Anda di halaman 1dari 57

Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat

Yusmani Prayogo
Peneliti Ahli Utama
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
email: yusmani.prayogo@yahoo.com
HP. 082141420097
Pertemuan Tanggal Topik
I 1 0 & 1 4 Okt D efinisi, R uang L ingkup dan Sejarah Pengendalian Hayati (Yus)
2022
II 1 7 & 2 1 Okt D asar Ekologi Pengendalian Hayati Hama Tanaman (Yus)
2022
III Biologi dan Hubungan Inang dan Parasitoid (Triz elia / W en)
IV Biologi dan D ampak Predator (Triz elia / W en)
V √ Patogen Serangga dalam Pengendalian Hayati (Yus)
VI √ Metode Aplikasi dan Evaluasi Agens Hayati (Yus)
V II √ Peranan PH dalam Pengelolaan Hama Terpadu (Yus)
Definisi Pengendalian Hayati (PH)
 Pengendalian Hayati (Biological Control) adalah pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan (OPT) oleh peran musuh alami
atau agens pengendali hayati.
 Namun dapat disebut juga pengendalian hama dan penyakit
tanaman secara biologi, yaitu dengan memanfaatkan peran musuh
alami.

 HS.Smith (1919) adalah orang pertama yang menggunakan


istilah Pengendalian Hayati (Biological control) untuk
pengendalian serangga hama menggunakan musuh alami
dengan mengutamakan pendekatan melalui
introduksi/manipuasi.
 P. DeBach (1964), merevisi istilah tentang pengendalian hayati
dengan membedakan antara “pengendalian alami” (Natural
control) dari “pengendalian hayati” (biological control).
a. Natural control: terpeliharanya kepadatan populasi suatu
organisme pada suatu periode waktu tertentu karena faktor
lingkungan abiotik dan/atau biotik.
b. Biological control: kinerja dari musuh alami (parasitoid,
predator dan patogen serangga) dalam mempertahankan
kepadatan populasi organisme lain di bawah populasi rata-rata
jika dibandingkan musuh alami tidak ada.
 D outt 1972, telah merevisi batasan Pengendalian
Hayati yaitu sebagai pengendalian yang memanfaatkan
peran dari musuh-musuh alami

Statement tersebut ditegaskan D outt karena waktu


itu PH masih dicampur adukan antara
pemanfaatan musuh alami, pelepasan serangga
jantan mandul, penggunaan varietas tahan
maupun pengendalian kultur teknis
 van den Bosch et al. (1982) memodifikasi
sebagian istilah-istilah tersebut di atas menurut dua
pengertian:
1. Pengendalian hayati terapan ialah manipulasi
musuh alami yang dilakukan oleh manusia untuk
pengendalian hama.
2. Pengendalian hayati alami ialah pengendalian
hama oleh musuh alaminya yang terjadi tanpa
intervensi manusia.
Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Serangga Hama

Faktor Iklim
Makro & Mikro

Faktor Biotik
Predator
Serangga Faktor Makanan
Parasitoid
Hama Kualitas & Kuantitas
Patogen
Pesaing

Faktor Lain
Metode pendekatan yang digunakan dalam PH

Introduksi
Yaitu upaya memasukkan
MA dari suatu tempat ke
daerah lain, terutama
untuk hama eksotik

Konservasi
Yaitu usaha yang dilakukan
untuk memapankan MA yang Augmentasi
sudah ada agar mampu Yaitu upaya untuk
bertahan dan bereproduksi
(perbaikan cara budidaya, meningkatkan/
kurangi aplikasi pestisida memperbanyak/
sintetik, dll) memperbesar
Secara teoritis, masing-masing metode populasi MA di
dapat berperan secara mandiri, namun lapangan yang pada
dalam praktek PH biasanya dilakukan awalnya diperbanyak
secara kombinasi agar teknologi di laboratorium
pengendalian yang peroleh dapat
menekan populasi OPT di bawah AK
 Introduksi MA dilakukan apabila hama yang akan dikendalikan
merupakan hama eksotik yang berasal dari negeri lain atau tempat lain
dan dikenal dengan istilah PH K L ASIK

 Namun sekarang ini tidak menutup kemungkinan bahwa introduksi


MA juga dilakukan untuk mengendalikan hama pribumi atau lokal

 Contoh: 1986 introduksi predator kutu loncat lamtoro Curinus


coerulenus (Coleoptera: Coccinellidae) dari Hawai untuk
mengendalikan Heteropsylla cubana (Homootera: Psyllidae)

 Prosedur introduksi ada 8 tahap menurut van den Bosh et al. (1 9 8 5 )


meliputi; (1 ) identifikasi spesies hama eksotik, (2 ) penentuan habitat asli
hama eksotik, (3 ) agens importasi, (4 ) eksplorasi MA, (5 ) karantina, (6 )
pembiakan masal, (7 ) kolonisasi dan (8 ) evaluasi MA
 Augmentasi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan MA dalam
mengendalikan hama, yang dilakukan dengan dua cara yaitu inokulasi
dan inundasi.

 Inokulasi adalah pelepasan MA dalam jumlah kecil pada saat poulasi


hama masih rendah (biasanya awal musim tanam), diharapkan MA dapat
berkembangbiak sehingga keturunannya mampu menekan populasi
hama selama musim tanam. Sasaran dari inokulasi adalah populasi hama
tetap berada di bawah tingkat yang tidak merugikan secara ekonomi.

 Inundasi merupakan pelepasan MA dalam jumlah besar dengan tujuan


MA tersebut langsung dapat menekan populasi hama sampai tingkat
tidak merugikan. MA tidak diharapkan berkembangbiak sehingga dalam
satu musim tanam perlu dilakukan aplikasi beberapa kali.
Persyaratan dalam A u g m e n t a s i
 Hama yang sesuai untuk dikendalikan secara augmentasi memiliki
karakter sebagai berikut; (a) hama tersebut tidak mungkin
dikendalikan secara konservasi; (b) jenis hama sulit dikendalikan
atau terlalu mahal dikendalikan dengan metode lain; (c) jenis hama
tidak dapat dikendalikan secara kimiawi karena akan dampak
residu, resistensi, dan resurjensi; dan (d) hama tersebut selalu
menimbulkan kerugian hanya satu atau dua jenis saja

 MA yang sesuai untuk kegiatan augmentasi adalah; (1) MA yang


dilepas harus mampu berkembangbiak dan menyebar di
pertanaman; (2) MA mudah dikembangbiakkan secara masal; (3)
MA lebih memilih hama sasaran daripada inang atau mangsa
alternatif; dan (4) keperidiannya sangat tinggi.
K O N S E R V A S I MA
 U saha untuk memanfaatkan MA yang sudah ada di lapangan atau di
pertanaman dengan cara memanipulasi lingkungan agar kinerja MA lebih
meningkat secara optimal

 Manipulasi lingkungan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut; (a)


pengembangan teknik budidaya yang sesuai, (b) penyediaan sumber daya
pakan bagi MA, (c) inang alternatif, (d) sinkronisasi fenologi hama dan MA, (e)
pengendalian pesaing biologi, (f) modifikasi praktek budidaya, dan (g)
mengurangi gangguan dan kematian MA.

 MA sering memilih habitat yang berbeda dari tanaman utama dan menanam
tanaman sela dalam barisan dapat menyediakan habitat bagi MA.

 MA umumnya lebih beragam di habitat pertanaman tumpangsari


dibandingkan sistem monokutur, karena tumpangsari mampu
menyediakan sumber pakan bagi MA (nektar, embun madu, serbuk sari)

 MA umumnya lebih rentan terhadap residu petisida sintetik


Target dan Agens Pengendalian Hayati

Arthropoda
Arthropoda hama
(terutama
serangga dan
Gulma
tungau)
Gulma terutama
(herba & semak-
Binatang lain
Binatang lain
semak)
terdiri vertebrata
Siput, Alga
Serangga merupakan target PH

 Hampir 550 sp. serangga hama yang menjadi target dalam >1200
program introduksi di seluruh dunia.

 Keberhasilan PH banyak pada hama dari ordo Homoptera, karena


hama ini banyak terbawa pada tanaman yang diperdagangkan
secara internasional. Hama dari ordo Homoptera paling banyak
menyerang berbagai jenis komoditas komersial (pangan,
hortikultura, perkebunan)

 Musuh alami menjadi sangat penting dalam menekan populasi


hama ordo Homoptera. MA yang efektif terutama cendawan
entomopatogen (Aschersonia aleyrodis)
Origins of Pests:
 Indigenous (native) – organisme dalam suatu daerah tertentu yang
berkembang dalam lokasi tersebut
 Endemic (precinctive) - organisme asli yang tidak terdapat di daerah mana
pun
 Adventive (exotic) – organisme dalam suatu daerah tertentu yang tidak
berkembang disana, tetapi berasal dari tempat yang lain
 Immigrants – spesies eksotik yang tidak secara bebas dibawa ke suatu
daerah yang baru oleh manusia
 Introduced – spesies eksotik yang secara bebas dibawa ke suatu daerah
oleh manusia dengan sengaja
SERANGGA YANG MENJADI TARGET DALAM PH
Serangga dari famili tungau seperti; (a) Rust mites
(Eriophyidae), (b) Tarsonemid mites (thread footed
mites) especially spider mites (Tetranychidae)

Kelompok Keong/siput: (a) yang bersifat


herbivor (menyerang tanaman pertanian, (b)
spesies yang menjadi inang alternatif bagi
patogen manusia dan hewan ternak

Gulma yang menjadi target PH dalam banyak


ekosistem yaitu: hutan dan pertanian serta ekosistem
baik terrestrial maupun aquatic. Sekitar 47% gulma
yang menjadi target termasuk ke dalam 3 famili, yaitu:
(Asteraceae, Cactaceae, Mimosaceae)
Agens Pengendalian Hayati (Parasitoid):
 Parasitoid merupakan tipe musuh alami yang paling umum yang
digunakan untuk mengendalikan serangga hama
 Kebanyakan parasitoid yang digunakan termasuk ke dalam ordo
Hymenoptera dan sebagian kecil dari Diptera
 Minimal ada 26 famili parasitoid telah digunakan dan kebanyakan
termasuk ke dalam: Braconidae, Ichneumonidae, Eulophidae,
Pteromalidae, Encyrtidae, Aphelinidae
 Ordo Diptera, famili yang paling sering digunakan termasuk dalam
kelompok Tachinidae
Agens PH Kelompok Predator
 Laba-laba (Araneae) hampir semuanya predator - peran mereka
dalam pemberantasan hama menjadi lebih dikenal (Oxyopes
javanus)
 Tungau predator (Phytoseiidae) penting dalam mengendalikan
tungau laba-laba
 Ikan (Gambusia affinis) telah digunakan melalui pelepasan
augmentatif untuk pengendalian jentik nyamuk
Patogen dan Nematoda
 Beberapa agens hayati dari patogen sudah diformulasikan
secara komersial yang dikenal sebagai Biopestisida
diantaranya :
• Bacteria (genus Bacillus)
• Viruses (Baculoviridea)
• Fungi (Entomophthoraceae)
• Protozoa (including microsporidians)
• Nematode (Steinernematidae & Heterorhabditidae)
Kelebihan/Keunggulan Pengendalian Hayati

• Tingkat keberhasilan PH tinggi, tanaman tahunan (iklim kondusif)


• PH dapat bekerja dengan sendirinya
• Sedikit sekali yang diketahui berbahaya terhadap manusia,
lingkungan dll.
• Reproduksi beberapa musuh alami berkembang dengan cepat
• Beberapa musuh alami mempunyai daya cari yang tinggi
• Beberapa musuh alami dapat survival pada saat populasi inang
rendah
• Belum ada data yang menunjukkan ada resistensi inang terhadap
musuh alami (walaupun hal ini mungkin saja bisa terjadi)
Keterbatasan Pengendalian hayati:
 Populasi inang masih ada di lapangan pada tingkat tertentu. Hal ini
tergantung pada sifat-sifat inang, musuh alami dan lingkungan.
Mungkin saja inang yang masih ada dapat merusak secara ekonomi
 PH dapat berhasil untuk satu jenis hama tertentu dalam suatu sistem,
tetapi untuk jenis hama lain perlu pendekatan yang terintegrasi
 Banyak penelitian yg telah dilakukan untuk mencari musuh alami yang
efektif, tetapi tidak ada garansi keberhasilannya
 Kinerja agens hayati pada PH agak lambat tidak secepat pestisida
sintetik sehingga hama yang ada masih berpeluang merusak tanaman
 Keberhasilan PH jarang terjadi pada beberapa bidang seperti: PH
patogen tanaman, serangga vektor penyakit tanaman, Kedokteran, dll.
Sejarah PH dibagi menjadi 3
periode:

 Periode Awal tahun 200 –


1887
(Sedikit informasi
keberhasilan PH yang
terdokumentasi)

 Periode Pertengahan
1888 – 1955
(Introduksi kumbang
Vedalia Rodolia cardinalis
Mulsant)

 Periode Modern tahun


1957- sekarang
(Perencanaan lebih hati-
hati dan evaluasi yang
agens PH yang digunakan
untuk augmentasi
 Petani cina pertama kali
menggunakan semut
rangrang (Oecophylla
samaragdina) utk
mengendalikan
serangga hama jeruk
Tessaratoma papillosa
(Hemiptera)
 Pada th. 1200 di Yaman
Arab Saudi, Semut ini
juga digunakan utk
mengendalikan hama
tanaman palm. Sarang-
sarang semut yg
terdapat di sekeliling
perkebunan palm diambil
dilepas ke dalam kebun
palm
 Pada th. 1200 juga
diketahui bahwa
kumbang Coccinellidae
 Burung mynah,
Acridotheres tristis
berhasil
diintroduksikan dari
India ke Mauritius
untuk mengendalikan
belalang kembara
merah, Nomadacris
septemfasciata pada
tahun 1762

 Pengendalian
“bedbug”, Cimex
lectularius berhasil
dengan melepaskan
predator
Pentatomidae,
Picromerius bidens
pada tahun 1776 di
Eropa.
periode ini
perkembangan PH di
Eropa sangat pesat, baik
pengetahuan dasar
maupun aplikasinya

 Sekitar 1800, darwin


mengemukakan
bahwa
“Ichneumonidae”
sebagai faktor
pengendalian alami
untuk ulat kubis

 Hartig (German)
mengusulkan untuk
memperbanyak
parasitoid dari ulat
yang terparasit untuk
pelepasan masal pada
Tahun 1 8 5 0 -1 8 8 7 :
Selama periode ini fokus
pengendalian hayati
pindah ke Amerika Serikat.

Dari 1850-1870 banyak


tanaman dibudidayakan di
Amerika Serikat (California),
pada awalnya tanaman
bebas dari hama, tetapi
akhirnya petani melihat
tanaman banyak diserang
oleh hama.

Asa Fitch (New York)


menyarankan untuk
mengimpor parasitoid dari
Eropa untuk mengendalikan
hama ganjur gandum,
Contarinia tritici pada tahun
1856.
Benjamin Walsh (Illinois)
aktif mengimportasi
musuh alami untuk
pengendalian serangga
hama eksotik di Amerika
Serikat
 Thn 1883 Departemen
Pertanian Amerika Serikat
mengimpor Apanteles
glomeratus dari Inggris
untuk pengendalian P.
rapae. Parasitoid dilepas
di Iowa, Nebraska dan
Missouri. Hal ini
merupakan peristiwa
pengenalan parasitoid
Tahun 1888 - 1889:
Proyek Cattony cushion
scale
 Cattony cushion scale,
Icerya purcasi Maskell,
ditemukan pertama kali
pada acasia thn 1868
di Menlo Park,
California.
 Hama ini menyebar
dengan cepat ke
bagian selatan
California dan sebelum
1887 telah
mengancam industri
pengalengan jeruk di
California.
 Pada tahun 1887
tersebut tidak ada
satupun metode
pengendalian hayati
yang digunakan efektif.
 Pada tahun 1888
Koebele dikirim ke
Australia untuk
mengekplorasi musuh
alami dari Cattony
cushion scale.
 Koebele mengirim
12.000 individu
Cryptochaetum icerya
dan 129 individu
Rodolia cardinalis
(vedalia beetle).
R odolia
cardinalis

Icerya purcasi Cryptochetum iceyae


Tahun 1889 sampai 1899: periode pengembangan pengendalian hayati.

Pada tahun 1889, Riley mengirim Koebele kembali ke Australia mencari


parasitoid untuk hama scale lain di California.
Koebele bekerja pada proyek pengendalian hayati sampai tahun 1912
dan akhirnya berhenti karena kesehatannya
Pada tahun 1894 LO. Howard menggantikan CV. Riley sebagai kepala
Devisi Entomologi Dep.Pertanian Amerika
G. Compere (1899) merupakan orang pertama yang khusus disewa
untuk bekerja pada program pengendalian hayati. Dia bekerja sebagai
kolektor asing sampai 1910, selama waktu tersebut dia mengirim banyak
sekali serangga bermanfaat ke California dari berbagai belahan dunia
Tahun 1900 sampai 1930: Wajah baru pengendalian hayati

Proyek ngengat gypsy di New England (1905 – 1911), yang diketuai oleh
WF. Fiske. Howard melakukan ekplorasi di Eropa dan mengimpor
parasitoid ke Amerika Serikat. Banyak ahli entomologi yang bekerja
dengan proyek tersebut diantaranya H.S. Smith, W.R. Thomson dan P.H.
Timberlake.
Proyek “Sugar-cane Leafhopper” di Hawai (1904 -1920). Asosiasi petani
tebu di Hawai membentuk suatu Divisi Entomologi pada tahun 1904
Berliner (1911) melaporkan bahwa Bacillus thuringiensis sebagai agens
penyebab penyakit bakteri pada Mediterranean flourmoth
Dari tahun 1913-1927 banyak dibentuk Lab PH di Amerika dipelopori oleh
Universitas California
Tahun 1930 sampai 1956: Ekspansi dan kemundurun pengendalian hayati

 Dari tahun 1930-1940 merupakan puncak aktivitas PH di dunia dengan


establishnya 57 jenis musuh alami di berbagai tempat.
 PD II menyebabkan kemunduran yang sangat tajam aktifitas PH
 Setelah PD II, PH tidak populer lagi karena produksi insektisida sintetik
relatif murah, sehingga penelitian bidang entomologi berpindah ke
penelitian pestisida.
 Organisasi PH internasional (IOBC) mempublikasi jurnal “Entomophaga’
pada tahun 1956 yaitu suatu jurnal pengendalian hayati atropoda hama dan
spesies gulma.
Pada tahun 1959, Vern Stern el al. menyusun ide tentang
Ambang Ekonomi (AE) dan Tingkat Kerusakan Ekonomi (TKE).
Setelah publikasi buku Rachel Carson yang berjudul “Silent
Spring” (1962) minat dan perhatian orang terhadap ekologi dan
lingkungan semakin meningkat
Pada tahun 1964, Paul DeBach dan Even I. Schliner (Devisi
Pengendalian Hayati Universitas California, Riverside)
mempublikasikan sebuah buku “Biological Control of Insect and
weeds’.
Pada tahun 1983, Frank Howarth mempublikasikan papernya
yang berjudul “Biological Control: Panacea or Pandora’s Box”.
Paper Howarth mengungkapkan bahwa pengendalian hayati
klasik artropoda secara signifikan dapat menyebabkan
kepunahan spesies lain (spesies endemik).
Pada tahun 1990an terbit dua jurnal lagi yaitu “Biological
Control: Theory and Aplication in Pest Management” (Academic
Press) dan “Biocontrol Science and Technology (Carfax
Publising). Jurnal “Entomophaga” berubah namanya menjadi
“Biocontrol” pada tahun 1997.
 Pada waktu itu pengendalian hayati sebagian besar
diterapkan pada perkebunan rakyat khususnya kelapa.
 Terdapat 3 tonggak sejarah keberhasilan PH sebelum
perang Dunia II

(1). Pengendalian hama Sexava nubila (Stall.) menggunakan


parasitoid telur Leefmansia bicolor Waterston (Hym:
Trichogrammatidae) yang diintroduksi dari Ambon ke
Sangir Talaud pada tahun 1925 –1940.
(2). Pengendalian Aspidiotus destructor
Sign (Hom: Diaspidae) menggunakan
parasitoid Aphytis Chrysomphali Merc
(Hym: Aphelinidae) yang diintroduksi
dari Jawa ke Bali pada tahun 1935.

(3). Pengendalian Oryctes rhinoceros (Linn.)


(Col: Scarabaeidae) menggunakan
parasitoid Scolia oryctophaga Coq.
(Hym: Scoliidae) yang diintroduksi dari
Mauritius pada tahun 1934-1936.
 Usaha-usaha pengendalian hayati mulai ada dan diterapkan pada
tanaman hortikultura, perkebunan, semusim dan tahunan (kubis,
tebu, kapas, kopi)

 Terdapat tiga tonggak sejarah keberhasilan PH di Indonesia yang


dilaporkan dengan cara introduksi MA potensial dari berbagai
negara

 Mulai tahun 2000 perkembangan PH cukup signifikan terutama


menggunakan agens patogen serangga (cendawan, virus,
nematoda entomopatogen)

 Tahun 2010 an seiring meningkatnya pengetahuan dan arti


kesehatan maka berkembang pesat petani penggiat organik dalam
menyediakan sumber pangan sehat (bebas residu pestisida
sintetik)
(1). Pengendalian Plutella xylostella (Lep: Yponomeutidae)
menggunakan parasitoid Diadegma eucerophaga Horsm.
(Hym: Ichneumonidae) yang diintroduksi dari New Zealand
ke Jawa Barat pada tahun 1950.
(2). Pengendalian Chilo spp, Tryporyza nivella (Lep: Pyralidae)
menggunakan Trichogramma spp. (Hym:
Trichogrammatidae) sejak tahun 1970 an
(3). Pengendalian Heteropsylla cubana (Hom: Psyllidae)
menggunakan Psyllaephagus yaseeni Noyes (Hym:
Encyrtidae) yang diintroduksi dari Thailand pada tahun
1988.
mulai dikenali dan dicatat
Aldrovandi mencatat
cocoon atau pupa
Apanteles glomeratus
pada Pieris rapae yang
terparasit pada tahun
1602, awalnya cocoon
tersebut dikira telur
serangga.
Patogen serangga
pertama kali
diperkenalkan oleh de
Reaumur pada tahun
1729. Patogen tersebut
adalah jamur Cordyceps
pada Noctuidae
 K PTL MI merupakan komunitasi penggiat organik yang
murni menggunakan biopestisida sebagai senjata untuk
mengendalikan OPT di J awa Timur berdiri pada tahun
2 017

 Terdiri dari lebih petani milenial dengan anggota


mencapai 1 67 petani

 J enis tanaman yang dibudidayakan sayur dan pangan


 Gapoktan di Kabupaten Lumajang (Jawa Timur) sebagai
Ketua Bp. Hariyanto, SP
 Komoditas yang dikembangkan ubi jalar varietas
Cilembuu untuk ekspor ke Jepang dan Korea, Beta dan
Antin sebagai pangan fungsional (strudel dan aneka
cake)
 Anggota Gapoktan sudah mandiri dalam penyiapan
bioepstisida terutama B. bassiana
Edamame organik yang
berada di Jember (Jawa
Timur)
 Kedelai Edamame
diekspor ke Jepang
maupun konsumsi
domestik
 Biopestisida yang
digunakan terutama
cendawan
entomopatogen B.
bassiana, M. anisopliae,
A. aleyrodis, cendawan
antagonis T. harzianum
dan G. roseum, virus
 Kelompok tani penggiat organik tanaman bentul di
Sampang, Madura yang dipeolpori Bkp. M. Nafiq
sebagai pengekspor umbi bentul ke negara Jepang,
Korea, Taiwan
 Biopestisida yang digunakan terutama cendawan
entomopatogen B. bassiana dan cendawan antagonis T.
harzianum
 Patogen yang berkembang dan membahayakan adalah
penyakit hawar daun Phythopthora colocasiae
menyebabkan kualitas dan kuntitas turun drastis
 Pengendalian Hayati merupakan taktik pengendalian hama dan penyakit yang
menggunakan peran musuh alami (predator, parasitoid, patogen)
 Metode dalam PH yang digunakan adalah; introduksi, augmentasi dan konservasi,
masing-masing metode dapat berperan secara mandiri tetapi dalam prakteknya biasanya
dikombinasikan
 Augmentasi dapat dilakukan melalui inokulasi dan inundasi
 PH memiliki berbagai kelebihan dan kelemahan
 Sejarah perkembangan PH dibagi tiga periode meliputi; awal tahun 200-1887;
pertengahan 1888-1955; dan periode modern 1995 - sekarang
 PH di Indonesia dibagi dua periode yaitu; sebelum dan sesudah perang dunia ke II,
sebelum perang dunia ke II terdapat tiga tonggak sejarah penting, sedangkan periode
sesudah perang dunia ke II agak terhambat dan baru tahun 2000 - sekarang ini PH
berkembang sesuai dengan meningkatkan pengehatuan masyarakat akan arti pentngnya
kesehatan
Buah nanas buah cheri
D icampur gula enak sekali
Cukup sekian kuliah hari ini
Semoga berjumpa di lain hari

Anda mungkin juga menyukai