Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Pembunhan dapat terjadi dimana-mana dengan motif yang beraneka ragam. Berapa banyak
jiwa yang telah melayang pada setiap tahunnya. Pembunuhan sering terjadi di negeri ini,baik itu
dengan sengaja ataupun tidak sengaja, dengan alat yang mematikan atau tidak.  Walaupun
demikan,penarapan hukum yang telah ditegakkan tidak mampu memberikan efek jera. Kita dapat
mencari betapa banyak kasus pembunuhan yang terjadi tanpa adanya penyelesaian. Oleh karena itu,
Islam yang merupakan agama rahmatan lil’alamin selalu menebarkan kedamaian, Ketentraman, Dan
keselamatan bagi para pemeluknya. Namun karena kurangnya kesadaran dalam diri manusia, Perbuatan
tersebut terjadi dimana-mana.
Dalam hal ini fikih membahas mengenai tiindakan pidana kejahatan beserta sangsi hukumnya
disebut dengan istilah jarimah atau “uqubah. Jarimah dibagi menjadi dua, Yaitu jinayah dan hudud.
Jinayah membahas tentang pelaku tindakan kejahatan beserta sangsi hukumnya yang berkaitan dengan
pembunuhan yang meliputi qishash, diyat, dan kaffarah.  Sedangkan  hudud membahas tentang pelaku
tindakan kejahatan selain pembunuhan yaitu masalah penganiayaan beserta sanksi hukumannya yang
meliputi zina, qadzaf, mencuri,minum khamr,menyamun,merampok,merompak dan bughat
(Memberontak).
Dalam bab ini kami akan membahas hukum pembunuhan dan hikmahnya, ketentuan hukum
islam tentang qishash dan hikmahnya, ketentuan hukum islam tentang diyat, kaffarah, dan hikmahnya,
serta contoh-contoh qishash, diyat, dan kaffarah. 
BAB I
PEMBAHASAN

A.  HUKUM PEMBUNUHAN
1. Pengertian Pembunuhan 
Pengertian Pembunuhan  adalah melenyapkan nyawa seseorang sehingga menjadi mati,
baik disengaja atau tidak sengaja, baik menggunakan alat atau tidak menggunakan alat.
2. Dasar Hukum Larangan Membunuh Larangan membunuh
Ini ditegaskan Allah SWT dalam QS. Al-Isra: 33,
           
          
 
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu alasan yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka
sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris
itu melampaui batas dalam membunuh dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang
mendapat pertolongan”.
Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam
dan sebagainya. Maksud kekuasaan di sini ialah hal ahli waris yang terbunuh atau Penguasa
untuk menuntut kisas atau menerima diat. qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama.
qishaash itu tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat kema'afan dari ahli waris yang
terbunuh Yaitu dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar. pembayaran diat diminta
dengan baik, umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh
hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. bila ahli
waris si korban sesudah Tuhan menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si
pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat, Maka terhadapnya di dunia
diambil qishaash dan di akhirat Dia mendapat siksa yang pedih. diat ialah pembayaran
sejumlah harta karena sesuatu tindak pidana terhadap sesuatu jiwa atau anggota badan.
Ketegasan tentang larangan ini juga terdapat dalam hadits Rasul yang berbunyi:
“Pembunuhan dan yang terbunuh masuk neraka”. (HR. Bukhari-Muslim) Siapapun yang
terlibat dalam kasus pembunuhan, mulai dari perencanaan, penyedia alat, pengatur teknik, dan
sebagainya diancam dengan hukuman berat. Sebagaimana hadits Rasul berikut: Artinya:
”Barangsiapa menolong membunuh seseorang muslim meskipun dengan sepotong kata, maka
di antara kedua matanya akan tertulis ungkapan (tidak ada harapan untuk memperoleh rahmat
Allah)”. Namun ada beberapa hal yang dianggap boleh untuk membunuh, seperti terdapat
dalam Sabda Nabi saw. yaitu: Artinya: “Tidak halal membunuh seorang muslim kecuali tiga
hal: kufur sesudah beriman, berzina setelah berkeluarga, dan membunuh seseorang tanpa
alasan yang benar karena semata berbuat zalim dan permusuhan”. (HR. Muslim).

3. Macam-macam Pembunuhan dan Hadnya


a. Pembunuhan sengaja (qatl al-amd), hadnya adalah qishash. Pembunuhan ini dilakukan
seseorang dengan menggunakan alat yang lazim dipergunakan untuk membunuh, alat yang
bisa membunuh, dan membunuh dengan menggunakan anggota badan. Pembunuhan yang
disengaja ini umumnya telah direncanakan sebelumnya. Contohnya adalah membunuh
dengan pisau, senjata api, pengeboman, racun dan sebagainya. Adapaun pembunuhan yang
disengaja, namun tidak menggunakan alat yang lazim untuk membunuh, seperti membunuh
menggunakan tongkat, dipukul dengan batu dan dicambuk dengan cemeti. Sedangkan
membunuh dengan anggota badan, seperti mencekik korban dengan tangan, mengiinjak-
nginjak korban, dan sebagainya. Pembunuhan tanpa alat contohnya adalah mengurung
korban dan membiarkannya tanpa diberi makan dan minum, sehingga korban dapat mati
lemas.
b. Pembunuhan seperti disengaja ( qatl Syibh al-’Amd), hadnya adalah membayar diyat berat
secara tunai oleh pelaku. Pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang dengan alat yang
diperkirakan tidak mungkin akan menyebabkan kematian, dan pelaku tidak berniat untuk
membunuh. Contoh kasus adalah memukul seseorang dengan sandal dan tiba-tiba korban
mati. Atau seseorang mendorong temannya kebelakang, lalu jatuh dan kemudian mati. 3.
Pembunuhan tidak sengaja (qatl al-khata’), hadnya adalah diyat dan kafarat. Pembunuhan
ini dilakukan tanpa ada niat dan kesengajaan oleh pelakunya. Seperti menembak hewan
buruan di hutan, tetapi yang terkena adalah manusia, atau melempar buah mangga yang ada
di pohon, namun alat untuk melempar tersebut terkena orang lain sehingga mengalami
kematian.
4. Hukuman Bagi Pembunuh Setiap pelaku pembunuhan 
Tidak akan pernah lepas dari jeratan hukum, diantaranya adalah hukum agama, karena
keadilan harus diteggakkan dengan baik dan benar. Ada beberapa bentuk hukuman bagi pelaku
pembunuhan yang disesuaikan dengan motifnya, yaitu:
a. Qishash Jenis hukuman qishahs ini yaitu hukuman bunuh yang ditimpakan kepada pelaku
pembunuhan dengan sengaja (hukuman setimpal) dan tidak dimaafkan oleh keluarga
korban.
b. Diyat Hukuman ini adalah denda berupa benda atau uang yang dikenakan kepada pelaku
pembunuhan yang sengaja namun dimaafkan oleh keluarga korban, atau pembunuhan sperti
disengaja dan juga pembunuhan seperti disengaja.
c. Kaffarat Kaffarat karena pembunuhan yaitu memerdekakan hamba sahaya atau berpuasa
dua bulan berturut-turut. Kaffarat ini dikenakan pada pelaku pembunuhan yang disengaja,
tidak disengaja dan seperti disengaja.
5. Hikamah Larangan Membunuh Beberapa hikmah
Yang dapat diambil dari pelarangan tersebut, di antaranya adalah: - Agar manusia tidak
berbuat semena-mena kepada manusia yang lain. - Manusia mampu menempatkan dirinya pada
kedudukan makhluk yang bermartabat dan berkepribadian mulia. - Menjaga keselamatan dan
keamanan jiwa dan raga manusia.
  B. QISHASH
1.   Defenisi Qishash
Qishash adalah ketentuan tentang kejahatan yang dibalas dengan perlakuan serupa atau
memberikan perlakuan yang sama terhadap pelaku tindak pidana, sebagaimana yang
dilakukannya pada korban. Pelaksanaan hukum qishash diserahkan kepada hakim, supaya
mendapatkan hasil putusan yang adil dan tidak boleh menghakimi sendiri. Kecuali kalau
keluarga korban memaafkan atau oleh anggota keluarga yang terbunuh, sehingga qishash tidak
dapat dimaafkan.
2.   Dasar Hukum Qishahs Pelaksanaan hukum qishash
Didasarkan pada al-Quran dan al-Hadits. Allah SWT berfirman: Artinya: “Hai orang-
orang yang beriman, diwajibkan atas kamu (hukum) qishash berkenaan dengan orang-orang
yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka;hamba dengan hamba; wanita dengan
wanita. Maka barangsiapa yang mendapat sebagian keampunan dari saudaranya (ahli waris
yang terbunuh), maka hendaklah ia membalas kebaikan itu dengan cara yang baik.
Dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan
cara yang baik pula. Yang tersebut itu ialah suatu keringanan dan rahmat Tuhanmu”. (QS. Al
Baqarah: 178).
         
         
        
           


Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari
saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah
(yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula).
yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa
yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih”.
Qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama. qishaash itu tidak dilakukan, bila
yang membunuh mendapat kema'afan dari ahli waris yang terbunuh Yaitu dengan membayar
diat (ganti rugi) yang wajar. pembayaran diat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak
mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik,
umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. bila ahli waris si korban sesudah Tuhan
menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si
pembunuh setelah menerima diat, Maka terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat
Dia mendapat siksa yang pedih.
Perbuatan membunuh termasuk pada golongan dosa besar yang tak diampuni oleh Allah
SWT. Sebagaimana Nabi SAW bersabda: Artinya: ”Setiap dosa ada harapan Allah akan
mengampuninya, kecuali seorang laki-laki yang mati dalam keadaan syirik atau seseorang
membunuh seorang mukmin dengan sengaja”. (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Hakim).
Sedangkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., Nabi SAW. bersabda: Artinya:
”Sesungguhnya lenyapnya dunia akan lebih mudah bagi Allah daripada (hilangnya dosa)
seseorang yang membunuh orang Islam”. (HR. Nasa’i dan Tirmidzi) Balasan yang setimpal
akan dikenakan pada pelaku pembunuhan, yaitu neraka. Sebagaiman difirmankan Allah dalam
QS. An-Nisa”:93 berikut ini:
         
      
Artinya: ”Dan barangsiapa yang membunuh seseorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya ialah neraka jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan
mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya”.

3.    Syarat-syarat qishash
Hukuman qishash wajib dilaksanakan apabila memenuhi syarat-syarat sebagaimana di
bawah ini:
a. Pelaku pembunuhan sudah baligh dan berakal. Rasulullah bersabda: Artinya: Dari Aisyah,
nabi SAW bersabda: ”Diangkat hukum (tidak terkena hukuman) dari tiga perkara: orang
tidur hingga ia bangun, anak-anak hingga ia dewasa, dan orang gila hingga ia sembuh dari
gila.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
b. Pembunuhan disengaja. Artinya pembunuhan yang dilakukan karena tidak ada unsur
kesengajaan atau seperti sengaja tidak dapat dikenakan qishash.
c. Pembunuh bukan orangtua terbunuh. Tidak ada kewajiban qishash bagi pelaku pembunuhan
jika ia adalah orang tua dari korban. Rasulullah SAW bersabda: Artinya: Dari Umar bin
Khattab ra. diterangkan: Aku pernah mendengar Rasulullah SAW : ”Tidak boleh orang tua
diqishash sebab (membunuh) anaknya.” (HR. Tirmidzi).
d. Korban adalah terpelihara darahnya. Artinya korban tersebut adalah bukan orang jahat (orang
baik-baik). Pembunuhan yang dilakukan karena pembelaan diri atas dirinya, maka tidak ada
qishash baginya. Sabda Rasulullah SAW: Artinya: ”Orang Islam tidak dibunuh karena
membunuh orang kafir.” (HR. Bukhari).
e. Orang yang dibunuh sama derajatnya. Contohnya adalah orang Islam dengan orang Islam,
merdeka dengan merdeka, perempuan dengan perempuan dan budak dengan budak. Allah
SWT berfirman: Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita.” (QS. Al Baqarah: 178).

f. Ada bukti dan 2 orang saksi.


g. Qishash dilakukan dalam hal yang sama Umpamanya adalah jiwa dengan jiwa, mata dengan
mata, telinga dengan telinga, kakki dengan kaki dan sebagainya.
4.   Pembunuhan oleh Massa Pembunuhan
Yang dilakukan secar sengaja oleh sekelompok orang (lebih dari satu), maka semuanya
harus diqishash. Semua yang terlibat dalam pembunuhan dikenakan hukuman qishash.
Keterlibatan tersebut adalah orang yang membunuh korban, yang menyediakan alat untuk
membunuh, yang membiayai, yang membantu dengan pikirannya, dan lain-lain. Dalam suatu
riwayat diterangkan: Artinya: Dari Said bin Musayyab bahwa Umar RA. Telah menghukum
bunuh lima atau enam orang yang telah membunuh seorang laki-laki secar tipuan di tempat
sunyi. Kemudian ia berkata: ”Andaikata semua penduduk Sun’a secara bersama-sama
membunuhnya, niscaya akan aku bunuh mereka semuanya.” (HR. Syafi’i). Ali bin Abi Thalib
pernah mengqishash tiga orang yang bekerja sama membunuh seseorang. Bahkan Mughirah
pernah mengqishash tujuh orang yang bersekongkol melakukan pembunuhan. Ibnu abbas
berpendapat: ”Kalau saja sekelompok orang membunuh seseorang mereka harus dibunuh
meskipun jumlahnya 100 orang dengan cara yang sama”. Imam Malik menyatakan: ”Menurut
kami semua laki-laki merdeka yang bersekongkol membunuh seorang laki-laki terkena
hukuman qishash, jika pembunuhan itu disengaja. Demikian pula dengan para wanita yang
bekerjasama membunuh wanita, semuanya harus diqishash. Semua hamba sahaya yang
membunuh hamba sahaya, maka semuanya mendapatkan qishash.”
5.   Hikmah Pelaksanaan hukum qishash
 Ini mengandung hikmah dan manfaat bagi kehidupan manusia. Sebagaimana ditegaskan
dalam al Qur’an: Artinya: ”Dan hukum qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu,
hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS. Al baqarah: 179).
Diantara hikmah itu adalah:
a. Sebagai media ancaman agar manusia takut melakukan pembunuhan dan penganiayaan,
sehingga
b. Berkurangnya tindakan kriminal dan terciptanya kehidupan yang nyaman dan tenteram.
c. Penegakan keadilan di tengah masyarakat (QS. Al-Maidah: 45).
d. Menghindari kemarahan dan dendam keluarga terbunuh.
e. Sebagai pelajaran bagi umat muslim

C. DIYAT
1.   Defenisi Diyat
Adalah sejumlah harta yang wajib diberikan kepada pihak korban sebagai tebusan atau
denda akibat tindakan kejahatan, baik pembunuhan maupun penganiayaan (penghilangan salah
satu anggota badan).
2.   Dasar Hukum
QS. Al-Baqarah:178 dan QS. An-Nisa’: 92.

3. Sebab-sebab ditetapkan diyat


a. Pembunuh atau penganiaya telah dimaafkan oleh keluarga terbunuh atau keluarga yang
dirusak anggota tubuhnya.
b. Pelaku melarikan diri sebelum qishash dan pembayaran diyatnya dibebankan kepada
keluarganya.
c. Pembunuhan yang seperti disengaja
d. Pembunuhan yang tidak disengaja.
e. Qishash anggota badan sukar dilaksanakan karena kesulitan menentukan ukuran luka
(dalam dan lebar luka).
f. Meninggalnya pelaku pembunuhan atau perusakan anggota tubuh.

4.  Macam-macam Diyat Diyat dapat dibagai menjadi dua bagian


1. Diyat mughalladzah adalah diyat berat, terdiri atas 100 ekor unta, yaitu:
a). 30 ekor unta betina umur 3-4 tahun, b). 30 ekor unta betina 4-5 tahun, c). 40 ekor unta
betina yang hamil.
Diyat mughalladzah diwajibkan kepada:
a). Pelaku pembunuhan yang sengaja namun dimaafkan oleh keluarga korban, diyat ini
dibayarkan secara tunai. Diriwayatkan dari Amr bi syu’aib bahwa rasulullah SAW
bersabda: Artinya: ”Barang siapa membunuh dengan sengaja (hukumannya) harus
menyerahkan diri kepada keluarga terbunuh. Jika mereka (keluarga korban)
menghendaki, dapat mengambil qishash, dan jika mereka menghendaki (tidak
mengambil qishash), mereka dapat mengambil diyat berupa 30 ekor hiqqah, 30 eko
jadza’ah, dan 40 ekor khilfah.”
b). Pembunuhan seperti di sengaja. Dalam kasus pembunuhan seperti disengaja tidak dapat
dikenakan hukum qishash, tetapi membayar diyat sebagaimana ketentuan dalam hadits
di atas dengan sistem pembayaran selama tiga tahun, dan setiap tahunnya sepertiga dari
ketentuan di atas.
c). Pembunuhan tak sengaja yang dilakukan di tanah haram yaitu di kota Mekkah.
d). Pembunuhan yang tak sengaja diakukan di bulan2 haram, yaitu dzulqaedah, dzulhidjah,
muharram dan bulan rajab.
e). Pembunuhan yang tak disengaja terhadap muhrim, kecuali pembunuhan orang tua
terhadap anak. 1. diyat mukhafaffah (diyat ringan): 100 ekor unta, yaitu: - 20 ekor unta
betina 3-4 tahun, - 20 ekor betina 4-5 tahun, - 20 ekor unta betina umur lebih 2 tahun, -
20 ekor unta jantan umur 2-3 tahun, dan 20 ekor unta betina umur - lebih dari 1 tahun.
5.   Macam-macam Diyat selain Pembunuhan
a. Diyat penuh yaitu sama dengan diyat pembunuhan, yaitu 100 ekor unta. Diyat ini berlaku
bagi penghilangan sepasang tangan, kaki, lidah. Hidung, kemaluan, sepasang mata, tempat
keluarnya suara, penglihatan atau merusak pendengaran.
b. Diyat setengah, yaitu diyat berupa 50 ekor unta. Diyat ini berlaku bagi penghilangan salah
satu organ tubuh yang berpasangan.
c. Diyat sepertiga, yaitu bagi mereka yang melukai kepala sampai botak, luka badan sampai
perut.
d. Diyat 15 ekor unta, jika meluai sampai mengakibatkan putusnya jari tangan maupun jari
kaki.
e. Diyat 5 ekor unta, jika luka sampai menanggalkan sebuah gigi. (HR. Abu Dawud: ”Tiap-
tiap satu gigi diyatnya 5 ekor unta”.)

6. Hikmah diyat
1. Mencegah kejahatan terhadap jiwa dan raga manusia.
2. Sebagai pelipur lara bagi korban atau keluarga korban.
3. Terciptanya ketenangan dan ketentraman dalam masyarakat.
4. memberikan kesempatan pembunuh untuk bertobat.
5. mendidik jiwa pemaaf.

D. KAFFARAT
1.   Defenisi Kafarat
Adalah tebusan dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang telah ditentukan oleh syariat
Islam karena melakukan kesalahan atau pelanggaran yang diharamkan Allah.
2.   Macam-macam Kafarat
1. kafarat karena pembunuhan
2. kafarat karena melanggar sumpah.
3. kafarat karena membunuh binatang buruan pada waktu melaksanakan ihram
4. kafarat karena zhihar, yaitu menyerupakan istri dengan ibunya (suami).
5. kafarat karena melakukan hubungan intim suami istri di siang hari pada bulan Romadhon.
6. kafarat Ila’ Kafarat bagi pembunuh adalah memerdekakan hamba sahaya atau berpuasa dua
bulan berturut-turut.
3.   Hikmah Kaffarat
1. membuat manusia jera dan menyesali perbuatannya.                                   
2. manusia lebih mendekatkan diri kepada Allah.                                        
3. memberikan ketenangan kepada pembunuh.
BAB III
KESIMPULAN

Jinayah memiliki pembahasan mengenai tindak pidana pembunuhan dan penganiayaan


serta sangsi hukumannya seperti qishash, diyat, dan kaffarah.
- Pembunuhan adalah melenyapkan nyawa seseorang dengan sengaja atau tidak sengaja, dengan
menggunakan alat mematikan atau tidak.
- Macam-macam pembunuuhan ada 3, Yaitu:
1. Qatl al’amdin ( Pembunuhan sengaja )
2.   Qatl al-syibhi al-‘amdin ( Pembunuhan seperti sengaja )
3.   Qatl al-khata’ ( Pembunuhan tersalah )

Diantara teks syar’i yang menjelaskan tentang larangan membunuh adalah Q.s. al-Isra’;33.
1.  Terkait dengan pembunuhan berkelompok, Mereka yang membunuh seseorang secara
berkelompok, Maka semuanya harus diqishash.
2.   Hikmah terbesar dari pengharaman praktik pembunuhan adalah memelihara kehormatan dan
keselamatan jiwa manusia.
Jenis jinayat yang kedua adalah penganiayaan. Secara umum penganiayaan dibagi menjadi 2, Yaitu:
1. Penganiayaaan berat yaitu perbuatan melukai atau merusak bagian badan yang menyebabkan
hilangnya manfaat atu fungsi anggota badab tersebut.
2.  Penganiayaan ringan yaitu perbuatan melukai anggota tubuh orang lain yang menyebabkan luka
ringan.
- Dasar hukum larangan tindakan penganiayaan adalah Q.s. al-Maidah: 45
- Qishash adalah hukuman balasan yang seimbang bagi pelaku pembunuhan maupun
penganiayaan yang dilakukan secara sengaja.
- Dasar hukum qishash baik terkait dengan pembunuhan atau penganiayaan ditegaskan dalam Q.s
al-Maidah: 45
- Syarat-syarat yang dilaksanakannya qishash adalah:
1. Orang yang terbunuh terpelihara darahnya.
2.  Pembunuhan sudah aqil baligh
3. Pembunuhan bukan bapak ( orang tua ) dari terbunuh
4.  Orang yang dibunuh sama derajatnya dengan yang membunuh
5.  Qishash dilakukan dalam hal yang sama. Jiwa dengan jiwa, Mata denagn mata, dan
sebagainya 
Diyat adalah sejumlah harta yang wajib diberikan kepada pihak terbunuh atau teraniaya.
-  Sebab-sebab diterapkannya diyat
1.  Pembunuhan sengaja yang pelakunya dimaafkan pihak terbunuh ( Keluarga korban ).
2.  Pembunuhan semi sengaja.
3. Pembunuhan tersalah
4.  Pembunuhan lari akan tetapi identintasnya sudah diketahui secara jelas. Dalam konteks ini diyat
dibebankan kepada keluarga pembunuh.
5.   Qishash sulit dilaksanakan ( Terkait dengan tindakan pidana pengayaan ).

Diyat terbagi menjadi dua macam. Diyat munghaladzah ( berat ) dan diyat mukhaffafah ( Ringan ).
1.    Diyat mughaladzah ( berat ) dengan membayar 100 ekor unta yang terdiri dari:
-     30 hiqqah (unta betina berumur 3-4 tahun)
-    30 jadza’ah (unta betina berumu 4-5 tahun)
-    40 unta khilfah (unta yang sedang bunting) 
2.   Diyat mukhaffafah ( Ringan ) dengan membayar 100 ekor unta yang terdiri dari:
-  20 hiqqah ( unta betina berumur 3-4 tahun ).
-    20 unta jadza’ah ( unta betina berumur 4-5 tahun ).
-    20 unta binta makhadh ( unta betina lebih dari 1 tahun ).
-    20 unta binta labun (unta betina lebih dari 2 tahun), dan 20 unta ibna labun (unta jantan berumur
lebih dari 2 tahun).

Secara istilah kaffarah mempunyai makna denda yang wajib dibayarkan seseorag yang telah
melanggar larangan Allah tertentu. Kaffarah merupakan tanda bahwa ia bertaubat kepada Allah.
Kaffarah pembunuhan adalah memerdekaan budak muslim. Jika hal tersebut tidak mampu
dilakukan, Maka pilihan selanjutnya adalah puasa 2 bulan berturut-turut.
Allah menerangkan kaffarah pembunuhan dalam Al-Qur’an: ( Q.s. Al-Maidah: 95 ).

Anda mungkin juga menyukai