Makalah Fiqih 2
Makalah Fiqih 2
PENDAHULUAN
Pembunhan dapat terjadi dimana-mana dengan motif yang beraneka ragam. Berapa banyak
jiwa yang telah melayang pada setiap tahunnya. Pembunuhan sering terjadi di negeri ini,baik itu
dengan sengaja ataupun tidak sengaja, dengan alat yang mematikan atau tidak. Walaupun
demikan,penarapan hukum yang telah ditegakkan tidak mampu memberikan efek jera. Kita dapat
mencari betapa banyak kasus pembunuhan yang terjadi tanpa adanya penyelesaian. Oleh karena itu,
Islam yang merupakan agama rahmatan lil’alamin selalu menebarkan kedamaian, Ketentraman, Dan
keselamatan bagi para pemeluknya. Namun karena kurangnya kesadaran dalam diri manusia, Perbuatan
tersebut terjadi dimana-mana.
Dalam hal ini fikih membahas mengenai tiindakan pidana kejahatan beserta sangsi hukumnya
disebut dengan istilah jarimah atau “uqubah. Jarimah dibagi menjadi dua, Yaitu jinayah dan hudud.
Jinayah membahas tentang pelaku tindakan kejahatan beserta sangsi hukumnya yang berkaitan dengan
pembunuhan yang meliputi qishash, diyat, dan kaffarah. Sedangkan hudud membahas tentang pelaku
tindakan kejahatan selain pembunuhan yaitu masalah penganiayaan beserta sanksi hukumannya yang
meliputi zina, qadzaf, mencuri,minum khamr,menyamun,merampok,merompak dan bughat
(Memberontak).
Dalam bab ini kami akan membahas hukum pembunuhan dan hikmahnya, ketentuan hukum
islam tentang qishash dan hikmahnya, ketentuan hukum islam tentang diyat, kaffarah, dan hikmahnya,
serta contoh-contoh qishash, diyat, dan kaffarah.
BAB I
PEMBAHASAN
A. HUKUM PEMBUNUHAN
1. Pengertian Pembunuhan
Pengertian Pembunuhan adalah melenyapkan nyawa seseorang sehingga menjadi mati,
baik disengaja atau tidak sengaja, baik menggunakan alat atau tidak menggunakan alat.
2. Dasar Hukum Larangan Membunuh Larangan membunuh
Ini ditegaskan Allah SWT dalam QS. Al-Isra: 33,
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu alasan yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka
sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris
itu melampaui batas dalam membunuh dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang
mendapat pertolongan”.
Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam
dan sebagainya. Maksud kekuasaan di sini ialah hal ahli waris yang terbunuh atau Penguasa
untuk menuntut kisas atau menerima diat. qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama.
qishaash itu tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat kema'afan dari ahli waris yang
terbunuh Yaitu dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar. pembayaran diat diminta
dengan baik, umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh
hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. bila ahli
waris si korban sesudah Tuhan menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si
pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat, Maka terhadapnya di dunia
diambil qishaash dan di akhirat Dia mendapat siksa yang pedih. diat ialah pembayaran
sejumlah harta karena sesuatu tindak pidana terhadap sesuatu jiwa atau anggota badan.
Ketegasan tentang larangan ini juga terdapat dalam hadits Rasul yang berbunyi:
“Pembunuhan dan yang terbunuh masuk neraka”. (HR. Bukhari-Muslim) Siapapun yang
terlibat dalam kasus pembunuhan, mulai dari perencanaan, penyedia alat, pengatur teknik, dan
sebagainya diancam dengan hukuman berat. Sebagaimana hadits Rasul berikut: Artinya:
”Barangsiapa menolong membunuh seseorang muslim meskipun dengan sepotong kata, maka
di antara kedua matanya akan tertulis ungkapan (tidak ada harapan untuk memperoleh rahmat
Allah)”. Namun ada beberapa hal yang dianggap boleh untuk membunuh, seperti terdapat
dalam Sabda Nabi saw. yaitu: Artinya: “Tidak halal membunuh seorang muslim kecuali tiga
hal: kufur sesudah beriman, berzina setelah berkeluarga, dan membunuh seseorang tanpa
alasan yang benar karena semata berbuat zalim dan permusuhan”. (HR. Muslim).
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari
saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah
(yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula).
yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa
yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih”.
Qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama. qishaash itu tidak dilakukan, bila
yang membunuh mendapat kema'afan dari ahli waris yang terbunuh Yaitu dengan membayar
diat (ganti rugi) yang wajar. pembayaran diat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak
mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik,
umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. bila ahli waris si korban sesudah Tuhan
menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si
pembunuh setelah menerima diat, Maka terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat
Dia mendapat siksa yang pedih.
Perbuatan membunuh termasuk pada golongan dosa besar yang tak diampuni oleh Allah
SWT. Sebagaimana Nabi SAW bersabda: Artinya: ”Setiap dosa ada harapan Allah akan
mengampuninya, kecuali seorang laki-laki yang mati dalam keadaan syirik atau seseorang
membunuh seorang mukmin dengan sengaja”. (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Hakim).
Sedangkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., Nabi SAW. bersabda: Artinya:
”Sesungguhnya lenyapnya dunia akan lebih mudah bagi Allah daripada (hilangnya dosa)
seseorang yang membunuh orang Islam”. (HR. Nasa’i dan Tirmidzi) Balasan yang setimpal
akan dikenakan pada pelaku pembunuhan, yaitu neraka. Sebagaiman difirmankan Allah dalam
QS. An-Nisa”:93 berikut ini:
Artinya: ”Dan barangsiapa yang membunuh seseorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya ialah neraka jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan
mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya”.
3. Syarat-syarat qishash
Hukuman qishash wajib dilaksanakan apabila memenuhi syarat-syarat sebagaimana di
bawah ini:
a. Pelaku pembunuhan sudah baligh dan berakal. Rasulullah bersabda: Artinya: Dari Aisyah,
nabi SAW bersabda: ”Diangkat hukum (tidak terkena hukuman) dari tiga perkara: orang
tidur hingga ia bangun, anak-anak hingga ia dewasa, dan orang gila hingga ia sembuh dari
gila.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
b. Pembunuhan disengaja. Artinya pembunuhan yang dilakukan karena tidak ada unsur
kesengajaan atau seperti sengaja tidak dapat dikenakan qishash.
c. Pembunuh bukan orangtua terbunuh. Tidak ada kewajiban qishash bagi pelaku pembunuhan
jika ia adalah orang tua dari korban. Rasulullah SAW bersabda: Artinya: Dari Umar bin
Khattab ra. diterangkan: Aku pernah mendengar Rasulullah SAW : ”Tidak boleh orang tua
diqishash sebab (membunuh) anaknya.” (HR. Tirmidzi).
d. Korban adalah terpelihara darahnya. Artinya korban tersebut adalah bukan orang jahat (orang
baik-baik). Pembunuhan yang dilakukan karena pembelaan diri atas dirinya, maka tidak ada
qishash baginya. Sabda Rasulullah SAW: Artinya: ”Orang Islam tidak dibunuh karena
membunuh orang kafir.” (HR. Bukhari).
e. Orang yang dibunuh sama derajatnya. Contohnya adalah orang Islam dengan orang Islam,
merdeka dengan merdeka, perempuan dengan perempuan dan budak dengan budak. Allah
SWT berfirman: Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita.” (QS. Al Baqarah: 178).
C. DIYAT
1. Defenisi Diyat
Adalah sejumlah harta yang wajib diberikan kepada pihak korban sebagai tebusan atau
denda akibat tindakan kejahatan, baik pembunuhan maupun penganiayaan (penghilangan salah
satu anggota badan).
2. Dasar Hukum
QS. Al-Baqarah:178 dan QS. An-Nisa’: 92.
6. Hikmah diyat
1. Mencegah kejahatan terhadap jiwa dan raga manusia.
2. Sebagai pelipur lara bagi korban atau keluarga korban.
3. Terciptanya ketenangan dan ketentraman dalam masyarakat.
4. memberikan kesempatan pembunuh untuk bertobat.
5. mendidik jiwa pemaaf.
D. KAFFARAT
1. Defenisi Kafarat
Adalah tebusan dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang telah ditentukan oleh syariat
Islam karena melakukan kesalahan atau pelanggaran yang diharamkan Allah.
2. Macam-macam Kafarat
1. kafarat karena pembunuhan
2. kafarat karena melanggar sumpah.
3. kafarat karena membunuh binatang buruan pada waktu melaksanakan ihram
4. kafarat karena zhihar, yaitu menyerupakan istri dengan ibunya (suami).
5. kafarat karena melakukan hubungan intim suami istri di siang hari pada bulan Romadhon.
6. kafarat Ila’ Kafarat bagi pembunuh adalah memerdekakan hamba sahaya atau berpuasa dua
bulan berturut-turut.
3. Hikmah Kaffarat
1. membuat manusia jera dan menyesali perbuatannya.
2. manusia lebih mendekatkan diri kepada Allah.
3. memberikan ketenangan kepada pembunuh.
BAB III
KESIMPULAN
Diantara teks syar’i yang menjelaskan tentang larangan membunuh adalah Q.s. al-Isra’;33.
1. Terkait dengan pembunuhan berkelompok, Mereka yang membunuh seseorang secara
berkelompok, Maka semuanya harus diqishash.
2. Hikmah terbesar dari pengharaman praktik pembunuhan adalah memelihara kehormatan dan
keselamatan jiwa manusia.
Jenis jinayat yang kedua adalah penganiayaan. Secara umum penganiayaan dibagi menjadi 2, Yaitu:
1. Penganiayaaan berat yaitu perbuatan melukai atau merusak bagian badan yang menyebabkan
hilangnya manfaat atu fungsi anggota badab tersebut.
2. Penganiayaan ringan yaitu perbuatan melukai anggota tubuh orang lain yang menyebabkan luka
ringan.
- Dasar hukum larangan tindakan penganiayaan adalah Q.s. al-Maidah: 45
- Qishash adalah hukuman balasan yang seimbang bagi pelaku pembunuhan maupun
penganiayaan yang dilakukan secara sengaja.
- Dasar hukum qishash baik terkait dengan pembunuhan atau penganiayaan ditegaskan dalam Q.s
al-Maidah: 45
- Syarat-syarat yang dilaksanakannya qishash adalah:
1. Orang yang terbunuh terpelihara darahnya.
2. Pembunuhan sudah aqil baligh
3. Pembunuhan bukan bapak ( orang tua ) dari terbunuh
4. Orang yang dibunuh sama derajatnya dengan yang membunuh
5. Qishash dilakukan dalam hal yang sama. Jiwa dengan jiwa, Mata denagn mata, dan
sebagainya
Diyat adalah sejumlah harta yang wajib diberikan kepada pihak terbunuh atau teraniaya.
- Sebab-sebab diterapkannya diyat
1. Pembunuhan sengaja yang pelakunya dimaafkan pihak terbunuh ( Keluarga korban ).
2. Pembunuhan semi sengaja.
3. Pembunuhan tersalah
4. Pembunuhan lari akan tetapi identintasnya sudah diketahui secara jelas. Dalam konteks ini diyat
dibebankan kepada keluarga pembunuh.
5. Qishash sulit dilaksanakan ( Terkait dengan tindakan pidana pengayaan ).
Diyat terbagi menjadi dua macam. Diyat munghaladzah ( berat ) dan diyat mukhaffafah ( Ringan ).
1. Diyat mughaladzah ( berat ) dengan membayar 100 ekor unta yang terdiri dari:
- 30 hiqqah (unta betina berumur 3-4 tahun)
- 30 jadza’ah (unta betina berumu 4-5 tahun)
- 40 unta khilfah (unta yang sedang bunting)
2. Diyat mukhaffafah ( Ringan ) dengan membayar 100 ekor unta yang terdiri dari:
- 20 hiqqah ( unta betina berumur 3-4 tahun ).
- 20 unta jadza’ah ( unta betina berumur 4-5 tahun ).
- 20 unta binta makhadh ( unta betina lebih dari 1 tahun ).
- 20 unta binta labun (unta betina lebih dari 2 tahun), dan 20 unta ibna labun (unta jantan berumur
lebih dari 2 tahun).
Secara istilah kaffarah mempunyai makna denda yang wajib dibayarkan seseorag yang telah
melanggar larangan Allah tertentu. Kaffarah merupakan tanda bahwa ia bertaubat kepada Allah.
Kaffarah pembunuhan adalah memerdekaan budak muslim. Jika hal tersebut tidak mampu
dilakukan, Maka pilihan selanjutnya adalah puasa 2 bulan berturut-turut.
Allah menerangkan kaffarah pembunuhan dalam Al-Qur’an: ( Q.s. Al-Maidah: 95 ).