RPP Ratih Saraswati 19016015610279
RPP Ratih Saraswati 19016015610279
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca teks cerita pendek, siswa mampu mengidentifikasi informasi tentang
nilai-nilai kehidupan dalam teks cerita pendek dengan benar
2. Setelah mengidentifikasi informasi tentang nilai-nilai kehidupan dalam teks cerita
pendek, siswa mampu menyebutkan nilai-nilai kehidupan dalam teks cerita pendek yang
dibaca dengan benar
3. Setelah menyebutkan nilai-nilai kehidupan dalam teks cerita pendek yang dibaca, siswa
mampu menemukan nilai-nilai kehidupan terkait teks cerita pendek dengan benar
4. Setelah menemukan nilai-nilai kehidupan terkait teks cerita pendek dengan benar, siswa
mampu menentukan nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek dengan benar
5. Setelah menentukan nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek, siswa mampu
mendemonstrasikan nilai kehidupan dalam teks cerita pendek secara rinci
6. Setelah mendemonstrasikan nilai kehidupan dalam teks cerita pendek, siswa mampu
menerapkan nilai-nilai dalam cerpen ke dalam kehidupan sehari-hari dengan tepat
D. Fokus nilai-nilai sikap
1. Kesantunan
2. Tanggung jawab
E. Materi Pembelajaran
1. Materi Pembelajaran Reguler
(1) Faktual
Topik : Cerpen
a. Isi cerpen
Cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Ukuran
panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerpen merupakan cerita
yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500-5000 kata.
Oleh karena itu, cerpen sering diungkapkan dengan cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk.
Cerita pendek juga umumnya bertema sederhana. Jumlah tokohnya terbatas. Jalan ceritanya sederhana
dan latarnya meliputi ruang lingkup yang terbatas.
Majas
Majas adalah gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan sebuah pesan secara
imajinatif dan kias. Hal ini bertujuan membuat pembaca mendapat efek tertentu dari gaya bahasa
tersebut yang cenderung ke arah emosional. Biasanya, majas bersifat tidak sebenarnya alias kias
ataupun konotasi.
Majas Perbandingan
1. Personifikasi
2. Metafora
3. Asosiasi
4. Hiperbola
5. Eufemisme
6. Metonimia
7. Simile
8. Alegori
9. Sinekdok
10. Simbolik
Majas Pertentangan
1. Litotes
2. Paradoks
3. Antitesis
4. Kontradiksi Interminis
Majas Sindiran
1. Ironi
2. Sinisme
3.Sarkasme
Majas Penegasan
1. Pleonasme
2. Repetisi
3. Retorika
4. Klimaks
5. Antiklimaks
6. Pararelisme
7. Tautologi
Peribahasa
Arti peribahasa adalah kelompok kata ataupun kalimat dengan maksud dan makna tertentu
terkait keadaan seseorang atau kelakuan dan hal tentang seseorang. Peribahasa juga biasa disebut
dengan pepatah yang bisa diartikan menjadi ungkapan secara tak langsung dan memiliki makna
tersirat dalam penyampaian suatu hal dimana bisa dipahami pendengar dan pembacanya.
Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing = Pekerjaan yang berat akan terasa ringan apabila
dikerjakan bersama-sama
Bagai katak dalam tempurung = Seseorang yang wawasannya kurang luas, bodoh, picik.
Ada udang di balik batu = Ada maksud tertentu
Ungkapan
Ungkapan merupakan gabungan kata yang maknanya sudah menyatu dan tidak ditafsirkan dengan
makna unsur yang membentuknya. Idiom atau disebut juga dengan ungkapan adalah gabungan kata
yang membentuk arti baru dimana tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya.
Contoh
1. Mereka sudah banyak makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman)
2. Hati-hati terhadapnya, ia terkenal si panjang tangan. (suka mencuri)
3. Jeng Sri memang tinggi hati.(sombong)
1. Nilai-nilai kehidupan dalam cerpen
Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen, antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Nilai moral
2. Nilai sosial/kemasyarakatan
3. Nilai religius/keagamaan
4. Nilai pendidikan/edukasi
5. Nilai estetis/keindahan
6.Nilai etika
7. Nilai politik
8.Nilai budaya
9. Nilai kemanusiaan
Nilai-nilai ini ada yang bersifat ideologis, politis, ekonomis, sosiologis, budaya, edukatif, humoris,
dan sebagainya.
Unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen
Unsur-Unsur Cerpen
Sebuah cerita pendek atau novel mempunyai unsur–unsur yang saling mengikat, membentuk
kebersamaan dalam penyajiannya. Unsur–unsur tersebut dibagi menjadi dua, yaitu unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri, di antaranya
adalah tema, alur/plot, tokoh dan penokohan, latar, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat. Unsur
ekstrinsik adalah unsur–unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung unsur
tersebut mempengaruhi karya sastra.
Merekonstruksi cerpen.
Rekonstruksi adalah pengembalian sesuatu ketempatnya yang semula, Penyusunan atau
penggambaran kembali dari bahan-bahan yang ada dan disusun kembali sebagaimana adanya atau
kejadian semula. Dalam hal ini merekontruksi teks cerpen menjadi teks anekdot.
Materi Pembelajaran Pengayaan
Cara menentukan unsur intriksik dan unsur ekstrinsik teks cerpen
Materi Pembelajaran Remedial
Membuat parafrase cerpen
F. Pendekatan/Metode/Model Pembelajaran
1. Pendekatan Scientific
2. Model Pembelajaran :
Cooperative Learning (Pembelajaran kooperatif) dan
Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah )/projek
3. Metode Demonstrasi
G. Media/Alat dan Bahan Pembelajaran
1. Media/Alat
a. Laptop dan infocus
b. Audio visual gerak: youtube
c. Visual gerak: film bisu.
d. Objek fisik: Benda nyata dan teks cerpen.
e. Power Point (Materi Pembelajaran)
2. Bahan
a. Worksheet atau lembar kerja (peserta didik)
b. Lembar penilaian
c. Laptop dan infocus
d. Cetak: buku, ringkasan, brosur, leaflet, dan gambar.
H. Sumber Belajar
a. Buku penunjang kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Kemendikbud,
tahun 2013
b. Pengalaman peserta didik dan guru
c. Manusia dalam lingkungan: guru, pustakawan, laboran, dan penutur nativ.
d. Yustinah, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi Tahun 2017. Jakarta:
Erlangga.
e. Suherli, dkk. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
f. Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK.
Bandung: Yrama Widya
g. http://erny25.blogspot.co.id/2015/10/materi-bahasa-indonesia-kelas-xi.html
h. http://mulianirahmahpbsi.blogspot.co.id/2014/02/materi-cerpen-kelas-xi-ipa.html
i. http://www.wartabahasa.com/2015/09/struktur-teks-cerpen-teks-cerita-pendek.html
j. https://www.academia.edu/8340569/MATERI_B._IND_kelas_XI_STRUKTUR_dan_KEBAHAS
AAN_CERPEN
k. http://budiangkasa.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-cerpen.html
l. http://www.informasibelajar.com/2015/11/struktur-teks-cerpen-ciri-ciri-cerpen.html
m. http://sekolah-daring.blogspot.com/2015/09/struktur-teks-cerpen-teks-cerita-pendek.html
n. https://www.academia.edu/9420289/Contoh_Soal_Bahasa_Indonesia_Kelas_XI_Kurikulum_2
013_CERPEN
o. https://iguhprasetyo.wordpress.com/2014/12/05/soal-kelas-xi-kurikulum-2013/
p. https://iguhprasetyo.wordpress.com/2014/09/29/soal-kelas-xi-kurikulum-2013-cerpen/
I. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (2 JP)
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1. Peserta didik merespon salam tanda mensyukuri anugerah Tuhan dan saling
mendoakan.
2. Peserta didik merespons pertanyaan dari guru berhubungan dengan pembelajaran
sebelumnya (tanya jawab).
3. Peserta didik menyimak kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari
4. Peserta didik mendiskusikan informasi dengan proaktif tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5. Peserta didik menerima informasi tentang hal-hal yang akan dipelajari, metode dan
media, langkah pembelajaran dan penilaian pembelajaran
Kegiatan Inti (60 menit)
1. Peserta didik dan guru secara bersama-sama membaca teks cerpen
2. Peserta didik mendengarkan pembacaan cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A.
Navis dengan media mini book yang dibacakan siswa
3. Peserta didik bertanya jawab nilai-nilai dalam cerpen
4. Peserta didik memberi komentar nilai-nilai dalam cerpen
5. Peserta didik duduk secara berkelompok (heterogen, 3-4 orang).
6. Peserta didik secara berdiskusi mengidentifikasi nilai-nilai dalam cerpen yang dibaca
dan dihubungkan dengan kehidupan.
7. Peserta didik mencoba menentukan dan menganalisis nilai-nilai dalam cerpen
8. Peserta didik mencoba menuliskan nilai-nilai dalam cerpen
9. Peserta didik secara berkelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
10. Peserta didik yang lain memberikan komentar dan masukan atas penampilan temannya.
Kegiatan Penutup (15 menit)
1. Membuat rangkuman/simpulan pelajaran.
2. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan
4. Melakukan penilaian.
5. Memberikan tugas kepada peserta didik untuk banyak membaca teks cerpen lainnya.
6. Menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.
7. Menutup kegiatan belajar mengajar.
Pertemuan ke-2 (2 JP)
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1. Peserta didik merespon salam tanda mensyukuri anugerah Tuhan dan saling mendoakan.
2. Peserta didik merespon pertanyaan dari guru berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya
(tanya jawab).
3. Peserta didik menyimak kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari
4. Peserta didik mendiskusikan informasi dengan proaktif tentang keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5. Peserta didik menerima informasi tentang hal-hal yang akan dipelajari, metode dan media,
langkah pembelajaran dan penilaian pembelajaran
Kegiatan Inti (60 menit)
1. Peserta didik mengamati teks cerpen yang di bawa
2. Peserta didik bertanya jawab tentang nilai-nilai cerpen yang dibawa dengan teman
sebangku
3. Peserta didik memberikan komentar tentang nilai-nilai cerpen yang dibawa dengan
teman sebangku
4. Peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk menganalisis nilai-nilai yang terkandung
dalam cerpen yang dibawa.
5. Peserta didik mencoba menuliskan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen yang dibawa..
6. Peserta didik mempresentasikan hasil karyanya.
7. Peserta didik yang lain mengomentari dan memberi masukan.
Kegiatan Penutup (15menit)
1. Membuat rangkuman/ simpulan pelajaran.
2. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan
4. Melakukan penilaian.
5. Memberikan tugas kepada peserta didik untuk Menyampaikan rencana pembelajaran
yang akan dilakukan selanjutnya.
6 Menutup kegiatan belajar mengajar.
J. Penilaian
1. Teknik Penilaian:
a. Penilaian Sikap :Observasi/pengamatan
b. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
c. Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja/ Praktik/ Portofolio
2. Bentuk Penilaian:
a. Observasi :lembar pengamatan aktivitas peserta didik
b. Tes tertulis :uraian dan lembar kerja
c. Unjuk kerja :lembar penilaian presentasi
d. Portofolio :pedoman penilaian portofolio
3. Remedial
a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi Peserta didik yang capaian KD nya belum tuntas
b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau
tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes.
c. Tes remedial, dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah 3 kali tes remedial belum
mencapai ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis
kembali.
4. Pengayaan
Bagi Peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran pengayaan sebagai
berikut:
a. Siswa yang mencapai nilai diberikan materi masih dalam cakupan KD dengan pendalaman
sebagai pengetahuan tambahan
b. Siswa yang mencapai nilai diberikan materi melebihi cakupan KD dengan pendalaman sebagai
pengetahuan tambahan.
INTRUMEN PENILAIAN SIKAP
TANGGUNG TINDAK
NO. WAKTU NAMA KESANTUNAN
JAWAB LANJUT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
INSTRUMEN PENUGASAN 1
Contoh Tugas:
1. Lakukanlah hal-hal berikut ini sesuai dengan instruksinya!
a. Bacalah kembali cerpen “Robohnya Surau Kami”!
b. Secara berkelompok, tunjukkanlah nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam cerpen itu!
c. Mungkinkah nilai-nilai tersebu kamu aktualisasikan pula dalam kehidupan sehari-hari?
Laporan Diskusi
Judul Cerpen :
Pengarang :
Sinopsis
:…………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………….......Nilai-nilai
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………….
Kemungkinan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………….
Laporkanlah hasil diskusi kelompokmu itu dalam format berikut!
2. Amatilah nilai-nilai yang berlaku di dalam kehidupan masyarakatmu!
a. Nilai-nilai apa saja yang berkembang di dalamnya? Sajikanlah sebuah cerita yang menjelaskan
aplikasi salah-satu dari nilai-nilai itu!
b. Adakah nilai yang kamu anggap bertentangan dengan nurani? Jelaskanlah!
INSTRUMEN PENUGASAN 2
Contoh Tugas:
Kerjakan latihan berikut sesuai dengan instruksinya!
a. Berdiskusilah dan berkelompok setelah membaca sebuah cerpen.
b. Temukannlah nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting bagimu, baik sebagai seorang anak,
pelajar, ataupun warga masyarakat.
c. Sajikanlah hasil diskusi kelompokmu itu di dalam format berikut, kemudian presentasikanlah
secara bergiliran di depan kelompok lainnya untuk mereka tanggapi.
Judul cerpen :…………………………………………
Pengarang:………………………………………………
Sumber:………………………………………………….
Kebermaknaan:………………………………………….
RUBRIK PENILAIAN PENUGASAN
Kriteria:
5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, dan 1 = sangat kurang
INSTRUMEN TES TERTULIS
Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 34 JAKARTA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia - Wajib
Kelas : XI
Kompetensi dasar : 3.8 Mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang
terkandung dalam kumpulan cerita pendek yang
dibaca
Indikator : 3.8.1 Memahami informasi tentang nilai-nilai
kehidupan dalam teks cerita pendek
3.8.2 Menemukan nilai-nilai kehidupan dalam cerita
pendek
Materi : Cerita pendek
Tes Tertulis
Disediakan cerita pendek
1. Identifikasilah nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam cerita pendek !
2. Kemukakan hasil identifikasimu!
RUBRIK PENILAIAN
Soal Aspek yang Dinilai Skor
1 Peserta didik nilai-nilai kehidupan 4
yang terkandung dalam cerita pendek
dengan sangat baik
a. Peserta didik nilai-nilai 3
kehidupan yang terkandung dalam
cerita pendek dengan baik
b. Peserta didik nilai- 2
nilai kehidupan yang terkandung
dalam cerita pendek kurang baik
c. Peserta didik nilai-nilai 1
kehidupan yang terkandung dalam
cerita pendek tidak baik
Soal Aspek yang Dinilai Skor
Soal Aspek yang Dinilai Skor
2 Peserta didik mengemukakan 4
komentar dengan sangat tepat
d. Peserta didik mengemukakan 3
komentar dengan tepat
e. Peserta didik mengemukakan 2
komentar dengan kurang tepat
f. Peserta didik mengemukakan 1
komentar dengan tidak tepat
PEDOMAN PENSKORAN:
SKOR
KRITERIA YANG DINILAI
MAKSIMAL
Peserta didik menyimpan semua tugas yang telah dikerjakan dengan 4
lengkap, dan tugas dikerjakan dengan benar, serta dikumpulkan tepat
waktu
Peserta didik menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, dan sebagian 3
besar benar tapi kurang lengkap, serta dikumpulkan tepat waktu
Peserta didik menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, namun 2
sebagian besar salah, kurang lengkap, dan tidak dikumpulkan tepat waktu
Peserta didik menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, namun tugas 1
yang dikerjakan salah, dan kurang lengkap, serta tidak dikumpulkan tepat
waktu
Peserta didik tidak menyimpan satu pun tugas-tugas yang diberikan karena 0
tidak pernah mengumpulkan tugas
LEMBAR PENILAIAN PORTOFOLIO
Jenis Tugas :
Kelas : XI
Semester/ Tahun Pelajaran : Gasal / 2019-2020
Mengetahui,
Kepala SMK Negeri 34 Jakarta Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia,
Majas Perbandingan
Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau
membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan, ataupun
penggantian. Dalam majas perbandingan, teman-teman akan menjumpai beberapa subjenisnya.
1. Personifikasi
Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya manusia.
Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku untuk segera
bermain di pantai.
2. Metafora
Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam
bentuk ungkapan.
Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan tersebut. Tangan
kanan merupakan ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.
3. Asosiasi
Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata
sambung bagaikan, bak, ataupun seperti.
Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki wajah yang
sangat mirip.
4. Hiperbola
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.
Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah. Memeras
keringat artinya bekerja dengan keras.
5. Eufemisme
Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih
halus.
Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima difabel. Difabel
menggantikan frasa “orang cacat”.
6. Metonimia
Yaitu menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada benda umum.
Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum Aqua. Aqua di sini merujuk pada air
mineral.
7. Simile
Hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak, bagaikan, ataupun seperti;
hanya saja simile bukan membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan menyandingkan
sebuah kegiatan dengan ungkapan.
Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
8. Alegori
Contoh: Suami adalah nakhoda dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Nakhoda yang
dimaksud berarti pemimpin keluarga.
9. Sinekdok
Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro
parte. Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur untuk
menampilkan keseluruhan sebuah benda. Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah
kebalikannya, yakni gaya bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian
benda atau situasi.
Contoh:
Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.
Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut.
10. Simbolik
Gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam
ungkapan.
Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang
bertentangan dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis ini dapat
dibagi menjadi beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.
1. Litotes
Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan ungkapan
untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya.
Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.
2. Paradoks
Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikannya.
3. Antitesis
4. Kontradiksi Interminis
Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya diikuti
dengan konjungsi, seperti kecuali atau hanya saja.
Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.
Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir seseorang
ataupun perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Ironi
Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa ditiduri.
2. Sinisme
3.Sarkasme
Majas Penegasan
Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh kepada
pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis ini dapat dibagi menjadi
tujuh subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Pleonasme
Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, namun
memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.
2. Repetisi
3. Retorika
Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.
Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari
raya?
4. Klimaks
Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki asuransi
kesehatan.
5. Antiklimaks
Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan sesuatu dengan
mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.
Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggi di dusun seharusnya sadar akan
kearifan lokalnya masing-masing.
6. Pararelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai
definisi yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika
kata yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.
Contoh majas:
7. Tautologi
Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.
Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan bahagia jika semua anggota keluarga saling
menyayangi.
Peribahasa
Arti peribahasa adalah kelompok kata ataupun kalimat dengan maksud dan makna
tertentu terkait keadaan seseorang atau kelakuan dan hal tentang seseorang. Peribahasa juga
biasa disebut dengan pepatah yang bisa diartikan menjadi ungkapan secara tak langsung dan
memiliki makna tersirat dalam penyampaian suatu hal dimana bisa dipahami pendengar dan
pembacanya.
Peribahasa Indonesia memiliki ciri khusus dan struktur tidak tetap. Meski demikian kata
yang ada di dalamnya tidak bisa diubah. Umumnya pepatah ini digunakan untuk tujuan
menyindir hingga memperindah bahasa. Kata-katanya begitu enak didengar dan sangat teratur
yang dibentuk berdasar pandangan hingga perbandingan pada alam hingga peristiwa yang dekat
dengan masyarakat. Karena indahnya bahasa dan tak bisa diubah, maka tak heran jika pepatah
melekat hingga turun-temurun. Peribahasa Indonesia juga memiliki jenisnya masing-masing,
diantaranya.
Bidal atau pameo yakni pepatah dengan kandungan ungkapan yang bisa berarti ejekan
atau sindiran hingga peringatan. Contoh peribahasa jenis pameo misalnya malu bertanya,
maka sesat di jalan yang bermakna jangan takut bertanya ketika tidak tahu sehingga
hidup terarah.
Pepatah yakni jenis peribahasa yang makna khususnya adalah untuk nasihat serta ajaran.
Biasanya pepatah adalah berasal dari orang tua zaman dulu yang umum dipakai untuk
mematahkan dari lawan bicaranya. Contohnya misalnya bagai bumi dan juga langit yang
maknanya adalah perbedaan yang amat sangat jauh atau biar lambat, asalkan selamat
yang maknanya segala sesuatu tidak boleh dilakukan terburu-buru.
Perumpamaan yakni isinya kata yang ungkapkan kondisi dan kelakuan seseorang
sehingga bisa diambil perbandingannya dari alam sekitarnya. Perumpamaan umumnya
diawali dengan kata “bak”, “bagai” dan lainnya. Contoh perumpamaan di peribahasa
Indonesia misalnya bagai pinang yang dibelah dua yang artinya adalah sama persis
dimana bisa ditujukan pada orang atau bisa juga kondisi.
Ungkapan adalah kalimat kiasan terkait keadaan dan kelakuan seseorang. Umumnya
ungkapan dinyatakan dengan beberapa patah kata atau pepatah. Contoh dari ungkapan
peribahasa dan artinya seperti besar kepala yang artinya sombong atau panjang tangan
yang berarti suka mencuri.
Tamsil yaitu kalimat kiasan yang tujuannya adalah untuk membandingkan sesuatu hal
ataupun perkara. Contoh tamsil yang paling sering di dengar yakni tua-tua keladi yang
makin tua makin menjadi.
Semboyan yakni kumpulan kata, kalimat hingga frasa yang umum digunakan menjadi
prinsip hingga pedoman. Contoh semboyan misalnya rajin pangkal pandai dan hemat
pangkal kaya.
Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing = Pekerjaan yang berat akan terasa ringan
apabila dikerjakan bersama-sama
Bagai katak dalam tempurung = Seseorang yang wawasannya kurang luas, bodoh, picik.
Ada udang di balik batu = Ada maksud tertentu
Semut di sebrang lautan tampak, Gajah di kelopak mata tidak tampak = kesalahan kecil
orang di perlihatkan atau di bicarakan, diri sendiri punya kesalahan besar sprti tidak
merasa bersalah.
Air susu dibalas air tuba = Kebaikan dibalas dengan kejahatan
Air tenang menghanyutkan = Orang pendiam biasanya banyak ilmu
Air beriak tanda tak dalam = Orang yang sombong biasang bodoh
Karena nila setitik, rusak susu sebelangga = Hanya karena kesalahan kecil yang nampak
tiada artinya seluruh persoalan menjadi kacau dan berantakan.
Besar pasak daripada tiang = Besar penegluaran daripada pendapatan
Bagai air di daun talas = Orang yang tidak tetap pendiriannya
Dimana tanah dipijak, disitu langit dijunjung = Hendaklah kita menuruti adat-istiadat
setempat
Seperti harimau menyembunyikan kuku = Orang yang tak mau menyombongkan
kelebihannya
Air yang tenang jangan disangka tak berbuaya = Seseorang yang diam tenang jangan
dianggap tidak berisi/berilmu
Ada gula ada semut = Dimana ada kebaikan, pasti ada kejahatan
Badai pasti berlalu = Segala penderitaan pasti ada akhirnya
Bagai bumi dan langit = Dua hal yang mempunyai perbedaan sangat jauh. Contoh : Naik
sepeda dengan naik mobil, kecepatannya “bagai bumi dan langit”
Bagai musuh dalam selimut = Orang terdekat yang diam-diam berkhianat
Kacang lupa akan kulitnya = Orang sombong yang lupa asal-usulnya
Tak ada gading yang tak retak = Segala sesuatu tidak ada yang sempurna, pasti ada
cacatnya
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian = Bersakit-sakit dahulu bersenang-
senang kemudian
Seperti padi, kian berisi, kian merunduk = Semakin tinggi ilmunya, semakin rendah
hatinya
Sambil menyelam minum air = Mengerjakan suatu pekerjaan, dapat pula menyelesaikan
pekerjaan atau masalah yang lain.
Sepandai-pandai tupai meloncat, jatuh juga = Tidak ada orang yang sempurna, setiap
orang pasti pernah berbuat kesalahan/kejahatan/kegagalan.
Ungkapan
Ungkapan merupakan gabungan kata yang maknanya sudah menyatu dan tidak ditafsirkan
dengan makna unsur yang membentuknya. Idiom atau disebut juga dengan ungkapan adalah
gabungan kata yang membentuk arti baru dimana tidak berhubungan dengan kata pembentuk
dasarnya.
Ungkapan adalah gabungan dua kata atau lebih yang digunakan seseorang dalam situasi tertentu
untuk mengkiaskan suatu hal. Ungkapan terbentuk dari gabungan dua kata atau lebih. Gabungan
kata ini jika tidak ada konteks yang menyertainya memiliki dua kemungkinan makna, yaitu
makna sebenarnya (denotasi) dan makna tidak sebenarnya (makna kias atau konotasi). Oleh
karena itu, untuk mengetahui apakah gabungan kata itu termasuk ungkapan atau tidak, harus ada
konteks kalimat yang menyertainya. Untuk lebih jelasnya kita ambil sebuah contoh
Membanting tulang
Gabungan kata di atas tidak dapat langsung kita katakan termasuk ungkapan. Hal ini dikarenakan
konteks kalimat yang menyertai gabungan kata tersebut belum jelas. Gabungan kata di atas
masih mempunyai dua kemungkinan makna sesuai konteks kalimatnya.
Dua kalimat di atas memberikan konteks (situasi) pada gabungan kata “membanting tulang.”
Kalimat (a) membantuk makna denotasi atau makna sebenarnya pada gabungan kata
“membanting tulang.” Makna denotasi tersbut adalah kegiatan membanting tulang. Kalimat (b)
membentuk makna konotasi atau makna kias pada kata “membanting tulang.” Makna kias
tersebut adalah bekerja keras. Makna kedua inilah membuat gabungan kata di atas disebut
ungkapan.
4. Mereka sudah banyak makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman)
5. Hati-hati terhadapnya, ia terkenal si panjang tangan. (suka mencuri)
6. Jeng Sri memang tinggi hati.(sombong)
7. Karena ucapan orang itu, Waluyo naik darah.(marah)
8. Itulah akibatnya kalau menjadi anak yang berkepala batu. (tidak mau menurut)
9. Hati-hati terhadap orang yang besar mulut itu. (suka membual)
10. Merah telinganya ketika ia dituduh sebagai koruptor. (marah)
11. Karena gelap mata, dia mengamuk di kantor. (hilang kesabaran)
12. Lebih baik berputih tulang daripada hidup menanggung malu seperti ini. (mati)
13. Ketika kutinggalkan dulu engkau masih merah, sekarang sudah seorang jejaka. (masih
bayi)
14. Selama pertandingan sepak bola itu, benar-benar dia menjadi bintang lapangan. (pemain
yang baik)
15. Pidatonya digaraminya dengan lelucon sehingga menarik para pendengarnya. (dibumbui;
dihiasi)
16. Lagi-lagi aku yang dikambing hitamkan bila timbul keributan di kelas. (orang yang
dipersalahkan)
17. Maaf, aku tak sudi kaujadikan aku sebagai kuda tunggangmu. (kausuruh-suruh untuk
kepentinganmu)
18. Kalau rasa permusuhan itu tidak dicabut sampai akar-akarnya, hubungan kalian tak
pernah baik. (dihilangkan benar-benar)
19. “Gema Tanah Air” sebuah bunga rampai yang disusun oleh H.B. Jassin. (buku yang
berisi kumpulan karangan beberapa orang)
20. Kalau bekerja dengan setengah hati, hasilnya kurang memuaskan.(tidak sungguh-
sungguh)
(3) Prinsip
Fungsi Sosial
Nilai-nilai kehidupan dalam cerpen
Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen, antara lain dapat dikemukakan sebagai
berikut.
1. Nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak/budi pekerti/susila atau baik buruk
tingkah laku.
2. Nilai sosial/kemasyarakatan, yaitu nilai yang berkaitan dengan norma yang berada di dalam
masyarakat.
3.Nilai religius/keagamaan, yaitu nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama.
4. Nilai pendidikan/edukasi, yaitu nilai yang berkaitan dengan pengubahan tingkah laku dari baik
ke buruk (pengajaran).
5. Nilai estetis/keindahan, yaitu nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang
menarik/menyenangkan
(rasa seni).
6. Nilai etika, yaitu nilai yang berkaitan dengan sopan santun dalam kehidupan.
7. Nilai politis, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemerintahan.
8. Nilai budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan adat istiadat.
9. Nilai kemanusiaan, yaitu nilai yang berhubungan dengan sifat-sifat manusia. Nilai-nilai ini ada
yang bersifat ideologis, politis, ekonomis, sosiologis, budaya, edukatif, humoris, dan
sebagainya.
Unsur-Unsur Cerpen
1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik cerpen adalah unsur pembentuk cerpen yang berasal dari dalam cerpen itu
sendiri. Beberapa hal yang termasuk di dalam unsur instrinsik adalah:
2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik cerpen adalah unsur pembentuk cerpen yang berasal dari luar. Beberapa yang
termasuk di dalam unsur ekstrinsik adalah:
Latar Belakang Masyarakat, yaitu hal-hal yang mempengaruhi alur cerita dalam
cerpen, misalnya; ideologi, kondisi politik, sosial, dan ekonomi masyarakat.
Latar Belakang Pengarang, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan pemahaman dan
motivasi penulis cerpen dalam membuat tulisannya, misalnya; aliran sastra, kondisi
psikologis, biografi.
Nilai yang Terkandung dalam Cerpen, yaitu nilai-nilai yang terdapat di dalam suatu
cerpen (nilai agama, sosial, budaya, moral).
1. Nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak/budi pekerti/susila atau baik buruk
tingkah laku.
2. Nilai sosial/kemasyarakatan, yaitu nilai yang berkaitan dengan norma yang berada di
Dalam masyarakat.
3. Nilai religius/keagamaan, yaitu nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama.
4. Nilai pendidikan/edukasi, yaitu nilai yang berkaitan dengan pengubahan tingkah laku dari
baik ke buruk (pengajaran).
5. Nilai estetis/keindahan, yaitu nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang
menarik/menyenangkan (rasa seni).
6. Nilai etika, yaitu nilai yang berkaitan dengan sopan santun dalam kehidupan.
7. Nilai politis, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemerintahan.
8. Nilai budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan adat istiadat.
9. Nilai kemanusiaan, yaitu nilai yang berhubungan dengan sifat-sifat manusia. Nilai-nilai
ini ada yang bersifat ideologis, politis, ekonomis, sosiologis, budaya, edukatif,
humoris,
dan sebagainya.
(4) Prosedural
Stuktur
Unsur-unsur pembangun cerpen
Sebuah cerita pendek atau novel mempunyai unsur–unsur yang saling mengikat,
membentuk kebersamaan dalam penyajiannya. Unsur–unsur tersebut dibagi menjadi dua, yaitu
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri, di antaranya adalah tema, alur/plot, tokoh dan penokohan, latar, gaya bahasa, sudut
pandang, dan amanat. Unsur ekstrinsik adalah unsur–unsur yang berada di luar karya sastra,
tetapi secara tidak langsung unsur tersebut mempengaruhi karya sastra.
Suharianto (1982:28) mengatakan bahwa unsur–unsur intrinsik cerita pendek itu terdiri
atas tema, alur, penokohan, latar, tegangan atau padahan, suasana, pusat pengisahan atau point of
view, dan gaya bahasa.
Baribin (1985:52) berpendapat bahwa unsur pembangun fiksi itu terdiri atas: (1)
perwatakan, (2) tema dan amanat, (3) alur atau plot, (4) latar dan gaya bahasa, dan (5) pusat
pengisahan.
Menurut Nurgiyantoro (2002:12) unsur-unsur pembangun sebuah cerita pendek ada dua
unsur yaitu unsur intrinsik atau unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri antara lain:
(1) plot, (2) Tema, (3) penokohan, (4) latar, (5) kepaduan. Di pihak lain, unsur ekstrinsik atau
unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan
atau sistem organisme karya sastra antara lain adalah keadaan subjektifitas individu pengarang
yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya akan mempengaruhi
karya yang ditulisnya.
Meskipun dari pendapat ahli sastra berbeda, tetapi dari segi isinya masih banyak hal yang
sama. Perbedaannya hanyalah terletak pada segi kuantitas atau jumlah. Berdasarkan pendapat
dari ahli sastra di atas dapat disimpulkan bahwa unsur–unsur intrinsik pembangun karya sastra
cerita pendek secara umum meliputi: (1) tema, (2) alur, (3) latar, (4) tokoh dan penokohan, (5)
sudut pandang, (6) gaya bahasa, dan (7) amanat.
Unsur ekstrinsik cerita pendek antara lain keyakinan pengarang, pandangan hidup, faktor
sosial ekonomi, faktor kebudayaan, faktor sosio-politik, keagamaan, dan tata nilai yang dianut
masyarakat. Menurut Nurgiyantoro (2002:24) unsur ekstrinsik sebagai suatu unsur yang kurang
penting.
Merekonstruksi cerpen.
Rekonstruksi adalah pengembalian sesuatu ketempatnya yang semula, Penyusunan atau
penggambaran kembali dari bahan-bahan yang ada dan disusun kembali sebagaimana
adanya atau kejadian semula. Dalam hal ini merekontruksi teks cerpen menjadi teks
anekdot.
Teks Cerpen
NEGERI SAMPAH
Pagi-pagi sekali kala matahari pun masih enggan menampakkan sinar, kokok ayam
masih samar terdengar seseorang terbangun dari mimpinya. Seorang tukang sampah itu
kemudian bangun ia berjalan perlahan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, dan
membasuhkan wajahnya agar nampak cerah. Ia mengenakan setelan seragam berwarna oranye
yang selalu dipakainya setiap hari.
Setelah semua rutinitas paginya di rumah terpenuhi seluruhnya, ia mulai meraih sebuah
alat yang biasa ia gunakan setiap harinya untuk bekerja yaitu sapu. Lalu kakinya kembali
berderap untuk menelusuri jalan-jalan yang masih gelap gulita hanya lampu jalan yang
menyinari. Namun, itu tidak mematahkan semangatnya untuk terus melangkah dan melangkah
menelusuri jalan. Kemudian Ia dengan cekatan mulai memungut sampah yang tak berarti
menggerakkan sapunya ke kiri lalu ke kanan untuk menyingkirkan sampah atau daun-daun
yang berserakan di jalan.
Matahari mulai menyinari jalanan, sudah mulai banyak lalu lalang kendaraan yang lewat
pun tak dihiraukannya. Waktu terus berjalan kini hangat matahari mulai menyengat, kakinya
masih berjalan menyusuri pinggiran jalan ibu kota lalu ia berpapasan dengan seorang pejalan
kaki yang tengah membuang sisa bungkus makanannya begitu saja ke jalanan. Melihat itu ia
berkata dalam hati “ mudahnya orang-orang membuang sampah sembarangan, tanpa merasa
berdosa ” miris melihatnya. Lalu ia melanjutkan menyusuri jalan kemudian berhenti di sebuah
restoran melihat sekelompok anak tengah berbincang-bincang. “ Nak, bisakah kalian
membersihkan sampah dibawah meja kalian?” kata tukang sampah. Beberapa anak menjawab
bahwa membersihkan meja adalah tugas pelayan atau tukang sampah. Lalu ia berkata “ Kalau
membersihkan sampah itu hanya kewajiban tukang sampah seperti saya, berapa gunung
sampah yang harus saya bersihkan, nak?”. “Iya kawan, bapak ini benar. Kalau kita hanya
mengandalkan tukang sampah, sampah-sampah di kota ini, bahkan negeri ini, tidak akan ada
habisnya Sampah seperti ini saja, kita kewalahan menanganinya, apalagi ‘sampah’ yang ada di
gedung parlemen ya, Kalau dipikir-pikir, negeri kita ini tidak hanya kaya alamnya saja ya, tapi
juga kaya sampahnya. Dimana-mana ada sampah, tidak cuma di jalanan, di gedung parlemen
sampai di laci pejabatnya pun banyak sampah.” Sahut anak-anak itu. Maka dari itu kita sebagai
penerus bangsa jangan menjadi seperti tikus got yang suka menyampah.
Direkontruksi dalam bentuk anekdot
NEGERI SAMPAH
Seorang tukang sampah berjalan menyusuri jalanan kota. Dia hendak melaksanakan
tugasnya memunguti sampah-sampah di ibu kota. Dia berpapasan dengan seorang pejalan kaki
yang membuang bekas bungkus makanannya.
Tukang sampah terus berjalan, lalu berhenti di depan sebuah cafe. Di pelataran cafe, dia
melihat beberapa siswa SMK sedang bergurau dan berbincang-bincang.
Tukang Sampah : “Nak, bisakah kalian membersihkan sampah dibawah meja kalian?”
Siswa 1 : “Pak, tanpa kami bersihkan, sampah-sampah ini juga pasti akan
dibersihkan sama pelayan.”
Siswa 2 : “Iya Pak, lagipula itu bukan kewajiban kami kan? Kalau bapak mau
membersihkannya, silahkan.”
Tukang Sampah : “Kalau membersihkan sampah itu hanya kewajiban tukang sampah
seperti saya, berapa gunung sampah yang harus saya bersihkan,
nak?”
Siswa 3 : “Iya kawan, bapak ini benar. Kalau kita hanya mengandalkan tukang
sampah, sampah-sampah di kota ini, bahkan negeri ini, tidak akan
ada habisnya.”
(Semua tertawa)
Siswa 5 : “Kalau sampah yang kayak gitu bisa dipunguti, nggak akan muat
TPA-TPA di negeri ini buat nampung!”
(tertawa lagi)
Tukang Sampah : “Wah, kalau begitu saya bisa jadi kaya raya kalau bisa munguti
sampah-sampah di gedung parlemen itu?”
Siswa 1 : “Iya, Pak. Tapi memangnya bapak mau berkumpul dan tiduran sama
tikus-tikus got dan sampah-sampah yang bapak pungut itu?”
Tukang Sampah : “Waduh jijik juga ya. Ya sudah, saya tidak mau, nak. Mending saya
mencari sampah-sampah di jalanan ini saja.”
Siswa 2 : “Kalau dipikir-pikir, negeri kita ini tidak hanya kaya alamnya saja
ya, tapi juga kaya sampahnya. Dimana-mana ada sampah, tidak
cuma di jalanan, di gedung parlemen sampai di laci pejabatnya pun
banyak sampah.”
(semua tertawa)
Tukang Sampah : “Kalian jangan berburuk sangka dulu. Tidak semua orang di negeri
ini suka menyampah. Kalian sebagai penerus bangsa jangan mau
jadi tikus got yang suka menyampah itu!”