Anda di halaman 1dari 3

Nama : I Made Andika Putra Pramana

NIM / No : 1902622010292 / 01
Kelas : Akuntansi Malam E
Mata Kuliah : Pengauditan 1
Dosen : Ni Made Sunarsih, SE, M.Si

UTS PENGAUDITAN 1
A. Awal mula kasus korupsi bansos ini yaitu adanya pengadaan barang berupa
bansos penanganan COVID-19 berupa paket sembako di Kementerian Sosial RI
tahun 2020 dengan nilai kurang lebih Rp 5,9 triliun dengan total 272 kontrak dan
dilaksanakan sebanyak 2 periode. Mensos menunjuk rekannya sebagai pejabat
pembuat komitmen dalam proyek bansos COVID-19 dengan cara penunjukan
langsung rekanan. Kemudian dilakukan penyelidikan oleh KPK dan diduga ada
kesepakatan sejumlah fee dari penunjukan rekanan pengadaan bansos Covid-19
ini.
B. Proses penangkapan Mensos :
1. KPK menangkap pejabat Kementerian Sosial dalam operasi tangkap tangan
(OTT) pada Jumat (4/12/2020) hingga Sabtu (5/12/2020). Juliari sebelumnya
diketahui berada di luar kota saat OTT berlangsung.
2. Kemudian, pada Minggu (6/12/2020) dini hari, KPK menetapkan Mensos
sebagai tersangka dugaan tindak pidana korupsi penerimaan sesuatu oleh
penyelenggara negara atau yang mewakilinya di Kementerian Sosial terkait
dengan bantuan sosial untuk wilayah Jabodetabek 2020.
3. Komisi Pemberantasan Korupsi kemudian menetapkan lima tersangka, sebagai
penerima JPB (Juliari Peter Batubara), MJS (Matheus Joko Santoso), AW (Adi
Wahyono), dan sebagai pemberi AIM (Ardian IM) dan HS (Harry Sidabuke).
4. Menteri Sosial tiba di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada
Minggu (6/12/2020) sekitar pukul 02.45 WIB dengan mengenakan jaket hitam,
celana cokelat, topi hitam, dan masker, masuk didampingi oleh sejumlah petugas
KPK.
C. Pemerintah Indonesia mempersiapkan dana ratusan triliun untuk menyokong
masyarakat yang terdampak Covid-19, terutama masyarakat dengan ekonomi
menengah ke bawah. Salah satunya yakni melalui program Bantuan Sosial
(bansos) sembako untuk wilayah Jabodetabek. Kementerian Sosial RI melalui
Ditjen Perlindungan dan Jaminan Sosial mendistribusikan Bantuan Sosial
sembako kepada warga Jabodetabek terdampak Covid-19 secara bertahap. Akan
tetapi beberapa pihak mendesak agar melakukan kajian terhadap program
penyaluran bantuan sosial untuk penanganan pandemi sembako Covid- 19.
Setelah dilakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK, penyimpangan
mengenai pemberian bansos dalam bentuk sembako tersebut terungkap dalam
perkara dugaan suap yang menjerat Menteri Sosial. Mensos dibantu oleh MJS
dan AW sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) melakukan penunjukan
langsung terhadap rekanan, dalam hal tersebut diduga terjadi kesepakatan bahwa
terdapat fee sebesar Rp 10.000 per paket sembako dari nilai total Rp300.000 dari
paket bansos yang telah ditetapkan. Diperkirakan Menteri Sosial menerima uang
suap sebesar Rp17 Miliar dari pelaksanaan pembagian paket sembako bansos.
Perbuatan yang dilakukan oleh Mensos Batubara yang telah terbukti menerima
dana fee dari pengadaan bantuan sosial sebesar Rp 17 miliar dan akan
dipergunakan untuk kepentingan pribadinya, maka tindakan tersebut dapat
dikategorikan sebagai praktik fraud. Tindakan Mensos Batubara secara jelas
memenuhi kriteria-kriteria praktik fraud dan termasuk dalam perbuatan melawan
hukum. Hal tersebut didasari oleh UU Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) sebesar
paling tinggi seumur hidup atau 20 tahun penjara, namun tengah ditinjau lebih
lanjut bahwa terdapat ancaman hukuman mati yang tertera di Pasal 2 ayat 2 jika
telah merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dalam keadaan
tertentu yang merujuk pada bencana alam nasional atau krisis ekonomi atau
moneter.
D. Keterlibatan pihak lain dalam kasus tersebut :
Sebagai Penerima :
1. Mensos Juliari Peter Batubara.
2. Matheus Joko Santoso (Pejabat Pembuat Komitmen).
3. Adi Wahyono (Pejabat Pembuat Komitmen).
Adi dan Matheus ini menetapkan fee Rp 10.000 untuk setiap paket bansos
Covid-19 yang nilainya Rp 300.000.
Sebagai Pemberi :
1. Ardian I M (Swasta/Supplier rekanan)
2. Harry Sidabuke (Swasta/supplier rekanan)
E. Menurut pendapat saya, salah satu penyebab terjadinya kasus fraud yang
dilakukan mensos tersebut yaitu adanya peluang yang disoalisasi oleh
pemantauan yang tidak efektif. Peluang inilah yang memungkinkan untuk
melakukan kecurangan karena otoritasnya sebagai Menteri Sosial Republik
Indonesia dapat menggunakan wewenang. Selain itu, faktor peluang ini juga
dipengaruhi oleh pengendalian internal yang lemah serta kurangnya pengawasan
dan pemantauan yang efektif dalam sebuah organisasi.

Anda mungkin juga menyukai