Bab Iv
Bab Iv
Hasil penelitian ini dipaparkan dalam beberapa sub bahasan yaitu: (1) kondisi
Gorontalo
93
94
di Kabupaten Gorontalo
kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengembangkan model tersebut adalah dengan
Gambar 4.2 di atas jika dijabarkan dalam bentuk uraian yang lebih terinci adalah
sebagai berikut :
1. Rasionalisasi
komponen, proses, dan tujuan. Model pelatihan ini diberikan bukan hanya sebatas
instruktur memberikan materi secara internal kepada peserta akan tetapi menyangkut
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Secara umum model yang dikembangkan ini bertujuan menawarkan sebuah model
b. Tujuan Khusus
c. Mekanisme Kerja
Komunitas
kegiatan, meliputi: pembentukan kelompok baik kelompok untuk uji coba terbatas
(skala kecil) maupun uji coba tahap operasional (skala besar) yang mengacu kepada
memberikan angket.
Pembentukan kelompok baik kelompok untuk uji coba terbatas maupun uji coba
operasional dilakukan secara acak berdasarkan data yang diperoleh dari kepala desa.
Jumlah kader masing-masing kelompok uji terbatas sebanyak 7 orang di dusun 3 dan 20
orang untuk uji coba operasional di dusun 1, 2 dan 4 Desa Mongolato. Sebelum
dilaksanakan treatment maka kelompok uji coba terbatas (skala kecil) diberikan pretest
berupa tes. Setelah kelompok uji coba terbatas (skala kecil) selesai kegiatan
pelatihannya maka diberikan postest. Seperti halnya kelompok uji coba terbatas, maka
kelompok uji coba operasional diberi perlakukan yang sama baik pretest, treatment dan
postest pada saat pelatihan dengan menerapkan model pembelajaran yang sama yang
Uji coba skala kecil dalam pengembangan model praktik keperawatan profesional
Kabupaten Gorontalo tanggal 1 sampai 5 Juni 2022. Kegiatan ujicoba skala kecil ini
1. Perencanaan
a. Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang
apakah:
f. Semua media yang digunakan ditempatkan pada posisi yang baik sehingga
2. Pelaksanaan
Kabupaten Gorontalo. Dusun ini memiliki potensi sumber daya manusia yang cukup
98
baik dan sumber daya lingkungan yang memadai seperti terjaga kebersihan, dan
terbanyak SMA sebesar 72% dengan usia terbanyak pada usia 35 keatas
sebesar 72%.
dengan baik.
99
mengajukan pertanyaan.
3. Evaluasi
Kegiatan ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab
pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut. Selain itu, instruktur dan kader
4. Sasaran
Sasaran Uji Coba Skala Kecil adalah dusun 3 (tiga) dengan jumlah
kader 7 orang
a) Angket
sebagai berikut: (1) Angket atau tanggapan dari ahli Materi, (2) Angket atau
tanggapan dari Ahli Desain model, (3) Angket atau tanggapan dari user
b) Test
c) Observasi
normalitas data, homogenitas data dan uji rata-rata (Uji t). Selanjutnya untuk
menggunakan uji t.
101
Tolok ukur keberhasilan Uji Coba Skala Kecil adalah sebagai berikut:
c) Tersedianya Instruktur
d) Tersedianya Kader
demonstrasi
berikut:
102
a. Input
komunitas adalah;
a) Analisis Kebutuhan
observasi dan wawancara dengan kepala desa dan perangkat desa lainnya di
kurang sehingga diperlukan suatu pelatihan tentang pola hidup sehat pada
masyarakat.
b) Analisis SDM
menjadi instruktur.
103
lokasi.
kepala desa.
menghimpun data calon kader yang datanya dapat diperoleh dari Desa
b. Proses
1) Perencanaan
a) Rancangan Materi
Sosial, (3) Lingkungan, (4) Ekonomi, (5) Transportasi, (6) Politik, (7)
Menyusui, Balita, (9) Remaja, Dewasa, Usia Lanjut, dan (10) Gizi
Materi teori digunakan metode dan teknik pelatihan secara ceramah dan
105
pelatihan mata pelatihan per unit yang akan diterapkan instruktur dalam
2) Pengorganisasian
komunitas.
berikut:
107
(a) Peneliti
berbasis komunitas
(b) Akademisi
(c) Praktisi
3) Kegiatan Pelaksanaan
a) Program Pelatihan
dalam kegiatan pelatihan lebih dari satu instruktur, maka mereka harus
baik dan tepat. Harapan orientasi yang diikuti oleh peneliti, instruktur
komunitas.
b) Kegiatan Pelatihan
dan hasil penilaian pada file khusus untuk digunakan lebih lanjut,
c) Penilaian
d) Hasil
Komunitas
komunitas meliputi validasi desain, validasi materi oleh akademisi dan validasi oleh
praktisi.
materi, dan ahli media. model dilakukan untuk menguji kelayakan model praktik
Tujuan validasi ini untuk memperoleh tanggapan atau masukan dari pihak
lain berupa saran dan pemecahan masalah yang kemungkinan dihadapi ketika
berlangsungnya uji coba, serta kelengkapan isi dari setiap tahapan yang akan di
Hasil validasi ahli Desain, ahli materi, dan penilaian kader diuraikan
sebagai berikut.
Kategori:
50% dan cukup 50%. Secara umum desain Model praktik keperawatan
berikut:
Gambar 4.5. Diagram Validasi Model oleh Akademisi Uji Coba Terbatas
Gambar 4.6. Diagram Validasi Materi Pelatihan oleh Akademisi Uji Coba Terbatas
Berdasarkan data di atas, nampak bahwa materi pelatihan model praktik
skor 85
berikut:
Gambar 4.7. Diagram Validasi Model oleh Praktisi Uji Coba Terbatas
Berdasarkan data di atas, nampak bahwa praktik keperawatan profesionalsangat
berikut:
sangat layak dengan nilai akhir 83. Hal ini mengindikasikan bahwa model praktik
118
masyarakat.
berikut:
Hasil akhir dari penyebaran angket diperoleh skor 91 yang berarti bahwa
sikap kader.
a. Akademisi
a. Perlu adanya penjelasan secara rinci tentang tahapan model praktik keperawatan
e. Perlu ditambahkan outcome yang ingin dicapai dengan adanya penerapan model
b. Praktisi
ketentuan perundang-undangan
c) Mempertegas peran dan fungsi Puskesmas dan Kepala Desa dalam penerapan
berikut:
121
a. Input
komunitas adalah;
a) Analisis Kebutuhan
dan wawancara dengan kepala desa dan perangkat desa lainnya di Desa
masyarakat memiliki kemauan yang tinggi dalam menerapkan hidup sehat tetapi
b) Analisis SDM
instruktur.
dalam proses perekrutan ini adalah peneliti, instruktur, dan kepala desa.
menghimpun data calon kader yang datanya dapat diperoleh dari Desa
diperoleh mengenai kepastian dari calon kader, maka ditetapkan nama kader.
diterapkan
b. Proses
a) Perencanaan
Sosial, (3) Lingkungan, (4) Ekonomi, (5) Transportasi, (6) Politik, (7)
Komunikasi, Pendidikan dan Rekreasi, (8) PUS, Ibu Hamil, Balita, (9)
digunakan metode dan teknik pelatihan secara ceramah dan diskusi dan
pelatihan per unit yang akan diterapkan instruktur dalam kegiatan pelatihan.
(2) jadwal belajar; jadwal belajar adalah uraian kegiatan yang mengatur
urutan materi pelatihan, hari dan jam pelaksanaan pelatihan. (3) alat, bahan,
b) Pengorganisasian
kegiatan proses pelatihan. Mereka ini terdiri dari penyelenggara pelatihan, dan
instruktur.
menunjang, saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya serta
baik dan tepat. Harapan orientasi yang diikuti oleh peneliti, instruktur dan
komunitas.
pelatihan.
dan hasil penilaian pada file khusus untuk digunakan lebih lanjut,
berikut:
silent.
131
- Setiap kelas agar menunjuk ketua dan wakil ketua kelas sebagai
- Peserta wajib mengisi absensi 2 (dua) kali dalam sehari, pagi dan siang.
pekerjaan kantor atau hal lain wajib melapor dan memperoleh ijin
instruktur/peneliti.
c. Penilaian
penilaian, menentukan bentuk dan jenis tes yang digunakan, menyusun materi
indikator penilaian pada saat kegiatan pelatihan, hasil pelatihan, dan pasca pelatihan.
yang dipelajarinya.
d. Hasil (Output)
Hasil penilaian terhadap pelaksanaan pelatihan diorientasikan pada
Hamil, melahirkan, menyusui dan balita, remaja, dewasa dan usia lanjut, dan
gizi.
e. Outocome
Outcome adalah dampak, manfaat, harapan perubahan dari model praktek
materi, dan ahli media. model dilakukan untuk menguji kelayakan model praktik
Tujuan validasi ini untuk memperoleh tanggapan atau masukan dari pihak lain
berlangsungnya uji coba, serta kelengkapan isi dari setiap tahapan yang akan di
Hasil validasi ahli Desain, ahli materi, dan penilaian kader diuraikan sebagai
berikut.
Kategori:
134
dan cukup 2%. Secara umum desain Model praktik keperawatan profesional
Hasil validasi model MPKP oleh ahli materi (akademisi) diuraikan berikut:
Gambar 4.13. Validasi Materi Pelatihan oleh Akademisi Uji Coba Operasional
Berdasarkan data di atas, nampak bahwa materi pelatihan model praktik
layak dengan nilai akhir 94.5. Hal ini mengindikasikan bahwa model praktik
berikut:
Hasil akhir dari penyebaran angket diperoleh skor 91 yang berarti bahwa
sikap kader.
a. Akademisi
user
b. Praktisi
komunitas
Gambar 4.16. Model Akhir Model Praktik Keperawatan Profesional Berbasis Komunitas
142
A. Pelatihan
1. Perencanaan
a) Analisis Kebutuhan
b) Analisis SDM
instruktur.
Komunitas diterapkan
lama
meliputi:
145
a) Perencanaan
Rekreasi, (8) PUS, Ibu Hamil, Balita, (9) Remaja, Dewasa, Usia
maupun kelompok
b) Pengorganisasian
direncanakan.
pelatihan.
sebagai berikut:
kompleks pelatihan
ruang kelas.
148
dan siang.
keesokan harinya.
c) Pelaksanaan
selama pelatihan.
oleh peneliti, instruktur dan kader agar dapat memahami tugas yang
harus dilaksanakannya.
150
pelatihan.
bahan dan hasil penilaian pada file khusus untuk digunakan lebih
d) Penilaian
1. Pengkajian
kepala dasawisma.
154
a. Kepala Desa
dusun
masyarakat
b. Kepala Dusun
kesehatan
pada masyarakat
kesehatan masyarakat
c. Kader
kesehatan
posyandu
pokjakes
- Demografi
156
- Lingkungan fisik
- Ekonomi
- Transportasi
- Politik
dan Balita
- Gizi
a. Pengumpulan Data
a) Tipe data
Data dapat berupa data subjektif atau data objektif. Data subjektif
b) Sumber data
sebagainya.
sebagai berikut.
(a) Wawancara.
(b) Angket
(c) Observasi
responden.
b. Pengorganisasian Data
persepsi. Agar lebih jelas bagi ikutilah uraian tentang data inti
keyakinan; 7) agama.
laboratorium.
- Inspeksi
media politik.
- Auskultasi
sebagainya).
(c) Ekonomi
(f) Komunikasi
(g) Pendidikan
(h) Rekreasi.
dapat diidentifikasi.
165
2. Dignosis
gejala”, Tanda adalah sesuatu yang dapat di observasi dan gejala adalah
(Nanda, 2011)
etiologi masalah, maka akan dijumpai faktor yang menjadi kendala atau
yang terjadi.
berikut:
168
Contoh Kasus
Bp. X memiliki anak yang mengalami diare sejak semalam yaitu An. F
berumur 6 tahun. Berak cair sudah 5 kali dan muntah 2 kali, badan
lemah. Diagnosis keperawatan yang dapat dirumuskan pada keluarga
Bp. X ini adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada
An. F keluarga Bp. X.
karena sudah terdapat tanda dan gejala bahwa An. F sudah terjadi
diangkat ketika kondisi klien dan keluarga sudah baik dan mengarah
(Nanda, 2010).
Contoh Kasus:
olah raga.
a) nutrisi;
b) komunikasi;
c) pembuatan keputusan;
d) pengetahuan;
e) religiusitas.
Contoh Diagnosis:
d. Diagnosis keperawatan
Contoh diagnosis
3. Intervensi
intervensi kepada pasien dapat dibuat. Perawat dapat memilih tindakan khusus
b. Kapan melakukannya?
c. Berapa banyak?
e. Lokasinya di mana?
4. Implementasi
172
keluarga.
a) memberikan informasi;
dengan cara:
dengan cara:
dengan cara:
data baru, seperti respon klien terhadap tindakan atau situasi yang berganti,
kendala yang sering terjadi dalam implementasi adalah ide yang tidak
174
sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan
Pada tahap awal ini, perawat harus menyiapkan segala sesuatu yang akan
berikut ini.
memadai.
timbul.
unsur-unsur hak dan kewajiban klien, hak dan kewajiban perawat atau
b. Tahap Perencanaan
176
petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tipe dari
pengalamannya.
memulihkan kesehatan;
e) merujuk kepada tenaga kesehatan lain, ada indikasi dan diijinkan oleh
berikut.
a) Tindakan Independen
lebih parah.
b) Tindakan Interdependen
c) Tindakan Dependen
dari klien.
proses keperawatan.
5. Evaluasi
a. Kognitif (pengetahuan)
dapat dilakukan adalah observasi respon verbal dan nonverbal dari klien
1. Advokasi
bertahap maju dan semakin baik (Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI).
Dalam pengertian lain, advokasi adalah proses komunikasi yang terencana untuk
aplikasi informasi dan sumber daya yang digunakan untuk membuat suatu
dalam kegiatan, maupun berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan usaha.
dalam advokasi, yaitu melibatkan para pemimpin (dalam hal ini camat), bekerja
analisis masalah atau isu yang memerlukan advokasi; b) identifikasi dan analisis
2. Pengawasan
setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana (Kron, 1987). Berdasarkan
184
a. Pengawasan Langsung
Cara pengawasan ini ditujukan untuk bimbingan dan arahan serta mencegah
a) Merencanakan
b) Mengarahkan
c) Membimbing
d) Memotivasi
f) Mengevaluasi
186
kegiatan tersebut.
seperti laporan pasien dan catatan asuhan keperawatan dan dapat juga
dilakukan dengan menggunakan laporan lisan, seperti saat timbang terima dan
lapangan. Oleh karena itu, agar masalah dapat diselesaikan, perlu klarifikasi
a. Tujuan
b. Ruang Lingkup
tentang: (1) demografi, (2) lingkungan fisik, (3) pelayanan kesehatan dan
pendidikan dan rekreasi, (8) PUS, ibu hamil, melahirkan, menyusui dan
balita, (9) remaja, dewasa dan usia lanjut, dan (10) gizi.
c. Referensi
adalah:
Nasional
Kesehatan
Lingkungan
Kesehatan
188
Minimal
Kesehatan
Bidang Kesehatan
Kesehatan
d. Prosedur
a) Kepala Desa
b) Kepala Dusun
(c) Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan tehnik asuhan diri sendiri
pada masyarakat
masyarakat
masyarakat di lingkungannya
c) Kader
kesehatan
posyandu
(f) Menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan dinas/ instansi dan
- Demografi
- Lingkungan fisik
- Ekonomi
- Transportasi
- Politik
dan Balita
- Gizi
Efektifitas dilakukan dalam kegiatan uji coba model sebanyak dua kali
profesional diperoleh melalui hasil pretest dan posttest yang terdiri dari 20 butir
soal. Sebelum soal tersebut digunakan sebagai alat pengumpul data maka terlebih
dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kepada 7 orang responden kader.
Hasil pengujian diperoleh bahwa seluruh soal berada pada kategori valid pada
taraf signifikansi 0.05= 0.48. Besarnya reliabilitas 0.98, artinya instrument yang
digunakan reliabel
kegiatan dilaksanakan posttest. Hasil evaluasi pretest dan posttest pada uji
Tabel 4.17. Skor Pretest dan Posttest Aspek Pengetahuan Uji Coba Terbatas
Pretest Posttest
No Resp.
Skor % Skor %
1 10 50 10 50
192
Pretest Posttest
No Resp.
Skor % Skor %
2 6 30 19 95
3 7 35 18 90
4 8 40 19 95
5 9 45 20 100
6 10 50 19 95
7 10 50 20 100
Jumlah 60 125
Skor Max 10 20
Skor Min 6 10
Rata-Rata 8,571429 17,85714
Simp Baku 1,618347 3,532165
pengetahuan adalah 6, dan skor maksimum 10. Sementara itu skor minimum
posttestadalah 10, dan skor maksimum 20. Skor rata-rata pretest adalah 8,57 dan
simpangan baku 1,62, sedangkan skor rata-rata hasil posttest adalah 17,85 dan
grafik, maka perbedaan skor tersebut akan tampak sebagaimana grafik berikut ini.
Uji statistik yang digunakan adalah Wilcoxon Match Pairs Test, untuk
menguji perbedaan antara dua data yang berpasangan, yaitu skor pretest dan
Berdasarkan output pair pada table tersebut diperoleh nilai Sig. (2-
tailed) sebesar 0,000 < 0,005, maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata
hasil belajar kader untuk kelas Pre-test dengan Post-test. Dengan demikian
Tabel 4.20. Keterampilan/Unjuk Kerja Kader Uji Operasional Uji Coba Terbatas
Bobot Frekuensi Persentase Skor
Pengkajian Kategori
(b) (f) (%) (bXf)
Demografi Baik Sekali 4 6 86 24
194
berikut
Transportasi Sangat
5
89 baik
Politik Sangat
6
89 Baik
Komunikasi Sangat
7
89 baik
Pus, Ibu Hamil, Sangat
8
Melahirkan, Balita 86 Baik
Gizi 93 Sangat
10
Baik
196
Dari Tabel 3.14 di atas bahwa keterampilan atau unjuk kerja kader dalam model
kegiatan dilaksanakan posttest. Hasil evaluasi pretest dan posttest pada uji
Tabel 4.22. Skor Pretest dan Posttest Aspek Pengetahuan Uji Operasional
Pretest Posttest
No Resp.
Skor % Skor %
1 8 40 17 85
2 10 50 18 90
3 9 45 17 85
4 10 50 19 95
5 8 40 16 80
6 7 35 18 90
7 11 55 20 100
8 8 40 17 85
9 8 40 18 90
10 9 45 18 90
11 10 50 20 100
12 8 40 18 90
13 7 35 18 90
14 8 40 20 100
15 8 40 19 95
16 8 40 18 90
17 10 50 20 100
197
Pretest Posttest
No Resp.
Skor % Skor %
18 9 45 19 95
19 9 45 20 100
20 10 50 20 100
21 8 40 19 95
22 9 45 20 100
23 7 35 19 95
24 11 55 20 100
25 10 50 20 100
26 9 45 19 95
27 9 45 20 100
28 10 50 20 100
29 12 60 20 100
Jumlah 260 547
Skor Max 12 20
Skor Min 7 16
Rata-Rata 8,965517 18,86207
Simp Baku 1,267246 1,186957
pengetahuan adalah 7, dan skor maksimum 12. Sementara itu skor minimum
posttestadalah 16, dan skor maksimum 20. Skor rata-rata pretest adalah 8,96 dan
simpangan baku 1,26, sedangkan skor rata-rata hasil posttest adalah 18,86 dan
Tabel 4.23 Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Aspek Pengetahuan Uji
Operasional
Uji statistik yang digunakan adalah Wilcoxon Match Pairs Test, untuk
menguji perbedaan antara dua data yang berpasangan, yaitu skor pretest dan
Berdasarkan output pair 1 diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 <
0,005, maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata hasil belajar kader untuk
kelas Pre-test dengan Post-test. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa ada
berikut
Dari Tabel 4.25 di atas bahwa keterampilan atau unjuk kerja kader dalam model
4.2. Pembahasan
asuhan tersebut, Model ini diterapkan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan
lainnya.
diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh perawat. Hal ini berarti kepala
jenis tenaga keperawatannya, beberapa jenis tenaga yang harus ada meliputi:
kepala ruang perawatan, clinical Care Manager (CCM), perawat primer (PP),
202
serta perawat asosiet (PA). Peran dan fungsi PP dan PA harus jelas dan
diantaranya: metode primer, metode kasus, metode tim dan metode fungsional.
keperawatan.
membawahi dua atau lebih ketua tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat primer
1. Kepala ruang membagi perawat yang ada menjadi dua tim dan tiap tim
diketuai oleh masing-masing seorang Ketua Tim yang terpilih melalui tes
2. Kepala ruang bekerjasama dengan ketua tim mengatur jadwal dinas (pagi,
sore, malam)
kondisi tertentu, kepala ruang dapat memindahkan perawat pelaksana dari tim
5. Kepala ruang menunjuk penanggung jawab shift Sore, Malam, dan Pagi
apabila karena suatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas. Untuk itu
dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat yang ada sebagai
pengganti dari kepala ruangan adalah Ketua Tim, sedangkan jika Ketua Tim
204
klien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun perawat pelaksana anggota
timnya
8. Kolaborasi dengan tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila
Case Manager)
keperawatan)
keperawatan
setiap hari
mendokumentasikan
kesehatannya. Dalam hal ini masyarakat dibentuk dalam suatu organisasi sesuai
dari MPKP yang diterapkan di rumah sakit Prof. Dr. Aloei Saboe Gorontalo.
Model konseptual diarahkan pada segi manajemen dan prosedur kerjanya dengan
tujuan untuk membentuk kader kesehatan di desa yang dapat membantu tenaga
kesehatan dan pemerintah desa dalam pengkajian derajat kesehatan dan factor-
1. Melakukan identifikasi
a. Kebutuhan
komunitas.
adalah (1) sudah melaksanakan tugas keperawatan minimal satu tahun, (2)
d. Sarana Prasarana
penilaian lainnya. Selain itu, media presentase berupa labtop dan LCD
210
a. Perencanaan
direncankan belum tentu akan berjalan mulus sesuai dengan harapan dan
memiliki resiko yang lebih banyak dalam menjumpai gangguan pada saat
pelaksanaannya.
baik.
a) Karakter materi
pelatihan lanjutan.
b. Pengorganisasian
MPKP berbasis komunitas untuk setiap dusun dibentuk tim MPKP yang
Gorontalo. Organisasi yang terbentuk menjadi 4 tim, yang terdiri dari tim
dusun 1 yang terdiri dari 9 dasawisma, tim dusun 2 terdiri dari 12 dasa
wisma, tim dusun 3 terdiri dari 7 dasa wisma dan tim dusun 4 terdiri dari
8 dasa wisma.
215
ditetapkan sebelumnya.
c. Pelaksanaan
sesuai potensi yang dimilikinya baik dalam hal pemilihan metode dan
memberikan saran atau nasehat yang kongkrit dan realistis agar mudah
217
demi tahap; (c) Sebagai Mediator: meliputi (1) Mediasi potensi, seorang
sektor swasta, perguruan tinggi, LSM, peluang pasar dan sebagainya; (2)
demi tercapainya tujuan bersama. Untuk itu seorang instruktur harus netral
dan tidak memihak kepada salah satu kelompok saja. (d) Sebagai
d. Penilaian
kegiatan belajar, hasil belajar dan pasca belajar. Disamping itu kegiatan
pengambilan keputusan.
3. Melakukan pretest
materi yang akan diberikan pada pelatihan. Pretest tersebut disusun dalam
kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistik antara
umur : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan lansia. Pada kelompok khusus di
menular.
2) Tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi rate, suhu tubuh.
a) ISPA
b) Penyakit asma
c) TBC paru
d) Penyakit kulit
e) Penyakit mata
f) Penyakit rheumatic
g) Penyakit jantung
i) Kelumpuhan
d) Pola eliminasi
6) Status psikososial
10) Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang
purin.
1) Pemukiman
a) Luas bangunan
2) Sanitasi
lainnya
3) Fasilitas
b) Pekarangan
c) Sarana olahraga
222
d) Taman, lapangan
e) Ruang pertemuan
f) Sarana hiburan
g) Sarana ibadah
5) Kondisi geografis
a) Pelayanan kesehatan
- Jumlah kunjungan
- Sistem rujukan
- Lokasi
- Kepemilikan
- Kecukupan
c) Ekonomi
- Jenis pekerjaan
usia
a) Keamanan
- Penanggulangan kebakaran
- Penanggulangan bencana
b) Transportasi
- Kondisi jalan
a) Sistem pengorganisasian
b) Struktur organisasi
9) Sistem komunikasi
10) Pendidikan
11) Rekreasi
a) Kebiasaan rekreasi
5. Melakukan posttest
pilihan ganda dimana soal yang ditanyakan menyangkut teori dan praktek
kesehatan masyarakat.
Komunitas
coba selama dua kali yakni uji coba terbatas (skala kecil) dilakukan di dusun 3
dengan tanggal 5 Juni 2022. Uji coba operasional (skala besar) dilalukan di dusun
sampai dengan tanggal 15 Juni 2022. Dari hasil uji coba ini ternyata menunjukkan
225
adanya dampak positif tidak saja bagi peserta pelatihan tetapi juga bagi instruktur,
langkah-langkah yang dilakukan dalam uji coba sistematik urutannya sangat tepat
menerapkannya dengan baik dan tepat, b) proses kegiatannya, baik itu dalam
berbagai pihak sehingga hasilnya lebih baik, lebih sempurna dan menumbuhkan
rasa tanggung jawab bersama, c) model pelatihan ini terkesan utuh dan
Berbasis Komunitas
menggunakan hak mereka sebagai peserta seperti dalam hal bertanya atau
pemahaman baru bagi peserta pelatihan baik itu menyangkut keterampilan tertentu
Komunitas. Secara khusus dengan mengikuti pelatihan ini maka peserta pelatihan
melakukannya.
komunitas ini ditunjukkan dengan kegiatan yang telah dilakukan dalam proses
pengkajian komunitas dengan baik, dimana nilai yang diperoleh peserta pelatihan
setelah diberikan evaluasi Post-test berkategori baik dan baik sekali (tingkat
penguasaan 60% s.d 100%) baik materi model praktek keperawatan profesional
Nilai hasil belajar yang diperoleh peserta meningkat dengan baik. hal
pengujiannya secara statistika melalui uji-t yang hasil analisisnya diolah melalui
pada hasil pengkajian yang dilakukan oleh peserta terhadap 10 aspek pengkajian
yang meliputi: (1) demografi, (2) lingkungan fisik, (3) pelayanan kesehatan dan
228
social, (4) ekonomi, (5) transportasi, (6) politik dan pemerintah, (7) komunikasi,
pendidikan dan rekreasi, (8) Pasangan Usia Subur (PUS), ibu hamil, melahirkan,
menyusui, dan balita, (9) remaja, dewasa dan usia lanjut, dan (10) gizi.
kepala dusun dan kepala desa. Hal pengkajian tersebut menjadi dasar bagi perawat