Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI

BAHASA INDONESIA

Disusun oleh:

Nama : 1. Antonius Zendrato ( 202124008)

2. Wety Niatri Lase (202124079)

3. Wita Kurnia Waruwu(202124081)

4. Yusati AAdil Hulu(202124087)

Kelas/Semester : A / IV

Mata Kuliah : Morfologi Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Lestari Waruwu, M.Pd

YAYASAN PERGURUAN TINGGI NIAS


UNIVERSITAS NIAS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami rahmat, kesehatan dan kesempatan. Sehingga kami bisa menyusun atau menyelesaikan
makalah “Analisis Kesalahan Morfologi Bahasa Indonesia” ini dengan tepat waktu. Penulisan
ini kami sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan kemampuan yang kami miliki.

Dalam penyusunan makalah ini, kami sadar bahwa banyak kesalahan dan kekurangan,
oleh karena itu kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaan tugas ini, dan dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dan secara khusus kami berterimakasih kepada Dosen pengampu
mata kuliah Morfologi Bahasa Indonesia karena telah memberikan bimbingannya kepada kami
untuk menyelesaikan tugas ini hingga selesai.

Gunungsitoli, 06 Juni 2022

Kelompok
DAFTAR ISI

Kata pengantar.........................................................................................................................i

Daftar isi....................................................................................................................................ii

Bab I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Manfaat....................................................................................................................1

Bab II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesalahan Berbahasa....................................................................................2


B. Pengertian Kesalahan Berbahasa dalam tataran Morfologi............................................2
C. Model analisis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi........................................4

Bab III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................................10
B. Saran...............................................................................................................................10

Daftar Pustaka..........................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan kebutuhan bagi setiap orang sebagai alat komunikasi. Namun,
tidak semua orang mampu menggunakan bahasa dengan baik dan benar, karena setiap
orang memiliki kompetensi yang berbeda-beda. Hal ini tentunya tergantung dari
kebiasaan seseorang. Jika seorang dibiasakan menggunakan bahasa dengan baik dan
benar, tentu seseorang tersebut akan membawa kebiasaannya ke tempat yang lain.
Namun, jika lingkungan sekitarnya memberikan dampak yang buruk pada bahasanya,
maka besar kemungkinan individu tersebut akan terkena dampaknya. Untuk
mengantisipasi hal itu, tentu perlu bimbingan dalam menggunakan bahasa yang baik dan
benar. Seorang pembimbing yang dimaksud adalah guru yang memiliki peran penting
dalam lingkungan sekolah serta didukung oleh orang tua dan lingkungan yang lain.
Bahasa merupakan penyelidikan bahasa secara ilmiah. Maka dari itu linguistik memiliki
peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Demikian pula sebaliknya,
karena objek kajian linguistik adalah bahasa manusia. Namun, bahasa bukan satu-satunya
alat komunikasi manusia karena juga dikenal alat komunikasi isyarat, simbol, kode, dan
bunyi yang semua itu akan bermakna setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Dengan demikian bahasa disebut sebagai alat komunikasi terpenting bagi manusia. Di
dalam mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi akan terkait erat dengan yang
namanya morfologi, yaitu bidang 1 linguistik yang mempelajari bagian dari struktur
bahasa yang mencakup kata dan bagian–bagian kata, yaitu morfem.

B. Rumusan Masalaah
a) Apa Pengertian Kesalahan Berbahasa?
b) Apa Saja Kesalahan Berbasahasa Dalam Tataran Morfologi?
c) Apa Saja Model Analisis Kesalahan Berbahasa Dalam Bidang Morfologi?
C. Manfaat
a) Untuk mengetahui pengertian kesalahan berbahasa
b) Untuk mengetahui kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi
c) Untuk mengetahui model analisisis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesalahan Berbahasa
Conder (dalam indihadi 2010:2) menggunakan tiga istilah untuk membatasi kesalahan
berbahasa yaitu:
1. Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan
sesuatu sebelum seluruh tuturan atau kalimat selesai dinyatakan selengkapnya.
kesalahan ini terjadi akibat ketidak sengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.
2. Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan
tata bahasa kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki aturan tata bahasa
yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga itu berdampak pada
kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur.
3. mistake adalah kesalahan berbahasa penutur tidak tepat dalam memilih kata atau
ungkapan untuk suatu situasi tertentu kesalahan ini mengacu kepada kesalahan
akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar bukan
karena kurangnya penguasaan bahasa kedua kesalahan terjadi pada produk tuturan
yang tidak benar
B. Pengertian Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Morfologi
Secara Etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti “bentuk”
dan kata logi yang berarti “ilmu”. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti ilmu yang
mempelajari tentang bentuk-bentuk dan pembentukan kata. Jadi ujung dari proses
morfologi adalah terbentuknya kata dalam bentuk dan makna sesuai dengan keperluan
dalam satu tidak pertuturan. Berdasarkan analisis kesalahan berbahasa kesalahan dalam
kajian morfologi mencakup:
1. Salah menentukan bentuk dasar
Contohnya:
Perubahan > rubah (sebenarnya harus menjadi ubah)
Menghimbau > himbaw ( sebenarnya harus menjadi himbau)
Terampil > trampil (seharusnya menjadi terampil)
2. Fonem yang seharusnya diluluhkan tetapi tidak diluluhkan
Contohnya:
Menertawakan(benar) dan mentertawakan(salah)
3. Fonem seharusnya tidak diluluhkan tetapi diluluhkan
Contohnya:
Memperoleh(benar) dan memeroleh (salah)
4. Penyingkatan(me-,menge-,men-,menya-)
Contohnya:
Menonton(benar) dan nonton(salah)
Menyisir(benar) dan nyisir (salah)
5. Penggunaan Kombinasi
Contohnya:
Pasca sarjana(benar) sedangkan pascasarjana(salah)
Narasumber(benar) sedangkan nara sumber(salah)

Kesalahan penggunaan reduplikasi

a) Berbahasa disebabkan kesalahan dalam menentukan bentuk dasar yang diulang


Contohnya mengemasi diulang-ulang menjadi mengemas-kemasi, seharusnya mengemas-
ngemasi.
b) Kesalahan berbahasa terjadi karena bentuk dasar yang diulang seluruhya hanya sebagian
yang diulangi.
Contohnya kaki tangan diulang menjadi kaki-kaki tangan, seharusnya diulang seluruhnya
kaki tangan-kaki tangan.
c) Kesalahan berbahasa terjadi karena menghindari perulangan yang terlalu panjang.
Contohnya orangtua bijaksana diulang hanya sebagian yakni, orang-orang tua bijaksana,
seharusnya perulangannya penuh orangtua bijaksana-orangtua bijaksana.
C. Model Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Morfologi

Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebahagian besar berkaitan dengan


bahasa tulis. Kesalahan berbahasa dalam penulisan morfologi dikelompokkan menjadi
kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk.

Kesalahan berbahasa dalam tataran afiksasi dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

1) Kesalahan berbahasa karena salah menentukan bentuk asal.


2) Fonem yang seharusnya luluh dalam proses afiksasi tidak diluluhkan.
3) Fonem yang seharusnya tidak luluh dalam proses afiksasi justru diluluhkan.
4) Penulisan kata depan yang tidak tepat .

Kesalahan berbahasa dalam tataran reduplikasi disebabkab oleh beberapa hal yaitu:

1) Kesalahan berbahasa disebabkan kesalahan dalam menentukan bentuk dasar yang


diulang.
2) Kesalahan berbahasa terjadi karena bentuk dasar yang diulang seluruhnya hanya
sebahagian yang diulangi
3) Kesalahan berbahasa terjadi karena menghindari perulangan yang terlalu panjang.

Kesalahan berbahasa dalam kata majemuk disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

1) Gabungan kata yang seharusnya serangkai dituliskan tidak serangkai.


2) Kata majemuk yang seharusnya ditulis terpisah, sebaliknya ditulis bersatu.
3) Menghindari perulangan yang terlalu panjang.

Dalam gabungan kata majemuk kesalahan berbahasa terjadi dalam penggabungan,


reduplikasi, dan afiksasi. Gabungan kata yang seharusnya serangkai dituliskan tidak
serangkai. Lalu kesalahan berbahasa terjadi karena kata majemuk yang seharusnya
ditulis terpisah, sebaliknya ditulis bersatu. Kesalahan berbahasa terjadi karena kata
majemuk yang sudah berpadu benar kalau diulang seluruhnya harus diulang. Kemudian
kesalahan berbahasa terjadi karena proses prefiksasi atau sufiksasi dianggap menyatukan
penulisan kata majemuk yang belum padu.
1. Salah menentukan bentuk asal
Bentuk asal kata kompleks terlantar dan terlunjur. Dari kata kompleks
mengelola diambil kesimpulan bahwa bentuk asalnya adalah lola. Dari bentuk dasar
lola dibentuk kata dilola dan melola. Tentu saja bentukan baru itu salah karena bentuk
aalnya pun salah. Bentuk asal yang benar adalah kelola.
Contoh :
(salah) Himbau dan imbau(benar)
Telor dan telur
2. Fonem yang luluh tidak diluluhkan
Penggunaan bahasa kedua fonem itu tidak diluluhkan sehingga terbentuk kata
kompleks menterjemahkann dan menyukseskan. Hasil pengafiksasian seharusnya
menerjemahkan dan menyukseskan.
Contoh:
(salah) mentabrak dan menabrak(benar)
Mentumbuk dan menumbuk
3. Fonem yang tidak luluh diluluhkan.
Fonem /t/ dalam kata fitnah, foto, dan fokus seharusnya tidak luluh apabila kata-kata
itu digabung dengan morfem meN-. Dalam kenyataan penggunaan bahasa fonem
dalam kata-kata tersebut luluh dalam proses afiksasi dengan morfem meN-.
Akibatnys terjadilah kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi.
Contoh:
Memitnah dengan memfitnah
Memilemkan dengan memfilemkan
4. Penyingkatan Morfem men-, meny-, meng-, dan menge-menjadi n, ny, ng, dan nge.
a. Morf men-disingkat menjadi n
Natap menjadi menatap
Nonton menjadi menonton
b. Morf men-disingkat menjadi n.
Nyambal menjadi menyambal
Nyuruh menjadi menyuruh
c. Morf meng-disingkat menjadi ng.
Ngarang menjadi mengarang
Ngomel menjadi ngomel
d. Morf meng disingkat menjadi nge.
Ngebom menjadi mengebom
Ngetik menjadi mengetik.
5. Perubahan morfem ber-, per-, dan ter-menjadi be-, pe-, dan te-
1. Morfem ber-berubah menjadi be-apabila bergabung dengan kata-kata:
Yang diawali fonem dan yang suku pertamanya mengandung bunyi ter.
Berracun menjadi beracun lalu bercemin menjadi becermin.
2. Morfem per-berubah menjadi pe-apabila bergabung dengan kata-kata:
Yang diawali oleh fonem/r/ dan yang suku pertama mengandung bunyi (er).
Contohnya perkerja menjadi pekerja lalu perrintis menjadi perintis.
3. Morfem ter berubah menjadi te-apabila bergabung dengan kata –kata:
Yang diawali oleh fonem/r/ dan yang suku pertamanya mengandung bunyi
(er). Contohnya terpercik menjadi tepercik lalu terperdaya menjadi teperdaya.
6. Penulisan morfem yang salah
1. Morfem non dan pan bila digabung dengan kata-kata yang diawali dengan
huruf capital maka diantara morfem non dan pan dengan kata tersebut diberi
garis tanda pisah. Contohnya:
Non Islam menjadi non-Islam lalu pan Asia menjadi pan-Asia.
2. Morfem –Mu dan –Nya sebagai kata ganti untuk Allah selalu ditulis dengan
huruf capital bila digabungkan dengan bentuk gramatik lainnya. Contohnya:
Allah akan menunjukkan jalan yang benar kepada hambanya. Lalu, yang
benarnya ialah Allah akan menunjukkan jalan yang benar kepada hambaNya.
3. Morfem ku-dan kau yang dikenal dengan nama klitika dituliskan serangkai
dengan kata kerja yang mengikutinya. Contoh :
Kuajar menjadi kuajar, lalu kau akhiri menjadi kauakhiri.
4. Morfem di, ke dan dari yang dikenal dengan nama depan ditulis terpisah
dengan kata yang mengikutinya. Contoh dirumah menjadi di rumah, dipasar
menjadi di pasar.
Selain di depan keterangan tempat atau arah kata depan juga dituliskan
didepan kata ganti dan keterangan waktu. Penulisan seperti hal terakhir ini
tidak teapat. Lebih tepat apabila kata depan di ganti denan kata pada.
Contohnya di saya menjadi pada saya, lalu di akhir kuliah menjadi pad akhir
kuliah. Kata depan ke digunakan untuk menyatukan tempat, arah, atau tujuan.
Kata dpan ke selalu ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Contohnya keatas menjadi ke atas, lalu kepinggir menjadi ke pinggir. Kata
depan ke juga digunakan di depan kata ganti. Penulisannya atau contohnya
ialah ke saya menjadi kepada saya, lalu ke paman menjadi kepada paman.
Kata depan dari digunakan untuk menyatakan tempat atau arah. Kata depan
dari selalu dituliskan secara terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Contohnya daridalam menjadi dari dalam, lalu daripinggir menjadi dari
pinggir.

5. Morfem per dan pun yang lebih dikenal dengan nama partikel per dan pun
caara penulisannya ada dua. Pertama dituliskan secara terpisah dan kedua
dituliskan secara terpadu.
1) Apabila partikel per berarti mulai, demi, atau tiap, maka partikel per
ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Contohnya perjam
menjadi per jam, lalu persatu April menjadi per satu April.
2) Apabila partikel per tidak berarti mulai, demi, atau tiap, maka partikel
per itu bernama morfem per- dituliskan serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Contohnya per besar menjadi perbesar, lalu per lebar
menjadi perlebar.
3) Apabila partikel pun bermakna juga, maka partikel pun dituliskan
secara terpisah dengan kata yang diikutinya. Contohnya airpun
menjadi air pun, kemudian akupun menjadi aku pun.
4) Apabila partikel pun tidak bermakna juga, maka partikel pun
dituliskan secara terpisah dengan kata yang diikutinya. Contohnya ada
pun menjadi adapun, lalu bagaimana pun menjadi bagaimanapun.
7.perulangan yang salah

Bentuk dasar dapat diulang sehingga menghasilkan gramatik yang baru.


Bentuk dasar itu dapat diulang seluruhnya dan dapat pula diulang sebahagian. Hasil
perulangan itu disebut kata ulang. Ada dua sumber penyebab kesalahpahaman kata
ulang, yakni cara penulisan dan penentuan bentuk dasar yang diulang.

i. Kata ulang ditulis lebgkap dan di antara kedua unsurnya diberi tanda garis
hubung. Contohnya kuda kuda menjai kuda-kuda, lalu rumah rumah menjadi
rumah-rumah.
ii. Morfem non dan pan bila digabung dengan kata-kata yang diawali dengan huruf
capital maka diantara morfem non dan pan dengan kata tersebut diberi garis tanda
pisah. Contohnya cinta-menyintai menjadi cinta-mencintai.

8. Kata Majemuk yang ditulis serangkai

Sejumlah kata majemuk telah mengalami proses perpaduan secara


sempurna. Kata majemuk yang telah mengalami proses perpaduan secara sempurna.
Kata majemuk yang telah mengalami proses perpaduan seperti ini biasanya ditulis
serangkai. Contohnya bumi putra menjadi bumiputra, lalu segi tiga menjadi segitiga.

Kata majemuk yang ditulis serangkai ini dapat dikenali dengan salah satu
unsurnya. Unsur-unsur seperti contoh berikut.

Anti> anti narkotik menjadi antinarkotik, anti karat menjadi antikarat.

Antar> antar pulau menjadi antarpulau, antar desa menjadi antardesa.

Baku> baku hantam menjadi bakuhantam

Ekstra> ekstra aksi menjadi ekstraaksi

Infra> infra merah menjadi inframerah


9. Kata Majemuk yang Ditulis Terpisah

Sebagian besar kata majemuk dalam bahasa Indonesia sedang mengalami proses
penyatuan. Selama proses ini belum selesai maka kata majemuk itu ditulis terpisah.
Contohnya adupenalti menjadi adupenalti, lalu ibukota menjadi ibu kota.

Kata mejemuk yang dtulis terpisah ini mempunyai ciri tertentu. Biasanya salah
satu unsur pembentuk kata majemuk itu adalah kata-kata yang tertulis berikut ini.

Adu> aducepat menjadi adu cepat, lalu adularia menjadi adu lari.

Alih> alihbahasa menjadi alih bahasa, lalu alihteknologi menjadi alih teknologi.

Ambil> ambilalih menjadi ambil alih, lalu ambilhati menjadi ambil hati.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesalahan dalam morfologi Bahasa Indonesia merupakan bagian integral dalam
proses pembelajaran Berbahasa. Dalam kehidupan Manusia yang paling penting adalah
kegiatan komunikasi antar sesama. Tetapi, kenyataan yang terjadi masih terdapat kesalahan-
kesalahan dalam berbahasa atau pada tataran morfologi dalam penggunaan afiksasi,
reduplikasi, kata majemuk dan klausa.
B. Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini menyarankan kepada pembaca makalah ini
agar mampu memahami betul tentang kesalahan yang terjadi dalam komunikasi terutama pada
tataran morfologi supaya kegiatan komunikasi itu mampu berjalan dengan baik dan
meminimalisir kesalahan yang sudah dibahas pada materi dimakalah ini sebagai bahan evaluasi
dalam perbaikan ketika berkomunikasi.
DFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S.1983.Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia

Chaer, Abdul.2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Hendry Guntur, Jago Tarigan 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.


Bandung:Angkasa

Keraf, Gorys. 1969. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Inda

Samsuri, 1985. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga

Setyawati, Nanil.2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Surakarta:
Yuma Pustaka

Anda mungkin juga menyukai