Anda di halaman 1dari 7

Implementasi Diskresi dalam Penyelenggaraan Pemerintah.

Diskresi : Diskresi merupakan tindakan di luar peraturan perundang-undangan yang


dilakukan oleh unsur pemerintahan.

Sinonim: freis ermensen

Dibagi 2:diskresi bebas  yaitu jika batasnya tidak ditentukan di undang-undang

Diskresi terikat  yaitu jika diberikan opsional oleh undang-undang

Diskresi menunjang semangat hukum progresif, mencegah kekosongan hukum, dan


untuk menegakan kepastian hukum melalui keputusan yang dapat menimbang berbagai
aspirasi.

Syarat diskresi: meliputi iktikad baik, menerapkan asas ketidakberpihakan, tidak


menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau golongan tertentu, dan harus
menerapkan asas kepentingan umum

Penyalahgunaan wewenang

Judul: Potensi diskresi sebagai saranan penyalahgunaan wewenang pejabat


pemerintah

PENDAHULUAN: PENGATAR KE DISKRESI

 Salah satu unsur yang harus ada dari berdirinya negara adalah adanya rakyat
yang bersedia tinggal dan bersedia secara sukarela tunduk dibawah
pemerintahan resmi negara tersebut. Unsur rakyat sudah mutlak diakui di
kancah internasional sejak 1933 melalui konvensi montevido. Maka sejak itu
priotitas kesejakteraan rakyat telah menjadi tujuan utama dari berbagai negara.
bentuk Negara modern yang mendukung tujuan tersebut adalah welfare state.
Welfare state terbentuk dengan tujuan secara aktif menfasilitasi kesejahterahan
rakyatnya. Begitu pula dengan Indonesia. Secara konstitusi sendiri, Indonesia
sudah mengadopsi konsep dari welfare state. Hal ini dapat dilihat tujuan negara
kita state dalam UUD 1945 alinea ke-4 yang berbunyi Memuat tujuan indonesia
yaitu; Melindungi segenap bangsa indoenesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
 Selanjutnya untuk mewujudkan tujuan tersebut, berbagai kekuatan dan instansi
yang ada dalam pemerintahan harus pula menunjang dari jalan untuk mencapai
tujuan tersebut. Salah satu faktor pentingnya yaitu pelaksanaan administrasi
pemerintahan. Pelaksanaan administrasi pemerintah bisa dikatakan sebagai
roda utama yang menggerakan suatu negara. Adapun administrasi
pemerintahan yang dmaksud adalah yang membawa paradigma baru, dalam
paradigma administrasi yang lama atau old public administration hanya
mengfokuskan pada pencapaian nilai ekonomi ,efisiensi, dan efektivitas dan
kurang mengarah pada nilai social equity. Sedangkan paradigma administrasi
yang baru atau New Public Management berfokus pada pengembangan sistem
desentralisasi dan organisasi demokratis yang responsif dan partisipatif, serta
dapat memberikan pelayanan publik secara merata. Selain itu, paradigma ini
mempunyai komitmen untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Maka dari itu paradigma lama dalam pelayanan public tidak diterapkan.
 Melalui paradigma baru, pemerintah memberikan kebebasan kepada pejabat
publik untuk menciptakan keputusan yang tidak sekedar sesuai denga hukum
tertulis, namun juga dapat bersifat progresif terhadap kepentingan masyarakat.
Kewenangan ini dikenal dengan istilah diskresi.Diskresi adalah kewenangan
khusus yang diberikan kepada pejabat pemerintah dengan tujuan utama agar
mereka dapat bertindak atas inisiatif sendiri untuk membuat keputusan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Istilah lain dari diskresi seperti freies
ermesen/ discreationary power. Dengan adanya kewenangan ini maka
keputusan yang dapat dibuat nantinya diharapkan dapat bersifat progresif
mengikuti kebutuhan dan rasa keadlian di masyarakat. Namun kewenangan ini
dalam beberapa kasus sering disalahgunakan. Alih-alih kebebasan mengambil
keputusan dilakukan untuk mengambil kebijakan yang tidak kaku dan sesuai
kebutuhan masyarakat, banyak pejabat yang malah menyalahgunakan untuk
kepentingan lain baik pribadi maupun untuk kelompok tertentu, yang jelas
menyalahi semangat dari welfare state sendiri.

ISI: DISKRESI SEBAGAI PELUANG PENYALAHGUNAAN WEWENANG

 Diskresi di awal munculnya di belanda, ada ketakutan dari masyarakat akan


penyalahgunaannya. Namun selanjutnya pemerintah belanda saat itu segera
memberikan Batasan yang tegas bagi pelaksanaan diskresi.Penyalahgunaan
kekuasaan dalam hukum administrasi berdasarkan kasus hukum di Perancis,
menurut Jean Rivero dan Waline, dapat dipahami sebagai dalam tiga bentuk,
yaitu:
a. penyalahgunaan kekuasaan untuk melakukan tindakan
bertentangan dengan kepentingan umum atau kepentingan pribadi,
golongan atau golongan; Pada tahun SM.
b. penyalahgunaan di mana tindakan pejabat itu benar
dimaksudkan untuk melayani kepentingan umum tetapi menyimpang dari
tujuan yang kekuasaannya diberikan oleh undang-undang atau peraturan
lain; Pada tahun SM.
c. penyalahgunaan wewenang dalam arti menyalahgunakan prosedur yang
seharusnya digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi
menggunakan prosedur lain untuk mencapainya.
Di Indonesia sendiri pengaturan mengenai lingkup dan Batasan diskresi sudah
terncantum pada Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik(AUPB) dan UU
Administrasi Pemerintahan yang selanjutnya akan penulis jabarkan. Jadi pada
dasarnya tidak akan terjadi penyalahgunaan wewenang jika para pejabat
berwenang berpatok pada pada AUPB dan UU Administrasi Pemerintahan, yang
telah memberi pengertian, batasan, serta prosedur penggunaan diskresi atau
dengan kata lain telah menjadi payung hukum bagi pejabat pemerintahaan
untuk menggunakan diskresi.
 (Pembatasan Diskresi)
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, pembatasan dan lingkup dari diskresi
di Indonesia sudah ada pengaturannya. Pengaturannya yang pertama adalah
Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara yang tercantum pada Pasal 3
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (UU Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN). Asas tersebut antara lain:
a. asas kepastian hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundangundangan,
kepatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakanpenyelenggaraan negara;
b. asas tertib penyelenggara negara yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian, keseimbangan dalam pengabdian penyelenggara negara.
c. asas proporsionalitas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban penyelenggara negara;
d. asas profesionalitas yang mengutamakan keahlian berlandaskan
keahlian,kode etik, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
e. asas akuntabilitas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku;
f. asas keterbukaan yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas
hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
g. asas kepentingan umum yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan
cara aspiratif, akomodatif, dan kolektif.

Selanjutnya untuk batas serta lingkup dari diskresi diatur Dalam uu administrasi
Pemerintahan pasal 23 yang diantaranya:

1. berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang


memberikan suatu pilihan Keputusan dan /atau Tindakan;
2. karena peraturan perundang-undangan tidak memberikan aturan;
3. karena peraturan perundang-undangan tidak lengkap atau tidak jelas;
dan
4. karena adanya stagnasi pemerintahan guna kepentingan yang lebih luas
a. Pasal 24 UU Administrasi Pemerintahan juga mensyaratkan agar diskresi:
1. sesuai dengan tujuan diskresi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (2);
2. tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. sesuai dengan Asas asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB);
4. berdasarkan alasan-alasan yang objektif;
5. tidak menimbulkan konflik kepentingan; dan
6. dilakukan dengan iktikad baik.
 (Dampak
Dampak dari penyalahgunaan diskresi dapat dibagi 2. Yang pertama ada
dampak bagi pemerintah. beberapa dampak yang dirasakan dalam
pemerintahan ketika terjadi penyalahgunaan wewenang dalam hal ini
diskresi antara lain:
a. Akan menimbulkan cacat prosedur hukum dalam proses ataupun
menjalankan keputusan itu;
b. Jika dibiarkan terjadi secara terusmenerus, penyalahgunaan diskresi
akan memperkuat praktek Korupsi,Kolusi, Nepotisme (KKN).
c. Menimbulkan korban bagi keputusan yang mementingkan satu pihak
saja; dan
d. Menimbulkan kerugian negara ketika penyalahgunaan kewenangan itu
berujung tindak pidana, dalam hal ini korupsi.
Selanjutnya ada Dampak bagi masyarakat. Dampak yang dirasakan
masyarakat ketika terjadi penyalahgunaan wewenang dalam hal diskresi
oleh pejabat publik adalah:
a. Dengan melihat kasus yang sudah pernah terjadi, banyak masyarakat
yang kurang mampu tidak mendapatkan bantuan seperti yang
seharusnya ketika terjadi bencana alam;
b. Kebingungan akan terjadi di masyarakat ketika mendapati pejabat
publik yang mengeluarkan keputusan yang tidak sesuai dengan undang-
undang;
c. Timbulnya rasa tidak percaya kepada pemerintah ketika mendapati
pejabat publik yang bekerja tidak sesuai dengan apa yang seharusnya
dilakukan sehingga terjadi ketidak harmonisan antara pemerintah dan
masyarakat; dan
d. Ketika terjadi ketidakharmonisan antara pemerintah dan masyarakat,
fungsi negara tidak akan berjalan dengan lancar karena sudah timbul
banyak perpecahan yang terjadi. (Rorong 2020)

(Pertanggung Jawaban)
Pemerintah memilik tanggung jawab melakukan pengawasan terhadap larangan
penyalahgunaan kekuasaan seperti yang dijelaskan dalam pasal 20 UU
Administrasi Pemerintahan.mJika terjadi penyalahgunaan kekuasaan maka
pengadlan tata usaha negara akan mengambil alih untuk proses pengadilan
selanjutnya Pertanggung jawaban dari diskresi dibagi menjadi 2 yaitu atas nama
jabatan dan atas nama pribadi. Apabila perbuatan hukum seseorang untuk dan
atas nama jabatan (ambtshalve), maka pertanggungjawabannya terletak pada
jabatan. Jika ada ganti rugi atau denda, maka dibebankan pada APBN atau
APBD. Sedangkan perbuatan seseorang dalam kapasitas selaku pribadi, maka
konsekuensi dan pertanggungjawabannya terletak pada orang yang
bersangkutan, tidak dapat dibebankan pada jabatan, tidak juga dibebankan pada
APBN atau APBD ketika ada ganti rugi atau denda akibat kesalahan pribadi.
Tanggung jawab pribadi berkaitan dengan maladministrasi dalam penggunaan
wewenang maupun public service. Seorang pejabat yang melaksanakan tugas
dan kewenangan jabatan atau membuat kebijakan akan dibebani tanggung
jawab pribadi jika ia melakukan tindakan maladministrasi.

SIMPULAN

 Pengertian diskresi, peluang penyalahgunaan diskresi, diperlukan pembatasan


diskresi, karena jika tidak akan memberikan dampak yang buruk. Sedangkan
untuk pertanggung jawaban dibagi menjadi….

Sumber:

1. Paradigma New Public Administration pada dasarnya mengkritisi paradigma


administrasi lama atau klasik yang terlalu menekankan pada parameter
ekonomi. Menurut paradigma Administrasi Negara Baru, kinerja administrasi
publik tidak hanya dinilai dari pencapaian nilai ekonomi ,efisiensi, dan efektivitas
,tapi juga pada nilai 􀋈social equity􀋉 (disebut sebagai pilar ketiga setelah nilai
efisiensi dan efektivitas). Implikasi dari komitmen pada 􀋉social equity 􀋉 , maka
administrator publik harus menjadi 􀋅proactive administrator􀋅 bukan sekedar
birokrat yang apolitis. Fokus dari Administrasi Negara Baru meliputi usaha untuk
membuat organisasi publik mampu mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan secara
maksimal yang dilaksanakan dengan pengembangan sistem desentralisasi dan
organisasi demokratis yang responsif dan partisipatif, serta dapat memberikan
pelayanan publik secara merata. Karena administrasi negara mempunyai
komitmen untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan (social
equity), maka Frederickson menolak pandangan bahwa administrator (Rakhmat
2014)

2. Kebebasan penyelenggara pemerintahan diperlukan dalam mengambil


keputusan untuk segera bertindak memujudkan rakyat yang sejahtera.
Kebebasan ini sering disebut dengan diskresi. Pemberian kewenangan kepada
pejabat pemerintahan untuk bertindak atas inisiatif sendiri dikenal dengan
istilah freies ermesen/ discreationary power, dalam bahasa Indonesia dikenal
dengan istilah diskresi, yaitu suatu istilah yang didalamnya mengandung
kewajiban dan kekuasaan yang luas (Sabarudin Hulu 2018)
3. Konsekuensi logis dari adanya kewenangan freies ermessen ini, pemerintah
diberi kewenangan droit function, yaitu kekuasaan untuk menafsirkan terhadap
suatu peraturan perundang-undangan.

keputusan diskresi yang menimbulkan akibat tindakan pidana, harus menjadi


tanggung jawab Pejabat Administrasi Pemeritahan atau Badan yang
bersangkutan dan Keputusan diskresi yang menimbulkan akibat pada kerugian
perdata bagi perorangan, kelompok masyarakat, atau organisasi menjadi
tanggung jawab Pejabat Pemerintah yang menetapkan keputusan diskresi serta
keputusan diskresi yang diakibatkan oleh kelalaian Pejabat Administrasi
Pemerintahan atau Badan, atau karena adanya kolusi, korupsi dan nepotisme,
yang dapat merugikan keuangaan negara/daerah dan atau bertentangan dengan
kebijakan negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah atau dapat
menguntungkan pihak ketiga, dan pihak lain menjadi tanggung jawab pribadi
(foult de personale) Pejabat Administrasi Pemerintahan yang tidak dapat
dibebankan kepada negara baik perdata maupun pidana (Ansori 2015).

4. (Kumalaningdyah 2019) Batasan.


5. Dampak dari penyalahgunaan diskresi dapat dibagi 2:
a. Dampak bagi pemerintah
beberapa dampak yang dirasakan dalam pemerintahan ketika terjadi
penyalahgunaan wewenang dalam hal ini diskresi antara lain:
1) Akan menimbulkan cacat prosedur hukum dalam proses ataupun
menjalankan keputusan itu;
2) Jika dibiarkan terjadi secara terusmenerus, penyalahgunaan diskresi
akan memperkuat praktek Korupsi,Kolusi, Nepotisme (KKN).
3) Menimbulkan korban bagi keputusan yang mementingkan satu pihak
saja; dan
4) Menimbulkan kerugian negara ketika penyalahgunaan kewenangan itu
berujung tindak pidana, dalam hal ini korupsi.
b. Dampak bagi masyarakat.
dampak yang dirasakan masyarakat ketika terjadi penyalahgunaan
wewenang dalam hal diskresi oleh pejabat publik adalah:
1) Dengan melihat kasus yang sudah pernah terjadi, banyak
masyarakat yang kurang mampu tidak mendapatkan bantuan
seperti yang seharusnya ketika terjadi bencana alam;
2) Kebingungan akan terjadi di masyarakat ketika mendapati pejabat
publik yang mengeluarkan keputusan yang tidak sesuai dengan
undang-undang;
3) Timbulnya rasa tidak percaya kepada pemerintah ketika mendapati
pejabat publik yang bekerja tidak sesuai dengan apa yang
seharusnya dilakukan sehingga terjadi ketidak harmonisan antara
pemerintah dan masyarakat; dan
4) Ketika terjadi ketidakharmonisan antara pemerintah dan
masyarakat, fungsi negara tidak akan berjalan dengan lancar karena
sudah timbul banyak perpecahan yang terjadi. (Rorong 2020)
6. Pemerintah memilik tanggung jawab melakukan pengawasan terhadap larangan
penyalahgunaan kekuasaan seperti yang dijelaskan dalam pasal 20 UU
Administrasi Pemerintahan.
(Dalam Pasal 20 Undang-Undang Administrasi Pemerintahan, secara tegas
menyatakan bahwa Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP)
melaksanakan pengawasan terhadap larangan penyalahgunaan wewenang.
Hasil pengawasan aparat pengawasan intern pemerintah dapat berupa tidak
terdapat kesalahan, terdapat kesalahan administratif, atau terdapat kesalahan
administratif yang menimbulkan kerugian keuangan negara. Jika hasil
pengawasan APIP terbukti bahwa pejabat pemerintahan melakukan kesalahan
administratif terkait penggunaan diskresi karena adanya unsur penyalahgunaan
wewenang, maka dibebankan kepada pejabat pemerintahan untuk melakukan
pengembalian kerugian keuangan negara paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
terhitung sejak diputuskan atau terbitnya hasil pengawasan APIP.)
Jika terjadi penyalahgunaan kekuasaan maka pengadlan tata usaha negara akan
mengambil alih untuk proses pengadilan selanjutnya(Sedangkan Pengadilan Tata
Usaha Negara baru berwenang untuk menguji legalitas Lex Administratum, Vol.
VII/No. 3/Jul-Sept/2019 59 kewenangan diskresi apabila ada gugatan dan
seluruh upaya administratif yang tersedia sudah ditempuh. Ketentuan terkait
permohonan pengujian unsur penyalahgunaan wewenang dapat dilihat dalam
Pasal 21 ayat (2) UndangUndang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan dan Pasal 3 Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 4
Tahun 2015 tentang Pedomana Beracara dalam Penilaian Unsur
Penyalahgunaan Wewenang). (Muhsin 2019)

Anda mungkin juga menyukai