Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak / tumor vaskuler jinak


akibat proliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak
normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah. Hemangioma
sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 tahun (5-
10%). Biasanya, hemangioma sudah tampak sejak bayi dilahirkan (30%) atau
muncul setelah beberapa minggu setelah kelahiran (70%). Hemangioma muncul
di setiap tempat pada permukaan tubuh seperti kepala, leher, muka, kaki atau
dada.

Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak terlazim pada bayi dan


anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada orang tua,
contohnya adalah cherry hemangioma atau angioma senilis yang biasanya jinak,
kecil, red-purple papule pada kulit orang tua. Umumnya hemangioma tidak
membahayakan karena sebagian besar kasus hemangioma dapat hilang dengan
sendirinya beberapa bulan kemudian setelah kelahiran. Harus diwaspadai bila
hemangioma terletak di bagian tubuh yang vital, seperti pada mata atau mulut. Hal
ini dikarenakan, bila menutupi sebagian besar tempat tersebut akan mengganggu
proses makan dan penglihatan, atau bila hemangioma terjadi pada organ dalam
tubuh (usus, organ pernafasan, otak) dapat mengganggu proses kerja organ
tersebut. Hemangioma lebih mengganggu bagi para orang tua ketika hemangioma
tumbuh pada muka atau kepala bayi.
1.1 Anatomi fisologi
1. Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi
dan melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang
melapisi rongga – rongga, lubang – lubang masuk. Pada permukaan kulit
bermuara kelenjar keringant dan kelenjar mukosa. Kulit terdiri dari tiga lapisan
yaitu epidermis, dermis, dan subkutan (Syaifudin, 2006).
a. Epidermis
Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel yaitu :
1) Stratum koneum
Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati,
dan mengandung zat keratin.
2) Stratum lusidum
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah se – sel sudah
banyak yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih
sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat di telapak tangan
dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperi suatu pita yang bening,
batas – batas sel sudah tidak begitu terlihat.
3) Stratum granulosum
Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih seperti kumparan. Sel – sel
tersebut terdapat hanya 2 – 3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
Dalam sitoplasma terdapat butir – butir yang disebut keratohialin yang
merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya
butir – butir stratum granulosum.
4) Stratum spinosum/stratum akantosum
Lapisan sratum spinosum/stratum akantosum merupakan laisan yang
paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5 – 8 lapisan. Sel –
selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel –
selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyal sudut) dan
mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel – selnya
berduri. Ternyata spina dan tanduk tersebut adalah hubungan antara sel
yang lain yang disebut intercelular bridges atau jembatan interseluler.
5) Stratum basal/geminatifum
Stratum basal/geminatifum disebut basal karena sel – selnya terletak di
bagian basal. Stratum germatifum menggantikan sel – sel yang
diatasnya dan merupakan sel – sel induk. Bentuknya silindris (tabung)
dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir – butir yang halus
disebut butir melanin warna. Sel tersebut seperti pagar (palidase) di
bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang disebut
membran basalis. Sel – sel basalis dengan membran basalis merupakan
batas bawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak
datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada
epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit), dan epidermis
menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebutrete ridges atau rete
pegg (prosessus interpapilaris).
b. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis
dilapisi oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan
subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan adalah
mulainya terdapat sel lemak.
Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas , pars papilaris (stratum
papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara
pars papilaris dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke
subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan
longgar yang tersusun dari serabut – serabut yaitu serabut kolagen, serabut
elastis, dan serabut retikulus.
Serabut ini saling beranyaman dan masing – masing mempunyai tugas yang
berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan pada kulit, serabut
elastis, memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama
di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alai
tersebut.
c. Subkutan
Subkutis terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan di antara
gerombolan ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis. Sel – sel
lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak di pinggir, sehingga
membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus
yang tebalnya tidak sama pada tiap – tiap tempat dan juga pembagian
antara laki – laki dan perempuan tidak sama (berlainan). Guna penikulus
adiposus adalah sebagaishock breaker atau pegas bila tekanan trauma
mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan
tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.

1.2 Etiologi
Hingga saat ini apa yang menjadi penyebab hemangioma masih belum
diketahui, namun diperkirakan berhubungan dengan mekanisme dari kontrol
pertumbuhan pembuluh darah. Angiogenesis sepertinya memiliki peranan dalam
kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti Basic Fibroblast Growth Factor
(BFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), mempunyai peranan
dalam proses angiogenesis. Peningkatan faktor-faktor pembentukan angiogenesis
seperti penurunan kadar angiogenesis inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor
necrosis factor–beta, dan transforming growth factor–beta berperan dalam
etiologi terjadinya hemangioma (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).

1.3 Patofisiologi
Meskipun mekanisme yang jelas mengenai kontrol dari pertumbuhan dan
involusi hemangioma tidak begitu dimengerti, pengetahuan mengenai
pertumbuhan dari pembuluh darah yang normal dan proses angiogenesis dapat
dijadikan petunjuk. Vaskulogenesis menunjukkan suatu proses dimana prekursor
sel endotel meningkatkan pembentukan pembuluh darah, mengingat angiogenesis
berhubungan dengan perkembangan dari pembuluh darah baru yang ada dalam
sistem vaskular tubuh. Selama fase proliferasi, hemangioma mengubah kepadatan
dari sel-sel endotel dari kapiler-kapiler kecil. Sel marker dari angiogenesis,
termasuk proliferasi dari antigen inti sel, collagenase tipe IV, basic fibroblastic
growth factor, vascular endothelial growth factor, urokinase, dan E-
selectin, dapat dikenali oleh analisis imunokimiawi (Olmstead, et al., 1994;
Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).
Hemangioma superfisial dan dalam, mengalami fase pertumbuhan cepat dimana
ukuran dan volume bertambah secara cepat. Fase ini diikuti dengan fase istirahat,
dimana perubahan hemangioma sangat sedikit, dan fase involusi dimana
hemangioma mengalami regresi secara spontan. Selama fase involusi,
hemangioma dapat hilang tanpa bekas. Hemangioma kavernosa yang besar
mengubah kulit sekitarnya, dan meskipun fase involusi sempurna, akhirnya
meninggalkan bekas pada kulit yang terlihat. Beberapa hemangioma kapiler dapat
involusi lengkap, tidak meninggalkan bekas (Kantor, 2004; Lehrer, 2004; Hall,
2005).
1.4

PATHWAY
1.5 Klasifikasi
Pada dasarnya hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma kapiler
dan hemangioma kavernosum. Hemangioma kapiler (superfisial hemangioma)
terjadi pada kulit bagian atas, sedangkan hemangioma kavernosum terjadi pada
kulit yang lebih dalam, biasanya pada bagian dermis dan subkutis. Pada beberapa
kasus kedua jenis hemangioma ini dapat terjadi bersamaan atau disebut
hemangioma campuran (Hamzah, 1999; Lehrer, 2003).
A. Hemangioma kapiler
1. Strawberry hemangioma (hemangioma simplek)
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah
lahir. Lebih sering terjadi pada bayi prematur dan akan menghilang dalam
beberapa hari atau beberapa minggu (Hall, 2005). Tampak sebagai bercak
merah yang makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala,
tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan.
Involusi spontan ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi
menjadi kurang tegang dan lebih mendatar (Kushner, et al., 1999; Katz, et
al., 2002; Lehrer, 2003; Anonim, 2005).
2. Granuloma piogenik
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah
trauma, jadi bukan oleh karena proses peradangan, walaupun sering
disertai infeksi sekunder. Lesi biasanya soliter, dapat terjadi pada semua
umur, terutama pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh yang
sering mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papul eritematosa dengan
pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan
dapat bertangkai, mudah berdarah (Worman, 1998; Hamzah, 1999).
B. Hemangioma kavernosum
Terjadi pada kulit yang lebih dalam yaitu di bagian dermis dan
subkutis (lapisan pada kulit). Hemangioma kavernosum biasanya tidak
memiliki batas tegas berupa benjolan yaitu makula eritematosa atau nodus
yang berwarna merah keunguan. Bila ditekan mengempis dan
menggembung kembali bila dilepas. Kelainan ini terdiri dari elemen
vaskular (pembuluh darah) yang matang. Hemangioma kavernosum kadang-
kadang terdapat pada lapisan jaringan yang dalam, pada otot atau organ
dalam. Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi spontan. Berbentuk
papul eritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat
mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai, mudah berdarah (Cohen, 2004;
Anonim, 2005).

C. Hemangioma campuran
Pada beberapa kasus, kedua jenis Hemangioma diatas dapat terjadi
bersamaan dan dinamakan Hemangioma campuran. Gambaran klinisnya
juga terdiri atas gambaran keuda jenis hemangioma tersebut. Banyak
ditemukan pada ekskremitas inferior (alat gerak tubuh bagian bawah
misalnya: kakai, paha, dll), Unilateral (satu sisi bagian tubuh, misalnya:
paha kiri/kanan), soliter (tunggal) dan terjadi sejak lahir atau pada masa
anak-anak. Ciri-cirinya antaranya lain tonjolan bersifat lunak dan berwarna
merah kebiruan yang kemudian pada perkembangannya dapat memberi
gambaran keratolik dan verukosa. Lokasi hemangioma campuran pada
lapisan kulit superfisial (permukaan) dan dalam, atau di organ dalam
(Hamzah, 1999; Kushner, et al., 1999; Lehrer, 2003; Anonim, 2005).

1.6 Manifestasi klinik


1. Hemangioma kapiler
Tanda-tanda Hemangioma kapiler, berupa: Bercak merah tidak
menonjol dari permukaan kulit. Salmon patch berwarna lebih muda
sedang Port wine stain lebih gelap kebiru-biruan, kadang-kadang
membentuk benjolan di atas permukaan kulit.
2. Hemangioma kavernosum
Tampak sebagai suatu benjolan, kemerahan, terasa hangat dan
compressible (tumor mengecil bila ditekan dan bila dilepas dalam
beberapa waktu membesar kembali).
3. Hemangioma Campuran
Diantara jenis Hemangioma kavernosum dan campuran ada yang
disertai fistulaarterio-venous (bawaan).
Gejala klinis tergantung macamnya :
a. Hemangioma kapiler, Port wine stain tidak ada benjolan kulit.
b. Strawberry mark, menonjol seperti buah murbai.
c. Hemangioma kavernosum , teraba hangat dan compressibel
Pemeriksaan dan Diagnosis:
1) Mudah nampak secara klinis, sebgai tumor yang menonjol atau
tidak menonjol dengan warna kemerah-merahan
2) Tumor bersifat compressible
3) Kalau perlu dengan pemeriksaan angiografi

1.7 Komplikasi
1. Perdarahan
Komplikasi ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi
lainnya. Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding
pembuluh darah karena tipisnya kulit di atas permukaan hemangioma,
sedangkan pembuluh darah di bawahnya terus tumbuh (Katz, et al., 2002).
2. Ulkus
Ulkus menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi,
perdarahan, dan sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat
juga terjadi akibat ruptur (Kushner, et al., 1999).
3. Trombositopenia
Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar. Dahulu
dikira bahwa trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif.
Ternyata kemudian bahwa dalam jaringan hemangioma terdapat
pengumpulan trombosit yang mengalami sekuesterisasi (Katz, et al., 2002).
4. Gangguan penglihatan
Pada regio periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan penglihatan
dan harus lebih sering dimonitor. Amblyopia dapat merupakan hasil dari
sumbatan pada sumbu penglihatan (visual axis). Kebanyakan komplikasi
yang terjadi adalah astigmatisma yang disebabkan tekanan tersembunyi
dalam bola mata atau desakan tumor ke ruang retrobulbar (Kushner, et al.,
1999).
1.8 Penatalaksanaan
A. Medis
Penatalaksanaan hemangioma secara umum ada 2 cara, yaitu:
1. Cara konservatif
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami
pembesaran dalam bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar
maksimum dan sesudah itu terjadi regresi spontan sekitar umur 12
bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai umur 5 tahun (Hamzah,
1999). Hemangioma superfisial atau hemangioma strawberry sering
tidak diterapi. Apabila hemangioma ini dibiarkan hilang sendiri,
hasilnya kulit terlihat normal (Kantor, 2004).
2. Cara aktif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah
hemangioma yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga,
dan tenggorokan; hemangioma yang mengalami perdarahan;
hemangioma yang mengalami ulserasi; hemangioma yang mengalami
infeksi; hemangioma yang mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi
deformitas jaringan (Anonim, 2005).

Penatalaksanaan hemangioma secara aktif, antara lain:


a.
Pembedahan
Indikasi :
1. Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya
dalam beberapa minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.
2. Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.
3. Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan
sesudah 6-7 tahun. Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan
atau vulva yang tumbuh cepat, mungkin memerlukan eksisi lokal
untuk mengendalikannya (Hamzah, 1999).
b. Radiasi
Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak
ditinggalkan karena:
1. Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak
yang pertumbuhan tulangnya masih sangat aktif.
2. Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu
lama.
3. Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan
menyulitkan bila diperlukan suatu tindakan.
c. Kortikosteroid
Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah:
1. Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital
2. Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik.
3. Secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium.
4. Adanya banyak perdarahan dengan atau tanpa trombositopenia.
5. Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.
Kortikosteroid yang dipakai ialah antara lain prednison yang
mengakibatkan hemangioma mengadakan regresi, yaitu untuk
bentuk strawberry, kavernosum, dan campuran. Dosisnya per oral
20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan perlahan-lahan diturunkan,
lama pengobatan sampai 3 bulan. Terapi dengan kortikosteroid
dalam dosis besar kadang-kadang akan menimbulkan regresi pada
lesi yang tumbuh cepat (Hamzah, 1999).
Hemangioma kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata dan
mengganggu penglihatan umumnya diobati dengan steroid injeksi
yang menurunkan ukuran lesi secara cepat, sehingga perkembangan
penglihatan bisa normal. Hemangioma kavernosa atau hemangioma
campuran dapat diobati bila steroid diberikan secara oral dan injeksi
langsung pada hemangioma (Kantor, 2004).
Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat
meningkatkan infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi
lambung, serta pertumbuhan terhambat (Anonim, 2005).
d. Obat sklerotik
Penyuntikan bahan sklerotik pada lesi hemangioma, misalnya
dengan namor rhocate 50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau
larutan NaCl hipertonik. Akan tetapi cara ini sering tidak disukai
karena rasa nyeri dan menimbulkan sikatrik (Hamzah, 1999).
e. Elektrokoagulasi
Cara ini dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral
arterinya, juga untuk hemangioma senilis dan granuloma piogenik
(Hamzah, 1999).
f. Antibiotik
Antibiotik diberikan pada hemangioma yang mengalami ulserasi.
Selain itu dilakukan perawatan luka secara steril (Anonim, 2005).

1.9 Pemeriksaan Penunjang


Hampir pada seluruh kasus, diagnosis dapat ditegakkan secara ekslusif
berdasarkan pemeriksaan fisis dan riwayat penyakit. Namun demikian,
beberapa jenis hemangioma dapat disalahartikan sebagai malformasi vaskular
atau jenis tumor lain, sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut :
1. USG
Ultrasonografi berguna untuk membedakan hemangioma dari struktur
dermis yang dalam ataupun subkutan, seperti kista atau kelenjar limfe.
USG secara umum mempunyai keterbatasan untuk mengevaluasi ukuran
dan penyebaran hemangioma. Dikatakan juga bahwa USG doppler (2
kHz) dapat digunakan untuk densitas pembuluh darah yang tinggi (lebih
dari 5 pembuluh darah/ m2) dan perubahan puncak arteri. Pemeriksaan
menggunakan alat ini merupakan pemeriksaan yang sensitif dan spesifik
untuk mengenali suatu hemangioma infantil dan membedakannya dari
massa jaringan lunak lain.
2. MRI
MRI merupakan modalitas imaging pilihan karena mampu mengetahui
lokasi dan penyebaran baik hemangioma kutan dan ekstrakutan. MRI juga
dapat membantu membedakan hemangioma yang sedang berproliferasi
dari lesi vaskuler aliran tinggi yang lain (misalnya malformasi
arteriovenus). Hemangioma dalam fase involusi memberikan gambaran
seperti pada lesi vaskuler aliran rendah (misalnya malformasi vena.
3. CT scan
Pada sentra yang tidak mempunyai fasilitas MRI, dapat merggunakan CT
scanwalaupun cara ini kurang mampu menggambarkan karakteristik atau
aliran darah. Penggunaan kontras dapat membantu membedakan
hemangioma dari penyakit keganasan atau massa lain yang menyerupai
hemangioma.
4. Foto polos
Pemeriksaan foto polos seperti foto sinar X, masih bisa dipakai untuk
melihat apakah hemangioma mengganggu jalan nafas.
5. Biopsi kulit
Biopsi diperlukan bila ada keraguan diagnosis ataupun untuk
menyingkirkan hemangioendotelioma kaposiformis atau penyakit
keganasan. Pemeriksaan immunohistokimia dapat membantu menegakkan
diagnosis. Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan biopsi ialah
perdarahan.

1.10 Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Data dasar
1) Data pasien: Identitas nama pasien, alamat, tanggalmasuk, tanggal
pengkajian, nomor registrasi, diagnosa medis.
2) Data penanggung jawab: Identitas nama oenanggung jawab, umur,
pekerjaan, alamat, hub. Dengan pasien.
3) Riwayat kesehatan:
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat kesehatan dahulu
d) Riwayt kesehatan keluarga
a. Pola fungsional gordon
1) Pola presepsi kesehatan menggambarkan akan pentingnya pengetahuan
tentang kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolik menggambarkan akan konsepsi relatif
kebutuhan metabolik dan asupan gizi. Pola konsumsi makanan dan
cairan, keadaan pertumbuhan, rambut, kuku, kulit dan membran
mukosa.
3) Pola eliminasi menggambarkan pola ekresi.
4) Pola aktivitas dan mobilitas menggambarkan aktivitas pengisisan waktu
sehari-hari.
5) Pola tidur dan istirahat menggambarkan pola istirahat dan tidur.
6) Pola presepsi dan konsep diri menggambarkan diri sendiri, kemampuan
dan peran.
7) Pola mekanisme koping, pada pasien hemangioma mengalami ketakutan
akan penyakit yang diderita dan tindakan yang akan dilakukan.
8) Pola keyakinan dan kepercayaan menggambarkan dalam diri melakukan
ibadah, agama yang dianut.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pasien hemangioma tingkat kesadaran composmentis,tidak
menujukkan tanda-tanda yang berbahaya.
2) Kepala : Rambut hitam, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi di kepala.
3) Mata: Mata simetris, pupil isokor, reaksi pupil terhadap cahaya baik,
konjungtiva merah muda, sklera putih, pengelihatan baik.
4) Hidung : Simetris, tidak ada secret dalam hidung, tidak ada lesi, fungsi
penciuman baik.
5) Mulut: Mukosa pucat, tidak ada stomatitis, gigi lengkap, tidak ada karies
gigi.
6) Telinga: Daun telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada serumen dalam
telinga, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka, fungsi pendengaran baik.
7) Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada gangguan
menelan.
8) Dada
Inspeksi : Tidak menggunakan otot bantu perafasan.
Palpasi : Pengembangan paru sama, tidak ada nyeri
tekan. Perkusi : Sonor
Auskultasi: Tidak ada suara tambahan, vesikuler.
9) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak
teraba Perkusi : Redup
Auskultasi: S1 S2 teratur, tunggal
10) Abdomen
Inspeksi : Datar tidak terlihat masa
Auskultasi: Peristaltik usus normal 20x/menit
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Tympani
11) Ekskremitas
Ekskremitas atas : Tidak terpasang infus, tidak
terjadi gangguan fungsi gerak pada ekskremitas atas
Ekskremitas bawah : Kaki kanan dan kaki kiri sama, tidak
ada kelainan bentuk, gerak bebas
12) Genetalia: Tidak mengalami gangguan
c. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas b/d tindakan pra operasi
2. Nyeri b/d tindakan insisi pembedahan
BAB III
APLIKASI KASUS SEMU

An. Z dengan post operasi hemangioma, di ruang melati II RSUD Dr


Moewardi Surakarta selama 3 hari. Mulai tanggal 13 Maret 2014 sampai tanggal
15 Maret 2014. Pada saat masuk RS pasien mengeluh terdapat benjolan di hidung
dan melebar ke wajah bagian kanan. Benjolan sebesar bola bekel atau 4 cm.
Berawarna merah kebiruan. Px tampak meringis menahan sakit karena setelah
dilakukan pembedahan. Dengan tanda-tanda vital px TD: 110/80 mmHg, N:
110x/menit, S: 36,7 derajat C, RR: 18x/menit. Sekala nyeri 5-7.
Pengkajian
Data dasar
1) Data pasien:
Identitas
 Nama : An. Z
 Usia : 12 Tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Grenjeng, Nogosari, Boyolali
 Tanggal masuk : 13 maret 2014
 Tanggal pengkajian : 13 Maret 2014
 Nomor registrasi 01238673
 Diagnosa medis : Hemangioma
2) Data penanggung
jawab: Identitas
 Nama penanggung jawab : Ny.W
 Umur : 54 tahun
 Pekerjaan : IRT
 Alamat : Grenjeng, Nogosari, Boyolali
 Hub. Dengan pasien : Ibu pasien
3) Riwayat kesehatan:
a) Keluhan utama
Pasien mengeluh ada benjolan di hidung dan melebar ke wajah
bagian kanan.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Sekitar 3 tahun yang lalu ibu pasien mengatakan benjolan kecil di
hidung sebelah kanan sebesar biji kacng hijau pada An. Z. Ibu pasien
membiarkan benjolan tersebut karena ibu fikir itu hanya benjolan
biasa yang bisa hilang dengan sendirinya. Dengan bertambahnya hari
benjolan tersebut bertambah besar dan bertambah besar. Karena ibu
khawatir terhadap kesehatan anaknya, ibu pasien membawa pasien ke
RSUD Dr Moewardi pada tanggal 14 Februari 2014 dengan keluhan
benjolan di hidung sebelah kanan sebesar bola bekel atau 4 cm.
Pasien masuk RS mlalui poli anak
c) Riwayat kesehatan dahulu
Ibu pasien mengatakan sebelumnya pasien belum pernah dirawat di
RS
d) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti pasien
dengan penyakit yang sekarang. Keluarga juga tidak memiliki
riwayat penyakit yang cenderung diturunkan seperti HIV, DM, dll.
a. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: Pasien hemangioma tingkat kesadaran composmentis,
tidak menujukkan tanda-tanda yang berbahaya.
2) Kepala : Rambut hitam, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi di kepala.
3) Mata: Mata simetris, pupil isokor, reaksi pupil terhadap cahaya baik,
konjungtiva merah muda, sklera putih, pengelihatan baik.
4) Hidung : Simetris, tidak ada secret dalam hidung, tidak ada lesi, fungsi
penciuman baik.
5) Mulut: Mukosa pucat, tidak ada stomatitis, gigi lengkap, tidak ada karies
gigi.
6) Telinga: Daun telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada serumen dalam
telinga, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka, fungsi pendengaran baik.
7) Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada gangguan
menelan.
8) Dada
Inspeksi : Tidak menggunakan otot bantu perafasan.
Palpasi : Pengembangan paru sama, tidak ada nyeri
tekan. Perkusi : Sonor
Auskultasi: Tidak ada suara tambahan, vesikuler.
9) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak
teraba Perkusi : Redup
Auskultasi: S1 S2 teratur, tunggal
10) Abdomen
Inspeksi : Datar tidak terlihat masa
Auskultasi: Peristaltik usus normal 20x/menit
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Tympani
11) Ekskremitas
Ekskremitas atas : Tidak terpasang infus, tidak
terjadi gangguan fungsi gerak pada ekskremitas atas
Ekskremitas bawah : Kaki kanan dan kaki kiri sama, tidak
ada kelainan bentuk, gerak bebas
12) Genetalia: Tidak mengalami gangguan
b. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas b/d tindakan pra operasi
2. Nyeri b/d tindakan insisi pembedahan
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Penurunan gama inferon & transforming Nyeri akut b/d tindakan insisi
growth B
Px mengatakan mersakan nyeri pada bagian pembedahan
bekas luka operasinya saat digunakan untuk Peningkatan vascular endotel growth
factor (mutasi sel)
menengok
DO: Hematoma
- Px tampak meringis menahan sakit
Angiogenesis
- Terdapat luka post op pada bagian
Peningkatan sel endotel
wajah sebelah kanan
pembentuk vasculer
- N:
Peningkatan ukutan tumor
110x/menit P:
Luka post OP Q: Penekanan & saraf
Seperti ditusuk
Nyeri
R: Wajah bagian kanan
S: 5
T: Saat menengokkan kepala
2. DS: Penurunan gama inferon & transforming Ansietas b/d tindakan pra operasi
growth B
Px mengalami kecemasan pada tindakan
yang akan dilakukan Peningkatan vascular endotel growth
factor (mutasi sel)
DO:
Px tampak gelisah Hematoma

Angiogenesis

Peningkatan sel endotel


pembentuk vasculer

Peningkatan vol/jumlah

Penekanan jaringan

Mata

Astigmatisme &

ambiopia Gg. Sensori

visual Kurang

pengetahuan

Anxietas
INTERVENSI

NO MASALAH NOC NIC


1. Nyeri Akut Kontrol Nyeri Manajemen
Indikator: Nyeri Indikator:
- Mengenali kapan nyeri terjadi - Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif
- Menggambarkan faktor penyebab yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
- Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
analgesik nyeridan faktor pencetus
- Menggunakan analgesik yang direkomendasikan - Observasi adanya petunjuk nonverbal
- Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada mengenai ketidaknyamanan terutama pada
profesional kesehatan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara
efektif
- Pastikan perawata analgesik bagi pasien
dilakukan dnegan pemantauan yang ketat
- Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
mengenai nyeri
- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehtaan
lainnya mengenai efektifitas tindakan
pengontrolan nyeri yang pernah digunakan
sebelumnya
2. Ansietas Tingkat kecemasan Pengurangan Kecemasan
Indikator: Indikator:
- Tidak dapat beristirahat - Gunakan pendekatan yang tenang
- Meremas-remas tangan dan meyakinkan
- Perasaan gelisah - Berada disisi klien untuk mningkatkan
- Wajah tegang rasa aman dan mengurangi ketakutan
- Kesulitan berkonsentrasi - Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
- Instruksikan klien untuk menggunakan
tekhnik relaksasi
- Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan
3.1 Kesimpulan
BAB IV PENUTUP

Hemangioma kapiler adalah suatu tumor yang berasal dari pembuluh


darah bersifat kongenital dan terdiri kapiler dan kavernosa. Hemangioma terutama
timbul pada anak-anak, terkadang pada saat baru lahir dengan jenis yang paling
sering adalah tipe kapilare. Etiologi terjadinya hemangioma masih belum jelas,
dan pertumbuhan hemangioma ini dapat menggangu fungsi, kosmetik dan
menyebabkan komplikasi yang serius pada organ lain.

Pada kasus ini dilaporkan, kasus hemangioma kapilare pada seorang


anak yang menyebabkan gangguan fungsi bicara dan menelan, karena usia
penderita, posisi dan ukuran lesi maka dilakukan ekstirpasi bedah dengan anestesi
umum. Setelah pengontrolan selama tiga bulan tidak ditemukan adanya gejala
rekurensi dan terdapat perbaikan berat badan anak.

3.2 Saran
Dalam melakukan tulisan dan menjelaskannya kepada orang lain
harus mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda
dari seharusnya. Begitu juga dalam penulisan Asuhan keperawatan harus
dapat dimengerti dan menjelaskan secara lengkap apalagi menyangkut
penyakit yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Potter P. A,Perry A.G.2006. Buku Ajar Fundamental
Keperawata : Konsep,proses,praktik. Jakarta: EGC
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC)
Second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan N

Anda mungkin juga menyukai