Anda di halaman 1dari 6

1.

Asal usul pembentukan masyarakat

Manusia pada dasarnya dilahirkan seorang diri namun di dalam proses kehidupan selanjutnya
manusia membutuhkan manusia lain di sekelilingnya. Ini menunjukkan bahwa manusia adalah
makhluk sosial yaitu makhluk yang hidup bersama. Keinginan manusia untuk bersama dengan
orang lain atau membutuhkan orang lain merupakan fitrah manusia. Dalam Al Qur'an terdapat
banyak ayat Al Qur'an yang menunjukkan fitrah manusia sebagai makhluk sosial dan dari fitrah
tersebut kemudian melahirkan masyarakat. Ayat-ayat tersebut antara lain:

 Q.S. Ali Imran 195

"‫ض" ۖ" فَ" ا"لَّ" ِذ" ي" َن‬ٍ "‫ض""" ُك" ْ"م" ِم" ْ"ن" بَ" ْع‬ "ُ "‫ض""" ي" ُع" َع" َم"""" َ"ل" َع" ا" ِم"""" ٍ"ل" ِم" ْن" ُك" ْم" ِم" ْ"ن" َذ" َك"""" ٍر" َأ ْ"و" ُأ ْن" ثَ" ٰ"ى" ۖ" بَ" ْع‬ "ِ ‫ب" لَ" هُ" ْم" َر" ب"ُّ" هُ" ْم" َأ نِّ" ي" اَل ُأ‬ "ْ ‫فَ" ا‬
"َ "‫"س""" تَ" َ"ج" ا‬
"‫هَ"" ا" َ"ج" ُ"ر" و"ا" َ"و" ُأ ْ"خ" ِر" "ُج" و"ا" ِم" ْ"ن" ِد" يَ"" ا" ِر" ِه" ْم" َ"و" ُأ و" ُذ" و"ا" فِ" ي" َس" " بِ" ي"لِ" ي" َو" قَ"" ا"تَ" لُ" و"ا" َو" قُ" تِ" لُ"" و"ا" ُأَل َك" فِّ" َر" َّن" َع" ْن" هُ" ْم" َس" " يِّ""َئ ا"تِ" ِه" ْم" َو" ُأَل ْد" ِخ" لَ" نَّ" هُ" ْم‬
"ِ‫ت" تَ" ْ"ج" ِر" ي" ِم" ْ"ن" تَ" ْ"ح" تِ" هَ" ا" ا"َأْل ْن" هَ" ا" ُ"ر" ثَ" َو" ا"بً" ا" ِم" ْ"ن" ِع" ْن" ِد" هَّللا ِ" ۗ" َ"و" هَّللا ُ" ِ"ع" ْن" َد" هُ" ُح" ْس" ُ"ن" ا"ل"ثَّ" َو" ا"ب‬
ٍ "‫َ"ج" نَّ" ا‬

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya


Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau
perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang
yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang
berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan
pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya,
sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik".

 Q.S Al Hujurat 13
"ِ ‫س" ِإ نَّ" ا" َخ" لَ" ْق" نَ"" ا" ُك" ْم" ِم" ْ"ن" َذ" َك"" ٍر" َ"و" ُأ ْن" ثَ" ٰ"ى" َو" َ"ج" َع" ْل" نَ"" ا" ُك" ْم" ُش" " ُع" و"بً" ا" َ"و" قَ" بَ" ا"ِئ َل" لِ" تَ" َع"" ا" َر" فُ" و"ا" ۚ" ِإ َّن" َأ ْك"" َ"ر" َم" ُك" ْ"م" ِع" ْن"" َد" هَّللا‬
"ُ "‫يَ" ا" َأ ي"ُّ" هَ"" ا" ا"ل"نَّ" ا‬
"‫َأ ْت" قَ" ا" ُك" ْ"م" ۚ" ِإ َّن" هَّللا َ" َع" لِ" ي" ٌم" َخ" بِ" ي" ٌر‬

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

 Q.S Az Zukhruf 32
"َ "‫"ش" " تَ" هُ" ْم" فِ" ي" ا" ْل" َح" يَ" " ا" ِة" ا"ل " ُّد" ْن" يَ" ا" ۚ" َ"و" َر" فَ" ْع" نَ" " ا" بَ" ْع‬
"‫ض " هُ" ْم‬ َ "َ‫ك" ۚ" نَ" ْ"ح" ُ"ن" ق‬
َ ‫"س" " ْم" نَ" ا" بَ" ْي" نَ" هُ" ْم" َم" ِع" ي‬ َ "ِّ"‫ت" َر" ب‬ "ِ "‫َأ هُ" ْ"م" يَ" ْق‬
"َ "‫"س " ُم" و" َ"ن" َ"ر" ْ"ح" َم‬
"‫ك" َخ" ْي" ٌر" ِم" َّم" ا" يَ" ْ"ج" َم" ُع" و" َن‬ "ُ "‫ض" ا" ُس" ْ"خ" ِر" يًّ" ا" ۗ" َو" َ"ر" ْ"ح" َم‬
"َ "ِّ"‫ت" َر" ب‬ ً "‫ض" هُ" ْم" بَ" ْع‬ ُ "‫ت" لِ" يَ" تَّ" ِخ" َذ" بَ" ْع‬
ٍ "‫ض" َد" َر" َ"ج" ا‬ ٍ "‫ق" بَ" ْع‬ َ "‫فَ" ْ"و‬

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka
atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian
yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

 Q.S. Al Furqan 45
"َ "‫ف" َم" َّد" ا"ل"ظِّ" ل"َّ" َو" لَ" ْ"و" َش" ا" َء" لَ" َ"ج" َع" لَ" هُ" َس" ا" ِك" نً" ا" ثُ" َّم" َ"ج" َع" ْل" نَ" ا" ا"ل" َّش" ْم‬
‫س" َع" لَ" ْي" ِه" َد" لِ" ي"اًل‬ َ "ِّ"‫َأ لَ" ْ"م" تَ" َر" ِإ لَ" ٰ"ى" َ"ر" ب‬
"َ "‫ك" َك" ْي‬

“Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan
memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap
bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu,”

Sehingga untuk mewujudkan keinginan tersebut manusia harus melakukan interaksi sosial
dengan sesamanya. Dengan adanya interaksi maka akan tercipta suatu pergaulan hidup.
Hubungan sosial tersebut menumbuhkan kesadaran diantara individu akan pentingnya
keberadaan yang lain. Namun demikian dimungkinkan terjadinya konflik agar untuk menjaga
ketertiban diperlukan suatu aturan atau norma yang mengatur hubungan sosial tersebut. Atas
uraian di atas maka asal usul pembentukan masyarakat bermula dari fitrah manusia untuk
bersama dengan orang, lalu terbentuklah hubungan sosial yang melahirkan aturan dan norma.
Ada tiga unsur pokok pembentuk masyarakat yaitu individu-individu yang membangun
kelompok, hubungan sosial dan aturan.

2. Prinsip-prinsip yang harus ditegakkan pada masyarakat madani untuk mencapai masyarakat
yang beradab dan sejahtera antara lain:
a. Keadilan, secara horizontal berarti berbicara kesejahteraan umum. Keadilan merupakan
sunnatullah dimana Allah menciptakan alam semesta ini dengan prinsip keadilan dan
keseimbangan. Keadilan dekat hubungannya dengan taqwa. Karena itu setiap praktik
ketidakadilan merupakan suatu bentuk penyelewengan dari hakikat kemanusiaan yang
tidak diridhoi Allah SWT. Hal ini ditunjukkan dalam Al Qur’an Surat At-Takasur ayat 1-
8 dan Al Humazah ayat 1-9.
b. Supremasi hukum, harus dipraktekkan dalam semua aspek kehidupan. Dimulai dari
menegakkan hukum. Menegakkan hukum yang adil merupakan amanah yang
diperintahkan untuk dilaksanakan kepada yang berhak. Dalam surat an-nisa ayat 58:

"‫س" َأ ْ"ن" تَ" ْ"ح" ُك" ُم"""" و"ا‬ ِ "‫ِإ َّن" هَّللا َ" يَ"""" ْأ ُم" ُر" ُك" ْ"م" َأ ْ"ن" تُ""""َؤ ُّد" و"ا" ا"َأْل َم" ا"ن"َ""" ا‬
ِ "‫ت" ِإ لَ" ٰ"ى" َأ ْه" لِ" هَ"""" ا" َو" ِإ َذ" ا" َح" َك" ْم" تُ" ْم" بَ" ْي" َ"ن" ا"ل"نَّ" ا‬
ِ "َ‫بِ" ا" ْل" َع" ْد" ِل" ۚ" ِإ َّن" هَّللا َ" نِ" ِ"ع" َّم" ا" يَ" ِع" ظُ" ُك" ْم" بِ" ِه" ۗ" ِإ َّن" هَّللا َ" َك" ا" َ"ن" َس" ِم" ي" ًع" ا" ب‬
"‫ص" ي" ًر" ا‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.”

Dalam mewujudkan supremasi hukum itu maka harus menerapkan hukum kepada
siapapun tanpa pandang bulu bahkan kepada orang yang membenci kita Sekalipun kita
tetap harus berlaku adil. Seperti dalam Quran surat Al Maidah ayat 8:

‫ش"" نَ" آ" ُ"ن" قَ""" ْ"و" ٍ"م" َع" لَ" ٰ"ى" َأ اَّل‬
"َ "‫ط" ۖ" َو" اَل يَ" ج"ْ"" ِر" َم" نَّ" ُك" ْم‬ "ْ "ِ‫يَ""" ا" َأ ي"ُّ" هَ""" ا" ا"لَّ" ِذ" ي" َ"ن" آ" َم" نُ""" و"ا" ُك" و"نُ""" و"ا" قَ""" و"َّ" ا" ِم" ي" َ"ن" هَّلِل ِ" ُش" " هَ" َد" ا" َء" بِ" ا" ْل" ق‬
"ِ ""‫"س‬

"ُ "‫تَ" ْع" ِد" لُ" و"ا" ۚ" ا" ْع" ِد" لُ" و"ا" هُ" َو" َأ ْق" َ"ر‬
"‫ب" لِ" ل"تَّ" ْق" َ"و" ٰ"ى" ۖ" َ"و" ا"تَّ" قُ" و"ا" هَّللا َ" ۚ" ِإ َّن" هَّللا َ" َخ" بِ" ي" ٌر" بِ" َم" ا" تَ" ْع" َم" لُ" و"ن‬
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-
kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Atas dasar itulah maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menyatakan dengan
tegas bahwa hancurnya bangsa masa lalu adalah karena orang yang di atas melakukan
kejahatan dibiarkan tetapi jika orang bawah melakukannya pasti dihukum. Seperti sabda
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam " Sebenarnya hancurnya mereka sebelum kamu
karena mereka menegakkan hukum atas rakyat jelata dan meninggalkan hukum atas
orang besar. Demi dia Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya seandainya Fatimah berbuat
jahat pasti aku potong tangannya." (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
c. Egalitarianisme atau persamaan, tidak mengenal sistem dinasti geneologis, artinya
adalah bahwa masyarakat madani tidak melihat keutamaan atas dasar keturunan ras etnis
dan lain-lain melainkan atas prestasi. Karena manusia dan warga masyarakat dihargai
bukan atas dasar geneologis diatas melainkan atas dasar prestasi yang dalam bahasa Al
Quran adalah Taqwa. Seperti dalam Quran surat Al Hujurat ayat 13
"‫س" ِإ نَّ" ا" َخ" لَ" ْق" نَ" ا" ُك" ْم" ِم" ْ"ن" َذ" َك"" ٍر" َو" ُأ ْن" ثَ" ٰ"ى" َو" َج" َع" ْل" نَ"" ا" ُك" ْم" ُش" " ُع" و"بً" ا" َو" قَ" بَ" ا"ِئ َ"ل" لِ" تَ" َع"" ا" َ"ر" فُ" و"ا" ۚ" ِإ َّن" َأ ْك"" َر" َم" ُك" ْم‬
"ُ "‫يَ" ا" َأ ي"ُّ" هَ" ا" ا"ل"نَّ" ا‬
"‫ِع" ْن" َد" هَّللا ِ" َأ ْت" قَ" ا" ُك" ْم" ۚ" ِإ َّن" هَّللا َ" َع" لِ" ي" ٌم" َخ" بِ" ي" ٌر‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
d. Pluralisme, adalah sikap di mana kemajemukan merupakan sesuatu yang harus diterima
sebagai bagian dari realitas objektif. Tidak sebatas mengakui bahwa masyarakat itu
plural melainkan juga harus disertai dengan sikap yang tulus bahwa keberagaman
merupakan bagian dari karunia Allah SWT dan rahmat-Nya karena akan memperkaya
budaya melalui interaksi dinamis dengan pertukaran budaya yang beraneka ragam,
sehingga terciptanya masyarakat yang bertoleransi dan saling menghormati di antara
sesama masyarakat yang berbeda baik berbeda dalam hal etnis bangsa maupun agama.
Seperti yang dinyatakan dalam Al Quran surat Yunus ayat 99 antara lain:

"َ "‫ض" ُك" لُّ" هُ" ْم" َج" ِم" ي" ًع" ا" ۚ" َأ فَ" َأ ْن‬
"َ "‫ت" تُ" ْك" ِر" هُ" ا"ل"نَّ" ا‬
"‫س" َح" تَّ" ٰ"ى" يَ" ُك" و"نُ" و"ا" ُم" ْؤ ِم" نِ" ي" َن‬ ِ "‫ك" آَل َم" َ"ن" َم" ْ"ن" فِ" ي" ا"َأْل ْ"ر‬
َ "ُّ"‫َو" لَ" ْ"و" َش" ا" َء" َ"ر" ب‬

“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya?”

e. Pengawasan sosial. Yang disebut amal shaleh pada dasarnya adalah suatu kegiatan demi
kebaikan bersama. Prinsip diatas sebagai dasar pembentukan masyarakat madani
merupakan suatu usaha dan landasan bagi terwujudnya kebaikan bersama. Kegiatan
manusia merupakan suatu konsekuensi logis dari adanya keterbukaan di mana setiap
warga memiliki kebebasan untuk melakukan tindakan. Keterbukaan itu sebagai
konsekuensi logis dari pandangan positif dan optimis terhadap manusia bahwa manusia
pada dasarnya adalah baik. Seperti dalam Al Quran Surat Al A'raf ayat 172

"‫ت" بِ"" َر" ب"ِّ" ُك" ْم" ۖ" قَ"" ا"لُ" و"ا‬ "ْ "َ‫"س " ِه" ْم" َأ ل‬
"ُ " ‫"س‬ "ِ "ُ‫ك" ِم" ْ"ن" بَ" نِ" ي" آ" َد" َم" ِم" ْ"ن" ظُ" هُ" و" ِر" ِه" ْم" ُذ" ر"ِّ" ي"َّ" تَ" هُ" ْم" َو" َأ ْش" هَ" َد" هُ" ْم" َع" لَ" ٰ"ى" َأ ْن" ف‬
َ "ُّ"‫َو" ِإ ْذ" َأ َخ" َذ" َر" ب‬
"‫بَ" لَ" ٰ"ى" ۛ" َش" ِه" ْد" نَ" ا" ۛ" َأ ْ"ن" تَ" قُ" و"لُ" و"ا" يَ" ْ"و" َم" ا" ْل" قِ" يَ" ا" َم" ِة" ِإ نَّ" ا" ُك" نَّ" ا" َع" ْ"ن" ٰهَ" َذ" ا" َغ" ا"فِ" لِ" ي" َن‬
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)",

Karena manusia fitrahnya baik maka kejahatan dilakukan bukan karena inheren di dalam
dirinya akan tetapi lebih disebabkan oleh faktor luar yang mempengaruhinya. Oleh
karena itu itu agar manusia tetap dalam kebaikan sebagaimana fitrahnya diperlukan
adanya pengawasan sosial. Dalam Alquran ditegaskan:

"ِ‫ص" ر‬ "ْ "‫َ"و" ا" ْل" َع‬


"ٍ‫ِإ َّن" ا"ِإْل ْن" َس" ا" َ"ن" لَ" فِ" ي" ُخ" ْس" ر‬
"َ "‫ص" ْ"و" ا" بِ" ا" ْل" َح" ق"ِّ" َو" تَ" َ"و" ا‬
"ِ‫ص" ْ"و" ا" بِ" ا"ل"ص"َّ" ْب" ر‬ ِ "‫ِإ اَّل ا"لَّ" ِذ" ي" َ"ن" آ" َم" نُ" و"ا" َو" َع" ِم" لُ" و"ا" ا"ل"ص"َّ" ا"لِ" َ"ح" ا‬
"َ "‫ت" َ"و" تَ" َ"و" ا‬

“Demi masa,”

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,”

“,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Pengawasan sosial menjadi penting ketika kekuatan baik kekuatan uang maupun
kekuatan kekuasaan cenderung menyeleweng sehingga perwujudan masyarakat beradab
dan sejahtera hanya slogan semata. Pengawasan sosial baik individu maupun lembaga
merupakan suatu keharusan dalam usaha pembentukan masyarakat beradab. Namun
demikian pengawasan harus didasarkan pada prinsip fitrah manusia baik sehingga
bersikap husnu al-dzan. Harus berdiri atas dasar asas tidak bersalah sebelum terbukti
sebaliknya.

3. Peran yang dilakukan umat beragama dalam mewujudkan masyarakat madani dapat
dilakukan dengan hal sebagai berikut:
a. Menumbuhkan saling pengertian antara sesama umat beragama. Peran ini bisa
dilakukan melalui dialog intensif. Dialog tersebut dilakukan dengan cara,
mempertemukan orang atau kelompok dari agama atau ideologi yang berbeda untuk
sampai pada pengertian bersama tentang berbagai isu tertentu untuk setuju dan tidak
setuju dengan sikap yang penuh apresiasi untuk bekerjasama menemukan rahasia
makna kehidupan ini.
b. b. Melakukan studi Agama dengan tujuan, 1) menghayati ajaran agama masing-
masing 2) membangun suasana iman yang dialogis 3) menumbuhkan etika
pergaulan antara umat beragama 4) kesadaran untuk menghilangkan bias bias dari
satu umat beragama terhadap umat agama lain 5) menghancurkan rintangan budaya
yang ada pada masing-masing umat beragama seperti eksklusivisme 6)
menumbuhkan kesadaran pluralisme 7) menumbuhkan kesadaran akan perlunya salat
solidaritas dan kerjasama untuk menyelesaikan masalah kemiskinan keterbelakangan
ketidakadilan dan lain-lain.
c. Melakukan usaha menumbuhkan sikap demokratis, pluralis, dan toleran kepada
umat beragama sejak dini melalui pendidikan.
d. Mengarahkan energi bersama untuk mewujudkan cita-cita bersama membangun
masyarakat madani.

Anda mungkin juga menyukai