Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu
a. Nilai–nilai professional
13
14
dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab membina
tindakan medik.
akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada
d. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi
yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab
yang efektif.
penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau
diantaranya adalah;
sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu
16
c. Pengarahan
iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan
d. Pengawasan
e. Pengendalian
kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP
pelayanan kesehatan.
MPKP adalah:
dan Evaluasi.
2.2.1 Pengkajian
untuk promosi kesehatan. Dimana menurut model Betty Neuman (Anderson and
Mc Farlane, 2011) yang dikaji meliputi demografi, populasi, nilai keyakinan dan
riwayat kesehatan individu yang dipengaruhi oleh sub system komunitas yang
besar stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul
lingkungan yang dapat bersifat aktual, ancaman dan potensial. Prioritas Masalah
NO Masalah A B C D E F G H I K L
Kesehatan
Keterangan Huruf:
A= Sesuai dengan peran
B= Sesuai dengan program pemerintah
C= Sesuai dengan intervensi pendidikan kesehatan
D= Risiko terjadi
E= Risiko parah
F= Minat masyarakat
G= Kemudahan untuk diatasi
H= Tempat
I = Dana
J = Waktu
K= Fasilitas
L= Petugas
Keterangan angka:
1=Sangat rendah
2= Rendah
3= Cukup
4= Tinggi
5=Sangat tinggi
2.2.3 Perencanaan
20
yang cocok dengan kondisi klien (keluarga, masyarakat) yang sesuai dengan
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder
mengkaji dan memberi intervensi segera terhadap tumbuh kembang anak usia
c. Pencegahan tersier
2.2.5 Evaluasi
diharapkan. Evaluasi terdiri dari tiga yaitu evaluasi struktur, evaluasi proses dan
data sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk
individu, keluarga, kelompok dan komunitas sehat atau sakit atau mempunyai
masalah kesehatan di rumah, disekolah, dipanti, tempat kerja dan lain – lain.
22
a. Kunjungan rumah
b. Pertemuan-pertemuan
c. Observasi
d. Pengumpulan data
Monitoring ini dilakukan oleh kader pada tiap – tiap dasa wisma dan saling
kesehatan.
seperti kelompok ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas/menyususi, anak balita,
1. Tingkat individu
masalah kesehatan, karena ketidak mampuan merawat diri sendiri oleh suatu
sebab dapat mempengaruhi anggota keluarga lain (fisik, mental dan sosial).
2. Keluarga
anggota keluarga, yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga
karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adobsi, saling tergantung
3. Kelompok khusus
25
kesehatan, termasuk :
4. Komunitas
lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri
4) Pengertian sakitsakit bila tak mampu lagi berbuat sesuatu (pilek, pusing,
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan tehnik asuhan diri sendiri pada
masyarakat
2.4.1 Pengertian
pembangunan
kesehatan
posyandu
6. Menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan dinas/ instansi dan
1. Tahap pesiapan
2. Tahap Pengorganisasian
29
masyarakat.
6. Tahap akhir
1. Konsep Pengembangan
ada”. Borg and Gall dalam Sukmadinata (2014: 28) mendefinisikan penelitian
disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian
ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam program yang lebih ketat
dari R & D, siklus ini diulang sampai bidang-data uji menunjukkan bahwa produk
untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada. (2) Metode evaluatif,
Model adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
tingkat perkembangan kognitif peserta didik, sarana dan prasarana yang tersedia,
jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau tidak dialami secara langsung
pemikiran yang disajikan secara utuh. Model juga dapat membantu melihat
kejelasan dan keterkaitan secara lebih cepat, utuh, konsisten, dan menyeluruh. Hal
ini disebabkan suatu model disusun dalam upaya mengkonkretkan keterkaitan hal-
hal abstrak dalam suatu skema, bagan, gambar, atau tabel. Dalam model
menghasilkan suatu produk baru atau memperbaiki produk yang sudah ada berupa
pembelajaran produk yang dikembangkan tentunya harus melalui tahap uji coba
dikembangkan.
penemuan, perbaikan atau pengembangan sesuatu yang baru (adaptif dan inovatif)
guru
2. Penelitian Pengembangan
lain-lain. Menurut Gay yang dikutip oleh Wasis (2014: 4), penelitian
bersifat analisis kebutuhan dan dapat menguji keefektifan produk yang dihasilkan
dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan produk, dan (2) menguji keefektifan
a. Research and information collecting; termasuk dalam langkah ini antara lain
studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, dan persiapan
permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini
d. Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam skala
yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat mungkin
dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam
ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk (model) utama yang siap
f. Main field testing, uji coba utama yang melibatkan seluruh subjek.
terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah
i. Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang
mengembangkan, memperluas, dan menggali lebih jauh atas sebuah teori dalam
disiplin ilmu tertentu, dimana dalam hal ini pengembangan diarahkan pada
1. Pengertian Pelatihan
implementasi dan evaluasi. Pelatihan menurut Bernadin dan Russel yang dkutip
oleh Gomes (2013:5) pelatihan adalah usaha untuk memperbaiki kinerja petugas
dan produktivitas pegawai. Para ahli tenaga kerja telah dengan jelas menyebutkan,
bahwa pelatihan melebihi dari kualifikasi awal untuk suatu pekerjaan, untuk
pengembangan adalah cabang dari fungsi sumber daya manusia. Dikatakan bahwa
hanya pelatihan & pengembangan yang jauh lebih penting karena mengarah pada
& fleksibilitas organisasi. Dikatakan bahwa pelatihan baik secara fisik, sosial,
yang dibutuhkan oleh petugas kesehatan untuk melakukan secara memadai pada
tempat kerja. Dessler (2015), mengamati dan mengatakan bahwa pelatihan dan
37
pelatihan dengan teknik terbaru dalam pendekatan perilaku soft skill. Untuk
penting karena akan sangat berdampak pada universitas. Terlebih lagi kinerja
berkualitas tinggi dituntut oleh universitas; maka kita harus pergi dengan
perubahan cepat dalam hal pengetahuan, teknologi, dan tugas akademik. Tujuan
dari pelatihan keefektifan adalah penting karena ini menyoroti banyak aspek.
Namun, sayangnya di organisasi saat ini, mekanisme evaluasi pelatihan ini harus
saat ini. Ini adalah bagaimana mungkin pelatihan kita mengarah pada pelatihan
yang efektif.
memberikan banyak manfaat bagi petugas kesehatan dan instansi, tetapi hanya
Pemahaman yang jelas tentang kebijakan, fungsi pekerjaan, tujuan dan filosofi
pegawai, dan keuntungan yang lebih tinggi untuk universitas. Pelatihan adalah
sarana untuk mencapai tujuan tertentu, jadi dengan mengingat tujuan selama tahap
tertulis dalam peraturan pemerintah No. 101 tahun 2000 tentang diklat jabatan
adalah suatu proses, tekhnik dan metode belajar mengajar dengan maksud
mentransfer pengetahuan seseorang kepada orang lain dengan standar yang telah
kegiatan yang dilakukan instansi dengan maksud untuk dapat memperbaiki dan
tujuan, isi, serta bahan pengajaran dan juga cara yang akan digunakan sebagai
mata pelajaran ini juga disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap
lapangan kerja. Menurut Daniel Tanner dan Laurel Tanner (dalam Manekunegara,
2013) kurikulum adalah suatu pengalaman pembelajaran yang terarah dan juga
2. Tujuan Pelatihan
mencapai apa yang diinginkan instansi, instansi harus memiliki petugas kesehatan
kesehatan instansi bisa memakai salah satu cara yaitu dengan memberikan
pelatihan kepada petugas kesehatan baru ataupun lama. Menurut Ganesh dan
mereka dengan model pilihan mereka sendiri dan melalui pengalaman dengan
tujuan dan dalam memperkenalkan taktik baru untuk lingkungan kerja dan dengan
menyadari hal ini, mereka memberi nasihat tentang semua masalah, yang
terbaik untuk staf mereka tetapi mereka selalu harus diingat bahwa untuk
dan pengembangan. Konten dan akses pelatihan adalah faktor aktual untuk proses
tersebut. Ini adalah representasi itu sendiri oleh akses pada aspek utama apa yang
efektif untuk praktik yang diadopsi dalam pengembangan pelatihan. Sesuai teori
survei untuk menggunakan ruang kelas untuk memberikan pelatihan akan turun
secara dramatis.
pun. Diperlukan pelatihan teknis & pelatihan perilaku di antara anggota staf kami.
41
Pelatihan ini membuat petugas kesehatan kami merasa percaya diri dan baik.
Banyak hasil positif dihasilkan di antara staf setelah mereka menghadiri pelatihan.
Pelatihan berhasil ketika ada keterlibatan dan minat di antara anggota staf.
anggota senior yang telah bergabung sebelumnya, jauh sebelum era teknologi.
Para anggota senior ini bersedia menjalani pelatihan karena mereka tahu bahwa
pelatihan adalah investasi yang efektif. Kita dapat mengharapkan hasil yang
di tempat kerja & berkembang dalam pengeluaran. Pelatihan lebih penting dalam
situasi di mana seorang petugas kesehatan diperkenalkan dengan sistem baru dan
keseimbangan antara input dan output. Baru-baru ini masyarakat kita digerakkan
oleh teknologi dan petugas kesehatan di tempat kerja juga digerakkan oleh
Seiring dengan pelatihan teknis, pelatihan soft skill diperlukan untuk berkinerja
baik di pekerjaan. Program pelatihan yang dirancang dengan baik pasti akan
mereka, itu menghasilkan hasil yang sangat baik. Pelatihan sangat diperlukan
dalam profesi setiap orang, karena membuka jalan ke platform baru. Ini
sangat jelas dan sederhana. Ini menghasilkan perubahan yang solid dan permanen
investasi besar. Ketika investasi besar ini direncanakan dan dilaksanakan dengan
benar, itu mengarah pada program pelatihan yang sukses. Pelatihan adalah proses
yang berkelanjutan dan tidak pernah berhenti pada fase kehidupan apa pun.
pandang ini mau tidak mau mendorong petugas kesehatan yang berkinerja baik
dan maju, dan yang penting, bertahan cukup lama untuk menjadi hebat dalam apa
43
yang petugas kesehatan lakukan, dan untuk membantu petugas kesehatan lain
menjadi demikian. Pelatihan adalah kata yang sangat umum digunakan, itu secara
tradisional pelatihan di tempat kerja. Menjadi realistis, sikap dan harapan instansi
tentang apa yang dimaksud dengan pelatihan, tidak dapat diubah dalam semalam,
keterampilan kerja, ruang kelas dan presentasi power point-Namun, ketika Anda
mulai membayangkan dan berpikir dan berbicara tentang sikap progresif untuk
Untuk staf yang tidak mengajar, pelatihan komputer sangat penting. petugas
efektif. Pelatihan adalah persyaratan dasar dalam bidang apa pun. Kita harus
menggunakan investasi yang efektif ini untuk menjadikan diri kita yang terbaik.
meringankan beban kerja dan memberikan pikiran yang sehat. Untuk saat ini
mengidentifikasi orang yang tepat akan membuat pelatihan sukses. Setiap petugas
kesehatan perlu dilatih tetapi jenis dan tingkat pelatihan dapat berbeda dari satu
staf pengajar & staf. Tindak lanjut berkala dilakukan untuk memantau kemajuan
akademik membantu menghasilkan hasil akademik yang baik. Itu membuat satu
diperbarui. Pelatihan teknis juga bagus. Pelatihan ini membuat petugas kesehatan
untuk mempercepat pertumbuhan karir mereka. Pelatih yang ahli juga bisa
membantu.
yang baik perlu mendapatkan umpan balik dari para peserta sehingga saran dapat
untuk setiap & semua orang. Ini meningkatkan produktivitas individu dan juga
seluruh institusi. Oleh karena itu, investasi yang berharga patut dihargai. Hasilnya
berbuah mengikuti hari-hari yang akan datang di masa depan. Sejauh menyangkut
efektif dan mendapat manfaat darinya. Kalau tidak, kita akan segera tertinggal
untuk menyadari bahwa semua orang telah maju sangat jauh. Pelatihan membuat
berhasil.
45
1) Memperbaiki kinerja
tekhnologi.
bekerja
46
mencapai output dan standar kualitas yang diharapkan, sebab pertama, sistem
seleksi yang tidak sempurna, meskipun hasil-hasil tes, wawancara dan data
Salah satu cara yang menarik, menahan dan memotivasi petugas kesehatan
47
dan pekerjaan.
dalam peningkatan kinerja petugas kesehatan dan juga kinerja instansi. Pelatihan
membuat kita nilai dan komitmen organisasi. Pelatihan membuat organisasi kami
memungkinkan kami dalam proses dan cara yang bermanfaat. Melatih nara
penting untuk semua orang dan merupakan bagian dari karir. Pelatihan harus
3. Jenis Pelatihan
Mathis dan Jackson dalam bukunya Dina (2014:179) adalah sebagai berikut
1) Pelatihan Rutin
syarat hukum yang diharuskan dan berlaku sebagai pelatihan untuk semua
2) Pelatihan Teknis
hubungan pelanggan.
pemecahan konflik.
yakni pelatihan rutin, pelatihan teknis, pelatihan antar pribadi dan pemecahan
49
4. Dimensi Pelatihan
1) Jenis Pelatihan
2) Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan harus konkrit dan dapat diukur, oleh karena itu pelatihanyang
3) Materi
(demonstrasi) dan games, latihan dalam kelas, test, kerja tim dan study visit
(studi banding).
50
5) Kualifikasi Peserta
kualifikasi persyaratan seperti petugas kesehatan tetap dan staf yang mendapat
rekomendasi pimpinan.
6) Kualifikasi Pelatih
Banyaknya sesi materi pelatihan terdiri dari 67 sesi materi dan 3 sesi
pelatihan ada 70 sesi atau setara dengan 52,2 jam. Makin sering petugas
diadakannya pelatihan akan menolong (Mathis dan Jackson, 2012: 308). Alasan
2013: 46) bahwa suatu organisasi perlu melibatkan pegawainya pada aktivitas
pelatihan hanya jika hal itu merupakan keputusan terbaik dari manajer. Pelatihan
Hal ini juga perlu mendapat dukungan secara organisasi dan tujuan, seperti
produksi, distribusi barang dan pelayanan lebih efisien, menekan biaya operasi,
Tujuan dari kegiatan analisis kebutuhan antara lain untuk mencari atau
Hal lain kemukakan oleh Gomes (2013: 205) bahwa tujuan dari penentuan
pengembangan dalam organisasi tersebut. Berikut ada tiga sumber analisis dalam
a. Analisis Organisasional
52
yang ada dan kurang terdidiknya kelompok tenaga kerja dimana pekerja baru
menjadi kritis.
dan sikap petugas kesehatan dalam administrasi. Selain itu pula dapat
b. Analisis Pekerjaan
penting pada kegiatan ini (Mondy, 2008: 215). Terkait pula dengan apa saja
yang harus diajarkan atau diberikan dalam pelatihan agar para petugas
Menurut Notoatmodjo (2013: 33) tujuan utama analisis tugas ialah untuk
pegawai. (2) Tugas-tugas yang telah dilakukan pada saat ini. (3) Tugas-tugas
yang seharusnya dilakukan, tetapi belum atau tidak dilakukan pegawai. (4)
(Mathis dan Jackson, 2012: 311). Sebagai contoh, analisis pada instansi
yang berlaku sebagai instruktur teknis untuk petugas kesehatan lain. Dengan
c. Analisis Individual
kemampuan jenis apa yang dibutuhkan para pegawai?” (Mondy, 2008: 215).
menggunakan data penilaian kerja (Mathis dan Jackson, 2013: 311). Dalam
beberapa contoh, sistem informasi SDM yang baik dapat digunakan untuk
kinerja, kekurangan dalam kinerja seorang petugas kesehatan harus lebih dulu
6. Metode Pelatihan
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikendaki. Metode merupakan teknik
dalam kelas (kuliah, konferensi, studi kasus, bermain peran, dan instruksi
berencana, pembinaan-konseling.
dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada dua kategori pokok dalam
a. Metode praktis (on the job) yang terdiri dari (1) Rotasi jabatan. (2) Latihan
Penugasan sementara.
metode studi kasus, role playing, bussiness games, vestibule training, Latihan
eksekutif.
pelatihan dan pengembangan terdiri dari (1) Metode-metode Pelatihan On the job
57
Training yaitu meliputi job instruction training, coaching, job rotation, dan
apprenticeship. (2) Metode-metode pelatihan off the job Training yaitu lecture,
video presentation, vestibule training, role playing, case study, self study, program
Metode ‘on the job’ merupakan metode yang paling banyak digunakan
berikut :
dengan tepat. Ketika jarang ada peluang untuk promosi, rotasi pekerjaan
sekarang.
3) Magang (Apprenticeship)
Merupakan proses belajar dari seorang atau beberapa orang yang lebih
4) Coaching
5) Penugasan sementara
atau sebagai anggota panitia tertentu untuk jangka waktu yang ditetapkan.
tempat kerja. Program ini memberikan petugas kesehatan dengan keahlian dan
1) Metode-metode Simulasi
atau perilaku tertentu dari dunia riil sedemikian rupa sehingga para peserta
meliputi :
Peserta diberitahu mengenai suatu kesan dan peran yang harus mereka
operasi organisasi.
belajar menjadi lebih sensitif (peka) terhadap perasaan orang lain dan
lingkungan.
a) Kuliah
b) Presentasi Video
Presentasi TV, film, slide dan sejenisnya adalah serupa dengan bentuk
c) Metode Konferensi
kebutuhan. Menurut Handoko (2010: 110) tidak ada teknik atau metode yang di
nilai paling baik. Namun setidaknya dalam penggunaan metode tersebut ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu (1) Efektifitas biaya (cost-
effectiveness). (2) Isi program yang dikehendaki (desired program content). (3)
Hal ini dilakukan agar tujuan yang ingin di capai dapat terwujud dan bermanfaat.
disebutkan diatas sebenarnya pada hakikatnya adalah sama. Hanya saja peneliti
dalam pekerjaan (on the job) dan metode di luar pekerjaan (off the job) yang
klasifikasi tersebut.
Variabel-variabel ini dapat dijelaskan dan dipahami dengan lebih baik dengan
atau proses yang mereka alami. Sama halnya dengan pelatihan pegawai.
Karena ini adalah proses mentransfer keterampilan dan teknologi dari pakar ke
pelajar baru. Pihak utama jelas-jelas pekerja sendiri yang mencari pelatihan
dan pelatih atau anggota staf yang memberikan pelatihan. Pihak berwenang
dapat dianggap sebagai pihak ketiga, karena mereka mengawasi persiapan dan
b. Kebijakan Sumber Daya Manusia. Hal ini telah berdasarkan pada kebijakan
yang dirancang oleh sumber daya manusia untuk program pelatihan. Seperti
perubahan.
d. Faktor Lain. Factor lain selain yang disebutkan diatas juga merupakan faktor
akan sama efektifnya dengan peserta didik dan instruktur berpikiran terbuka.
Jenis pelatihan yang dilakukan, konten pelatihan dan keahlian pelatihan sama-
terhadap para warga masyarakat produktif (peserta pelatihan). Padahal, bila kita
masih belum banyak dilaksanakan, bahkan bagi sebagian orang, pembelajaran ini
yang telah dimiliki tersebut belum sampai pada tataran pengembangan, seperti
pembinaan yang berkelanjutan bagi kader kesehatan yang telah terbentuk agar
model konseptual, mengkaji berbagai teori dan konsep yang akan dijadikan acuan
dalam pengembangan model. Hasil kajian teori dapat menjadi kerangka berpikir
peneliti, menyusun draf model konseptual berdasarkan kajian empirik dan konsep,
masukan dari praktisi; (5) melakukan validasi model konseptual kepada teman
sejawat, praktisi dan pakar bidang kesehatan; (6) merevisi model konseptual
berdasarkan masukan dari praktisi, pakar bidang kesehatan dan teman sejawat; (7)
meningkatkan kesehatan masyarakat; (8) melakukan evaluasi hasil uji coba; (9)
temuan, melakukan revisi dan formulasi model; (10) menyusun laporan penelitian
Desain Penelitian
70
Pengembangan Instrumen
Pengembangan Model
Konseptual
Revisi Model
Revisi I Model I
Revisi II Model II
I
Model
MPKP Berbasis KOmunitas
Laporan Akhir