development and
reinforcement of dentinal walls but it is generally limited to patients aged 8–16
years. Here, taking into consideration the age of the patient, the treatment
option of apexification was decided. The aim of apexification is the production
of mineralized apical barrier and to prevent the passage of toxins and bacteria
into periapical tissues from the root canal. Also, this barrier is necessary to
allow compaction of root-filling material.

36
JAWABAN NARITA

bisa, apabila permasalahan tersebut seperti fraktur yang jatuh pada saat
gigi masih imature, tetapi baru menyadari adanya masalah pada gigi tersebut
pada saat sudah dewasa. saya juga menemukan beberapa jurnal yang memiliki
kasus serupa.

Cedera traumatis pada gigi permanen muda dapat mengakibatkan


inflamasi pulpa atau nekrosis dan selanjutnya perkembangan dinding dentin dan
apeks akar yang tidak sempurna. Dalam kasus seperti itu, mempertahankan
penghalang apikal yang tepat dengan segel tiga dimensi menjadi sulit.
Penatalaksanaan gigi tersebut menjadi lebih rumit bila ada infeksi periapikal
terkait. Pilihan perawatan endodontik untuk gigi tersebut terdiri dari prosedur
apeksifikasi konvensional atau revaskularisasi. Revaskularisasi pulpa tetap
menjadi pilihan pengobatan yang baik untuk kasus tersebut dengan keuntungan
dari perkembangan akar lebih lanjut dan penguatan dinding dentin tetapi
umumnya terbatas pada pasien berusia 8-16 tahun. Di sini, dengan
mempertimbangkan usia pasien, pilihan pengobatan apeksifikasi diputuskan.
Tujuan dari apeksifikasi adalah produksi barier apikal yang termineralisasi dan
untuk mencegah masuknya toksin dan bakteri ke dalam jaringan periapikal dari
saluran akar. Juga, penghalang ini diperlukan untuk memungkinkan pemadatan
bahan pengisi akar.

Setelah kezia dan narita

JAWABAN ALDY

Nah untuk bahannya, apeksifikasi dapat menggunakan bahan mta .


Menurut jurnal yang say abaca Karena MTA relatif nonsitotoksik dan
merangsang sementogenesis, Ini menciptakan lingkungan berair yang sangat
alkali/basa karena adapencucian ion kalsium dan hidroksil. Sifat ini membuat

37
MTA bioaktif dengan membentuk hidroksiapatit dengan adanya cairan yang
mengandung fosfat. Dengan sifat ini, MTA memiliki kemampuan untuk
menginduksi jaringan keras seperti sementum bila digunakan berdekatan
dengan jaringan periradikular.

MTA adalah bahan yang menjanjikan karena seperti yang saya sebutkan
tadi sifat sealingnya yang unggul, kemampuannya untuk menempel dengan
adanya darah, dan biokompatibilitasnya. Pengendalian infeksi yang memadai
dengan debridement mekanis dan irigasi yang dikombinasikan dengan obat-
obatan medikamen intracanal membantu dalam pengobatan yang nantinya
dapat mendukung regresi dan penyembuhan.

Oleh karena bahan sangat solud Barrier apikal dengan MTA membantu
menahan bahan obturasi tanpa mempengaruhi jaringan periodontal dan
mendapatkan segel kedap cairan pada gigi permanen muda dengan apeks
terbuka.

38

Anda mungkin juga menyukai