Anda di halaman 1dari 31

Cover

1
ABSTRAK

Pembangunan ekonomi merupakan prasyarat mutlak bagi negara-


negara industri baru, termasuk Indonesia, untuk memperkecil jarak
ketertinggalannya di bidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dari
negara-negara industri maju. Upaya pembangunan ekonomi di negara-negara
tersebut, yang umumnya diprakarsai pemerintah, agak terkendala akibat
kurang tersedianya sumber-sumber daya ekonomi yang produktif, terutama
sumber daya modal yang seringkali berperan sebagai katalisator
pembangunan. Untuk mencukupi kekurangan sumberdaya modal ini, maka
pemerintah negara yang bersangkutan berusaha untuk mendatangkan
sumber daya modal dari luar negeri melalui berbagai jenis pinjaman.
Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu negara-
negara industri baru, khususnya pemerintah Indonesia dalam upaya
menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, akibat
pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup
besar. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai
dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Tetapi dalam jangka
panjang, ternyata utang luar negeri pemerintah tersebut dapat menimbulkan
berbagai persoalan ekonomi di Indonesia.
Pada masa krisis ekonomi, utang luar negeri Indonesia, telah meningkat
drastis dalam hitungan rupiah. Sehingga, menyebabkan pemerintah
Indonesia harus menambah utang luar negeri yang baru untuk membayar
utang luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo. Akumulasi utang luar
negeri dan bunganya tersebut akan dibayar melalui APBN RI dengan cara
mencicilnya pada tiap tahun anggaran. Hal ini menyebabkan berkurangnya
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat pada masa mendatang, sehingga jelas
akan membebani masyarakat, khususnya para wajib pajak di Indonesia.

2
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah berjudul “Utang Luar Negeri” dapat kami
selesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada anggota kelompok yang telah membantu dalam menyelasaikan
tugas makalah ini.
Makalah ini telah disesuaikan dengan tujuan yang ingin kami capai
dalam penulisannya, serta berharap juga agar tepat sasaran dengan yang
dimaksudkan oleh dosen kami. Makalah ini juga disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia yang diampu oleh ----
Kami menyadari bahwa dalam makalah yang kami buat masih jauh dari
kata sempurna. Maka dari itu, kami akan menerima semua kritik, saran, dan
masukan dalam bentuk apapun supaya nantinya kami bisa memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang kami buat.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi pembaca maupun pendengar. Kami juga mengharapkan
nantinya makalah ini setidaknya bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang
membutuhkan.

Tasikmalaya, 30 Mei 2022

Tim Penulis

3
DAFTAR ISI

4
BAB II
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan ekonomi suatu negara harus didukung oleh
ketersediaan sumberdaya ekonomi, baik sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, dan sumberdaya modal. Keterbatasan
sumberdaya ekonomi negara, khususnya sumberdaya modal
mengharuskan pemerintah mendatangkan sumberdaya ekonomi dari
negara-negara lain untuk dapat memberikan dukungan yang cukup
bagi pelaksanaan program pembangunan ekonomi nasionalnya.
Maka dari itu, utang luar negeri sangatlah penting bagi negara-
negara berkembang seperti Indonesia yang sedang melakukan
pembangunan di segala bidang terhambat pada faktor pendanaan.
Untuk mempercepat gerak pemerintah dalam melaksanakan
pembangunan nasional, maka sumber pendanaan yang digunakan oleh
Indonesia adalah salah satu sumbernya dari utang.
Penggunaan utang sebagai salah satu sumber pendanaan dalam
mempercepat pembangunan nasional digunakan karena sumber
pendanaan dari tabungan dalam negeri jumlahnya sangat terbatas,
sehingga sebagai sumber pendanaan, utang khususnya utang dari luar
negeri sangat dibutuhkan untuk memecahkan masalah pembiayaan
dalam pembangunan. Sumber pendanaan yang berasal dari utang
menjadi salah satu alternatif biaya pembanguna bagi negara-negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Namun, diterimanya peminjaman luar negeri tersebut dapat
menimbulkan berbagai masalah dalam jangka panjang, baik ekonomi
maupun politik, bahkan pada beberapa negara yang sedang
berkembang menjadi beban seolah-olah tak terlepaskan, yang justru
menyebabkan berkurangnya tingkat kesejahteraan rakyatnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu utang luar negeri?
2. Mengapa suatu negara harus berhutang?
3. Apa dampak utang luar negeri terhadap perekonomian negara?

5
4. Berapa utang luar negeri Indonesia dan mengapa utang
tersebut tinggi?
5. Untuk apa saja dana yang dipinjam oleh Indonesia?
6. Bagaimana cara pemerintah Indonesia membayar utang-utang
tersebut?

1.3 Tujuan
1. Untuk menambah wawasan tentang utang luar negeri.
2. Untuk mengetahui manfaat dari utang luar negeri.
3. Untuk mengetahui utang luar negeri yang dimiliki Indonesia
saat ini.
4. Untuk menemukan masalah dan solusi dari tingginya utang
luar negeri yang dimiliki Indonesia.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Utang Luar Negeri


Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri adalah sebagian dari total
utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor luar negara tersebut.
Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan, atau
perorangan.

-> Mengapa

Utang

Dalam Negeri Luar Negeri

-> Sumber utang bisa dari dalam negeri maupun luar negeri, sementara
penerima utang bisa dari pemerintah, atau swasta ( perusahaan atau
perorangan ).
-> Sumber utang bisa disebut kreditur, sedangkan penerima utang disebut
debitur.

7
Definisi lain dari utang luar negeri adalah setiap penerimaan negara
baik dalam bentuk devisa atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun
dalam bentuk barang atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar
negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.

-> Devisa adalah sejumlah emas atau valuta asing yang bisa digunakan untuk
transaksi pembayaran dengan luar negeri yang diterima dan diakui luas oleh
dunia internasional.
-> Di Indonesia sendiri, valuta asing yang dapat dijadikan sebagai nilai devisa
adalah mata uang Dollar (Amerika), Yuan (Tiongkok), Euro (negara Eropa),
Yen (Jepang), dan Poundsterling (Inggris).

8
2.2 Jenis-Jenis Utang Luar Negeri
Berikut jenis-jenis utang luar negeri dari berbagai aspek yaitu
berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, sumber dana pinjaman, jangka
waktu peminjaman, status penerimaan pinjaman dan persyaratan pinjaman.

-> Berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, pinjaman dibagi atas :


a) Bantuan proyek, yaitu bantuan luar negeri yang digunakan untuk
keperluan proyek pembangunan dengan cara memasukkan barang
modal, barang dan jasa.
b) Bantuan teknik, yaitu pemberian bantuan tenaga-tenaga terampil
atau ahli.

9
c) Bantuan program, yaitu bantuan luar negeri yang dimaksudkan
untuk dana bagi tujuan-tujuan yang bersifat umum sehingga
penerimanya bebas memilih penggunaannya sesuai pilihan.

-> Berdasarkan sumber dana pinjaman, pinjaman dibagi atas :


a) Pinjaman dari lembaga internasional, yaitu merupakan pinjaman
yang berasal dari badan-badan internasional seperti World Bank Asia
dan Development Bank, yang pada dasarnya adalah pinjaman yang
berbunga ringan.
b) Pinjaman dari negara-negara anggota IGGI/IGI, hampir sama
seperti pinjaman dari lembaga internasional , hanya biasanya
pinjaman ini dari negara-negara bilateral anggota IGGI/IGI. Biasanya
berupa pinjaman lunak.
*IGGI (Inter Governmental Group on Indonesia) adalah organisasi
internasional yang dibentuk pada 1967 untuk mengkoordinasikan
bantuan dana bagi Indonesia.
* Berikut ini negara-negara dan lembaga keuangan yang menjadi
anggota IGGI :
 Australlia
 Belgia
 Jerman
 Italia
 Jepang
 Belanda
 Inggris
 Amerika Serikat
 Austria
 Kanada
 Selandia Baru
 Norwegia
 Swiss
 Bank Dunia
 IMF
 Bank Pembangunan Asia
 UNDP
 OECD

10
-> Berdasarkan jangka waktu peminjaman, pinjaman dibagi atas :
a) Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu
sampai dengan 5 tahun.
b) Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu 5
sampai dengan 15 tahun.
c) Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu
diatas 15 tahun.

-> Berdasarkan status penerimaan pinjaman, pinjaman dibagi atas :


a) Pinjaman pemerintah, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak
pemerintah.
b) Pinjaman swasta, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak swasta
(perusahaan atau perorangan).

-> Berdasarkan persyaratan pinjaman, pinjaman dibagi atas :


a) Pinjaman Lunak, yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga
multilateral maupun bilateral yang dananya berasal dari iuran
anggota (untuk multilateral) atau dari anggaran negara yang
bersangkutan (untuk bilateral) yang ditunjukan untuk meningkatkan
pembangunan.
* Pinjaman Multilateral adalah pinjaman yang berasal dari lembaga
keuangan internasional yang beranggotakan beberapa negara
termasuk Indonesia, yang memberikan pinjaman kepada pemerintah.
* Anggota Multilateral terdiri dari : China, Perancis, Rusia, Inggris,
Amerika Serikat, Belgia, Republik Dominika, Guinea Ekuatorial,
Jerman, Pantai Gading, Kuwait, Peru, Polandia, Afrika Selatan, dan
Indonesia.
* Pinjaman Bilateral adalah pinjaman luar negeri yang berasal dari
pemerintah suatu negara melalui suatu lembaga keuangan atau non-
keuangan yang ditunjuk oleh pemerintah negara yang bersangkutan
untuk melaksanakan pemberian pinjaman.
b) Pinjaman setengah lunak, yaitu pinjaman yang memiliki
persyaratan pinjaman yang sebagian lunak dan sebagian komersial.
Pinjaman komersial adalah pinjaman yang bersumber dari bank atau

11
lembaga keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar
internasional pada umumnya.
2.3 Mengapa Suatu Negara Harus Berutang?

Kemenkeu menyampaikan poin-poin penjelasan alasan mengapa suatu


negara harus memiliki utang. Berikut penjelasan dari kemenkeu:
1. Utang untuk menghindari opportunity loss
Salah satu alasan Indonesia perlu berutang adalah untuk menjaga
momentum dan menghindari opportunity loss.
“Adanya kebutuhan belanja yang tidak bisa ditunda, misalnya
penyediaan fasilitas kesehatan dan ketahanan pangan. Penundaan
pembiayaan justru akan mengakibatkan biaya/kerugian yang lebih besar di
masa mendatang,” jelas kemenkeu.

12
*Opportunity Loss adalah sebuah kondisi kerugian yang berasal dari
hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan di masa depan, karena
terabaikannya momen atau kejadian tertentu.

2. Utang untuk memberikan warisan aset


Alasan lain menurut kemenkeu adalah untuk memberikan legacy atau
warisan aset yang baik untuk generasi selanjutnya.
“Legacy yang baik muncul ketika utang digunakan untuk membiayai
hal-hal yang produktif dan memberikan manfaat bagi generasi mendatang,
misalnya belanja infrastruktur dan pendidikan,” Kemenkeu.
Pembiayaan kebutuhan belanja melalui utang merupakan investasi
yang dapat memenuhi keadilan antar generasi karena mewariskan aset bagi
generasi mendatang.

3. Utang untuk menjaga pertumbuhan ekonomi


Contoh pada tahun 2045 nanti Indonesia diproyeksikan menjadi salah
satu dari 7 negara dengan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di
dunia. Kemenkeu menjelaskan, hasil dari pembangunan infrastruktur
memang tidak dapat dirasakan dalam waktu singkat. Sebagai contoh
pembangunan jembatan yang membutuhkan 2-3 tahun, manfaat lain dari
jembatan ini dapat dinikmati setelah jembatan selesai dibangun.
Infrastruktur akan menggerakan ekonomi, menciptakan pemerataan
dan berujung pada pemberantaan kemiskinan. Contoh lain pembangunan
infrastruktur yang dibiayai dari utang pemerintah Indonesia adalah MRT
Jakarta, Waduk Jati Gede, an sejumlah proyek jalur kereta api.

4. Utang untuk mengembangkan pasar keuangan


Instrumen utang pemerintah yang diperdagangkan di pasar keuangan
digunakan sebagai acuan (benchmark) bagi industri keuangan. Penerbitan
instrumen utang Pemerintah merupakan alternatif investasi yang ditawarkan
kepada masyarakat.

*Benchmark atau tolok ukur adalah standar yang digunakan untuk mengukur
kinerja sekuritas, reksa dana, atau manajer investasi.

13
2.4 Dampak Utang Luar Negeri Terhadap Perekenomian Suatu Negara

Utang luar negeri adalah arus masuk modal dari luar ke dalam negeri
yang merupakan konsekuensi dari profil APBN yang mengalami defisit
dimana belanja/pengeluaran negara lebih besar dari penerimaan negara.
Kondisi defisit inilah yang mendorong negara berkembang melakukan
pembiayaan dengan pinjaman luar negeri.

14
Adanya utang luar negeri menimbulkan beberapa dampak bagi negara
peminjamnya. Dampak ini terbagi menjadi dua sisi, yaitu sisi positif dan sisi
negatif, contohnya di Indonesia.
 Dampak positif utang luar negeri
Dampak positif dari utang luar negeri yaitu terhadap pembangunan
ekonomi dan peningkatan tabungan domestik. Dalam jangka pendek, utang
luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup
defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, yang diakibatkan oleh
pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup
besar.
 Dampak negatif utang luar negeri
Sedangkan dampak negatif dari utang luar negeri adalah timbulnya
krisis ekonomi yang makin lama makin meluas dan mendalam. Pemerintah
akan terbebani dengan pembayaran utang tersebut sehingga hanya sedikit
dari APBN yang akan digunakan untuk pembangunan. Cicilan bunga yang
makin memberatkan perekonomian Indonesia karena utang luar negeri
Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Selain itu,
dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan menimbulkan
berbagai macam persoalan ekonomi negara Indonesia, salah satunya dapat
dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh (inflasi) dan yang pasti akan
mengakibatakan ketergantungan dari penerima bantuan (dalam negeri)
terhadap pemberi bantuan (luar negeri). Oleh karena itu, pemerintah
diharapkan untuk melakukan pembatasan jumlah utang luar negeri, dimana
dalam jangka panjang dapat memberikan dampak negatif terhadap
perkembangan ekonomi dalam negeri. Sehingga fenomena ini memberikan
gambaran pengaruh besarnya pertumbuhan ekonomi terhadap besarnya
pertumbuhan utang luar negeri Indonesia.
Ada sumber lain yang mengatakan bahwa dampak negatif dari utang
luar negeri sangatlah kompleks, yaitu sebagai berikut:
-> dalam sisi efektivitas, secara internal, utang luar negeri dapat
menghambat tumbuhnya kemandirian ekonomi negara. Serta pemicu
terjadinya kontraksi belanja sosial, merosotnya kesejahteraan rakyat, dan
melebarnya kesenjangan.
-> secara eksternal, utang luar negeri menjadi pemicu meningkatnya
ketergantungan negara pada modal asing, dan pada pembuatan utang luar
negeri secara berkesinambungan.
-> sisi kelembagaan, lembaga-lembaga keuangan multilateral diyakini
telah bekerja sebagai kepanjangan tangan negara-negara dunia pertama

15
pemegang utama saham mereka, untuk mengintervensi negara-negara
penerima pinjaman.
-> sisi ideolgi, utang luar negeri diyakini telah dipakai oleh negara-
negara pemberi pinjama, terutama Amerika, sebagai sarana untuk
menyebarluaskan kapitalisme neoliberal ke seluruh penjuru dunia.
-> sisi implikasi sosial dan politik, utang luar negeri sebagai sarana yang
sengaja dikembangkan oleh negara-negara pemberi pinjaman untuk
mengintervensi negara-negara penerima pinjaman.

2.5 Sejarah Hutang Luar Negeri Indonesia


Isu mengenai hutang pemerintah selalu menarik untuk dibicarakan.
Nilai utang pemerintah Indonesia memang selalu membengkak setiap
tahunnya. Kementrian keuangan mencatat, nilai utang pemerintah pada mei
2021 mencapai Rp6.418,5 trilliun. Angka ini sudah jauh menanjak dibanding
nilai utang pada 2019, Rp4.778 trilliun.

16
Salah satu jeni utang pemerintah, yang bersumber dari luar negeri,
menjadi jenis utang yang paling sering dibahas. Sumbernya bisa dari negara
atau lembaga keuangan dunia seperti dana moneter internasional (IMF) atau
Asian Development Bank (ADB).
Lantas bagaimana sejarah panjang utang Indonesia?

1. Sejak merdeka, Indonesia sudah menanggung utang


Hal ini diungkapkan oleh menteri keuangan Sri Mulyani. Selepas
pengakuan kemerdekaan pada konferensi meja bundar (KMB) pada 1949,
pemerintah yang baru terbentuk sudah menanggung utang warisan kolonial
belanda. Saat itu, nilai utang sebesar 1,13 milliar US Dollar sebagai nilai
kerusakan perang serta investasi yang dibekukan oleh belanda di Indonesia.
Angka tersebut tentu berat bagi Indonesia yang Pproduk Domestik Bruto
(PDB) saat itu masih kecil. Pemerintah Indonesia dibawah presiden Soekarno
saat itu otomatis menanggung beban keuangan yang tidak sederhana. Biaya
operasional pemerintah tidak sedikit. Pemerintah juga belum bisa
menerbitkan surat utang negara (SUN). sebagai solusi Bank Indonesia (BI)
diminta mencetak uang dalam jumlah besar. Tentu saja efeknya langsung
terasa : Hiperinflasi.

*Hiperinflasi adalah suatu kondisi dimana kenaikan harga terjadi secara


cepat dan tidak terkendali disebuah perekonomian dalam jangka waktu
tertentu. Kondisi dapat dikatakan hiperinflasi apabila, tingkat inflasi lebih
dari 50% atau bahkan mencapai 100% dalam kurun waktu sebulan.

2. Balance Budget mulai diterpkan di Orde Baru

17
Dibawah pemerintah presiden Soeharto, mekanisme pengangguran
dengan balance budget mulai dijalankan. Meskipun saat itu belum ada
undang-undang (UU) yang mengatur neraca keuangan pemerintah.
Pembangunan saat itu mulai dibiayai dengan kerjasama multilateral atau
bilateral. Saat orde baru mulai diterapkan disiplin pembiayaan utang
multilateral atau bilateral untuk pembangunan. Pemerintah juga mulai ketat
menentukan porsi utang yang bisa diambil setiap tahun anggaran. Pada masa
orde baru, rasio utang sempat mencapai 57,7% terhadap keseluruhan PDB
pada 1998 lalu misalnya, saat terjadinya krisis moneter, utang pemerintah
berada di angka Rp551,4 Trilliun. Sementara nilai PDB keseluruhan sebesar
Rp955,6 Trilliun.

*Balance budget atau anggaran berimbang adalah suatu keadaan dimana


pengeluaran sama dengan penerimaan.

3. Rasio utang melambung di era Habibie


Ambruknya ekonomi pada 1997 sampai 1998 membuat pemerintah
presiden BJ Habibie harus menarik utang dalam jumlah besar. Hal itu
dilakukan karena situasi ekonomi, sosial, dan politik dalam negeri yang jauh
dari stabil. Utang di masa pemerintah Habibie mencapai Rp938,8 Trilliun.
Padahal PDB nasional saat itu sebesar Rp1.099 Trilliun. Artinya, rasio utang
saat itu mencapai 85,4%. Andai saja undang-undang no 17 tahun 2003
tentang keuangan negara saat itu sudah berlaku, maka rasio utang di era
Habibie menyalahi batas rasio utang terhadap PDB, yakni maksimal 60%.

4. Rasio utang mulai membaik

18
Di era kepemimpinan presiden Abdulrrachman Wahid atau Gusdur,
rasio utang sedikit membaik ke level 77,2%. Nilai utang pemerintah saat itu,
sebesar Rp1.271 Trillun, sementara besar PDB nya sebesar Rp1.491 Trillun.
Berlanjut, dibawah kepemimpinan presiden Megawati Soekarno Putri,
perekonomian Indonesia mulai pulih dari krisis. Rasio utang juga mulai
menururn. Nilai utang saat itu sebesar Rp1.298 Trilliun, sementara PDB
sebesar Rp2.303 Trillun. Artinya rasio utang mencapai 56,5% dari PDB.
kemudian di era kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),
2004 – 2014, nilai utang Indonesia mencapai Rp2.608 Trilliun kabar baiknya,
PDB Indonesia juga terus tumbuh menjadi Rp10.542 Trilliun. Artinya, rasio
utang di era SBY sebesar 24,7% terhadap PDB.

*Rasio utang adalah rasio solvabilitas yang mengukur total kewajiban


perusahaan sebagai persentase dari total asetnya.
*Rasio solvabilitas adalah rasio keuangan yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban baik utang jangka pendek
ataupun utang jangka panjangnya. Solvabilitas menunjukan kemampuan
sebuah perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan
menggunakan seluruh aset yang dimilikinya.

19
*Rumus menghitung Rasio utang : Rasio utang = total utang / total aset.

5. Rasio utang di tahun 2021


Bedasarkan rilis kementrian keuangan, rasio utang pemerintah hingga
juni 2021 mencapai Rp6.418 Trilliun. Rasio utang pemerintah saat itu
mencapai 40,49% terhadap PDB. Porsi utang pemerintah di dominasi oleh
surat berharga negara (SBN) sebesar 86,94% dari pinjaman sebesar 13,06%.
Jika di bedah lebih rinci, SBN tercatat sebesar Rp5.580,02 Trilliun yang
terdiri dari SBN Domestik Rp4.353,56 Trilliun dan valas Rp1.226,45 Trilliun.
Sementara utang dari pinjaman sebesar Rp838,13 Trilliun. Rinciannya,
pinjaman dalam negeri Rp12,32 Trilliun dan pinjaman luar negeri Rp823,81
Trilliun.

*Surat utang negara atau surat berharga negara adalah surat berharga yang
berupa surat pengakuan utang yang dijamin pembayaran bunga dan
pokoknya oleh negara RI sesuai masa berlakunya. SUN digunakan oleh
pemerintah untuk membiayai defisit APBN serta menutup kekurangan kas
jangka pendek dalam satu tahun anggaran.

2.6 Untuk apa saja dana yang dipinjam Indonesia


Utang pemerintah tercatat meningkat sebesar Rp6.713,24 trilliun
hingga per akhir november 2021 atau sekitar 39,98% dari Produk Domestik
Bruto (PDB). Total utang tersebut naik signifikan dibandingkan posisi
oktober 2021 yakni Rp6.687,28 trilliun. Artinya, dalam sebulan, utang negara
sudah bertambah sebesar Rp25,96 trilliun.

20
Lantas untuk apa saja utang tersebut?

Pembangunan Infrastruktur
Mengutip laman kementrian keuangan (Kemenkeu) mengenai
‘menjawab utang’ dijelaskan, keadaan sekarang ini pemerintah tidak adapat
menunda kebutuhan-kebutuhan yang mendesak seperti infrastruktur dan
pembangunan lainnya. Sebab jika ditunda maka di masa depan seiring
dengan kenaikan harga maka, biaya untuk kebutuhan-kebutuhan tersebut
akan semakin tinggi. Di satu sisi, pemerintah tetap harus membayar biaya-
biaya kebutuhan tersebut walau pendapaan terbatas.
Utang menjadi alat untuk membayar kekurangan biaya-biaya tersebut.
Jika nanti infrasturktur telah memadai dan dan Sumber Daya Manusia (SDM)
telah kompeten maka masyarakat Indonesia dapat bersaing dengan negara
Tetangga bahkan dunia.
Dalam penjelasan Kemenkeu, berutang adalah pilihan kebijakan yang
rasional untuk menyelesaikan pembangunan yang tidak bisa ditunda. Utang
adalah alat (tool) untuk mengakselerasi atau mempercepat pembangunan
dan mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Pemerintah berutang bukan sekedar buat menutup biaya operasional
seperti layaknya utang untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari. Utang
tersebut berguna agar Indonesia punya sumber daya lebih banyak untuk
pembangunan Indonesia. Karena jika infrastruktur sudah bagus, transportasi
akan lebih mudah. Jika transportasi mudah, biaya kirim brang jadi makin
murah. Semakin murah biaya kirim barang, akan semakin murah harga jual
barang. Dampaknya maka akan kembali lagi kepada masyarakat.

21
Semakin lama, biaya pembangunan infrastruktur maka akan semakin
mahal harga jual suatu barang. Maka dari itu, pembangunan infrastruktur
harus diusahakan secepatnya sebelum harga semakin naik.
*Infrastruktur adalah wujud modal publik yang terdiri dari jembatan, jalan
umum, dan lainnya, sebagai investasi yang dilakukan oleh pemerintah
(Gregory Mankiw, 2003).

Persiapan Bonus Demografi 2025


Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), populasi penduduk Indonesia saat
ini didominasi kelompok umur produktif yakni antara 15-34 tahun. Kondisi
ini menunjukan bahwa Indonesia sedang memasuki era bonus demografi, di
mana kelebihan penduduk usia produktif bisa dimanfaatkan untuk
peningkatan pembangunan.
Diperkirakan, era bonus demografi ini akan mencapai puncaknya pada
periode 2025-2030. Utang pemerintah saat ini juga ditunjukkan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan kesehatan, untuk menjamin bonus
demografi tadi benar-benar menjadi generasi penduduk yang berkualitas,
cerdas dan sehat sehingga berguna bagi pembangunan Indonesia.
Tingkat kemiskinan di Indonesia saat ini juga masih tinggi. Selain itu
ada masalah tingkat kesenjangan yang masih tinggi yang perlu diselesaikan,
dengan menaikkan taraf ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah (bukan
dengan menurunkan taraf ekonomi masyarakat menengah ke atas), makanya
perlu program perlindungan sosial masyarakat antara lain melalui
peluncuran Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS),
Program Keluarga Harapan (PKH), Subsidi Pupuk, tunjangan BPJS dan lain-
lain.
Pada akhirnya pemerintah berutang untuk hal produktif yang bisa
dinikmati sekarang dan masa mendatang. Karena jika ditunda bisa
mengakibatkan kerugian finansial yang lebih besar. Misalnya ketinggalan
waktu dan momentum (Opportunity Loss) dan kenaikan harga inflasi. Oleh
karena itu, kita perlu belanja ekspansif untuk belanja produktif, maka
pembuatan anggaran pemerintah menerapkan kebijakan defisit.

22
*Bonus Demografi adalah sebuah fenomena saat penduduk usia produktif
jumlahnya sangat banyak.

2.7 Negara-negara pemberi utang kepada Indonesia

23
Indonesia hingga bulan april 2021 telah mencapai 418M dolar AS atau
setara dengan Rp 5.977,4 triliun (kurs Rp 14.300 per dolar AS). Hutang luar
negeri tersebut atas utang luar negeri swasta sebesar 209 miliar AS atau
Rp.2.988,7 trilliun dan utang luar negeri pemerintah sebesar 206 miliar
dollar AS atau Rp.2.945,8 trilliun. Angka tersebut meningkat 4,8 persen
dibandingkan periode yang sama ditahun sebelumnya atau year on year.
Utang luar negeri ini berasal dari berbagai sumber, yakni ada utang dari
negara lain dan ada utang dari lembaga keuangan dunia seperti Asean
development Bank (ADB) dan dana moneter internasional ( IMF) total utang
yang berasal dari pinjaman negara lain adalah 216,67 milliar dolar AS,
sedangkan utang dari lembaga internasional hingga april 2021 sebesar 36,11
milliar dollar AS.
Berdasarkan statistik utang luar negeri Indonesia edisi juni 2021 yang
diliris oleh Bank Indonesia (BI) dan kementrian keuangan (kemenke),
terdapat 21 negara yang saat ini memberikan pinjaman untuk Indonesia.
Singapura menjadi negara pemberi utang terbesar untuk Indonesia, yakni
senilai 68,02 milliar dolar AS. Setelah Singapura, Ada AS memberikan
pinjaman sebesar 30,82 milliar dollar AS untuk Indonesia.
Berikut adalah daftar 10 negara pemberi utang tertinggi untuk
Indonesia:
1. Singapura : 68,02 milliar dollar AS
2. Amerika Serikat : 30,82 milliar dollar AS
3. Jepang : 28,15 milliar dollar AS
4. China : 21,4 milliar dollar AS
5. Hongkong : 13,24 milliar dollar AS
6. Negara Asia lainnya : 10,39 milliar dollar AS
7. Korea Selatan : 6,48 milliar dollar AS
8. Negara- Negara Sindikasi : 5,855 milliar dollaar AS
9. Belanda : 5,74 milliar dollar AS
10. Jerman : 5,57 milliar dollar AS
Mengenai persoalan ini, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Agung
Firman Sampurna mengatakan bahwa utang pemerintah meningkat akibat
pandemi covid -19. Pertumbuhan utang dan biaya yang ditanggung
pemerintah pun sudah melampui pertumbuhan PDB nasional memunculkan
ke khawatiran terhadap penurunan kemampuan pemerintah dalam

24
membayar utang dan bunga utang. Pada tahun 2020, rasio pembayaran
bunga utang terhadap penerimaan negara mencapai 19,06 persen.
Disisi lain, IMF merekomendasikan pembayaran bunga utang terhadap
penerimaan negara sebesar 7-10 persen dan standar internasional debte
relief (IDR) sebesar 4,6-6,8 persen. Diperiode tahun 2020, rasio utang
terhadap penerimaan negara menyentuh angka 369 persen. Sementara itu,
IMF hanya merekomendasikan 90-150 persen dan standar IDR 92-167
persen. Kemudian,rasio pembayaran utang dan bunga ULN terhadap
penerimaan transaksi berjalan pemerintah di tahun 2020 mencatat angka
46,77 persen. Angka ini juga sudah melampaui rekomendasi IMF sebesar 25-
35 persen, namun masih dalam kisaran standar IDR,yakni 28-63 persen.

2.8 Usaha Pemerintah Indonesia Melunasi Utang Luar Negeri

25
Pemerintah sendiri terbagi menjadi dua yaitu kebijakan pemerintah
dalam ekonomi makro dan dalam ekonomi mikro. Ekonomi makro
menganalisis masalah tentang keseluruhan kegiatan perekonomian
sedangkan ekonomi mikro menganalisis mengenai bagian–bagian kecil dari
keseluruhan kegiatan perekonomian.

1) Permasalahan Ekonomi Makro


a) Masalah Kemiskinan dan Pemerataan
Dari segi distribusi pendapatan nasional, penduduk Indonesia
berada dalam kemiskinan. Sebagian besar kekayaan banyak dimiliki
kelompok yang berpenghasilan besar atau kelompok kaya Indonesia.
Upaya pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan ini melalui
berbagai cara, misalnya program IDT (Inpres Desa Tertinggal), KUK
(Kredit Usaha Kecil), KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen) PKT
(Program Kawasan Terpadu), GN-OTA dan program wajib belajar.

b) Krisis Nilai Tukar


Nilai tukar rupiah yang semula dikaitkan dengan dolar AS secara
tetap mulai mengalami keguncangan pada perekonomian yang juga
sangat tergantung pada pinjaman luar negeri sektor swasta.
Pemerintah menghadapi krisis nilai tukar ini dengan melakukan
intervensi di pasar untuk menyelamatkan cadangan devisa yang
semakin menyusut. Pemerintah menerapkan kebijakan nilai tukar yang
mengambang bebas sebagai pengganti kebijakan nilai tukar yang
mengambang terkendali.

c) Masalah Utang Luar Negeri


Depresiasi penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing terutama dolar AS yang relatif tetap dari tahun ke tahun
menyebabkan sebagian besar utang luar negeri tidak dilindungi
dengan fasilitas lindung nilai, sehingga pada saat krisis nilai tukar
terjadi dalam sekejap, nilai utang tersebut membengkak. Untuk
mengatasi ini, pemerintah melakukan penjadwalan ulang utang luar
negeri dengan pihak peminjam. Pemerintah juga menggandeng
lembaga-lembaga keuangan Internasional untuk membantu
menyelesaikan masalah ini.

26
d) Masalah Perbankan dan Kredit Macet
Banyak usaha yang macet karena meningkatnya beban utang
mengakibatkan semakin banyaknya kredit yang macet sehingga
beberapa bank mengalami kesulitan likuiditas. Kesulitan likuiditas
makin parah ketika sebagian masyarakat kehilangan kepercayaannya
terhadap sejumlah bank sehingga terjadi penarikan dana oleh
masyarakat secara besar-besaran.
Oleh karena itu pemerintah memutuskan untuk menyelamatkan
bank-bank yang mengalami masalah likuiditas tersebut dengan
memberikan bantuan likuiditas. Namun untuk mengendalikan laju
inflasi, bank sentral harus menarik kembali uang tersebut melalui
operasi pasar terbuka. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan suku
bunga SBI.

*Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi


kewajiban jangka pendek yang dimilikinya pada saat jatuh tempo.

e) Masalah Inflasi
Masalah inflasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas kaitannya
dengan masalah krisis nilai tukar rupiah dan krisis perbankan yang
selama ini terjadi.
Cara mengatasi inflasi dibedakan menjadi dua bentuk yaitu :

1. Kebijakan Moneter
Yaitu segala kebijakan pemerintah di bidang moneter
(keuangan) yang dilakukan melalui Bank Indonesia (bank sentral)
dengan cara mengatur jumlah uang yang beredar. Melalui kebijakan
moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar dalam upaya mempertahankan
kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus mengendalikan inflasi.

2. Kebijakan Fiskal
Yaitu kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk
mengolah / mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik
atau diinginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah.

f) Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran


Berkurangnya daya serap lapangan kerja berarti meningkatnya
penduduk miskin dan tingkat pengangguran. Untuk menekan angka
pengangguran dan kemiskinan, pemerintah melakukan pelatihan bagi

27
tenaga kerja sehingga tenaga kerja memiliki keahlian sesuai dengan
lapangan kerja yang tersedia, pembukaan investasi baru, terutama yang
bersifat padat karya, pemberian informasi yang cepat mengenai
lapangan kerja.

2) Permasalahan Ekonomi Mikro


a) Masalah harga dasar dan harga tinggi
Pengaruh dari krisis ekonomi yang melanda saat ini adalah
melambungnya harga berbagai jenis barang yang di butuhkan oleh
produsen dan konsumen. Salah satu campur tangan pemerintah dalam
permasalahan ini ialah kebijakam pemerintah mengenai harga dasar
dan harga tertinggi. Tujuan penentuan harga dasar adalah untuk
membantu produsen, sedangkan harga tertinggi adalah untuk
membantu konsumen.
b) Meningkatnya permintaan beras
Gagal panen akan menyebabkan berkurangnya penawaran beras,
sehingga harga beras akan naik. Tingginya harga beras akan menambah
beban hidup masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap.
Untuk mengatasi pasokan beras ini, pemerintah melakukan program
impor beras melalui tender terhadap beberapa perusahaan swasta
nasional dan asing.
c) Kenaikan BBM
Sehubungan dengan naiknya harga BBM, para pengusaha
angkutan umum mengalami penurunan pendapatan dan mengurangi
laa bagi pengusaha dan para sopir. Untuk menyesuaikan kenaikan
harga BBM tersebut, beberapa pengusaha angkutan umum menaikkan
tarifnya secara sepihak. Tindakan ini tentu saja akan memberatkan
para konsumen pengguna jasa angkutan. Untuk mengatasi masalah
tersebut, pemerintah bersama para asosiasi pengusaha angkutan
melakukan penyesuaian tarif angkutan umum dengan menetapkan tarif
resmi bagi para pengusaha bus kota, angkutan kota, dan taksi. Besarnya
tarif ini tentu tidak memberatkan konsumen atau juga tidak merugikan
pengusaha angkutan umum.
d) Masalah monopoli
Praktik monopoli akan mengakibatkan penguasaan pasar
terhadap barang atau jasa tertentu yang dihasilkan oleh satu
perusahaan. Perusahaan yang melakukan praktik monopoli seringkali

28
mempermainkan dan menetapkan harga tanpa mempertimbangkan
kelompok masyarakat yang memiliki usaha sejenis. Hal seperti ini akan
menghancurkan para pesaing. Untuk menghindari kegiatan praktik
monopoli, pemerintah membuat peraturan yang mengatur tentang
kegiatan usaha agar menumbuhkan iklim usaha yang sehat bagi
masyarakat, yaitu UU No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
e) Masalah distribusi
Jalur distribusi barang dan jasa yang panjang akan mengakibatkan
tingkat harga barang menjadi tinggi dan mahal ketika sampai ke tangan
konsumen. Untuk itu, beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah
atau swasta untuk memperpendek jalur distribusi sehingga harga
barang ketika ke tangan konsumen tidak mahal.

2.9 Solusi Pemecahan Utang Luar Negeri Indonesia


1. Debt Swap
Solusi yang paling sederhana mengatasi utang luar negeri adalah
dengan mengoptimalkan restrukturisasi utang.
*Debt swap adalah pembayaran utang dengan cara menukar.
*Restrukturisasi kredit atau utang adalah keringanan pembayaran
cicilan pinjaman. Resrtrukturisasi bukan penghapusan utang, tapi
memberikan keringanan untuk membayar cicilan utang.

2. Diplomasi Ekonomi
Diplomasi ekonomi juga penting dilembagakan dengan sasaran
untuk memperoleh keringanan dan penghapusan sebagian utang
sehingga proses pengurasan sumber daya dapat dihambat.
*Diplomasi ekonomi adalah pengelolaan hubungan luar negeri dalam
bidang ekonomi yang mencakup kegiatan ekspor dan impor, pinjaman
dan bantuan luar negeri, perdagangan internasional dan investasi.

3. Potensi Internal Pemerintah Sendiri


Dengan menjaga kinerja makro-ekonomi dalam posisi yang stabil
dan menstop utang luar negeri yang baru.

29
4. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah harus mempunyai kemauan dan itikad baik untuk
mengakhiri semua hasrat berutangnya, dan menolak secara tegas
pengaruh dan tekanan dari negara lain yang ingin menjerat negara ini
dengan utang yang besar.
*Itikad baik adalah sebuah asas hukum dalam hukum perdata dan
hukum nternasional yang terkait dengan kejujuran, niat baik, dan
ketulusan hati.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

30
DAFTAR PUSTAKA

Faisal Basri. 2009. Catatan satu dekade krisis: transformasi, masalah


struktural, dan harapan ekonomi Indonesia.
https://eprints.ums.ac.id
https://jdih.bpk.go.id
https://jdih.kemenkeu.go.id
https://m.merdeka.com
https://media.neliti.com
https://money.kompas.com
https://repository.unikom.ac.id
https://cncbcindinesia.com
https://www.djppr.kemekeu.go.id
https://www.kemenkeu.go.id
https://www.ojk.go.id

31

Anda mungkin juga menyukai