Boleh dikata masyarakat kita sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang
semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan
kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara.
PENYEBAB
*
Virus (pada umumnya adenovirus)
*
Bakteri or kuman ( staphylococcus dan streptococcus )
*
Jamur (sangat jarang)
*
Chlamydia (Chlamydia trachomatis )
*
Alergi (cuaca, debu, dll)
*
Bahan kimia ( polusi udara, sabun, kosmetik, chlorine, dll)
*
Benda asing.
*
Disebutkan pula bahwa parasit dapat menjadi penyebab konjungtivitis.
Kali ini, kita akan membahas sedikit tentang conjungtivitis yang disebabkan oleh virus
dan kuman. *supaya ga terlalu panjang, aslinya malas, … hehehe*
KELUHAN
Keluhan yang biasa dialami penderita konjungtivitis, antara lain: mata merah, ngeres
(berasa kayak ada pasir atau sesuatu yang mengganjal), gatal, rasa panas, nyeri (kemeng:
bhs jawa) di sekitar mata, air mata nerocos (air mata keluar berlebihan).
Kondisi ini membuat tangan tak kuasa untuk tidak mengucek-ucek, akibatnya makin
bengkak, makin nyeri, makin lengkaplah penderitaan.
TANDA TANDA
Manakala penderita pergi berobat, maka dokter akan memeriksa mata untuk memastikan
tanda-tanda conjungtivitis, yakni:
PENGOBATAN
Pada umumnya konjungtivitis sembuh sendiri (self limited) tanpa pengobatan dalam 10-
14 hari. Jika diobati biasanya akan sembuh sekitar 3 hari. Pengobatan yang bersifat
spesifik bergantung pada penyebabnya.
Pada konjungtivitis karena alergi, ditandai dengan mata merah, gatal, tanpa kotoran mata
dan berulang di saat-saat tertentu (misalnya oleh paparan debu dan sejenisnya), dapat
menggunakan obat tetes mata antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%, dan
sejenisnya), kortikosteroid (deksamethason 0,1%, dan sejenisnya) atau kombinasi
keduanya.
I. PENDAHULUAN
Konjungtivitis flikten adalah suatu peradangan konjungtiva karena reaksi alergi yang
dapat terjadi bilateral ataupun unilateral, biasanya terdapat pada anak-anak dan kadang-
kadang pada orang dewasa.
Penyakit ini merupakan manifestasi alergi endogen, tidak hanya disebabkan protein
bakteri tuberkulosis tetapi juga oleh antigen bakteri lain seperti stafilokokus. Dapat juga
ditemukan pada kandidiasis, askariasis, helmintiasis. Pada binatang percobaan ternyata
flikten juga dapat ditemukan dengan penetesan tuberkuloprotein, bahan-bahan yang
berasal dari stafilokokus, serum kuda dan bahan kimia pada sakus konjungtiva.
Penderita biasanya mempunyai gizi yang buruk.
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari
kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata,
kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi banyak
pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi.
III. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan
penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak pada anak-anak dengan gizi kurang
atau sering mendapat radang saluran napas, serta dengan kondisi lingkungan yang tidak
higiene. Pada orang dewasa juga dapat dijumpai tetapi lebih jarang.
Meskipun sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru, tapi tidak jarang
penyakit paru tersebut tidak dijumpai pada penderita dengan konjungtivitis flikten.
Penyakit lain yang dihubungkan dengan konjungtivitis flikten adalah helmintiasis. Di
Indonesia umumnya, terutama anak-anak menderita helmintiasis, sehingga hubungannya
dengan konjungtivitis flikten menjadi tidak jelas.
IV. ETIOPATOGENESIS
Mekanisme pasti atau mekanisme bagaimana terbentuknya flikten masih belum jelas.
Secara histologis fliktenulosa mengandung limfosit, histiosit, dan sel plasma. Leukosit
PMN ditemukan pada lesi nekrotik.. Bentuk tersebut kelihatannya adalah hasil dari reaksi
hipersensitivitas tipe lambat terhadap protein tuberkulin, Staphylococcuc aureus,
Coccidioides immitis, Chlamydia, acne rosacea, beberapa jenis parasit interstisial dan
fungus Candida albicans. Jarang kasusnya idiopatik.
Keratitis flikten dapat berkembang secara primer dari kornea meskipun seringkali
biasanya menyebar ke kornea dari konjungtiva. Epitel yang ditempati oleh flikten rusak,
membentuk ulkus dangkal yang mungkin hilang tanpa pembentukan jaringan parut.
Flikten khas biasanya unilateral pada atau di dekat limbus, pada konjungtiva bulbar atau
kornea, dapat satu atau lebih, bulat, meninggi, abu-abu atau kuning, hiperemis, terdapat
nodul inflamasi dengan dikelilingi zona hiperemik pembuluh darah. Flikten konjungtiva
tidak menimbulkan jaringan parut. Jaringan parut fibrovaskuler kornea bilateral limbus
cenderung membesar ke bawah daripada ke atas mungkin mengindikasikan flikten
sebelumnya. Flikten yang melibatkan kornea sering rekuren, dan migrasi sentripetal lesi
inflamasi mungkin berkembang. Kadangkala, beberapa inflamasi menimbulkan penipisan
kornea dan jarang menimbulkan perforasi.
V. DIAGNOSIS
Gambaran Klinik:
Gejala Subyektif:
Konjungtivitis flikten biasanya hanya menyebabkan iritasi dengan rasa sakit dengan mata
merah dan lakrimasi. Khasnya pada konjungtivitis flikten apabila kornea ikut terlibat
akan terdapat fotofobia dan gangguan penglihatan. Keluhan lain dapat berupa rasa
berpasir. Konjungtivitis flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut dan konjungtivitis
bakterial akut.
Gejala Obyektif:
Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning atau
kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh
darah konjungtiva (hiperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua mata.
Histopatologi:
Flikten terlihat sebagai kumpulan sel leukosit netrofil yang dikelilingi oleh sel limfosit,
sel makrofag dan kadang-kadang sel datia berinti banyak. Pembuluh darah yang
memperdarahi flikten mengalami proliferasi endotel dan sel epitel di atasnya mengalami
degenerasi.
Laboratorium:
Dapat dilakukan pemeriksaan tinja, kemungkinan kuman dan adanya tuberkulosa paru
dan pemeriksaan kultur konjungtiva. Pemeriksaan dengan pewarnaan gram pada sekret
untuk mengidentifikasi organisme penyebab maupun adanya infeksi sekunder.
VI. PENATALAKSANAAN
Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata.
Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat
menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid.
Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus
Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya
kontraindikasi.
VII. PROGNOSIS
VIII.PENUTUP
Konjungtivitis flikten merupakan peradangan pada konjungtiva yang ditandai dengan
iritasi mata, lakrimasi, serta adanya gangguan penglihatan dan fotofobia ringan sampai
sedang apabila kornea ikut terkena. Secara khas ditandai dengan adanya nodul inflamasi
dengan pelebaran pembuluh darah disekitarnya.
Mekanismenya diduga akibat proses respon alergi hipersensitivitas lambat terhadap
protein mikroba seperti basil tuberkel, staphylococcus, chlamydia, dan candida albicans.
Didapatkan terutama pada anak-anak dengan gizi kurang yang tinggal di daerah dengan
higiene yang buruk dan sering mendapatkan radang saluran napas.
Terapi terutama ditujukan untuk mengeridikasi penyebabnya serta pemberian steroid bila
gejalanya agak berat. Perlu diperhatikan juga higiene mata untuk mencegah infeksi
sekunder.
Dengan pengobatan yang adekuat diperoleh hasil yang baik.
DEFINISI
Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva.
Konjungtivitis Gonokokal
Bayi baru lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika
melewati jalan lahir.
Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin
iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa
menyebabkan konjungtivitis gonokokal.
Dalam waktu 12-48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri.
Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan.
Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes
mata yang mengandung antibiotik.
PENYEBAB
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
Infeksi olah virus atau bakteri
Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik
atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan
konjungtivitis.
GEJALA
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran.
Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih.
Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih.
Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena
alergi.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
PENGOBATAN
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya.
Untuk memperbaiki posisi kelopak mata atau membukan saluran air mata yang
tersumbat, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
PENCEGAHAN
Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
sakit.
Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya.
Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.