Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah

sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang

berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat

terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang

ke lingkungan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tentang Pengolahan

Sampah, 2008). Berdasarkan definisi diatas, maka dapat dipahami sampah adalah :

1. Sampah yang dapat membusuk (garbage), menghendaki pengelolaan yang cepat.

2. Sampah yang tidak dapat membusuk (refuse).

3. Sampah berupa debu/abu sisa hasil pembakaran bahan bakar atau sampah

4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, yakni sampah B3 adalah sampah

karena sifatnya, jumlahnya, konsentrasinya atau karena sifat kimia, fisika dan

mikrobiologinya dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas.

5. Menimbulkan bahaya sekarang maupun yang akan datang terhadap kesehatan atau

lingkungan apabila tidak diolah dengan baik.

2.2 Sumber-sumber sampah

Menurut (Notoatmodjo, 2011) sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat

berasal dari beberapa sumber diantaranya:


10

1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah

tangga yang sudah dipakai dan dibuang seperti: sisa-sisa makanan baik yang sudah

dimasak atau yang belum, bekas pembungkus berupa kertas, plastic, daun, dan

sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga,

daun-daun dari kebun atau taman.

2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum seperti pasar, tempat-tempat

hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa: kertas,

plastik, botol, daun dan sebagainya.

3. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,

departemen, perusahaan, dan sebagainya.

4. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)

Sampah ini berasal dari kawasan industry, termasuk sampah yang berasal dari

pembangunan industry dan segala sampah yang berasal dari proses produksi,

misalnya: sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastic, kayu, potongan tekstil,

kaleng, dan sebagainya.

5. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari :

kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil

kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastic, dan sebagainya.


11

6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian, misalnya : jerami,

sisa sayur mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan

sebagainya.

7. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan sejenisnya tergantung dari

jenis usaha pertambangan misalnya : batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa

pembakaran (arang), dan sebagainya.

8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa : kotoran-

kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan sebagainya.

2.3 Jenis-jenis sampah

Menurut (Notoatmodjo, 2011) sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat

berasal dari beberapa sumber diantaranya:

1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah

tangga yang sudah dipakai dan dibuang seperti: sisa-sisa makanan baik yang sudah

dimasak atau yang belum, bekas pembungkus berupa kertas, plastik daun, dan

sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga,

daun-daun dari kebun atau taman.


12

2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum seperti pasar, tempat-tempat

hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa: kertas,

plastik, botol, daun dan sebagainya.

3. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,

departemen, perusahaan, dan sebagainya.

4. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)

Sampah ini berasal dari kawasan industry, termasuk sampah yang berasal dari

pembangunan industry dan segala sampah yang berasal dari proses produksi,

misalnya: sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil,

kaleng, dan sebagainya.

5. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari :

kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-

onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.

6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian, misalnya : jerami,

sisa sayur mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan

sebagainya.
13

7. Sampah yang berasal dari pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan sejenisnya tergantung dari

jenis usaha pertambangan misalnya : batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa

pembakaran (arang), dan sebagainya.

8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa : kotoran-

kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan sebagainya.

2.4 Dampak dari sampah

Sampah yang bertumpuk banyak tidak dapat terurai dalam waktu yang lama

akan mencemari tanah. Yang dikategorikan sampah disini adalah bahan yang tidak

dipakai lagi (refuse) karena telah diambil bagian-bagian utamanya dengan

pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada

harganya. Pengelolaan sampah mempunyai dampak terhadap masyarakat dan

lingkungan, sebagai berikut (Mukono, 2006)

2..4.1 Dampak positif

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh positif, sebagai

berikut :

1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawarawa dan

dataran rendah.

2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.


14

3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses

pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk

sampah terhadap ternak.

4. Pengelolaan sampah menyebakan berkurangnya tempat untuk berkembang biak

serangga atau pengerat.

5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan

sampah.

2.4.2 Dampak negatif

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negative

bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan social masyarakat, sebagai

berikut:

a. Dampak Terhadap Kesehatan Masyarakat

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah

yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan

menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan tikus yang dapat menjangkitkan

penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:

1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal

dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit

demam berdarah (haemorhagicfever) dapat juga meningkat dengan cepat didaerah

yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).


15

3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya

adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini

sebelumnya masuk kedalam pencernakan binatang ternak melalui makanan yang

berupa sisa makanan/sampah.

4. Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan

mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa

spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.

Penguraian sampah yang dibuang kedalam air akan menghasilkan asam organic dan

gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap,gas ini pada konsentrasi

tinggi dapat meledak.

b. Dampak terhadap lingkungan

Ditinjau dari segi keseimbangan lingkungan, menurut Sumantri menyatakan

bahwa apabila sampah tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak

lingkungan antara lain:

1. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.

2. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas

tertentu yang menimbulkan bau busuk.

3. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya

kebakaran yang lebih luas.

4. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran

air terganggu dan saluran air menjadi dangkal.


16

5. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan

banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur

dangkal.

6. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti

jalan, jembatan, dan saluran air.

c. Dampak sosial ekonomi

Hampir tidak ada orang yang merasa senang dengan adanya pembangunan

tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya. Dampak sampah terhadap

kondisi sosial ekonomi yaitu :

1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang

menyenangkan bagi masyarakat , bau tidak sedap, dan pemandangan yang buruk.

Karena sampah bertebaran kemana-mana.

2. Memberikan dampak negatif kepariwisataan.

3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat

kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan

secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak

langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).

4. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan

memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, dan

drainase.

5. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak

memadai, seperti biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air. Jika sarana
17

penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung

membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering

dibersihkan atau diperbaiki. (Rondiyah, 2014)

2.5 Pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sisematis, menyeluruh,

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. (Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah,

2008). Peraturan menteri pekerjaan umum tahun 2013 menyatakan bahwa dalam

operasional pengelolaan sampah dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Pemilahan

Pemilahan Sampah sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 dapat

diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan sampah sejak dari sumbernya

dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali dari

pewadahan, pengumpulanan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan,

melalui pengendalian pengelolaan organisasi yang berwawasan lingkungan.

Pemilahan berarti upaya untuk memisahkan sekumpulan dari sesuatu yang sifatnya

heterogen menurut jenis atau kelompoknya sehingga menjadi beberapa golongan

yang sifatnya homogen. Pemilahan sampah sangat penting untuk mengetahui sampah

yang dapat digunakan dan dimanfaatkan. Pemilahan sampah berdasarkan PP No. 81

Tahun 2012, dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling

sedikit 5 (lima) jenis sampah yang terdiri dari :


18

1) Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan

berbahaya dan beracun,

2) Sampah yang mudah terurai,

3) Sampah yang dapat digunakan kembali,

4) Sampah yang dapat didaur ulang, dan

5) Sampah lainnya.

Gambar 2.1 pemilahan sampah sesuai jenisnya


Sumber 2.1 : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga.
Sedangkan sampah sendiri adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang

dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai

ekonomis. Bentuk sampah bisa berada dalam setiap fase materi, yaitu padat, cair, dan

gas. Secara sederhana, jenis sampah dapat dibagi berdasarkan sifatnya sesuai

Undang-Undang nomor 18 tahun 2008 pasal 22. Sampah dipilah menjadi sampah

organik dan anorganik. Sampah organik atau sampah basah ialah sampah yang

berasal dari makhluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur.Sampah jenis ini
19

sangat mudah terurai secara alami (degradable). Sementara itu, sampah anorganik

atau sampah kering adalah sampah yang tidak dapat terurai (undegradable). Karet,

plastik, kaleng, dan logam merupakan bagian dari sampah kering. Pemilahan sampah

menjadi sangat penting untuk mengetahui sampah yang dapat digunakan dan

dimanfaatkan. Pemilahan sampah dilakukan di TPA, karena ini akan memerlukan

sarana dan prasarana yang lengkap. Oleh sebab itu, pemilahan harus dilakukan di

sumber sampah seperti perumahan, sekolah, kantor, puskesmas, rumah sakit, pasar,

terminal dan tempat-tempat dimana manusia beraktivitas. Pada setiap tempat aktivitas

dapat disedian minimal tiga - empat buah tempat sampah yang diberi kode, yaitu satu

tempat sampah untuk sampah yang bisa diurai oleh mikrobia (sampah organik), satu

tempat sampah untuk sampah plastik atau yang sejenis, satu tempat sampah untuk

kaleng dan botol. Jumlah ini masih bisa menjadi menjadi lima tempat sampah, jika

botol dan kertas dipisah tersendiri. Untuk sampah-sampah B3 tentunya memerlukan

penanganan tersendiri.Sementara sampah-sampah elektronik (seperti kulkas, radio,

TV), keramik, furniture dan lain-lain seharusnya ditangani secara tersendiri

pula.Jadwal pengangkutan sampah untuk berbagai jenis sampah harus diatur

sedemikian rupa, sehingga tidak justru menimbulkan masalah. Keterlambatan

pengangkutan sampah berarti akan menimbulkan keresahan dan bahkan mengganggu

kesehatan manusia. Dinas Kebersihan dapat mengatur jadwal dan truk yang

mengangkut jenis sampah yang berbeda.Jadi, ada truk yang mengangkut sampah

yang bisa diurai, ada truk yang mengangkut sampah anorganik seperti plastik, botol

plastik dll.
20

Setiap rumah tangga memiliki tiga keranjang sampah untuk tiga jenis sampah

yang berbeda. Satu untuk sampah kering (anorganik), satu untuk bekas makanan, dan

satu lagi untuk sisa-sisa tanaman/rumput. Ketiga jenis sampah itu akan diangkut oleh

tiga truk berbeda yang memiliki jadwal berbeda pula. Setiap truk hanya akan

mengambil jenis sampah yang menjadi tugasnya. Sehingga pemilahan sampah tidak

berhenti pada level rumah tangga saja, tapi terus berlanjut pada rantai berikutnya,

bahkan sampai pada TPA. Sampah-sampah yang telah dipilah kemudian dapat didaur

ulang menjadi barang-barang yang berguna.Jika pada setiap tempat aktivitas

melakukan pemilahan, maka pengangkutan sampah menjadi lebih teratur. Dinas

kebersihan tinggal mengangkutnya setiap hari dan tidak lagi kesulitan untuk

memilahnya. Pemerintah Daerah bekerjasama dengan swasta dapat memproses

sampah-sampah tersebut menjadi barang yang berguna. Dengan cara ini, maka

volume sampah yang sampai ke TPA dapat dikurangi sebanyak mungkin

2. Pengumpulan

Kegiatan pengumpulan sampah dilakukan oleh pengelola kawasan

permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial,

dan fasilitas lainnya serta pemerintah kabupaten/kota.Pada saat pengumpulan,

sampah yang sudah terpilah tidak diperkenankan dicampur kembali.

a. Pengumpulan sampah dari sumbernya dapat dilakukan secara langsung dengan

alat ukur (untuk sumber sampah besar atau daerah yang memiliki kemiringan
21

lahan cukup tinggi atau tidak langsung dengan menggunakan gerobak (untuk

daerah yang tidak terjangkau)

b. Penyapuan jalan diperlakukan pada daerah pusat kota seperti ruas jalan protokol,

pusat perdagangan, taman kota dan lain-lain.

3. Pemindahan

a. Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat angkut (truk)

dilakukan di transfer depo atau container untuk meningkatkan efisiensi

pengangkutan.

b. Lokasi pemindahan harus dekat dengan daerah pelayanan atau radius ± 500 m.

4. Pengangkutan

Pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau tempat

penampungan sementara menuju tempat pengolahan sampah terpadu atau tempat

pemrosesan akhir (TPA) dengan menggunakan kendaraan bermotor yang didesain

untuk mengangkut sampah. Pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan :

a. Pengangkutan secara langsung setiap sumber harus dibatasi pada daerah pelayanan

yang tidak memungkinkan, cara operasi lainya ataupada daerah pelayanan tertentu

berdasarkan pertimbangan keamanan maupun estetika dengan memperhitungkan

besarnya biaya operasional yang harus dibayar oleh pengguna jasa.

b. Penetapan rute pengangkutan sampah harus didasarkan pada hasil survey time

motion study untuk mendapatkan hasil yang efesien.


22

Pemindahan dan pengangkutan sampah dimaksudkan sebagai kegiatan operasi

yang dimulai dari titik pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai

ke TPA atau TPST pada pengumpulan dengan pola individual langsung atau dari

tempat pemindahan/penampungan sementara (TPS) atau tempat penampungan

komunal sampai ke tempat pengolahan/pemrosesan akhir (TPA/TPST). Metode

pengangkutan serta peralatan yang akan dipakai tergantung dari pola pengumpulan

yang dipergunakan.

Berdasarkan atas operasional pengelolaan sampah, maka pemindahan dan

pengangkutan sampah merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Kota atau

Kabupaten. Sedangkan pelaksana adalah pengelola kebersihan dalam suatu kawasan

atau wilayah, badan usaha dan kemitraan. Pelaksana pengelola kebersihan sangat

tergantung dari struktur organisasi di wilayah yang bersangkutan.

Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem pengumpulan

sampah. Jika pengumpulan dan pengangkutan sampah menggunakan sistem

pemindahan (TPA/TPS) atau sistem tidak langsung, proses pengangkutannya dapat

menggunakan sistem kontainer angkat (Houled Container System) ataupun sistem

kontainer tetap (Stationary Container System). Sistem Kontainer tetap dilakukan

secara mekanis maupun manual. Berikut sistem kontainer tersebut :

1. Sistem Kontainer angkat (Houled Container System)

Pengumpulan sampah dengan sistem container angkat, pola pengangkutan yang

digunakan dengan sistem pengosongan container dapat dilihat pada gambar di bawah
23

Gambar 2.2 sistem container angkat


Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan dalam Penanganan
Sampah Rumah Tanggadan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

2. Sistem Kontainer Tetap ( Stationary Container System)

Sistem ini biasanya digunakan untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa

truk kompaktor secara mekanis atau manual seperti pada gambar berikut ini :

Gambar 2.3 sistem container tetap


Sumber : permen PU No.03 Tahun 2013 tentang Sumber: Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 03 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Prasarana Dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
5. Tahap pemrosesan akhir sampah

Di dalam tahap pemrosesan akhir sampah ini sampah diangkut dari Dipo ke

tempat pembuangan Akhir dengan menggunakan truk pengangkut sampah yang


24

disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota. Menurut (Sumantri, 2015)terdapat beberapa

metode yang dapat digunakan, antara lain:

1. Sanitary landfill

Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode

ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah

yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang

terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat.

Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyaratan berikut.

a. Tersedia tempat yang luas

b. Tersedia tanah untuk menimbunnya

c. Tersedia alat-alat besar.

Lokasi sanitary landfill yang lama dan sudah tidak dipakai lagi dapat

dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, perkantoran dan sebagainya.

2. Inceneration

Inceneration atau insenerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah

dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas

pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain :

a. Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya

b. Tidak memerlukan ruang yang luas

c. Panas yang dihasilkan dapat dpakai sebagai sumber uap

d. Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat

diatur sesuai dengan kebutuhan.


25

Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini :

a. Biaya besar

b. Lokalisasi pembuangan pabrik sulit didapat karena keberatan

Peralatan yang digunakan dalam insenerasi, antara lain :

1. Charging apparatus

Charging apparatus adalah tempat pembuangan sampah yang berasal dari

kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul ditumpuk dan

diaduk.

2. Furnace

Furnance atau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan

jeruji, besi yang berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk

memisahkan abu dengan sampah yang belum terbakar. Dengan demikian, tungku

tidak terlalu penuh.

3. Combustion

Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih

panas dan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar pada tungku

pertama.

4. Chimney atau stalk

Chimney atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap keluar dan

mengalirkan udara ke dalam.


26

5. Miscellaneous features

Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari debu yang

terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang.

3. Composting

Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat

organic oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan

bahan berupa kompos pupuk. Berikut tahap-tahap pembuatan kompos:

a. Pemisahan benda-benda yang tidak dapat dipakai sebagai pupuk seperti gelas,

kaleng, besi, dan sebagainya.

b. Penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil (minimal

berukuran 5 cm).

c. Pencampuran sampah degan memerhatikan kadar karbon dan nitrogen yang paling

baik.

d. Penempatan sampah dengan galian yang tidak begitu dalam. Sampah dibiarkan

terbuka agar terjadi proses aerobic.

e. Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar pupuk dapat terbentuk

dengan baik. Perlu diingat bahwa galian tersebut jangan sampai menjadi tempat

bersarang hewan pengerat atau serangga.

4. Hot feding

Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (missal, babi), perlu diingat

bahwa sampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk

mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak.


27

5. Discharge to sewers

Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam system pembuangan air

limbah. Metode ini dapat efektif asalkan system pembuangan air limbah memang

baik.

6. Dumping

Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau

tempat sampah.

7. Dumping in water

Sampah dibuang ke dalaam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi

pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.

8. Individual incineration

Pembakaran sampah secara perorangan ini bisa dilakukan oleh penduduk

terutama di daerah pedesaan.

9. Recycling

Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai

atau daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat didaur ulang antara lain, plastik,

gelas, kaleng, besi, dan sebagainya.

10. Reduction

Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari

jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk

menghasilkan lemak.
28

11. Salvaging

Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya, kertas bekas.

Bahayanya adalah bahwa metodes ini dapat menularkan penyakit.

2.6 Kerangka konsep

2.6.1 Dasar pemikiran variabel

pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Tujuan

pengelolaan sampah adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas

lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya (Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 18 Tentang Pengolahan Sampah, 2008).

Untuk mencapai target pemerintah pada Tahun 2025 yaitu pengurangan

sampah volume rumah tangga hingga 30% dan penanganan sampah 70% maka

paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya

ditinggalkan dan diganti dengan paradigma yang baru pengelolaan sampah.

Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komperhensif dari hulu sejak

sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir,

yaitu pada fase produk sudah digunakan dan menjadi sampah, yang kemudian

dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan

paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan

sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali

dan pendaurulangan, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan,

pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir. Sebelum dilakukan


29

pengelolaan sampah sampah harus dikumpulkan di tempat penampungan sementara

sehingga mempermudah petugas kebersihan dalam mengangkut dan mengelola

sampah.

a. Tempat penampungan sampah sementara (TPS) adalah tempat dimana sampah

dibuang dan dikumpulkan untuk sementara waktu sampai diangkut ke tempat

pembuangan akhir sampah.Sanitasi tempat penampungan sampah sementara

adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari

pemanfaatan dan produk tempat penampungan sampah sementara yang erat

hubungannya dengan timbulnya atau menularnya penyakit.( Sardinoto, 2019)

Tempat penampungan sampah semantara dapat berupa:

1. Bak dari beton bertulang atau pasangan batu bata.

2. Kontainer (Hydraulic Container) untuk kemudian diangkut oleh truk

pembawa.

3. Tempat atau lokasi untuk memindahkan sampah dari gerobak langsung ke

alat angkut yang lebih besar.

4. Bila tempat sampah penampungan sampah sementara tersebut berupa bak

atau kontainer,

persyaratan sanitasi yang harus dipenuhi adalah:

i. Kontruksi bak, terbuat dari bahan yang kedap air, ada tutupnya, dan selalu

dalam keadaan ditutup karena bak yang terbuka dapat mengundang lalat

oleh karena baunya dan sampah yang merupakan makanan bagi lalat.
30

ii. Volume bak atau kontainer mampu menampung sampah dari pemakai

yang dilayaninya untuk waktu 3 hari.

iii. Tidak berbau dari perumahan terdekat.

iv. Tidak ada sampah berserakan di sekitar bak atau kontainer.

v. Sampah di bak pengumpulan sementara tidak boleh melebihi 3 hari untuk

kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir.

vi. Tidak terletak di daerah banjir.

vii. Terdapat tulisan anjuran untuk membuang sampah pada tempatnya.

viii. Jarak dari rumah yang dilayani, terdekat 10 meter dan terjauh 500 meter.

ix. Penempatannya terletak pada daerah yang mudah dijangkau oleh

kendaraan pengangkut sampah

b. Pemilahan sampah
Pemilahan sampah adalah salah satu proses dalam pengolahan sampah, yaitu

memisahkan menjadi kelompok sampah tertentu. Pemilahan sampah yang

dilakukan oleh masyarakat sebelum membuang sampah ke TPS. Sampah harus

dipilah di rumah tangga untuk mempermudah proses pengolahan sampah.

Pemilahan sampah berarti memisahkan sampah organik, anorganik dan sampah B3

agar hendaknya mendorong upaya daur ulang pada proses pengolahan.(Sari, 2016)

c. Pengumpulan sampah

Pengumpulan sampah merupakan bentuk pengambilan dan pemindahan sampah

dari sumber sampah ke TPS. Kegiatan pengumpulan sampah dilakukan oleh

pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas


31

umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya serta pemerintah kabupaten/kota yang

telah ditunjuk oleh Dinas Lingkungan Hidup pada tiap TPS. Dalam proses

pengumpulan sampah harus tertampung pada bak kontainer yang telah disediakan

terpisah sesuai dengan jenis sampah yang telah terpilah (Syahputro, 2018).

d. Pengangkutan Sampah

Pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau tempat

penampungan sementara menuju tempat pengolahan sampah terpadu atau tempat

pemrosesan akhir dengan menggunakan kendaraan bermotor yang didesain untuk

mengangkut sampah. Pengangkutan sampah memiliki maksud sebagai kegiatan

perasi yang dimulai dari titik pengumpul sampah sampah titik terakhir sehingga

cara ini termasuk teknis dari pelaksana kegiatan TPS. Menurut peraturan mentri

pekerjaan umuum nomor 03/PRT/M/2013 tentang penanganan sampah rumah

tangga dan sejenis sampah rumah tangga, pengangkutan sampah dari TPS ke TPA

tidak boleh dicampur kembali setelah dilakukan pemilahan dan pewadahan.

Pengangkutan sampah dilakukan dengan ketentuan memaksimalkan kapasitas

kendaraan angkut yang digunakan, rute pengangkutan sependek mungkin

frekuensi pengangkutan dari TPS dilakukan sesuai jumlah sampah yang ada

(Syahputro, 2018).

e. Pengolahan Sampah

Pengolahan sampah adalah upaya mengurangi volume sampah atau merubah

bentuknya menjadi lebih bermanfaat. Antara lain dengan cara pengurangan,


32

pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, untuk mengurangi jumlah

timbulan sampah di TPA. Pengolahan sampah yang dilakukan di TPS harus sesuai

dengan jenis karakteristik sampah yang dibuang di TPS sehingga memungkinkan

dilakukan pengolahan. Sampah B3 akan dikelola sesuai dengan ketentuan

sedangkan sampah anorganik seperti plastik, kertas, logam/ kaca bisa digunakan

kembali sebgai bahan daur ulang, dan sampah organik akan digunakan sebagai

bahan baku kompos.

f. Pemrosean akhir sampah

Pemrosesan akhir sampah adalah proses pengembalian sampah dan atau

residu hasil pengolahan sampah sebelumnya ke media lingkungan yang lebih aman.

Keenam variabel penanganan sampah yang dimulai dari pemilahan sampah,

pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah dan pemrosesan

akhir sampah dapat menggambarkan sistem pengelolaan sampah di Kota Soe

kabupaten TTS.
33

2.6.2 Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-konsep serta variabel- variabel

yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Pengurangan
Sampah sampah
Anorganik
Sampah Pengelola
rumah Jenis an sampah
tangga/ sampah Penanganan
Sampah
sampah
sejenis Organik
rumah
tangga

pemilahan

pengumpulan

pengangkutan

pengolahan

Pemrosesan
akhir
gambar 2.4 kerangka konsep

sumber: Notoatmodjo, 2012

: Variabel yang tidak diteliti

: Variabel yang diteliti


34

Anda mungkin juga menyukai