Adoc - Pub - Tinjauan Pustaka Klasifikasi Nematoda Meloidogyne
Adoc - Pub - Tinjauan Pustaka Klasifikasi Nematoda Meloidogyne
Klasifikasi
(Dropkin, 1991) :
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Thylenchida
Famili : Meloidogynidae
Genus : Meloidogyne
Nematoda memiliki ukuran tubuh yang kecil dan tidak dapat dilihat
untuk melihat ciri morfologi yang dimilikinya. Spesies jantan dan betina memiliki
bentuk tubuh yang berbeda satu sama lain. Nematoda jantan memiliki bentuk
tubuh memanjang seperti cacing, sedangkan nematoda betina pada saat dewasa
memiliki bentuk tubuh seperti buah pear atau sferoid (Agrios, 2005).
menjadi dua, yaitu bagian dorsal dan ventral. Bagian dorsal terdiri dari
dan garis lateral, sedangkan bagian ventral terdiri dari striae ventral, vulva, dan
yaitu bentuk telur, larva (juvenil), dan dewasa (jantan dan betina). Nematoda puru
betina bersifat menetap (sedentary) dalam akar dan mempunyai dua buah indung
hingga 1268 μm. Bentuk kepala tidak berlekuk dan memiliki stilet yang lebih
bergerak lambat di dalam tanah dengan ekor pendek dan membulat pada bagian
memiliki stilet lemah melengkung ke arah dorsal dengan knob dan pangkal knob
yang tampak jelas. Terdapat pola jelas pada striae yang berada di sekitar vulva
(Eisenback, 2003).
Biologi
banyak jenis, namun pada jenis yang lain reproduksi seksual masih terjadi dalam
di dalam tanah atau pada jaringan akar, sedangkan nematoda betina yang
berbentuk seperti buah pear akan tetap tertambat dan tinggal pada daerah
makanannya atau sel awal di dalam stele dengan bagian posterior tubuhnya berada
menghasilkan telur hingga mencapai 1000 butir telur. Keberadaan nematoda akan
merangsang sel-sel untuk membelah, sehingga terbentuk puru pada akar tanaman
Massa telur yang baru terbentuk biasanya tidak berwarna dan berubah
menjadi coklat setelah tua. Nematoda betina dapat menghasilkan telur hingga 500
butir telur dalam satu massa gelatinus (paket telur). Embrio nematoda
dalam telur. Telur menetas dan J1 mengalami perubahan menjadi juvenil 2 (J2)
yang muncul pada suhu dan kelembaban yang sesuai dan bergerak aktif di dalam
tanah menuju akar yang sedang tumbuh. Juvenil 2 masuk ke dalam akar dan
pertumbuhan akar samping. Juvenil 2 akan hidup menetap pada sel-sel tersebut,
mengalami pertumbuhan dan pergantian kulit hingga menjadi juvenil 3 (J3) dan
juvenil 4 (J4) yang selanjutnya menjadi nematoda jantan atau betina dewasa
(Dropkin, 1991).
bulat atau memanjang dengan ukuran yang bervariasi. Apabila tanaman terinfeksi
berat oleh NPA, sistem akar yang normal berkurang sampai pada batas jumlah
diferensiasi xilem dan floem. Sel-sel periskel mengganti beberapa pembuluh kayu
dan tapis di dalam puru akar yang menyebabkan fungsi akar menjadi berkurang.
Akar yang terinfeksi mengalami pertumbuhan baru dan pengangkutan air dan
(Dropkin, 1991).
tumbuhan terutama terdiri dari protein, polisakarida seperti pektin selulase dan
sel akan rusak dan terbentuk luka. Selanjutnya nematoda ini bergerak di antara
makanan. Betina NPA yang bersifat endoparasit sedentari hidup dan berkembang
asam indol asetat (IAA) yang merupakan heteroauksin tritopan yang diduga
pada akarnya. Ukuran dan bentuk puru tergantung pada spesies nematoda, jumlah
nematoda di dalam akar, dan umur tanaman. Serangan berat pada akar
menyebabkan pengangkutan air dan unsur hara terhambat, tanaman mudah layu,
khususnya dalam keadaan panas dan kering, pertumbuhan tanaman terhambat atau
kerdil, dan daun mengalami klorosis akibat defisiensi unsur hara. Infeksi pada
akar oleh nematoda pada tanaman stadia generatif menyebabkan produksi bunga
Pada akar tanaman yang terserang menjadi bisul bulat atau memanjang
dengan besar bervariasi. Di dalam bisul ini terdapat nematoda betina, telur dan
juvenil. Bisul akar yang membusuk akan membebaskan nematoda dan telurnya ke
dalam tanah kemudian masuk ke dalam akar tanaman lain. Ukuran dan bentuk
puru tergantung pada spesies, jumlah nematoda di dalam jaringan, inang dan umur
tanaman. Tanaman mudah layu, khususnya dalam keadaan kering dan tanaman
wortel dan betina NPA. Puru terjadi akibat pembesaran dan pembelahan sel yang
pengurangan jumlah akar. Pembentukan akar baru hampir tidak terjadi, sehingga
fungsi perakaran dalam menyerap dan menyalurkan air dan unsur hara ke seluruh
Apabila tanaman terinfeksi berat maka pengangkutan air dan unsur hara
ke bagian atas tanaman menjadi terganggu sehingga tanaman mudah layu, daun
yang sangat luas, meliputi gulma dan berbagai tanaman yang dibudidayakan
dunia dan 4 diantaranya merupakan spesies utama pada tanaman tomat, yaitu
Meloidogyne incognita
daerah tropika. Beberapa tanaman inang spesies ini adalah kapas, kentang, tebu,
wortel, tomat, tanaman hias, dan lain-lain (Thomas et al., 2004). Suhu optimum
untuk reproduksi dari spesies ini berkisar antara 18o-30oC, namun spesies ini akan
(Eisenback, 2003).
bergerak bebas di dalam tanah dan tertarik pada eksudat, yaitu cairan yang
yang muncul satu demi satu, akan tetapi biasanya kumpulan puru terbentuk luas
dan kadang membentuk puru yang besar. Tipe puru tidak dipertimbangkan untuk
Meloidogyne hapla
M. hapla akan memiliki populasi dan tingkat infeksi yang rendah apabila
temperatur dari wilayah tersebut tidak sesuai dengan suhu optimum yang
rendah antara lain semangka, kapas, dan jagung. M. hapla yang memiliki ciri khas
pola perineal berupa tonjolan-tonjolan seperti duri pada zona ujung ekor
ujung ekor. Karakter ini tidak dimiliki oleh spesies Meloidogyne lainnya sehingga
menjadi karakter khas M. hapla. Bentuk gejala yang disebabkan oleh infeksi
nematoda ini berbeda dengan gejala infeksi spesies lainnya, yakni berupa puru
kecil, bentuk seperti bola, dan terbentuk akar rambut (hairy roots) yang berasal
penting secara ekonomi dari nematoda puru akar karena mampu bertahan pada
suhu rendah. M. hapla merupakan parasit obligat dan tidak dapat menyelesaikan
siklus hidupnya tanpa makan pada akar tanaman hidup (Appleman, 2003)
Meloidogyne javanica
dunia, khususnya di daerah tropika sampai ketinggian 3000 m dpl. Tanaman inang
dari M. javanica antara lain tomat, kentang, wortel, tanaman hias, tembakau,
pada setiap stadium daur hidupnya namun suhu optimum yang diperlukan untuk
M. javanica terbesar terjadi pada pH antara 6,4 sampai 7 dan akan terhambat pada
Meloidogyne arenaria
daerah tropik, namun juga terdapat di daerah subtropik (Luc et al. 1995).
Karakteristik morfologi dari spesies ini berupa pola perineal yang sangat variabel,
ditandai dengan lengkungan tepi yang rendah dan bulat dengan striae yang halus
Pengendalian spesies ini tidak berbeda dengan spesies lainnya, yaitu penanaman
Pola perineal Meloidogyne adalah pola atau gambaran khas pada kutikula
nematoda yang dapat dijadikan penciri untuk identifikasi morfologi antara lain
(Mulyadi, 2009).
Eisenback et al. (1981). Identifikasi pola perineal atau sidik pantat dilakukan
untuk mengatahui spesies NPA berdasarkan ciri morfologi pada nematoda betina.
identifikasi pola perineal yang telah dilakukan Eisenback et al. (1981) dan
identifikasi A Guide To The Four Most Common Species Of Root Knot Nematodes
dorsal yang berbentuk persegi (sudut ± 900), dan lengkung striea dengan pola
garis yang bergelombang. Hal inilah yang menjadi karakter khusus untuk
Spesies M. hapla yang memiliki ciri khas pola perineal berupa tonjolan-
tonjolan seperti duri pada zona ujung ekor Tonjolan-tonjolan seperti duri
membentuk lingkaran atau elips pada ujung ekor. Karakter ini tidak dimiliki oleh
(Gambar 3).
garis lateral yang memisahkan striae bagian dorsal dan ventral. Diantara dua garis
lateral tersebut terdapat daerah kosong dan tidak ada striae dorsal dan ventral
bercabang pada garis lateralnya dan merupakan pola yang dimiliki oleh sebagian
besar spesies ini. Nematoda jantan memiliki bentuk kepala dan stilet yang pendek
dan agak bulat. Pola perineal dari spesies ini merupakan variasi dari spesies M.