Anda di halaman 1dari 39

KEBERSIHAN TANGAN (HAND HYGIEN)

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-KEP/I/2015 1/2

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Kebersihan tanganadalah proses pembersihan kotoran dan mikroorganisme pada
Pengertian
tangan yang di dapat melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lain dan
permukaan lingkungan (flora transien) dengan menggunakan sabun/antiseptik
dibawah air mengalir atau menggunakan hand rub berbasis alkohol.
 Kebersihan tangandengan cairan antiseptik(Handrub) adalah mencuci
tangan dengan menggunakan cairan antiseptik yg berbahan dasar alkohol gel
di seluruh permukaan tangan untuk meminimalkan pertumbuhan
mikroorganisme tanpa menggunakan air dan handuk (pada tangan yang
bersih).
 Kebersihan tangandengan sabun antiseptic/cairan/larutan dan air
mengalir (Handwash) adalah mencuci tangan dengan air mengalir dengan
menggunakan sabun/cairan antiseptik yg bertujuan membersihkan tangan dari
transien mikroorganisme di tangan (pada tangan yang kotor).
1. Meminimalkan atau menghilangkan mikroorganisme.
Tujuan
2. Mencegah transmisi mikroorganisme dari petugas kepasien dari pasien
kepetugas, dari pasien kepasien serta lingkungan sekitar pasien.
3. Tindakan utama untuk pencegahan dan pengendalian infeksi.
Kebijakan Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh dokter, petugas, pengunjung dan
pasien serta mahasiswa yang berada di Rumah Sakit Islam Arafah.

A. Kebersihan tangan dengan sabun dan air ( Handwash )


Langkah – langkah :
1. Buka perhiasan yang digunakan, basahi tangan dengan air mengalir
Prosedur
2. Tuangkan sabun ketelapak tangan 3 – 5 cc
3. Ratakan dengan kedua telapak tangan.
4. Gosok punggung dan sela-sela jari - jari tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya
5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-selajari.
6. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan.
7. Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman tangan
kanan dan lakukansebaliknya.
8. Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan dan
sebaliknya.
KEBERSIHAN TANGAN (HAND HYGIEN)
No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-KEP/I/2015 2/2

Standar Prosedur Tanggal Terbit


Operasional Januari 2015

9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir dengan di lakukan 6 langkah cuci
tangan.
10. Keringkan kedua tangan dengan tissue/lap bersih sekali pakai
11. Gunakan bekas tissue/lap tersebut untuk menutup kran air
12. Sekarang tangan sudah aman ( Prosedur dilakukan 40 – 60 detik )
A. Kebersihan tangan dengan cairan antiseptik( Handrub )
Langkah – langkah :
Prosedur 1. Tuangkan larutan anti septik bebasis alkohol ke telapak tangan sebanyak
3 - 5 cc
2. Gosok ke dua telapak tangan hingga merata
3. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
4. Gosok ke dua telapak tangan dan sela-selajari
5. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci dan saling
Digosokkan
6. Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman tangan
Kanan dan lakukan sebaliknya
7. Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan dan
sebaliknya
8. Sekarang tangan sudah aman ( Prosedur dilakukan 20 – 30 detik )
Unit Terkait Seluruh Unit Rumah Sakit Islam Arafah
TINDAKAN LUMBAL PUNKSI

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-MED/I/2015 B 1/2

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Lumbal Punksi adalah suatu pemeriksaan Liquo Cerebro Spinal (LCS) untuk
Pengertian
memperoleh informasi spesifik yang dapat mempercepat diagnose, pengobatan
atau menentukan pengobatan / kemajuan penyakit.

Membantu penegakan diagnose dan mengetahui perkembangan penyakit.


Tujuan
Prosedur pemeriksaan lumbal punksi dilakukan oleh dokter diruangan tindakan,
Kebijakan
sesuai indikasi dan petugas menggunakan APD (masker, sarung tangan steril) dan
sesuai prosedur.
Indikasi pemeriksaan lumbal punksi :
1. Diagnosa
a. Infeksi : Myelitis Encephalitis.
b. Tumor : Medula Spinalis.
2. Terapi : Intra Thekal.
3. Evaluasi : Penyakit Meningitis.
Langkah – langkah :
1. Dokter/perawat melakukan Informed Consent kepada pasien
Prosedur 2. Dokter dan perawat melakukan kebersihan tangan
3. Dokter dan perawat memakai APD (Masker dan Sarung tangan)
4. Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan.
5. Perawat membantu pasien untuk miring ke kiri,
6. Dokter menarik garis lurus yang menghubungkan Krista illiaca kiri dan kanan
dan Jarum Lumbal Punksi ditusukkan dititik ini / satu celah diatas, satu celah
dibawah
7. Dokter melakukan tindakan aseptik atau desinfeksi lokasi tusukan dan area
sekitar tusukan.
8. Dokter memberikan injeksi obat anastesi secara intra kutan, subkutan
kedalam ligamentum intenspinalis kiri dan kanan tunggu sekitar 2 menit
9. Dokter melakukan penusukan jarum Lumbal Punksi pada media tegak lurus.
10. Setelah melewati ligamentum inten spinalis stilitel dicabut dan diperhatikan
kondisi cairan (jernih, keruh atau berdarah).
TINDAKAN LUMBAL PUNKSI

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-MED/I/2015 B 2/2

Standar Prosedur Tanggal Terbit


Operasional Januari 2015

11. Apabila tidak ada cairan yang menetes, jarum ditusukkan beberapa meli
meter, lebih dalam dan di putar sedikit sampai cairan menetes.
12. Untuk mengukur Tekanan Intra Kranial (TIK) dipasang manometer, ukur tinggi
permukaan cairan (TIK adalah ukuran tinggi tersebut dalam satuan
centimeter air
13. Teteskan 3 (tiga) tetes cairan liquor kedalam tabung reagen Nonne, dan
Prosedur
dapat diliat adanya reaksi reagen tersebut.
14. Selanjutnya teteskan 3 cc sampai 5 cc cairan liquor pada botol steril untuk
pemeriksaan sellen, protein, glucose dan elektrolit untuk biakan kuan,
kemudian kirim ke laboratorium
15. Tutup luka dengan balutan dan plester
16. Setelah selesai tindakan, dokter dan perawat melepas APD
17. Dokter dan perawat melakukan kebersihan tangan.
18. Dokumentasi

Unit Terkait Rawat inap


TINDAKAN MENYUNTIK YANG AMAN

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-KEP/I/2015 1/2

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Menyuntik yang amanadalah suatu tindakan insersi yang dilakukan oleh dokter
Pengertian
atau perawat kepada pasien dengan menjaga keamanan pasien dan dokter atau
perawat yang melakukan insersi.

1. Untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi


Tujuan
2. Untuk melindungi dokter dan perawat dalam melakukan insersi agar tidak
terjadi kecelakaan kerja.
3. Untuk mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit dengan
meningkatkan kewaspadaan standar.
Tindakan menyuntik dilakukan oleh petugas yang sudah mempunyai kompetensi
Kebijakan
dan sesuai dengan wewenangnya
1. Petugas melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan menyuntik.
2. Petugas menggunakan APD sesuai indikasi (sarung tangan sekali pakai yang
tidak steril)
3. Petugas menggunakan jarum yang steril, sekali pakai pada tiap suntikan
untuk mencegah kontaminasi pada peralatan dan terapi.
4. Petugas tidak diperbolehkan menggunakan jarum atau spuit yang dipakai
ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose karena dapat menimbulkan
kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien
Prosedur
lain.
5. Petugas melakukan prinsip pemberian obat dengan 7 benar, yaitu:
a. Benar pasien
b. Benar obat
c. Benar dosis
d. Benar waktu
e. Benar cara/rute
f. Benar dokementasi
g. Benar informasi
6. Petugas melakukan desinfeksi pada areainsersi.
7. Petugas melakukan insersi sesuai petunjuk pemberian (IM,IV,SC,IC)
TINDAKAN MENYUNTIK YANG AMAN
No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-KEP/I/2015 B 2/2

Standar Prosedur Tanggal Terbit


Operasional Januari 2015

8. Petugas melakukan recaping dengan tekhnik one hand (satu tangan)


9. Petugas membuang spuit injeksi ke dalam safety box.
10. Petugas melepaskan APD
Prosedur
11. Petugas melakukan Kebersihan tangan
12. Petugas melakukan pencatatan dokumentasi pada lembar daftar pemberian
terapi.
Unit Terkait 1. Rawat Jalan
2. Rawat Inap
3. Kamar Operasi
4. Kamar Bersalin
PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-PPI/I/2015 1/5

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


1. Surveilans Infeksi Rumah Sakit adalah suatu kegiatan pengamatan
yangsistematis, aktif, berkelanjutan, dan terus menerus terhadap suatu
kejadian penyebaran penyakit pada suatu populasi tertentu, serta hal – hal
yang mempengaruhi terjadinya infeksi tersebut.
2. Surveilans Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) adalah pengumpulan data
kejadian infeksi aliran darah akibat penggunaan alat intravaskuler secara
sistematik, analisis dan interpretasi yang terus menerus untuk digunakan
dalam perencanaan penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan yang didesiminasikan secara berkala
kepada pihak-pihak yang memerlukan.
3. Surveilans Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah pengumpulan data kejadian
PENGERTIAN infeksi saluran kemih akibat penggunaan alat dower kateter atau tindakan
aseptik lain melalui saluran kemih secara sistematik, analisis dan interpretasi
yang terus menerus untuk digunakan dalam perencanaan penerapan dan
evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan yang di
desiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan.
4. Surveilans Ventilator Aquired Pneumonia (VAP) adalah pengumpulan
data kejadian infeksi pneumonia yang didapat lebih dari 48 jam setelah
menggunakan ventilasi mekanik secara sistematik, analisis dan interpretasi
yang terus menerus untuk digunakan dalam perencanaan penerapan dan
evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan yang
didesiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan.
5. Surveilans Hospital Aquired Pneumonia (HAP) adalah pengumpulan data
kejadian infeksi saluran napas bawah, mengenai parenkim paru tidak
diintubasi yang terjadi lebih dari 48 jam hari rawat dan tidak dalam masa
inkubasi secara sistematik, analisis dan interpretasi yang terus menerus
untuk digunakan dalam perencanaan penerapan dan evaluasi suatu tindakan
yang berhubungan dengan kesehatan yang didesiminasikan secara berkala
kepada pihak-pihak yang memerlukan.
PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT
No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-PPI/I/2015 B 2/5

Standar Prosedur Tanggal Terbit


Operasional Januari 2015

6. Surveilans Infeksi Luka Operasi (ILO) adalah pengumpulan data kejadian


infeksi akibat tindakan pembedahan yang dapat mengenai :
a. Superfisial (Superficial Incicional Site) : ILO yang terjadi 30 hari setelah
pembedahan, dan hanya mengenai kulit dan jaringan sub kutan.
b. Profunda ( Deep Incicional) : ILO yang terjadi 30 hari setelah tindakan
pembedahan bila tidak ada implan atau infeksi terjadi dalam satu tahun bila
ada pemasangan implan, mengenai jaringan lunak dalam dari tempat insisi
Pengertian (faskia dan otot).
c. Organ/rongga : ILO yang terjadi 30 hari pasca bedah tanpa implan atau 1
tahun pasca bedah apabila terdapat implan, mengenai semua organ yang
dimanipulasi selama operasi kecuali jaringan lunak superficial dan dalam.
1. Mengetahui data dasar infeksi rumah sakit
2. Pemantauan masalah dan pola infeksi
3. Kewaspadaan dini dalam mengidentifikasi kejadian luar biasa (outbreak) dan
Tujuan cara penanggulangannya
4. Mendapatkan informasi epidemiologi sebagai dasar tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi untuk menurunkan insiden dan risiko.
5. Mengetahui pola kuman di RS
1. Surveilans infeksi rumah sakit dilaksanakan oleh IPCN purna waktu dan IPCLN
di setiap ruang perawatan atau ruangan lain yang berisiko terhadap terjadinya
infeksi dirumah sakit.
2. Surveilans dilakukan pada pasien yang dirawat atau mendapat tindakan yang
Kebijakan
berisiko terjadinya infeksi rumah sakit.
3.Dalam pelaksanaan surveilans ditentukan : what (jenis infeksi rumah sakit), when
(kapan terjadinya infeksi), where (tempat unit perawatan), dan who (umur, jenis
kelamin dan faktor resiko lain).
A. Surveilans IADP
Langkah – langkah :
Prosedur 1. Petugas menyiapkan formulir dan alat tulis yang akan di gunakan untuk
mendata pasien yang akan di survei
2. Petugas menentukan ruangan yang akan disurvei.
PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT
No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-PPI/I/2015 B 3/5

Standar Prosedur Tanggal Terbit


Operasional Januari 2015

3. Petugasmencatat nama, nomor medik, diagnosa penyakit dan identitas lain


dari pasien yang akan di survei dalam formulir surveilans
4. Petugasmencatat tanggal di lakukan tindakan serta lama tindakan
5. Petugasmengobservasi tempat dan lokasi insersi Intra Vaskular
6. Petugasmengobservasi adanya tanda – tanda infeksi yang meliputi adanya
pembengkakan, kemerahan, panas area insersi, dan adanya rasa nyeri.
7. Apabila Petugasmenemukan adanya tanda – tanda infeksi tersebut segera
lakukan pemeriksaan kultur (darah atau ujung kateter infus), Apabila hasil
kultur positif dilaporkan ulang ke IPCO untuk menentukan adanya IADP
8. Petugas mendokumentasikan kejadian IADP yang ditemukan ke formulir
surveilans yang diletakkan dalam Status Pasien, Formulir Harian, dan
Prosedur Formulir Bulanan Surveilans Infeksi Rumah Sakit.
B. Surveilans ISK
Langkah – langkah :
1. Petugas menyiapkan formulir surveilans, alat tulis yang akan di gunakan
untuk mendata pasien yang akan di survei
2. Petugas menentukan ruangan yang akan disurvei
3. Petugasmencatat nama, nomor medik, diagnosa penyakit dan identitas lain
dari pasien yang akan di survei dalam formulir surveilans
4. Petugasmencatat tanggal di lakukan tindakan serta lama tindakan
5. Petugasmengobservasi tempat dan lokasi pemasangan dower kateter atau
tindakan aseptik lain.
6. Petugasmengobservasiadanya tanda – tanda infeksi yang meliputi
peningkatan suhu badan > 38°C, anyang – anyangan, polakisuri, disuri,
atau nyeri suprapubik, catat dan laporkan pada IPCO untuk menetapkan
apakah benar terjadi infeksi saluran kemih.
7. Apabila hasil kultur positifdilaporkan ulangkeIPCO untuk menentukan
adanya ISK.
8. Petugas mendokumentasikan kejadianISK yang ditemukan ke formulir
surveilans yang diletakkan dalam Status Pasien, Formulir Harian, dan
Formulir Bulanan Surveilans Infeksi Rumah Sakit.
PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT
No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-PPI/I/2015 B 4/5

Standar Prosedur Tanggal Terbit


Operasional Januari 2015

Prosedur C. Surveilans VAP dan HAP


Langkah – langkah :
1. Petugas menyiapkan formulir surveilans, buku surveilans, alat tulis yang
akan di gunakan untuk mendata pasien yang akan di survei
2. Petugas menentukan ruangan yang akan disurvei
3. Petugasmencatat nama, nomor medik, diagnosa penyakit dan identitas lain
dari pasien yang akan di survei dalam formulir surveilans / buku surveilans
4. Petugasmencatat tanggal di lakukan tindakan serta lama tindakan.
5. Petugasmengobservasi adanya tanda – tanda infeksi yang meliputi
peningkatan badan>38°C, produksi sputum banyak dan purulen, bunyi
pernapasan menurun/ pekak, ronchi basah daerah paru, adanya batuk,
peningkatan leukosit (pemeriksaan hapus sputum >25/LPK), atau hasil X-
ray adanya infiltrat paru
6. Apabila Petugasmenemukan tanda – tanda infeksi tersebut segera lakukan
pemeriksaan kultur sputum disekitar ETT (VAP), atau kultur sputum melalui
batuk efektif (HAP)
7. Apabila hasil kultur positif dilaporkanulang keIPCO untuk menentukan
adanya VAP/HAP
8. Petugas mendokumentasikan kejadian VAP/HAP yang ditemukan ke
formulir surveilans yang diletakkan dalam Status Pasien, Formulir Harian,
dan Formulir Bulanan Surveilans Infeksi Rumah Sakit.
D.Surveilans ILO
Langkah – langkah :
1. Petugas menyiapkanformulir surveilans, alat tulis yang akan digunakan
untuk mendata pasien yang akan di survei
2. Petugas menentukan ruangan yang akan disurvei
3. Petugasmencatat, nomor medik, diagnosa penyakit dan identitas lain dari
pasien yang akan di survei dalam formulir surveilans.
4. Petugasmencatat tanggal di lakukan tindakan serta lama tindakan
5. Petugasmengobservasi adanya tanda – tanda infeksi yang meliputi:
a. Superfisial : adanya nyeri / tenderness, bengkak lokal, kemerahan atau
panas, keluarnya cairan purulen dari area insisi
b. Deep Insisional (insisional dalam) : keluarnya cairan purulen dari
jaringan lunak dalam dan bukan dari organ, ditemukan abses, adanya
peningkatan suhu tubuh >38 °C, atau nyeri/ tenderness.

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-PPI/I/2015 B 5/5

Standar Prosedur Tanggal Terbit


Operasional Januari 2015

c. Organ/rongga : adanya cairan purulen melalui stab wound pada organ/


rongga dan abses
6. Apabila Petugasmenemukan tanda – tanda infeksi tersebut segera lakukan
pemeriksaan kultur luka operasi dengan teknik aseptik
7. Apabila hasil kultur positif dilaporkan ulang ke IPCO untuk menentukan
adanya ILO
Prosedur 8. Petugas mendokumentasikan kejadian ILO yang ditemukan ke formulir
surveilans yang diletakkan dalam Status Pasien, Formulir Harian, dan
Formulir Bulanan Surveilans Infeksi Rumah Sakit

1. Rawat Inap
2. Rawat Jalan
Unit Terkait
3. Kamar Operasi
4. Kamar Bersalin

ETIKA BATUK DAN BERSIN

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-PPI/I/2015 B 1/1

Standar Tanggal Terbit Ditetapkan :


Prosedur Januari 2015 Direktur
Operasional
Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars
Etika batuk dan bersin adalah Cara penting untuk mengendalikan penyebaran
PENGERTIAN infeksi di sumbernya.
1. Agar tidak menularkan kepada orang sekitar.
TUJUAN
2. Mencegah terjadinya penyebaranvirus di udara dan lingkungansekitarnya
Seluruh petugas di RS Islam Arafah, mahasiswa, dan pengunjung/masyarakat
KEBIJAKAN sekitar harus mendapatkan sosialisasi dan melaksanakan prosedur cara batuk
dan bersinyang aman ( Etika batuk dan bersin) sesuai SOP.
1. Setiap orang yang batuk menutup hidung dan mulut dengan menggunakan
tissue / sapu tangan atau dengan menggunakan lengan tangan bagian dalam.
2. Segera buang tissue yang sudah di pakai ke dalam tempat sampah
PROSEDUR
3. Mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci
tangan berbasis alkohol sesuai prosedur
4. Gunakanlah selalu masker bedah bila anda sedang batuk atau flu.

UNIT TERKAIT Seluruh unit di rumah sakit islam arafah

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-PPI/I/2015 B 1/3
Tanggal Terbit Ditetapkan :
STANDAR
Januari 2015 Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars
Penggunaan Alat Pelindung Diri adalah teknik pencegahan mikroorganisme
PENGERTIAN patogen dari seseorang ke orang lain yang disebut “carrier”. Barrier yang umum
digunakan masker, kacamata pelindung, gaun, apron, sarung tangan, penutup
kepala, pelindung kaki .
Melindungi tenaga kesehatan, pasien, keluarga pengunjung dan lingkungan dari
TUJUAN kemungkinan transmisi material infeksius.
Setiap petugas RS Islam Arafah yang melaksanakan tugas di tempat yang
KEBIJAKAN beresiko dan membahayakan dirinya selama bekerja harus menggunakan alat
pelindung diri secara benar, dan di saat melepaskan alat pelindung diri juga harus
benar sehingga tidak menyebarkan mikroorganisme ke tempat lain.
PROSEDUR A. Pemakaian Masker biasa.
Langkah – langkah pemasangan :
1. Eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah kepala dan leher
2. Paskan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung
3. Paskan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga melekat
dengan baik
4. Periksa ulang pengepasan masker
Langkah – langkah melepaskan :
1. Jangan di sentuh bagian depan masker karena telah terkontaminasi
2. Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas.
3. Buang ke tempat sampah infeksius
B. Pemakaian Kaca Mata Pelindung.
Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas.
Langkah – langkah melepaskan :
1. Bagian luar kacamata atau pelindung wajah telah terkontaminasi
2. Saat melepasnya, pegang karet atau gagang kacamata
3. Letakkan di wadah yang telah di sediakan untuk diproses ulang atau
dalam tempat limbah infeksius.
C. Pemakaian Gaun / Apron
Langkah – langkah Pemasangan:
1. Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian
pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung .

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-PPI/I/2015 B 2/3
STANDAR Tanggal Terbit
PROSEDUR Januari 2015
OPERASIONAL
2. Ikat di bagian belakang leher dan pinggang
Langkah – langkah melepaskan :
1. Bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah terkontaminasi
2. Lepas tali
3. Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung
saja
4. Balik gaun pelindung
5. Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah di
sediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat limbah infeksius
D. Pemakaian Sarung Tangan
Langkah – langkah Pemasangan :
1. Buka pembungkus sarung tangan dengan hati – hati, pilih yang sesuai
ukuran
2. Jika harus mempertahankan prinsip – prinsip steril hindarkan sarung tangan
terkontaminasi obyek tidak steril
3. Jari telunjuk dan ibu jari non dominan membuka lipatan sarung tangan
bagian atas dan masukkan tangan non dominan dengan posisi telentang,
masukkan jari secara pelan – pelan.
PROSEDUR 4. Untuk memakai sarung tangan sebelah kiri gunakan empat jari tangan
dominan, masukkan dalam lipatan sarung tangan ( bagian luar ), segera
masukkan tangan non dominan secara perlahan – lahan.
Langkah – langkah Melepaskan:
1. Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi
2. Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, lepaskan
Pegang sarung tangan yang telah di lepas dengan menggunakan tangan
yang masih memakai sarung tangan.
3. Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah
sarung tangan yang belum di lepas di pergelangan tangan.
4. Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama
5. Buang sarung tangan di tempat limbah infeksius
6. Lakukan kebersihan tangan sesuai prosedur.

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-PPI/I/2015 B 3/3
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
Januari 2015
OPERASIONAL
E. Pemakaian penutup kepala
Langkah – langkah :
1. Pakailah pelindung kepala sesuai ukuran sehingga menutup semua rambut
2. Lepaskan pelindung kepala dan langsung di buang ke tempat sampah.
F. Pemakaian pelindung kaki
PROSEDUR Langkah – langkah :
1. Gunakan sepatu karet atau plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak
kaki bisa di gunakan sepatu boot dari bahan kulit
2. Sepatu harus selalu bersih.
3. Harus selalu di gunakan di dalam kamar operasi dan tidak boleh di pakai
keluar, tidak di anjurkan memakai sandal, sepatu terbuka..
1. Rawat Jalan
2. Rawat Inap
3. Kamar Operasi
4. Farmasi
UNIT TERKAIT 5. Gizi
6. Kesling
7. Laundry
8. Laboratorium
9. Radiologi

PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRAVENA

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-KEP/I/2015 B 1/2

Standar Prosedur Tanggal Terbit Ditetapkan :


Operasional Januari 2015 Direktur
Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars
Pengertian Pemberian obat ke dalam pembuluh darah vena.
Tujuan Sebagai tindakan pengobatan
Kebijakan Tindakan pemberian obat dilakukan oleh petugas yang sudah mempunyai
kompetensi dan sesuai dengan wewenangnya.
1. Petugas melakukan inform consent
2. Petugas melakukan Persiapan alat :
a.Bak instrumen
Prosedur
b.Daftar obat
c.Alkohol swab
d. Nierbeken
e.Bulpoin
f. Spuit sesuai ukuran
g. Obat sesuai instruksi dokter
h. Handscoon bila perlu
3. Petugas penanggung jawab pasien melakukan double cek obat dengan
katim.
4. Petugas melakukan kebersihan tangan.
5. Petugas menyiapkan obat sesuai dengan sediaan :
- Untuk obat vial buka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh
bagian karetnya dan usap bagian karet dengan menggunakan alkohol
swab.
- Gunakan kasa steril atau kapas alkohol di sekitar leher ampul kemudian
patahkan ampul ke arah menjauhi petugas dan orang disekitar.
6. Petugas memasukkan obat kedalam spuit dan di letakkan di dalam bak
instrumen.
7. Petugas melakukan pemberian obat dengan prinsip 7 benar pemberian
obat.
8. Petugas melakukan cuci tangan sebelum melakukan insersi.

PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRAVENA

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-PPI/I/2015 B 2/2

Standar Prosedur Tanggal Terbit


Operasional Januari 2015

9. Petugas melakukan desinfeksi pada area yang akan di insersi dengan cara
mengusap dari dalam keluar. (jika melalui vemplon desinfeksi lubang
vemplon).
10. Petugas memasukkan obat secara perlahan (jika tidak melalui vemplon
lakukan penyuntikan dengan jarum menghadap keatas membentuk sudut 15ᵒ
Prosedur
dan lakukan aspirasi terlebih dahulu )
11. Setelah obat di masukkan, petugas melakukan fiksasi dengan menggunakan
kapas alkohol yang baru (jika menggunakan vemplon tutup kembali).
12. Petugas membuang spuit kedalam safety box tanpa melakukan recaping.
13. Petugas memberitahukan kepada pasien bahwa obat sudah berhasil
di masukkan dan menanyakan perasaan pasien.
14. Petugas melakukan kebersihan tangan.
15. Petugas melakukan dokumentasi dengan benar.
Unit Terkait 1. Rawat Jalan
2. Rawat Inap
3. Kamar bersalin
4. Kamar operasi

Pengawasan Peralatan Kadaluwarsa

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-KEP/I/2015 1/2

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Mekanisme dari rumah sakit mengenai prosedur pengawasan peralatan
PENGERTIAN
kadaluarsa.
Melindungi keselamatan pasien dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan
TUJUAN
alat yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau keamanan
KEBIJAKAN Pengawasan peralatan kadaluarsa diawasi oleh Tim PPIRS dan petugas yang
mempunyai kompetensi dibidangnya.

1. Petugas dari masing-masing unit Rumah Sakit Islam Arafah yang memakai
alat kesehatan melakukanpemeriksaan fisik jumlah dan tanggal kadaluarsaalat
kesehatan setiap minggu.
2. Jika ditemukan peralatan kesehatan yang rusak,akan kadaluarsa atau tidak
PROSEDUR pernah dipakai lagi, maka peralatan kesehatan tersebut dikumpulkanke
BagianInstalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Arafah.
3. Petugas Bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Arafahakan
mengembalikan peralatan kesehatanyang rusak, akan kadaluarsa atau tidak
pernah dipakailagi, ke Bagian Rumah Tangga Rumah Sakit Islam Aarah.
4. Petugas Bagian Rumah Tangga Rumah Sakit Islam Arafah menerima &
memeriksa alat kesehatan.
5. Jika hasil pemeriksaan terhadap peralatan kesehatan menunjukkan peralatan
kesehatan tersebut rusak,akan kadaluarsa atau tidak pernah dipakai
lagi,Petugas Bagian Rumah Tangga Rumah Sakit Islam Arafah memilih dan
memisahkan peralatan kesehatan tersebut, apakah akan dimusnahkan
ataudikembalikan ke distributor alat kesehatan terkait.
6. Jika alat kesehatan di Bagian Rumah Tangga RumahSakit Islam Arfah, bisa
dikembalikan ke distributor,maka Petugas Bagian Rumah Tangga
mengembalikan alat kesehatansesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7. Jika peralatan kesehatan tersebut tidak bisa dikembalikan ke distributor, maka
alat kesehatan tersebut dimasukkan ke lokasi rusak atau expire oleh Petugas
Rumah Tangga Rumah Sakit Islam Arafah.
Unit Terkait 1. Rawat Inap
2. Rawat Jalan
3. Kamar Operasi
4. Kamar Bersalin
5. Farmasi
6. Rumah Tangga

KEBERSIHAN TANGAN BEDAH


No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-KEP/XII/2015 1/1

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional 02 Desember 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Kebersihan tangan bedah merupakan Proses menghilangkan atau
Pengertian menghancurkan mikroorganisme transien dan mikroorganisme yang tinggal di
lapisan kulit yang lebih dalam serta di dalam folikel rambut yang tidak dapat di
hilangkan seluruhnya (flora residen).
1. Meminimalkan atau menghilangkan mikroorganisme.
Tujuan
2. Mencegah transmisi mikroorganisme dari petugas kepasien dari pasien
kepetugas, dari pasien kepasien serta lingkungan sekitar pasien.
3. Tindakan utama untuk pencegahan dan pengendalian infeksi.
Kebijakan Kebersihan tangan bedah dilakukan oleh seluruh dokter serta petugas kamar
operasi di Rumah Sakit Islam Arafah.

Prosedur 1. Basahi tangan dengan air mengalir.


2. Tuangkan sabun ketelapak tangan kiri 3 – 5 cc, celupkan ujung-ujung jari
tangan kanan ketelapak tangan kiri (hitung sampai 4) kemudian gosok
pergelangan tangan kanan sampai ke lengan bawah dengan gerakan memutar
(lakukan sebaliknya).
3. Gosok kedua telapak tangan
4. Gosok punggung dan sela-sela jari - jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya
5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-selajari.
6. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan.
7. Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukansebaliknya.
8. Bilas kedua tangan hingga lengan bawah dengan air mengalir dengan di
lakukan 6 langkah cuci tangan.
9. Keringkan lengan bawah dan telapak tangan dengan tissue/lap bersih sekali
pakai
10.Gunakan bekas tissue/lap tersebut untuk menutup kran air
Sekarang tangan sudah aman ( Prosedur dilakukan 40 – 60 detik )

Unit Terkait Kamar Operasi


Kamar Bersalin
Perinatalogi

PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN


No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-KEP/I/2015 1/2

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Pemeriksaan kesehatan karyawan adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
Pengertian
oleh dokter secara khusus terhadap karyawan tertentu karena ada indikasi khusus/
bekerja ditempat berisiko.
Untuk mengetahui/ menilai adanya pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap
Tujuan
karyawan/ personel atau golongan karyawan/ personel tetentu yang berisiko.
Kebijakan 1. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1087 / Menkes / SK / VIII / 2010
tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
1. Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan terhadap :
a. Karyawan / personel yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu.
b. Karyawan/ personel yang diduga mendapat gangguan kesehatan maupun
Prosedur
bekerja dilingkup pekerjaan yang berisiko.
2.Pemeriksaan Kesehatan Khusus dilakukan di Unit yang beresiko atas
permintaan Unit yang membutuhkan sesuai dengan rekomendasi hasil
pemeriksaan berkala/rutin.
3. Pemeriksaan penunjang resiko kesehatan khusus meliputi photo thorax,
HbsAg, faeces dan LFT (Liver Fungsi Test).
4. Rumah sakit/ unit membuat program secara terencana pemeriksaan khusus
bagi karyawan/ personel setiap tahun.
5. Pelaksaanaan pemeriksaan kesehatan khusus dikoordinasikan dengan
Direktur rumah sakit bersama-sama dengan kepala unit terkait.

PENATALAKSANAAN TERTUSUK JARUM DAN BENDA TAJAM

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-KEP/XII/2015 1/2

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional 02 Desember 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Penatalaksanaan tertusuk jarum dan benda tajam adalah salah satu upaya
Pengertian
pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap petugas yang tertusuk benda
yang memiliki sudut tajam atau runcing yang menusuk, memotong, melukai kulit
seperti jarum suntik, jarum jahit bedah,pisau,skalpel,gunting,atau benang kawat.
Melindungi petugas kesehatan,mahasiswa, petugas kebersihan, pengunjung dari
Tujuan
perlukaan dan tertular penyakit seperti hepatitis B, hepatitis C dan HIV
Kebijakan Setiap petugas kesehatan yaitu dokter, perawat, petugas kebersihan(House
Keeping),mahasiswa,dan pengunjung bila terjadi kecelakaan tertusuk jarum bekas
pakai dan benda tajam wajib dilaporkan dan penanganannya harus sesuai
prosedur yang sudah di tetapkan

1. Pertolongan Pertama
a. Jangan panik.
b. Penatalaksanaan lokasi terpapar :
1) Segera cuci bagian yang terpapar dengan sabun antiseptik dan air
Prosedur
mengalir
2) Bilas dengan air bila terpapar pada daerah membran mukosa
3) Bilas dengan air atau cairan NaCl bila terpapar pada daerah mata

2. Penanganan Lanjutan :
a. Bila terjadi di luar jam kerja segera ke Unit Gawat Darurat (UGD) untuk
penatalaksanaan selanjutnya
b. Bila terjadi di dalam jam kerja segera ke Poliklinik Penyakit Dalam
dengan membawa surat konsul dari dokter rungan unit kerja.

3. Laporan kejadian di lakukan oleh unit kerja tempat terjadinya kecelakaan


kepada K3RS dan Komite PPIRS

4. Laporan dan Pendokumentasian:


a. Laporan meliputi: Hari, tanggal, jam, dimana, bagaimana kejadian, bagian
mana yang terkena, penyebab, jenis sumber (darah, urine, faeces) dan
jumlah sumber yang mencemari (banyak/sedikit)
b. Tentukan status pasien sebagai sumber jarum dan benda tajam (pasien
dengan riwayat sakit apa )
c. Tentukan status petugas yang terpajan : Apakah menderita hepatitis B,
apakah pernah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, apakah sedang
hamil/menyusui
d. Jika tidak diketahui sumber pajanannya. Petugas yang terpajan diperiksa
status HIV, HBV, HCV
e. Jika di ketahui pasiennya maka petugas yang terpajan dan pasien tersebut
di cek HIV, HBV, HCV

PENATALAKSANAAN TERTUSUK JARUM DAN BENDA TAJAM


No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-KEP/XII/2015 2/2

Standar Prosedur Tanggal Terbit


Operasional 02 Desember 2015

f. Bila status pasien bebas HIV, HBV, HCV dan bukan dalam masa inkubasi
tidak perlu tindakan khusus untuk petugas, tetapi bila diragukan dapat
dilakukan konseling.
g. Pemberian Propilaksis Pasca Pajanan :
1) Pasca Pajanan HIV :
a) Apabila Status pasien HIV harus diberikan Prolaksis Pasca
Pajanan berupa obat ARV 4 jam setelah paparan , maksimal 48 -
72 jam diberikan selama 28 hari
b) Tes HIV diulang setelah 6 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan.
Prosedur 2) Pasca Pajanan Hepatitis B
a) Jika pernah vaksinasi periksa anti HBs
(1) Anti HBs (+), titer ≤ 10, lakukan Booster
(2) Anti HBs (+), Titer ≥ 10, lakukan observasi

b) Jika belum pernah vaksinasi maka :


(1) Segera vaksinasi sesuai standar
(2) Cek HBsAg bulan ke 1, bulan ke 3, bulan ke 6
(3) Jika HbsAg (+), rujuk ke Gastrohepatologi Penyakit Dalam
untuk penanganan lebih lanjut

3) Evaluasi pencemaran berdasarkan mode, rute,beratnya yang terpapar:


a. Cairan resiko tinggi yang perlu diwaspadai dan dapat
menimbulkan pencemaran adalah darah, cairan sperma, sekret
vagina, cairan cerebro spinal
b. Cairan tubuh yang tidak menimbulkan pencemaran: urine, sputum
non purulen, ingus, air mata keringat, faeses
c. Evaluasi yang terpapar pasien terinfeksi hepatitis B dan HIV, yang
perlu di follow up, dengan indikasi :
(1) Tertusuk jarum
(2) Terpapar cairan tubuh pada mukosa
(3) Terpapar pada kulit yang tidak utuh/bekas luka

Unit Terkait 1. Unit Gawat Darurat


2. Unit Rawat Inap
3. Unit Rawat Jalan
4. Unit Kamar Operasi
5. Unit Kamar Bersalin
6. Intensive Care Unit
7. Cleaning Service

PENCUCIAN ALAT MAKAN PASIEN

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-KEP/XII/2015 1/1

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional 02 Desember 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Suatu rangkaian yang harus dilakukan untuk membersihkan alat makan pasien
Pengertian
dari kontaminasi bakteri dan virus sehingga aman untuk digunakan oleh pasien.
1. Menghilangkan kotoran, lemak dan minyak
Tujuan
2. Menggunakan tindakan sanitasi dan desinfektan untuk membebaskan kuman
atau bakteri
Kebijakan
1. Petugas memisahkan kotoran atau sisa makanan yang terdapat pada
alat/barang seperti gelas,piring, mangkok dll ke tempat yang telah disediakan.
2. Piring dan alat yang telah dibersihkan dari sisa makanan, di tempatkan pada
Prosedur
tempat piring kotor.
3. Petugas merendam setiap piring/alat yang akan di cuci pada bak pertama
beberapa menit , agar mudah untuk membersihkan sisa makanan yang masih
menempel.
4. Petugas membersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabun yang
dapat menghilangkan lemak/minyak.
5. Petugas menggosok bagian yang terkena makanan berulang kali sampai tidak
terasa licin lagi, karena jika masih licin akan menempel sisa bau .
6. Petugas melakukan pembilasan dengan air bersih/air mengalir sambil digosok
dengan tangan sampai tidak terasa lagi sisa makanan atau sisa sabun.
7. Petugas melakukan desinfeksi dengan cara perendaman piring/gelas dengan
air panas, untuk suhu 82˚ c selama 2 menit dan untuk suhu 100˚ c selama 1
menit.
8. Piring dan gelas yang telah selesai melalui proses desinfeksi di tempatkan
pada rak-rak anti karat (stainless steel) di ruang penyimpanan khusus untuk
pengeringan (meletakkannya dengan cara miring sampai kering dan tidak
boleh di lap).
9. Piring dan gelas yang akan di pakai tidak perlu di lap atau di gosok kain lap,
karena akan menjadi kotor kembali, bila di lap gunakan kain lap (tissu) sekali
pakai
Unit terkait - Rawat Inap
- UGD
- Kamar bersalin
Unit terkait 1. Unit rawat inap
2. Kamar Bersalin
3. UGD
4. Gizi
PERILAKU TENAGA PENJAMAH MAKANAN DALAM
MENYIAPKAN MAKAN
No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-KEP/XII/2015 1/1

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional 02 Desember 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Tenaga penjamah makanan adalah orang yang melakukan kegiatan penyiapan
Pengertian
makanan, mulai dari persiapan, pengolahan, sampai dengan pendistribusian
makanan ke pasien.
1. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan
Tujuan makanan
2. Meminimalisir resiko infeksi pada makanan
Kebujakan 1. Tidak menderita penyakit kulit, penyakit menular, scabies, atau luka bakar
2. Bersih diri, pakaian dan seluruh badan
3. Mengetahui teknik dan cara menyimpan higiene dan sanitasi dalam
penyelenggaraan makanan
1. Petugas melakukan kebersihan tangan dengan sabun sebelum memulai atau
setelah setiap keluar dari wc, setelah menjamah bahan yang kotor
2. Petugas tidak boleh menggaruk-garuk kepala, muka, hidung dan bagian tubuh
Prosedur
yang lain yang dapat menimbulkan kuman Sebelum dan selama bekerja.
3. Petugas mengalihkan muka dari makanan dan alat-alat makanan dan
minuman bila batuk dan bersih ( etika batuk dan bersin )
4. Petugas menggunakan masker atau tutup hidung dan mulut bila diperlukan
5. Petugas melakukan Pengelolaan makanan hendaknya dilakukan proses yang
telah ditetapkan sesuai dengan peralatan masak, waktu dan suhu ataupun
tingkatan pemasakan
6. Petugas menggunakan sendok, garpu atau alat lainnya jika menjamah
makanan yang sudah dimasak
7. Petugas makan diruang makan yang telah disediakan
8. Petugas Dilarang merokok
9. Petugas selalu menjaga tempat kerja, ruangan ganti pakaian, kamar mandi
dan wc serta alat-alat tetap bersih setiap waktu
10. Pada saat Petugas melakukan penjamahan makanan harus menggunakan
sarung tangan

Unit Terkait - Gizi

MANAJEMEN LINEN

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-KEP/I/2015 1/1

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Suatu pengelolaanyang di mulai dari pengumpulan linen kotor dari masing-masing
Pengertian
ruangan, pengangkutan, pencucian, penyetrikaan, penyiapan dan penggunaan
kembali linen yang sudah bersih
untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman, siap pakai dan
mengantisipasi terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan-bahan
Tujuan
kimia

Kebijakan
Prosedur 1. perawat mengumpulkan linen kotor dari masing-masing ruang pasien
2. linen kotor dari ruangan diambil dan dibawa ke ruangan linen kotor
menggunakan troli
3. pisahkan linen infeksius dan non infeksius
4. linen infeksius masukan ke dalam plastik berwarna kuning atau
ember, dan non infeksius berwarna hitam

MENCUCI ALAT INSTRUMEN BEDAH

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-KEP/I/2015 1/1

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars

Pengertian
Agar instrumen bedah yang di pakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya
pasien
Tujuan
SK dierektur Rs Islam Arafah No :
Kebijakan
Prosedur 1. siapkan larutan clorine 0,5 % secukupnya
2. selesai melakukan operasi, prosedur tindakan, instrumen bedah yang
dipakai di rendam dalam larutan clorine 0,5 % selama 10 menit
3. selanjutnya instrumen dicuci dengan air mengalir secukupnya
4. instrumen di keringkan
5. setelah kering instrumen disusun dan dikelompokkan, di set,
dibungkus dengan kertas fouces serta diberi label dan gunakan steril
tip eksternal atau internal
6. instrumen siap untuk di sterilakan di autoclav
Unit terkait - petugas CSSD
- Petugas kamar operasi

Menyapu Ruangan paien

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-KEP/I/2015 1/1

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Tata laksana atau prosedur dalam menciptakan Rumah Sakit yang bersih dan
Pengertian
aman
1. Menjadikan Rumah Sakit bersih, indah dan rapi untuk memberikan pelayanan
prima
Tujuan
2. Terciptanya Rumah Sakit yang bersih, indah dan nyaman sehingga petugas,
pasien dan keluarga merasa nyaman bekerja dan berobat
Kebijakan Rumah Sakit harus selalu bersih dan siap untuk pelayanan
Prosedur 1. petugas menyapu ruangan mulai dari arah sudut ke arah luar
2. petugas menyapu lantai di bawah meja, kursi dengan mengangkat atau
menggeserkannya
3. sampah dan kotoran yang terkumpul di angkat dengan serok sampah lalu di
masukkan ke tempat sampah
4. setelah selesai rapikan ruangan siap untuk din pel
Unit terkait - sanitasi
- cs
- semua unit

MELIPAT LINEN

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-KEP/I/2015 1/1

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Melipat linen bersih sesuai dengan jenis linen dengan memperhatikan
Pengertian
kelengkapan linen
Tujuan Linen bersih terlipat atau tersusun sesuai dengan jenisnya

Kebijakan
Prosedur 1. Petugas mencuci tangan dengan 6 langkah cuci tangan,
2. Petugas menggunakan masker
3. Petugas meletakkan linen yang sudah bersih dimeja linen
4. Petugas memisahkan linen antara layak dan tidak layak pakai
5. Petugas melipat linen sesuai ukuran dengan memperhatikan:
a. Kebersihannya
b. Berlubang atau tidak
c. Perhatiakan talinya lengkap atau tidak
6. Petugas melipat linen dalam keadaan terbalik
7. Petugas menyusun linen yang sudah dilipat sesuai jenisnya.
8. petugas melepaskan masker jika tidak di gunakan lagi.
9. Petugas mencuci tangan setelah melakukan pekerjaan.

Unit terkait Petugas laundry dan linen

DISTRIBUSI LINEN BERSIH KERUANGAN

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-KEP/I/2015 1/1

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Pengertian Mendistribusikan linen yang sudah bersih ke ruangan-ruangan
Tujuan Menyediakan linen yang bersih untuk digunakan di ruangan-ruangan

Kebijakan
Prosedur 1. Pengambilan linen di laundry di lakukan oleh petugas ruangan
2. Petugas ruangan dan petugas laundry menghitung linen yang akan di ambil,
jumlahnya harus sesuai dengan jumlah yang diberikan pada saat akan di cuci.
3. Petugas laundry melakukan pencatatan jumlah dan jenis linen yang akan di
serahkan ke petugas ruangan masing-masing di formulir yang sudah tersedia
diruang laundry.
4. Petugas ruangan mencatat pengambilan linen di buku ekspedisi
5. Petugas membawa linen bersih ke ruangan dengan menggunakan troli bersih
dan tertutup.
Unit terkait - Unit rawat inap
- Unit rawat jalan
- Kamar operasi
- Laundry
- Kamar bersalin

PENGAMBILAN LINEN KOTOR DIRUANGAN PASIEN

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-KEP/I/2015 1/1

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Linen kotor adalah linen yang dipakai oleh pasien dan terkontaminasi atau tidak
Pengertian
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan feses berasal dari pasien
Tujuan Untuk mencegah penularan penyakit dari pasien ke pasien lain

Kebijakan
Prosedur 1. Petugas melakukan kebersihan tangan
2. Petugas menggunakan APD : sarung tangan, apron dan masker
3. Linen kotor yang terinfeksi (Terkena darah, BAB, BAK) linen di lipat bagian
yang terinfeksi ke dalam, lalu masukkan ke plastik berwarna kuning
tertutup dan masukkan ke dalam ember.
4. Linen non infeksius ( tidak terkena darah, BAB, BAK) linen di masukkan ke
plastik berwarna hitam atau ember
5. Petugas menghitung linen kotor dan diserahkan ke laundry setiap pagi jam
07.00 wib
6. Petugas melakukan serah terima linen ( petugas ruangan dan laundry )
7. Petugas melepaskan APD
8. Petugas melakukan kebersihan tangan
Unit terkait - UGD
- Poli
- Ranap

PENCUCIAN LINEN KOTOR INFEKSIUS

No Dokumen No Revisi : Halaman


/SPO-KEP/I/2015 1/1

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Merupakan suatu proses pencucian untuk membersihkan linen kotor infeksius
Pengertian
1. Mencegah terjadinya infeksi nasokomial
2. Memenuhi kebutuhan unit kerja rawat inap pasien
Tujuan

Kebijakan
Prosedur 1. Petugas melakukan kebersihan tangan dengan 6 langkah
2. Petugas menggunakan APD seperti sarung tangan rumah tangga, masker,
apron, dan sepatu boot
3. Petugas melakukan pernyortiran linen kotor infeksius berdasarkan jenis linen
4. Petugas melakukan perendaman linen kotor infeksius ± 10 menit dengan
deterjen dan ditambahkan cairan desinfektan.
5. Petugas memasukkan linen kedalam mesin cuci sesuai dengan kapasitas
mesin sampai prosespencucian selesai
6. Petugas melakukan perendaman linen dalam ember yang telah diberikan
pewangi, kemudian linen dikeringkan dalam mesin cuci setelah proses
pengeringan selesai, mesin dibuka dan cucian dikeluarkan, mesin dimatikan,
handle listrik di off kan.
7. petugas melepaskan APD jika telah selesi
8. Petugas melakukan kebersihan tangan dengan 6 langkah

Unit terkait Laundry

DESINFEKSI PERALATAN MEDIS SETELAH PAKAI


No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-KEP/I/2015 1/2

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan dan membunuh semua bentuk
Pengertian
kehidupan mikroorganisme kecuali endospora dari peralatan dan instrument medis
setelah digunakan pada pasien.
Terdapat 3 kategori peralatan medis :
1. Peralatan Non Kritikal yaitu peralatan yang hanya mengenai permukaan tubuh
yang utuh, seperti : stetoskop, tensi meter, thermometer, ambu bag, EKG,
USG, tabung oksigen, tempat tidur dan lain-lain.
2. Peralatan Semi Kritikal yaitu peralatan yang hanya menyentuh selaput lendir
atau kulit luar yang terluka, seperti : Endotracheal Tube, Laringoscope, kateter
urine, kateter suction, goodle, nasal canula oksigen, nasal canula CPAP, alat-
alat Endoscopy dan lain-lain.
3. Peralatan Kritikal yaitu peralatan yang bersentuhan dengan darah atau
jaringan steril dibawah kulit, seperti : instrument bedah/operasi, alat-alat
implant, dan lain-lain.
1. Agar alat siap dan aman untuk digunakan kembali.
Tujuan
2. Sebagai salah satu tindakan untuk menghindari transmisi mikroorganisme
sehingga tidak terjadi infeksi.
3. Sebagai tindakan awal sebelum dilakukan proses penanganan selanjutnya
yaitu dekontaminasi atau sterilisasi.
Kebijakan 1. Desinfeksi alat dilakukan di seluruh unit pelayanan medis.
2. Desinfeksi dilakukan segera setelah alat selesai digunakan.
3. Desinfeksi tidak dilakukan dengan cara rendaman.
4. Desinfektan yang digunakan bersifat cepat, daya bunuh kuat, non residu dan
tidak merusak alat (non korosif).
5. Desinfektan yang digunakan berbahan dasar alkohol atau turunannya.
6. Peralatan semi kritikal dan kritikal harus disterilisasikan.
A. Peralatan Non Kritikal
Persiapan alat :
1. Desinfektan dalam bentuk spray.
Prosedur
2. Lap kering bersih atau tissu.
3. APD berupa sarung tangan non steril dan masker.

DESINFEKSI PERALATAN MEDIS SETELAH PAKAI


No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-KEP/I/2015 2/2

Standar Prosedur Tanggal Terbit


Operasional Januari 2015

Cara Kerja :
1. Petugas melakukan kebersihan tangan.
2. Petugas menggunakan APD.
3. Semprotkan desinfektan pada peralatan yang telah digunakan secara
merata dengan jarak semprot 20-30 cm.
4. Diamkan permukaan selama 10-15 detik.
5. Keringkan dengan lap kering bersih atau tissue.
Prosedur 6. Simpan peralatan dalam tempatnya
B. Peralatan Kritikal dan Semi Kritikal
Persiapan alat :
1. APD petugas berupa masker, sarung tangandan apron.
2. Detergen.
3. Cairan untuk DTT (Desinfektan Tingkat Tinggi).
4. Sikat alat.
5. Lap kering bersih.
6. Autoklaf
Cara kerja :
1. Petugas melakukan kebersihan tangan.
2. Petugas menggunakan APD.
3. Cuci peralatan dengan deterjen, kemudian disikat.
4. Bilas dengan air mengalir kemudian dikeringkan dengan lap kering bersih .
5. Untuk peralatan semi kritikal dilakukan DTT dengan cara direbus atau
direndam dalam larutan desinfektan kimiawi, sesuai prosedur.
6. Untuk peralatan kritikal dilakukan sterilisasi dengan uap bertekanan tinggi
(Otoklaf), sesuai prosedur.
7. Setelah selesai, simpan peralatan dalam tempatnya.
Unit Terkait Seluruh Unit Pelayanan Medis

PENATALAKSANAAN LIMBAH RUMAH SAKIT


No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-KEP/I/2015 1/2

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Suatu proses yang dilakukan untuk mengelola limbah/sampah yang dihasilkan
Pengertian
oleh rumah sakit berupa limbah padat (limbah infeksius, non infeksius, limbah
benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah dengan
kandungan logam berat tinggi dan limbah kontainer bertekanan), limbah cair dan
limbah gas.
1. Agar limbah/sampah rumah sakit dapat ditangani dengan baik.
Tujuan
2. Mencegah penularan penyakit akibat limbah/sampah rumah sakit terhadap
petugas, pasien, pengunjung, lingkungan rumah sakit dan lingkungan di sekitar
rumah sakit.
3. Agar kualitas kesehatan masyarakat di sekitar rumah sakit tetap terjaga
dengan baik.
4. Menjaga citra rumah sakit tetap baik.
Kebijakan 1. Limbah rumah sakit dipisahkan mulai dari sumbernya dan dikelola secara
terpisah sesuai jenisnya.
2. Untuk limbah medis padat, pembuangannya dipisahkan dengan
membedakan warna plastik yang dipasang pada tempat sampah, yaitu :
a. Warna kuning untuk sampah infeksius dan non infeksius.
b. Warna ungu untuk sampah sitotoksis.
c. Sampah infeksius (termasuk sampah sitotoksis) diproses dengan
metode insenerasi atau otoklaf kecuali organ tubuh.
d. Sampah benda tajam mengunakan materi tempat sampah yang tahan
tusuk, tahan air dan tidak mudah bocor.
e. Tempat sampah harus menggunakan jenis yang diinjak dan diberi
label yaitu ; “sampah medis infeksius”, “sampah medis non infeksius”,
“sampah benda tajam”, “sampah non medis”, “sampah organik”,
“sampah non organik”.
f. Sampah infeksius yang telah melalui proses otoklaf diperlakukan
sebagai sampah medis non-infeksius.
3. Untuk limbah non medis padat, pembuangannya menggunakan plastik
warna hitam dan dibedakan berdasarkan jenis limbahnya yaitu sampah
organik dan sampah non-organik.

PENATALAKSANAAN LIMBAH RUMAH SAKIT


No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-KEP/I/2015 2/2

Standar Prosedur Tanggal Terbit


Operasional Januari 2015

Cara Kerja :

1. Petugas memakai APD berupa masker, sarung tangan dan apron saat
mengelola limbah.
2. Sebelum sampah dari setiap ruangan dibawa ke Tempat Pembuangan
Sementara (TPS), pastikan kantong-kantong sampah sudah dalam kondisi
terikat.
3. Ikat kantong sampah infeksius dan non-infeksius setelah 2/3 penuh.
Prosedur 4. Tutup tempat sampah benda tajam setelah 3/4 penuh.
5. Buang limbah spesimen dari laboratorium (darah, urine, feses, sputum)
kesaluran air limbah menuju Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL).
6. Buang darah dan komponen darah dalam jumlah besar untuk transfusi yang
sudah kadaluarsa atau bersisa karena reaksi transfusi, ke saluran air limbah
menuju IPAL atau di buang sebagai sampah infeksius untuk diinsenerasi.
7. Buang sampah potongan-potongan jaringan tubuh dari Kamar Operasi ke
dalam kantong plastik kuning dan dikelola sebagai sampah medis infeksius
untuk di insenerasi.
8. Buang limbah cair yang bersifat infeksius ke saluran air limbah menuju IPAL.
9. Buang sampah medis dan non medis ke TPS yang terpisah, oleh Petugas
Cleaning Service dengan trolley sampah yang tertutup memakai APD lengkap.
10. Sampah non medis yang berada di TPS nantinya akan dibawa ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) yang dikelola oleh pihak ketiga, dalam hal ini oleh
Pemerintahan Kota.
11. Sampah medis infeksius, medis non infeksius dan medis benda tajam dibawa
ke TPA untuk di proses dengan cara insenerasi yang di kelola oleh pihak
ketiga dalam hal ini oleh Rumah Sakit Islam Arafah.

Unit Terkait Seluruh Unit Rumah Sakit Islam Arafah

PENGELOLAAN LIMBAH BENDA TAJAM


No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-KEP/I/2015 1/1

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Proses yang dilakukan untuk mengelola limbah benda tajam seperti jarum suntik,
Pengertian
jarum jahit bedah, pisau bedah (skalpel), gunting, benang kawat, pecahan ampul
atau kaca dan benda lain yang dapat menusuk atau melukai.
1. Melindungi petugas dari perlukaan.
Tujuan
2. Mencegah paparan dan penyebaran infeksi pada petugas, pasien, pengunjung
dan masyarakat sekitar lingkungan rumah sakit.
Kebijakan 1. Tempat sampah benda tajam harus tahan air, tahan tusuk dan tidak bisa
dibuka lagi.
2. Limbah benda tajam tidak boleh diletakkan disembarang tempat dan tempat
pembuangannya diletakkan didekat lokasi tindakan.
3. Benda tajam tidak boleh ditekuk atau dipatahkan.
4. Benda tajam harus selalu dibuang sendiri ke tempatnya oleh si pemakai.

Prosedur 1. Petugas melakukan kebersihan tangan.


2. Petugas menggunakan APD.
3. Setiap selesai tindakan, benda tajam segera dibuang ke tempat sampah
benda tajam.
4. Untuk pecahan kaca, gunakan kertas dan sapu kecil untuk
mengumpulkannya kemudian bungkus dengan kertas tersebut dan masukkan
kedalam tempat sampah benda tajam.
5. Sapu kembali lantai sampai tidak ada lagi pecahan kaca yang tertinggal.
6. Tutup tempat sampah benda tajam setelah ¾ penuh.
7. Lakukan transportasi limbah benda padat sesuai prosedur.
8. Petugas melepas APD dan melakukan kebersihan tangan.

Unit Terkait - Seluruh Ruang Rawatan


- Poliklinik
- Unit Gawat Darurat
- Unit Kemoterapi
- Kamar Operasi
- Unit Gizi
Unit Cleaning Service

PENATALAKSANAAN LIMBAH RUMAH SAKIT


No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-KEP/I/2015 1/2

Ditetapkan :
Direktur
Standar Prosedur Tanggal Terbit
Operasional Januari 2015

Dr. Dian Fitri Rosetikarini, Mars


Suatu proses yang dilakukan untuk mengelola limbah/sampah yang dihasilkan
Pengertian oleh rumah sakit berupa limbah padat (limbah infeksius, non infeksius, limbah
benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah dengan
kandungan logam berat tinggi dan limbah kontainer bertekanan), limbah cair dan
limbah gas.
5. Agar limbah/sampah rumah sakit dapat ditangani dengan baik.
Tujuan
6. Mencegah penularan penyakit akibat limbah/sampah rumah sakit terhadap
petugas, pasien, pengunjung, lingkungan rumah sakit dan lingkungan di sekitar
rumah sakit.
7. Agar kualitas kesehatan masyarakat di sekitar rumah sakit tetap terjaga
dengan baik.
8. Menjaga citra rumah sakit tetap baik.
Kebijakan 4. Limbah rumah sakit dipisahkan mulai dari sumbernya dan dikelola secara
terpisah sesuai jenisnya.
5. Untuk limbah medis padat, pembuangannya dipisahkan dengan
membedakan warna plastik yang dipasang pada tempat sampah, yaitu :
g. Warna kuning untuk sampah infeksius dan non infeksius.
h. Warna ungu untuk sampah sitotoksis.
i. Sampah infeksius (termasuk sampah sitotoksis) diproses dengan
metode insenerasi atau otoklaf kecuali organ tubuh.
j. Sampah benda tajam mengunakan materi tempat sampah yang tahan
tusuk, tahan air dan tidak mudah bocor.
k. Tempat sampah harus menggunakan jenis yang diinjak dan diberi
label yaitu ; “sampah medis infeksius”, “sampah medis non infeksius”,
“sampah benda tajam”, “sampah non medis”, “sampah organik”,
“sampah non organik”.
l. Sampah infeksius yang telah melalui proses otoklaf diperlakukan
sebagai sampah medis non-infeksius.
6. Untuk limbah non medis padat, pembuangannya menggunakan plastik
warna hitam dan dibedakan berdasarkan jenis limbahnya yaitu sampah
organik dan sampah non-organik.

PENATALAKSANAAN LIMBAH RUMAH SAKIT


No Dokumen No Revisi : Halaman
/SPO-KEP/I/2015 2/2

Standar Prosedur Tanggal Terbit


Operasional Januari 2015

Cara Kerja :

12. Petugas memakai APD berupa masker, sarung tangan dan apron saat
mengelola limbah.
13. Sebelum sampah dari setiap ruangan dibawa ke Tempat Pembuangan
Sementara (TPS), pastikan kantong-kantong sampah sudah dalam kondisi
terikat.
14. Ikat kantong sampah infeksius dan non-infeksius setelah 2/3 penuh.
Prosedur 15. Tutup tempat sampah benda tajam setelah 3/4 penuh.
16. Buang limbah spesimen dari laboratorium (darah, urine, feses, sputum)
kesaluran air limbah menuju Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL).
17. Buang darah dan komponen darah dalam jumlah besar untuk transfusi yang
sudah kadaluarsa atau bersisa karena reaksi transfusi, ke saluran air limbah
menuju IPAL atau di buang sebagai sampah infeksius untuk diinsenerasi.
18. Buang sampah potongan-potongan jaringan tubuh dari Kamar Operasi ke
dalam kantong plastik kuning dan dikelola sebagai sampah medis infeksius
untuk di insenerasi.
19. Buang limbah cair yang bersifat infeksius ke saluran air limbah menuju IPAL.
20. Buang sampah medis dan non medis ke TPS yang terpisah, oleh Petugas
Cleaning Service dengan trolley sampah yang tertutup memakai APD lengkap.
21. Sampah non medis yang berada di TPS nantinya akan dibawa ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) yang dikelola oleh pihak ketiga, dalam hal ini oleh
Pemerintahan Kota.
22. Sampah medis infeksius, medis non infeksius dan medis benda tajam dibawa
ke TPA untuk di proses dengan cara insenerasi yang di kelola oleh pihak
ketiga dalam hal ini oleh Rumah Sakit Islam Arafah.

Unit Terkait Seluruh Unit Rumah Sakit Islam Arafah

Anda mungkin juga menyukai