I. PENDAHULUAN
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah kondisi ketika berat
badan bayi yang baru lahir berada di bawah kisaran normalnya. Sesaat
setelah dilahirkan, panjang atau tinggi serta berat badan bayi akan diukur
dan ditimbang. Berat badan bayi dikatakan normal jika berada di kisaran
2.500 gram (gr) atau 2,5 kilogram (kg) hingga 3.500 gr atau 3,5 kg. Bila
berat badan bayi yang baru lahir lebih dari 4.000 gr atau 4 kg, tandanya bayi
tergolong besar. Sementara jika si kecil saat lahir berat badannya kurang
dari 2.500 gram, artinya ia mengalami berat badan lahir rendah (BBLR).
Hasil pengukuran berat badan bayi tersebut berlaku untuk bayi yang lahir di
usia kehamilan normal, yakni sekitar 37-42 minggu. Namun, berat badan
normal tersebut tidak berlaku bagi bayi yang lahir lebih cepat dari perkiraan
lahir atau prematur. Bayi prematur biasanya lahir sebelum usia kehamilan
memasuki 37 minggu. Itu sebabnya, berat badan bayi yang lahir prematur
cenderung lebih rendah dari berat normal bayi pada umumnya atau di bawah
2,5 kg.
Salah satu indikator keberhasilan suatu negara dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat adalah dengan menurunnya angka kematian bayi
(AKB) (De Onis et al., 2019). AKB merupakan banyaknya bayi yang
meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000
kelahiran hidup pada tahun yang sama. Salah satu penyebab tingginya angka
kematian bayi (AKB) adalah berat badan lahir rendah (BBLR)
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). BBLR merupakan
salah satu masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus di
berbagai negara terutama pada negara berkembang atau negara dengan
sosio-ekonomi rendah (Thomas, Raine, Reddy, & Belteki, 2017). Definisi
WHO tahun 2017 terkait BBLR yaitu sebagai bayi yang lahir dengan berat ≤
2500 gr. WHO mengelompokkan BBLR menjadi 3 macam, yaitu BBLR
(1500–2499 gram), BBLR (1000- 1499 gram), BBLR (< 1000 gram).
(WHO, 2017) menjelaskan bahwa sebesar 60– 80% dari Angka Kematian
Bayi (AKB) yang terjadi, disebabkan karena BBLR. BBLR mempunyai
risiko lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas daripada bayi
lahir yang memiliki berat badan normal. Masa kehamilan yang kurang dari
37 minggu dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada bayi karena
pertumbuhan organ-organ yang berada dalam tubuhnya kurang sempurna.
(F, E, & D, n.d.) Kemungkinan yang terjadi akan lebih buruk bila berat bayi
semakin rendah (WHO, 2014). Semakin rendah berat badan bayi, maka
semakin penting untuk memantau perkembangannya di minggu-minggu
setelah kelahiran. Ibu yang selalu menjaga kesehatannya dengan
mengkonsumsi makanan bergizi dan menerapkan gaya hidup yang baik
akan melahirkan bayi yang sehat, sebaliknya ibu yang mengalami defisiensi
gizi memiliki risiko untuk melahirkan BBLR (Nussbaumer-Streit et al.,
2020). Menurut Rajashree dalam Hartiningrum(Hartiningrum & Fitriyah,
2019) BBLR tidak hanya menggambarkan situasi kesehatan dan gizi, tetapi
juga menunjukkan tingkat kelangsungan hidup, dan perkembangan psiko
sosialnya (Luyckx et al., 2017)
5. Anemia
Anemia merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di
Indonesia yang memiliki prevalensi cukup tinggi dan paling sering
diakibatkan oleh defisiensi zat gizi, terutama zat besi. Anemia sangat
rentan terjadi pada keadaan yang membutuhkan peningkatan kebutuhan
zat gizi, seperti pada saat masa kehamilan. Selain turut berkontribusi
pada jumlah angka kematian ibu (AKI), anemia juga memiliki dampak
pada janin yang sedang dikandung, seperti terganggunya perkembangan
fisik dan kognitif anak, meningkatkan morbiditas anak,dan berat badan
lahir rendah (BBLR) yang merupakan berat neonatus <2500 gram.
6. Kelahiran prematur
Seperti yang sempat dijelaskan sebelumnya, berat badan bayi lahir
rendah (BBLR) disebabkan oleh kelahiran prematur. Dibandingkan
dengan bayi yang lahir cukup umur, waktu yang dimiliki bayi prematur
untuk tumbuh dan berkembang di rahim ibu lebih sedikit. Padahal,
trimester ketiga atau akhir kehamilan juga merupakan masa-masa
penting bagi perkembangan tubuh bayi salah satunya untuk menambah
bobot dan tinggi badannya. Kurangnya asupan oksigen, makanan,
maupun zat gizi akan membatasi tumbuh kembangnya di dalam
kandungan.
7. IUGR
Penyebab bayi lahir dengan berat badan rendah lainnya yakni
intrauterine growth restriction (IUGR). IUGR adalah gangguan yang
membuat perkembangan bayi di dalam kandungan terhambat. IUGR
bisa terjadi karena adanya masalah dengan plasenta maupun kondisi
kesehatan ibu dan bayinya. Bayi yang mengalami IUGR bisa lahir
secara prematur atau sesuai dengan usia kehamilan normal, yakni di
kisaran 37-42 minggu. Akan tetapi, biasanya bayi prematur dan lahir
cukup bulan yang mengalami IUGR memiliki kondisi fisik yang
berbeda. Berat badan rendah pada bayi yang baru lahir juga dapat
disebabkan oleh adanya komplikasi selama kehamilan.