Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

(JUVENILLE DIABETES PADA ANAK)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II

Dosen Pembimbing :

Ns. Rinta Agustina Pratiwi, S.Kep.

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Febri Fatria 152010020 Putri Septiani 152010054


Intan Suryadini 152010027 Siti Anasya Cahya 201813044
Lulu Safiya Zen 152010033 Siti Julfah 201813045

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR
TA. 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmat-
Nya sehingga laporan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Juvenille Diabetes Pada Anak” ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak II.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan


makalah ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh
karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi.

Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang


menambah kekayaan intelektual bangsa.

Bogor, 17 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
A. Latar belakang ...................................................................................................... 4
B. Rumusan masalah ................................................................................................. 5
C. Tujuan .................................................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................ 7
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 7
A. Definisi ................................................................................................................... 7
B. Klasifikasi .............................................................................................................. 7
C. Etiologi ................................................................................................................... 8
D. Patofisiologi ........................................................................................................... 9
E. Pathway................................................................................................................ 11
F. Manifestasi Klinis................................................................................................ 12
G. Komplikasi........................................................................................................... 13
H. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 14
I. Penatalaksanaan Medis ...................................................................................... 16
J. Asuhan Keperawatan ......................................................................................... 20
a. Pengkajian ....................................................................................................... 20
b. Diagnosa Keperawatan ................................................................................... 24
c. Rencana Keperawatan.................................................................................... 25
d. Implementasi ................................................................................................... 26
e. Evaluasi ............................................................................................................ 26
BAB III............................................................................................................................. 28
PENUTUP ........................................................................................................................ 28
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 28
B. Saran .................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 29

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada
membran basalis pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron.

Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan


bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus
bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Diabetes telah
menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta
kematian yang disebabkan oleh diabetes. Hampir 80 persen kematian pasien
diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah.

Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus


pada penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah
memerlukan perhatian dan bantuan.
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak
lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit
absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2,
yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin sebenarnya tersedia memadai
sehingga terjadi defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-
data epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak
adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita
diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik
mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen dari total
keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau tidak
diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan meninggal. Biasanya

4
gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan koma
apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika
ada anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P (pilifagi, polidipsi dan poliuri) dan
kadar gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi menyebabkan
molekul gula terdapat di dalam air kencing, yang normalnya tak mengandung gula,
sehingga sejak dulu disebut penyakit kencing manis.
Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan
asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua kegiatan
sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut terhadap
terjadinya komplikasi. Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh penyandang DM
maupun keluarganya jika mereka memahami penyakitnya dan prinsip-prinsip
penatalaksanaan diabetes. Berhubungan dengan hal tersebut diatas kami tertarik
untuk membuat asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan sistem endokrin:
Diabetes Melitus dengan metode masalah yang sistematis melalui proses
keperawatan.

B. Rumusan masalah
a. Apa pengertian diabetes mellitus (juvenile diabetes) pada anak?
b. Sebutkan klasifikasi dari diabetes mellitus pada anak?
c. Apa saja penyebab dari diabetes mellitus pada anak?
d. Bagaimana patofisiologi penyakit diabetes mellitus?
e. Apa saja pathway dari diabetes mellitus?
f. Apa manifestasi klinis diabetes mellitus pada anak?
g. Komplikasi apa saja yang ditimbulkan dari diabetes mellitus pada anak?
h. Apa saja pemeriksaan pemeriksaan penunjang diabetes mellitus pada anak?
i. Bagaimana penatalaksanaan medis penyakit diabetes mellitus pada anak
j. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak penderita penyakit diabetes
mellitus?

5
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah:
a) Tujuan umum
Memberikan pengetahuan, dapat memberikan informasi dan pemahaman
mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan diabetes mellitus.
b) Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi diabetes mellitus.
2. Mengetahui klasifikasi diabetes mellitus.
3. Mengetahui etiologi diabetes mellitus.
4. Mengetahui patofisiologi diabetes mellitus.
5. Mengetahui pathway/pathoflow diabetes mellitus.
6. Mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan diabetes mellitus.
7. Mengetahui akibat / komplikasi diabetes mellitus.
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus.
9. Mengetahui penetalaksanaan medis pada klien dengan diabetes mellitus.
10. Dapat menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Diabetes Mellitus Tipe-1 merupakan kelainan sistemik akibat gangguan
metabolism glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini
disebabkanoleh kerusakan sel B pancreas baik oleh proses autoimun maupun
idiopatik sehingga produksi insulin berkurang atau berhenti.

Diabetes Mellitus tipe-1 (Diabetes Juveneli), dahulu disebut Insuli


DependentDiabetes Mellitus (IDDM diabetes yang tergantung pada insulin),
dicirikan denganrusaknya sel B penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans
sehingga terjadikekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh
anak-anakmaupun orang dewasa.

Dalam kondisi normal, system kekebalan tubuh akan menyerang


danmembentangi tubuh dari bakteri dan membentangi substansi-substansi atau
virus yangmenyusup ke dalam tubuh. Namun pada diabetes tipe-1, tanpa alasan
yang pasti, system imun yang menyerang prankreas serta menghancurkan sel beta
danmenyebabkan terhambatnya produksi hormone insulin.

B. Klasifikasi
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetes dan WHO
merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi. DM tipe 1 terjadi
disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang terjadi dapat
disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi insulin
berkurang atau terhenti. Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin. Pada
DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah normal atau bahkan meningkat. DM tipe
2 biasanya dikaitkan dengan sindrom resistensi insulin lainnya seperti obesitas,
hiperlipidemia, kantosis nigrikans, hipertensi ataupun hiperandrogenisme ovarium
(Rustama DS, dkk. 2010).
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2009).

7
1. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
a. Immune mediated
b. Idiopatik
2. DM tipe-2
3. DM Tipe lain
a. Defek genetik fungsi pankreas sel
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Kelainan eksokrin pankreas
d. Gangguan endokrin
e. Terinduksi obat dan kimia
4. Diabetes mellitus kehamilan

C. Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe-
1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor
genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui
faktor genetik.
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu
autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.

8
D. Patofisiologi
Diabetes tipe-1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang
menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi
untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang menyerang antigen sel B
pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi
kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps) dan
virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin
perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu kerusakan
genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi atau fungsi sel B
pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah infeksi
virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan kerentanan
terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang
merespon sistem imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada
pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of
Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan
terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas
sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin.
Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Penurunan jumlah
insulin menyebabkan gangguan jalur metabolik antaranya penurunan glikolisis
(pemecahan glukosa menjadi air dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis
(pemecahan glikogen menjadi glukosa), terjadinya glukoneogenesis.
Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari asam amino, laktat,
dan gliserol yang dilakukan counterregulatory hormone (glukagon, epinefrin, dan
kortisol). Tanpa insulin, sintesis dan pengambilan protein, trigliserida, asam lemak,
dan gliserol dalam sel akan terganggu. Seharusnya terjadi lipogenesis namun yang
terjadi adalah lipolisis yang menghasilkan badan keton. Glukosa menjadi
menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Kadar
glukosa lebih dari 180 mg/Dl ginjal tidak dapat mereabsorbsi glukosa dari
glomelurus sehingga timbul glikosuria. Glukosa menarik air dan menyebabkan
osmotik diuretik dan menyebabkan poliuria. Poliuria menyebabkan hilangnya

9
elektrolit lewat urin, terutama natrium, klorida, kalium, dan fosfat merangsang rasa
haus dan peningkatan asupan air (polidipsi). Sel tubuh kekurangan bahan bakar
(cell starvation) pasien merasa lapar dan peningkatan asupan makanan (polifagia).
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang-
kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka
yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut
merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak
terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas
gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan
pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan
menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah
(Tandra,2007).

10
E. Pathway

Reaksi autoimun

Sel pancreas hancur

Definisi insulin

hiperglikemia Katabolisme protein meningkat liposis


meningkat

fleksibilitas darah merah pembatasan diet penurunan BB

pelepasan O2 intake tidak adekuat resiko nutrisi


kurang

hipoksia perifer poliuria deficit volume cairan

nyeri perfusi jaringan perifer tidak efektif

11
F. Manifestasi Klinis
Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak
(diabetes melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat, tergantung
insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya datang dengan
ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis. Mayoritas penyandang DM tipe 1
menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti:
a) Hiperglikemia (Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl).
b) Poliuria
Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe 1
pada anak.
c) Polidipsia
d) Poliphagia
e) Penurunan berat badan, Malaise atau kelemahan
f) Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
g) Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat
katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini dapat mengakibatkan
asidosis dan koma.
h) Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
i) Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton, nyeri
atau kekakuan abdomen dan gangguan kesadaran (koma).
Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas:
1. Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan diagnosis. Fase ini
sering didahului oleh infeksi, goncangan emosi maupun trauma fisik.
2. Fase Penyembuhan
Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit ini
telah teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.

12
3. Fase Remisi (Honeymoon period)
Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan insulin
menurun sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak disesuaikan.
Bila dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB masih menyebabkan hipoglikemia
maka pemberian insulin harus dihentikan. Pada fase ini perlu observasi dan
pemeriksaan urin reduksi secara teratur untuk memantau keadaan
penyakitnya. Fase ini berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa
bulan. Diperlukan penyuluhan pada penyandang DM atau orangtua bahwa
fase ini bukan berarti penyembuhan penyakitnya.
4. Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase ini terjadi
kekurangan insulin endogen.

G. Komplikasi
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang menyerang
beberapa organ dan yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak menyerang satu
alat saja, tetapi berbagai organ secara bersamaan. Komplikasi ini dibagi menjadi
dua kategori (Schteingart, 2006):
Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi :
1. Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan
glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan
sebagainya. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah kurang dari 80 mg/dl.
Hipoglikemi sering membuat anak emosional, mudah marah, lelah, keringat
dingin, pingsan, dan kerusakan sel permanen sehingga mengganggu fungsi
organ dan proses tumbuh kembang anak. Hipoglikemik disebabkan oleh obat
anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau penderita
terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.
2. Koma Diabetik
Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan
biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah:

13
• Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang
besar)
• Minum banyak, kencing banyak
• Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan
dalam, serta berbau aseton
• Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma
diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit
Komplikasi- komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi setelah
tahun ke-5) berupa :
1. Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati. Nefropati diabetik
dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1.
2. Makroangiopati : gangren, infark miokardium, dan angina.
Komplikasi lainnya (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988):
1. Gangguan pertumbuhan dan pubertas
2. Katarak
3. Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun)
4. Hepatomegali

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)4.
Bukan Belum DM
DM pasti DM
Kadar glukosa darah
sewaktu <110 110-199 >200

14
Plasma vena <90 90-199 >200
Darah Kapiler
Kadar glukosa darah puasa <110 110-125 >126
Plasma vena <90 90-109 >110
Darah Kapiler

a. Aseton plasma (keton): positif secara mencolok


b. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
c. Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
d. Elektrolit:
• Natrium: mungkin normal, meningkat, atau menurun
• Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
• Fosfor: lebih sering menurun
e. Gas Darah Arteri: biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
f. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis:
hemokonsentrasi; merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
g. Ureum / kreatinin: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan
fungsi ginjal)
h. Insulin darah: mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada (pada tipe
1) atau normal sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibody. (autoantibody)
i. Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
j. Urine: gula dan aseton positif: berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.

15
I. Penatalaksanaan Medis
Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan
/ mengurangi keluhan/gejala DM. Sedangkan untuk tujuan jangka panjangnya
adalah mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara
menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk mempermudah tercapainya
tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara
holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri.
Tabel Kriteria pengendalian DM.
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah plasma vena (mg/dl)
- puasa 80-109 110-139 >140
-2 jam 110-159 160-199 >200
HbA1c (%) 4-6 6-8 >8
Kolesterol total (mg/dl) <200 200-239 >240
Kolesterol LDL
- tanpa PJK <130 130-159 >159
- dengan PJK <100 11-129 >129
Kolesterol HDL (mg/dl) >45 35-45 <35
Trigliserida (mg/dl)
- tanpa PJK <200 <200-249 >250
- dengan PJK <150 <150-199 >200
BMI/IMT
- perempuan 18,9-23,9 23-25 >25atau
- laki-laki 20 -24,9 25-27 <18,5
>27 atau
<20
Tekanan darah (mmHg) <140/90 140- >160/95
160/90-95

16
Akan tetapi, perbedaan utama antara penatalaksanaan DM tipe 1 yang
mayoritas diderita anak dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak insulin.
Terapi DM tipe 1 lebih tertuju pada pemberian injeksi insulin.
Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu :
1. Fase akut/ketoasidosis
Koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki keseimbangan
asam basa, elektrolit dan pemakaian insulin.
2. Fase subakut/ transisi
Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi, dll, stabilisasi
penyakit dengan insulin, menyusun pola diet, dan penyuluhan kepada
penyandang DM / keluarga mengenai pentignya pemantauan penyakitnya
secara teratur dengan pemantauan glukosa darah, urin, pemakaian insulin dan
komplikasinya serta perencanaan diet dan latihan jasmani.
3. Fase pemeliharaan
Pada fase ini tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan status metabolik
dalam batas normal serta mencegah terjadinya komplikasi
Untuk itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai dalam
penatalaksanaan penyandang DM tipe 1, diantaranya :
1. Bebas dari gejala penyakit
2. Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhmya
3. Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya
Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya, yaitu
diusahakan supaya anak-anak :
1. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
2. Mengalami perkembangan emosional yang normal
3. Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah serendah
mungkin tanpa menimbulkan gejala hipoglikemia
4. Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi dalam
kegiatan fisik maupun sosial yang ada
5. Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga, maupun oleh
lingkungan/

17
6. Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk mengurus
dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya.
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan
sebagai berikut:
a. Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus mendapatkan
terapi insulin untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi. Tujuan terapi insulin ini
terutama untuk :
1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati
normal.
2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes.
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a. Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam
keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b. DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet
(perencanaan makanan).
c. DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif
maksimal.
Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa terutama
bersumber dari karbohidrat walaupun protein dan lemak juga bisa menaikan
glukosa. Secara terus menerus pankreas melepaskan insulin pada saat makan atau
tidak. Setelah makan, kadar insulin meningkat dan membantu penimbunan glukosa
di hati. Pada saat tidak makan, insulin turun. Maka hati akan memecah glikogen
menjadi glukosa dan masuk ke darah sehingga glukosa darah dipertahankan tetap
dalam kadar yang normal.
Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan sehingga
insulin tidak bisa diberikan melalui tablet atau pil. Satu-satunya jalan pemberian
insulin adalah melalui suntikan, bisa suntikan di bawah kulit (subcutan/sc),

18
suntikan ke dalam otot (intramuscular/im), atau suntukan ke dalam pembuluh vena
(intravena/iv). Ada pula yang dipakai secara terus menerus dengan pompa (insulin
pump/CSII) atau sistem tembak (tekan semprot) ke dalam kulit (insulin medijector).
Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama kerja insulin
tersebut, yakni :
1. Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)
2. Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)
3. Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)
4. Mixed Insulin
5. Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
6. Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)
b. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik
yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut
dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori
dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga
didapatkan:
1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4) Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori
basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian
ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi
status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress
akut sesuai dengan kebutuhan.

19
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi
dalam beberapa porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak 20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak 25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
c. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang
lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.
Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit,
olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging.
d. Edukasi
Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan
dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya,
yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan
psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari
asuhan keperawatan diabetes (Bare & Suzanne, 2002).

J. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum
pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat
kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. fisik, pola
kegiatan sehari-hari.
1) Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian
dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu

20
dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
2) Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
a) Data Subjektif yg mungkin timbul :
1. Klien mengeluh sering kesemutan. Klien mengeluh sering kesemutan.
2. Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari.
3. Klien mengeluh sering merasa haus.
4. Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
5. Klien mengeluh merasa lemah.
6. Klien mengeluh pandangannya kabur Klien mengeluh pandangannya
kabur.
b) Data Objektif :
1. Klien tampak lemas.
2. Terjadi penurunan berat badan
3. Tonus otot menurun
4. Terjadi atropi otot
5. Kulit dan membrane mukosa tampak kering
6. Tampak adanya luka ganggren
7. Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
3) Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien. dan respon verbal klien.
4) Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan
nadi, dan Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung
memiliki TD yang meningkat/tinggi/ hipertensi.
a) Pulse rate Pulse rate
b) Respiratory rate Respiratory rate

21
c) Suhu Suhu
5) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
a) Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi
otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak
adanya retinopati, nopati, kekaburan pandangan.
b) Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru. Palpasi : kulit teraba kering,
tonus otot menurun.
c) Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah. Auskultasi : adanya
peningkatan tekanan darah.

Pemeriksaan penunjang :

a) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL Glukosa darah : meningkat 200-


100mg/dL
b) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d) Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e) Natrium : mungkin normal, meingkat, atau menurun
f) Kalsium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun
g) Fosfor: lebih sering menurun
h) Hemoglobin glikosilat: kadarnyameningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama
hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA
dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden ( mis, ISK baru)
i) Gas Darah Arteri : Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan biasanya
menunjukkan pH rendah dan penurunan pada penurunan pada HCO3
(asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
j) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis:
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

22
k) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan
fungsi ginjal)
l) Amilase darah: mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
m) Insulin darah: mungkin menurun/ atau bahkan sampai tidak ada ( pada tipe
1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang, sekunder terhadap pembentukan
antibody ( autoantibody).
n) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
o) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
p) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan keluarga


Adakah keluarga yang menderita seperti penyakit klien
b) Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya, apakah teratur atau
tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

Hal-hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes
mellitus:

a) aktivitas/istirahat
Letih, lemah, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun
b) sirkulasi

23
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
c) Integritas ego
stress, ansietas
d) Eliminasi
Perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anuria), diare Perubahan pola
berkemih (poliuria, nokturia, anuria), diare
e) Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
f) Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,
gangguan penglihatan.
g) Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
h) Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / Batuk
dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak) tidak)
i) Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM type 1
meliputi:

1) Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan penyakit diabetes


mellitus
2) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik ditandai
dengansering lelah, lemah, pucat, klien tampak letargi/tidak bergairah.

24
3) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi
(defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun
walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak
pucat, pasien tampak lemah, GDS >200 mg/dl.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat tidak
adekuat (penurunan fungsi limfosit).
5) Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.

c. Rencana Keperawatan
1) Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit
melitus.
Intervensi :
a) Monitor kadar gula darah
b) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
c) Monitor tanda-tanda vital
d) Berikan terapi insulin sesuai program kepada pasien dan keluarga mengenai
pencegahan dan pengenalan tanda-tanda hiperglikemia dan hipoglikemia
dan managemen hiperglikemia dan tanda hiperglikemia
e) Instruksikan kepada pasien untuk selalu patuh terhadap dietnya
2) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik ditandai
dengan sering lelah, lemah, pucat, klien tampak letargi /tidak bergairah.
Intervensi :
a) Diskusikan dengan pasien dan keluarga kebutuhan aktivitas
b) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari
c) Monitor TTV
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena factor biologi (defisiensi
insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasienmenurun walaupun intake
makanan adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak
lemah, GDS >200 mg/dl.

25
Intervensi :
a) monitor berat badan tiap hari
b) ciptakan lingkungan yang optimal saat mengkonsumsi makanan
c) berikan terapi insulin sesuai dengan program
d) kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
e) libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makanan sesuai indikasi
4) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
(penurunan fungsi limfosit).
Intervensi :
a) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
b) Tingkatkan upaya pencegahan dengan cara cuci tangan yang pada semua
orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien sendiri.
c) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif
d) Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
5) Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.
Intervensi :
a) Monitor tanda-tanda vital
b) Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitarnya
c) Pantau adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori

d. Implementasi
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai dengan
intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi dan
rujukan.

e. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).

26
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
1) Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
2) Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada
tanda-tanda malnutrisi.
3) Infeksi tidak terjadi
4) Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
5) Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penderita terbanyak diabetes mellitus tipe 1 adalah usia anak dan remaja.
Perlu kewaspadaan pada tenaga medis mengenai penyakit ini maupun komplikasi
yang mungkin terjadi yang seringkali salah diagnosis. Keterlambatan dalam
diagnosis akan berakibat fatal bagi keselamatan jiwa penderita DM tipe 1.

B. Saran
Penulis tentu menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kesalahan dan kekurangan didalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan pendahuluan ini,
supaya dapat menjadi laporan pendahuluan yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf sebesar- besarnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Fajrin, Almareta. 2019. “Asuhan Keperawatan Anak 2 Juvenile Diabetes”


https://id.scribd.com/document/428714784/asuhan-keperawatan-
anak-2-juvenile-diabetes-docx. Diakses pada 17 November 2022.

Rahman, Taufik. 2019. “DM Juvenile Kel”


https://www.academia.edu/41453301/DM_Juveneli_kel. Diakses
pada 17 November 2022

29

Anda mungkin juga menyukai