Anda di halaman 1dari 20

IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT

DALAM PENDIDIKAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Total Quality Management”

Dosen Pengampu :
Tri Heni Aprilia, M.Pd.

Disusun oleh :
Lailatun Nafi’ah (20201127)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur dengan berkat rahmat Allah


SWT yang telah memudahkan penulis dalam menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, Rasulullah terakhir yang diutus dengan membawa syari’ah yang mudah,
penuh rahmat, dan membawa keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Makalah berjudul “Implementasi Total Quality Management dalam
Pendidikan” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Total Quality
Management. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan yang ada agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan. Sesuai
dengan fitrahnya, manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang tak luput dari
kesalahan dan kekhilafan, maka dalam makalah yang penulis susun ini belum
mencapai tahap kesempurnaan.
Terakhir, penulis mengucapkan Jazakumullah akhsanal jaza, kepada pihak-
pihak yang turut membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya
kepada Ibu Tri Heni Aprilia, M.Pd. yang telah memberikan tugas dan bimbingan
dalam penyusunan makalah ini. Mudah- mudahan makalah ini dapat memberikan
manfaat untuk kita semua dalam kehidupan sehari- hari. Adapun kritik dan saran
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 06 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Perkembangan TQM dalam Pendidikan ...................................................... 3

B. Komponen-komponen TQM dalam Pendidikan .......................................... 5

C. Langkah-langkah dalam Perbaikan Mutu .................................................... 7

D. Siklus Mutu .................................................................................................. 8

E. Penyebab Kegagalan TQM dalam Pendidikan .......................................... 10

F. Diversifikasi TQM dalam Pendidikan ....................................................... 12

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14

A. Kesimpulan ................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi dunia yang semakin maju dan berkembang menuntut adanya
persiapan yang matang bagi semua manusia untuk masuk di dalamnya.
Berbagai tantangan dunia telah memberikan sinyal bahwa Indonesia sebagai
anggota dunia harus mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul
sebagai akibat dari perkembangan zaman dan globalisasi yang semantara
berjalan. Selain globalisasi, perkembangan teknologi informasi juga menjadi
tantangan besar bagi bangsa Indonesia, tanpa ada upaya yang baik untuk
memfilter dengan baik maka Indonesia akan terbawa dengan arus globalisasi
tanpa arah. Oleh sebab itu, pendidikan perlu dijadikan kekuatan untuk
membentengi manusia Indonesia dengan kualitas iman taqwa serta ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan zaman yang ditandai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin menuntut
peningkatan kualitas pendidikan dalam berbagai aspek. Peningkatan tersebut
tidak hanya pada satu aspek saja, akan tetapi mencakup segala aspek yang
berkaitan dalam proses pendidikan mulai dari masukan (input), proses dan
keluaran (output).
Salah satu tolak ukur peningkatan tersebut ada pada perbaikan aspek
manajemen yang baik. Apabila manajemen sudah diterapkan dengan baik
maka institusi apapun termasuk institusi pendidikan akan mampu
menghasilkan kinerja dan hasil karya yang bermutu. Menurut Fattah,
manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan prilaku
organanisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan
(satisfaction). Hal ini menunjukkan bahwa manajemen memiliki peran penting
untuk mengantarkan kemajuan organisasi. Oleh karena itu, persoalan
manajemen perlu mendapat perhatian karena memberikan implikasi pada
peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
Dalam dunia bisnis dan industri dikenal istilah Total Quality Management
(TQM) yang kemudian diadopsi dalam dunia pendidikan. Ada yang tetap

1
menggunakan istilah yang sama yaitu Total Quality Management (TQM), ada
pula yang melakukan penyesuaian dengan istilah Total Quality Education
(TQE). Apapun istilah yang digunakan namun ujung dari penerapan istilah
tersebut adalah peningkatan kualitas atau aspek mutu yang semakin baik dari
pengelolaan sebuah insitusi baik bisnis, industri maupun juga pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan TQM dalam pendidikan?
2. Apa saja komponen-komponen TQM dalam pendidikan?
3. Apa saja langkah-langkah dalam perbaikan mutu?
4. Bagaimana terjadinya siklus mutu?
5. Apa penyebab kegagalan TQM dalam pendidikan?
6. Bagaimana diversifikasi TQM dalam pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan TQM dalam pendidikan
2. Untuk mengetahui komponen-komponen TQM dalam pendidikan
3. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam perbaikan mutu
4. Untuk mengetahui terjadinya siklus mutu
5. Untuk mengetahui penyebab kegagalan TQM dalam pendidikan
6. Untuk mengetahui diversifikasi TQM dalam pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan TQM dalam Pendidikan


TQM sebenarnya di kembangkan dari pemikiran sistem thingking, yang
juga di mulai dari dunia industri yang selanjutnya di jabarkan dan di
aplikasikan menjadi TQM di dunia pendidikan. Manajemen peningkatan mutu
yang di kembangkan di dunia pendidikan ini merupakan suatu model yang di
aplikasikan berdasarkan prinsip sistem Thingking yang menekankan bahwa
segala sesuatu harus di lihat dalam prespektif kebutuhan yang di padukan
dengan Quality Assurance yang di kembangkan di Australia.1
TQM memang cenderung lebih merujuk pada dunia bisnis dan industri
jika diperhatikan. Namun kenyataannya kini sudah banyak lembaga
pendidikan yang mulai menerapkan TQM ini sebagai standar mutu dalam
pencapaian mutu lembaga pendidikan itu sendiri yang lebih identik dengan
manajemen mutu terpadu. Yang mana TQM disini merupakan suatu makna
dan standar mutu dalam bidang pendidikan, yang memberikan filosofi
seperangkat alat guna memperbaiki mutu di suatu lembaga pendidikan
tersebut. Dalam hal ini TQM diharapkan dapat memberikan peningkatan
improvement di berbagai aspek pendidikan.
Peningkatan mutu menjadi titik utama dalam pencapaian tujuan dari
manajemen yang dikelola, untuk mencapai kesuksesan implementasi TQM
tidak mudah.2 Juran memaparkan tiga proses manajerial dalam suatu
organisasi yang dikenal dengan Trilogy Juran, yaitu planning, control,
improvement. Walaupun dalam trilogy di atas seperti lebih menekankan pada
aspek keuangan, namun disini dapat dimaknai pada lingkup pendidikan. Yang
mana utamanya dalam penekanan tentang pentingnya dilakukan terus
perbaikan mutu atas produk walaupun teknik yang diberikan berbeda beda.

1
Suto Prabowo, “Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan,” Sosial Humaniora 5, no.
1 (2012): 72–78.
2
Afiqoh Akmalia Fahmi dan Subagyo, “Kajian Faktor Kesuksesan Implementasi Total Quality
Management di Perguruan Tinggi,” Seminar Nasional Teknik Industri Universitas Gadjah Mada,
2019, 1–6.

3
Strategi yang diterapkan dalam dunia pendidikan pada manajemen mutu
terpadu ini yaitu lembaga pendidikan menempatkan dirinya sebagai lembaga
jasa atau dengan makna lain menjadi industri jasa yang memberikan
pelayanan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Meskipun
konsep tersebut cenderung pada pengelolaan keuangan atau finansial, namun
dapat diterjemahkan dalam berbagai bidang termasuk pendidikan. Intinya
adalah bahwa adanya penekanan tentang pentingnya perbaikan mutu secara
terus menerus bagi setiap produk walaupun teknik yang diajarkan berbeda-
beda. Strategi yang dikembangkan dalam penggunan manajemen mutu terpadu
dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya
sebagai institusi jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa yakni institusi
yang memberikan pelayanan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
pelanggan. Setiap pelanggan tentu saja menginginkan pelayanan yang
memuaskan (Rolan, 2020), sehingga institusi harus mampu meningkatkan
pelayanan dan mutu jasa mereka. Oleh karena itu, perlu sistem manajemen
mutu yang mampu memberdayakan institusi pendidikan agar lebih bermutu .3
Tujuan utama TQM dalam bidang pendidikan adalah meningkatkan mutu
pendidikan secara berkelanjutan, terus menerus, dan terpadu. Serta
mengorientasikan sistem manajemen, perilaku staf, fokus organisasi dan
proses-proses pengadaan pelayanan sehingga lembaga penyedia pelayanan
bisa berproduksi lebih baik, pelayanan yang lebih efektif yang memenuhi
kebutuhan, keinginan dan keperluan pelanggan. TQM juga merupakan suatu
filosofi suatu peningkatan yang berkelanjutan, yang dapat dijadikan alat
praktis oleh lembaga pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan serta
harapan pelanggan sekarang dan di masa yang akan datang. Dalam kaitan ini,
seluruh bagian dan sistem lembaga harus saling mendukung dan saling
melengkapi. Keberhasilan unit-unit tersebut mempengaruhi keberhasilan
organisasi secara keseluruhan.
Penerapan TQM dalam dunia usaha atau industri dikatakan berhasil
apabila telah dijadikan inspirasi bagi perbaikan kualitas di sektor atau bidang

3
Nur Aimmatul Aula, Hindun Maisaroh, dan Umul Lathifah, “Pengembangan Mutu Sekolah
Melalui Pendekatan TQM,” Ar-Rosikhun: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 1 (2021):
37–45, https://doi.org/10.18860/rosikhun.v1i1.13910.

4
lainnya, termasuk bidang pendidikan. TQM masuk dalam bidang pendidikan
sekitar tahun 1980. Awal mulanya TQM dilaksanakan di perguruan tinggi, dan
mulai mengalami perkembangan sekitar tahun 1990 di negara Inggris dan
Amerika. TQM dalam pendidikan adalah filosofi tentang perbaikan secara
terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap
institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para
pelanggannya, saat ini dan masa yang akan datang. Manajemen mutu
pendidikan merupakan aplikasi konsep manajemen mutu yang disesuaikan
dengan sifat dasar sekolah sebagai organisasi jasa kemanusiaan (pembinaan
potensi pelajar) melalui pengembangan pembelajaran berkualitas, agar
melahirkan lulusan yang sesuai dengan harapan orangtua, masyarakat, dan
pelanggan pendidikan lainnya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat dikaji, bahwa TQM dalam
bidang pendidikan haruslah mengutamakan pemenuhan kebutuhan pelanggan
pendidikan dengan cara mengadakan perbaikan secara berkesinambungan
terhadap seluruh aspek spesifik yang ada dalam lembaga pendidikan, terutama
bidang kurikulum yang terkait dengan kegiatan belajar mengajar bagi siswa,
dengan melibatkan seluruh unsur pimpinan dan staf yang ada dalam suatu
lingkungan lembaga pendidikan atau sekolah. Untuk mengembangkan
kurikulum secara terus menerus berdasarkan suara hati dari pasar, maka
lembaga pendidikan (sekolah) wajib melakukan survei tentang apa yang
dibutuhkan oleh para pelanggan. Pelanggan disini mengacu pada peserta didik,
tenaga pendidik atau guru, staf sekolah, serta survei kebutuhan pengguna
lulusan sekolah. Setelah ini ditemukan, maka selanjutnya sekolah dapat
menetapkan seperangkat rencana pengembangan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan pasar kepada siswa dalam proses belajar-mengajar.4

B. Komponen-komponen TQM dalam Pendidikan


Joseph Juran memperkenalkan tiga proses kualitas atau mutu diantaranya
sebagai berikut:

4
Anita Purbaningrum, “Peningkatan Mutu Sekolah Melalui Total Quality Management (Tqm),”
Seminar Nasional Pendidikan dan Call for Papers (SNDIK) I 2019, no. 22 (2019): 26–31,
http://hdl.handle.net/11617/11176.

5
1. Perencanaan mutu (quality planning) yang meliputi kualitas pelanggan,
menentukan kebutuhan pelanggan, menyusun sasaran mutu, dan
meningkatkan kemampuan proses.
2. Pengendalian mutu (quality control), terdiri dari memilih dasar
pengendalian, memilih jenis pengukuran, menyusun standar kerja, dan
mengukur kinerja yang sesungguhnya,
3. Perbaikan dan peningkatan mutu (quality improvement), terdiri dari:
mengidentifikasi perbaikan khusus, mengorganisasi lembaga untuk
mendiagonis kesalahan, menemukan penyebab kesalahan peningkatan
kebutuhan untuk mengadakan perbaikan.
Joseph Juran berpendapat bahwa penggunaan sebuah pendekatan untuk
meningkatkan mutu pendidikan harus tahap demi tahap sebab semua
bentuk peningkatan mutu harus dilakukan dengan cara tahap demi tahap.
Menurut Joseph Juran komponen manajemen mutu diatas secara sistematis
menjadi hal-hal dibawah ini:
1. Membangun kesadaran terhadap kebutuhan dan kesempatan untuk
pengembangan
2. Menyusun tujuan yang jelas untuk pengembangan
3. Menciptakan susuanan organisasi untuk menjalankan proses
pengembangan
4. Menyediakan pelatihan yang sesuai
5. Mengambil pendekatan terhadap penyelesaian masalah
6. Mengidentipikasi dan melaporkan pelaksanaan
7. Mengetahui keberhasilan
8. Mengomunikasikan hasil
9. Melaporkan perubahan
10. Mengembangkan peningkatan tahunan pada seluruh proses pendidikan.
Dalam mengelola mutu pendidikan, hemat penyusun seorang
pimpinan harus memperhatikan komponen-komponen diatas, adanya
kolaborasi yang baik diantara komponen-komponen tersebut, maka akan

6
memudahkan mendapat mutu pelayanan pendidikan.5 Selain itu harus
mengevaluasi sejauh mana keberhasilan yang telah dilakukan yang
berkaitan dengan perencanaan The Juran Trilogy tentang mutu (Quality
Planning), pengendalian mutu (Quality Control), dan perbaikan serta
peningkatan mutu (Quality Improvement).6

C. Langkah-langkah dalam Perbaikan Mutu


Secara umum kualitas atau mutu merupakan karakteristik dari suatu
produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh
melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan.7 Untuk
menciptakan sebuah lembaga pendidikan yang bermutu sebagaimana yang
diharapkan banyak orang atau masyarakat bukan hanya menjadi tanggung
jawab sekolah, tetapi merupakan tanggung jawab dari semua pihak termasuk
didalamnya orang tua dan dunia usaha sebagai customer internal dan eksternal
dari sebuah lembaga pendidikan.8
Juran mengemukakan sepuluh langkah untuk memperbaiki kualitas yang
lebih dikenal dengan Juran’s Ten Steps to Quality Improvement :
1. Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang
untuk melakukan perbaikan
2. Menetapkan tujuan perbaikan
3. Mengorganisasikan
4. Menyediakan pelatihan
5. Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah
6. Melaporkan perkembangan
7. Memberikan penghargaan
8. Mengkomunikasikan hasil-hasil
9. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai

5
Nur Rahmi Sonia, “Total Quality Management dalam Lembaga Perguruan Tinggi,” Southeast
Asian Journal of Islamic Education Management 2, no. 1 (2021): 125–39,
6
Ella Siti Chaeriah, “Manajemen Berbasis Mutu,” Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana 4,
no. 2 (2016): 2338–4794.
7
Hayu Kartika, “Perbaikan kualitas dengan menggunakan gugus kendali mutu” 1, no. 1 (2017):
57–65.
8
Rahmat Hidayat, “Manajemen Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam Di Kota Medan,”
Jurnal Isema : Islamic Educational Management 1, no. 1 (2019): 123–40,

7
10. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem
reguler perusahaan.

Juran meyakini bahwa apabila suatu perusahaan ingin mencapai kualitas


dan mampu bersaing ditingkat dunia maka mereka harus melakukan tiga
langkah strategis yang dikenal dengan Juran’s Three Basic Steps to Progress,
yakni :
1. Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambuungan yang
dikomunikasikan dengan dedikasi dan keadaan yang mendesak
2. Mengadakan program pelatihan secara luas
3. Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat manajemen yang
lebih tinggi.9

D. Siklus Mutu
Siklus PDCA atau lebih dikenal dengan PDCA Cycle, dikembangkan oleh
Deming, salah satu pemikir yang memiliki andil besar dalam menemukan
TQM, merupakan strategi yang sangat berharga untuk meningkatkan situasi
proses apapun, dari pemecahan masalah produksi kecil secara terus menerus.
Siklus PDCA sebenarnya lebih dari strategi pemecahan masalah. Siklus ini
pada dasarnya adalah sebuah alat untuk perbaikan proses yang
berkesinambungan. Gambar dibawah menunjukkan bagaimana standarisasi
final setelah setiap siklus PDCA sukses bertindak sebagai konsolidator dari
apa yang telah ditingkatkan, dan sebagai dasar untuk siklus lebih lanjut. Siklus
PDCA sebagai implementasi kaizen mengharuskan untuk memiliki standar
spesifikasi, standar proses, standar sistem, standar prosedur, standar instruksi
kerja, dan sebagainya. Semua pekerjaan harus diukur dan dilakukan untuk
standar. Setelah menerapkan perbaikan apapun, harus dilakukan standarisasi
untuk tampil konsisten agar apa yang diusahakan dapat ditingkatkan.
Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Perencanaan (Plan). Artinya merencanakan sasaran (Goal=Tujuan) dan
proses apa yang dibutuhkan untuk menentukan hasil yang sesuai dengan

9
Riyuzen Tuala Praja, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah, Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952., 2015.

8
spesifikasi tujuan yang ditetapkan. Perencanaan ini dilakukan untuk
mengidentifikasi atas permasalahan yang terjadi dan mengambil
kesimpulan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
permasalahan. 10
2. Pelaksanaan (Do). Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara
bertahap, mulai dari skala kecil dan pembagian tugas secara merata sesuai
dengan kapasitas dan kemampuan dari setiap personil. Dalam konsep do
ini kita harus benar-benar melakukannya segera dan tidak menunda.
Semakin kita menunda pekerjaan, maka waktu kita semakin terbuang dan
yang pasti pekerjaan akan bertambah banyak dan masalah yang terjadi pun
semakin besar terjadi.
3. Pemeriksaan (Check). Memeriksa atau meneliti merujuk pada penetapan
apakah pelaksanaannya berada dalam jalur, sesuai dengan rencana dan
memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan. Membandingkan
kualitas hasil produksi dengan standar yang telah ditetapkan, berdasarkan
penelitian diperoleh data kegagalan dan kemudian ditelaah penyebab
kegagalannya.
4. Perbaikan (Action). Tahapan keempat Melakukan tindakan penyesuaian
bila diperlukan (Action) Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang
didasarkan hasil analisis di atas. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi
prosedur baru guna menghindari timbulnya kembali masalah yang sama
atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.11

Manfaat dari Siklus PDCA adalah :


1. Untuk memudahkan pemetaan wewenang dan tangggungjawab dari
sebuah unit organisasi
2. Sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sitem di sebuah
organisasi

10
Politeknik Negeri Lhokseumawe et al., “Tugas Akhir Tugas Akhir,” Jurnal Ekonomi Volume 18,
Nomor 1 Maret201 2, no. 1 (2020): 41–49.
11
Fitriani, “Siklus PDCA Dan Filosofi Kaizen,” Manajemen 16, no. 1 (2018): 625–40.

9
3. Untuk menyelesaikan serta mengendalikan permasalahan dengan pola
yang runtun dan sistematis. 12
4. Untuk kegiatan continus improvement dalam rangka memperpendek alur
kerja
5. Menghapuskan pemborosan di tempat kerja dan meningkatkan
produktivitas.13

E. Penyebab Kegagalan TQM dalam Pendidikan


Mengingat Manajemen Mutu Terpadu merupakan hal yang masih baru
dalam dunia pedidikan. Hal ini akan menimbulkan berbagai penolakan serta
membutuhkan sumber daya manusia untuk melaksanakan manajemen mutu
tersebut, serta menuntut adanya komitmen jangka panjang dari semua pihak.
Maka dari itu akan muncul hambatan-hambatan dalam mengimplementasikan
manajemen mutu terpadu di lembaga pendidikan, antara lain:
1. Presepsi atau interpretasi guru dan tenaga kependidikan lainnya terhadap
perubahan akan mempengaruhi perubahan tersebut
2. Belum adanya kebersamaan sikap terhadap kualitas
3. Kesiapan Sumber daya manusia yang akan menjadi modal utama dalam
menjalankan program.
Berdasarkan uraian diatas maka kemungkinan dalam mengahadapi
hambatan penerapan manajemen mutu terpadu dapat dilakukan dengan cara
memupuk komitmen yang tinggi oleh semua anggota organisasi untuk
melakukan perubahan terhadap peningkatan kualitas. Dengan sikap komitmen
tersebut akan menimnbulkan kekuatan yang besar untuk menerapkan
Manajemen Mutu Terpadu di sekolah agar dapat meningkatkan kualitas mutu
pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, komitmen tersebut bersifat jangka
panjang. 14
Konsep tentang TQM terkadang masih menimbulkan kekeliruan dalam
menanggapi dan memahaminya, sehingga kesalahan tersebut dapat

12
Riyantini, “Pendekatan Pdca Dalam Kegiatan Pemantauan Pdca Approach in Monitoring
Quality Control,” Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS 12, no. 20 (2017): 143–53.
13
Wibawanto, “Bab Ii Landasan Teori,” Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9
(2018): 8–24.
14
Rivanur Sarah, Rusdinal, dan Hade Afriansyah, “Hambatan dalam Penerapan Manajemen Mutu
Terpadu (TQM) dalam Pendidikan dan Pemecahannya,” INA-Rxiv, 2019.

10
menyebabkan kegagalan dalam mengimplementasikan TQM yang kemudian
tidak menghasilkan perbaikan, diantara penyebab kegagalan tersebut antara
lain adalah kesalahan pemahaman mengenai TQM.
Kesalahan pemahaman mengenai TQM akan menyebabkan kegagalan
dalam mengimplementasikannya, yang perlu diingat bahwa TQM tidak
diterapkan pada dan untuk anda serta bukan untuk memerikasa agenda orang
lain, tetapi untuk sebuah institusi yang sejak awal memiliki komitmen untuk
melaksanakan agenda yang telah ditetapkan oleh konsumen, sehingga sejak
awal institusi tersebut sudah melakukan sosiliasi, pelatihan, dan membuat
komitmen untuk melaksanakan TQM.
Sebab TQM bukanlah inspeksi dan tidak menyediakan kesempatan
untuk memeriksa bila terjadi kesalahan, tetapi sebuah keinginan untuk selalu
baik sejak awal. TQM bukanlah pekerjaan manajer senior yang selanjutnya
dilaksakan oleh bawahan, tetapi TQM menegaskan bahwa seluruh yang
terlibat dalam organisasi harus terlibat dalam mutu secara terus-menerus.
Dengan demikian setiap individu (apapun statusnya) dalam organisasi yang
menerapka TQM adalah manajer bagi tanggung jawabnya. Apabila suatu
organisasi menerapkan TQM dengan cara sebagaimana mereka melaksanakan
inovasi manajemen lainnya, atau bahkan bila mereka menganggap TQM
sebagai obat ajaib atau alat penyembuh yang cepat, maka usaha tersebut telah
gagal semenjak awal.
Penyebab kegagalan implementasi Total Quality Manajemen dalam
Pendidikan antara lain adalah:
1. Delegasi dan kepemiminan yang tidak baik
2. Pembentukan tim yang tidak kompak
3. Tidak memiliki pemahaman yang sama
4. Tidak adanya budaya kerja baru yang lebih berkualitas
5. Menggunakan pendekatan terbatas dan dogmatis
6. Harapan yang berlebihan dan tidak realistis
7. Tidak adanya pendampingan terhadap seluruh guru dan karyawan dalam
mengimplementasikan Total Quality Manajemen dalam pendidikan.

11
F. Diversifikasi TQM dalam Pendidikan
Sebenarnya Total Quality Management dimulai dari bidang industri.
Dalam bidang industri, sejak dulu selalu ada keharusan untuk merasa
yakin bahwa produk sudah sesuai dengan spesifikasinya agar mampu
memberikan kepuasan kepada para pelanggan agar dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan. Menjaga mutu sebuah produk akan
menyebabkan konsumen atau pelanggan semakin percaya terhadap produk
tersebut dan juga memberikan keuntungan kepada konsumen. Hal ini juga
dialami dalam dunia pendidikan, dimana sekolah-sekolah atau lembaga-
lembaga pendidikan menerapkan suatu mutu agar peserta didik dapat
merasa nyaman dan puas atas layanan yang diberikan oleh pihak sekolah atau
lembaga pendidikan.
Disamping itu, divisi ini adalah proses yang harus dilakukan di bawah
bendera produksi massal dan tenaga kerjanya sangat mahal, sehingga
terkadang mereka diberhentikan dan kemudian dipekerjakan kembali.
Gagasan perbaikan mutu dan jaminan mutu mulai dimunculkan setelah
perang dunia kedua. Meskipun demikian, perusahaan-perusahaan di
Inggris dan Amerika baru tertarik pada isu mutu di tahun 1980 an, saat
mereka mempertanyakan keunggulan Jepang dalam merebut pasar dunia.
Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan adalah tentang kesuksesan orang-
orang Jepang, apakah hal tersebut disebabkan oleh pengaruh budaya
nasional ataukah tehnik manajemen mereka yang baik.
Pengelolaan dan pengembangan lembaga pendidikan di Indonesia
diarahkan pada tujuan yang sama yaitu mewujudkan Standar
Nasional Pendidikan (SNP) termasuk lembaga pendidikan, yang meliputi:
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidikan
dan tenaga kependidikan, standar pendidik dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Setiap
lembaga pendidikan perlu meningkatkan kualitasnya dengan merujuk
pada standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum dan
dilakukan secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Pencapaian tujuan-tujuan diatas memerlukan pendekatan

12
dan pengelolaan tertentu dalam mengembangkan kurikulumnya, sehingga
kualitas lembaga pendidikan dapat terus ditingkatkan.
Beberapa pilar utama TQM yang dapat diimplementasikan kedalam
pengembangan kurikulum pendidikan, meliputi atas fokus pada pelanggan,
keterlibatan total, pengukuran hasil, komitmen dan perbaikan terus menerus.
Dalam pengembangan kurikulum secara nasional yang mengacu pada
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menetapkan 8
(delapan) aspek pendidikan yang harus distandarkan. Walaupun
saat ini telah dirampungkan dan siap dilaksanakan baru dua standar, yaitu
standar isi dengan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun
2006, dan standar kompetensi lulusan (SKL) melalui peraturan menteri
pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006 serta peraturan menteri
pendidikan nasional nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan standar isi
dan standar kompetensi lulusan. Departemen Pendidikan Nasional RI.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Demikian juga panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selanjutnya setiap satuan
pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kurikulum yang
diimplementasikan pada satuan pendidikan masing-masing. Pengembangan
kurikulum nasional dan penjabaran serta penyusunannya pada Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah bentuk komitmen terhadap kebutuhan
pelanggan (masyarakat dan daerah) dengan melibatkan semua
komponen yang ada pada satuan pendidikan mulai dari kepala sekolah,
para tenaga pengajar dan stakeholders lainnya.15

15
Ayu Annisa dan Pinkan Gyfend, “Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Islam,” Jurnal
Syntax Transformation 2, no. 7 (2021): 929–36, https://doi.org/10.46799/jst.v2i7.318.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penerapan TQM dalam dunia usaha atau industri dikatakan berhasil
apabila telah dijadikan inspirasi bagi perbaikan kualitas di sektor atau bidang
lainnya, termasuk bidang pendidikan. TQM masuk dalam bidang pendidikan
sekitar tahun 1980. Awal mulanya TQM dilaksanakan di perguruan tinggi, dan
mulai mengalami perkembangan sekitar tahun 1990 di negara Inggris dan
Amerika. TQM dalam pendidikan adalah filosofi tentang perbaikan secara
terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap
institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para
pelanggannya, saat ini dan masa yang akan datang. Manajemen mutu
pendidikan merupakan aplikasi konsep manajemen mutu yang disesuaikan
dengan sifat dasar sekolah sebagai organisasi jasa kemanusiaan (pembinaan
potensi pelajar) melalui pengembangan pembelajaran berkualitas, agar
melahirkan lulusan yang sesuai dengan harapan orangtua, masyarakat, dan
pelanggan pendidikan lainnya.
Menurut Joseph Juran komponen manajemen mutu secara sistematis
menjadi hal-hal dibawah ini: 1). Membangun kesadaran terhadap kebutuhan
dan kesempatan untuk pengembangan. 2). Menyusun tujuan yang jelas untuk
pengembangan. 3). Menciptakan susuanan organisasi untuk menjalankan
proses pengembangan. 4). Menyediakan pelatihan yang sesuai. 5). Mengambil
pendekatan terhadap penyelesaian masalah. 6).Mengidentipikasi dan
melaporkan pelaksanaan. 7). Mengetahui keberhasilan. 8). Mengomunikasikan
hasil. 9). Melaporkan perubahan 10). Mengembangkan peningkatan tahunan
pada seluruh proses pendidikan.
Juran juga mengemukakan sepuluh langkah untuk memperbaiki kualitas
yang lebih dikenal dengan Juran’s Ten Steps to Quality Improvement :
1). Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang
untuk melakukan perbaikan. 2).Menetapkan tujuan perbaikan.
3).Mengorganisasikan. 4). Menyediakan pelatihan. 5). Melaksanakan proyek-

14
proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah. 6). Melaporkan
perkembangan.7). Memberikan penghargaan. 8). Mengkomunikasikan hasil-
hasil. 9). Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai. 10).
Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem reguler
perusahaan.
Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu: Perencanaan (Plan)
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Pelaksanaan ( Do)
Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai dari
skala kecil dan pembagian tugas secara merata sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan dari setiap personil. Pemeriksaan (Check) Memeriksa atau
meneliti merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya berada dalam jalur,
sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan.
Perbaikan (Action) Tahapan keempat Melakukan tindakan penyesuaian bila
diperlukan (Action) Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang
didasarkan hasil analisis di atas.
Penyebab kegagalan implementasi Total Quality Manajemen dalam
Pendidikan antara lain adalah: Delegasi dan kepemiminan yang tidak baik,
Pembentukan tim yang tidak kompak, tidak memiliki pemahaman yang sama,
tidak adanya budaya kerja baru yang lebih berkualitas, menggunakan
pendekatan terbatas dan dogmatis, harapan yang berlebihan dan tidak realistis,
tidak adanya pendampingan terhadap seluruh guru dan karyawan dalam
mengimplementasikan total quality manajemen daalam pendidikan.
Sebenarnya Total Quality Management dimulai dari bidang industri.
Dalam bidang industri Menjaga mutu sebuah produk akan menyebabkan
konsumen atau pelanggan semakin percaya terhadap produk tersebut dan
juga memberikan keuntungan kepada konsumen.Hal ini juga dialami dalam
dunia pendidikan, dimana sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga
pendidikan menerapkan suatu mutu agar peserta didik dapat merasa
nyaman dan puas atas layanan yang diberikan oleh pihak sekolah atau
lembaga pendidikan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Ayu, dan Pinkan Gyfend. “Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan
Islam.” Jurnal Syntax Transformation 2, no. 7 (2021): 929–36.
https://doi.org/10.46799/jst.v2i7.318.
Aula, Nur Aimmatul, Hindun Maisaroh, dan Umul Lathifah. “Pengembangan
Mutu Sekolah Melalui Pendekatan TQM.” Ar-Rosikhun: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam 1, no. 1 (2021): 37–45.
https://doi.org/10.18860/rosikhun.v1i1.13910.
Chaeriah, Ella Siti. “Manajemen Berbasis Mutu.” Jurnal Manajemen Bisnis
Krisnadwipayana 4, no. 2 (2016): 2338–4794.
Fahmi, Afiqoh Akmalia, dan Subagyo. “Kajian Faktor Kesuksesan Implementasi
Total Quality Management di Perguruan Tinggi.” Seminar Nasional Teknik
Industri Universitas Gadjah Mada, 2019, 1–6.
Fitriani. “Siklus PDCA Dan Filosofi Kaizen.” Manajemen 16, no. 1 (2018): 625–
40.
Hidayat, Rahmat. “Manajemen Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam Di
Kota Medan.” Jurnal Isema : Islamic Educational Management 1, no. 1
(2019): 123–40. https://doi.org/10.15575/isema.v1i1.4982.
Kartika, Hayu. “Perbaikan kualitas dengan menggunakan gugus kendali mutu” 1,
no. 1 (2017): 57–65.
Lhokseumawe, Politeknik Negeri, rahayu deny danar dan alvi furwanti Alwie, Adi
Bagus Prasetio, dan Roni Andespa. “Tugas Akhir Tugas Akhir.” Jurnal
Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret201 2, no. 1 (2020): 41–49.
Prabowo, Suto. “Total Quality Management (TQM) dalam Pendidikan.” Sosial
Humaniora 5, no. 1 (2012): 72–78.
Praja, Riyuzen Tuala. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah. Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2015.
Purbaningrum, Anita. “Peningkatan Mutu Sekolah Melalui Total Quality
Management (Tqm).” Seminar Nasional Pendidikan dan Call for Papers
(SNDIK) I 2019, no. 22 (2019): 26–31. http://hdl.handle.net/11617/11176.
Riyantini. “Pendekatan Pdca Dalam Kegiatan Pemantauan Pdca Approach in

16
Monitoring Quality Control.” Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS
12, no. 20 (2017): 143–53.
Sarah, Rivanur, Rusdinal, dan Hade Afriansyah. “Hambatan dalam Penerapan
Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dalam Pendidikan dan Pemecahannya.”
INA-Rxiv, 2019.
Sonia, Nur Rahmi. “Total Quality Management dalam Lembaga Perguruan
Tinggi.” Southeast Asian Journal of Islamic Education Management 2, no. 1
(2021): 125–39. https://doi.org/10.21154/sajiem.v2i1.47.
Wibawanto. “Bab II Landasan Teori.” Journal of Chemical Information and
Modeling 53, no. 9 (2018): 8–24.

17

Anda mungkin juga menyukai