Administrasi Peradilan Kel 5
Administrasi Peradilan Kel 5
Disusun oleh :
(01298.211.17.2019)
Istiqomah
(01299.211.17.2019)
TUANKU TAMBUSAI
PASIR PENGARAIAN
ROKAN HULU
RIAU
2022 M / 1444 H
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya kami masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini yang merupakan
salah satu tugas pada mata kuliah Administrasi Peradilan yang di ampu oleh Ibu dosen:
Jasmiati, M.H. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini, untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang berkonstribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya, maka oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari rekan-rekan sekalian, sehingga makalah
yang kami buat ini menjadi makalah yang sempurna. semoga bermanfaat bagi para
mahasiswa-mahasiswi, khususnya pada kami dan semua yang membaca makalah ini, Dan
mudah-mudahan juga dapat menambah wawasan pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 6
B. Saran .................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya, Pengadilan Negeri hanya mengenal pola Bindalmin (Pembinaan dan
Pengendalian Administrasi Perkara). Pola ini menjadi pegangan Pengadilan Negeri dalam
menangani administrasi perkara, antara lain dengan buku pembagian perkara, buku agenda
sidang, buku register barang bukti, buku register penahanan dan buku register tindak pidana
biasa serta lainnya secara manual. Sehingga pola ini dinilai lambat dan kurang dapat diakses
oleh masyarakat maupun pihak – pihak yang berperkara dan tentu saja kurang
mengakomodasi prinsip keterbukaan informasi. Proses pengawasan juga hanya mengacu
kepada dokumen manual, seperti buku register.Perlu dijelaskan bahwa sampai saat ini
Mahkamah Agung Republik Indonesia belum menetapkan berapa target yang ideal untuk
proses dasar penyelesaian perkara ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar hukum tentang laporan perkara?
2. Apa saja fungsi dan macam laporan?
C. Tujuan Penulisan
1. Menguraikan Dasar Hukum tentang Laporan Perkara
2. Menguraikan tentang Fungsi dan Macam Laporan
1
BAB ll
PEMBAHASAN
Dasar hukum laporan perkara adalah Pasal 10 ayat 4 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1970 Jo. Pasal 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 bahwa Mahkamah Agung
melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan Pengadilan yang lain yaitu terhadap
penyelenggaraan peradilan dan tingkah laku serta perbuatan para hakim di semua lingkungan
badan peradilan dalam menjalankan kekuasaan kehakiman.
Tata cara pengawasan terhadap Badan Peradilan dapat dilaksanakan dengan acara
memeriksa pekerjaan dan meneliti proses kerja, mendadak, dan juga dengan meneliti laporan
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam pola Bindalmin Laporan perkara pada Pengadilan
Agama mengacu pada ketentuan Pola Bindalmin yang menjadikan pelaporan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dan merupakan rangkaian dari tugas yang diemban oleh Peradilan di
2
3
Sekalipun pelaporan tidak menjadi tugas pokok yang secara langsung melekat pada
lembaga Peradilan dan tersurat di dalam undang-undang, namun laporan perkara dapat
menjadi instrumen penting yang dapat menentukan dan menilai kinerja aparat Peradilan
(mulai dari Ketua, hakim, panitera, maupun para panitera pengganti) yang melaksanakan
tugas menyelesaikan suatu perkara yang ditangani. Melalui laporan perkara yang disajikan,
tercermin proses penanganan suatu perkara oleh suatu majelis, Intensitas waktu yang
dibutuhkan, sampai bagaimana mekanisme penanganan perkara berjalan efektif dan
memenuhi aturan yang ditentukan.
Menyusun atau membuat laporan perkara adalah tugas Panitera Pengadilan terkait dengan
fungsi dan tugasnya sebagai Pelaksana Administrasi Pengadilan meskipun pada
implementasinya Panitera dapat dibantu oleh Wakil Panitera atau para Panitera Muda
(Panmud Hukum) setelah suatu perkara diterima dan didaftar (diregistrasi) sampai perkara
tersebut dinyatakan selesai (diputus) atau dilanjutkan pada proses hukum lainnya.Laporan
perkara pada Peradilan Agama meliputi keadaan perkara, kegiatan hakim, keuangan perkara,
faktor penyebab perceraian, keadaan perkara yang dimohonkan Banding, Kasasi, PK, dan
Eksekusi), laporan mediasi, penerapan PP 10/1983, aktivasi advokat yang beracara para
Pengadilan Agama, dan sebagainya.
Pada Pengadilan Agama, laporan Perkara dapat dikategorikan antara lain laporan bulanan,
laporan 4 bulanan, laporan semester (6 bulan), dan laporan Tahunan (dari segi waktu). Dari
segi materi laporan terdiri dari laporan keadaan perkara, laporan keuangan perkara, laporan
jenis perkara, laporan faktor penyebab perceraian, laporan tentang PP 10 Tahun 1983,
laporan perkara yang dimohonkan banding, kasasi, PK, dan eksekusi, laporan kegiatan
hakim, laporan pelaksanaan sidang keliling, laporan mediasi, laporan penggunaan akta cerai,
serta laporan pertanggung jawaban uang iwadl.
1
Pola Bindalmin adalah suatu pola pembinaan bidang administrasi yang dikembangkan didalam
lingkungan peradilan (pola pembinaan dan pengadilan administrasi perkara) meliputi
penerimaan/pendaftaaran, administrasi biaya perkara, registrasi, laporan, persiapan persidangan, pelaksaan
persidangan, pengarsipan. Buku ll Edisi 2009, hlm.1-54
1. Sebagai alat pantau segala tingkah laku dan perbuatan hakim dan pejabat kepaniteraan
oleh Mahkamah Agung dan Pengadilan Tinggi Agama sebagai pengawal depan
Mahkamah Agung.
2. Sebagai bahan untuk meneliti kebenaran dari evaluasi yang dibutuhkan oleh PA dan
PTA sebagaimana yang ditentukan dalam Surat Keputusan Mahkamah Agung Nomor
KMA/009/SK/II/1988.
3. Sebagai bahan dan dasar bagi Mahkamah Agung untuk mengevaluasi hasil
pengawasan yang dilakukan PTA dan sebagai bahan dan dasar bagi PTA untuk
mengevaluasi hasil pengawasan yang dilakukan oleh PA.
4. Sebagai bahan untuk mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapai, sehingga
didalam mengambil keputusan dalam rangka pembinaan lebih lanjut dapat
dilaksanakan sesuai rencana.2
b. Macam Laporan
Pola laporan yang ditetapkan di Peradilan Umum dan Peradilan Agama tidak sama.
Di lingkungan Pengadilan Umum baik Pengadilan Negeri (PN) maupun Pengadilan
Tinggi, laporan perkara meliputi dua hal yaitu perkara perdata dan perkara pidana.
Sedangkan di Pengadilan Agama tidak ada laporan perkara pidana karena PA memang
tidak mempunyai kewenangan mengenai perkara pidana. Kewenangan hanya perkara
perdata (perdata khusus). Berdasarkan KMA-RI No. 001/SK/I/1991, tanggal 24 Januari
1991 bahwa macam-macam atau bentuk laporan di pengadilan tingkat pertama dan
banding adalah sebagai berikut:
2
http://ariefhidayatfamily.blogspot.com/20-ajar-mata-kuliah-kepaniteraan.html (Diakses pada 23/02/2017
pukul 20:49 WIB)
4
5
3. Laporan L1-PA3, merupakan laporan perkara yang dimohonkan kasasi dan dilaporkan
sejak penerimaan berkas dari PTA sampai dengan pengiriman berkas ke Mahkamah
Agung
4. Laporan L1-PA4, merupakan laporan perkara yang dimohonkan Peninjauan Kembali
dan dilaporkan sejak penerimaan berkas dari PTA/Mahkamah Agung sampai dengan
pengiriman berkas ke Mahkamah Agung
5. Laporan L1-PA5, merupakan laporan perkara yang dimohonkan Eksekusi dan
dilaporkan sejak penerimaan permohonan eksekusi dengan menambah penjelasan
perkara-perkara yang bergantung permohonan eksekusinya.Laporan L1-PA6,
merupakan laporan tentang kegiatan hakim yang dilaporkan tentang jumlah perkara
yang diterima, diputus, dan sisa perkara.
6. Laporan L1-PA8, merupakan laporan jenis perkara yang selama ini tidak dilaporkan
oleh Pengadilan Agama yang dikenal dengan model B.2.
3
Dr. Ahmad Mujahidin, M.H. Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama,(Penerbit Ghalia Indonesia:
Bogor,2012), hlm.76-78
BAB lll
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dasar hukum laporan perkara adalah Pasal 10 ayat 4 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1970 Jo. Pasal 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 bahwa Mahkamah Agung
melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan Pengadilan yang lain yaitu terhadap
penyelenggaraan peradilan dan tingkah laku serta perbuatan para hakim di semua lingkungan
badan peradilan dalam menjalankan kekuasaan kehakiman.
Fungsi laporan-laporan yang dibuat oleh Pengadilan Agama adalah Sebagai alat pantau
segala tingkah laku dan perbuatan hakim dan pejabat kepaniteraan oleh Mahkamah Agung
dan Pengadilan Tinggi Agama sebagai pengawal depan Mahkamah Agung, sebagai bahan
untuk meneliti kebenaran dari evaluasi yang dibutuhkan oleh PA dan PTA sebagaimana yang
ditentukan dalam Surat Keputusan Mahkamah Agung Nomor KMA/009/SK/II/1988, Sebagai
bahan dan dasar bagi Mahkamah Agung untuk mengevaluasi hasil pengawasan yang
dilakukan PTA dan sebagai bahan dan dasar bagi PTA untuk mengevaluasi hasil pengawasan
yang dilakukan oleh PA., Sebagai bahan untuk mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah
dicapai, sehingga didalam mengambil keputusan dalam rangka pembinaan lebih lanjut dapat
dilaksanakan sesuai rencana.
6
7
http://ariefhidayatfamily.blogspot.com/20-ajar-mata-kuliah-kepaniteraan.html
Dr. Mujahidin Ahmad, M.H. Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama,( Indonesia:
Bogor, 2012), hlm.76-78
Pola Bindalmin adalah suatu pola pembinaan bidang administrasi yang dikembangkan
didalam lingkungan peradilan (pola pembinaan dan pengadilan administrasi perkara)
meliputi penerimaan/pendaftaaran, administrasi biaya perkara, registrasi, laporan,
persiapan persidangan, pelaksaan persidangan, pengarsipan. Buku ll Edisi 2009, hlm.1-
54
8
9