Anda di halaman 1dari 17

BAHAN AJAR BULAN OKTOBER

BULAN KARAKTER

“ TEKUN”
Pembahasan Tema dan Pedoman Bagi Pengasuh.
Shalom kaka-kaka..

Bulan Oktober ini kita akan mengajarkan tema karakter “TEKUN” kepada anak-anak kita.

Menurut Kamu Besar Bahasa Indonesia, kata tekun diartikan sebagai ketetapan hati yang kuat
(teguh) untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan tugas apa pun.  Tekun juga berarti fokus, konsisten
dan tidak mudah putus asa terhadap apa yang sedang dikerjakannya.  Dalam Alkitab sendiri tidaklah asing
terkait tema yang satu ini. Alkitab mencatat:  "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu
melakukan kehendak Allah, kamu memperolah apa yang dijanjikan itu."  (Ibrani 10:36).  Orang yang tekun
sajalah yang akan menghasilkan buah dan menikmati upah.  Ada tertulis:  "Yang jatuh di tanah yang baik itu
ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan
buah dalam ketekunan."  (Lukas 8:15).  Banyak orang Kristen yang sangat merindukan agar janji-janji
Tuhan tergenapi dalam hidupnya, namun hal itu akan sulit terwujud apabila tidak disertai dengan ketekunan
kita dalam melakukan kehendak Tuhan.  Jadi ketekunan adalah unsur terpenting dalam setiap keberhasilan. 
Terlebih di era sekarang ini, semua orang menginginkan segala sesuatu yang serba instan.  Ingin cepat kaya,
tapi tidak mau bekerja keras;  ingin berhasil, tapi tidak mau berusaha. Dunia saat ini banyak menawarkan
hal-hal yang serba instan, praktis dan cepat. Tapi untuk meraih keberhasilan dalam hidup, tidak ada yang
instan, semuanya membutuhkan proses. Kita perlu memiliki ketekunan untuk melalui setiap proses itu,
karena ketekunan dan kesabaran adalah cara terbaik untuk mendapatkan hasil yang sempurna. “Sebab kamu
memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang
dijanjikan itu” – Ibrani 10:36.

Kaka-kaka yang diberkati Tuhan, dari Alkitab sendiri kita bisa melihat nilai-nilai ketekunan yang
bisa kita dalami yaitu:

a. Tekun, Keberanian yang Tak Tergoyahkan

“Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari
pengharapan Injil…” – Kolose 1:23a

Ketekunan adalah ketika kita tetap bertahan, teguh, dan pantang menyerah dalam mencapai tujuan,
terus mencoba dan tidak goyah oleh keadaan, sampai menemukan jalan keluar atau mengatasi tantangan.
Mungkin kita tidak selamanya sukses atau selalu berhasil, ada masanya kita bisa gagal, baik secara fisik
maupun spiritual. Namun, yang penting adalah jangan menyerah, tetaplah berjuang meski untuk jangka
waktu yang lama. Dalam bertekun, kita memerlukan Iman, keberanian, serta daya tahan. Ketika kita merasa
tidak sanggup melewatinya sendirian, jangan segan meminta dukungan doa atau bantuan dari saudara-
saudari seiman atau orang yang dapat dipercaya.

b. Tekun Membuat Kita Kuat

“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa
kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji
menimbulkan pengharapan.” – Roma 5:3-4

Daya tahan kita akan terlatih ketika kita mengalami masalah, tantangan, cobaan, kesulitan hidup, dan
penderitaan. Saat ini terjadi, ada dua pilihan: Kita tekun, atau menyerah. Kalau menyerah, kita akan
frustrasi, kecewa, terpuruk, bahkan kehilangan harapan dan Iman. Dengan kata lain, kita menjadi bulan-
bulanan keadaan karena memilih menyerah.

Maka dari itu, pilihlah untuk tetap tekun. Namun, jangan hanya karena mengharapkan buah atau hasilnya
secara instan, yang terpenting di sini adalah kemauan untuk menjalani semuanya dengan rela dan gigih.
Karena dengan demikian maka kita telah berada di jalur yang benar.

Tentu ada kalanya kita perlu bijaksana dalam mengevaluasi, apakah kesulitan yang kita alami disebabkan
karena cara yang tidak tepat? Atau mungkin motivasi kita yang salah, atau minat kita tidak sejati. Barangkali
Kita mengerjakan terlalu banyak hal, atau perlu menyusun gol yang lebih realistis. Apa pun kendala kita saat
ini, dengan ketekunan, kita tidak menyerah hanya karena satu-dua halangan. Cepat atau lambat, dengan cara
yang mungkin tak terpikirkan , buah-buah ketekunan itu akan menghasilkan daging yang manis bagi kita.

c. Tekun, Kunci Keberhasilan

“Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh
dan tak kekurangan suatu apapun.” – Yakobus 1:4

“Tak seorang pun bisa sukses tanpa usaha dan kerja keras. Mereka yang sukses sesungguhnya berutang
kepada ketekunan mereka sendiri.” Orang yang tekun akan bertahan dalam situasi apa pun, meski ia jatuh-
bangun. Seperti menanam bibit pohon, kita tidak mengharapkannya tumbuh besar dalam semalam, bukan?
Kita merawatnya dengan saksama, memberinya pupuk, pengairan yang cukup, hingga bibit itu bertunas,
tumbuh menjadi pohon, dan menghasilkan buah yang bisa kita nikmati.

Dalam pertandingan, para juara tidak menjadi juara karena mereka memenangkan perlombaan, tetapi karena
sekian banyak jam, minggu, bulan, dan tahun yang mereka habiskan untuk berlatih. Maka bertahanlah
sampai akhir, karena ketekunan akan menuai keberhasilan!

“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita
tidak menjadi lemah.” – Galatia 6:9

d. Tekun Membawa Keselamatan

“Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” – Matius 24:13

Kita juga membutuhkan ketekunan dalam menjalani kehidupan spiritual. Tuhan ingin agar kita bertahan.
Iblis tidak akan tinggal diam dan akan melakukan apa saja agar kita menyerah dan kehilangan keselamatan
di dalam Tuhan. Apa yang membuat kita ingin menyerah? Kesulitan dalam pekerjaan / bisnis? Keuangan
yang buruk? Cita-cita yang tampak mustahil? Masalah keluarga? Atau, pergumulan melawan dosa?

Teruslah bertekun menjaga fokus kita kepada Tuhan, meskipun ada banyak pengorbanan yang harus
diberikan. Teruslah mendekatkan diri kepada-Nya, semakin mengenal Tuhan, mengetahui kehendak-Nya.

“Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau
telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.
Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” – Matius 25:21’ Mari kita terus tekun melatih diri kita
untuk tetap tekun dalam seluruh tanggung jawab kita dan nikmati setiap proses yang Tuhan izinkan dalam
hidup kita. Mari kita terus bertekun! Amin!

Kaka-kaka yang diberkati Tuhan, dari uraian tentang ketekunan di atas, kita bisa merumuskan tujuan
pembelajaran kita yaitu:

1. Anak diharapkan dapat memahami pengertian Tekun


2. Anak mengenal tokoh Alkitab yang tekun
3. Anak belajar dari tokoh Alkitab yang tekun
4. Anak mengenal nilai-nilai karaker yang terkandung dalam ketekunan
5. Anak dapat mempraktekkan sikap tekun dalam hidupnya.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran di atas, maka kita akan mengurainya dalam bahan ajar yang dibagi
sebagai berikut:

1. Minggu ke 1 Oktober (Minggu 2 Oktober 2022) “Belajar Tekun Dari Nabiah HANA”
Bacaan: Lukas 2:36-37
Nilai Ketekunan: Berdoa Dan Beribadah
Hana adalah seorang nabi perempuan yang dengan tekun berharap akan kedatangan Kristus. Ia tetap
menjanda selama bertahun-tahun, tidak pernah menikah lagi, sebaliknya mengabdikan dirinya
kepada Tuhan, serta "berpuasa dan berdoa" siang dan malam. Sekalipun informasi tentang Nabiah
Hana ini sangat sedikit, tetapi dua ayat yang kita baca ini sudah sangat menggambarkan bagaimana
Nabiah Hana sangat tekun dalam ibadahnya kepada Allah. Nabiah Hana melepaskan diri dari ikatan
keduniaan dengan tidak menikah lagi, sekalipun menjanda dalam komunitas orang Yahudi berarti
status sosial dari golongan bawah tapi Nabiah Hana tidak peduli, ia fokus kepada tujuannya dengan
bertekun dalam ibadahnya dengan berpuasa dan berdoa dengan rutin sampai ia mencapai tujuannya
yaitu bertemu dengan bayi Kristus. Dari Nabiah Hana mengjarkan kita bahwa untuk mencapai
tujuan, kita harus Tekun “Berdoa dan Berpuasa (dalam konteks ini bisa diajarkan beribadah)”

2. Minggu ke 2 Oktober ( Minggu 9 Oktober 2022) “ Belajar Tekun Dari Yakub”


Bacaan: Kejadian 29:1-30
Nilai Ketekunan : Fokus

Yakub mengalami banyak penderitaan dalam hidupnya, sebagian adalah akibat perbuatannya sendiri. Ketika
Yakub, dengan bantuan ibunya, Ribka, menipu ayahnya yang sudah tua, Ishak, untuk mendapat berkat
kesulungan, Yakub harus mengungsi ke negeri asal ibunya selama 20 tahun. Sebab Esau, kakaknya, ingin
membunuhnya. Di Padan-Aram, negeri asal ibunya, Yakub tinggal di rumah pamannya, Laban. Dan di sini
Yakub mengalami banyak penderitaan. Sebab Laban, yang kemudian menjadi mertua Yakub, berulang kali
menipunya. Laban menipu Yakub dengan memberikan Lea sebagai istrinya. Padahal Laban telah sepakat
untuk memberikan Rahel, adik Lea yang dicintai Yakub, asal Yakub mau bekerja 7 tahun pada Laban.
Akibatnya Yakub terpaksa bekerja 7 tahun lagi untuk mendapat Rahel, sehingga total 14 tahun Yakub
bekerja bagi Laban hanya untuk mendapat Rahel.

Demi mencapai tujuannya untuk memperistri Rahel, Yakub bahkan berkorban 14 tahun untuk bekerja
kepada Laban. Ini menunjukan ketekunan yang luar biasa yang di tunjukan Yakub untuk mencapai
tujuannya. Ketekuanan Yakub inilah yang perlu diajarkan kepada anak-anak kita bahwa dalam mengejar
tujuan, harus fokus. Yakub fokus terhadap tujuannya yaitu Ribka, dan itulah yang memberi semangat
baginya walau harus menanti 14 tahun lamanya.
3. Minggu ke 3 Oktober (Minggu 16 Oktober 2022) “ Belajar Tekun dari Yusuf”

Bacaan: Kejadian 39: 1-23

Nilai Ketekunan : Menjaga Kekudusan

Yusuf adalah anak kesayangan Yakub, sebab Yusuf lahir di masa tua Yakub dari istri kesayangannya,
Rahel. Karena itulah Yakub memanjakan Yusuf. Ia membelikan Yusuf jubah yang sangat indah. Hal ini
membuat saudara-saudara Yusuf menjadi cemburu. Itulah sebabnya Yusuf mereka jual kepada seorang
Ismael yang kemudian membawa Yusuf ke Mesir. Yusuf dijual kepada seorang pegawai istana Firaun yang
bernama Potifar. Hal yang dialami Yusuf ini tentu sangat menyakitkan, terlebih lagi karena yang
melakukannya adalah justru saudara-saudara Yusuf sendiri, kakak-kakaknya yang seharusnya bertanggung
jawab untuk menjaga dan melindunginya. Jadi Yusuf berubah dari anak kesayangan yang biasa dimanja
orangtua menjadi seorang pembantu rumah tangga. Namun Yusuf kemudian menjadi kepala rumah tangga
Potifar dan orang kepercayaannya. Istri Potifar sangat tertarik kepadanya, dan berkali-kali menggoda Yusuf
agar mau berhubungan intim dengannya. Tetapi Yusuf tidak pernah mau menuruti ajakan istri Potifar itu,
karena ia takut akan Tuhan (Kejadian 39:1-23). Lalu Yusuf difitnah oleh istri Potifar dengan berkata bahwa
Yusuf ingin memperkosanya, sehingga Yusuf dimasukkan ke penjara. Dari Yusuf nilai ketekunan yang kita
pelajari adalah Yusuf tekun dengan menjaga kekudusannya. Ia tidak terlena dengan pengaruh ‘kenikmatan
dunia’ tapi tetap fokus menjaga kekudusannya sehingga dengan ketekunannya ini Tuhan memberkati dia
menjadi berkat bagi Keluarganya, bahkan bangsanya.

4. Minggu ke 4 Oktober (Minggu 23 Oktober 2022) “Belajar tekun dari Ayub”

Bacaan: Ayub 42 : 7-17

Nilai Ketekunan : Sabar Menderita

Tokoh Alkitab yang bertekun dalam penderitaan, adalah Ayub. Ayub adalah seorang yang benar dan
saleh di hadapan Allah. Selain itu, Ayub juga orang yang kaya. Namun Allah mengizinkan iblis untuk
mencobai Ayub dengan penderitaan yang sangat berat: kematian anak-anaknya secara mendadak, penyakit
kulit  yang dideritanya, dan harta kekayaannya yang lenyap seketika. Bahkan istrinya meminta Ayub untuk
mengutuki Allahnya lalu mati. Jelas istri Ayub tidak menolongnya di masa paling sulit (Ayub 1-2).
Demikian juga sahabat-sahabatnya, yang datang menghiburnya. Mereka mempersalahkan Ayub; mereka
berpikir bahwa Ayub menderita karena dosa-dosanya. Jadi hidup Ayub “dihancurkan” dalam segala hal:
keluarga, keuangan, kesehatan, dan persahabatan. Namun Ayub tidak mempersalahkan Tuhan atas segala
penderitaan yang dialaminya. Meski sempat ragu, iman Ayub tetap kokoh kepada Tuhan. Ayub tetap
bertekun dalam menghadapi penderitaannya. Pada akhirnya Ayub dipulihkan oleh Tuhan setelah ia selesai
menjalani penderitaannya yang Dia izinkan terjadi atas dirinya (Ayub 42). Ayub adalah teladan yang baik
dalam hal ketekunan menghadapi penderitaan.

5. Minggu ke 5 Oktober (Minggu 30 Oktober 2022) Belajar Dari Paulus

Bacaan: 1 Korintus 4:11-12

Nilai Ketekunan : Berkorban

Rasul Paulus adalah tokoh besar Perjanjian Baru. Ia memberitakan Injil ke banyak bangsa dan
banyak mendirikan gereja di mana-mana. Karena itu ia kerap menghadapi berbagai penderitaan hidup. Sejak
bertobat menjadi Kristen dan aktif memberitakan Injil, Paulus telah mendapat ancaman pembunuhan, seperti
yang terjadi di Damsyik dan Yerusalem (Kisah Para Rasul 9:1-30). Dalam berbagai suratnya kepada jemaat
Tuhan, Paulus kerap menceritakan berbagai penderitaan hidup yang dialaminya karena mengikut Tuhan
Yesus. Bahkan Paulus membuat sejumlah “daftar penderitaan” yang pernah dialaminya. Paulus menulis
tentang keadaannya yang lapar, haus, telanjang, dipukul, hidup mengembara, dan melakukan pekerjaan
tangan yang berat. Dalam segala hal Paulus ditindas, habis akal, dianiaya dan dihempaskan (1 Korintus 4:8-
9). Paulus juga mengakui bahwa dibanding hamba-hamba Tuhan lainnya ia lebih banyak berjerih lelah, lebih
sering di dalam penjara, didera di luar batas, kerap kali dalam bahaya maut. Ia lima kali disesah oleh orang
Yahudi, sekali dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam terkatung-katung di
tengah laut. (2 Korintus 11:23-28). Paulus berkata bahwa beban yang ditanggungkan kepadanya begitu
berat, seperti orang yang dijatuhi hukuman mati, sehingga membuatnya sempat putus asa dalam hidup ini (2
Korintus 1:8-9). Namun demikian, Paulus tetap tabah dan bertekun dalam segala penderitaan yang
dialaminya, dan setia melayani Tuhan Yesus hingga akhir hidupnya. Yang dilakukan Paulus ini tidaklah
mudah, karena ia mengorbankan semua yang ia miliki, yakni waktunya hidupnya, tubuhnya seutuhnya
dalam ketekunan akan apa yang ia yakini sebagai pengabdiannya yaitu pemberitaan injil. Sikap berkorban
Paulus ini adalah salah satu nilai ketekunan yang bisa diajarkan kepada anak-anak kita.
BAHAN AJAR

Ayat Hafalan Untuk Tema Tekun:

Ibrani 10 Ayat 36

“ Sebab Kamu memerlukan ketekunan,


supaya sesudah kamu melakukan kehendak
Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan
itu”
Bahan Ajar Minggu 16 Oktoer 2022

Sub Tema : Belajar Tekun dari Yusuf

Bacaan : Kejadian 39: 1-23

Nilai Ketekunan : Menjaga Kekudusan

Cerita Tentang Yusuf Yang Menjaga Kekudusan

Shalom adik-adik semua..

Apa kabarmu hari ini?

Siapa masih ingat tentang cerita minggu lalu? Minggu lalu kita belajar tentang tokoh Alkitab yang bernama
siapa? Iya benar Yakub.. Masih ingat nilai ketekunan apa yang dipelajari dari Yakub? Iya benar Fokus.. nah
adik-adik, pada hari ini kita akan belajar tekun dari Yusuf. Yusuf yang dimaksud bukan Yusuf Bapaknya
Yesus, tapi Yusuf anak Yakub.

Adik-adik yang diberkati Tuhan Yesus, Yusuf ini adalah anak bapak Yakub, yang dijual oleh saudara-
saudaranya karena tidak suka bapak Yakub lebih menyayangi Yusuf dari pada saudara-saudaranya. Nah,
Yusuf ini kemudian dijual lagi kepada seorang kaya Mesir yang bernama Potifar untuk menjadi pelayan di
rumah Potifar. Nah, untuk tahu kisah selajutnya, mari simak gambar berikut:
Walaupun Hidup sulit, Yusuf tidak menghianati Tuhan. Yusuf tetap tekun
menjaga kekudusannya sebagai pengbdian kepada Tuhan.

Nah adik-adik, belajar dari kisah Yusuf, kita harus terus tekun menjaga kekudusan kita. jangan kompromi
untuk melakukan kejahatan, sekalipun kelihatannya kejahatan itu menyenangkan untuk dilakukan. Jangan
mengajak melakukan kejahatan dan jangan mau diajak untuk melakukan kejahatan, karena dalam kesulitan
sekalipun, kalau kita komitmen menjaga kekudusan, Tuhan pasti menolong kita anak-anakNya. Amin.

Oh ya, mari nyatakan komitmen kita untuk tetap hidup tekun seperti Yusuf, sampai kita menggapai semua
mimpi kita:

“ AKU ANAK GMIH, SEDIA BERTEKUN, SAMPAI KUGAPAI MIMPIKU”


AKTIFITAS
Usia 0-5 Tahun:

Gerak dan lagu:

Ajak anak untuk menyanyikan lagu : “Bohong Itu Dosa” dengan gerakan

1. Bohong.. bohong.. bohong itu dosa


Bohong.. bohong.. bohong itu dosa
Bohong.. bohong.. bohong itu dosa
Anak Tuhan tak boleh bohong
2. Nakal.. nakal.. nakal itu dosa
Nakal.. nakal.. nakal itu dosa
Nakal.. nakal.. nakal itu dosa
Anak Tuhan tak boleh Nakal
3. Curi.. curi.. curi itu dosa
Curi.. curi.. curi itu dosa
Curi.. curi.. curi itu dosa
Anak Tuhan tak boleh mencuri
4. Suka pukul teman Itu dosa
Suka pukul teman Itu dosa
Suka pukul teman Itu dosa
Anak Tuhan tak pukul teman
Usia 6-8 Tahun

Bermain “Tebak Niat”

Cara bermain:

1. Pengasuh meminta 2 orang anak untuk maju ke depan, dan meminta mereka untuk memperagakan
dengan gerakan tubuh tanpa menyebutkan kalimat sebagai berikut:
a. Anak pertama akan memperagakan “Ayo mencuri mangga”
b. Anak ke dua memperagakan “ ayo pergi ke gereja”
2. Kemudian mintalah anak-anak menebak apa maksud gerakan tubuh dan memilih apakah akan
mengikuti anak A atau anak B.
3. Setelah itu mintalah masing-masing anak untuk beridiri di belakang ke dua orang anak yang
memperagakan kalimat tadi berdasarkan kelompoknya.
4. Setelah mereka telah terbagi atas dua kelompok, kelompok A dan B, mintalah kedua orang anak
yang memperagakan kalimat tadi untuk menyebutkan kalimat yang mereka peragakan dengan
gerakan tubuh mereka.
5. Kelompok yang mengikuti ajakan positif jadi pemenang, dan yang mengikuti ajakan negatif yang
kalah.
6. Beri pujian dan tepuk tangan kepada ke dua kelompok sambil menyebutkan mereka hebat.
7. Permainan dapat dilanjutkan kembali sesuai kebutuhan dengan membuat kalimat baru dengan sifat
yang sama, yaitu ajakan positif dan ajakan negatif.
8. Selamat Mencoba !
Aktifitas Anak Usia 9-11 Tahun.

Diskusi.
Ajak anak untuk berdiskusi tentang tema “ Menjaga kekudusan” dengan acuan pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa saja ajakan tidak baik yang sering kamu temui dalam keseharianmu?
2. Mengapa kamu harus tekun menjaga kekudusan?
3. Sebutkan contoh usaha yang harus kamu lakukan agar tidak terjebak dalam ajakan yang membuat
kamu berdosa?

Anda mungkin juga menyukai