SP KJGP 2 SGD 2
SP KJGP 2 SGD 2
CASE REPORT
APEXIFICATION AND REPAIR OF ROOT FRACTURE WITH MINERAL
TRIOXIDE AGGREGATE–A CASE REPORT WITH 5-YEARS FOLLOW-UP
KELOMPOK SGD 2
Gagas garisma 2002551003
Hiskia Rango'o 2002551004
Icha Oktavia 2002551013
Divapita Octavia Manurung 2002552014
Ida Ayu Narita Narindra Dewi 2002551023
Fernaldy Wiratama 2002551024
Leony Kezia Margareth 2002551033
Fransisco Gregorius Hakim 2002551034
Arisya Pramesti Putri 2002551043
A.A Ketut Bagus Yustika Abi Dharma 2002551044
PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI DAN PROFESI
DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan student
project dari Blok KJGP-2 dengan judul “Apeksifikasi”.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................4
BAB I..............................................................................................................................\
PENDAHULUAN.........................................................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................................6
1.4 Manfaat................................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................8
LAPORAN KASUS......................................................................................................8
BAB III........................................................................................................................14
PEMBAHASAN..........................................................................................................14
BAB IV........................................................................................................................17
4.3 Rumusan Rencana Perawatan pada Gigi Permanen Muda dengan Apex terbuka
..................................................................................................................................20
3
4.6 Bahan yang digunakan pada Apeksifikasi.........................................................24
BAB IV........................................................................................................................34
KESIMPULAN...........................................................................................................34
4.1 Kesimpulan........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................35
4
DAFTAR GAMBAR
5
BAB I
PENDAHULUAN
(Icha Octavia/2002551013)
Gigi permanen muda adalah gigi permanen yang saluran akar belum terbentuk
sempurna dan gigi permanen muda erupsi kurang dari 4 tahun. Sangat penting untuk
menjaga vitalitas pulpa jika tidak, ketidaksempurnaan akar dapat mengakibatkan
kerapuhan gigi. ( Chen., Y. 2019 )
Gigi permanen muda dapat mengalami kematian pulpa yang disebabkan oleh
karies, kelainan pulpa maupun periapikal atau akibat adanya trauma pada gigi,
sehingga pertumbuhan akar terhenti. Apeks menjadi terbuka dan saluran akar lebih
lebar di bagian apeks dibanding dengan daerah serviks. Perawatan saluran akar belum
bisa dilakukan apabila ujung akar gigi dalam kondisi terbuka, maka dari itu dilakukan
perawatan penutupan ujung akar gigi yang disebut apeksifikasi
6
Apa saja bahan yang digunakan pada apeksifikasi?
Bagaimanakah langkah-langkah prosedur apeksifikasi?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
7
BAB II
LAPORAN KASUS
8
akses kavitas ditutup dengan bahan filling sementara selama 2 minggu (Hariharavel,
2021).
Setelah 24 jam, setting MTA dinilai dan obturasi final saluran akar dilakukan
dengan gutta-percha menggunakan teknik kondensasi lateral kemudian akses kavitas
ditutup dengan bahan restoratif Glass-ionomer (GC, semen glass-ionomer tipe II).
Restorasi koronal dari mahkota yang berubah warna dan retak dilakukan dengan
acrylic jacket crown. Anak tersebut melakukan kontrol kembali pada periode 3, 6, 9,
dan 12 bulan, lalu gigi dinilai secara klinis dan radiografi. Pasien tidak menunjukkan
gejala, dan radiografi menunjukkan pengurangan ukuran radiolusensi periapikal
[Gambar 2.4]. Tindak lanjut radiografi pada tahun ke-3 menunjukkan hasil absensi
atau tidak adanya radiolusensi periapikal dalam kaitannya dengan 11 [Gambar 2.5].
Tindak lanjut radiografi pada tahun ke-5 menunjukkan penyembuhan penuh pada
fraktur akar dengan jaringan terkalsifikasi dan ruang periodontal normal di sekitar
segel apikal MTA dan fragmen akar [Gambar 2.6 (Hariharavel, 2021)].
9
Gambar 2.1 Periapikal intraoral pra-operasi gigi insisivus rahang atas
(Hariharavel, 2021)
10
Gambar 2.2 Periapikal intraoral 11 menunjukkan penempatan yang benar dari
agregat mineral trioksida (MTA) (Hariharavel, 2021)
11
Gambar 2.4 Periapikal intraoral 11 pada tinjauan 12 bulan menunjukkan
penutupan ujung akar dan pengurangan radiolusensi periapikal
(Hariharavel, 2021)
12
Gambar 2.5 Periapikal intraoral dari 11 pada tahun ke 3 mengalami
penyembuhan lengkap dari lesi periapikal (Hariharavel, 2021)
13
BAB III
PEMBAHASAN
Tekanan yang tinggi pada akar dapat menyebabkan fraktur pada akar. Akar
dapat terpisah pada coronal dan fragmen apikal akibat gaya frontal pada zona
kompresi secara labial dan lingual atau palatal. Hal ini dapat merugikan struktur
sementum, dentin, pulpa dan periodonsium. Jika membahas mengenai perawatan
untuk fraktur pada agar, perbaikan pada dentin akar sangat bergantung pada ligamen
periodontal, dimana tempat berasalnya sel-sel pembentuk jaringan keras gigi.
Perawatan utama yang dapat dilakukan adalah melibatkan reposisi segmen yang
fraktur sedekat mungkin dan menstabilkan posisinya dengan splint pada gigi yang
berdekatan selama 2-4 bulan. Splint pada gigi hanya akan menyebabkan pergerakan
segmen secara mikro, sehingga memungkinkan sel untuk berkembang dan
menginduksi proses penyembuhan. Berdasarkan Internasional Association of Dental
Traumatology, perawatan endodontik hanya dapat dilakukan setelah pulpa nekrosis,
bukan sebagai intervensi profilaksis.
14
perawatan yang tersedia selain ekstraksi dan prostesis. Meskipun hasil dari fraktur
akar horizontal pada sepertiga apikal umumnya baik, komplikasi seperti nekrosis
pulpa, resorpsi radikular, dan obliterasi saluran pulpa dapat terjadi.
15
fragmen yang fraktur. Oleh karena itu, perawatan endodontik menggunakan MTA
dilakukan dan diharapkan akan adanya ekstrusi MTA antara fragmen akar apikal dan
koronal. Secara radiografi terlihat adanya penyembuhan pada periapikal, penutupan
akar, penyembuhan pada jaringan keras interproksimal antara fragmen yang retak,
dan ruang periodontal ligament yang normal mengelilingi akar serta MTA yang
diekstrusi. Kesimpulannya, MTA berhasil mengelola fraktur sepertiga akar gigi.
Perawatan pada fraktur gigi juga berdasarkan pada beberapa faktor seperti,
garis fraktur, mobilitas gigi, status pulpa, dan material yang digunakan dalam
perawatan. Dokter gigi harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai
untuk merawat dengan benar. Setelah melakukan manajemen klinis yang memadai,
melakukan following-up pada pasien untuk melihat apakah perawatan berhasil
dilakukan sangatlah penting.
16
BAB IV
Gigi permanen muda adalah gigi permanen yang saluran akar belum terbentuk
sempurna dan gigi permanen muda erupsi kurang dari 4 tahun. Gigi permanen muda
rentan terhadap karies dan trauma yang dapat menyebabkan terbukanya pulpa dan
degenerasi pulpa. Degenerasi pulpa menghentikan pembentukan akar, meninggalkan
gigi dengan apeks terbuka. Sangat penting untuk menjaga vitalitas pulpa jika tidak,
ketidaksempurnaan akar dapat mengakibatkan kerapuhan gigi. ( Chen., Y. 2019 )
4.2 Masalah-Masalah yang Mungkin Terjadi pada Gigi Permanen Muda (A.A
Ketut Bagus Yustika Abi Dharma)/2002551044)
4.2.1 Trauma
Salah satu penyabab nekrosis pulpa pada gigi permanen muda adalah trauma.
Trauma gigi sering terjadi pada anak-anak seperti jatuh saat bermain. Trauma gigi
bisa terjadi secara langsung yaitu ketika benda keras langsung mengenai gigi dan
trauma secara tidak langsung ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi
rahang bawah membentur gigi rahang atas dengan tekana yang keras secara tiba-tiba.
Trauma bisa menyebabkan terhentinya perkembangan gigi karena pada gigi
permanen muda pembentukan akar belum sempurna. Fraktur merupakan dianggap
sebagai penyebab umum kehilangan gigi. Fraktur akar lebih sering terjadi pada gigi
17
permanen yang erupsi penuh dengan apeks tertutup di mana akar yang terbentuk
sempurna ditopang dengan kuat di dalam tulang dan periodonsium. Konsekuensi dari
fraktur akar dapat menjadi kompleks karena kombinasi kerusakan pada pulpa, dentin,
sementum, tulang, dan periodonsium. Fraktur akar dapat secara luas diklasifikasikan
sebagai horizontal, vertikal, dan oblique (miring). Fraktur akar horizontal adalah jenis
yang paling umum dan terjadi terutama pada gigi di daerah anterior rahang atas
karena benturan frontal. Fraktur akar vertikal adalah fraktur yang ditandai dengan
garis fraktur yang meluas melalui saluran akar ke periodonsium. Fraktur akar vertikal
bisa melibatkan seluruh panjang akar gigi atau sebagian dari akar dan bisa juga terjadi
pada satu atau kedua sisi akar seperti gigi molar. Fraktur oblique merupakan fraktur
yang mirig ke distal atau mesial. (Annamalai S, dkk 2022)
18
Gambar 4.2.1 Fraktur vertikal dan horizontal ( Chen., Y. 2019 )
4.2.2 Karies
Karies merupakan penyakit infeksi rongga mulut pada jaringan keras gigi
yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme.
Karies membentuk kavitas yang dapat berkembang ke dentin sampai ke dalam pulpa
hingga dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Faktor penyebab karies gigi terdiri dari
penyebab dalam individu dan penyebab luar individu. Faktor dalam penyebab karies
gigi adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses
terjadinya karies gigi antara lain host, mikroorganisme (seperti, Actinomyces,
Lactobacillus, Streptococcus), substrat, dan waktu. Sedangkan faktor luar individu
adalah status ekonomi, keluarga, pekerjaan, fasilitas kesehatan gigi dan pendidikan
kesehatan gigi yang pernah diterima. (Zainur, 2018)
Baik, terimakasih atas waktunya. Perkenalkan saya Fernaldy Wiratama / nim 3 digit
terakhir 024 izinkan saya melanjutkan presentasi untuk
4.3 Rumusan Rencana Perawatan pada Gigi Permanen Muda dengan Apex
terbuka (Fernaldy Wiratama/2002551024)
Pada gigi muda dalam kondisi, seringkali, memiliki dinding yang tipis dan
rapuh sehingga sulit untuk dibersihkan secara memadai dan untuk mendapatkan
apical seal yang diperlukan (Rotstein, 2019). Perawatan konvensional gigi anterior
19
dengan kondisi “pulpless” biasanya memerlukan pembedahan pada apikal jika gigi
memiliki apeks terbuka. Banyak gigi muda telah diselamatkan dengan cara ini.
Namun, terapi endodontik yang less traumatic dengan istilah apeksifikasi telah
terbukti efektif dalam pengelolaan gigi permanen yang belum matang dan nekrotik.
Prosedur apeksifikasi harus mendahului terapi saluran akar konvensional dalam
pengelolaan gigi dengan pulpa berpenyakit ireversibel dan apeks terbuka (Dean,
2022).
20
hidroksida hanya ketika gejala berkembang atau jika bahan tampaknya telah dicuci
keluar dari kanal jika dilihat secara radiografi. .
21
Namun, di sisi itu kelemahan dari bahan tersebut adalah sulit untuk
menghilangkan MTA dari dalam saluran akar setelah mengeras (bahkan dengan
penggunaan mikroskop operatif dan instrumen ultrasonik canggih) dan dalam kasus
kegagalan pengobatan, operasi apikal dapat diindikasikan. Oleh karena itu,
debridement dan desinfeksi lengkap saluran akar dan dinding dentin adalah hal yang
wajib
Sekian dari saya, untuk presentasi selanjutnya akan dipaparkan oleh rekan saya.
Terimakasih
Apeksifikasi diindikasikan untuk gigi dengan apex yang terbuka dan dentinal
walls yang tipis, yang tidak bisa ditindak menggunakan instrumentation technique
yang standard, dalam menciptakan apical stop untuk memfasilitasi root canal filling
yang efektif. Apeksifikasi bertujuan untuk merangsang perkembangan lebih lanjut
atau meneruskan proses pembentukan apeks gigi yang belum tumbuh sempurna tetapi
sudah mengalami kematian pulpa dengan membentuk suatu jaringan keras pada apeks
gigi tersebut Apeksifikasi juga diindikasikan untuk gigi yang sudah non-vital, tetapi
foramen apikalnya masih terbuka dan belum tertutup secara sempurna ( Chen., Y.
2019 ).
1. Tipe I, saluran akar dan apeks terbentuk sesuai dengan konfigurasi normal
akar.
3. Tipe III, tidak terlihat perubahan secara radiografis tetapi suatu barier osteoid
yang tipis terbentuk menjadi stop pada apeks atau dekat dengan apeks.
22
4. Tipe IV, terjadi pembentukan barier di dalam saluran akar, sebelum apeks .
Penutupan saluran akar, akan bergantung pada jenis jaringan periapikal yang
terdapat disekitar apeks. Jika masih terdapat sisa jaringan pulpa yang vital, jaringan
yang terbentuk merupakan jaringan dentin. Apabila pertumbuhan akar masih dapat
berlanjut dalam kondisi selubung akar Hertwig masih utuh, atau sebagian, jaringan
yang terbentuk merupakan jembatan yang melintang yang menutupi daerah saluran
akar, dimana jaringan pulpa dan saluran akar mengalami nekrosis.
23
4.5.2 Kontraindikasi Apeksifikasi
Kontraindikasi dari perawatan apeksifikasi ini adalah semua fraktur vertikal dan
sebagian besar fraktur horizontal, replacement resorption (ankylosis) dan akar yang
sangat pendek. Menurut Giri (2020), perawatan apeksifikasi ini tidak dapat dilakukan
(kontra indikasi) pada gigi permanen muda non vital dengan kelainan periapikal.
N2/Sargenti Paste
Merupakan bahan paling pertama digunakan di eropa namun demikian bahan ini lebih
banyak diproduksi di amerika sebagai RC2B. sejauh ini bahan ini masih
diperdebatkan karena memiliki paraformaldehyde dengan konsentrasi 6,5% yang
dianggap lumayan beracun untuk tubuh. Bahan ini diperkenalkan oleh Sargenti dan
Ritcher di tahun 1959. Dikenal juga sebagai “Sargenti technique: yang digunakan
sebagai sealer.
Memiliki komposisi:
24
● Powder:
● Zinc oxide
● Bismuth subcarbonate
● Bismuth subnitrate
● Paraformaldehyde
● Titanium dioxide
● Phenylmercuric borate
● Lead Tetraoxide
Liquid:
● Eugenol
● Peanut Oil
● Rose Oil
25
phosphate cement dengan bahan berbasis asam dan basa dapat membentuk
hydroxiapitite yang merupakan bahan tidak dapat di terdisolusi kecuali dengan asam
yang kuat. Bahan ini dapat menjadi bahan penganti dari bahan calcium hydroxide
dalam penanganan apeksifikasi.
Bahan ini sangat sering diteliti karena memiliki kemampuan biologis yang baik,
kemampuan resorbability yang baik, molding capabilities, dan mudah dimanipulasi.
Karena material ini berpotensi untuk digantikan oleh tulang dalam jangka waktu yang
lama, bahan ini uga memiliki short-term biological advantages dari hydroxiapatite
tanpa long-term disadvantages.
Meskipun bahan ini kurang diketahui, studi in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa
calcium phosphate cement merupakan material yang menjanjikan terutama untuk
aplikasi grafting.
Calcium Hydroxida
26
apical dari saluran akar. calcium hidroxida sudah memperlihatkan bahwa
cementogenesis dan osteogenesis dan juga apexification yang melalui pembersihan
dan pembentukan. Bahan calcium hidroxida juga memberikan hasil yang lebih susah
mengalami kebocoran
Mineral trioxide aggregate (MTA) menjadi bahan pilihan cara lain yg sempurna
selain kalsium hidroksida. MTA ditemukan sang Dr.Torabinejad pada Loma Linda
University dalam tahun 1983. Bahan ini berbentuk serbuk yg terdiri menurut partikel
partikel halus hidro lik yg komponen primer merupakan tricalcium silicate, tricalcium
aluminate, tricalcium oxide, silicate oxide & bersifat basa bertenaga menggunakan
pH awal & akan sebagai yg mengeras pada 3-4 jam sehabis pencampuran. Kekuatan
MTA terhadap tekanan akan semakin tinggi hingga 21 hari pada lingkungan yg
lembab.12 Dalam tahun 1999, Torabinejad & Chivan mengemukakan penggunaan
MTA menjadi sumbat apikal (apical plug) yaitu barier apikal protesis yg bisa secara
27
cepat menutup apeks yg masih terbuka, sebagai akibatnya saluran akar bisa eksklusif
dilakukan obturasi & restorasi tetap.4 MTA bisa membentuk suasana anti bakteri, anti
fungi pada lingkungan alkali & memiliki kemampuan buat menciptakan
hidroksiapatit pada atas bagian atas dan membentuk biologic seal. Dengan demikian
bisa mengurangi jumlah kunjungan bahkan bisa dilakukan hanya pada beberapa kali
kunjungan saja, sebagai akibatnya bisa mengurangi resiko terjadinya fraktur gigi
selama perawatan. Penggunaan MTA buat apeksi kasi hasilnya lebih niscaya &
mempersingkat ketika perawatan menggunakan output yg lebih memuaskan.
1. Gigi yang mengalami trauma atau terinfeksi karies harus memiliki pulpa
nonvital yang merespon secara abnormal terhadap uji sensibilitas dingin dan
tidak cocok untuk perawatan endodontik lainnya
2. Gigi harus permanen dan imatur dengan foramen apikal yang terbuka lebar.
Gigi harus memiliki dinding tebal yang tidak perlu diperkuat untuk
menghindari fraktur
3. Pasien harus berusia 7–16 tahun dan memiliki orang tua/wali yang bersedia
mengantar mereka untuk menghadiri beberapa janji temu. (Peter Murray,
2015)
Prosedur:
Kunjungan perawatan pertama
- Periksa riwayat kesehatan pasien dan apakah mereka cukup sehat untuk
perawatan endodontik. Ambil radiografi pra-perawatan dan lakukan
pemeriksaan radiografi pada gigi dan jaringan sekitarnya. Periksa
pembengkakan dan lesi. Probe sekitar margin gigi untuk menemukan cacat
atau track; jika ada yang teridentifikasi, harus direstorasi untuk menutup akses
28
ke saluran akar. Periksa sensibilitas gigi menggunakan uji sensibilitas dingin
dan uji pulpa elektrik. Jika gigi memiliki sensibilitas normal tetapi terluka,
rencana perawatan harus diubah menjadi apexogenesis. Jika gigi merespon
secara tidak normal terhadap pengujian sensibilitas, lanjutkan ke langkah
berikutnya. (Peter Murray, 2015)
- anastesi dan lakukan isolasi gigi yang bersangkutan dengan rubber dam.
- Siapkan bukaan akses. Adalah penting bahwa bukaan harus dalam proporsi
yang benar dengan ukuran saluran untuk memungkinkan instrumentasi
saluran dan prosedur pengisian.
- Ekstirpasi sisa-sisa jaringan pulpa dari saluran akar dan irigasi dengan natrium
hipoklorit. Desinfeksi seluruh saluran akar dengan 10 ml natrium hipoklorit
yang diencerkan hingga 1,25% selama 1 menit. Natrium hipoklorit diencerkan
hingga 1,25% mengurangi toksisitasnya. Natrium hipoklorit dikirim dan
segera disedot untuk meminimalkan ekstrusi melalui foramen apikal terbuka.
Keringkan saluran akar dengan paper point
29
Gambar 4.7.1 Sesuaikan working length final (Nisha Garg, dkk, 2014)
- Etsa dinding saluran akar dengan EDTA 17% selama 1 menit. Keringkan
saluran akar dengan paper point. Siram EDTA dari saluran akar dengan
natrium hipoklorit yang diencerkan menjadi 1,25% selama 30 detik.
Keringkan saluran akar dengan paper point
30
mengisi ruang saluran akar yang kosong. Adalah opsional untuk
menempatkan pelet kapas lembab di atas MTA selama 1 minggu untuk
memastikannya mengeras. Apabila menggunakan MTA tidak perlu lagi di
masukkan sealer endodontik karena MTA telah menutup saluran akar.
Restorasi sementaranya dapat menggunakan GIC.
Kunjungan kedua :
- Dilakukan dengan interval tiga bulan untuk pemantauan gigi. Periksa riwayat
kesehatan pasien dan apakah mereka cukup sehat untuk perawatan
endodontik. Lakukan radiografi pra operasi dan periksa apakah ada perubahan
sejak kunjungan sebelumnya. Jika radiolusensi periapikal telah muncul atau
bertambah besar, antibiotik oral mungkin perlu diberikan. Saluran akar harus
didesinfeksi lagi dan/atau menempatkan lebih banyak kalsium hidroksida di
saluran akar selama satu bulan lagi. Periksa pembengkakan dan lesi. Probe
31
sekitar margin gigi untuk menemukan cacat atau track; jika ada yang
teridentifikasi mereka harus direstorasi untuk menutup akses ke saluran akar.
- Jika apeksifikasi tidak lengkap, ulangi prosedur tersebut di atas lagi. Jika
apeksifikasi selesai, radiografi diambil untuk memastikannya (Gambar
34.38A hingga C). Jika segel ditemukan memuaskan, obturasi akhir saluran
akar dilakukan dengan titik gutta percha.
- Lepaskan cotton pellet dan restorasi gigi dengan resin-modified glass ionomer
untuk membantu mencegah kebocoran mikro, dengan restorasi overlay resin
komposit, atau penggantian mahkota penuh tergantung pada tingkat keparahan
kerusakan mahkota.
- Gigi tidak diharapkan untuk mengembangkan akar yang lebih panjang atau
dinding yang lebih tebal atau maturasi setelah tahap apeksifikasi dilakukan.
(Peter Murray, 2015)
32
BAB IV
KESIMPULAN
(Gagas Garisma/2002551003)
4.1 Kesimpulan
Gigi permanen muda merupakan gigi permanen yang saluran akar belum terbentuk
sempurna dan gigi permanen muda erupsi kurang dari 4 tahun. Masalah-masalah
yang terjadi pada gigi permanen muda ini dapat berupa disebabkan oleh karies
maupun trauma. Untuk rencana perawatan pada gigi permanen muda dengan Apex
terbuka dengan gigi yang sudah non vital bisa dilakukan dengan prosedur
apeksifikasi. Adapun bahan yang digunakan untuk apeksifikasi yaitu seperti; 1)
N2/Sargenti Paste, 2) Calcium Phosphate Cement, 3) Calcium Hydroxide, dan 4)
Mineral Trioxide Aggregate ( MTA ).
4.2 Saran
Pada mahasiswa kedokteran gigi dan dokter gigi:
Lebih memahami mengenai perawatan gigi permanen muda dengan apeksifikasi agar
dapat melakukan tindakan apeksifikasi dengan benar dalam praktek kedokteran gigi.
Pada masyarakat :
33
Diharapkan dapat memahami bahwa kondisi gigi permanen muda yang mengalami
masalah karena proses karies maupun trauma dapat dibawa ke praktek dokter gigi
untuk mendapatkan perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Peretz, B. and Fucks, A., 2016. Pediatric endodontics. 1st ed. Switzerland: Springer
International Publishing.
Rotstein, I. and Ingle, J., 2019. Ingle’s ENDODONTICS 7. 7th ed. North Carolina:
PMPH USA, Ltd.
Dean, J., 2022. McDonald and Avery’s Dentistry gor the Child and Adolescent. 11th
ed. Missouri: Elsevier.
Chen, Y, ett all. (2019). Materials for pulpotomy in immature permanent teeth: a
systematic review and meta-analysis. BMC Oral Health, 19:227
Zainur R.A, Hisata S.L, 2018, Gambaran Kries Gigi Molar Pertama Permanen Pada
Siswa Siswa Sekolah Dasarnegeri 13 Palembang Tahun 2018, Jurnal
Kesehatan Poltekkes Palembang, Vol.13, No.2
Nisha Garg, dkk, 2014, Textbook of ENDODONTICS THIRD EDITION, hal : 549-
550
34
Giri, P.R.K. (2020). Penyembuhan Lesi Periapikal Melalui Perawatan Apeksifikasi
Dengan Kalsium Hidroksida Pada Gigi Permanen Muda. Intisari Sains Medis,
11(3):1152-1526.
Hariharavel, V., Annamalai, S., Ramar, K. and Samuel, V. (2021). Apexification and
repair of root fracture with mineral trioxide aggregate – A case report with 5-
year follow-up. Journal of Pharmacy And Bioallied Sciences, 13(5), p.881.
pertanyaan SP:
1. Apakah pertimbangan pada kasus yang kalian bahas menggunakan bahan MTA
pada apeksifikasinya? (riris)
3. apakah masalah2 pada gigi immature bisa ditindak lanjuti pada saat pasien sudah
dewasa? (kezia)
4. apa yang menjadi ciri-ciri atau faktor keberhasilan dari apeksifikasi? (ggs kia)
35
cementum-like hard tissue when used adjacent to the periradicular tissue. MTA
is a promising material as a result of its superior sealing property, its ability to
set in the presence of blood, and its biocompatibility
36
JAWABAN NARITA
bisa, apabila permasalahan tersebut seperti fraktur yang jatuh pada saat
gigi masih imature, tetapi baru menyadari adanya masalah pada gigi tersebut
pada saat sudah dewasa. saya juga menemukan beberapa jurnal yang memiliki
kasus serupa.
JAWABAN ALDY
37
MTA bioaktif dengan membentuk hidroksiapatit dengan adanya cairan yang
mengandung fosfat. Dengan sifat ini, MTA memiliki kemampuan untuk
menginduksi jaringan keras seperti sementum bila digunakan berdekatan
dengan jaringan periradikular.
MTA adalah bahan yang menjanjikan karena seperti yang saya sebutkan
tadi sifat sealingnya yang unggul, kemampuannya untuk menempel dengan
adanya darah, dan biokompatibilitasnya. Pengendalian infeksi yang memadai
dengan debridement mekanis dan irigasi yang dikombinasikan dengan obat-
obatan medikamen intracanal membantu dalam pengobatan yang nantinya
dapat mendukung regresi dan penyembuhan.
Oleh karena bahan sangat solud Barrier apikal dengan MTA membantu
menahan bahan obturasi tanpa mempengaruhi jaringan periodontal dan
mendapatkan segel kedap cairan pada gigi permanen muda dengan apeks
terbuka.
38